Anda di halaman 1dari 40

Mata Kuliah : Manajemen Keperawatan

Semester : VIII
DosenPengajar : Ns. Estefina Makausi, S.Kep.,M.MKes

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN


“Konfrensi keperawatan,Timbang terima, Ronde keperawatan”

Disusun oleh :
Kelompok IV
Aprillia Cahyani Wongkar

Sendy V. Mangundap

Benediktus Lakburlawal

Alisia Mentang

Nur Azmi

Santy lebe

Kezya Lahopang

Keren Tarumampen

UNIVERSITAS SARIPUTRA INDONESIA TOMOHON

FAKULTAS KEPERAWATAN

TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang maha Esa karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Manajemen
Keperawatan. Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
penyusunan makalah ini.

Tujuan penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas belajar pada prodi
keperawatan, dimana diharapkan mahasiswa sebagai calon perawat dapat dan
mampu memahami dan mengaplikasikan ilmunya baik untuk dirinya sendiri ataupun
di masyarakat.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan
mahasiswa dan dosen pembimbing untuk kesempurnaan dalam pembuatan
makalah selanjutnya.

Tomohon, 15 februari 2020

Kelompok IV

ii
Contents
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................................3
C. TUJUAN..................................................................................................................3
1. Tujuan umum.........................................................................................................3
2. Tujuan khusus........................................................................................................3
D. MANFAAT...............................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................................5
A. Konferensi Keperawatan..........................................................................................5
1. Definisi Pre dan Post Conference.......................................................................5
2. Jenis Conference...................................................................................................5
3. Tujuan Pre dan Post Conference........................................................................6
4. Syarat Pre dan Post Conference.........................................................................7
5. Pedoman pelaksanaan conference.....................................................................7
6. Panduan perawat pelaksanaan dalam melaksanakan konferensi..................7
B. Timbang Terima.........................................................................................................9
1. Pengertian..............................................................................................................9
2. Tujuan Timbang Terima........................................................................................9
3. Langkah-Langkah Dalam Timbang Terima......................................................10
4. Prosedur Dalam Timbang Terima.....................................................................10
5. Metode Dalam Timbang Terima........................................................................12
6. Faktor-faktor dalam Timbang Terima................................................................13
7. Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga...........................................................14
8. Dokumentasi dalam Timbang Terima...............................................................15
9. Skema Timbang Terima.....................................................................................16
10. Mekanisme Kegiatan Timbang Terima.............................................................17

iii
11. Evaluasi dalam Timbang Terima.......................................................................19
C. Ronde keperawatan............................................................................................20
1. Definisi ronde keperawatan................................................................................20
2. Karakteristik ronde keperawatan.......................................................................21
3. Tujuan Ronde Keperawatan..............................................................................21
4. Manfaat ronde keperawatan..............................................................................22
5. Tipe-tipe Ronde...................................................................................................23
6. Tahapan ronde keperawatan.............................................................................24
7. Langkah-langkah ronde keperawatan..............................................................25
8. Mekanisme ronde keperawatan.........................................................................26
9. Strategi ronde keperawatan yang efektif..........................................................27
10. Hal yang dipersiapkan dalam ronde keperawatan......................................28
BAB III...........................................................................................................................30
PENUTUP....................................................................................................................30
A. KESIMPULAN..........................................................................................................30
B. SARAN......................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................32

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional


yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan
keperawatan menjadi bagian terdepan dari pelayanan kesehatan yang
menentukan kualitas pelayanan di tataran pelayanan di Rumah Sakit, 40% - 60%
pelayanan rumah sakit adalah pelayanan eperawatan (Gillies, 1994).

Perawat sebagai profesi yang mempunyai kemandirian dalam


memberikan asuhan keperawatan selama 24 jam secara berkesinambungan
yang melibatkan klien, keluarga maupun profesi atau tenaga kesehatan yang
lain. manajemen, guna tercapainya pelayanan keperawatan berkwalitas.

Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui tahap-tahap yaitu


pengkajian (kajian situasional), perencanaan (strategis dan operasional),
implementasi dan evaluasi. Manajemen keperawatan adalah suatu proses kerja
yang dilakukan oleh anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara professional. Untuk menjalankan fungsi manajemen agar
berhasil secara optimum seorang manajer keperawatan dituntut untuk dapat
melakukan suatu proses yang meliputi 4 fungsi utama dari manajemen yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan kontrol.

Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan


mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri

1
perawat.  Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif
antar perawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk
komunikasi yang harus ditingkatkan efektifitasnya adalah saat
pergantian shift, yaitu saat timbang terima klien.Timbang terima merupakan
teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (informasi) yang
berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima klien harus dilakukan seefektif
mungkin dengan menjelaskan secara singkat jelas dan lengkap tentang tindakan

2
mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan
perkembangan klien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna.
Timbang terima dilakukan oleh perawat primer antar shift secara tulisan dan
lisan.

