PENDAHULUAN
1
B. Rumusan masalah
1. Memberikan pemahaman konsep tentang statistika non parametrik
melalui uji Wilcoxon
2. Memberikan pemahaman langkah-langkah untuk menyelesaikan
permasalahan yang berhubungan dengan statistika non parametrik melalui
uji Wilcoxon
C. Tujuan penulisan
Adapaun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
a. Memahami pengertian statistika non parametrik melalui uji Wilcoxon
b. Mampu menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan
statistika non parametrik melalui uji Wilcoxon
c. Menambah wawasan dan pengetahuan khususnya bagi penulis dan bagi
pembaca pada umumnya
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Uji Wilcoxon
Pada tahun 1945 Frank Wilcoxon mengusulkan suatu cara
nonparametrik yang sangat sederhana untuk membandingkan dua populasi
kontinu bila hanya tersedia sampel bebas yang sedikit dan kedua populasi
asalnya tidak normal. Cara ini dinamakan uji Wilcoxon atau uji jumlah rang
Wilcoxon.
Hipotesis nol Ho bahwa µ1 = µ2 akan diuji lawan suatu tandingan
yang sesuai pertama-tama ambillah sampel acak dari tiap populasi. Misalkan
n1 banyaknya pengamatan dalam sampel yang lebih kecil, dan n2 banyaknya
pengamatan dalam sampel yang lebih besar. Bila sampelnya berukuran sama,
maka n1 dan n2 dapat dipertukarkan. Urutkanlah semua n1 + n2 pengamatan
dengan urutan membesar dan berikan rang 1, 2, . . . , n1 + n2 pada tiap
pengamatan. Bila terdapat seri (pengamatan yang besarnya sama), maka
pengamatan tersebut diganti dengan rataan rang nya.
Jumlah rang yang berasal dari ke n1 pengamatan dalam sampel yang
lebih kecil dinyatakan dengan w1. Begitu juga, w2 menyatakan jumlah rang
yang berasal dari n2 pengamatan dalam sampel yang lebih besar. Jumlah n1 +
n2 hanya bergantung pada banyaknya pengamatan dalam kedua sampel dan
sama sekali tidak dipengaruhi oleh hasil percobaan. Jadi, bila n1=3 dan n2=4,
maka w1+w2=1+2+…+7=28
(𝑛1 +𝑛2 )(𝑛1 +𝑛2 +1)
Secara umum: w1+w2= 2
3
Untuk lebih mudah dalam menghitung peluangnya, kita menggunakan tabel.
Tabel ini didasarkan pada statistika U, minimum U1 dan U2, dengan:
𝑛1 (𝑛1 +1) 𝑛2 (𝑛2 +1)
U1 = W1- dan U2 = W2-
2 2
Untuk uij ekaarah, Bila P(U ≤ u Ho benar) ≤ α, uji tersebut berarti dan Ho
ditolak. Untuk uji dwiarah, uji tersebut berarti bila 2P(U ≤ u Ho benar) ≤ α,
dalam hal ini hipotesis tandingan bahwa µ1 ≠ µ2 diterima.
(8)(9)
Bila, n1 = 3, n2 = 5, dan w1 = 8, sehingga w2 = - 8 = 28, jadi
2
(3)(4) (5)(6)
u1 = 8 – =2 u2 = 28 – = 13
2 2
4
6. Kesimpulan: tolak Ho bila u jatuh dalam daerah kritis; jika sebaliknya,
terima Ho.
Contoh 1:
1. Untuk mengetahui apakah suatu serum baru akan menyembuhkan
leukemia, dipilih Sembilan tikus yang penyakit leukemianya sudah cukup
parah. Lima tikus mendapat pengobatan sedangkan empat tidak. Lamanya
tikus hidup, dalam tahun sejak permulaan percobaan adalah
Perlakuan 2,1 5,3 1,4 4,6 0,9
Tanpa perlakuan 1,9 0,5 2,8 3,1
Pada tarif keberartian 0,05, dapatkah dikatakan serum tersebut manjur?
