Anda di halaman 1dari 232

PANDUAN PENYUSUNAN

RENCANA PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS


PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

©2018 hak cipta pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Cetakan Kedua

TIM PENYUSUN :

Pengarah : Ir. Sri Hartoyo, Dipl.SE, ME


Ir. Rina Farida, M.T.
Koordinator : Ir. Didiet Arief Akhdiat, M.Si.
Rozali Indra Saputra, S.T., M.Sc.
Astriana Harjanti, S.T., M.M., M.Sc.
Editor : Rozali Indra Saputra, S.T., M.Sc., Astriana Harjanti, S.T., M.M., M.Sc.,
Andreas Agung Widhijanto, S.T., M.T., Nasrudin Merlian, S.T.
Kontributor : Ir. Didiet Arief Akhdiat, M.Si., Rozali Indra Saputra, S.T., M.Sc.,
Astriana Harjanti, S.T., M.M., M.Sc., Andreas Agung Widhijanto, S.T., M.T.,
Dyah Lalita Widyanari, S.T., Randi Pratama Kusuma, S.T.,
Agung Jadi Prakoso, S.T., Otik Sukowati, Pingkan Dias Lestari, S.T.,
Sri Kuntari, Yayat Wihadi, S.T., Nasrudin Merlian, S.T., Billy Arjuna, S.Si.,
Sofyan Nurhadi, S.Si., Sinta Ria Arini, S.T., Muhammad Ridlo Haqiqi, S.T.,
Ray Dhanitra Ahmad, S.T., Moammar Alziavi Qolbi, M.T.,
Ritami Rannu Surira Nari, S.T., I Putu Hartawan, S.T.
Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penyusunan Buku Panduan Pelaksanaan Rencana
Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Perkotaan (RP2KPKP) dapat berjalan lancar dengan tepat
waktu.
Pengembangan kawasan permukiman di perkotaan
memiliki fungsi yang strategis dalam menunjang
pertumbuhan ekonomi kota. Kontribusi permukiman
perkotaan melalui pemenuhan kebutuhan permukiman
yang layak, secara langsung akan memberikan kontribusi
dalam peningkatan produktivitas masyarakat sehingga
mendorong pembangunan nasional yang mampu berdaya
saing.

Upaya perwujudan permukiman yang layak huni sejalan dengan upaya mewujudkan peningkatan
dan pemerataan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Perwujudan permukiman perkotaan yang layak huni dimulai dengan penanganan permukiman
kumuh perkotaan yang komprehensif dan kolaboratif. Keterpaduan antar berbagai aspek
permukiman sangat diperlukan untuk menjamin penanganan secara tuntas yang terintegrasi
dengan pengembangan skala kota. Sistem yang terintegrasi ini perlu didukung oleh semua pelaku
pembangunan secara kolaboratif. Tanggung jawab pengembangan perkotaan harus ditopang oleh
kerjasama yang solid dari pemangku kepentingan sesuai dengan peran masing-masing.
Penanganan permukiman kumuh perkotaan merupakan upaya bersama dalam kesetaraan pelaku
pembangunan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi kota yang berkesinambungan.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP i


Penyelenggaraan permukiman kumuh perkotaan memerlukan perencanaan yang
berkesinambungan dan terstruktur sebagai acuan pelaksanaan pembangunan untuk mewujudkan
kota tanpa permukiman kumuh. Pemerintah kab/kota sebagai nahkoda harus didorong untuk
memiliki dokumen perencanaan sebagai dasar pengembangan kawasan permukiman sehingga
penyelenggaraan pembangunan permukiman kumuh perkotaan berada pada arah yang tepat
menuju permukiman yang layak huni dan berkelanjutan. Produk dari dokumen perencanaan
penanganan permukiman kumuh perkotaan diharapkan memiliki kualitas yang bermutu tinggi, baik
dari segi konsep, strategi, kegiatan, sampai dengan konsep desain dan desain teknis kawasan.
Selain itu, aspek non-fisik diharapkan juga menjadi perhatian dalam perencanaan penanganan
permukiman kumuh perkotaan untuk mendukung aspek fisik yang dibangun.
Melalui buku ini, diharapkan proses penyusunan dokumen perencanaan yang berupa Rencana
Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) dapat
dilaksanakan dengan baik untuk mendukung penyelenggaraan permukiman kumuh perkotaan
menuju permukiman yang layak huni dan berkelanjutan.

Jakarta, April 2018

Ir. Rina Farida


Ir. Rina Farida, MT
Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

ii PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


APAR : Alat Pemadam Api Ringan
ASKOT : Assisten Kota Program Pemberdayaan Masyarakat
BKM : Badan Keswadayaan Masyarakat
CAP : Community Action Plan
DED : Detail Engineering Design
FGD : Focus Group Discussion
IPAL : Instalasi Pengelolaan Air Limbah
IPAS : Instalasi Pengelolaan Akhir Sampah
IPLT : Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu
Korkot : Koordinator Kota Fasilitator P2KKP
KOTAKU : Kota Tanpa Kumuh
KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat
KSN : Kawasan Strategis Nasional
KSP : Kawasan Strategis Provinsi
KSK : Kawasan Strategis Kota/Kabupaten
NUAP : Neighborhood Upgrading Action Plan
NUSP : Neighborhood Upgrading Shelter Project
MBR : Masyarakat Berpenghasilan Rendah
P2KKP : Program Peningkatan Kualitas Kumuh Perkotaan
Pokjanis : Kelompok Kerja Teknis

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP iii


RAB : Rencana Anggaran Biaya
RDTR : Rencana Detail Tata Ruang
RKM : Rencana Kerja Masyarakat
RKP : Rencana Kawasan Permukiman
RP2KPKP : Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
RP2KP : Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman
RP3KP : Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan
Permukiman
RPI2JM : Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RPJP : Rencana Pembangunan Jangka Panjang
RPKPP : Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas
RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah
SDGs : Sustainable Development Goals
SIAP : Slum Improvement Action Plan
SKS : Survey Kampung Sendiri
SPAM : Sistem Pengelolaan Air Minum
SPM : Standar Pelayanan Minimal
SPMK : Surat Perintah Mulai Kerja
SPPIP : Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
TAP : Tenaga Ahli Pendamping
TPS : Tempat Pengolahan Sampah
TPS 3R : Tempat Pengolahan Sampah 3R
TPST : Tempat Pengolahan Sampah Terpadu

iv PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... i
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... v
DATAR TABEL ............................................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................................... ix

BAB 1 – PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1-1


1.1 LATAR BELAKANG ....................................................................................................................1-1
1.2 MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN ........................................................................................1-4
1.2.1 MAKSUD .........................................................................................................................1-4
1.2.2 TUJUAN ..........................................................................................................................1-4
1.2.3 SASARAN ........................................................................................................................1-4
1.3 KELUARAN KEGIATAN .............................................................................................................1-4
1.4 MANFAAT PANDUAN ................................................................................................................1-5
1.5 SISTEMATIKA PANDUAN ..........................................................................................................1-6

BAB 2 – PEMAHAMAN DASAR RP2KPKP ................................................................................... 2-1


2.1 LANDASAN HUKUM .................................................................................................................2-1
2.1.1 AMANAT UNDANG-UNDANG NO.1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN
KAWASAN PERMUKIMAN ........................................................................................................2-2

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP v


2.1.2 AMANAT UNDANG-UNDANG NO.23 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAHAN
DAERAH .................................................................................................................................... 2-4
2.1.3 AMANAT RPJMN 2015-2019 .......................................................................................... 2-6
2.1.4 PERMEN PUPR NO.2/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP
PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH ................................................. 2-10
2.1.5 PERMEN PUPR NO.1/PRT/M/2016 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG
PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG .......................................................... 2-26

2.2 PERMASALAHAN DAN KEBUTUHAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH .................. 2-29


2.3 PENANGANAN PERMASALAHAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN MELALUI
RP2KPKP ................................................................................................................................. 2-31
2.3.1 PEMAHAMAN DASAR RP2KPKP ................................................................................. 2-31
2.3.2 MUATAN PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS DALAM KONTEKS
RP2KPKP ...................................................................................................................... 2-32
2.3.3 PENDEKATAN RP2KPKP ............................................................................................. 2-34
2.3.4 KEDUDUKAN RP2KPKP DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN
KABUPATEN/KOTA ...................................................................................................... 2-36
2.3.5 PENDEKATAN RP2KPKP DALAM SKEMA PROGRAM PENANGANAN PERMUKIMAN
KUMUH ......................................................................................................................... 2-41
2.3.6 PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM RP2KPKP ............................................ 2-42
2.3.7 LEGALISASI RP2KPKP ................................................................................................. 2-46

BAB 3 – KEGIATAN PENYUSUNAN RP2KPKP ............................................................................ 3-1


3.1 RUANG LINGKUP KEGIATAN RP2KPKP ................................................................................. 3-1
3.1.1 LINGKUP KEGIATAN PENYUSUNAN RP2KPKP ........................................................... 3-1
3.1.2 LINGKUP WILAYAH PENYUSUNAN RP2KPKP ............................................................. 3-5
3.1.3 KEDALAMAN SUBSTANSI RP2KPKP .......................................................................... 3-11
3.2 PROSES DAN PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN RP2KPKP ...................................... 3-12
3.2.1 TAHAP PERSIAPAN ...................................................................................................... 3-14
3.2.2 TAHAP VERIFIKASI DAN JUSTIFIKASI LOKASI SERTA PERUMUSAN KONSEP DAN
STRATEGI ..................................................................................................................... 3-37
3.2.3 TAHAP PERUMUSAN RENCANA PENANGANAN .................................................... 3-105

vi PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


3.2.4 TAHAP PENYUSUNAN DESAIN TEKNIS ...................................................................3-125
3.3 KELUARAN YANG DIHASILKAN ...........................................................................................3-148

TIM PENYUSUN .......................................................................................................................... 153

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP vii


Tabel 2.1 Pembagian Urusan Pemerintah terkait Penanganan Permukiman Kumuh ............. 2-6
Tabel 2.2 Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh ......................................... 2-25
Tabel 2.3 Standar Minimal Pelayanan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sub
bidang Keciptakaryaan ........................................................................................... 2-27
Tabel 2.4 Muatan Pencegahan terjadinya Permukiman Kumuh ............................................ 2-32
Tabel 2.5 Muatan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh ............................................... 2-33
Tabel 2.6 Peran dan Bentuk Keterlibatan Pemangku Kepentingan dalam Penyusunan
RP2KPKP ................................................................................................................. 2-43

Tabel 3.1 Keterkaitan Lingkup Kegiatan dengan Capaian dalam Kegiatan Penyusunan
RP2KPKP ................................................................................................................... 3-1
Tabel 3.2 Contoh Form Survey .............................................................................................. 3-23
Tabel 3.3 Contoh Form Data Umum Permukiman Kumuh .................................................... 3-25
Tabel 3.4 Tabel Overview Kebijakan Pembangunan Daerah ................................................ 3-33
Tabel 3.5 Overview Program/Kegiatan Sektor Penanganan Permukiman Kumuh ................ 3-36
Tabel 3.6 Contoh Form isian Data Profil Permukiman Kumuh ............................................... 3-44
Tabel 3.7 Contoh data profil permukiman yang menampilkan data numerik dan
persentase ............................................................................................................... 3-47
Tabel 3.8 Contoh Rekapitulasi Hasil Survey dan Pengolahan Data Permukiman Kumuh .... 3-49
Tabel 3.9 Form Verifikasi Permukiman Kumuh Perkotaan ..................................................... 3-62

viii PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Tabel 3.10 Tabel Kriteria dan Indikator Penentuan Urutan Kawasan Prioritas .........................3-72
Tabel 3.11 Hasil Penilaian Penentuan Klasifikasi dan Skala Prioritas Penanganan ................3-78
Tabel 3.12 Contoh Tabel Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator Dan Parameter
Kekumuhan .............................................................................................................3-81
Tabel 3.13 Contoh Tabel Rekapitulasi Hasil Penilaian, Penentuan Klasifikasi, Dan Skala
Prioritas Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh ............................................3-81
Tabel 3.14 Contoh Rumusan Kebutuhan Penanganan Skala Kota/Perkotaan ........................3-88
Tabel 3.15 Contoh Rumusan Kebutuhan Penanganan Skala Kawasan ..................................3-89
Tabel 3.16 Contoh Perumusan Strategi Skala Kota .................................................................3-96
Tabel 3.17 Contoh Perumusan Konsep dan Strategi Penanganan Permukiman Kumuh Skala
Kawasan ..................................................................................................................3-96
Tabel 3.18 Contoh Skema Skenario Pentahapan Skala Kota dan Skala Kawasan ...............3-106
Tabel 3.19 Contoh Tabel Rencana Aksi Program Kawasan Prioritas Penanganan
Permukiman Kumuh ..............................................................................................3-114
Tabel 3.20 Contoh Tabel Memorandum Program ..................................................................3-115
Tabel 3.21 Contoh Daftar Komponen Pembangunan Tahap 1 (By Name by Address) ........3-127

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP ix


Gambar 2.1 Proses Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Kumuh Menurut
UU No. 1/ 2011 ........................................................................................................ 2-3
Gambar 2.2 Struktur Pembagian Peran Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat ....... 2-4
Gambar 2.3 Peran Antar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengembangan
Kawasan Permukiman .............................................................................................. 2-5
Gambar 2.4 Ilustrasi Arah Pembangunan Kota yang Dibentuk Berdasarkan Pada Kebutuhan
Kabupaten/Kota ...................................................................................................... 2-30
Gambar 2.5 Pendekatan dalam Pembangunan dan Pengembangan Permukiman ................. 2-35
Gambar 2.6 Skema Kedudukan RP2KPKP dalam Kerangka Perencanaan Pembangunan ..... 2-39
Gambar 2.7 Keterkaitan RP2KPKP dengan Program-program Penanganan Permukiman
Kumuh Lainnya ....................................................................................................... 2-42
Gambar 2.8 Keterkaitan antarstakeholder dalam proses penyusunan RP2KPKP .................... 2-43
Gambar 2.9 Pendekatan Alur Proses Penyusunan Peraturan Walkota/Peraturan Bupati
berdasarkan Permendagri Nomor 53 Tahun 2011 ................................................. 2-47
Gambar 2.10 Kedudukan proses penyusunan produk Peraturan Walikota/Bupati dan
Dokumen RP2KPKP ................................................................................................ 2-48

Gambar 3.1 Contoh delineasi Kawasan Permukiman Perkotaan di Lingkup Administrasi Kota . 3-6
Gambar 3.2 Contoh Delineasi Kawasan Permukiman Perkotaan di Lingkup Administrasi
Kabupaten ................................................................................................................. 3-6

x PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Gambar 3.3 Contoh Sebaran Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan berdasarkan SK
Kumuh .......................................................................................................................3-6
Gambar 3.4 Contoh Peta Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas ..............................................3-9
Gambar 3.5 Contoh Peta Komponen Pembangunan Tahap 1 ..................................................3-11
Gambar 3.6 Skema Dasar Pertimbangan Perumusan Strategi dan Program Penanganan ......3-11
Gambar 3.7 Kerangka Pelaksanaan Kegiatan RP2KPKP ...........................................................3-14
Gambar 3.8 Rangkaian Kegiatan pada Lingkup Kegiatan Persiapan ........................................3-16
Gambar 3.9 Contoh Data Awal Profil Permukiman Kumuh ........................................................3-29
Gambar 3.10 Contoh Peta Hasil Overlay Permukiman Kumuh Eksisting dengan Rencana Pola
Ruang ......................................................................................................................3-37
Gambar 3.11 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Untuk Lingkup Kegiatan Verifikasi dan
Perumusan Strategi .................................................................................................3-41
Gambar 3.12 Kedudukan Verifikasi Lokasi Permukiman Kumuh .................................................3-60
Gambar 3.13 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator
Bangunan Gedung/Hunian .....................................................................................3-68
Gambar 3.14 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator
Jalan Lingkungan ....................................................................................................3-68
Gambar 3.15 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator
Drainase Lingkungan ..............................................................................................3-69
Gambar 3.16 Contoh Peta Klasifikasi Tingkat Kekumuhan .........................................................3-83
Gambar 3.17 Contoh Peta Sebaran Dan Urutan Permukiman Kumuh Prioritas Berdasarkan
Hasil Penilaian Terhadap Kompleksitas Permasalahan .........................................3-83
Gambar 3.18 Skema Umum Perumusan Konsep dan Strategi Pencegahan dan Peningkatan
Kualitas Permukiman Kumuh Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011
dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun
2016 .........................................................................................................................3-95
Gambar 3.19 Contoh Peta Strategi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
Kumuh Skala Kota/Perkotaan .................................................................................3-98
Gambar 3.20 Contoh Peta Konsep dan Strategi Penanganan Skala Kawasan...........................3-98
Gambar 3.21 Rangkaian Kegiatan pada Lingkup Kegiatan Perumusan Rencana
Penanganan ..........................................................................................................3-103
Gambar 3.22 Contoh 1 Konsep Desain Kawasan ......................................................................3-107
Gambar 3.23 Contoh 2 Konsep Desain Kawasan Permukiman Kumuh ....................................3-108

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP xi


Gambar 3.24 Contoh 3 Konsep Desain Kawasan Permukiman Kumuh.................................... 3-109
Gambar 3.25 Contoh 4 Konsep Desain Kawasan Permukiman Kumuh.................................... 3-110
Gambar 3.26 Contoh Peta Rencana Aksi Program Penanganan Bangunan Permukiman
Kumuh ................................................................................................................... 3-113
Gambar 3.27 Contoh Peta Rencana Aksi Program Penanganan Jalan Lingkungan ................ 3-113
Gambar 3.28 Rangkaian Kegiatan pada Lingkup Kegiatan Penyusunan Desain Teknis .......... 3-123
Gambar 3.29 Plotting/pemetaan Daftar Komponen Infrastruktur Pembangunan tahap 1 ........ 3-128
Gambar 3.30 Contoh Siteplan Kawasan Prioritas ...................................................................... 3-129
Gambar 3.31 Contoh siteplan kawasan skala 1:1000 (disertai dokumentasi kondisi
eksisting) ............................................................................................................... 3-130
Gambar 3.32 Ilustasi Perbandingan Kondisi Sebelum (Before) dan Setelah (After)
Penanganan .......................................................................................................... 3-131
Gambar 3.33 Contoh ilustrasi 3D Kawasan ................................................................................ 3-132
Gambar 3.34 Contoh ilustrasi 3D Komponen DED .................................................................... 3-135
Gambar 3.35 Contoh Gambar Kerja (DED) ................................................................................ 3-136
Gambar 3.36 Contoh Rencana Anggaran Biaya (RAB) Komponen ........................................... 3-137

xii PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


1.1 LATAR BELAKANG
Perwujudan permukiman perkotaan menjadi layak huni dimulai dengan penanganan permukiman
kumuh perkotaan yang komprehensif dan kolaboratif. Berbagai aspek permukiman sangat
diperlukan untuk menjamin penanganan secara tuntas yang terintegrasi dengan pengembangan
mulai dari skala kota, skala kawasan dan skala lingkungan atau komunitas. Penanganan
permukiman kumuh perkotaan merupakan upaya bersama kesetaraan pelaku pembangunan
untuk mencapai pertumbuhan ekonomi kota yang berkesinambungan
Timbulnya masalah permukiman kumuh perkotaan disebabkan oleh terjadinya urbanisasi yang
dipandang sebagai suatu fenomena perubahan karakteristik kawasan perkotaan. Hal ini, ditandai
dengan semakin bertambahnya penduduk kota yang dikarenakan oleh tiga hal yaitu:
pertambahan penduduk alami di kota, perpindahan penduduk dari desa ke kota, dan perubahan
ciri dari desa menjadi kota,sehingga memicu terciptanya lingkungan permukiman kumuh di
kawasan perkotaan. Dalam hal ini, kota lebih dipahami tidak hanya sebatas batas-batas
administratif kota otonom, tetapi juga meliputi kawasan yang bercirikan perkotaan. Di sisi lain,
lingkungan permukiman kumuh dapat terjadi karena belum terpenuhinya standar pelayanan
minimal (SPM) perkotaan yang pada akhirnya menjadikan suatu permukiman kumuh di kawasan
perkotaaan.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 1-1


Penanganan kumuh sudah diamanatkan dalam berbagai dokumen kebijakan, bahkan menjadi
salah satu target SDGs dan pemerintah menetapkan target nasional dalam RPJMN 2015-2019,
berupa penyediaan hunian layak, rumah tidak layak huni, dan pengentasan kawasan kumuh.
Bersambut dengan amanat tersebut diharapkan pemerintah kabupaten/kota juga dapat memilih
dan menetapkan lokasi, menyusun perencanaan, menentukan metode pelaksanaan, dll yang
sesuai dengan kebutuhan daerah. Peran pemerintah kabupaten/kota adalah sebagai tanggapan
positif dari isu terhadap penyelenggaraan pemerintahan, yang sering dipandang memberikan citra
negative dalam hal ketidakberdayaan dan ketidakmampuan pemerintah dalam pengaturan
pelayanan kehidupan dan penghidupan warganya.
Termasuk didalamnya, adalah melakukan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman yang memiliki
tujuan untuk dapat mewujudkan pembangunan infrastruktur permukiman yang terpadu, efisien
dan efektif, Pembangunan infrastruktur permukiman ini diharapkan akan memperkuat status
berketahanan terhadap ekologi (perubahan iklim dan bencana), sosial dan ekonomi, serta menjadi
pengikat perumahan dan kawasan permukiman menjadi satu kesatuan sistem sesuai hierarkinya.
Merefleksi kembali kepada Undang-Undang No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman juga mengamanatkan tentang perlunya pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman dengan mengikuti berkembangnya isu strategis saat ini, diantaranya;
1. Sustainable Development Goal’s / SDGs pada tujuan 11 sustainable cities and
communities beserta dengan target dan indikatornya, terlihat bahwa terdapat keterkaitan
dengan semangat inklusifitas kota. Keterkaitan inilah yeng mendorong berkembangnya
visi/common vision kota-kota dan permukiman yang berkelanjutan di masa mendatang.
2. New Urban Agenda/NUA yang merupakan komitmen global sesuai dengan kesepakatan
untuk mewujudkan pembangunan perkotaan yang berkelanjutan (sustainable
urbanization). NUA berupaya untuk mendorong aksi-aksi di tingkat lokal dalam
menghadapi tantangan pembangunan, khususnya tantangan yang muncul seiring
dengan semakin meningkatnya urbanisasi. Komitmen global ini dapat dijadikan sebagai
panduan bagi para pemangku kepentingan dan aktor-aktor pembangunan perkotaan
ditingkat nasioanal dan lokal. Dengan demikian, selanjutnya dapat diterjemahkan dalam
rencana pembangunan masing-masing daerah.
Implikasi dari kedua isu di atas adalah menempatkan muatan pencegahan dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh sebagai suatu visi/common vision dalam penanganan masalah
kekumuhan secara berkelanjutan. Pencegahan dilakukan secara berkelanjutan dengan
membangun tata kelola pengawasan dan pengendalian serta pemberdayaan masyarakat melalui
perizinan; standar teknis; dan kelaikan fungsi yang lebih advokatif (advocacy). Peningkatan
kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh dilakukan dengan menyiapkan
perkuatan agenda agenda ke depan bagi pemerintah Kabupaten/Kota dalam perencanaan
penanganan Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh (strengthening).
Agenda-agenda yang disiapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota perlu mendapatkan dukungan
berupa legalisasi terhadap penanganan permasalah kumuh secara berkelanjutan. Dukungan ini
dilakukan melalui suatu kajian dan hasil penelitian terkait upaya pencegahan dan peningkatan
kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Kajian dan hasil penelitian akan menjadi

1-2 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


suatu rancangan penanganan berupa solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum
masyarakat di Kabupaten/Kota. Rancangan penanganan ini pada hakikatnya adalah merumuskan
permasalahan yang dihadapi dalam penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh
sesuai dengan amanat dari UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
terkait pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh. Dalam perumusannya juga mempertimbangkan hal-hal yang berkait dengan muatan-
muatan lokal berupa filosofis, sosiologis, dan yuridis masing-masing Kabupaten/Kota.
Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP) melalui Peraturan Menteri PUPR Nomor
15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR memiliki tugas dan fungsi
di bidang penyelenggaraan kawasan permukiman, mewujudkan isu dan agenda diatas dengan,
memberikan fasilitasi berupa pendampingan kepada pemerintah kabupaten/kota. Pendampingan
yang diberikan melalui penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) yang dimaksudkan sebagai bentuk pembinaan kepada Pemerintah
Daerah dalam menyusun rencana penanganan permukiman kumuh di kabupaten/kota masing-
masing dengan harapan:
1. Terciptanya percepatan penanganan permukiman kumuh secara menyeluruh dan tuntas
serta berkelanjutan bagi kawasan kumuh yang telah disepakati dalam SK Walikota/Bupati;
2. Terciptanya keterpaduan program yang dapat menyelesaikan dan/atau menuntaskan
permasalahan permukiman kumuh perkotaan melalui semua peran sektor ke-ciptakaryaan;
3. Meningkatnya kapasitas pemerintah Kabupaten/Kota melalui pelibatan aktif dalam proses
penanganan permukiman kumuh bersama kelompok swadaya masyarakat (KSM/CBO’s) dan
kelompok badan usaha (CSR);
4. Terciptanya keberlanjutan progam penanganan permukiman kumuh sebagai bagian dari
agenda pembangunan perkotaan yang berkelanjutan (New Urban Agenda) sesuai dengan
tujuan Sustainable Development Goals (SDG’s).