Timbang terima merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan


menerima informasi yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima
harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan
komplit tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dilakukan saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna.
Timbang terima dilakukan oleh perawat primer antar shift secara tulisan dan
lisan.

ronde keperawatan (nursing rounds) adalah kegiatan yang


bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang akan
dilaksanakan oleh perawat disamping melibatkan klien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. pada kasus
tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan atau perawat
konselor, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga
melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (nursalam, 2002).

Didalam ronde keperawatan terjadi proses interaksi antara


perawat dengan perawat, perawat dengan pasien. Ronde keperawatan
merupakan prosedur dimana dua atau lebih perawat mengunjungi
pasien untuk mendapatkan informasi yang akan membantu dalam
merencanakan pelayanan keperawatan dan memberikan kesempatan
pada pasien untuk mendiskusikan masalah keperawatannya serta
mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien.
(Kozier et al, 2004)
Ronde keperawatan diperlukan agar masalah klien dapat
teratasi dengan baik, sehingga semua kebutuhan dasar klien dapat
terpenuhi.Perawat professional harus dapat menerapkan ronde
keperawatan, sehingga role play tentang ronde keperawatan ini
sangat perlu dilakukan agar mahasiswa paham mengenai ronde
keperawatan dan dapat mengaplikasikannya kelak saat bekerja.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas penulis merasa tertatik untuk


mengetahui tentang konsep konferensi pada manajamen keperawatan.

C. TUJUAN

1. Tujuan umum
Setelah mencari tahu apa itu konfrensi keperawatan,timbang terima, Ronde
keperawatan ,maka mahasiswa dapat mengetahui dan mampu
mengkomunikasikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan klien dengan
baik dan mampu bermain peran, sehingga kesinambungan informasi
mengenai keadaan klien dapat dipertahankan.

2. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui pengertian dari konferensi


2. Untuk mengetahui tujuan konferensi
3. Untuk mengetahui macam-macam konferensi
4. Menyampaikan masalah, kondisi dan keadaan klien (data fokus).
5. Menyampaikan hal-hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan pada klien.
6. Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
7. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
8. Diketahuinya definisi ronde keperawatan

3
9. Diketahuinya karakteristik ronde keperawatan

10. Diketahuinya tujuan ronde keperawatan

11. Diketahuinya manfaat ronde keperawatan

12. Diketahuinya tipe-tipe ronde keperawatan

13. Diketahuinya tahanpan ronde keperawatan

14. Diketahuinya langkah-langkah ronde keperawatan

15. Diketahuinya mekanisme ronde keperawatan

16. Diketahuinya strategi ronde keperawatan yang efektif

17. Diketahuinya hal-hal yang dipersiapkan dalam ronde keperawatan

18. Diketahuinya komponen yang terlibat ronde keperawatan

19. Diketahuinya langkah-langkah kegiatan ronde keperawatan

D. MANFAAT

1. Sebagai media informasi


2. Sebagai bahan referensi tambahan

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konferensi Keperawatan

1. Definisi Pre dan Post Conference

Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.


Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau
malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. konference
sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan
dari luar.
Merupakan kegiatan berdiskusi kelompok untuk membahas hal-hal yang
telah dilakukan pada praktik klinik atau lapangan, tingkat pencapaian tujuan
praktik klinik hari tersebut, kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya, serta
kejadian lain yang tidak direncanakan, termasuk kejadian kegawatan klien yang
harus dihadapi peserta didik.

2. Jenis Conference

Konferensi terdiri dari pre conference dan post conference yaitu :


a. Pre Conference
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana
setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang
dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada
tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre
conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan
rencana dari katim dan PJ tim(Modul MPKP, 2006)
Waktu : setelah operan

5
Tempat : Meja masing – masing tim
Penanggung jawab : Ketua tim atau Pj tim

Kegiatan :

1) Ketua tim atau Pj tim membuka acara


2) Ketua tim atau pj tim menanjakan rencana harian masing – masing
perawat pelaksana
3) Ketua tim atau Pj tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait
dengan asuhan yang diberikan saat itu.
4) Ketua tim atau Pj tim memberikan reinforcement.
5) Ketua tim atau Pj tim menutup acara
b. Post Conference
Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana
tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift
berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal
penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim
atau Pj tim (Modul MPKP, 2006)
Waktu :Sebelum operan ke dinas berikutnya.
Tempat : Meja masing – masing tim.
Penanggung jawab : ketua tim atau Pj tim

Kegiatan :

1) Ketua tim atau Pj tim membuka acara.


2) Ketua tim atau Pj tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah
diberikan.
3) Ketua tim atau Pj tim yang menanyakan tindakan lanjut asuhan klien
yang harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya.
4) Ketua tim atau Pj menutup acara.

6
3. Tujuan Pre dan Post Conference

Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-


masalah secara kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah,
mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan
untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri
dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk
menghasilkan perubahan non kognitif (McKeachie, 1962). Juga membantu
koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi
pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan
(T.M.Marelli, et.al, 1997).
a. Tujuan pre conference adalah:
1) Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien,
merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil
2) Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan
3) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien
b. Tujuan post conference adalah:
Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan
membandingkan masalah yang dijumpai.