Jawab: n1 = 4 dan n2 = 5, diperoleh:
1. Ho : µ1 = µ2
2. H1 : µ1 < µ2
3. α = 0,05
4. daerah kritis: semua nilai u yang memenuhi P(U ≤ u Ho benar)<0,05
5. perhitungan: semua pengamatan diurutkan membesar dan diberi rang
1 sampai 9
Data Asli 0,5 0,9 1,4 1,9 2,1 2,8 3,1 4,6 5,3
Rang 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Rang pengamatan dari sampel perlakuan digarisbawahi.
w1 = 1 + 4 + 6 + 7 = 18
(9)(10)
w2 = [ ] - 18 = 27
2
(4)(5) (5)(6)
Jadi, u1 = 18 – [ ] = 8 u2 = 27 – [ ] = 12
2 2
5
Contoh 2:
2. Kadar nikotin dua merek rokok, diukur dalam miligram, sebagai berikut:
Merek A 2,1 4,0 6,3 5,4 4,8 3,7 6,1 3,3
Merek B 4,1 0,6 3,1 2,5 4,0 6,2 1,6 2,2 1,9 5,4
Ujilah hipotesis, pada taraf keberartian 0,05, bahwa rata-rata kadar nikotin kedua
merek rokok sama.
Jawab: n1 = 8 dan n2 = 10
1. Ho : µ1 = µ2
2. H1 : µ1 < µ2
3. α = 0,05
4. Daerah kritis: semua nilai u yang memenuhi P(U ≤ u Ho benar)<0,05
5. Perhitungan: semua pengamatan diurutkan membesar dan diberi rang 1
sampai 18
Data Asli Rang Data Asli Rang
0,6 1 4,0 10,5
1,6 2 4,0 10,5
1,9 3 4,1 12
2,1 4 4,8 13
2,2 5 5,4 14,5
2,5 6 5,4 14,5
3,1 7 6,1 16
3,3 8 6,2 17
3,7 9 6,3 18
w1 = 4 + 8 + 9 + 10,5 + 13 + 14,5 + 16 + 18 = 93
(18)(19)
w2 = [ 2
] – 93 = 78
6
(8)(9) (10)(11)
Jadi, u1 = 93 – [ ] = 57 u2 = 78 – [ ] = 23
2 2
Sehingga u = 23
7
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Uji statistik nonparametrik ialah suatu uji statistik yang tidak
memerlukan adanya asumsi-asumsi mengenai sebaran data populasi.
uji Wilcoxon atau uji jumlah rang Wilcoxon adalah suatu cara
nonparametrik yang sangat sederhana untuk membandingkan dua populasi
kontinu bila hanya tersedia sampel bebas yang sedikit dan kedua populasi
asalnya tidak normal.
Enam langkah pengujian Wilcoxon, yaitu:
1. Ho : µ1 = µ2
2. H1 : Tandingannya adalah µ1 < µ2 , µ1 > µ2 , atau µ1 ≠ µ2
3. Pilih taraf keberartian
4. Daerah kritis:
d) Semua nilai u yang memenuhi P(U ≤ u Ho benar) < α bila n2 ≤ 8
dan ujinya ekaarah;
e) Semua nilai u yang memenuhi 2P(U ≤ u Ho benar) < α bila n2 ≤ 8
dan ujinya dwiarah;
f) Semua nilai u yang lebih kecil atau sama dengan nilai kritis yang
sesuai dalam table bila 9 ≤ n2 ≤ 20
5. Hitung w1, w2, u1, u2dari sampel bebas berukuran n1 dan n2, dengan n1≤n2.
Dengan menggunakan yang terkecil diantara u1 dan u2 sebagai u,
tentukanlah apakah u jatuh pada daerah penerimaan atau pada daerah
kritis.
6. Kesimpulan: tolak Ho bila u jatuh dalam daerah kritis; jika sebaliknya,
terima Ho.
8
2. Saran
Dalam mempelajari statistika nonparametrik kita telah tahu banyak mengenai
uji Wilcoxon tetapi belum tahu tentang pengaplikasiannya. Untuk itu saran dari
penulis, diharapkan kepada pembaca agar sudi kiranya untuk menelaah lebih
mendalam mengenai pengaplikasian statistika nonparametrik khususnya
mengenai uji Wilcoxon.
9
DAFTAR PUSTAKA
Walpole, Ronald E. 1986.Ilmu Peluang dan Statistika untuk Insinyur dan Ilmuwan.
Bandung: ITB
10