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 1-3


1.2 MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN
1.2.1 MAKSUD
Panduan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Perkotaan (RP2KPKP) ini disusun dengan maksud untuk memberikan panduan teknis bagi
pemangku kepentingan dalam penyusunan RP2KPKP di kabupaten/kota.

1.2.2 TUJUAN
Disusunnya Panduan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) memiliki tujuan:
• memberikan pemahaman dasar mengenai RP2KPKP;
• memberikan acuan teknis mengenai penyelenggaraan penyusunan RP2KPKP baik secara
proses maupun substansi; dan
• memberikan acuan teknis baku mutu dari produk RP2KPKP yang dihasilkan.
• mendorong Kabupaten/Kota untuk menyiapkan agenda pembangunan perkotaan yang
berkelanjutan (New Urban Agenda) sesuai dengan tujuan Sustainable Development Goals
(SDG’s).

1.2.3 SASARAN
Sasaran disusunnya Panduan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) ini antara lain:
• Tersedianya Konsep dan Strategi berupa Landasan Pemikiran dalam pemahaman
penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan melalui penyusunan RP2KPKP;
• Tersedianya Dokumen Perencanaan Penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan sebagai acuan
pelaksanaan penanganan kawasan kumuh perkotaan bagi seluruh pelaku (stakeholders)
pelaksanaan penyelenggaran penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan yang
menyeluruh, tuntas, dan berkelanjutan (konsep delivery system)
• Tersedianya Agenda Pembangunan Perkotaan yang Berkelanjutan sebagai bentuk tindaklanjut
Rencana Aksi Komunitas dan penanganan kumuh kota setelah disusunnya RP2KPKP.
• Tercapainya standar baku mutu dari produk RP2KPKP yang dihasilkan.

1.3 KELUARAN KEGIATAN


Keluaran dari Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Perkotaan (RP2KPKP) ini berupa:
a. Dokumen RP2KPKP yang berisikan strategi pencegahan & penanganan kualitas
permukiman kumuh secara spasial dan tipologi kawasan, indikasi program dan kegiatan

1-4 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


pencegahan & penanganan kualitas permukiman kumuh perkotaan oleh seluruh pelaku,
strategi pendanaan/investasi dan nota kesepakatan bersama.
b. Legalisasi Dokumen dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh Perkotaan berupa Perbup/Perwal untuk menjadi dasar tindaklanjut
menjadi Perda Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan.
c. Rencana Aksi Penanganan Permukiman Kumuh (Action Plan) termasuk Rencana Kegiatan
Aksi Komunitas (Rencana Kerja Masyarakat),
d. Profil permukiman kumuh perkotaan.
e. Dokumentasi kondisi eksisting
f. Konsep desain penanganan kawasan beserta jadwal, skenario pelaksanaan dan rumusan
tahapan kegiatan
g. Berita Acara hasil kesepakatan/Memorandum program antar pemangku kepentingan
penanganan permukiman kumuh perkotaan dan Agenda Pembengunan Perkotaan yang
Berkelanjutan berupa rencana kegiatan tindaklanjut Pemerintah Kabupaten/Kota.
h. Peta Perencanaan skala 1:1000 dan 1:5000, Dokumentasi Visual dan Visualisasi 3
dimensi Dokumen Perencanaan (film, Clip/dokumenter).
i. Dokumentasi kertas kerja proses kegiatan KSM/BKM bersama Tenaga Ahli dan Tim
Teknis Kabupaten/Kota)
j. DED Penataan kawasan permukiman dengan desain/rancangan rinci tiap komponen
infrastruktur (1:100, 1:50, 1:25, 1:10, 1:5), spesifikasi teknis serta RAB untuk kegiatan yang
siap dilelangkan pada tahun pertama
k. Dokumen lelang: Rencana Anggaran Biaya (RAB/EE), Rincian Volume Pekerjaan (BQ),
Rencana Kerja dan syarat-syarat (RKS), Dokumen persyaratan umum dan dokumen
persyaratan administrasi

1.4 MANFAAT PANDUAN


Panduan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Perkotaan (RP2KPKP) ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
• Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum sebagai acuan dalam rangka
melaksanakan tugas pembinaan melalui fasilitasi kegiatan Penyusunan RP2KPKP;
• Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman dan Tim Teknis Provinsi sebagai acuan
dalam mengarahkan dan melakukan monitoring evaluasi terhadap pelaksanaan proses dan
pencapaian hasil RP2KPKP yang disusun;
• Kelompok Kerja Teknis (Pokjanis) kabupaten/kota sebagai acuan dalam merumuskan
RP2KPKP di kabupaten/kota masing-masing, baik dalam konteks proses penyusunan maupun
substansi kegiatan penyusunan RP2KPKP; dan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 1-5


• Tenaga Ahli Pendamping sebagai acuan dalam memberikan pendampingan padaanggota
Pokjanis dan mengarahkan pada proses pelaksanaan kegiatan yangseharusnya.

1.5 SISTEMATIKA PANDUAN


Untuk memudahkan dalam memahami proses dan substansi penyusunan RP2KPKP, maka
Panduan Penyusunan RP2KPKP ini dibagi kedalam 3 (tiga) bagian, yaitu:

BAGIAN I Bagian ini menjelaskan mengenai latar belakang, maksud,


Pendahuluan tujuan dan sasaran, serta manfaat dari Panduan RKP Kumuh
Perkotaan

BAGIAN II Bagian ini membahas mengenai landasan kebijakan


Landasan Kebijakan dan Dasar penyusunan RP2KPKP, jangkuan kedepan dari penyusunana
Penyusunan RP2KPKP RP2KPKP, permasalahan kawasan permukiman kumuh
perkotaan dan kebutuhan penanganannya, serta penanganan
permasalahan kawasan permukiman kumuh perkotaan melalui
RP2KPKP

BAGIAN III Bagian ini merupakan inti dari Buku Panduan Penyusunan
Kegiatan Penyusunan RP2KPKP ini yang menjelaskan ruang lingkup kegiatan
RP2KPKP penyusunan RP2KPKP, proses dan prosedur penyusunan
RP2KPKP, serta keluaran yang dihasilkan.

1-6 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


2.1 PARADIGMA PEMBANGUNAN PERKOTAAN
Dalam perkembangan saat ini, kawasan perkotaan memiliki beberapa tantangan; seperti perlu
adanya efisiensi sumber daya perkotaan; belum terpenuhinya Standar Pelayanan Minimal (SPM);
belum dilakukannya konservasi lingkungan hidup; kurangnya keterlibatan multi-stakeholder
(inklusivitas); penyediaan perumahan yang tidak sebanding dengan kebutuhan (backlog); tidak
jelasnya identitas / karakter perkotaan; dan tidak dipertimbangkannya daya dukung dan daya
tampung (carrying capacity) dalam perencanaan kawasan perkotaan); serta tidak terbentuknya
keterkaitan fungsi yang kuat dengan kawasan perdesaan (perkotaan dalam fungsinya sebagai
market / pusat distribusi dan pemasaran). Kondisi ini mendorong pembangunan perkotaan perlu
didukung untuk dapat mendorong urbanisasi sebagai engine of growth; dapat mewujudkan
perumahan dan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan (sosial, ekonomi, lingkungan);
dapat mewujudkan keterkaitan perkotaan dan perdesaan; dapat mewujudkan keterpaduan
infrastruktur (PSU); dan mampu mendorong koordinasi lintas sektor.
Paradigma Pembangunan Kota Berkelanjutan memberikan pemahaman bahwa kota yang
didesain, dibangun, dan dikelola untuk memenuhi kebutuhan warga kota dari aspek lingkungan,
sosial, ekonomi, tanpa mengancam keberlanjutan sistem lingkungan alami, lingkungan terbangun,
serta lingkungan sosial (European Sustainable Cities Report, 1996). Untuk menuju Kota yang
berkelanjutan perlu adanya Perubahan paradigma pembangunan terhadap:
• Manusia sebagai fokus pembangunan;
• Kesetaraan peran seluruh pihak dalam pembangunan: pemerintah (nasional, daerah);
• Masyarakat, swasta;

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-1


• Pembangunan perkotaan dan wilayah yang terpadu dan berkelanjutan;
• Penanganan kumuh sudah diamanatkan dalam berbagai dokumen kebijakan, bahkan
menjadi salah satu target SDGs.
Kedepannya kebijakan pembangunan perkotaan diharapkan merupakan komitmen untuk
mewujudkan kota untuk semua dengan mengubah cara pandang dan paradigma dalam
membangun dan mengelola suatu kota. Beberapa paradigma yang perlu dibangun dalam
pembangunan perkotaan tersebut, antara lain :
A. Pembangunan Perkotaan dan Wilayah (Urban and Territorial Development)
Perencanaan dan pembangunan kawasan perkotaan tidak terpisah dari perencanaan dan
pembangunan kawasan di sekitarnya, sehingga perlu dilakukan proses perencanaan dan
pembangunan yang terpadu dan terintegrasi.
B. Tata Kelola Pemerintahan dan Multiaktor (Good Governance and Multi-Stakeholders)
Dalam membangun kota untuk semua, peran dari pemerintah baik itu pemerintah pusat,
provinsi, dan kabupaten/kota, serta masyarakat merupakan hal yang sangat penting. Selain
itu, untuk menjamin pertisipasi yang inklusif dari setiap aktor yang terlibat, diperlukan pula
penerapan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas.
C. Berorientasi Kepada Manusia dan Responsif Terhadap Usia dan Gender (People-centered
and Age and Gender-responsive)
Kebijakan pembangunan perkotaan harus dirancang dengan mempertimbangkan
kepentingan dan kebutuhan manusia, serta sensitif terhadap kebutuhan sesuai dengan jenis
kelamin dan usia. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan adanya kebijakan pembangunan
perkotaan yang terintegrasi di setiap tingkatan pemerintahan, yang didukung dengan tata
kelola perkotaan dan kerangka pendanaan pembangunan yang memadai, serta terintegrasi
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Saat ini Pembangunan Perkotaan yang berkelanjutan dalam hal penanganan kawasan kumuh
perkotaan sudah diamanatkan dalam berbagai dokumen kebijakan, bahkan menjadi salah satu
target SDGs. Bahkan mencakup kesiapan mengenai instrumen-instrumen yang dipersiapkan,
seperti (1) Peraturan (2) Perencanaan dan desain (3) Pengelolaan dan kelembagaan pengelola
serta (4) Skema pembiayaan (capital investment plan). Berikut adalah beberapa hal yang menjadi
concern dalam mewujudkan pembangunan perkotaan yang berkelanjutan melalui kegiatan
RP2KPKP ini.

2.1.1. Sustainable Development Goals (SDGs) dan New Urban Agenda (NUA)
New Urban Agenda (NUA) merupakan komitmen global yang dideklarasikan di Quito saat
Konferensi Habitat 3 yang bertujuan untuk mewujudkan pembangunan perkotaan berkelanjutan
(Sustainable Urbanization). NUA berupaya untuk mendorong aksi-aksi di tingkat lokal dalam
menghadapi tantangan pembangunan, khususnya tantangan yang muncul seiring dengan
semakin meningkatnya urbanisasi. Komitmen global ini dapat dijadikan sebagai agenda bagi para

2-2 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


pemangku kepentingan dan aktor-aktor pembangunan perkotaan agar kemudian dapat
diterjemahkan ke dalam perencanaan pembangunan di tingkat nasional dan lokal.
Secara garis besar, NUA menawarkan pendekatan baru dalam membangun, mengelola, dan
menata suatu kota. Sesuai dengan tujuan utamanya, Cities for All, NUA berkomitmen untuk
mendorong pembangunan kota dan permukiman yang lebih inklusif, non-diskriminatif, serta
berkelanjutan. Hal ini memiliki implikasi lanjutan terhadap cara pandang dari urbanisasi itu sendiri,
terutama dalam konteks migrasi penduduk desa ke kota. Migrasi penduduk tersebut tidak bisa
dicegah, bahkan dilarang, karena sama artinya dengan melarang pendatang untuk mencari
kesempatan yang lebih baik di kota. Oleh karenanya, semangat inklusivitas dalam pembangunan
kota perlu diterjemahkan sebagai upaya untuk mewujudkan kota untuk semua, termasuk bagi
para pendatang.
Dalam mengimplementasikan NUA di Indonesia, perlu diperhatikan bahwa kondisi perkotaan di
Indonesia sangat beragam. Dalam PP nomor 26 tahun 2008 mengenai Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional, disebutkan bahwa terdapat tiga kategori kawasan perkotaan: kecil, sedang,
besar, dan metropolitan.Walaupun NUA tidak memberikan penekanan khusus terhadap berbagai
ukuran kota, baik dari segi besaran, lokasi, dan jumlah penduduk, namun perlu dipahami adanya
perbedaan dan klasifikasi perkotaan tersebut.
Selain NUA, terdapat beberapa komitmen pembangunan global yang ikut disepakati oleh
Indonesia. Salah satunya adalah komitmen Sustainable Development Goals (SDGs) yang juga
diprakarsai oleh PBB. SDGs diresmikan pada tahun 2015, menggantikan Millenium Development
Goals (MDGs). SDGs memiliki 17 tujuan universal yang harus dicapai di tahun 2030 oleh setiap
negara yang berkomitmen. Dengan mengusung prinsip utama Leave No One Behind, SDGs
bertujuan untuk memastikan bahwa semua orang, tanpa terkecuali, dapat merasakan manfaat
dan berpartisipasi langsung dalam pembangunan yang berkelanjutan.
NUA dan SDGs memiliki keterkaitan yang sangat erat, karena NUA sejatinya adalah penjabaran
lebih lanjut dari tujuan-tujuan global yang tercantum dalam SDGs, khususnya Tujuan 11 mengenai
Sustainable Cities and Communities. Pada tujuan 11.1 menekankan pada tahun 2030 terpenuhinya
akses bagi semua terhadap perumahan yang layak, aman, terjangkau, termasuk penataan
kawasan kumuh, serta akses terhadap pelayanan dasar perkotaan

2.1.2. PRINSIP PEMBANGUNAN PERKOTAAN


Berdasarkan kesepakatan di dalam NUA, visi bersama kota yang ingin dicapai adalah kota untuk
semua. Kota untuk semua tidak hanya mencakup inklusif dan berkelanjutan, tetapi ada beberapa
prinsip pembangunan kota lainnya yang ingin diwujudkan. Berikut adalah prinsip-prinsip
pembangunan perkotaan yang ingin dicapai, sebagaimana disebutkan dalam NUA.
A. Leave no one behind (tidak menelantarkan seorangpun)
Dalam hal ini, tidak menelantarkan seorangpun dilakukan dengan mengakhiri segala bentuk
dan dimensi kemiskinan. Mengakhiri kemiskinan dapat dimulai dengan memastikan bahwa
setiap orang memiliki peluang yang sama dalam mengakses sarana dan prasarana dasar di
perkotaan.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-3


B. Sustainable and inclusive urban economies (ekonomi perkotaan yang inklusif dan
berkelanjutan)
Memastikan ekonomi perkotaan yang inklusif dan berkelanjutan dapat dilakukan dengan
mengembangkan kegiatan perekonomian lokal serta memberikan peluang bagi setiap
orang untuk dapat memiliki pekerjaan yang layak.

C. Environmental sustainability (keberlanjutan lingkungan hidup)


Memastikan keberlanjutan lingkungan hidup tidak hanya melindungi ekosistem dan
keanekaragaman hayati, tetapi juga melakukan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim,
mengubah pola konsumsi dan produksi, serta menjalankan gaya hidup sehat yang selaras
dengan alam.

Prinsip diatas dideskripsikan seperti tabel dibawah ini :

Tabel 2.1 : Deskripsi Prinsip-Prinsip Perkotaan


NO. PRINSIP INTEPRETASI
Kota yang menyediakan layanan bagi seluruh kelompok
Inklusif masyarakat tanpa mengesampingkan kebutuhan dari
1 kelompok masyarakat tertentu
Kota yang dalam proses pembangunannya
Partisipatif mengikutsertakan seluruh aktor pembangunan
Kota yang kebijakannya tanggap terhadap gender dan
usia, tercermin dari sarana dan prasarana kota yang
2 Responsif gender dan usia mampu memenuhi kebutuhan penduduk berdasarkan
gender dan usia
Kota yang memberikan pelayanan publik sesuai dengan
Efektif yang dibutuhkan oleh masyarakatnya
Kota yang dapat memberikan pelayanan publik
3 Efisien semaksimal mungkin dengan sumber daya yang ada
Kota sebagai tempat berkegiatan yang dapat
Produktif meningkatkan nilai tambah dan daya saing ekonomi
untuk kesejahteraan masyarakat
Kota yang memudahkan masyarakatnya untuk
Mudah diakses menggunakan pelayanan dasar dan infrastruktur
perkotaan, termasuk sistem pemerintahan
4 Kota yang memudahkan akses finansial bagi masyarakat
untuk mengakses pelayanan dasar dan infrastruktur
Terjangkau
perkotaan

Kota yang rencana pembangunannya memiliki


5 Terpadu keterkaitan antar sektor, antar wilayah, antar aktor, dan
antar tingkatan pemerintahan.

2-4 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Kota yang seluruh proses pembangunannya dapat
diketahui oleh banyak pihak dan terbuka dengan
Transparan
masyarakatnya

6 Kota yang mampu menunjukkan capaiannya sesuai


dengan kebijakan dan rencana pembangunan yang
Akuntabel sudah disepakati dan sesuai dengan aturan dan
standar yang ada

Kota yang dapat menjamin dan melindungi aktivitas


Aman masyarakatnya dari berbagai bahaya dan gangguan
Kota yang mendorong kegiatan dan fungsi sosial dari
Nyaman bermasyarakat dalam suasana tenang dan damai
7
Kota yang memiliki daya tahan dan kekuatan dalam
menghadapi berbagai ancaman (shock) dan tekanan
Berketahanan (stress) serta dapat menjamin kebutuhan masyarakatnya
di masa sekarang dan yang akan datang
Sumber: New Urban Agenda, 2016

2.1.3. PRASYARAT PEMBANGUNAN PERKOTAAN YANG BERKELANJUTAN

Pembangunan perkotaan yang berkelanjutan memberikan perhatian khusus pada peningkatan


kualitas kawasanm permukiman kumuh seturut prinsip dan pergeseran paradigma yang
dikembangkan sebagai prasyarat pembangunan perkotaan ke depan. Penanganan kumuh
tidaklah terbatas pada peningkatan kualitas fisik semata, melainkan berorientasi pada perbaikan
penghidupan dan peri-kehidupan penghuninya, serta tidak terlepas dari dimensi perkotaan
lainnya.
Sementara ini, UN-Habitat telah mengidentifikasi beberapa hal yang dibutuhkan sebagai prasyarat
untuk mewujudkan perkotaan yang berkelanjutan bagi semua.

Tabel 2.2 : Prasyarat Pembangunan Perkotaan Yang Berkelanjutan

1. Kebijakan Perkotaan Nasional Perlu adanya komitmen, kebijakan, dan strategi


pembangunan perkotaan di tingkat nasional agar
dapat lebih terarah
2. Peraturan Perundang-undangan Peraturan perundang-undangan terkait perkotaan
Perkotaan dibutuhkan agar pembangunan perkotaan memiliki
landasan hukum yang jelas dan mengikat
3. Perencanaan dan Desain Perencanaan dan desain perkotaan perlu
Perkotaan berorientasi pada manusia dan terpadu
4. Ekonomi Perkotaan dan Kebijakan pembangunan perkotaan harus mampu
Pembiayaan Perkotaan menciptakan peluang ekonomi serta dapat
memberikan pemasukan bagi daerah

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-5


5. Pembangunan Fisik Perkotaan Perencanaan dan pembangunan fisik perkotaan
harus dapat mendukung pencapaian target
pembangunan perkotaan berkelanjutan sesuai
dengan perencanaan dan desain perkotaan

Sumber: New Urban Agenda, 2016

Berkaitan dengan agenda dalam NUA, prasyarat diatas disusun menjadi lebih operasional. Tujuan
utama dari agenda tersebut adalah untuk peningkatan kualitas permukiman kumuh, seperti pada
tabel dibawah ini:
Tabel 2.3 :Prasyarat Pembangunan Perkotaan yang Berkelanjutan berkait dengan Prinsip NUA dalam
peningkatan kualitas permukiman kumuh

Menghindari segregasi (pengucilan secara spasial, sosial, dan NUA 97, 107
ekonomi), penggusuran yang sewenang-wenang, dan gentrifikasi
(perpindahan masyarakat kelas menengah)
Melestarikan warisan budaya lokal NUA 97
Memperkuat ketahanan permukiman dari risiko bencana NUA 77
Mendukung keamanan kota dari tindak kriminalitas tanpa memberikan NUA 103
stigma negatif kepada penghuninya
Memperhatikan kebutuhan energi terbarukan dan pelayanan transportasi NUA 54
Terintegrasi dengan dimensi sosial, ekonomi, budaya, dan politik di NUA 109
kota, termasuk akses terhadap perumahan dan pelayanan dasar/sosial
yang layak
Didukung dengan:
Perencanaan yang terpadu, partisipatif, dan pendayagunaan lahan NUA 97
Pengembangan instrumen pembiayaan perumahan NUA 107
Peningkatan alokasi pembiayaan dan sumber daya manusia NUA 109
Upaya mencegah dan memediasi konflik NUA 109
Sistem pengawasan yang inklusif dan transparan NUA 100

Sumber: New Urban Agenda, 2016

2.1.4. PERAN PELAKU PEMBANGUNAN PERKOTAAN

Dalam upaya mewujudkan kota untuk semua diperlukan keterlibatan dari setiap pemangku
kepentingan, baik pemerintah pusat dan pemerintah daerah, sektor swasta, komunitas filantropi,
komunitas, organisasi masyarakat, akademisi / perguruan tinggi, maupun lembaga internasional
yang memiliki peran penting untuk mewujudkan pembangunan perkotaan yang berkelanjutan
sesuai dengan kapasitas masing-masing.Indikasi pembagian peran antar aktor pembangunan
dalam mewujudkan perumahan dan sarana-prasarana dasar perkotaan dalam hal Penanganan
Kawasan Permukiman Kumuh adalah sebagai berikut:
• Pengakuan terhadap permukiman informal
• Peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh
• Pencegahan tumbuh dan berkembangnya kawasan permukiman kumuh

2-6 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Selain itu, peran pelaku pembangunan perkotaan juga didorong oleh adanya kemitraan secara
vertikal dan horizontal (multilevel dan multiaktor) dalam merencanakan, membangun, dan
mengelola perkotaan yang inklusif dan berkelanjutan.
Sebelum membagi peran antar aktor untuk mengimplementasikan NUA, UN-Habitat telah
mengidentifikasi beberapa hal yang dibutuhkan sebagai prasyarat untuk mewujudkan perkotaan
yang berkelanjutan bagi semua sebagaimana tabel 2.3 diatas mulai dari Kebijakan Perkotaan
Nasional, Peraturan Perundang-undangan Perkotaan, Perencanaan dan Desain Perkotaan,
Ekonomi Perkotaan dan Pembiayaan Perkotaan dan Pembangunan Fisik Perkotaan.
Dengan memperhatikan kebutuhan akan lima hal di atas dalam mengimplementasikan
Pembangunan Kota yang Berkelanjutan, maka masing-masing aktor dapat mengambil peran.
Sebagai perbandingan, dokumen NUA tidak secara spesifik menjabarkan hal-hal apa saja yang
menjadi tugas dan wewenang dari masing-masing aktor, karena bentuk sistem pemerintahan tiap-
tiap negara pun berbeda-beda. Berikut adalah pembahasan singkat mengenai peran apa saja
yang diambil oleh para pelaku pembangunan di Indonesia.
Tabel 2.4 :Peran Para Pelaku dalam Pembangunan yang Berkelanjutan sesuai Prinsip NUA dalam
peningkatan kualitas permukiman kumuh

• Menyusun kebijakan perkotaan nasional yang


mengakomodasi NUA dan SDGs
Pemerintah Pusat • Mengkoordinasikan pemerintah daerah untuk
menangani permasalahan pembangunan lintas
daerah
• Mendorong terwujudnya kerja sama multipihak
dan multilevel pemerintahan untuk mewujudkan
NUA
• Memperkuat mekanisme kerja sama antar
Pemerintah kabupaten/kota
Provinsi • Bersama dengan pemerintah pusat, mendorong
Pemerintah
terlaksananya kebijakan perkotaan nasional (jika
sudah berlandaskan hukum) di tingkat daerah

• Menjalankan wewenang dan fungsi


Pemerintah Kota/ pemerintahan sesuai dengan yang diamanatkan
Kabupaten UU 23/2014
• Memetakan keterkaitan NUA dengan RPJMD
• Mendorong kerja sama dengan badanusaha
• Menggiatkan Corporate Social
Sektor Swasta Responsibility (CSR) dan Corporate Shared
dan Komunitas Value (CSV)
Filantropi • Mendorong KPBU untuk membantu pemenuhan
kebutuhan pembangunan perkotaan

• Menyediakan evidence-based research sebagai


Non- Akademisi dan masukan dalam pembuatan kebijakan
Pemerintah Perguruan Tinggi pembangunan perkotaan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-7


• Terlibat aktif dalam berbagai forum
Komunitas pembangunan kota
dan Organisasi • Mendorong aspirasi masyarakat terkait
Masyarakat pembangunan perkotaan
• Memantau perkembangan pembangunan kota
Media secara objektif
• Mengadvokasi isu-isu pembangunan perkotaan
yang tengah ramai di masyarakat
Sumber: New Urban Agenda, 2016

Keterlibatan para pemangku kepentingan seperti yang telah disebutkan di dalam Tabel di atas
tentu masih banyak yang bisa dilakukan. Namun, yang paling penting adalah mendorong
terciptanya kolaborasi dan kemitraan antara para pemangku kepentingan dalam
mengimplementasikan NUA. Pendekatan kolaboratif dan kemitraan ini pun sangat didorong di
dalam NUA, terlebih karena adanya keterbatasan peran dan kapasitas dari masing-masing aktor
pembangunan, termasuk dari segi alternatif pendanaan pembangunan.