4. Syarat Pre dan Post Conference

a. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan


post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
b. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
c. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan
d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan
anggota tim

5. Pedoman pelaksanaan conference

a. Sebelum dimulai, tujuan conference harus dijelaskan

7
b. Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok
c. Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga fokus diskusi tanpa
mendominasi dan memberi umpan balik
d. Pemimpin harus merencanakan topik yang penting secara periodic
e. Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran serta, keinginan
mengambil tanggung jawab dan menerima pendekatan serta pendapat yang
berbeda
f. Ruang diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat diskusi
g. Pada saat menyimpulkan conference, ringkasan diberikan oleh pemimpin
dan kesesuaiannya dengan situasi lapangan

6. Panduan perawat pelaksanaan dalam melaksanakan konferensi

Adapun panduan bagi PP dalam melakukan konferensi adalah sebagai berikut:


(Ratna Sitorus, 2006).
a. Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas
pagi atau sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana.
b. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masing –
masing.
c. Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi
kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam.
Hal hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi :
1) Keluhan utama klien
2) Keluhan klien
3) TTV dan kesadaran
4) Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru.
5) Masalah keperawatan
6) Rencana keperawatan hari ini.
7) Perubahan keadaan terapi medis.
8) Rencana medis.
d. Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat asosiet tentang
masalah yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi :

8
1) Klien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan, kesalahan
pemberian makan, kebisikan pengunjung lain, kehadiran dokter yang
dikonsulkan.
2) Ketepatan pemberian infuse.
3) Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan.
4) Ketepatan pemberian obat / injeksi.
5) Ketepatan pelaksanaan tindakan lain,
6) Ketepatan dokumentasi.
e. Mengiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.
f. Mengiatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan kemajuan
masing –masing perawatan asosiet.
g. Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalaah yang tidak dapat
diselesaikan.

B. Timbang Terima

1. Pengertian
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu
diantaranya handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage.
Handover adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh
perawat pada pergantian shift jaga. Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi
dari handover adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggungjawab dan
tanggunggugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup
peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Handoffs juga
meliputi mekanisme transfer informasi yang dilakukan, tanggungjawab utama dan
kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya
perawatan.

Nursalam (2008), menyatakan timbang terima adalah suatu cara dalam


menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Handover
adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau transfer tanggungjawab tentang
pasien dari perawat yang satu ke perawat yang lain. Tujuan dari handover adalah
menyediakan waktu, informasi yang akurat tentang rencana perawatan pasien,
terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang akan terjadi dan antisipasinya.

9
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu
laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan
yang harus dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift,dapat
disampaikan juga informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang
telah atau belum dilaksanakan.

2. Tujuan Timbang Terima


a. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada klien.
c. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi,


mereliabilisasi komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan yang
digunakan untuk kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam bekerja.
Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:

a. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan


perasaan perawat.
b. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan
keputusan dan tindakan keperawatan.

3. Langkah-Langkah Dalam Timbang Terima


a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
b. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan
disampaikan.
c. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift
selanjutnya meliputi:
 Kondisi atau keadaan pasien secara umum
 Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
 Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan

10
d. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buru.
e. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara langsung
melihat keadaan pasien.
(Nursalam, 2002)

4. Prosedur Dalam Timbang Terima


1. Persiapan
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap.
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
2. Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing
penanggung jawab:
a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang
masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum
dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan
kepada perawat yang berikutnya.
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
 Identitas klien dan diagnosa medis.
 Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
 Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
 Intervensi kolaborasi dan dependen.
 Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau
prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.
e. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi,
tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas
Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas

11
f. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali
pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
g. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku
laporan ruangan oleh perawat.
(Nursalam, 2002)

Timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu:

a. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan


tanggungjawab. Meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh
perawat jaga sebelumnya.
b. Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan datang
melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu sendiri yang
berupa pertukaran informasi yang memungkinkan adanya komunikasi dua
arah antara perawat yang shift sebelumnya kepada perawat shift yang
datang.
c. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung
jawab dan tugas yang dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat yang
menerima operan untuk melakukan pengecekan data informasi pada medical
record atau pada pasien langsung.

5. Metode Dalam Timbang Terima


1. Timbang terima dengan metode tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005) di
sebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:
a. Dilakukan hanya di meja perawat.
b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak
memungkinkan munculnya pertanyaan atau diskusi.
c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan
kondisi secara umum.
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga,
sehingga proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status
kesehatannya tidak up to date.
2. Timbang terima dengan metode bedside handover

12
Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan sekarang
sudah menggunakan model bedside handover yaitu handover yang
dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau
keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback. Secara
umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga baik secara
tradisional maupun bedside handover tidak jauh berbeda, hanya pada
handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan
terkait kondisi penyakitnya secara up to date.
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien
dengan perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi
pasien secara khusus.
Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan
pasien jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi
penyakit atau persepsi medis yang lain.
Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya:
a. Menggunakan Tape recorder
Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan
kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa
one way communication.
b. Menggunakan komunikasi Oral atau spoken
Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
c. Menggunakan komunikasi tertulis –written
Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record
saja atau media tertulis lain.
Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukan
bahkan beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk
dikombinasi.

