Anda di halaman 1dari 6

Pertanyaan

Cindy Rahayu P

Assalamu’alaikum, kaka saya ingin bertanya, dimakalah disebutkan 3 dampak

gempa yairu dampak fisik, dampak non fisik, dan kesehatan mental. Di dampak

non fisik dijelaskan dampak negatifnya mempengaruhi psikologis, dan setahu saya

kesehatan mental juga berhubungan dengan psikologis. Tolong dijelaskan

perbedaan spesifik kedua dampak tersebut dan juga perbedaan peran perawat pada

dampak noon fisik dan kesehatan mental. Terimakasih.

Jawaban

Mellysa Setyawati

Saya akan mencoba menjawab pertanyaan kak cindy dan saya bingung

jawabnya mungkin nanti kelompok akan menambahkan.

Bismillahirrohmanirrohiim. Jadi begini kak, sepaham saya yang di makalah itu

yang non fisik itu mempunyai dampak ke psikologinya akibat bencana gempa atau

pengaruh itu ke psikologinya, kalau kesehatan mental itu memang kondisi

mentalnya sudah terganggu.

Karena pasti dampak kejiwaan pada setiap orang berbeda namun masih dalam

satu lingkup pada gangguan kejiwaan

Helen Ayu P

Saya mencoba menjawab perbedaan dampak kesehatan mental dan dampak

non fisik.

Dampak kesehatan mental :


1. Gangguan yang terjadi pada emosi, pola piker, serta perilaku.
2. Gejala yang terjadi berupa perasaan sedih yang terus-menerus, perasaan

marah, halusinasi, dan lainnya.

Dampak kesehatan mental :

1. Kebutuhan rasa aman dan nyaman


2. Gejala yang timbul biasanya berupa perasaan cemas, ketakutan, dan

lainnya.

Karena keduanya mempunyai kaitan erat dengan psikologis seseorang maka

dalam perannya beberapa hal berikut bias dilakukan oleh perawat :

1. Perawat harus meluangkan waktu di sisi klien pada waktu tertentu dan

mendorong klien untuk menceritakan apa yang dirasakan, baik itu tentang

keluhan rasa sakit, perasaan terkait masalah keluarga, dan keluhan lainnya

yang menjadi pikiran.


2. Perawat memberikan nasehat yang sekiranya membantu disertai komunikasi

dan sentuhan terapeutik untuk menenangkan klien dan sebagai sikap

dukungan.
3. Perawat memberikan penjelasan terhadap apa yang dikeluhkan
4. Perawat bias mengajarkan teknik relaksasi atau teknik perubahan perilaku dan

mendorong pikiran dan sikap klien kea rah positif dalam menyelesaikan

masalah atau keluhannya.


5. Perawat menanamkan semangat dan motivasi yang tinggi pada klien.

Semangat dan motivasi ini bias berupa kata-kata nada yang semangat, ceria

dan juga disertai dengan Bahasa non verbal seperti gerakan, tersenyum, dan

tatapan yang meyakinkan.

Cindy Rahayu P

Terimakasih atas penjelasannya kak


Pertanyaan

Nahdiatun Naharoh

Assalamu’alaikum wr wb. Saya mau Tanya apakah peran perawat pada saat

peringatan dini siaga, awas, dan waspada bencana alam gempa bumi? Jika

berbeda mohon untuk dijelaskan pada tiap fase sia, awas, dan waspada.

Terimakasih.

Jawaban

Helen Ayu P

Mohon maaf kak sebelumnya, setahu kami pada bencana gempa tidak ada

status waspada, siaga, dan awas. Yang ada yaitu kejadian gempa yang bias

menyebabkan terjadinya tsunami sehingga baru bias mengeluarkan status bahaya

berupa :

1. Waspa. Status waspada dikeluarkan berdasarkan perkiraan ketinggian

gelombang tsunami kurang dari 50 cm sampai 3 meter.


2. Siaga. Status siaga dikeluarkan ketika diestimasi potensi gelombang tsunami

akan terjadi dengan ketinggian 0.5 meter hingga sekitar 3 meter.


3. Awas. Pada konsidi ini ketinggian gelombang tsunami yang terjadi

diperkirakan bias mencapai lebih dari 3 meter. Status awas biasanya diikuti

sirine sebagai penanda masyarakat harus melakukan evakuasi.