2.2 LANDASAN KEBIJAKAN


Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
(RP2KPKP) didasari atas amanat Undang-undang No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman, sedangkan upaya pencapaian kota bebas kumuh pada tahun 2019 sendiri
diamanatkan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2015-2019. Adapun secara teknis pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh
mengacu pada Permen PUPR tentang Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Kumuh
serta Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

2.2.1 AMANAT UNDANG-UNDANG NO.1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN


KAWASAN PERMUKIMAN
Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan,
penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan
perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.
Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh guna
meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni dilakukan untuk
mencegah tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru serta
untuk menjaga dan meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan permukiman. Pencegahan
dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh wajib dilakukan
oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau setiap orang.

2-8 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Pencegahan

Pencegahan terhadap tumbuh a. ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang


dan berkembangnya tinggi;
perumahan kumuh dan b. ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas
permukiman kumuh baru umum;
mencakup: c. penurunan kualitas rumah, perumahan, dan
permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas
umum; dan
d. pembangunan rumah, perumahan, dan
permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang wilayah.
Pencegahan dilaksanakan a. pengawasan dan pengendalian; dan
melalui: b. pemberdayaan masyarakat
Pengawasan dan pengendalian dilakukan atas kesesuaian terhadap perizinan, standar
teknis, dan kelaikan fungsi melalui pemeriksaan
secara berkala sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pemberdayaan masyarakat dilakukan terhadap pemangku kepentingan bidang
perumahan dan kawasan permukiman melalui
pendampingan dan pelayanan informasi.
Peningkatan Kualitas

Peningkatan kualitas terhadap a. pemugaran;


perumahan kumuh b. peremajaan; atau
danpermukiman kumuh c. pemukiman kembali.
didahului dengan penetapan
lokasi perumahankumuh dan
permukiman kumuh dengan
pola-polapenanganan:
Penetapan Lokasi Penetapan lokasi perumahan dan permukiman kumuh
wajib memenuhi persyaratan:
a. kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah
nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, dan
rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota;
b. kesesuaian dengan rencana tata bangunan dan
lingkungan;
c. kondisi dan kualitas prasarana, sarana, dan utilitas
umum yang memenuhi persyaratan dan tidak
membahayakan penghuni;
d. tingkat keteraturan dan kepadatan bangunan;
e. kualitas bangunan; dan
f. kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-9


Pemugaran merupakan upaya perbaikan atau dapat pula
dilakukan melalui pembangunan kembali kawasan
permukiman agar menjadi layak huni.
Peremajaan merupakan upaya untuk mewujudkan kondisi rumah,
perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang
lebih baik dengan tujuan untuk melindungi
keselamatan dan keamanan penghuni dan masyarakat
sekitar. Untuk meremajakan suatu kawasan, terlebih
dahulu perlu menyediakan tempat inggal bagi
masyarakat yang terkena dampak.
Peremajaan harus menghasilkan rumah, perumahan,
dan permukiman dengan kualitas yang lebih baik dari
sebelumnya.
Pemukiman Kembali dilakukan apabila lokasi kumuh eksisting adalah lokasi
yang tidak diperuntukkan bagi kawasan permukiman
menurut RTRW atau merupakan lokasi yang rawan
bencana serta dapat menimbulkan bahaya bagi orang
yang mendiami kawasan / lokasi tersebut. Pemukiman
kembali merupakan upaya memindahkan masyarakat
dari lokasi eksisting yang dilakukan oleh dukungan
Pemerintah dan pemerintah daerah yang juga
menetapkan lokasi untuk pemukiman kembali dengan
turut melibatkan peran masyarakat

Mengacu pada Undang – Undang No.1 Tahun 2011, upaya peningkatan kualitas permukiman
kumuh pada dasarnya meliputi 4 (empat) tahapan utama yakni pendataan, penetapan lokasi,
pelaksanaan dan pengelolaan sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 2.1 Proses Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman Kumuh Menurut UU No. 1/ 2011

Selain itu, UU No.1/2011 juga mengamanatkan bahwa penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan peran
masyarakat. Terkait hal ini, masing-masing stakeholder memiliki peran, tugas dan fungsi sesuai
dengan kapasitasnya dalam penyelenggaraan kawasan permukiman, termasuk di dalamnya
terkait upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sebagaimana yang
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

2-10 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Gambar 2.2 Struktur Pembagian Peran Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat

2.2.2 AMANAT UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN


DAERAH
Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman bersifat multisektoral dan melibatkan
banyak pihak. Direktorat Jenderal Cipta Karya merupakan leading sector dalam pengembangan
dan pembangunan kawasan permukiman, namun bukan sebagai pelaku tunggal. Perlu dipahami
bahwa pencapaian target pembangunan merupakan upaya terpadu dan sinkron dari berbagai
pemangku kepentingan baik pemerintah, masyarakat maupun swasta.
Dalam penyelenggaraannya, pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman dilakukan
secara terdesentralisasi oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan peran
masyarakat. Pemerintah (baik pusat maupun daerah) akan lebih berperan sebagai pembina,
pengarah, dan pengatur, agar terus dapat tercipta suasana yang semakin kondusif. Antara
pemerintah dengan pemerintah daerah, juga terdapat pembagian peran dalam pengaturan,
pembinaan, pelaksanaan dan pengendalian mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku.
Disamping itu agar terjadi efisiensi dan efektivitas dalam pembangunan perumahan dan
permukiman, baik di kawasan perkotaan maupun di kawasan perdesaan, pelaksanaannya harus
dilakukan secara terpadu (baik sektornya, pembiayaannya, maupun pelakunya) dan dilakukan
berdasarkan dokumen perencanaan pembangunan dan penataan ruang yang berlaku.
Pembagian peran dan kewenangan dalam pembangunan dan pengembangan kawasan
permukiman secara luas, dapat dilihat dalam ilustrasi pada gambar berikut ini.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-11


Gambar 2.3 Peran Antar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengembangan Kawasan
Permukiman

Terkait penanganan permukiman kumuh, undang-undang ini mengamanatkan bahwa pemerintah


pusat dapat turun langsung dalam upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
kumuh perkotaan dengan beberapa prasyarat, antara lain:
1. Kawasan permukiman kumuh berada pada lingkup Kawasan Strategis Nasional (KSN);
2. Kawasan permukiman kumuh memiliki luas minimal 15 Ha;
3. Kabupaten / Kota yang memiliki SPM dibawah standar rata-rata Nasional dan Provinsi.
Penambahan prasyarat ke-3 berangkat dari kondisi selama ini bahwa, banyak Kabupaten/Kota
yang berada di bawah standar rata-rata nasional dan provinsi sehingga membutuhkan dukungan
Pemerintah dalam penanganan kawasan kumuh. Kementerian PUPR telah menyusun SPM
(Standar Pelayanan Minimal) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang dapat
digunakan sebagai prasyarat dalam penanganan permukiman kumuh. Prasyarat ini digunakan
dengan melihat tingkat ketersediaan infrastruktur pada masing-masing kawasan permukiman
perkotaan. Prasyarat inilah yang mendorong perlunya Pemerintah Pusat untuk dapat terlibat lebih
lanjut dalam penanganan permukiman kumuh.

2-12 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Secara rinci pembagian urusan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota untuk sub urusan kawasan permukiman serta perumahan dan kawasan
permukiman kumuh dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.5 :Pembagian Urusan Pemerintah terkait Penanganan Permukiman Kumuh

PEMERINTAH PEMERINTAH
NO. SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT
PROVINSI KAB/KOTA

1. Kawasan a. Penetapan sistem Penataan dan a. Penerbitan izin


Permukiman kawasan peningkatan kualitas pembangunan dan
permukiman. kawasan permukiman pengembangan
b. Penataan dan kumuh dengan luas kawasan
peningkatan 10 (sepuluh) ha permukiman.
kualitas kawasan sampai dengan di b. Penataan dan
permukiman bawah 15 (lima belas) peningkatan kualitas
kumuh dengan ha. kawasan
luas 15 (lima belas) permukiman kumuh
ha atau lebih. dengan luas
dibawah 10
(sepuluh) ha.

2. Perumahan dan --- --- Pencegahan


Kawasan perumahan dan
Permukiman kawasan permukiman
Kumuh kumuh pada Daerah
kabupaten/kota.
a. Penetapan sistem Penyelenggaraan Penyelenggaraan
3. Permukiman
pengembangan infrastruktur pada infrastruktur pada
infrastruktur permukiman di permukiman di Daerah
permukiman kawasan strategis kabupaten/kota.
secara nasional. Daerah provinsi
b. Penyelenggaraan
infrastruktur pada
permukiman di
kawasan strategis
nasional.
Sumber: Lampiran UU No.23/2014

2.2.3 AMANAT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 14 TAHUN 2016 BERKAIT DENGAN


KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DALAM RP2KPKP
Penanganan kawasan permukiman kumuh dalam Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2016
adalah dengan melakukan suatu bentuk Keterpaduan Infrastruktur atau Prasarana Sarana dan
Utilitas/PSU sebagai Pengikat Satu Kesatuan Sistem. Hal tersebut tercermin dalam pembangunan
infrastruktur perkotaan sebagai pengikat satu kesatuan sistem Perumahan dan Kawasan
Permukiman sesuai dengan hierarkinya berdasarkan RTRW; sesuai dengan rencana penyediaan
tanah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; memperhitungkan kebutuhan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-13


pelayanan sesuai dengan standar teknis yang berlaku; menyiapkan pedoman keterpaduan PSU
sesuai hierarki Perumahan dan Kawasan Permukiman diatur dalam Peraturan Menteri.
Disusunnya Peraturan Pemerintah ini bertujuan agar adanya keterpaduan infrastruktur
permukiman yang mewujudkan:
1. Pembangunan infrastruktur permukiman yang terpadu, efisien dan efektif;
2. Pembangunan infrastruktur permukiman yang berketahanan terhadap ekologi (perubahan
iklim dan bencana), sosial dan ekonomi;
3. Pengikat perumahan dan kawasan permukiman menjadi satu kesatuan sistem sesuai
hierarkinya
Penekanan pengikat perumahan dan permukiman menjadi satu kesatuan sistem sesuai hierarki
dalam hal ini terkait dengan fungsi Pengembangan Kawasan Permukiman adalah menciptakan
infrastruktur yang berperan dalam menciptakan satu kesatuan sistem secara berhierarki sehingga
terwujud keteraturan, harmonis, produktif, dan meminimalisir kesenjangan (enclave system, gated
community, permukiman informal dan tidak terencana, dan lainnya). Dengan demikian secara
umum diharapkan RP2KPKP dapat membantu mewujudkan keterpaduan infrastruktur
permukiman dengan menciptakan kawasan permukiman yang layak huni, hijau, dan cerdas serta
berkelanjutan.
Mengacu PP No. 14 pasal 74-77 maka pembangunan keterpaduan infrastruktur permukiman
dilakukan sejalan dengan Indikasi Program yang ada dalam dokumen RKP yang telah ditetapkan
dengan memperhatikan:.
• Keterpaduan Lokasi Pembangunan antar Infrastruktur.
• Keterpaduan Waktu Pelaksanaan Pembangunan antar Infrastruktur.
• Keterpaduan antar Pelaksana Pembangunan Infrastruktur.
• Pelaksanaan Pembangunan sesuai Perijinan Pembangunan
Pengendalian terhadap keterpaduan infrastruktur permukiman dilakukan dengan mengacu pasal
80-89, dimaksudkan agar dalam mewujudkan keterpaduan rencana penyediaan infrastruktur atau
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum berdasarkan hirarkinya sesuai dengan struktur ruang dan
standar pelayanan minimum.

2.2.4 AMANAT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN


2017 TENTANG PELAKSANAAN PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
Amanat Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan adalah salah satu bentuk komitmen Pemerintah
untuk berperan aktif dalam penentuan sasaran dan tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Sejalan
pula dengan dokumen Transforming Our World: The 2030 Agenda for Sustainable Development;
bahwa untuk memenuhi komitmen pemerintah tersebut perlu adanya penyelerasan dengan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional.

2-14 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Dalam Perpres ini, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan / Sustainable Development Goals (TPB)
merupakan dokumen yang memuat tujuan dan sasaran global tahun 2016 sampai tahun 2030.
Dokumen ini dituangkan ke dalam Road Map Nasional TPB berupa dokumen rencana dengan
memuat kebijakan strategis tahapan-tahapan pencapaian Pembangunan
Berkelanjutan/Sustainable Development Goals tahun 2017 hingga tahun 2030 sehingga sesuai
dengan sasaran pembangunan nasional. Selanjutnya akan disusun pula Rencana Aksi Nasional
berupa dokumen yang memuat program dan kegiatan rencana kerja 5 (lima) tahunan untuk
pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara langsung dan tidak langsung mendukung
pencapaian Pembangunan Berkelanjutan / Sustainable Development Goals sesuai dengan
sasaran nasional. Demikian pula halnya di daerah disusun Rencana Aksi Daerah Pembangunan
Berkelanjutan / Sustainable Development Goals yang sesuai dengan sasaran pembangunan
daerah.
Dalam mendukung Pembangunan Berkelanjutan / Sustainable Development Goals perlu dilibatkan
atau berkolaborasi dengan
• Organisasi kemasyarakatan yang didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela
berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan
untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
• Akademisi sangat dibutuhkan pula dengan peran untuk dapat mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
• Kelompok Filantropi sebagai pihak yang berbagi dukungan dan sumber daya secara
sukarela kepada sesama dengan tujuan untuk mengatasi masalah sosial kemanusiaan
serta memajukan kepentingan umum dan berkelanjutan.
• Pelaku Usaha baik orang perseorangan atau badan usaha dalam mendukung tujuan
untuk mengatasi masalah sosial kemanusiaan serta memajukan kepentingan umum dan
berkelanjutan melalui dana-dana Badan Usaha seperti CSR dan sebagainya.
Berikut adalah bagian dari arahan melalui Perpres untuk pelaksanaan pencapaian tujuan
pembangunan yang berkelanjutan khusus untuk bagian 11

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-15


Tabel 2.6 : Arahan Presiden Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan Pencapaian
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

SASARAN NASIONAL
TUJUAN GLOBAL SASARAN GLOBAL INSTANSI PELAKSANA
RPJMN 2015-2019
XI. Menjadikan kota 1. Pada tahun 2030, 1.1. Tersedianya akses Kementerian Koordinator
dan permukiman menjamin akses bagi bagi 3,7 juta rumah Bidang Perekonomian;
inklusif, aman, semua terhadap tangga terhadap hunian Kementerian
tangguh, dan perumahan yang layak, yang layak dan Perencanaan
berkelanjutan. aman, terjangkau, terjangkau hingga tahun Pembangunan
termasuk penataan 2019. Nasional/Bappenas;
kawasan kumuh, serta Kementerian Keuangan;
akses terhadap Kementerian Pekerjaan
pelayanan dasar 1.2. Terwujudnya Umum dan Perumahan
perkotaan. pemenuhan standar Rakyat; Kementerian
pelayanan perkotaan Dalam Negeri;
kota yang aman, nyaman Kementerian Agraria dan
dan layak huni pada Tata Ruang; Pemerintah
aspek permukiman Daerah Provinsi;
paling sedikit di 12 Pemerintah Daerah
Kawasan Perkotaan Kabupaten/Kota.
Metropolitan hingga
tahun 2019.

1.3. Terwujudnya
pemenuhan standar
pelayanan perkotaan
kota yang aman, nyaman
dan layak huni pada
aspek permukiman
paling sedikit di 20 Kota
Sedang dan 10 Kota
Baru hingga tahun 2019.

2. Pada tahun 2030, 2.1. Meningkatnya Kementerian Koordinator


menyediakan akses pangsa pengguna moda Bidang Kemaritiman;
terhadap sistem transportasi umum di Kementerian
transportasi yang aman, perkotaan menjadi 32% Perencanaan
terjangkau, mudah hingga tahun 2019 Pembangunan
diakses dan (2014: 23%). Nasional/Bappenas;
berkelanjutan untuk Kementerian Keuangan;

2-16 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


SASARAN NASIONAL
TUJUAN GLOBAL SASARAN GLOBAL INSTANSI PELAKSANA
RPJMN 2015-2019
semua, meningkatkan 2.2. Dikembangkannya Kementerian
keselamatan lalu lintas, sistem angkutan rel di 10 Perhubungan;
terutama dengan kota besar hingga tahun Pemerintah Daerah
memperluas jangkauan 2019. Provinsi; Pemerintah
transportasi umum, Daerah Kabupaten/Kota.
dengan memberi
perhatian khusus pada
kebutuhan mereka yang
berada dalam situasi
rentan, perempuan,
anak, penyandang
difabilitas dan orang tua

3. Pada tahun 2030, 3.1. Optimalisasi Kementerian Koordinator


memperkuat urbanisasi sedikitnya 20 kota Bidang Perekonomian;
yang inklusif dan sedang di luar Jawa Kementerian
berkelanjutan, serta yang diarahkan sebagai Perencanaan
kapasitas partisipasi, pengendali (buffer) arus Pembangunan
perencanaan urbanisasi dan sebagai Nasional/Bappenas;
penanganan pusat pertumbuhan Kementerian Keuangan;
permukiman yang utama yang mendorong Kementerian Pekerjaan
berkelanjutan dan keterkaitan kota dan Umum dan Perumah-an
terintegrasi di semua desa. Rakyat; Kementerian
negara. Agraria dan Tata Ruang;
Kementerian Dalam
Negeri; Pemerintah
Daerah Provinsi;
Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota

3.2. Terwujudnya Kementerian Koordinator


pembangunan 5 Bidang Perekonomian;
Metropolitan baru di Luar Kementerian
Jawa sebagai Pusat Perencanaan
Kegiatan Nasional (PKN) Pembangunan
hingga tahun 2019 Nasional/Bappenas;
(2014: 2). Kementerian Keuangan;
Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan
Rakyat; Kementerian
Agraria dan Tata Ruang;
Kementerian Dalam
Negeri; Pemerintah
Daerah Provinsi;
Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-17


SASARAN NASIONAL
TUJUAN GLOBAL SASARAN GLOBAL INSTANSI PELAKSANA
RPJMN 2015-2019
3.3. Meningkatnya peran Kementerian Koordinator
swasta, organisasi Bidang Politik, Hukum
masyarakat dan dan Keamanan;
organisasi profesi secara Kementerian
aktif, dalam Forum Perencanaan
Dialog Perencanaan dan Pembangunan
Pembangunan Kota Nasional/Bappenas;
Berkelanjutan. Kementerian Keuangan;
Kementerian Dalam
Negeri; Pemerintah
Daerah Provinsi;
Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.

3.4. Tersedianya Kementerian Koordinator


lembaga pembiayaan Bidang Perekonomian;
infrastruktur Kementerian
Perencanaan
Pembangunan
Nasional/Bappenas;
Kementerian Keuangan;
Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan
Rakyat.
4. Memperkuat upaya 4.1. Terwujudnya kota Kementerian Koordinator
untuk melindungi dan dan kawasan per-kotaan Bidang Perekonomian;
menjaga warisan budaya layak huni melalui Kementerian
dunia dan warisan alam pengembangan kota Perencanaan
dunia pusaka berbasis karakter Pembangunan
sosial budaya (heritage Nasional/Bappenas;
city) di kawasan Kementerian Keuangan;
perkotaan metropolitan, Kementerian Pekerjaan
kota besar, sedang, dan Umum dan Perumahan
kecil, hingga tahun 2019. Rakyat; Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan;
Kementerian Pariwisata;
Pemerintah Daerah
Provinsi; Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota

5. Pada tahun 2030, 5.1. Menurunnya Indeks Kementerian Koordinator


secara signifikan Risiko Bencana (IRB) Bidang Pembangunan
mengurangi jumlah mencapai 30% hingga Manusia dan
kematian dan jumlah tahun 2019. Kebudayaan;
orang terdampak, dan Kementerian
secara substansial Perencanaan
mengurangi kerugian Pembangunan

2-18 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


SASARAN NASIONAL
TUJUAN GLOBAL SASARAN GLOBAL INSTANSI PELAKSANA
RPJMN 2015-2019
ekonomi relatif terhadap 5.2. Meningkatnya Nasional/Bappenas;
PDB global yang kapasitas masyarakat Kementerian Keuangan;
disebabkan oleh dan kelembagaan dalam Badan Nasional
bencana, termasuk membangun ketahanan Penanggulangan
bencana yang kota terhadap Bencana; Kementerian
berhubungan dengan perubahan iklim dan Pekerjaan Umum dan
air, dengan fokus bencana (urban Perumahan Rakyat;
melindungi orang miskin resilience). Kementerian Sosial;
dan orang-orang dalam Pemerintah Daerah
situasi rentan Provinsi; Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota.

5.3. Tersedianya sistem Kementerian Koordinator


peringatan dini cuaca Bidang Kemaritiman;
dan iklim serta Kementerian
kebencanaan Perencanaan
Pembangunan
Nasional/Bappenas;
Kementerian Keuangan;
Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan
Geofisika; Kementerian
Sosial; Badan Nasional
Penanggulangan
Bencana

6. Pada tahun 2030, 6.1. Meningkatnya Kementerian Koordinator


mengurangi dampak cakupan penanganan Bidang Perekonomian;
lingkungan perkotaan sampah perkotaan Kementerian
per kapita yang menjadi 80% pada tahun Perencanaan
merugikan, termasuk 2019 (2013: 46%). Pembangunan
dengan memberi Nasional/Bappenas;
perhatian khusus pada Kementerian Keuangan;
kualitas udara, termasuk Kementerian Pekerjaan
penanganan sampah Umum dan Perumahan
kota. Rakyat; Pemerintah
Daerah Provinsi;
Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.

6.2. Terwujudnya kota Kementerian Koordinator


hijau yang berketahanan Bidang Perekonomian;
iklim dan bencana Kementerian
melalui pengembangan Perencanaan
dan penerapan green Pembangunan
water, green waste Nasional/Bappenas;
(pengelolaan sampah Kementerian Keuangan;
dan limbah melalui Kementerian Lingkungan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-19


SASARAN NASIONAL
TUJUAN GLOBAL SASARAN GLOBAL INSTANSI PELAKSANA
RPJMN 2015-2019
reduce-reuse-recycle), Hidup dan Kehutanan;
green transportation Kementerian
khususnya di 7 kawasan Perhubungan;
perkotaan metropolitan, Pemerintah Daerah
hingga tahun 2019 Provinsi; Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota.