Menurut Joint Commission Hospital Patient Safety, menyusun pedoman


implementasi untuk timbang terima, selengkapnya sebagai berikut:

13
1. Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya
pertanyaan dari penerima informasi tentang informasi pasien.
2. Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi terapi,
pelayanan, kodisi dan kondisi saat ini serta yang harus diantipasi.
3. Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh perawat
penerima dengan melakukan pengecekan dengan membaca, mengulang
atau mengklarifikasi.
4. Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk
perawatan dan terapi sebelumnya.
5. Handover tidak disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan kegagalan
informasi atau terlupa.

6. Faktor-faktor dalam Timbang Terima


1. Komunikasi yang objective antar sesama petugas kesehatan.
2. Pemahaman dalam penggunaan terminology keperawatan.
3. Kemampuan menginterpretasi medical record.
4. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
5. Pemahaman tentang prosedur klinik.

7. Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga


Timbang terima atau operan jaga memiliki efek-efek yang sangat mempengaruhi diri
seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-efek dari shift kerja
atau operan adalah sebagai berikut:

1. Efek Fisiologi
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak
gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang
tidur selama kerja malam. Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya
perasaan mengantuk dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan gangguan
pencernaan.
2. Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis
hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman,
dan mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat. Saksono (1991)

14
mengemukakan pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari. Sementara
pada saat itu bagi pekerja malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur,
sehingga tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat
tersisih dari lingkungan masyarakat.
3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek
fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan
kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku
kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.
4. Efek Terhadap Kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung
terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah
terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.
5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang
dilakukan Smith et. Al (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa
frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam)
dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak
semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri
terjadi pada shift malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan
cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada
shift malam.

8. Dokumentasi dalam Timbang Terima


Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam
komunikasi keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan
keperawatan, sarana komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan dokumen
pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Ketrampilan dokumentasi yang
efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan
lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan oleh
perawat.

Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain:

15
a. Identitas pasien.
b. Diagnosa medis pesien.
c. Dokter yang menangani.
d. Kondisi umum pasien saat ini.
e. Masalah keperawatan.
f. Intervensi yang sudah dilakukan.
g. Intervensi yang belum dilakukan.
h. Tindakan kolaborasi.
i. Rencana umum dan persiapan lain.
j. Tanda tangan dan nama terang.

9. Skema Timbang Terima

PASIEN

DIAGNOSA MEDIS DIAGNOSA


MASALAH KEPERAWATAN

RENCANA
TINDAKAN

YANG TELAH YANG AKAN


DILAKUKAN DILAKUKAN

PERKEMBANGAN
KEADAAN PASIEN

16
MASALAH:
TERATASI
BELUM
SEBAGIAN

17
10. Mekanisme Kegiatan Timbang Terima

TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANA

Pra Timbang 1. Kedua kelompok dinas 10 menit Nurse Karu


Terima sudah siap dan berkumpul Station
PP
di Nurse Station.
2. Karu mengecek kesiapan PA
timbang terima tiap PP.
3. Kelompok yang akan
bertugas menyiapkan
catatan (Work Sheet), PP

18
yang akan mengoperkan,
menyiapkan buku timbang
terima & nursing kit.
4. Kepala ruangan membuka
acara timbang terima
dilanjutkan dengan doa.

Pelaksanaan 1. PP dinas pagi melakukan 20 menit Nurse Karu


Timbang timbang terima kepada PP Station
PP
Terima dinas sore. Hal-hal yang
perlu disampaikan PP pada PA
saat timbang terima :
a. Identitas klien dan
diagnosa medis
termasuk hari rawat
keberapa atau post op
hari keberapa.
b. Masalah keperawatan.
c. Data yang mendukung.
d. Tindakan keperawatan
yang sudah/belum
dilaksanakan.
e. Rencana umum yang
perlu dilakukan:
Pemeriksaan

19
penunjang, konsul,
prosedur tindakan
tertentu.
2. Karu membuka dan memberi
salam kepada klien, PP pagi
menjelaskan tentang klien,
PP sore mengenalkan
anggota timnya dan
Disamping
melakukan validasi data.
tempat
3. Lama timbang terima setiap
tidur klien
klien kurang lebih 5 menit,
kecuali kondisi khusus yang
memerlukan keterangan
lebih rinci.

Post timbang 1. Klarifikasi hasil validasi 5 menit Nurse Karu


terima data oleh PP sore. station
PP
2. Penyampaian alat- alat
kesehatan. PA
3. Laporan timbang terima
ditandatangani oleh kedua
PP dan mengetahui Karu
(kalau pagi saja).
4. Reward Karu terhadap
perawat yang akan dan
selesai bertugas.
5. Penutup oleh karu.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

 Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift.


 Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab
 Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas

20
 Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
 Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.
 Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume yang
cukup sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia
bagi klien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan
secara langsung di dekat klien.
 Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya
dibicarakan di nurse station.
(Nursalam, 2008)

11. Evaluasi dalam Timbang Terima


1. Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia
antara lain : Catatan timbang terima, status klien dan kelompok shift timbang
terima. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima yang
dilaksanakan pada pergantian shift yaitu pagi ke sore. Sedangkan kegiatan
timbang terima pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer.
2. Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh
seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat
primer malam menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang akan
mengganti shift. Timbang terima pertama dilakukan di nurse station
kemudian ke bed klien dan kembali lagi ke nurse station. Isi timbang terima
mencakup jumlah klien, masalah keperawatan, intervensi yang sudah
dilakukan dan yang belum dilakukan serta pesan khusus bila ada. Setiap
klien dilakukan timbang terima tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke klien.
3. Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat
dapat mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar perawat berjalan
dengan baik.
C. Ronde keperawatan

21
1. Definisi ronde keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu metode pembelajaran klinik yang
memungkinkan peserta didik mentransfer dan mengaplikasikan pengetahuan
teoritis kedalam praktik keperawatan secara langsung (Nursalam, 2009).
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat disamping
melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilaksanakan oleh perawat primer
dan konselor, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga melibatkan
seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2002).
Ronde keperawatan adalah pertemuan antara staff yang usai kerja
melaporkan pada staf yang mulai kerja tentang kondisi pasien, dengan staf
menjelaskan apa yang telah dilakukan dan mengapa dilakukan yang
membawa setiap kasus ke dalam kerangka kerja berfikir staf, dan secara
sistematis menegakkan kemampuan sistem untuk menangani masalah
medis (Chambliss, 1996).
Ronde keperawatan merupakan prosedur dimana dua atau lebih
perawat mengunjungi pasien untuk mendapatkan informasi yang akan
membantu dalam merencanakan pelayanan keperawatan dan memberikan
kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan masalah keperawatannya
serta mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien
(Kozier et al, 2004)
Ronde keperawatan merupakan proses interaksi antara pengajar dan
perawat atau siswa perawat dimana terjadi proses pembelajaran. Ronde
keperawatan dilakukan oleh teacher nurse atau head nurs dengan anggota
stafnya atau siswa untuk pemahaman yang jelas tentang penyakit dan efek
perawatan untuk setiap pasien (Clement, 2011).

2. Karakteristik ronde keperawatan

Ronde keperawatan mempunyai beberapa karakteristik sebagai


berikut ini:
1. Klien dilibatkan secara langsung

22
2. Klien merupakan fokus kegiatan
3. Perawat aosiaet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi
bersama
4. Kosuler memfasilitasi kreatifitas
5. Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet,
6. Perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi
masalah.

3. Tujuan Ronde Keperawatan

Tujuan dari pelaksanaan ronde keperawatan terbagi menjadi 2 yaitu:


tujuan bagi perawat dan tujuan bagi pasien. Tujuan ronde keperawatan bagi
perawat adalah :
1. Melihat kemampuan staf dalam managemen pasien
2. Mendukung pengembangan profesional dan peluang pertumbuhan
3. Meningkatkan pengetahuan perawat dengan menyajikan dalam format
studi kasus
4. Menyediakan kesempatan pada staf perawat untuk belajar meningkatkan
penilaian keterampilan klinis
5. Membangun kerjasama dan rasa hormat, serta
6. Meningkatkan retensi perawat berpengalaman dan mempromosikan
kebanggaan dalam profesi keperawatan (Armola et al, 2010)

Ronde keperawatan selain berguna bagi perawat juga berguna bagi


pasien. Tujuan pelaksanaan ronde keperawatan bagi pasien adalah :

1. Untuk mengamati kondisi fisik dan mental pasien dan kemajuan hari ke
hari
2. Untuk mengamati pekerjaan staff
3. Untuk membuat pengamatan khusus bagi pasien dan memberikan
laporan kepada dokter mengenai, missal: luka, drainasi, perdarahan, dsb.
4. Untuk memperkenalkan pasien ke petugas dan sebaliknya

23
5. Untuk melaksanakan rencana yang dibuat untuk perawatan pasien
6. Untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan kepuasan pasien
7. Untuk memastikan bahwa langkah-langkah keamanan yang diberikan
kepada pasien
8. Untuk memeriksakan kondisi pasien sehingga dapat dicegah, seperti
ulcus decubitus, foot drop, dsb
9. Untuk membandingkan manifestasi klinis penyakit pada pasien sehingga
perawat memperoleh wawasan yang lebih baik
10. Untuk memodifikasi tindakan keperawatan yang diberikan (Clement,
2011)

4. Manfaat ronde keperawatan

Manfaat dari ronde keperawatan adalah :


7. Ronde keperawatan dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan
pada perawat.
8. Membantu mengembangkan keterampilan keperawatan
9. Membanu mengorientasikan perawat baru pada pasien. Banyak perawat
yang baru masuk tidak mengetahui mengenai pasien yang dirawat di
ruangan. Dengan ronde keperawatan hal ini bisa dicegah, ronde
keperwatan membantu mengorientasikan perawat baru pada pasien
10. Ronde keperawatan juga meningkatkan kepuasan pasien, dengan
tindakan ronde keperawatan menurunkan angka insiden pada pasien
yang dirawat (Clement, 2011).