Nyi Endah Puspitasari

Pada saat terjadinya bencana alam seseorang perawat harus siap dalam kondisi

apapun dan situasi apapun karena kita tidak bias menebak alam, sejak pertama

terjadinya bencana dari peringatan siaga kita sudah berjaga-jaga untuk

menyiapkan apa yang dibutuhkan.


Jaka Hari K

Menambahkan ya kak, untuk situasi gempa bumi status waspada, awas, dan

siaga memang tidak ada kak. Tapi biasanya untuk tim medis di wilayah bencana

gempa itu berperan untuk menormalkan situasi terutama psikologi, lalu biasanya

kita juga berperan di pencegahan infeksi paska terjadinya bencana.

Nahdiatun Naharoh

Iya kak. Yang saya maksud efek dari gempa itu kan tsunami, berarti pada fase

awas, waspada, dan siaga itu peran kita sama yaitu menghimbau masyarakat untuk

berjaga-jaga apa yang dibutuhkan? Terus pencegahan infeksi pasca gempa yang

tanpa disertai tsunami itu bagaimana kak?

Wulan Riski NH

Untuk pencegahan infeksi pasca gempa bumi tindakan desinfeksi dapat

mengurangi kemungkinan terjadi infeksi antar pasien korban gempa bumi dengan

cara membunuh organisme patogen.

Helen Ayu P

Kita ambil contoh penanganan pencegahan penyebaran infeksi pasca gempa

Palu.

Pada saat kejadian gempa, tim survailans Kemenkes telah membangun system

pelaporan yang ideal. Sehingga pada saat pasca gempa, malaui system itulah

pemantauan terhadap penyakit potensial KLB dilakukan.


Teknisnya, tim surveilans mendata penyakit apa saja yang tengah diderita oleh

warga, kemudian jika muncul penyakit, tim surveilans langsung melakukan

penyelidikan epidemiologi.

Selain itu Kemenkes juga telah memastikan persediaan obat tetap aman,

fasilitas kesehatan yang menunjang walaupun berada di tenda, serta

mendistribusikan kelambu.

Di sisi kesehatan keluarga, terutama terkait kesehatan reproduksi, Kemenkes

telah melakukan beberapa pencegahan yaitu mencegah dan manangani kekerasan

seksual, mencegah penularan HIV, mencegah meningkatnya kesakitan dan

kematian maternal-neonatal, dan melanjutkan pelayanan KB.

Dilakukan pula workshop penanganan kasus kekeraan berbasis gender pada

situasi bencana kepada relawan local, serta pemasangan stiker pemisahan toilet

laki-laki dan perempuan.

Kemenkes telah emngupayakan yang terbaik bagi kesehatan korban bencana

gempa. Tidak hanya pada saat kejadian gempa, upaya tersebut juga dilakukan

pasca gempa untuk mencegah terjadinya penykit dari lingkungan.

Nahdiatun Naharoh

Apanya kak yang di disinfeksi? Lalu infeksi yang kemungkinan muncul apa

ya pada saat pasca terjadinya gempa?

Helen Ayu P

Brikut ini adalah beberapa penyakit yang rentan terjadi setelah gempa :

1. Diare. Bencana seperti gempa membuat warga yang menjadi korban kesulitan

untuk mencari sumber air bersih, sehingga resiko diare menjadi sangat tinggi.
2. Hepatitis A. Tidak tersedianya sumber air bersih di tempat pengungsian

korban gempa membuat resiko hepatitis A menjadi sangat tinggi. Penyakit ini

dapat menular dari satu orang ke orang lainnya melalui sember air yang

tercemar feses.
3. Meningitis. Meningitis alias radang selaput otak terjadi akibat infeksibakteri,

virus jamur, maupun protozoa, Penyakit ini dapat menular melalui kontak

jarak dekat, batuk, bersin, atau lingkungan yang tidak terjaga kebersihannya.
4. ISPA. Korban gempa yang berada di pengungsian beresiko tinggi mengalami

ISPA karena penyakit ini bias menular melalui droplet atau cairan yang

dikeuarkan penderita saat batuk atau bersin.


5. Malaria dan Demam Berdarah. Kedua jenis penyakit ini dibawa oleh nyamuk

pembawa penyakit. Kondisi pasca bencana yang membuat keadaan sanitasi

buruk sehingga menyuburkan perkembangbiakan malaria dan nyamuk demam

berdarah.

Nahdiatun naharoh

Oke kak terimakasih

Helen Ayu P

Terimakasih sudah mampir kak

Anda mungkin juga menyukai