7. Pada tahun 2030, 7.1. Terwujudnya kota Kementerian Koordinator


menyediakan ruang hijau yang berketahanan Bidang Perekonomian;
publik dan ruang terbuka iklim, melalui penyediaan Kementerian
hijau yang aman, inklusif ruang terbuka hijau, Perencanaan
dan mudah dijangkau paling sedikit di 12 Pembangunan
terutama untuk kawasan perkotaan Nasional/Bappenas;
perempuan dan anak, metropolitan dan 20 kota Kementerian Keuangan;
manula dan penyandang sedang, hingga tahun Kementerian Pekerjaan
difabilitas. 2019. Umum dan Perumahan
Rakyat; Kementerian
Lingkungan Hidup dan
Kehutanan; Pemerintah
Daerah Provinsi;
Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
Sumber: lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2017

2.2.5 PERMEN PUPR NO.2/PRT/M/2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN


KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

Permen PUPR No.2/PRT/M/2016 ini memberikan gambaran lebih rinci mengenai bagaimana
penanganan berupa Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh
Perkotaan dilakukan. Beberapa hal yang perlu dipahami sebagai muatan dalam penyusunan
RP2KPKP berkaitan dengan Permen ini adalah sebagai berikut:

2-20 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Tabel 2.7 : Muatan Penyusunan RP2KPKP berkaitan dengan Permen PUPR NO.2/PRT/M/2016

No. Muatan Penyusunan RP2KPKP

1 Profil Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh;

Rumusan Permasalahan Perumahan Kumuh Dan


2
Permukiman Kumuh;
Rumusan Konsep Pencegahan Dan Peningkatan
3
Kualitas Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh;
Rencana Pencegahan Terhadap Tumbuh Dan
4 Berkembangnya Perumahan Kumuh Dan Permukiman
Kumuh;
Rencana Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan
5
Kumuh Dan Permukiman Kumuh;

6 Rumusan Perencanaan Penyediaaan Tanah;

7 Rumusan Rencana Investasi Dan Pembiayaan; Dan

8 Rumusan Peran Pemangku Kepentingan.


Sumber: Rapermen Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
sebagai Penyempurnaan Permen PUPR No. 2 Tahun 2016

Muatan diatas merupakan substansi minimal yang harus ada didalam dokumen RP2KPKP
sehingga akan lebih mudah untuk proses penyusunan Peraturan Bupati atau Peraturan Walikota
(Perbup/Perwal). Muatan tersebut disusun dalam dalam jangka waktu:
a. Jangka pendek untuk periode satu tahun kegiatan, dengan muatan rencana aksi tahunan;
b. Jangka menengah untuk periode satu hingga lima tahun, denganmuatan kegiatan
rencana umum jangka menengah dan rencana aksitahun pertama; dan
c. Jangka panjang untuk periode lebih dari lima tahun kegiatan, denganmuatan rencana
umum jangka panjang, arahan rencana prioritastahunan, dan rencana aksi tahun
pertama.

Penyusunan RP2KPKP terkait dengan muatan diatas perlu dipahami tentang:

1. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh


Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan kriteria yang digunakan untuk
menentukan kondisi kekumuhan pada perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Kriteria
perumahan kumuh dan permukiman kumuh meliputi kriteria kekumuhan ditinjau dari:
A. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Bangunan Gedung
Kriteria kekumuhan ditinjau dari bangunan gedung mencakup:
1) Ketidakteraturan Bangunan
Ketidakteraturan bangunan merupakan kondisi bangunan gedung pada perumahan dan
permukiman:

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-21


a Tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dalam Rencana Detil Tata Ruang (RDTR),
yang meliputi pengaturan bentuk, besaran, perletakan, dan tampilan bangunan pada
suatu zona; dan/atau
b Tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dan tata kualitas lingkungan dalam
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), yang meliputi pengaturan blok
lingkungan, kapling, bangunan, ketinggian dan elevasi lantai, konsep identitas
lingkungan, konsep orientasi lingkungan, dan wajah jalan.
2) Tingkat Kepadatan Bangunan Yang Tinggi Yang Tidak Sesuai dengan Ketentuan Rencana
Tata Ruang
Tingkat kepadatan bangunan yang tinggi yang tidak sesuai dengan ketentuan rencana
tata merupakan kondisi bangunan gedung pada perumahan dan permukiman dengan:
a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang melebihi ketentuan RDTR, dan/atau RTBL;
dan/atau
b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yang melebihi ketentuan dalam RDTR, dan/atau
RTBL.
3) Ketidaksesuaian Terhadap Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
Ketidaksesuaian terhadap persyaratan teknis bangunan gedung merupakan kondisi
bangunan gedung pada perumahan dan permukiman yang bertentangan dengan
persyaratan:
a. pengendalian dampak lingkungan;
b. pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, di atas dan/atau di
bawah air, di atas dan/atau di bawah prasarana/sarana umum;
c. keselamatan bangunan gedung;
d. kesehatan bangunan gedung;
e. kenyamanan bangunan gedung; dan
f. kemudahan bangunan gedung.
Semua persyaratan di atas secara prinsip semestinya sudah tercantum dalam IMB atau
persetujuan sementara mendirikan bangunan, oleh karena itu penilaian ketidaksesuaian
persyaratan teknis bangunan gedung dapat merujuk pada kedua dokumen perizinan
tersebut.
B. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Jalan Lingkungan
Kriteria kekumuhan ditinjau dari jalan lingkungan mencakup:
1) Jaringan Jalan Lingkungan Tidak Melayani Seluruh Lingkungan Perumahan atau
Permukiman
Jaringan jalan lingkungan tidak melayani seluruh lingkungan perumahan atau permukiman
merupakan kondisi sebagian lingkungan perumahan atau permukiman tidak terlayani
dengan jalan lingkungan.
2) Kualitas Permukaan Jalan Lingkungan Buruk
Kualitas permukaan jalan lingkungan buruk merupakan kondisi sebagian atau seluruh
jalan lingkungan terjadi kerusakan permukaan jalan.
C. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Penyediaan Air Minum
Kriteria kekumuhan ditinjau dari penyediaan air minum mencakup :

2-22 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


1) Ketidaktersediaan Akses Aman Air Minum
Ketidaktersediaan akses aman air minum merupakan kondisi dimana masyarakat tidak
dapat mengakses air minum yang memiliki kualitas tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak berasa.
2) Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Air Minum Setiap Individu Sesuai Standar Yang Berlaku
Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum setiap individu merupakan kondisi dimana
kebutuhan air minum masyarakat dalam lingkungan perumahan atau permukiman tidak
mencapai minimal sebanyak 60 liter/orang/hari.
D. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Drainase Lingkungan
1) Drainase Lingkungan Tidak Mampu Mengalirkan Limpasan Air Hujan Sehingga
Menimbulkan Genangan
Drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air hujan sehingga menimbulkan
genangan merupakan kondisi dimana jaringan drainase lingkungan tidak mampu
mengalirkan limpasan air sehingga menimbulkan genangan dengan tinggi lebih dari 30
cm selama lebih dari 2 jam dan terjadi lebih dari 2 kali setahun.
2) Ketidaktersediaan Drainase
Ketidaktersediaan drainase merupakan kondisi dimana saluran tersier dan/atau saluran
lokal tidak tersedia.
3) Tidak Terhubung dengan Sistem Drainase Perkotaan
Tidak terhubung dengan sistem drainase perkotaan merupakan kondisi dimana saluran
lokal tidak terhubung dengan saluran pada hierarki diatasnya sehingga menyebabkan air
tidak dapat mengalir dan menimbulkan genangan.
4) Tidak Dipelihara Sehingga Terjadi Akumulasi Limbah Padat dan Cair di Dalamnya
Tidak dipelihara sehingga terjadi akumulasi limbah padat dan cair di dalamnya
merupakan kondisi dimana pemeliharaan saluran drainase tidak dilaksanakan baik
berupa:
a. pemeliharaan rutin; dan/atau
b. pemeliharaan berkala.
5) Kualitas Konstruksi Drainase Lingkungan Buruk
Kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk merupakan kondisi dimana kualitas
konstruksi drainase buruk, karena berupa galian tanah tanpa material pelapis atau
penutup atau telah terjadi kerusakan.
E. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Pengelolaan Air Limbah
Kriteria kekumuhan ditinjau dari pengelolaan air limbah mencakup:
1) Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai dengan Standar Teknis Yang Berlaku
Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang berlaku
merupakan kondisi dimana pengelolaan air limbah pada lingkungan perumahan atau
permukiman tidak memiliki sistem yang memadai, yaitu terdiri dari kakus/kloset yang
terhubung dengan tangki septik baik secara individual/domestik, komunal maupun
terpusat.
2) Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Tidak Memenuhi Persyaratan Teknis

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-23


Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis
merupakan kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah pada perumahan atau
permukiman dimana:
a. kloset leher angsa tidak terhubung dengan tangki septik;atau
b. tidak tersedianya sistem pengolahan limbah setempat atau terpusat.
F. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Pengelolaan Persampahan
Kriteria kekumuhan ditinjau dari pengelolaan persampahan mencakup:
1) Prasarana dan Sarana Persampahan Tidak Sesuai dengan Persyaratan Teknis
Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis merupakan
kondisi dimana prasarana dan sarana persampahan pada lingkungan perumahan atau
permukiman tidak memadai sebagai berikut:
a. tempat sampah dengan pemilahan sampah pada skala domestik atau rumah tangga;
b. tempat pengumpulan sampah (TPS) atau TPS 3R (reduce, reuse, recycle) pada skala
lingkungan;
c. gerobak sampah dan/atau truk sampah pada skala lingkungan; dan
d. tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) pada skala lingkungan.
2) Sistem Pengelolaan Persampahan Tidak Memenuhi Persyaratan Teknis
Sistem pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis merupakan kondisi
dimana pengelolaan persampahan pada lingkungan perumahan atau permukiman tidak
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. pewadahan dan pemilahan domestik;
b. pengumpulan lingkungan;
c. pengangkutan lingkungan; dan
d. pengolahan lingkungan.
3) Tidak Terpeliharanya Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Sehingga Terjadi
Pencemaran Lingkungan Sekitar oleh Sampah, Baik Sumber Air Bersih, Tanah Maupun
Jaringan Drainase
Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan sehingga terjadi
pencemaran lingkungan sekitar oleh sampah, baik sumber air bersih, tanah maupun
jaringan drainase merupakan kondisi dimana pemeliharaan sarana dan prasarana
pengelolaan persampahantidak dilaksanakan baik berupa:
a. pemeliharaan rutin; dan/atau
b. pemeliharaan berkala.
G. Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Proteksi Kebakaran
Kriteria kekumuhan ditinjau dari proteksi kebakaran mencakup ketidaktersediaan sebagai
berikut:
1) Ketidaktersediaan Prasarana Proteksi Kebakaran
Ketidaktersediaan prasarana proteksi kebakaran yang memenuhi persyaratan teknis
merupakan kondisi dimana tidak tersedianya:
a. pasokan air yang diperoleh dari sumber alam (kolam air, danau, sungai, sumur dalam)
maupun buatan (tangki air, kolam renang, reservoir air, mobil tangki air dan hidran);

2-24 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


b. jalan lingkungan yang memudahkan masuk keluarnya kendaraan pemadam kebakaran,
termasuk sirkulasi saat pemadaman kebakaran di lokasi;
c. sarana komunikasi yang terdiri dari alat-alat yang dapat dipakai untuk pemberitahuan
terjadinya kebakaran baik kepada masyarakat maupun kepada Instansi Pemadam
Kebakaran; dan/atau
d. data tentang sistem proteksi kebakaran lingkungan yang mudah diakses.
2) Ketidaktersediaan Sarana Proteksi Kebakaran
Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran yang memenuhi persyaratan teknis
merupakan kondisi dimana tidak tersedianya sarana proteksi kebakaran yang meliputi:
a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR);
b. kendaraan pemadam kebakaran;
c. mobil tangga sesuai kebutuhan; dan/atau
d. peralatan pendukung lainnya.
H. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh disesuaikan dengan ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan. Ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang
dijadikan acuan adalah sebagai berikut:
1) Aspek Kondisi Bangunan Gedung (rumah dan sarana perumahan dan/atau permukiman)
a) Keteraturan Bangunan
Komponen keteraturan bangunan meliputi:
1. Garis Sempadan Bangunan (GSB) Minimal
GSB adalah sempadan yang membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi
jalan; dihitung dari batas terluar saluran air kotor (riol) sampai batas terluar muka
bangunan, berfungsi sebagai pembatas ruang, atau jarak bebas minimum dari
bidang terluar suatu massa bangunan terhadap lahan yang dikuasai, batas tepi
sungai atau pantai, antara massa bangunan yang lain atau rencana saluran, jaringan
tegangan tinggi listrik, jaringan pipa gas, dan sebagainya (building line).
2. Tinggi Bangunan
Tinggi bangunan adalah tinggi suatu bangunan atau bagian bangunan, yang diukur
dari rata-rata permukaan tanah sampai setengah ketinggian atap miring atau sampai
puncak dinding atau parapet, dipilih yang tertinggi.
3. Jarak Bebas Antarbangunan
Jarak bebas antarbangunan adalah jarak yang terkecil, diukur di antara permukaan-
permukaan denah dari bangunan-bangunan atau jarak antara dinding terluar yang
berhadapan antara dua bangunan.
4. Tampilan Bangunan
Tampilan bangunan adalah ketentuan rancangan bangunan yang ditetapkan dengan
mempertimbangkan ketentuan arsitektur yang berlaku, keindahan dan keserasian
bangunan dengan lingkungan sekitarnya
5. Penataan Bangunan
a. pengaturan blok, yaitu perencanaan pembagian lahan dalam kawasan menjadi
blok dan jalan, di mana blok terdiri atas petak lahan/kaveling dengan konfigurasi
tertentu.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-25


b. pengaturan kaveling dalam blok, yaitu perencanaan pembagian lahan dalam blok
menjadi sejumlah kaveling/petak lahan dengan ukuran, bentuk, pengelompokan
dan konfigurasi tertentu.
c. pengaturan bangunan dalam kaveling, yaitu perencanaan pengaturan massa
bangunan dalam blok/kaveling.
6. Identitas Lingkungan
a. karakter bangunan, yaitu pengolahan elemen–elemen fisik bangunan untuk
mengarahkan atau memberi tanda pengenal suatu lingkungan/bangunan,
sehingga pengguna dapat mengenali karakter lingkungan yang dikunjunginya.
b. penanda identitas bangunan, yaitu pengolahan elemen–elemen fisik
bangunan/lingkungan untuk mempertegas identitas atau penamaan suatu
bangunan sehingga pengguna dapat mengenali bangunan yang menjadi
tujuannya.
c. tata kegiatan, yaitu pengolahan secara terintegrasi seluruh aktivitas informal
sebagai pendukung dari aktivitas formal yang diwadahi dalam ruang/bangunan,
untuk menghidupkan interaksi sosial dan para pemakainya.
7. Orientasi Lingkungan
a. tata informasi, yaitu pengolahan elemen fisik di lingkungan untuk menjelaskan
berbagai informasi/ petunjuk mengenai tempat tersebut, sehingga memudahkan
pemakai mengenali lokasi dirinya terhadap lingkungannya.
b. tata rambu pengarah, yaitu pengolahan elemen fisik di lingkungan untuk
mengarahkan pemakai bersirkulasi dan berorientasi baik menuju maupun dari
bangunan atau pun area tujuannya.
8. Wajah Jalan
a. penampang jalan dan bangunan
b. perabot jalan
c. jalur dan ruang bagi pejalan kaki
d. elemen papan reklame
b) Tingkat Kepadatan Bangunan
1. KDB, yaitu angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar
bangunan gedung yang dapat dibangun dengan luas lahan yang dikuasai.
2. KLB, yaitu angka persentase perbandingan antara jumlah seluruh lantai bangunan
gedung yang dapat dibangun dengan luas lahan yang dikuasai.
c) Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Komponen persyaratan teknis bangunan meliputi
1. Pengendalian Dampak Lingkungan Untuk Bangunan Gedung Tertentu bagi
bangunan gedung yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan,
termasuk di dalamnya di luar bangunan rumah tinggal tunggal dan deret. Elemen
pengendalian dampak lingkungan adalah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkugan
(UKL/UPL)
a. AMDAL adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi

2-26 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan.
b. UKL/UPL adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha dan/atau
Kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan.
2. Pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau
prasarana/sarana umum yang dibangun dengan memperhatikan kesesuaian lokasi,
dampak bangunan terhadap lingkungan, mempertimbangkan faktor keselamatan,
kenyamanan, kesehatan dan kemudahan bagi pengguna bangunan, dan memiliki
perizinan.
3. Persyaratan Keselamatan
a. persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadap beban muatan meliputi
persyaratan struktur Bangunan Gedung, pembebanan pada Bangunan Gedung,
struktur atas Bangunan Gedung, struktur bawah Bangunan Gedung, pondasi
langsung, pondasi dalam, keselamatan struktur, keruntuhan struktur dan
persyaratan bahan.
b. persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadap bahaya kebakaran meliputi
sistem proteksi aktif (di luar rumah tinggal tunggal dan rumah deret), sistem
proteksi pasif (di luar rumah tinggal tunggal dan rumah deret), persyaratan jalan
ke luar dan aksesibilitas untuk pemadaman kebakaran, persyaratan pencahayaan
darurat, tanda arah ke luar dan sistem peringatan bahaya, persyaratan
komunikasi dalam Bangunan Gedung, persyaratan instalasi bahan bakar gas dan
manajemen penanggulangan kebakaran.
c. persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadap bahaya petir meliputi
persyaratan instalasi proteksi petir dan persyaratan sistem kelistrikan.
4. Persyaratan Kesehatan
a. sistem penghawaan berupa ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik/buatan
sesuai dengan fungsinya.
b. pencahayaan berupa sistem pencahayaan alami dan/atau buatan dan/atau
pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya
c. sanitasi dan penggunaan bahan bangunan berupa sistem air minum dalam
Bangunan Gedung, sistem pengolahan dan pembuangan air limbah/kotor,
persyaratan instalasi gas medik (untuk sarana medik), persyaratan penyaluran air
hujan, persyaratan fasilitasi sanitasi dalam Bangunan Gedung (saluran
pembuangan air kotor, tempat sampah, penampungan sampah dan/atau
pengolahan sampah).
5. Persyaratan Kenyamanan
a. kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang merupakan tingkat
kenyamanan yang diperoleh dari dimensi ruang dan tata letak ruang serta
sirkulasi antarruang yang memberikan kenyamanan bergerak dalam ruangan.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-27


b. kenyamanan kondisi udara dalam ruang merupakan tingkat kenyamanan yang
diperoleh dari temperatur dan kelembaban di dalam ruang untuk
terselenggaranya fungsi Bangunan Gedung.
c. kenyamanan pandangan merupakan kondisi dari hak pribadi pengguna yang di
dalam melaksanakan kegiatannya di dalam gedung tidak terganggu Bangunan
Gedung lain di sekitarnya.
d. kenyamanan terhadap tingkat getaran dan kebisingan merupakan tingkat
kenyamanan yang ditentukan oleh satu keadaan yang tidak mengakibatkan
pengguna dan fungsi Bangunan Gedung terganggu oleh getaran dan/atau
kebisingan yang timbul dari dalam Bangunan Gedung maupun lingkungannya.
6. Persyaratan Kemudahan
a. kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam Bangunan Gedung tersedianya
fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman dan nyaman termasuk penyandang
cacat, anak-anak, ibu hamil dan lanjut usia.
b. kelengkapan sarana dan prasarana dalam pemanfaatan Bangunan Gedung yaitu
sarana hubungan vertikal antar lantai yang memadai untuk terselenggaranya
fungsi Bangunan Gedung berupa tangga, ram, lift, tangga berjalan (eskalator)
atau lantai berjalan (travelator).
2) Aspek Kondisi Jalan Lingkungan
Komponen jalan lingkungan meliputi:
1. Cakupan Pelayanan
a. Perlunya keterhubungan antar perumahan dalam lingkup permukiman skala wilayah
1) Jalan lingkungan sekunder bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga) atau lebih.
2) Jalan lingkungan sekunder yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor
beroda 3 (tiga) atau lebih.
b. Perlunya keterhubungan antar persil dalam perumahan dalam skala kawasan
1) Jalan Lingkungan I, merupakan penghubung antara pusat perumahan dengan
pusat lingkungan I, atau pusat lingkungan I dengan pusat lingkungan I dan
akses menuju jalan Lokal Sekunder III.
2) Jalan Lingkungan II, merupakan penghubung antara pusat lingkungan I dengan
pusat lingkungan II, atau pusat lingkungan II dengan pusat lingkungan II dan
akses menuju jalan lingkungan I yang lebih tinggi tingkat hirarkinya.
2. Kualitas Permukaan Jalan, mengacu dan menyesuaikan dengan Standar Pelayanan
Minimal Jalan
a. Kualitas jalan aspal
• Baik : IRI ≤ 4
• Sedang : IRI > 4 dan IRI ≤ 8
b. Kualitas jalan penmac (penetrasi makadam)
• Baik : IRI ≤ 8
• Sedang : IRI > 8 dan IRI ≤ 10
c. Jalan tanah/diluar perkerasan
• Baik : IRI ≤ 10
• Sedang : IRI > 10 dan IRI ≤ 12

2-28 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


IRI (International Roughness Index) jalan adalah parameter kekerasan permukaan
jalan yang dihitung dari jumlah kumulatif naik turunnya permukaan arah profil
memanjang dibagi dengan jarak/panjang permukaan.
3) Aspek Kondisi Penyediaan Air Minum
Komponen penyediaan air minum meliputi:
1. Akses aman air minum
Syarat kesehatan air minum sesuai peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan
a. Persyaratan fisika: sifat fisik air seperti bau, warna, kandungan zat padat,
kekeruhan, rasa, dan suhu
b. Persyaratan mikrobiologis: kandungan bakteri dalam air yaitu bakteri E-Coli dan
bakteri koliform,
c. Persyaratan kimiawi: kandungan mineral dalam air seperti arsen, fluorida, sianida,
khlorin, alumunium, mangan dan mineral lainnya
2. Kebutuhan air minum
Kebutuhan minimal adalah 60 liter/orang/hari. Kebutuhan air minum dapat dipenuhi
dengan Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan (SPAM) maupun
Sistem Penyediaan Air Minum Bukan Jaringan Perpipaan (SPAM BJP).
a. SPAM
SPAM merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana
dan sarana air minum yang unit distribusinya melalui perpipaan dan unit
pelayanannya menggunakan sambungan rumah/sambungan pekarangan, hidran
umum, dan hidran kebakaran. Komponen SPAM meliputi :
1) Unit air baku dengan kapasitas Rencana 130% dari kebutuhan rata-rata,
dengan komponen:
• mata air
• air tanah
• air permukaan (sungai, danau, laut)
• air hujan
• pipa transmisi air baku dari sumber air baku ke Instalasi Pengolahan Air
Minum (IPA)
2) Unit produksi dengan kapasitas rencana 120% dari kebutuhan rata-rata, dengan
komponen
• Bangunan Penangkap Mata Air
• Bangunan Pengambilan Air Baku dari Air Tanah (Sumur)
• Bangunan Saringan Pasir Lambat
• Instalasi Pengolahan Air Minum
• Pipa transmisi air minum dari IPA ke reservoir.
3) Unit distribusi dengan kapasitas rencana 115% - 300% dari kebutuhan rata-rata,
dengan komponen
• Reservoir (penampungan air sementara sebelum didistribusikan)
• Pipa distribusi dari reservoir ke unit pelayanan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-29


4) Unit pelayanan dengan komponen
• sambungan rumah
• hidran umum
• hidran kebakaran
b. SPAM BJP
SPAM BJP merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari
prasarana dan sarana air minum baik bersifat individual, komunal, maupun
komunal khusus yang unit distribusinya dengan atau tanpa perpipaan terbatas dan
sederhana, dan tidak termasuk dalam SPAM. SPAM BJP meliputi:
1) Sumur dangkal dan/atau Sumur Dalam
2) Penampungan Air Hujan (PAH)
3) Perlindungan Mata Air (PMA)
4) Saringan Rumah Tangga (Sarut)
5) Destilator Surya Atap Kaca
6) IPA sederhana
7) Terminal Air (mobil tangki / tangki air)
4) Aspek Kondisi Drainase Lingkungan
Penyediaan jaringan drainase adalah untuk mengelola/mengendalikan air permukaan
(limpasan air hujan) sehingga tidak menimbulkan masalah genangan, banjir dan
kekeringan bagi masyarakat serta bermanfaat bagi kelestarian lingkungan hidup. Yang
disebut genangan adalah terendamnya suatu kawasan lebih dari 30 cm selama lebih dari
2 jam dan lebih dari 2 kali setahun). Komponen Drainase Lingkungan meliputi:
1. Sistem Drainase yang terbentuk
a. Sistem drainase utama adalah jaringan saluran drainase primer, sekunder, tersier
beserta bangunan pelengkapnya yang melayani kepentingan sebagian besar
masyarakat. pengelolaan/pengendalian banjir merupakan tugas dan tanggung
jawab pemerintah kota
b. Sistem drainase lokal adalah saluran awal yang melayani suatu kawasan kota
tertentu seperti komplek, areal pasar, perkantoran, areal industri dan komersial
2. Sarana Drainase
Sarana Drainase adalah bangunan pelengkap yang merupakan bangunan yang ikut
mengatur dan mengendalikan sistem aliran air hujan agar aman dan mudah melewati
jalan, belokan daerah curam, bangunan tersebut.
a. Gorong-gorong
b. Bangunan Pertemuan Air
c. Bangunan Terjunan Air
d. Siphon
e. Street Inlet
f. Pompa
g. Pintu Air