5. Tipe-tipe Ronde

Berbagai macam tipe ronde keperawatan dikenal dalam studi


kepustakaan. Diantaranya adalah menurut Close dan Castledine (2005) ada
empat tipe ronde yaitu matrons’ rounds, nurse management rounds, patient
comfort rounds dan teaching nurse.
1. Matron nurse seorang perawat berkeliling ke ruangan-ruangan,
menanyakan kondisi pasien sesuai jadwal rondenya. Yang dilakukan

24
perawat ronde ini adalah memeriksa standart pelayanan, kebersihan
dan kerapihan, dan menilai penampilan dan kemajuan perawat
dalam memberikan pelayanan pada pasien.
2. Nurse management rounds, ronde ini adalah ronde manajerial yang
melihat pada rencana pengobatan dan implementasi pada
sekelompok pasien. Untuk melihat prioritas tindakan yang telah
dilakukan serta melibatkan pasien dan keluarga pada proses
interaksi. Pada ronde ini tidak terjadi proses pembelajaran antara
perawat dan head nurse.
3. Patient comport nurse, ronde disini berfokus pada kebutuhan utama
yang diperlukan pasien di rumah sakit. Fungsi perawat dalam ronde
ini adalah memenuhi semua kebutuhan pasien. Misalnya ketika
ronde dilakukan dimalam hari, perawat menyiapkan tempat tidur
untuk pasien tidur.
4. Teaching rounds dilakukan antara teacher nurse dengan perawat
atau mahasiswa perawat, dimana terjadi proses pembelajaran.
Teknik ronde ini biasa dilakukan oleh perawat atau mahasiswa
perawat. Dengan pembelajaran langsung. Perawat atau mahasiswa
dapat langsung mengaplikasikan ilmu yang didapat langsung pada
pasien.

Daniel (2004) walking round yang terdiri dari nursing round, physician-
nurse rounds atau interdisciplinary rounds. Nursing rounds adalah ronde
yang dilakukan antara perawat dengan perawat. Physician-nurse adalah
ronde pada pasien yang dilakukan oleh dokter dengan perawat,
sedangkan interdisciplinary rounds adalah ronde pada pasien yang
dilakukan oleh berbagai macam tenaga kesehatan meliputi dokter,
perawat, ahli gizi serta fisioterapi.

6. Tahapan ronde keperawatan

Tahapan ronde keperawatan adalah :

25
1. Pre-rounds, meliputi: preparation (persiapan), planning
(perencanaan), orientation (orientasi).
2. Rounds, meliputi: introduction (pendahuluan), interaction (interaksi),
observation (pengamatan), instruction (pengajaran), summarizing
(kesimpulan).
3. Post-rounds, meliputi: debriefing (tanya jawab), feedback (saran),
reflection (refleksi), preparation (persiapan).

Langkah-langkah Ronde Keperawatan adalah sebagai berikut:

1. Persiapan
a. Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde.
b. Pemberian inform consent kepada klien/ keluarga.
2. Pelaksanaan
a. Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini
penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana
tindakan yang akan/ telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang
perlu didiskusikan.
b. Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer/ perawat konselor/ kepala
ruangan tentang masalah klien serta tindakan yang akan dilakukan.
d. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang
akan ditetapkan.
3. Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta
menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.
4. Kriteria Evaluasi
Kriteria evaluasi pada pelaksanaan ronde keperawatan adalah
sebagai berikut.
a. Struktur
1. Persyaratan administratif (informed consent, alat dan lainnya).

26
2. Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde
keperawatan.
3. Persiapan dilakukan sebelumnya.
b. Proses
1. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
2. Seluruh perserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai
peran yang telah ditentukan.
c. Hasil
1. Klien merasa puas dengan hasil pelayanan.
2. Masalah klien dapat teratasi.
3. Perawat dapat :
a. Menumbuhkan cara berpikir yang kritis.
b. Meningkatkan cara berpikir yang sistematis.
c. Meningkatkan kemampuan validitas data klien.
d. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis
keperawatan.
e. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah klien.
f. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
g. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
h. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