3. Prasarana Drainase

2-30 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Prasarana Drainase adaalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah
tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang berfungsi
menyalurkan kelebihan air dari suatu kawasan ke badan air penerima.
a. Sumur Resapan
b. Kolam Tandon/kolam retensi
4. Konstruksi Drainase
a. Saluran pasangan batu: umumnya digunakan pada daerah yang mempunyai
tekstur tanah yang relatif lepas, dan mempunyai kemiringan yang curam.
b. Saluran beton: umumnya digunakan pada daerah yang mempunyai topografi, yang
terlalu miring atau terlalu datar, serta mempunyai tekstur tanah yang relatif lepas.
c. Saluran dengan perkuatan kayu: umumnya digunakan pada daerah yang
mempunyaai tekstur tanah yang sangat jelek (gambut) dan selalu terjadi
pergeseran (tanah bergerak).
5) Aspek Kondisi Pengelolaan Air Limbah
Komponen Pengelolaan Air Limbah meliputi:
1. Sistem Pengelolaan Air Limbah
a. Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) adalah sistem pengelolaan air
limbah sistem secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang
secara terpusat.
b. Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (SPAL-S) adalah sistem pengelolaan air
limbah secara individual dan/atau komunal, melalui pengolahan dan pembuangan
air Air limbah limbah setempat.
2. Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah
a. Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah Terpusat
1) Sarana Buangan Awal menjadi tanggung jawab pemilik rumah
• Kloset leher angsa dan kamar mandi
• MCK Umum
2) Unit Pelayanan menjadi tanggung jawab pemilik rumah
• Sambungan Rumah
• Lubang Inspeksi
3) Unit Pengumpulan menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah
• Pipa retikulasi
• Pipa induk
• Bangunan Pelengkap
4) Unit Pengolahan menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah, baik IPAL
Komunal ataupun IPAL Kota
• Fasilitas Utama IPAL
• Fasilitas Pendukung IPAL
• Zona Penyangga
5) Unit Pembuangan Akhir menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah
• Sarana pembuangan efluen
• Sarana penampungan sementara lumpur hasil pengolahan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-31


b. Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah Setempat
1) Sarana Buangan Awal menjadi tanggung jawab pemilik rumah
• Kloset leher angsa dan kamar mandi
• MCK Umum
2) Unit Pengolahan Setempat menjadi tanggung jawab pemilik rumah
• Cubluk
• Tangki septik dengan sistem resapan
• Biofilter
• Unit pengolahan air limbah fabrikasi
3) Unit Pengangkutan menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah
• Truk tinja
• Motor roda tiga pengangkut tinja
4) Unit Pengolahan Lumpur Tinja menjadi tanggung jawab
pengembang/pemerintah
• Fasilitas Utama IPLT
• Fasilitas Pendukung IPLT
• Zona Penyangga
5) Unit Pembuangan Akhir menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah
• Sarana pembuangan efluen
• Sarana penampungan sementara lumpur hasil pengolahan
6) Aspek Kondisi Pengelolaan Persampahan. Komponen dari pengelolaan
persampahan meliputi:
1. Sistem Pengolahan Sampah yang saling terintegrasi
a. Pemilahan
Sistem pemilahan adalah kegiatan pengelompokan sampah menjadi
paling sedikit 5 (lima) jenis sampah yang terdiri atas:
• sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun
• serta limbah bahan berbahaya dan beracun
• sampah yang mudah terurai
• sampah yang dapat digunakan kembali
• sampah yang dapat didaur ulang
• sampah lainnya
b. Pengumpulan
Sistem pengumpulan adalah kegiatan mengambil dan memindahkan
sampah dari sumber sampah ke TPS atau TPS 3R.
c. Pengangkutan
Sistem pengangkutan adalah kegiatan membawa sampah dari sumber
atau TPS menuju TPST atau TPA dengan menggunakan kendaraan
bermotor atau tidak bermotor yang didesain untuk mengangkut sampah.
d. Pengolahan
Sistem pengolahan adalah kegiatan mengubah karakteristik, komposisi,
dan/atau jumlah sampah.

2-32 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


e. Pemrosesan Akhir
Sistem pemrosesan akhir adalah kegiatan mengembalikan sampah
dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan
secara aman.
2. Prasarana dan Sarana Pengolahan Sampah
a. Sarana Pemilahan
1) Kantong Sampah
2) Bak Sampah
3) Kontainer sampah
b. Sarana dan Prasarana Pengumpulan
1) Gerobak Sampah
2) Motor Sampah
3) Mobil Bak Sampah
4) Perahu / Sampan Sampah
5) Tempat Penampungan Sementara (TPS)
c. Sarana Pengangkutan
1) Dump Truck
2) Armroll Truck
3) Compactor Truck
4) Trailer Truck
d. Prasarana Pengolahan
1) Tempat Pengolahan Sampah Dengan Prinsip 3R (TPS 3R)
2) Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
3) Stasiun Peralihan Antara (SPA) jika lokasi TPA jauhnya lebih dari 25
km dari pusat permukiman.
e. Prasarana Pemrosesan Akhir, yaitu TPA dengan sistem Sanitary Landfill,
Controlled Landfill, dan TPA dengan menggukan teknologi ramah
lingkungan.
7) Aspek Kondisi Proteksi Kebakaran
Komponen Proteksi Kebakaran meliputi:
1. Prasarana Proteksi Kebakaran
a. Pasokan air yang diperoleh dari sumber alam (kolam air, danau, sungai,
sumur dalam) maupun buatan (tangki air, kolam renang, reservoir air,
mobil tangki air dan hidran).
b. jalan lingkungan yang memudahkan masuk keluarnya kendaraan
pemadam kebakaran, termasuk sirkulasi saat pemadaman kebakaran
di lokasi.
c. Sarana Komunikasi yang terdiri dari telepon umum dan alat-alat lain
yang dapat dipakai untuk pemberitahuan terjadinya kebakaran baik
kepada masyarakat maupun kepada Instansi Pemadam Kebakaran.
d. Data tentang sistem proteksi kebakaran lingkungan yang terletak di
dalam ruang kendali utama dalam bangunan gedung yang terpisah
dan mudah diakses.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-33


2. Sarana Proteksi Kebakaran
a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
b. Mobil pompa.
c. Mobil tangga sesuai kebutuhan
d. Peralatan pendukung lainnya.

2. Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh


Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan pengelompokan perumahan
kumuh dan permukiman kumuh berdasarkan letak lokasi secara geografis. Tipologi
perumahan kumuh dan permukiman kumuh terdiri dari perumahan kumuh dan permukiman
kumuh:
a. di atas air;
b. di tepi air;
c. di dataran rendah;
d. di perbukitan; dan
e. di daerah rawan bencana.
Secara umum, pembagian tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dapat
dijelaskan sebagai berikut.

Tabel 2.8 :Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh

NO TIPOLOGI LOKASI KETERANGAN


1 perumahan kumuh perumahan kumuh dan
dan permukiman permukiman kumuh yang
kumuh di atas air berada di atas air, baik daerah
pasang surut, rawa, sungai
ataupun laut.

2 perumahan kumuh perumahan kumuh dan


dan permukiman permukiman kumuh yang
kumuh di tepi air berada tepi badan air (sungai,
pantai, danau, waduk dan
sebagainya), namun berada di
luar Garis Sempadan Badan
Air.

2-34 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


NO TIPOLOGI LOKASI KETERANGAN
3 perumahan kumuh perumahan kumuh dan
dan permukiman permukiman kumuh yang
kumuh di dataran berada di daerah dataran
rendah rendah dengan kemiringan
lereng < 10%.

4 perumahan kumuh perumahan kumuh dan


dan permukiman permukiman
kumuh di perbukitan kumuh yang berada di daerah
dataran
tinggi dengan kemiringan
lereng > 10 % dan < 40%

5 perumahan kumuh perumahan kumuh dan


dan permukiman permukiman kumuh yang
kumuh di daerah terletak di daerah
rawan bencana rawanbencana alam,
khususnya bencana alam
tanah longsor, gempa bumi
dan banjir.

2.2.6 PERMEN PU NO.1/PRT/M/2014 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG


PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.1 tahun 2014 tentang standar pelayanan
minimal bidang pekerjaan umum dan penataan ruang, diamanatkan bahwa pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah
dan pemerintah daerah, dimana dalam hal ini pemerintah daerah bertanggung jawab atas
penurunan kawasan permukiman kumuh sebanyak 10%. Beberapa ketentuan SPM bidang
keciptakaryaan yang terkait dengan upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
kumuh dapat dijelaskan pada tabel-tabel di bawah ini.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-35


Tabel 2.9 :Standar Minimal Pelayanan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sub bidang Keciptakaryaan

No Jenis Pelayanan Dasar Sasaran Indikator Satuan Target Cara Mengukur Upaya Pencapaian
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Penyediaan jalan untuk Meningkatnya kualitas persentase tingkat kondisi jalan % 60 Pengukuran kondisi jalan untuk memperoleh nilai IRI Setiap Pemerintah Kabupaten/ Kota memiliki
melayani kebutuhan layanan jalan Kab/Kota kabupaten/kota baik dan sedang. dapat dilakukan menggunakan: alat pengukur (Naasra/ Romdas/
masyarakat alat (Naasra/Romdas/Roughometer) - Roughometer) untuk menentukan nilai IRI
visual dengan cara menaksir nilai Road Condition Inde Membina dan menyediakan sumber daya
x (RCI) yang kemudian dikonversikan ke nilai manusia yang dapat:
International Roughness Index 1. Melakukan survei kondisi jalan
(IRI) yang dilakukan pada
menggunakan alat Naasra/ Romdas/
kondisi tertentu)*
Roughometer (untuk pengukuran mengguna
kan alat).
2. Menginterpretasikan kondisi jalan ke nilai
RCI yang selanjutnya dikonversi ke nilai IRI
(untuk pengukuran menggunakan metode
visual).
Melakukan pemeliharaan rutin dan pemeliha
raan berkala untuk mencapai dan memperta
hankan kondisi jalan baik dan sedang berda
sarkan nilai IRI
2 Penyediaan jalan untuk Tersedianya konektvitas persentase terhubungnya pusat- % 100 Pusat-pusat Setiap Pemerintah Kabupaten/ Kota
melayani kebutuhan wilayah Kab/Kota pusat kegiatan dan pusat produksi di kegiatan dan melakukan pembangunan/ penambahan
masyarakat wilayah kabupaten/ kota pusat produksi ruas jalan yang menghubungkan pusat--
sesuai yang pusat kegiatan dan pusat produksi
tercantum pada yang masih belum terhubungkan dengan
RTRW Kabupaten/ Kota telah jaringan jalan.
terhubung oleh
jaringan jalan. Percepatan penyelesaian Perda tentang RT
RW Kabupaten/ Kota

3 Penyediaan air minum Meningkatnya kualitas persentase penduduk yang % Penduduk Contoh survey; kuesioner; dll.
layanan air minum mendapatkan akses air minum yang 81,77%
permukiman perkotaan aman
4 Penyediaan sanitasi Meningkatnya kualitas sanit persentase penduduk yang terlayani % Penduduk Contoh survey; kuesioner; dll.
asi (air limbah, 60%
sistem air limbah yang memadai
persampahan dan
persentase pengurangan sampah di % Penduduk Contoh survey; kuesioner; dll.
drainase) permukiman 20%
perkotaan perkotaan
persentase pengangkutan sampah % Penduduk 70% Contoh survey; kuesioner; dll.
persentase pengoperasian TPA %Pengoperasia Contoh survey; kuesioner; dll.
70%
n TPA
persentase penduduk yang terlayani % penduduk 50% Contoh survey; kuesioner; dll.

2-36 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


No Jenis Pelayanan Dasar Sasaran Indikator Satuan Target Cara Mengukur Upaya Pencapaian
sistem jaringan drainase skala kota %pengurangan Contoh survey; kuesioner; dll.
sehingga tidak terjadi genangan (lebih genangan
dari 30 cm, selama 2 jam) lebih 50%
dari 2 kali setahun
5 Penataan Bangunan dan Meningkatnya tertib persentase jumlah Izin Mendirikan IMB pendataan
Lingkungan pembangunan bangunan Bangunan (IMB) yang diterbitkan 60%
gedung
6 Penangan Pemukiman Kumuh Berkurangnya permukiman persentase berkurangnya luasan permu Ha Contoh survey; kuesioner; dll.
Perkotaan kumuh di perkotaan kiman 10%
kumuh di kawasan perkotaan
7 Penyediaan Ruang Terbuka Meningkatnya ketersediaan persentase tersedianya luasan RTH survey penertiban area yang direncanakan
Hijau (RTH) Publik RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah % 50 menjadi RTH; penganggaran penyediaan
kota/kawasan perkotaan dan pengelolaan RTH publik

Keterangan:
1. Apabila menggunakan alat pengukur ketidakrataan permukaan jalan (Naasra/ Romdas/ Roughometer) hasilnya sudah tidak feasible (nilai count/ BI > 400)
2. Apabila situasi lapangan tidak memungkinkan menggunakan kendaraan survei, maka disarankan menggunakan metode visual (RCI)
3. Apabila tidak mempunyai kendaraan dan alat survei, maka disarankan menggunakan metode visual (RCI)

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-37


2.3 PERMASALAHAN DAN KEBUTUHAN PENANGANAN PERMUKIMAN
KUMUH
Banyak permasalahan perkotaan yang berakar pada kawasan permukiman, seperti tidak
meratanya penyediaan infrastruktur permukiman perkotaan, ketidaktersediaan lingkungan
permukiman yang layak, dan sebagainya yang pada akhirnya berimplikasi pada
terciptanya permukiman kumuh di kawasan perkotaan. Permasalahan yang ditimbulkan
dari munculnya kawasan permukiman kumuh seperti lingkungan yang tidak sehat,
pemanfaatan lahan ilegal, dan lain sebagainya tidak hanya berpengaruh terhadap internal
kawasan itu sendiri namun juga terhadap kawasan sekitarnya dan sistem jaringan
infrastruktur perkotaan secara umum.
Belum efektifnya penanganan permukiman kumuh (khususnya dalam konteks perkotaan)
hingga saat ini diakibatkan oleh beberapa kondisi sebagai berikut:
a. Tuntutan yang tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan permukiman dan infrastruktur
permukiman perkotaan belum didasarkan pada kebijakan dan strategi pembangunan
yang memadai,tepat, berskala kabupaten/kota, dan berbasis kawasan;
b. Belum terdapatnya strategi penanganan dan pentahapan baik dalam tahapan kegiatan
maupun kawasan penanganan pada program penanganan permukiman kumuh skala
kota;
c. Kebijakan untuk meningkatkan pembangunan kota tidak hanya berfokus pada upaya
peningkatan pertumbuhan perekonomian serta pembangunan infrastruktur skala kota
dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat perkotaan secara umum, namun
juga memperhatikan kebutuhan penanganan kawasan kumuh;
d. Upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh yang menjadi tugas
dan wewenang pemerintah daerah (UU No. 1/2011) belum diimbangi dengan
kemampuan pemerintah daerah dalam hal kapasitas SDM dan pembiayaan; dan
e. Terdapat ketidaksinkronan antar instansi di daerah dalam menentukan kebijakan
penanganan terutama penentuan lokasi dan bentuk penanganan yang akan dilakukan
pada tahap selanjutnya.
Berdasarkan permasalahan pembangunan yang ada tersebut, diperlukan beberapa
pertimbangan, antara lain:
a. bahwa dalam penanganan permukiman kumuh memerlukan adanya arahan yang jelas
hingga ke tataran teknis operasional dan selaras dengan arah pengembangan
kabupaten/kota;
b. bahwa dalam penanganan permukiman kumuh diperlukan arahan yang didasarkan
pada kebutuhan kawasan dan berorientasi pada penanganan akar masalahnya;
c. bahwa penanganan permukiman kumuh perlu diselenggarakan secara terpadu dan
berkelanjutan, dengan memuat unsur pencegahan dan peningkatan kualitas
sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang- Undang No. 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman; dan

2-38 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


d. bahwa dalam pengembangan kabupaten/kota dan kawasan permukiman perkotaan
terdapat kebutuhan untuk merumuskan rencana pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh yang mampu mendukung dan mengintegrasikan seluruh strategi
sektoral yang terkait.
Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka suatu kabupaten/kota sudah
seharusnya memiliki instrumen pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh
yang jelas dan komprehensif yang mempertimbangkan semua aspek pembangunan baik
fisik, sosial, ekonomi, investasi, pembiayaan, kelembagaan, maupun partisipasi publik.
Selain itu, instrumen yang dimaksud sebaiknya dapat menjadi acuan bagi penerapan
program penanganan yang ada. Terkait dengan hal ini, program-program yang
diselenggarakan mengacu pada kebutuhan untuk menjawab strategi yang telah
dirumuskan dan skala prioritasnya. Selain itu, program yang dikembangkan dapat
mendukung terwujudnya tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman pada
kota/kabupaten yang bersangkutan secara umum.
Dalam perwujudannya, kebutuhan akan arahan kebijakan dan strategi pencegahan dan
penanganan kualitas permukiman kumuh perkotaan ini tidak hanya menjadi tugas
Pemerintah (pusat) melainkan juga menjadi tanggung jawab penuh pemerintah
kabupaten/kota. Sejak berlakunya UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,
telah terjadi transformasi peran pemerintah daerah, yaitu pemerintah daerah menjadi aktor
utama dalam pembangunan daerah, termasuk dalam melaksanakan rencana tata ruang
dan rencana pembangunan yang menjadi induk bagi pembangunan di bidang
permukiman perkotaan. Dengan adanya peran ini, maka arahan kebijakan dan strategi
pencegahan dan penanganan kualitas permukiman kumuh perkotaan yang dirumuskan
oleh pemerintah daerah harus terpadu dan sinergi dengan rencana tata ruang (RTRW)
dan rencana pembangunan (RPJP dan RPJM).
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
(RP2KPKP) merupakan dokumen rencana aksi penanganan dan pencegahan
permukiman kumuh perkotaan yang disusun oleh Pokjanis Kabupaten/Kota yang berisi
rumusan strategi, kebutuhan program dan investasi untuk mewujudkan permukiman yang
bebas kumuh. Dalam mewujudkan permukiman yang bebas kumuh dokumen rencana
aksi tersebut mencakup pula rencana pengembangan lingkungan hunian yang layak dan
terjangkau bagi penduduk di perkotaan hingga tercapai target 0% kumuh.

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan


(RP2KPKP) merupakan dokumen perencanaan kegiatan penanganan dengan
lingkup/skala kota dan kawasan yang bersifat menyeluruh (komprehensif) dan terpadu,
tidak hanya berupa rencana kegiatan penanganan bersifat fisik namun mencakup juga
kegiatan-kegiatan yang bersifat non-fisik (peningkatan kapasitas/pemberdayaan, sosial
dan ekonomi).

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-39


Sebagaimana yang diamanatkan dalam UU No.1/2011, bahwa upaya penanganan
permukiman kumuh harus memuat unsur-unsur pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh yang diterjemahkan dalam bentuk strategi, program, dan rencana
aksi kegiatan sesuai dengan ketentuan yang diamantkan dalam Permen PUPR No.2 tahun
2016 tentang peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh.
Rencana aksi penanganan dan pencegahan permukiman kumuh kota terdiri dari 2 (dua)
bagian, yaitu: (i) strategi peningkatan kualitas perumahan dan permukiman melalui
kegiatan pemugaran, peremajaan kawasan permukiman kumuh dan/atau pemukiman
kembali; dan (ii) strategi pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya kawasan
permukiman kumuh baru, melalui pemberdayaan, pengawasan dan pengendalian.
Perumusan kedua strategi tersebut di atas harus mempertimbangkan permasalahan
ketidakteraturan bangunan, kepadatan bangunan, kualitas bangunan, serta sarana dan
prasarana (jalan lingkungan, drainase, sanitasi dan air minum).

2.3.1 KAPASITAS PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA


Kegiatan penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Perkotaan (RP2KPKP) melibatkan pemangku kepentingan, baik yang berada di tingkat pusat,
provinsi, maupun kabupaten/kota. Secara rinci peran dan bentuk keterlibatan dari masing-
masing pihak tersebut dalam kegiatan penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan
Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) dapat dilihat pada skema dan tabel
berikut.

MASYARAKAT

TIM PENYUSUN

TIM PENGENDALIAN PENYUSUNAN TIM PROVINSI POKJANIS

SATKER PKP Koordinasi


KORDINATOR PENGENDALIAN & PENGENDALIAN &
PROSES TIM TEKNIS PROSES Kolaborasi
PUSAT PROVINSI
TENAGA AHLI
PENDAMPING

Pengendalian/Monev Kegiatan
(Lingkup Substansi, Proses & Prosedur, Kualitas Produk)

Gambar 2.4 Keterkaitan antar stakeholder dalam proses penyusunan RP2KPKP

2-40 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Tabel 2.11 : Peran dan Bentuk Keterlibatan Pemangku Kepentingan dalam Penyusunan
RP2KPKP
PEMANGKU
PERAN BENTUK KETERLIBATAN TUGAS DAN WEWENANG
KEPENTINGAN
TINGKAT PUSAT
Direktorat Pembina kegiatan Mendorong dan mengarahkan TUGAS
Jenderal Cipta penyusunan RP2KPKP penyusunan RP2KPKP pada • melaksanakan pembinaan
Karya, kabupaten/kota melalui Pokjanis kegiatan penyusunan RP2KPKP
Kementerian daerah • menyediakan pedoman
Pekerjaan Umum penyusunan RP2KPKP
dan Perumahan • melakukan pemantauan dan
Rakyat evaluasi penyusunan RP2KPKP
Direktorat Pembina kegiatan Memberikan pendampingan WEWENANG
Pengembangan penyusunan RP2KPKP teknis pelaksanaan penyusunan • mensosialisasikan penyusunan
Kawasan RP2KPKP RP2KPKP
Permukiman • memfasilitasi dan
Menyediakan pedoman
mengkoordinasikan
pelaksanaan penyusunan
keterpaduan program lintas
RP2KPKP (KAK, panduan)
sektor, dan
Memantau pelaksanaan • melakukan penilaian dan
RP2KPKP melalui kegiatan rekomendasi tindak lanjut
koordinasi di tingkat pusat, terhadap hasil penyusunan
provinsi, dan kabupaten/kota RP2KPKP

TINGKAT PROVINSI
Satuan Kerja Penyelenggara kegiatan Melakukan tertib administrasi TUGAS
Pengembangan penyusunan RP2KPKP penyelenggaraan kegiatan
Kawasan penyusunan RP2KPKP melaksanakan konsolidasi pada
Permukiman tingkat provinsi;
Menyediakan tenaga ahli
pendamping melaksanakan pendampingan dan
pengendalian kegiatan
Berperan aktif dalam tim teknis penyusunan RP2KPKP; dan
tingkat provinsi
mendorong peningkatan kapasitas
Tim Teknis Pendamping/pengendali Mendorong peningkatan pokjanis di tingkat kabupaten/kota.
Provinsi Terdiri Kegiatan penyusunan kapasitas Pokjanis melalui
dari: RP2KPKP kegiatan pelatihan/konsolidasi
tingkat provinsi WEWENANG
Ketua : Satker
Perencanaan dan • Melakukan pendampingan melaksanakan koordinasi
Pengendalian kegiatan penyusunan penyusunan RP2KPKP dalam
bidang CK RP2KPKP melalui monitoring lingkup provinsi; dan
Anggota: Dinas dan evaluasi
memberikan rekomendasi kepada
PU/CK Provinsi, • Mensinergikan kebijakan,
pemerintah kabupaten/kota terkait
Bappeda Provinsi strategi, dan program dengan pelibatan pemangku
dan Satker kab/kota dengan kebijakan kepentingan.
Provinsi Bidang provinsi
CK
*) Tim Teknis
Provinsi
ditetapkan melalui
SK Kepala Dinas
PU/CK/ Bidang
Permukiman

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-41


PEMANGKU
PERAN BENTUK KETERLIBATAN TUGAS DAN WEWENANG
KEPENTINGAN

Provinsi
TINGKAT KABUPATEN/KOTA

Kelompok Kerja Perumus RP2KPKP Merumuskan RP2KPKP TUGAS


Teknis (Pokjanis),
terdiri dari Mengambil keputusan dalam menyediakan basis data dan
dinas/instansi proses penyusunan dokumen informasi spasial dan sektoral;
terkait di lingkup RP2KPKP
melaksanakan penyusunan
pemerintah Mengawal keberlanjutan RP2KPKP sesuai dengan
kabupaten/kota program RP2KPKP hingga pedoman;
tahapan implementasi
Pembentukan menghasilkan RP2KPKP yang
Pokjanis ini dapat diimplementasikan; dan
dibentuk
berdasarkan Surat penyebarluasan informasi produk
Keputusan (SK) RP2KPKP kepada masyarakat
Bupati/Walikota
• Menindaklanjuti hasil produk
RP2KPKP
• Mengahasilkan produk
peraturan (Perbup/perwal)
WEWENANG
melaksanakan peninjauan kembali
terhadap RP2KPKP berdasarkan
ketentuan yang tercantum;
melibatkan peran masyarakat
dalam proses penyusunan
RP2KPKP; dan
menetapkan dan melegalisasi
RP2KPKP menjadi peraturan
walikota/bupati