7. Langkah-langkah ronde keperawatan

Ramani (2003) menjelaskan tahapan ronde keperawatan adalah (1) pre


rounds: preparation (persiapan), plenning (perencanaan),orientasion
(orientasi) (2) rounds : introduction(pendahuluan), interaction (interaksi),
observation (pengamatan), instruction (pengajaran), summarizing
(kesimpulan) (3) post rounds : debriefing (Tanya jawab), feedback (saran),
refrection (refleksi), preparation (persiapan).
Bimbauner (2004) mengatakan bagaimana menyiapkan ronde
keperawatan yaitu :

27
1. Before rounds meliputi :
a) Persiapan : terdiri dari membuat tujuan kegiatan ronde
keperawatandan membaca status pasien dengan jelas sebelum
melakukan ronde keperawatan
b) Orientasi perawat : terdiri dari membuat, menyadari tujuan :
demonstrasi temuan klinis, komunikasi dengan pasien, pemodelan
perilaku professional
c) Orientasi pasien
2. During rounds meliputi :
a) Menetapkan lingkungan : membuat lingkungan yang nyaman serta
dorong untuk mengajukan pertanyaan
b) Menghormati perawat : hormati mereka seperti pemberi layanan paa
pasien, dan pasien perlakukan sebagai manusia, bukan hanya
obyek dari latihan mengajar, peka terhadap bagaimana penyakit
mempengaruhi kehidupan pasien
c) Libatkan semua pasien, bertujuan untuk mengajar semua tingkat
peserta didik, dan mendorong semua untuk berpartisipasi
d) Libatkan pasien : dorong pasien untuk berkontribusi mengenai
masalah penyakitnya, dorong pasien untuk mengajukan pertanyaan
tentang maalahnya,dunakan kata-kata yang dapat dimengerti
pasien, dsb.
3. After rounds : waktu untuk pertanyaan dan memberikan umpan balik

8. Mekanisme ronde keperawatan

a. Perawat membaca laporan mengenai pasien melalui status pasien


sebelum melakukan ronde keperawatan. Halini dilanjutkan clament
(2011) bahwa perawat sebaiknya melihat laporan penilaian fisik dan
psikososial pasien 2-3 menit.selain itu juga perawat menetapkan tujuan
yang ingin dicapai ketika pelaksanaan ronde keperawatan. Sebelum
menemui pasien, sebaiknya perawat membahas tujuan yang ingin
dicapai (clament 2011).

28
b. Perawat menentukan pasien yang akan dilakukan ronde keperawatan.
Hal itu disebut sitorus (2006) sebelumdilakukan ronde perawat primer
(PP) menentukan 2-3 klien yang akan dironde dan ditentukan pasien
yang akan dironde. Sebaliknya dipilih klien yang perawatan khusus
dengan masalah yang relative lebih kompleks(sitorus 2006).
c. Ronde keperawatan dilakukan pada pasien. Perawat melaporkan
kondisi, tindakan yang sudah dilakukan dan yang akaan dilakukan,
pengobatan, serta rencana yang lain. Clement (2011) saat ronde
keperawatan melaporkan tentang kondisi pasien, asuhankeperawatan,
perawat medis dan prognosis. Selain itu juga menurut Annual review of
nursing education dalam ronde keperawatan, perawat mendiskusikan
diagnosis keperawatan yang terkait, intervensi keperawatan, dan hasil.
Mengenai masalah yang sensitive sebaiknya tidak didiskusikan
dihadapan klien (sitorus, 2006)

9. Strategi ronde keperawatan yang efektif

Ramani (2003) menyebutkan ada beberapa strategi agar ronde keperawatan


berjalan efektif yaitu :
a. Melakukan persiapan dengan seksama terkait dengan pelaksanaan
ronde keperawatan baik waktu pelaksanaan, pasien masalah yang
terkait, dan sebagainya.
b. Membuat perencanaan apa yang akan dilakukan meliputi : system
apa yang akan diajarkan, aspek-aspek apa yang harus ditekankan:
pemeriksaan fisik,melakukan tindakan, dan sebagainya. Rencanakan
agar semua aktif terlibat dalam kegiatan, pilih pasien yang akan
dilakukan proses pembelajaran, serta tentukan berapa banyak waktu
yang harus dihabiskan dengan pasien tertentu.
c. Orientasikan pada perawat tujuan yang ingin dicapai. Kegiatan berikut
ini dapat dilakukan selama fase orientasi:
1) orientasikan perawat untuk tujuan latihan dan kegiatan yang
direncanakan.
2) memberikan peran kepada setiap anggota tim.

29
3) buat aturan mengenai ronde.
4) setiap diskusi sensitive perlu ditunda dan seluruh tim harus
menyadari hal ini.
d. Perkenalkan diri anda dan tim pada pasien meliputi :
1) Memperkenalkan diri kepada pasien
2) Pasien perlu diberitahu bahwa pertemuan itu terutama dimaksudkan
untuk berdiskusi mengenai pemberian perawatan pada pasien
3) Keluarga tidak perlu diminta untuk pergi jika pasien ingin untuk
ditemani
e. Meninggalkan waktu untuk pertanyaan,klarifikasi, menempatkan
pembacaan lebih lanjut. Fase ini terjadi diluar ruangan, keluar dari
pasien jarak pendengaran. Ini adalah kesembatan untuk mendiskusikan
aspek sensitive dari riwayat pasien.
f. Evaluasi pelaksanaan yang telah dilakukan. Mulai persiapan untuk
pertemuan berikutnyadengan merefleksikan pada diri mengenai hasil
ronde yang telah dilakukan.

10. Hal yang dipersiapkan dalam ronde keperawatan

Supaya ronde keperawatan yang dilakukan berhasil, maka bisa


dilakukan persiapan sebagai berikut:
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan
masalah yang langka).
b. Menentukan tim ronde keperawatan.
c. Mencari sumber atau literatur.
d. Membuat proposal.
e. Mempersiapkan klien : informed consent dan pengkajian.
f. Diskusi : apa diagnosis keperawatan ?; Apa data yang
mendukung ?; Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?;
Apa hambatan yang ditemukan selama perawatan?
 Langkah-langkah kegiatan ronde keperawatan

PP

30
Tahap pra……….

PENETAPAN PASIEN

PERSIAPAN PASIEN :
o Informed consent
o Hasil pengkajian/validasi data

PENYAJIAN MASALAH  Apa diagnosis


Tahap Pelaksanaan
MASLA keperawatan
 Apa data yang
mendukung
di nurse station…
 Bagaimana intervensi
yang dilakukan ?
 Apa hambatan yang
ditemukan ?

VALIDASI DATA

31
Diskusi PP
Konselor, KARU
Tahap Pelaksanaan di kamar pasien…………………………

Lanjutan - diskusi
di nurse station

Kesimpulan dan Rekomendasi


Solusi masalah

Pasca Ronde…………………………………………….

32
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Konferensi merupakan kegiatan berdiskusi kelompok untuk membahas


hal-hal yang telah dilakukan pada praktik klinik atau lapangan, tingkat
pencapaian tujuan praktik klinik hari tersebut, kendala yang dihadapi dan cara
mengatasinya, serta kejadian lain yang tidak direncanakan, termasuk kejadian
kegawatan klien yang harus dihadapi peserta didik.

Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima


suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan
kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan
antar shift,dapat disampaikan juga informasi-informasi yang berkaitan dengan
rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan.Timbang terima adalah
satu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan
dengan keadaan klien (Nursalam, 2002). Timbang terima bertujuan untuk
kesinambungan informasi mengenai keadaan klien secara menyeluruh sehingga
tercapai asuhan keperawatan yang optimal.

Ronde keperawatan adalah suatu metode pembelajaran klinik yang


memungkinkan peserta didik mentransfer dan mengaplikasikan pengetahuan
teoritis kedalam praktik keperawatan secara langsung (Nursalam, 2009). Ronde
keperawatan mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut ini: Klien
dilibatkan secara langsung, klien merupakan fokus kegiatan, perawat aosiaet,
perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama. Ramani (2003)
menjelaskan tahapan ronde keperawatan adalah (1) pre rounds: preparation
(persiapan), plenning (perencanaan),orientasion (orientasi) (2) rounds :
introduction(pendahuluan), interaction (interaksi), observation (pengamatan),

33
instruction (pengajaran), summarizing (kesimpulan) (3) post rounds : debriefing
(Tanya jawab), feedback (saran), refrection (refleksi), preparation (persiapan).

B. SARAN
Demikianlah yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahan,karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna, bagi penulis
khususnya dan juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

34
DAFTAR PUSTAKA
Bimbauner ,. D,. M. (2004) Bedside Teaching
http;//archieve.cordem.Org/facdev/2004 meeting/biml.doc.

Clament, I. (2011). Management nursing services and education. Adition 1, india:


Elsevier.

Depkes RI. 2006. Panduan Nasional Keselamatan Pasien di Rumah Sakit.


Online.http://www.inapatsafety-persi.or.id/data/panduan.pdf.Diakses tanggal 26
Januari 2013.
Dewi, M. 2011. Pengaruh Pelatihan Timbang Terima Pasien Terhadap Penerapan
Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana di RSUD
Raden.Online.http://www.ejurnal.ung.ac.id/index.php.Diakses tanggal 26 Januari
2013.

Gillies, (1989). Managemen Keperawatan Suatu pendekatan Sistem, Edisi


Terjemahan. Alih Bahasa Dika Sukmana dkk. Jakarta.

Nursalam, (2002). Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Salemba Medika. Jakarta.

Nursalam, Efendi, F. (2009). Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika

Nursalam, 2011. Manajemen Keperawatan. Salemba Medika.

PSIK, (2003). Buku Panduan Manajemen Keperawatan : Program Pendidikan Ners.


Surabaya.

Rohita, tita dan Krisna Yetti. (2017). Peningkatan Kualitas Pelayanan Keperawatan
Melalui Ronde dan Pendokumentasikan. Jurnal Dunia Keperawatan, vol 5,
No 1 : 50-55.

35

Anda mungkin juga menyukai