Tim Ahli Pendamping kegiatan • Memfasilitasi Pokjanis dalam TUGAS


Pendamping yang penyusunan RP2KPKP proses penyusunan RP2KPKP
terdiri dari tenaga Memberikan pendampingan
ahli beserta Memberikan advis dalam proses penyusunan
asisten tenaga teknis penyusunan RP2KPKP
ahli RP2KPKP
• Menghasilkan produk sesuai
dengan lingkup kegiatan
RP2KPKP
Menyusun laporan proses
penyelenggaraan kegiatan
RP2KPKP
• Mengemashasil akhir RP2KPKP

WEWENANG
• Merekomendasikan pendekatan
dan metode secara teknis
akademisdalam perumusan
kebijakan RP2KPKP

2-42 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


PEMANGKU
PERAN BENTUK KETERLIBATAN TUGAS DAN WEWENANG
KEPENTINGAN

Sebagai narasumber Berpartisipasi dalam kegiatan Memberikan masukan teknis


atau advisory teknis FGD dan Konsultasi Publik akademis terkait dengan proses
Praktisi, penyusunan RP2KPKP
akademisi, dan
pemerhati
permukiman
Kelembagaan Sebagai mitra pokjanis Berpartisipasi dalam kegiatan TUGAS
masyarakat dalam penyusunan FGD dan survey kampung
RP2KPKP sendiri Membantu pokjanis dalam
koordinasi dan sinkronisasi data
permukiman kumuh
• Memberikan input dalam pola
penanganan permukiman
kumuh
• Melakukan perencanaan
partisipatif untuk menghasilkan
RKM
WEWENANG
• Memberikan masukan dan
pendapat terkait dengan
komponen pembangunan

2.3.2 Perkuatan dan Pendampingan Stakeholders sebagai pelaku pembangunan


perkotaan
Seluruh kelompok masyarakat harus memiliki peluang yang sama untuk ikut berkontribusi
dalam perencanaan dan pembangunan perkotaan, termasuk pria dan perempuan, anak-anak
dan pemuda, penduduk lanjut usia dan penyandang disabilitas, penduduk asli dan
masyarakat lokal, pengungsi, pengungsi internal dan para migran, terlepas dari status
migrasi mereka, tanpa diskriminasi berdasarkan ras, agama, etnis, ataupun status sosial
ekonomi.Beberapa upaya dapat dilakukan guna meningkatkan peran aktif seluruh aktor
pembangunan, antara lain:
a. Menguatkan peran pemimpin daerah untuk mewujudkan tata kelola yang partisipatif
Kondisi tata kelola suatu daerah akan sangat bergantung pada keinginan dari
pemimpin daerah tersebut (political will), termasuk dalam hal tingkat partisipasi
dalam proses pengambilan keputusan terkait pembangunan. Oleh karena itu, peran
dari pemimpin di masing-masing daerah perlu diperkuat dalam mewujudkan tata
kelola yang partisipatif.
b. Memperkuat keterlibatan perguruan tinggi dalam pembangunan perkotaan
Perguruan tinggi merupakan pihak yang erat dengan perkembangan ilmu, termasuk
ilmu-ilmu yang terkait dengan pembangunan perkotaan. Pelibatan akademisi dalam

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-43


pembangunan perkotaan dapat memberikan mereka ruang untuk mengaplikasikan
ilmu-ilmu yang selama ini diajarkan.
Harapan akan keterlibatan seluruh aktor dalam proses pembangunan perkotaan berimplikasi
pada keharusan untuk menyediakan mekanisme yang dapat memberdayakan semua
pemangku kepentingan. Penguatan kapasitas, khususnya kapasitas pemerintah nasional,
provinsi, dan kabupaten/kota, perlu dilakukan secara berkala agar dapat meningkatkan
kemampuan bekerja bersama dalam membentuk proses tata kelola yang diharapkan.
Terdapat beberapa cara yang dapat dipilih sebagai suatu langkah untuk meningkatkan
kapasitas aktor pembangunan, di antaranya adalah:
1. Melaksanakan program pendidikan dan pelatihan
Pendidikan dan pelatihan terhadap para aktor pembangunan dilakukan sesuai
dengan tugas dan perannya masing-masing. Pendidikan dan pelatihan juga sangat
penting dilakukan kepada aparatur pemerintah untuk memperkuat lembaga-lembaga
nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Pendidikan dan pelatihan ini lebih bersifat
formal.
2. Melaksanakan program pembelajaran antar rekan sederajat (peer-to-peer learning)
Pembelajaran antar rekan sederajat menjadi salah satu cara yang dapat dipilih dalam
mengembangkan kapasitas para aktor pembangunan. Terdapat beragam
mekanisme dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran antar rekan sederajat ini,
dapat melalui kegiatan diskusi ataupun dikemas dalam bentuk lainnya.
3. Melaksanakan kegiatan pertukaran informasi dan pengetahuan
Pertukaran informasi dan pengetahuan dapat memperbaiki proses pembangunan
perkotaan yang sedang atau akan dilakukan. Pertukaran ini akan memberikan
kesempatan para aktor untuk saling melengkapi pemahaman yang mereka miliki.
4. Memberikan dukungan teknis kepada Pemerintah Daerah oleh Pemerintah Pusat
Dukungan teknis dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dapat berupa
pendampingan-pendampingan teknis dalam menjalankan program-program
pembangunan. Pemerintah Pusat, dalam beberapa hal, memiliki kapasitas yang lebih
baik sehingga perlu melakukan pendampingan kepada pemerintah daerah (UU
23/2014)
5. Memberikan dukungan teknis kepada masyarakat dari Pemerintah
Pemerintah, baik pusat maupun daerah, juga perlu memberikan dukungan teknis
yang salah satunya dapat berupa pendampingan, kepada masyarakat, khususnya
pada pelaksanaan program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.
6. Menyamakan pemahaman anggota dewan mengenai isu dan kebijakan perkotaan
DPR dan DPRD merupakan bagian penting dari proses penyusunan kebijakan,
khususnya dalam hal legislasi karena program-program dan kebijakan

2-44 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


pembangunan perkotaan akan membutuhkan persetujuan dari para anggota dewan.
Oleh karena itu, pandangan dan pemahaman antara anggota dewan dan
pemerintah terkait isu perkotaan yang berkembang perlu disamakan dan
diselaraskan.
7. Melibatkan aktor-aktor kunci dalam komunitas dalam mencari solusi bersama
Aktor-aktor kunci dalam pembangunan perkotaan, seperti perencana kota,
perancang kota, dan lainnya, juga tetap perlu peningkatan kapasitas. Begitu pula
dengan aktor-aktor kunci di dalam komunitas, seperti ketua RT, ketua RW, ketua
BKM, ataupun organisasi lainnya di tingkat masyarakat
8. Mendorong BPS menyediakan data yang sesuai dengan kebutuhan NUA
Salah satu aktor kunci lainnya dalam proses pembangunan perkotaan adalah Badan
Pusat Statistik (BPS). BPS memiliki peran yang sangat besar karena BPS merupakan
lembaga utama penyedia data dan informasi. Seluruh kebijakan dan program
pembangunan sangat membutuhkan data dan informasi dalam perencanaan dan
evaluasinya.

2.4 PENANGANAN PERMASALAHAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH


PERKOTAAN MELALUI RP2KPKP
2.4.1 Pemahaman Dasar RP2KPKP
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP)
merupakan dokumen rencana aksi penanganan dan pencegahan permukiman kumuh
perkotaan yang disusun oleh Pokjanis Kabupaten/Kota yang berisi rumusan strategi,
kebutuhan program dan investasi untuk mewujudkan permukiman yang bebas kumuh. Dalam
mewujudkan permukiman yang bebas kumuh dokumen rencana aksi tersebut mencakup
pula rencana pengembangan lingkungan hunian yang layak dan terjangkau bagi penduduk di
perkotaan hingga tercapai target 0% kumuh.
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP)
merupakan dokumen perencanaan kegiatan penanganan dengan lingkup/skala kota dan
kawasan yang bersifat menyeluruh (komprehensif) dan terpadu, tidak hanya berupa rencana
kegiatan penanganan bersifat fisik namun mencakup juga kegiatan-kegiatan yang bersifat
non-fisik (peningkatan kapasitas/pemberdayaan, sosial dan ekonomi).
Sebagaimana yang diamantkan dalam UU No.1/2011, bahwa upaya penanganan
permukiman kumuh harus memuat unsur-unsur pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh yang diterjemahkan dalam bentuk strategi, program, dan rencana aksi
kegiatan sesuai dengan ketentuan yang diamanatkan dalam Permen PUPR No.2 tahun 2016
tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan
Permukiman Kumuh.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-45


Rencana aksi penanganan dan pencegahan permukiman kumuh kota terdiri dari 2 (dua)
bagian, yaitu : (i) strategi peningkatan kualitas perumahan dan permukiman melalui kegiatan
pemugaran, peremajaan kawasan permukiman kumuh dan/atau pemukiman kembali; dan (ii)
strategi pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya kawasan permukiman kumuh
baru, melalui pemberdayaan, pengawasan dan pengendalian.
Perumusan 2 (dua) strategi tersebut di atas harus mempertimbangkan permasalahan
ketidakteraturan bangunan, kepadatan bangunan, kualitas bangunan, serta sarana dan
prasarana (jalan lingkungan, drainase, sanitasi dan air minum).
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP)
diperlukan agar Pemerintah Daerah mampu menyusun dokumen perencanaan yang
komprehensif sebagai acuan dalam pencapaian penanganan permukiman yang bebas
kumuh. Dengan adanya Dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) diharapkan dapat terciptanya keterpaduan
program dan pembiayaan berbagai pemangku kepentingan sesuai dengan kewenangannya.
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP)
diperlukan sebagai acuan dalam pelaksanaan penigkatan kualitas perumahan dan
permukiman kumuh dengan mengintegrasikan skala lingkungan sampai dengan skala
kawasan dan kota. Sedangkan untuk pengelolaan sarana dan prasarana yang terbangun
dengan memampukan dan menumbuhkan kepedulian masyarakat untuk memelihara dan
menjaga lingkungan huniannya.

2.4.2 Goals RP2KPKP


Penyelenggaraan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Perkotaan (RP2KPKP) tidak dapat dipisahkan dari kebijakan pengembangan dan
pembangunan kabupaten/kota secara keseluruhan. Berdasarkan Undang-Undang (UU) No.
25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, tiap kabupaten/kota
diamanatkan memiliki dokumen perencanaan pembangunan yang tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang kemudian diterjemahkan dalam
rencana 5 (lima) tahunan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD). Selain itu dari sisi ruang, UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
mengamanatkan tiap kabupaten/kota memiliki dokumen rencana tata ruang yang tertuang
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kota berikut dengan rencana
rincinya. Dokumen sektoral seperti Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur
Perkotaan (SPPIP) yang merupakan terjemahan, paduan dan integrasi dua kelompok
dokumen pilar pembangunan di Indonesia terkait permukiman dan infrastruktur dan Rencana
Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) yang merupakan dokumen teknis
penanganan kawasan permukiman prioritas pembangunan di suatu kabupaten/kota.
Dalam Undang-Undang No 23 tahun 2014 tentang pembagian kewenangan pusat dan
daerah mengamanatkan bahwa untuk mewujudkan masyarakat mampu bertempat tinggal
serta menghuni rumah yang layak, terjangkau di dalam lingkungan yang sehat, aman,

2-46 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


harmonis dan berkelanjutan terdapat pembagian kewenangan untuk pemerintah pusat,
provinsi maupun daerah. Dalam hal penyedian perumahan pemerintah pusat mempunyai
kewenangan untuk menyediakan rumah bagi MBR, korban bencana nasional serta fasilitasi
penyediaan rumah bagi masyarakat yang terkena dampak program pemerintah pusat. Untuk
kewenangan pemerintah provinsi dalam hal penyediaan rumah hanya pada kasus bencana
provinsi serta fasilitasi penyediaan rumah bagi masyarakat yang terkena dampak program
pemerintah provinsi. Sedangkan pemerintah daerah berwenang dalam penerbitan izin
pembangunan dan pengembangan perumahan, serta penyediaan rumah bagi kasus
bencana kabupaten/kota juga fasilitasi penyediaan rumah bagi masyarakat yang terkena
dampak program pemerintah kabupaten/kota.
Kaitannya dengan penanganan dan pencegahan permukiman kumuh di Indonesia
berdasarkan penjelasan yang tertuang dalam UU No. 23 Tahun 2014 tersebut dijabarkan
pembagian kewenagan pemerintah pusat, provinsi serta kabupaten/kota. Untuk menangani
perumahan dan kawasan permukiman kumuh pemerintah pusat hanya akan menangani
penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luas 15 Ha atau
lebih, untuk pemerintah provinsi penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman
kumuh dengan luas 10 (sepuluh) ha sampai dengan di bawah 15 (lima belas) ha, dan untuk
pemerintah daerah kabupaten/kota berwenang melakukan Penataan dan peningkatan
kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luas di bawah 10 (sepuluh) ha serta melakukan
pencegahan perumahan dan kawasan permukiman kumuh pada Daerah kabupaten/kota.
Untuk menunjang pembangunan bidang permukiman di kawasan perkotaan, berdasarkan
Pasal 15 huruf c, dalam UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, pemerintah kabupaten/kota perlu menyusun dan memiliki rencana
pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman. Rencana
pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman ini merupakan
penjabaran dari arahan rencana pola ruang kawasan permukiman yang tertuang di dalam
RTRW kabupaten/kota, yang di dalamnya mengatur perencanaan untuk 2 (dua) lingkup
substansi, yaitu perumahan dan kawasan permukiman.
UU No.1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman mengamanahkan bahwa
Negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia melalui penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta
menghuni rumah yang layak, terjangkau di dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis
dan berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia. Dalam mewujudkan fungsi permukiman,
pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap permukiman kumuh dilakukan guna
meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni serta menjaga dan
meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan permukiman berdasarkan pada kepastian
bermukim dan menjamin hak bermukim menurut ketentuan peraturan dan perundang-
undangan. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah berkomitmen untuk mengentaskan
permukiman kumuh dengan target 0 % kumuh, dalam rangka menuju kawasan perkotaan
yang Layak Huni dan Berkelanjutan pada tahun 2030 sesuai dengan tujuan dari Sustainable
Development Goals (SDGs). Langkah awal penanganan permukiman kumuh untuk mencapai
target 0% kumuh tersebut sudah dimulai sejak tahun 2014 oleh Kementerian Pekerjaan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-47


Umum dan Perumahan Rakyat cq. Ditjen Cipta Karya melalui penyusunan Road Map
penanganan kumuh dan pemutakhiran data kumuh yang dilaksanakan secara koordinatif
dengan kementerian/lembaga terkait serta dengan pemerintah daerah di seluruh Indonesia.
Selanjutnya untuk menunjang pembangunan bidang permukiman khususnya dalam
penanganan dan pencegahan kawasan permukiman kumuh sesuai amanah UU No.1 Tahun
2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman, pemerintah kabupaten/kota perlu
menyusun dan memiliki rencana aksi penanganan dan pencegahan permukiman kumuh.
Untuk mewujudkan rencana aksi aksi penanganan dan pencegahan permukiman kumuh
tersebut diperlukan skenario, konsep dan strategi penaganan yang akan diisi oleh substansi
RP2KPKP.
RP2KPKP yang menjabarkan kebijakan makro terkait pencegahan perkembangan
permukiman kumuh kabupaten/kota serta konsep penanganan kawasan permukiman kumuh
prioritas, dalam implementasinya akan menjadi acuan bagi penyusunan strategi sektor dan
rencana induk sistem komponen-komponen pembentuk permukiman.
Dalam konteks pembangunan permukiman, strategi sektor dan RIS yang telah disusun
secara sistematis dan sinergi ini nantinya akan menjadi masukan dalam proses penyusunan
memorandum program yang selanjutnya akan diterjemahkan kedalam desain teknis.

2.4.3 Pendekatan RP2KPKP


Amanat Undang-undang No.1 tahun 2011 dimana penyelenggaraan kawasan permukiman
perlu didasarkan pada suatu dokumen rencana yang terpadu dan terintegrasi yaitu Rencana
Kawasan Permukiman, dapat diartikan pula bahwa dalam konteks penanganan permukiman
kumuh perlu juga memiliki suatu instrumen yang dapat menaungi upaya pencegahan dan
peningkatan permukiman kumuh yaitu RP2KPKP. Terkait hal ini RP2KPKP diharapkan dapat
menjadi:
• Satu-satunya dokumen yang menjadi acuan Pemerintah Kab./Kota dalam upaya
pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh
• Dokumen rencana yang mengintegrasikan program-program pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh (program penanganan permukiman kumuh
dari Pemerintah Kab./Kota, NUSP-SIAP, KOTAKU, program regular dari APBN/Provinsi,
dll)
Dalam hal ini pemerintah daerah (kabupaten/kota) menjadi aktor dan pelaku utama dalam
penanganan permukiman kumuh, mulai dari tahap perencanaan melalui fasilitasi penyusunan
RP2KPKP dari pemerintah pusat, hingga ke pelaksanaan dan pengelolaannya, terutama
terhadap kawasan permukiman kumuh yang memiliki kompleksitas permasalahan yang relatif
ringan, sehingga nantinya penanganannya dapat dilakukan di tingkat kelurahan.
Pemerintah daerah juga dapat mengakses kemungkinan program penanganan lainnya
yang dicanangkan oleh pemerintah pusat, terutama terhadap kawasan-kawasan
permukiman kumuh yang memiliki kompleksitas permasalahan yang masif dan memerlukan

2-48 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


keterpaduan penanganan dari sisi pelaku serta sumber pendanaan, sebagaimana yang
dapat dijelaskan pada skema di bawah ini.
Lebih lanjut bila dikaitkan dengan upaya pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh, maka dalam menyusun Rencana Pencegahan dan
Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) paling tidak
memuat 4 (empat) prinsip perencanaan, penanganan dan pencegahan permukiman
kumuh yaitu:
1. Merespon Pembanguan Perkotaan yang berkelanjutan terkait dengan New Urban
Agenda maka dalam penyelenggaraan kegiatan RP2KPKP ini diharapkan mencakup
prinsip:
a. Keberlanjutan dalam penyusunan RP2KPKP adalah melakukan penyusunan
rencana pengelolaan paska pembangunan; dan
b. Pembangunan Hijau.
2. Tuntutan peningkatan Kapasitas Pemerintah Kabupaten/Kota diharapkan dapat
menghasilkan prinsip:
a. Perencanaan yang komprehensif dalam penyusunan RP2KPKP adalah
melakukan perencanaan penanganan permukiman kumuh secara
menyeluruh meliputi aspek sosial, ekonomi, fisik lingkungan;
b. Pembangunan yang terintegrasi dalam penyusunan RP2KPKP adalah
melakukan perencanaan pembangunan tersistem dari skala lingkungan,
kawasan dan kota;
3. Demikian pula perlunya Perkuatan dan Pendampingan Stakeholders sebagai pelaku
pembangunan perkotaan dilakukan prinsip:
Keterpaduan program (Kolaboratif dan Sinergitas) dalam penyusunan RP2KPKP
adalah melakukan penyusunan rencana investasi pembangunan yang melibatkan
semua sumber pembiayaan dari Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan
swasta;
Terkait dengan pemenuhan unsur tersebut, maka dari sisi penyusunannya, proses
penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Perkotaan (RP2KPKP) ini didasarkan pada tiga (3) pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
normatif, (2) pendekatan fasilitatif dan partisipatif, serta (3) pendekatan teknis-
akademis, dengan penjelasan untuk tiap pendekatan sebagai berikut:
1. Pendekatan Normatif adalah suatu cara pandang untuk memahami
permasalahan atau kondisi dengan berdasarkan pada norma-norma yang ada
atau pada suatu aturan yang menjelaskan bagaimana kondisi tersebut
seharusnya terjadi. Dalam pendekatan ini, perhatian pada masalah utama
serta tindakan yang semestinya dilakukan menjadi ciri utama. Kondisi atau
situasi yang terjadi tersebut dijelaskan, dilihat, dan dibandingkan
karakteristiknya dengan kondisi yang seharusnya, dimana dalam konteks

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-49


pembangunan kondisi yang seharusnya tersebut didasarkan pada
produk legal peraturan perundangan, baik untuk nasional maupun daerah;

2. Pendekatan Fasilitatif dan Partisipatif digunakan dengan dasar pertimbangan


bahwa proses penyusunan dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan yang terkait dengan penanganan dan pencegahan permukiman
kumuh, baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi, maupun nasional. Hal ini
dimaksudkan agar hasil penyusunan dapat dirasakan dan dimiliki oleh
seluruh pemangku kepentingan terkait di daerah;

3. Pendekatan Teknis-Akademis merupakan pendekatan yang dilakukan dengan


menggunakan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan secara
akademis, baik itu dalam pembagian tahapan pekerjaan maupun teknik -
teknik identifikasi, analisis, penyusunan strategi maupun proses pelaksanaan
peny epakatan. Dalam pendekatan ini, proses penyusunan RP2KPKP ini
menggunakan beberapa metode dan teknik studi yang baku yang sebelumnya
telah disepakati bersama oleh tim kerja, pemberi kerja, dan tim pokjanis
daerah.

2.4.4 Muatan RP2KPKP


Secara umum, dokumen RP2KPKP memuat terkait kegiatan pencegahan terhadap tumbuh
dan berkembangnya kawasan permukiman kumuh, muatan terkait peningkatan kualitas
kawasan permukiman serta muatan terkait pembangunan perkotaan berkelanjutan. Kegiatan
pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya kawasan permukiman kumuh meliputi 2
(dua) tahapan, yaitu pengawasan dan pengendalian serta pemberdayaan masyarakat.Pada
tahap pengawasan dan pengendalian, kegiatan pencegahan dilakukan melalui sosialisasi
dan penyuluhan (campaign) terkait perizinan, standar teknis, dan kelaikan fungsi kepada
pemangku kepentingan di daerah dan masyarakat. Pada tahap pemberdayaan masyarakat,
kegiatan yang dilakukan berupa pendampingan peningkatan kapasitas masyarakat melalui
fasilitasi pembentukan dan fasilitasi peningkatan kapasitas kelompok swadaya masyarakat
serta pemberian layanan informasi terkait rencana tata ruang, penataan bangunan dan
lingkungan, perizinan dan standar perumahan dan permukiman.

2-50 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Tabel 2.12 Muatan Pencegahan terjadinya Permukiman Kumuh

Lingkup RP2KPKP Muatan Pencegahan Pelaku Metode


Kawasan Perkotaan Penegakan terhadap ▪ Pemerintah
➔ Permukiman kesesuaian perizinan, Daerah
kumuh/terindikasi kumuh kesesuaian tata ruang ▪ Masyarakat
yang berada di luar (RTRW)
peruntukan permukiman
perkotaan berdasarkan
rencana tata ruang
kab/kota

➔ Permukiman kumuh yang


sumber permasalahan
utamanya berada di luar
kawasan.
Kawasan Permukiman Penegakan terhadap Pemerintah Partisipatif-Fasilitatif
Perkotaan kesesuaian perizinan, Daerah
➔ Permukiman kesesuaian tata ruang,
kumuh/terindikasi kumuh SPM, aturan dan standar
yang berada di lingkup teknis, serta dokumen
peruntukan permukiman perencanaan lainnya
perkotaan (SPPIP/RP3KP) yang terkait
dengan bidang Cipta Karya
Penyusunan action plan ▪ Pemerintah ▪ Partisipatif-
terkait program-program Daerah Fasilitatif,
pencegahan kawasan ▪ Masyarakat ▪ Social Mapping
permukiman kumuh melalui
sosialisasi, public
campaign, dan penyuluhan
Pencegahan permukiman
kumuh yang sudah
ditangani agar tidak kembali
menjadi kumuh melalui
upaya :
Pada proses perencanaan/ ▪ Pemerintah ▪ Partisipatif-
pendampingan mulai Daerah Fasilitatif,
dilakukan ▪ Masyarakat ▪ pemberdayaan
sosialisasi/campaign masyarakat
pentingnya terhadap upaya-
upaya pencegahan dan
pelatihan pemeliharaan
hasil-hasil pembangunan
Pada pasca pembangunan
dilakukan melalui
penerapan pemeliharaan
hasil-hasil pembangunan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-51


Lingkup RP2KPKP Muatan Pencegahan Pelaku Metode
Pengawasan dan
monitoring evaluasi hasil-
hasil pembangunan dalam
rangka keberlanjutan
program

Kegiatan peningkatan kualitas permukiman kumuh terdiri dari 3 pola penanganan yaitu pola
penanganan pemugaran, peremajaan, dan permukiman kembali.
Tabel 2.11 Muatan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

Muatan Peningkatan Kualitas Pelaku Metode


Pola Penanganan
Perbaikan, pembangunan kembali menjadi permukiman Pemerintah, Advokasi Pemda,
layak huni Masyarakat, dan Penyiapan
Swasta masyarakat,
Pembangunan Fisik
Tersier dan Fisik
Primer

Mewujudkan permukiman yang lebih baik guna Pemerintah, Advokasi Pemda,


melindungi keselamatan dan keamanan masyarakat Masyarakat, dan Penyiapan
sekitar dengan terlebih dahulu menyediakan tempat Swasta masyarakat,
tinggal bagi masyarakat Pembangunan Fisik
Tersier dan Fisik
Primer

Pemindahan masyarakat dari lokasi yang tidak mungkin Pemerintah, Advokasi Pemda,
dibangun kembali/ tidak sesuai dengan rencana tata Masyarakat, dan Penyiapan
ruang dan/ atau rawan bencana serta menimbulkan Swasta masyarakat,
bahaya bagi barang ataupun manusia (contoh: Pembangunan Fisik
penyediaan Rusunawa, Rumah deret) Tersier dan Fisik
Primer

2.4.5 Kedudukan dan Legalisasi RP2KPKP


Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
(RP2KPKP) telah diamanatkan didalam Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016, yang
mana merupakan bagian dari Rencana Kawasan Permukiman (RKP). Rencana Kawasan
Permukiman (RKP) adalah dokumen yang akan memuat tentang rencana penyelenggaraan
kawasan permukiman baik di kawasan perkotaan maupun dikawasan perdesaan. Dokumen
RP2KPKP merupakan bagian dari perencanaan kawasan permukiman perkotaan yang
memuat tentang penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan, dan akan dijadikan
pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan dalam pembangunan kawasan permukiman.
Secara umum konsep penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman akan
dijabarkan seperti gambar berikut ini:

2-52 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Gambar 2.5 : Konsep Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-53


Gambar 2.6 : Kedudukan RP2KPKP Didalam RKP dan Terhadap Dokumen Rencana Lainnya
Hasil penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Perkotaan (RP2KPKP) ini ditindaklanjuti dengan membentuk Peraturan Kepala Daerah
(Perkada) yang selanjutnya disebut dengan Peraturan Walikota/Bupati agar memiliki kekuatan
hukum yang tetap sebagai instrumen pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
kumuh di tingkat Kabupaten/Kota.

Dalam hal ini penyusunan Peraturan Walikota/Bupati mengacu kepada Peraturan Menteri
Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk
Hukum Daerah, dimana secara umum terdapat beberapa tahapan penyususunan produk
hukum yaitu:
- SK Walikota Pembentukan Tim Pokjanis Penyusun RP2KPKP sampai pada Peraturan
Walikota/Bupati;

2-54 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


- Penyusunan Draft Peraturan Walikota/Bupati berdasarkan dokumen RP2KPKP yang
telah disepakati oleh pemangku kepentingan;
- Pembahasan di bagian hukum (harmonisasi dan koordinasi dgn SKPD terkait);
- Pengajuan RAPERWAL kepada Walikota/Bupati (melalui SEKDA);
- Penyempurnaan peraturan walikota oleh tim penyusun perwal;
- Penetapan peraturan Walikota/Bupati.

Gambar 2.7 : Pendekatan Alur Proses Penyusunan Perkada (Peraturan Walikota/Peraturan Bupati)
berdasarkan Permendagri Nomor 80 Tahun 2015

Selanjutnya dalam Permendagri Nomor 80 Tahun 2015 disebutkan pula bahwa proses
penyusunan rancangan peraturan Walikota/Bupati dilakukan oleh tim penyusun Perwal/Perbup
yang dipimpin oleh Kepala SKPD pemrakarsa. Draft hasil penyusan Perwal/Perbup kemudian
dibahas di bagian hukum sekaligus untuk harmonisasi dan sinkronisasi dengan SKPD terkait.
Hasil dari pembahaan di bagian Hukum tersebut kemudian dituangkan dalam Paraf
Koordinasi dari kepala bagian hukum dan pimpinan SKPD terkait. Proses selanjutnya dari
hasil pembahasan Raperwal/Raperbup dibagian hukum adalah pengajuan Rancangan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-55


Perwal/Perbup kepada Walikota/Bupati melalui Sekda Kota/Kabupaten. Pada tahap ini Sekda
akan memberikan masukan terhadap perubahan/penyempurnaan dari Perwal/Perbup yang
diajukan tersebut. Berdasarkan catatan perubahan/penyempurnaan dari Sekda, kemudian tim
penyusun Perwal/Perbup yang dipimpin oleh Kepala SPKD pemrakarsa akan melakukan
penyempurnaan, yang kemudian dilengkapi dengan paraf koordinasi dari Bagian Hukum dan
SKPD terkait.
Hasil perbaikan kedua tersebut kemudian disampaikan kepada Sekda untuk kemudian
disampaikan kepada Walikota/Bupati untuk ditandatangi, dan kemudian oleh Bagian Hukum
dituangkan dalam berita daerah sebagai autentifikasi dari naskah produk hukum daerah yang
akan dipublikasikan. Sebagai penjelasan lebih lanjut, pada gambar berikut dapat diilustrasikan
rincian proses yang dilakukan dalam proses penyusunan dan penetapan Peraturan
Walikota/Peraturan Bupati.

Gambar 2.8 : Kedudukan proses penyusunan produk Peraturan Walikota/Bupati dan Dokumen
RP2KPKP

Pembentukan Peraturan Bupati/Peraturan Walikota merupakan bagian yang sangat penting


dalam penyelenggaraan kawasan permukiman di daerah, terutama dalam upaya mencapai
target SDGs yaitu menuju kota yang layak huni dan berkelanjutan pada tahun 2030.

2-56 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Perbup/Perwal yang telah dilegalisasi ini akan menjadi panduan hukum yang mengikat dalam
pelaksanaan peningkatan kawasan permukiman, terutama dalam penuntasan kawasan
permukiman kumuh di Kabupaten/Kota tersebut. Secara lebih lanjut, kedudukan
Perwal/Perbup ini didalam UU Nomor 1 Tahun 2011, dan PP Nomor 14 Tahun 2016, dapat
dilihat pada bagan berikut:

Gambar 2.9 : Family Tree Peraturan Bupati/Peraturan Walikota tentang Rencana Penanganan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 2-57


3.1 RUANG LINGKUP KEGIATAN RP2KPKP
LINGKUP KEGIATAN PENYUSUNAN RP2KPKP
Secara garis besar lingkup kegiatan penyusunan RP2KPKP terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu
: (1) Persiapan, (2) Verifikasi Lokasi Serta Perumusan Konsep dan Strategi, (3) Perumusan
Rencana Penanganan, dan (4) Penyusunan Desain Teknis. Secara rinci, lingkup kegiatan dari
tiap kegiatan besar dan capaian kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Keterkaitan Lingkup Kegiatan dengan Capaian dalam Kegiatan Penyusunan RP2KPKP

LINGKUP KEGIATAN CAPAIAN KEGIATAN


PERSIAPAN
• Mengikuti kegiatan sosialisasi tingkat nasional • Kesepahaman tahapan dan prosedur
penyusunan R2KPKP
• Memperkaya dokumen RP2KPKP dengan
Pembangunan Permukiman Perkotaan yang
Berkelanjutan.
• Melakukan persiapan dan pemantapan rencana • Rencana Kerja
kerja • Pendekatan dan metodologi pelaksanaan
kegiatan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-1


LINGKUP KEGIATAN CAPAIAN KEGIATAN
• Menyusun desain survei dan format kegiatan • Desain survei dan format kegiatan
• Menyiapkan data profil permukiman kumuh yang • Data awal profil permukiman kumuh
terdiri dari baseline data kumuh atau data
statistik terkait
• Bersama dengan pemangku kepentingan SK Kumuh, SK Pokjanis/Pokja PKP
melakukan verifikasi readiness kriteria RP2KPKP Kabupaten/Kota, Surat Minat dan Peta Dasar
yang meliputi • Peta Dasar Skala 1 : 25.000 untuk Kota dan 1
- SK dan permukiman kumuh : 50.000 untuk Kabupaten
- SK Pokjanis/Pokja PKP Kabupaten/Kota • Peta skala 1 : 5.000 untuk skala kawasan
- Surat Pernyataan Minat Kabupaten/Kota • Peta skala 1 : 1.000 untuk skala kawasan
prioritas
- Peta Dasar
• Overview kebijakan daerah dan identifikasi • Hasil overview dokumen perencanaan dan
kesesuaian permukiman terhadap rencana tata kebijakan daerah
ruang kota dan status tanah permukiman • Hasil overview dokumen status Tanah dan
perkotaan perpetaan status tanah permukiman perkotaan
• Peta kesesuaian permukiman terhadap
rencana pola ruang kota/kabupaten (guna
lahan permukiman
• Melakukan kegiatan Konsolidasi Tingkat Provinsi • Berita acara hasil Konsolidasi Tingkat Provinsi
(KTP) (KTP)
• Melakukan konsolidasi dengan Pokja PKP • Berita acara dan hasil koordinasi dengan Pokja
Provinsi PKP Provinsi
• Rencana Aksi Pendampingan oleh Pokja PKP
Provinsi
• Melakukan kegiatan penyiapan kelembagaan • Terbentuknya/tersiapkannya kelembagaan
masyarakat di tingkat kota masyarakat (BKM/KSM) yang terdaftar/legal
secara hukum
VERIFIKASI LOKASI SERTA PERUMUSAN KONSEP DAN STRATEGI
• Bersama dengan pemangku kepentingan • Hasil sinkronisasi data kumuh (primer dan
melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi data sekunder)
kumuh baik data primer maupun data sekunder
• Melaksanakan survei dan mengolah data • Hasil survei berupa gambaran permukiman
permukiman kumuh bersama antara kumuh kabuapten/kota dan hasil pengolahan
Pokjanis/Pokja PKP Kab/Kota dan Tenaga Ahli data permukiman kumuh
Pendamping • Hasil kompilasi data dari hasil survei dan data
baseline yang ada pada kegiatan KOTAKU
• Verifikasi dan indikasi justifikasi lokasi dan • Data hasil verifikasi lokasi (delineasi, luasan,
penyusunan profil permukiman kumuh layanan hunian dan infrastruktur)
• Indikasi jusifikasi penanganan pada lokasi
permukiman kumuh

3-2 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


LINGKUP KEGIATAN CAPAIAN KEGIATAN
• Profil permukiman kumuh yang telah
teverifikasi

• Melakukan proses pemutakhiran profil kumuh • Berita acara penyelanggaraan FGD 1 (verifikasi
yang dilaksanakan melalui Focus Group lokasi kumuh dan kawasan prioritas dan
Discussion (FGD) 1 untuk verifikasi dan justifikasi penyepakatan justifikasi indikasi penanganan
lokasi permukiman kumuh pada permukiman kumuh)
• Menilai klasifikasi kekumuhan kawasan • Daftar peringkat permukiman kumuh
berdasarkan kriteria, indikator dan parameter berdasarkan kriteria, indikator dan parameter
kekumuhan dan justifikasi yang akan dilakukan kekumuhan
terhadap kawasan kumuh. • Peta justifikasi penanganan klaster kawasan
kumuh
• Merumuskan arahan distribusi pola kolaborasi • Menghasilkan arahan pola kolaborasi dalam
penanganan permukiman kumuh penanganan permukiman kumuh
• Bersama dengan pemangku kepentingan • Pembagian peran dalam penanganan
mengkoordinasikan peran masyarakat dalam permukiman kumuh
penanganan permukiman kumuh • Harmonisasi dengan rencana aksi pokja PKP
provinsi untuk pembangunan permukiman
Kabupaten/Kota
• Merumuskan kebutuhan penanganan kawasan • Kebutuhan penanganan kawasan permukiman
permukiman kumuh • Agenda/rencana pengembangan
pembangunaan kota yang berkelanjutan
• Merumuskan konsep dan strategi pencegahan • Konsep dan strategi pencegahan dan
dan peningkatan kualitas kumuh peningkatan kualitas permukiman kumuh

• Melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) 2 • Berita acara penyelenggaraan FGD 2 (konsep
untuk penyepakatan konsep dan strategi sesuai dan strategi dan indikasi added value dalam
dengan pembangunan kota yang berkelanjutan- penanganan permukiman kumuh kota)
adanya added value dalam penanganan kumuh
kota.
PERUMUSAN RENCANA PENANGANAN
• Merumuskan skenario pentahapan pencapaian • Skenario pencapaian kota bebas kumuh dan
kota bebas kumuh, desain kawasan dan tindak tindak lanjut pengendalian keberlanjutan
lanjut pengendalian. pembangunan kota
• Desain kawasan dan skenario pencapaian kota
bebas kumuh
• Merumuskan rencana aksi dan memorandum • Rencana aksi pencegahan dan peningkatan
keterpaduan program untuk skala kota dan skala kualitas permukiman kumuh untuk skala kota,
kawasan skala kawasan dan skala komunitas.
• Rencana investasi dan pembiayaan
permukiman kumuh prioritas

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-3


LINGKUP KEGIATAN CAPAIAN KEGIATAN
• Memorandum keterpaduan program
pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh
• Menentukan skala prioritas penanganan • Skala prioritas penanganan permukiman
permukiman kumuh berdasarkan readiness kumuh.
criteria, penanganan pembangunan yang
berkelanjutan dan pertimbangan lain
• Merumuskan konsep tematik & skenario • Konsep tematik dan skenario pencegahan dan
pencegahan dan peningkatan kualitas kawasan peningkatan kualitas kawasan permukiman
kumuh prioritas kumuh prioritas
• Menyusun rencana investasi & pembiayaan • Rencana investasi dan pembiayaan kawasan
kawasan kumuh prioritas permukiman kumuh prioritas
• Bersama pemangku kepentingan perencanaan • Terselenggaranya perencanaan partisipatif
partisipatif di kawasan prioritas meliputi (pelaksanaan RKM dan penyepakatan
- Pelaksanaan Rencana Kerja Masyarakat komponen DED) di kawasan permukiman
(RKM) kumuh prioritas
- Penyepakatan Komponen DED • Disusunnya agenda tindak lanjut oleh
pemangku kepentingan di kabupaten/kota
• Melaksanakan focus group discussion (FGD) 3: • Berita acara FGD 3 ( rencana aksi, program
Penyepakatan rencana aksi, program dan dan kegiatan)
kegiatan
PENYUSUNAN DESAIN TEKNIS
• Menyusun desain teknis, meliputi • Peta rinci/ siteplan
- Penyusunan peta rinci/siteplan • Visualisasi pendukung perancangan
- Penyusunan visualisasi pendukung (dokumentasi drone, animasi 3D)
perancangan
• Menyusun daftar rencana & pengukuran detail • Daftar rencana komponen infrastruktur
komponen infrastruktur pembangunan
• Data hasil pengukuran detail komponen
infrastruktur
• Menyusun Detailed Engineering Design / DED • DED (gambar kerja, RAB, RKS) komponen
(gambar kerja, RAB, RKS) infrastruktur permukiman
• Dokumen lelang
• Melaksanakan pembahasan pleno
• Menyusun dokumen RP2KPKP Dokumen RP2KPKP
• Melakukan legalisasi hasil RP2KPKP Peraturan Walikota/Peratuan Bupati RP2KPKP

3-4 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


LINGKUP WILAYAH PENYUSUNAN RP2KPKP
Kegiatan penyusunan RP2KPKP dilakukan pada lingkup wilayah kabupaten/kota.
• Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan
Untuk wilayah yang berstatus kota, maka lingkup wilayah penyusunan RP2KPKP mencakup
keseluruhan kawasan permukiman kumuh di wilayah administrasi kota yang ditetapkan
melalui SK Walikota dan hasil verifikasinya. Untuk wilayah yang berstatus kabupaten, maka
lingkup wilayah penyusunan RP2KPKP mencakup kawasan di dalam wilayah administrasi
kabupaten yang didefinisikan sebagai kawasan permukiman kumuh perkotaan oleh SK
Bupati dan hasil verifikasinya.

Gambar 3.1 Contoh delineasi Kawasan Permukiman Perkotaan di Peta Tematik

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-5


Gambar 3.2 Contoh Delineasi Kawasan Permukiman Perkotaan di Peta Tematik

Gambar 3.3 Contoh Delineasi Kawasan Permukiman Perkotaan untuk Sarana Prasarana

3-6 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Gambar 3.4 Contoh Arahan Pengembangan Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-7


Gambar 3.5 Contoh Sebaran Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan berdasarkan SK Kumuh

3-8 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


• Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas
Kawasan permukiman kumuh yang diprioritaskan untuk ditangani berdasarkan kriteria dan
indikator yang merujuk kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
No.2/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh, yang terdiri dari tiga lokasi kawasan kumuh. Selanjutnya akan dipilih
satu kawasan yang akan ditangani pada pelaksanaan pembangunan tahap 1 berdasarkan
kesepakatan hasil diskusi dengan pemangku kepentingan.

Gambar 3.6 Contoh Peta Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas

• Komponen Pembangunan Tahap 1


Pembangunan tahap pertama dapat dilakukan melalui 2 (dua) pendekatan, yaitu:
- Pembangunan berbasis kawasan → pembangunan tahap pertama dilakukan pada
minimal 3 (tiga) kawasan permukiman kumuh prioritas terhadap seluruh aspek
penanganan dan seluruh komponen infrastruktur keciptakaryaan, apabila seluruh
readiness criteria (kesiapan lokasi, pemerintah daerah, dan masyarakat) dapat
dipenuhi pada kawasan tersebut.
- Pembangunan berbasis komponen infrastruktur → pembangunan tahap pertama
dilakukan pada minimal 3 (tiga) kawasan permukiman kumuh prioritas, namun hanya
dilakukan terhadap beberapa komponen-komponen infrastruktur keciptakaryaan yang

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-9


dianggap telah memenuhi readiness criteria (kesiapan lahan, pemerintah daerah, dan
masyarakat) untuk diimplementasikan pada tahun berikutnya.

Gambar 3.7 Contoh Peta Rencana Komponen Infrastruktur Pembangunan Tahap 1

Gambar 3.8 Contoh Peta Justifikasi Penanganan Permukiman Kumuh Pembangunan Tahap 1

3-10 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


KEDALAMAN SUBSTANSI RP2KPKP
Kedalaman substansi dari RP2KPKP sampai dengan strategi dan program pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh skala kota menuju 0% kumuh (sampai penanganan
kumuh tuntas) yang dijabarkan ke dalam rencana keterpaduan program penanganan dan
penyusunan desain teknis dalam skala kawasan. Rencana keterpaduan program penanganan
permukiman kumuh merupakan penjabaran dari strategi dan program ke dalam skala kawasan
yang disusun berdasarkan kebutuhan dalam mencapai 0% kumuh dan didetailkan pada
program tahunan/1 (satu) tahun. Untuk komponen infrastruktur bidang Cipta Karya pada
program tahun pertama di kawasan pengembangan tahap 1 dilakukan penyusunan Rencana
Detail Desain/Detailed Engineering Design (DED). Rumusan program dan kegiatan disusun
dengan mengacu pada nomenklatur program di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Nomor 13/PRT/M/2015 tentang Rencana Strategis (Renstra)
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; Lampiran A.VII Peraturan Menteri
Dalam Negeri (Permendagri) No. 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah jo.
Permendagri No. 59 Tahun 2007 jo. Permendagri No. 80 Tahun 2015, berikut penyesuaiannya
di kabupaten/kota yang bersangkutan yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda)
kabupaten/kota; serta Rencana Strategi (Renstra) Kementerian/Lembaga lainnya. Kebutuhan
program penanganan RP2KPKP dalam skala kota, skala kawasan, dan program pembangunan
pada tahun pertama disusun dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut:
• Kebijakan dan strategi yang terkait dengan penanganan kawasan permukiman kumuh
perkotaan;
• Strategi dan program yang telah ada di berbagai dokumen perencanaan pembangunan
dan penataan ruang yang berlaku dan terkait dengan penanganan kawasan permukiman
kumuh perkotaan;
• Kebutuhan penanganan permukiman kumuh perkotaan, yang didasarkan pada isu
strategis kawasan permukiman kumuh dan karakteristik permasalahan permukiman
kumuh perkotaan secara eksisting;
• Target capaian dalam menuju 0% kawasan permukiman kumuh perkotaan serta tindak
lanjut dalam mencapai kota layak huni dan berkelanjutan;
• Readiness criteria yang dapat menjadi pembatas ataupun pendorong bagi terwujudnya
target capaian menuju 0% kawasan permukiman kumuh perkotaan dan agenda
tindaklanjut pembangunan kawasan permukiman kota berupa:
- sumber pendanaan yang dimiliki oleh Pemerintah dan pemerintah daerah;
- kesiapan lahan yang tersedia untuk pembangunan;
- kesiapan masyarakat dalam mendukung program penanganan kumuh;
- komitmen pemerintah kabupaten/kota;
- kebijakaan pemerintah kabupaten/kota
- dan sebagainya

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-11


Fokus dari obyek yang diatur di dalam RP2KPKP adalah program dan kegiatan terkait dengan
infrastruktur permukiman perkotaan, yang terdiri atas:
• kondisi fisik bangunan hunian;
• aksesibilitas lingkungan;
• kondisi drainase lingkungan;
• kondisi pelayanan air minum/baku;
• kondisi pengeolaan air limbah;
• kondisi pengelolaan persampahan; dan
• kondisi proteksi kebakaran;
Selain fokus pada infrastruktur permukiman kumuh perkotaan, program dan kegiatan yang
disusun dapat juga mencakup infrastruktur bidang lainnya yang dibutuhkan di dalam
pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh seperti Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Dan yang tidak kalah pentingnya dalam proses penilaian terhadap kawasan kumuh ada
beberapa pertimbangan lain yaitu kejelasan status lahan, kesesuaian dengan rencana tata
ruang, nilai strategis lokasi, kepadatan penduduk, dan kondisi social ekonomi budaya
masyarakat. Tentu saja beberapa fokus objek lainnya akan disesuaikan dengan kebutuhan di
masing-masing kabupaten/kota.

3.2 PROSES DAN PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN RP2KPKP


Proses dan prosedur pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Pencegahan dan
Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) kabupaten/kota ini diarahkan
dengan mengacu pada rangkaian kegiatan pada Gambar 3-7. Rincian proses dan prosedur
pelaksanaan kegiatan untuk tiap sub kegiatan selama jangka waktu 6 (enam) bulan dapat
dijelaskan pada subbab berikut ini.

3-12 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


TAHAP VERIFIKASI DAN JUSTIFIKASI LOKASI SERTA
TAHAPAN
1 TAHAP PERSIAPAN 2 PERUMUSAN KONSEP DAN STRATEGI 3 TAHAP PERUMUSAN RENCANA PENANGANAN

4 TAHAP PENYUSUNAN DESAIN TEKNIS

WAKTU BULAN 1 BULAN 2 BULAN 3 BULAN 4 BULAN 5 BULAN 6

A.1.
PENYELENGGARAAN SOSIALISASI
KEGIATAN RP2KPKP A.4
FGD 2: A.5
(pendekatan fasilitasi A.2 A.3 PENYEPAKATAN KONSEP, FGD 3: A.6 A.7
KONSOLIDASI TK. FGD 1: STRATEGI, POLA PENYEPAKATAN RENCANA AKSI, PEMBAHASAN
DISEMINASI
Pemda) PROVINSI PENYEPAKATAN PROFIL HASIL PENANGANAN PROGRAM DAN KEGIATAN (Hasil PLENO
VERIFIKASI PERMUKIMAN KUMUH RKM)

B.1 B.5 B.10 B.11 B.12 B.16


PERSIAPAN DAN SURVEI DAN PERUMUSAN KONSEP PENYEMPURNAA
DAN STRATEGI PERUMUSAN SKENARIO PERUMUSAN RENCANA AKSI &
PEMANTAPAN PENGOLAHAN PENANGANAN DAN MEMORANDUM KETERPADUAN N HASIL PLENO
DATA PENCEGAHAN &
RENCANA KERJA PENINGKATAN KUALITAS KONSEP DESAIN PROGRAM SKALA KOTA DAN
PERMUKIMAN KAWASAN KAWASAN
KUMUH PERMUKIMAN KUMUH
B.4
OVERVIEW B.17
KEBIJAKAN DAERAH PENYEMPURNAAN
DAN IDENTIFIKASI B.9 DOKUMEN RP2KPKP
B.2 B.13 • Rencana Aksi 0%
PENYUSUNAN KESESUAIAN PERUMUSAN
PERMUKIMAN B.6 KEBUTUHAN PENENTUAN KAWASAN Kumuh
DESAIN SURVEY VERIFIKASI DAN PRIORITAS • Rencana Teknis
DAN FORMAT EKSISTING PENCEGAHAN &
TERHADAP: JUSTIFIKASI LOKASI DAN PENINGKATAN PENANGANAN Pembangunan
PROSES PENYUSUNAN KEGIATAN
• Rencana tata PEMUTAKHIRAN PROFIL
KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH tahap 1
PERMUKIMAN KUMUH • Memorandum
RP2KPKP ruang Kab/Kota
• Status tanah
PERMUKIMAN
KUMUH Program
(Pendekatan Membangun permukiman kota • DED Komponen
• Peta rawan
B.14 Prioritas
Sistem) bencana Kab/Kota B.7
PENYUSUNAN DESAIN
TEKNIS
• Pembangunan PENILAIAN LOKASI • Daftar rencana
sektoral BERDASARKAN KRITERIA, komponen
B.3 perkotaan INDIKATOR DAN • Pengukuran lapangan B.18
PENYIAPAN DATA PARAMETER • Visualisasi FINALISASI &
PROFIL KEKUMUHAN pendukung LEGALISASI HASIL
PERMUKIMAN perancangan (PERWAL/PERBUP)
KUMUH
• Data kumuh
• Data statistik B.8
terkait DISTRIBUSI POLA B.15
KOLABORASI PENYUSUNAN DETAILED ENGINEERING DESIGN/DED
PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH (GAMBAR KERJA, RAB, RKS)

PENDAMPINGAN & C.1


PELIBATAN PENYIAPAN C.3 C.4
KELEMBAGAAN C.2 KOORDINASI PERAN
PERENCANAAN PARTISIPATIF DI KAWASAN PRIORITAS:
MASYARAKAT MASYARAKAT PADA
LOKASI
KOORDINASI & SINKRONISASI DATA KUMUH MASYARAKAT DALAM
PENANGANAN ▪ Pelaksanaan Rencana Kerja Masyarakat
(data primer & sekunder)
(Pendekatan Peningkatan PERMUKIMAN PERMUKIMAN KUMUH ▪ Penyepakatan KOMPONEN DED
Kapasitas) KUMUH

LAPORAN LAPORAN LAPORAN LAPORAN


PELAPORAN PENDAHULUAN ANTARA DRAFT AKHIR AKHIR

• Rencana kerja yang telah disepakati; • Data primer hasil survei dan data sekunder hasil pengolahan; • Skenario penanganan dan desain kawasan permukiman kumuh; • Daftar rencana komponen infrastruktur
• Pendekatan dan metodologi • Data hasil verifikasi lokasi (delineasi, luasan, layanan hunian dan infrastruktur) • Rencana aksi penanganan permukiman kumuh; pembangunan tahap 1;
pelaksanaan kegiatan yang telah • Hasil sinkronisasi data kumuh (primer dan sekunder); • Memorandum keterpaduan program penanganan skala kota dan kawasan; • Data hasil pengukuran detail komponen
disepakati; • Profil permukiman kumuh yang telah terverifikasi; • Rencana investasi dan pembiayaan kawasan permukiman kumuh; infrastruktur pembangunan tahap 1:
• Desain survey dan format kegiatan; • Hasil penilaian lokasi berdasarkan kriteria, indikator, dan parameter kekumuhan; • Daftar kawasan prioritas penanganan permukiman kumuh; • Peta rinci/siteplan;
• Data awal profil kawasan kumuh; • Pola kolaborasi penanganan permukiman kumuh; • Terselenggaranya perencanaan partisipatif (pelaksanaan rencana kerja masyarakat • Visualisasi pendukung perancangan
• Hasil overview dokumen perencanaan • Kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh; dan penyepakatan komponen DED) di kawasan permukiman kumuh prioritas; (dokumentasi drone, ilustrasi before-
dan kebijakan daerah; • Konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh; • Berita acara FGD 3 (Penyepakatan rencana aksi, program dan kegiatan hasil after, animasi 3D);
• SK Kumuh, SK Pokjanis/Pokja Kab/ • Peran masyarakat dalam penanganan permukiman kumuh; perencanaan di tingkat masyarakat) • DED (Gambar kerja, RAB, RKS)
Kota, Surat Minat, dan Peta Dasar. • Berita acara penyelenggaraan FGD 1 (Penyepakatan profil hasil verifikasi dan pola komponen infrastruktur pembangunan
OUTPUT • Peta kesesuaian kawasan permukiman kolaborasi penanganan permukiman kumuh); tahap 1;
perkotaan yang terhadap rencana tata • Berita acara penyelenggaraan FGD 2 (Penyepakatan konsep, strategi, dan pola • Dokumen lelang;
ruang penanganan permukiman kumuh) • Dokumen RP2KPKP; dan
• Hasil penyiapan kelembagaan • Perwal/Perbup
masyarakat
• Hasil overview dok. status tanah dan
perpetaan status tanah permukiman
perkotaan
• Peta daerah rawan bencana Kab/Kota

Gambar 3.9 Kerangka Pelaksanaan Kegiatan RP2KPKP

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-13


TAHAP PERSIAPAN
Kegiatan persiapan adalah kegiatan untuk menyiapkan pelaksanaan kegiatan baik teknis maupun
non-teknis yang akan melandasi rangkaian pelaksanaan kegiatan RP2KPKP secara keseluruhan.
Dalam lingkup kegiatan persiapan ini terdapat 7 (tujuh) sub kegiatan yang terbagi dalam 3 (tiga)
lingkup sebagai berikut :

Penyelenggaraan Kegiatan RP2KPKP A.1 Sosialisasi Penyusunan RP2KPKP


A.2 Konsolidasi Tingkat Provinsi

Proses Perencanaan dan Penyusunan B.1 Persiapan dan pemantapan rencana kerja
B.2 Penyusunan desain survei dan format
kegiatan
B.3 Penyiapan data profil permukiman kumuh
B.4 Overview kebijakan daerah dan
identifikasi kesesuaian permukiman
terhadap rencana tata ruang, status tanah
permukiman perkotaan dan peta rawan
bencana kab/kota

Pendampingan pemangku kepentingan C.1 Penyiapan kelembagaan masyarakat di


tingkat kab./kota

Lingkup kegiatan persiapan ini akan diselesaikan pada 1 (satu) bulan pertama pelaksanaan
kegiatan penyusunan RP2KPKP, terhitung sejak diterbitkannya SPMK. Secara diagramatis,
rangkaian kegiatan pada lingkup kegiatan penyusunan desain teknis dapat dilihat pada Gambar 3-
10.

3-14 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


TAHAPAN
1 TAHAP PERSIAPAN
Output yang dihasilkan:
• Rencana kerja dan metodologi yang
telah disepakati
• Data dan informasi terkait
WAKTU BULAN 1
pembangunan dan pengembangan
kabupaten/kota maupun pembangunan
A.1. permukiman, permukiman kumuh
PENYELENGGARAAN SOSIALISASI
perkotaan dan infrastruktur permukiman
KEGIATAN RP2KPKP perkotaan
(pendekatan fasilitasi A.2
Pemda)
KONSOLIDASI TK.
PROVINSI • Peta dasar skala 1:25.000 untuk wilayah
administrasi kota dan peta dasar skala
1:50.000 untuk wilayah administrasi
kabupaten
B.1 • Peta garis skala 1:5000 untuk kawasan
PERSIAPAN DAN
PEMANTAPAN
RENCANA KERJA

B.4
OVERVIEW
KEBIJAKAN DAERAH
B.2 DAN IDENTIFIKASI
Output yang dihasilkan:
PENYUSUNAN KESESUAIAN
DESAIN SURVEY PERMUKIMAN
EKSISTING
• Data Awal (sekunder)
DAN FORMAT
TERHADAP:
PROSES PENYUSUNAN KEGIATAN
• Rencana tata
RP2KPKP ruang Kab/Kota
• Status tanah • Desain survei
(Pendekatan Membangun
• Format – format survei dan
permukiman kota
• Peta rawan
Sistem) bencana Kab/Kota
• Pembangunan
sektoral
kegiatan
perkotaan
B.3
PENYIAPAN DATA
PROFIL
PERMUKIMAN
KUMUH
• Data kumuh
• Data statistik
terkait
Output yang dihasilkan:
• Matriks strategi, kebijakan dan
program kabupaten/kota
PENDAMPINGAN & C.1 • Peta kesesuaian guna lahan, status
PENYIAPAN
PELIBATAN KELEMBAGAAN tanah dan daerah rawan bencana
MASYARAKAT MASYARAKAT PADA
(Pendekatan Peningkatan LOKASI
PERMUKIMAN pada permukiman perkotaan
Kapasitas) KUMUH
• Peta rencana pengembangan
sektor permukiman

PELAPORAN LAPORAN
PENDAHULUAN

• Rencana kerja yang telah disepakati;


• Pendekatan dan metodologi
pelaksanaan kegiatan yang telah Output yang dihasilkan:
disepakati;
• Desain survey dan format kegiatan; • Peta sebaran permukiman
• Data awal profil kawasan kumuh; kumuh perkotaan
• Hasil overview dokumen perencanaan
dan kebijakan daerah; • Profil kawasan permukiman
• SK Kumuh, SK Pokjanis/Pokja Kab/
Kota, Surat Minat, dan Peta Dasar.
kumuh perkotaan
OUTPUT • Peta kesesuaian kawasan permukiman
perkotaan yang terhadap rencana tata
ruang
• Hasil penyiapan kelembagaan
masyarakat
• Hasil overview dok. status tanah dan
perpetaan status tanah permukiman
perkotaan
• Peta daerah rawan bencana Kab/Kota

Gambar 3.10 Rangkaian Kegiatan pada Persiapan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-15


A.1 Sosialisasi Kegiatan sosialisasi merupakan kegiatan yang diselenggarakan
oleh Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman, Direktorat
Jendral Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat pada awal pelaksanaan penyusunan
RP2KPKP

A.1.
SOSI ALISASI

A.2
KONSOLIDASI TK.
PROVINSI

B.1
PERSIAPAN DAN
PEMANTAPAN
RENCANA KERJA

TUJUAN • Melaksanakan penyebarluasan informasi mengenai RP2KPKP


• Mencapai pemahaman yang sama mengenai kebijakan, proses,
prosedur, dan produk yang dihasilkan dari penyusunan RP2KPKP
• Menyampaikan penajaman aspek keberlanjutan dalam penanganan
permukiman sejalan dengan agenda SDG’s

METODE Workshop dan diskusi

LANGKAH • Mengikuti sosialisasi pelaksanaan kegiatan


• Koordinasi dengan Pokjanis/Pokja PKP Kabupaten/Kota untuk
merumuskan rencana penyelesaian kegiatan
• Perkuatan pelaku pembangunan permukiman perkotaan di
Kabupaten/Kota
• Melaksanakan alih pengetahuan mengenai proses dan prosedur
penyusunan RP2KPKP

OUTPUT • Kesamaan pemahaman mengenai kebijakan penanganan kawasan


permukiman kumuh

3-16 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


• Kesamaan pemahaman mengenai prosedur, dan produk dari
penyusunan RP2KPKP

PELAKSANA Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman, Direktorat Jendral Cipta


Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

PESERTA • Pokjanis/Pokja PKP Kabupaten/Kota


• TA Pendamping
• Tim Teknis di Lingkungan Direktorat Jendral Cipta Karya Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
• Tim Teknis/Satker di Lingkungan Direktorat Jendral Cipta Karya Provinsi
• Pokja PKP Provinsi
• Narasumber

DURASI 1-2 hari *


*) Jadwal dan lokasi penyelenggaraan ditentukan oleh pihak Direktorat PKP,
Ditjen Cipta Karya, Kementerian PUPR;
Undangan akan disampaikan paling lambat 2 (dua) minggu sebelum
penyelenggaraan kegiatan.

Pada tahap Sosialisasi ini Tim Pokjanis Kabupaten/Kota mempersiapkan sejumlah data/dokumen
sebagai berikut:
a. SK Bupati/Walikota tentang Penetapan Kawasan Kumuh;
b. Surat Pernyataan Minat Pendampingan Penyusunan RP2KPKP;
c. Profil Umum Permukiman Kumuh;
d. Data Baseline Kumuh atau data statistik terkait;
e. SK Walikota/Bupati tentang Pembentukan Pokjanis RP2KPKP;
f. SK Tim Teknis Provinsi;
g. Rencana Kerja Penyelenggaraan Penyusunan RP2KPKP; dan
h. Daftar Tim Tenaga Ahli Pendamping (TAP).

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-17


A.2 Konsolidasi Tingkat Kegiatan ini menjadi bagian dalam proses penyamaan
Provinsi pemahaman substansi dan mekanisme penyusunan RP2KPKP
diantara penyusun di tingkat Provinsi, Kabupaten, dan Kota

A.1.
SOSI ALISASI

A.2
KONSOLIDASI TK.
PROVINSI

B.1
PERSIAPAN DAN
PEMANTAPAN
RENCANA KERJA

TUJUAN • Mencapai pemahaman yang sama mengenai kebijakan, proses,


prosedur, dan produk yang dihasilkan dari penyusunan RP2KPKP
• Menyepakati rencana kerja dan jadwal pelaksanaan kegiatan, serta
pendekatan dan metodologi yang digunakan dalam lingkup Provinsi
• Mensosialisasikan hasil Sosialisasi Nasional kepada pemangku
kepentingan di daerah
• Mensinergikan arahan kebijakan pembangunan permukiman di provinsi

METODE Workshop dan diskusi

LANGKAH • Mengikuti kegiatan Konsolidasi Tingkat provinsi


• Koordinasi dengan Pokjanis untuk merumuskan rencana penyelesaian
kegiatan

OUTPUT • Kesamaan pemahaman mengenai kebijakan penanganan kawasan


permukiman kumuh
• Kesamaan pemahaman mengenai prosedur, dan produk dari
penyusunan RP2KPKP
• Kesepakatan rencana kerja dan jadwal pelaksanaan kegiatan
• Overview kebijakan sektoral ditingkat provinsi

3-18 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


PELAKSANA Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman Provinsi, Direktorat
Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

PESERTA • Pokjanis
• TA Pendamping
• Korkot P2KKP/NUSP
• Kelembagaan masyarakat tingkat Kabupaten/Kota
• Tim Teknis/Satker di Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya Provinsi,
Pokja Provinsi
• Bappeda Provinsi
• Narasumber

DURASI 1 hari *
*) Jadwal dan lokasi penyelenggaraan ditentukan oleh pihak Satker PKP
Provinsi (maksimal 1 minggu setelah penyelenggaraan sosialisasi)

B.1 Penyiapan dan Mengkoordinasikan seluruh kegiatan RP2KPKP ini dari awal
Pemantapan sampai akhir antara Tim Ahli Pendamping (TAP) dan Pokjanis
Rencana Kerja Kabupaten/Kota

A.1.
SOSIALISASI

A.2
KONSOLIDASI TK.
PROVINSI

B.1
PERSIAPAN DAN
PEMANTAPAN
RENCANA KERJA

B.2
PENYUSUNAN
DESAIN SURVEY
DAN FORMAT
KEGIATAN

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-19


TUJUAN • Koordinasi antara tim ahli pendamping dengan Pokjanis
• Menyepakati rencana dan metodologi penyusunan RP2KPKP
• Menyediakan peta dasar skala kabupaten/kota dan kawasan kumuh yang
diperlukan dalam penyusunan RP2KPKP
• Mengumpulkan data dan informasi kabupaten/kota mengenai
permukiman kumuh (baseline dan profil kumuh)

METODE Diskusi dan Koordinasi

LANGKAH • Diskusi kesiapan tim ahli pendamping dalam menjalankan lingkup


pekerjaan dan kebutuhan penyiapan pekerjaan
• Penyamaan pemahaman lingkup tugas tim ahli pendamping dan Pokjanis
dalam kegiatan penyusunan RP2KPKP
• Penyusunan dan penyepakatan rencana kerja dan metodologi yang akan
digunakan
• Penyiapan peta dasar; dan pengumpulan data dan informasi terkait
dengan pembangunan
OUTPUT • Rencana kerja dan metodologi yang telah disepakati
• Data dan informasi terkait pembangunan dan pengembangan
kabupaten/kota maupun pembangunan permukiman, permukiman
kumuh perkotaan dan infrastruktur permukiman perkotaan
• Peta dasar skala 1:25.000 untuk wilayah administrasi kota dan peta dasar
skala 1:50.000 untuk wilayah administrasi kabupaten
• Peta garis skala 1:5000 untuk kawasan
*) pemanfaatan peta yang ada dari RTRW atau penyediaan peta sesuai
dengan ketentuan dalam penyusunan RP2KPKP
DURASI 1 (satu) minggu *
*) Terhitung sejak minggu pertama bulan pertama atau sejak diterbitkannya
SPMK

3-20 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


B.2 Penyusunan Desain Penyusunan desain survei pada awal kegiatan yang mencakup
Survei dan Format kebutuhan-kebutuhan data dan informasi yang dibutuhkan dalam
Kegiatan penyusunan RP2KPKP

B.1
PERSIAPAN DAN
PEMANTAPAN
RENCANA KERJA

B.2
PENYUSUNAN
DESAIN SURVEY
DAN FORMAT
KEGIATAN

B.3
PENYIAPAN DATA
PROFIL
PERMUKIMAN
KUMUH
• Data kumuh
• Data statistik
terkait

TUJUAN • Menyiapkan desain survei yang diperlukan untuk keperluan penyusunan


RP2KPKP
• Menyusun format – format untuk kebutuhan baik di lapangan maupun
pengelohan data dan informasi terkait dengan kondisi kawasan
METODE Diskusi
LANGKAH • Penyamaan persepsi dan kesepakatan terkait data dasar yang sudah ada
• Penyamaan kebutuhan data yang diperlukan dalam penyusunan
RP2KPKP
• Penyiapan desain survei
• Penyiapan format untuk survei dan kegiatan
OUTPUT • Data Awal (sekunder)
• Desain survei
• Format – format survei dan kegiatan
DURASI 1 (satu) minggu *
*) Terhitung sejak minggu kedua bulan pertama atau sejak diselesaikannya
sub kegiatan persiapan dan pemantapan rencana kerja

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-21


Tabel 3.2 Contoh Form Survei

Provinsi : ……………………………………………………… |____|____|


Kabupaten/Kota : ……………………………………………………… |____|____|
Kecamatan : ……………………………………………………… |____|____|
Kelurahan/Desa : ……………………………………………………… |____|____|

No. Parameter Data umum Kelurahan


1 Data
Program/Kegiatan Lokasi Penanganan Luas
Sumber Komponen
No. Kumuh Penanganan Tahun
Penanganan (RW/RT/Lingkungan) Kumuh (Ha)
Dana Infrastruktur
Kumuh
Sebelumnya

2 Data umum
wilayah Jumlah Jumlah Luas Permukiman
Luas
Jumlah Penduduk Bangunan Kumuh
Administratif No. RW
RT
Wilayah
rumah Kawasan Luas
Kelurahan RW (Ha) KK Jiwa
(unit) (Ha)

3 Data Umum
kawasan kumuh Jumlah Jumlah Rumah
Luas Jumlah
Kawasan Kepemillikan Penduduk
tingkat kelurahan No.
Kumuh
Kawasan
lahan
Penduduk
Miskin
(Ha)
RT/KK Jiwa RTM Jiwa Total Kumuh

4 Data
Kependudukan No. 0–5 6 – 12 13 – 17 18 – 25 26 – 40 40 – 55 > 55 0–5
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

5 Data Mata
Pencaharian Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian (orang)
Kawasan
No. Tidak
Penduduk Kumuh PNS/TNI/Polri Swasta Pengrajin Nelayan Petani Buruh
Bekerja

3-22 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


No. Parameter Data umum Kelurahan
6 Data Penghasilan
Rata-rata Jumlah Penghasilan Rata-rata Rumah Tangga (KK)
No. Kawasan Kumuh < Rp. 1 Rp. 1 – 2 Rp. 2 – 3 Rp. 3 – 6 >Rp. 6
Penduduk Juta Juta Juta Juta Juta

7 Tingkat
Kesehatan Jumlah Penderita Penyakit Kronis (Jiwa)
Kawasan
No. Diare ISPA Demam
Penduduk Kumuh Muntaber
Berdarah
Malaria TBC Lainnya

8 Peta Dasar Kelurahan yang dilengkapi dengan Delineasi Lokasi Permukiman Kumuh

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-23


Tabel 3.3 Contoh Form Data Umum Permukiman Kumuh

I. Data umum Permukiman Kumuh

1 Nama Kawasan Permukiman Kumuh


2 Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh
Kawasan Pusat Kota 1
Kawasan Pinggiran Kota 2
3 Apakah Lokasi Sesuai dengan RTRW Kota
Ya 1
Tidak 2
4 Luas Kawasan Permukiman Kumuh (Ha) ……….. Ha
5 Status Kepemilikan Lahan Pada Kawasan Kumuh
Milik Pribadi 1 ……… Ha
Milik Pemda/BUMN 2 ……… Ha
Milik Pemerintah Pusat/BUMN 3 ……… Ha
Milik Swasta 4 ……… Ha
Kepemilikan Lainnya 5 ……… Ha
6 Karakteristik Kawasan Sekitar Permukiman Kumuh
Perumahan 1
Perkantoran 2
Perdagangan 3
Perindustrian 4
Pelabuhan 5
Perkebunan/pertanian 6
7 Kondisi Fisik Kawasan Permukiman Kumuh
Tepi sempadan sungai 1
Tepi saluran drainase induk/utama kota  2
Tepi jalur rel kereta api 3
Tepi sempadan jalan primer 4
Tepi pantai 5
Dibawah SUTET 6
Tepi kawasan lindung 7
8 Apakah lokasi permukiman kumuh tercantum dalam SK Kumuh
Ya 1
Tidak 2

II. Data Kependudukan pada Permukiman Kumuh


1 Jumlah penduduk pada kawasan permukiman kumuh __________ Jiwa
2 Jumlah rumah tangga/kepala keluarga total __________
KK
3 Jumlah penduduk miskin __________ Jiwa

3-24 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


4 Jumlah rumah tangga/keluarga miskin __________ RTM
5 Jumlah keluarga yang menempati rumah sendiri __________ KK
6 Jumlah keluarga yang tidak menempati rumah sendiri __________ KK

III. Data Bangunan Rumah Kawasan Kumuh


1 Jumlah bangunan rumah tinggal menurut jenis konstruksi (unit)
Rumah permanen __________ Unit
Rumah semi permanen __________ Unit
Rumah non-permanen __________ Unit
2 Kondisi kekumuhan bangunan rumah tinggal (unit)
jumlah rumah tidak kumuh 1__________ Unit
jumlah rumah kumuh 2__________ Unit
3 Status pemanfaatan bangunan rumah tinggal (unit)
Ditempati sendiri 1__________ Unit
Dikontrakkan/disewakan 2__________ Unit
Tidak dihuni/ditempati (kosong) 3__________ Unit
4 Legalitas status lahan bangunan rumah tinggal (unit)
Bersertifikat (hak milik/HGB) 1__________ Unit
Perjanjian sewa lahan 2__________ Unit
Tidak memiliki status legal/formal 3__________ Unit
Status lainnya 4__________ Unit
5 Jumlah penghuni rumah
Kurang atau sama dengan 5 jiwa 1__________ Rumah
Antara 6 sampai 8 jiwa 2__________ Rumah
Lebih besar dari 8 jiwa 3__________ Rumah

IV. Aksesibilitas Infrastrtuktur Permukiman


1 Jumlah rumah tangga yang memiliki akses ke penyediaan air minum
Sambungan rumah (perpipaan PDAM) 1__________ RT
Fasilitas umum 2__________ RT
Sumur pompa/sumur gali 3__________ RT
Sumber air bersih lainnya yang aman 4__________ RT
2 Jumlah rumah tangga yang memiliki akses saran air limbah (sanitasi)
Toilet pribadi dilengkapi septik tank 1__________ RT
Toilet priadi dengan PAL komunal 2__________ RT
MCK umum 3__________ RT
Sarana sanitasi tidak layak (cubluk, toilet apung, dll) 4__________ RT
Tanpa sarana sanitasi (BABS) 5__________ RT
3 Luas genangan yang terjadi selama lebih dari 2 jam __________ Ha
4 Frekuensi terjadinya genangan dalam 1 tahun __________ Kali
5 Penyebab utama terjadinya genangan
Hujan 1
Luapan sungai 2
Luapan air laut (rob) 3

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-25


Lainnya 4
6 Rata-rata lamanya terjadi genangan (jam/hari/minggu/bulan)
jam hari minggu bulan
7 Frekuensi pembersihan saluran drainase lingkungan
setiap hari 1
setiap 2 hari sekali 2
setiap 2 minggu sekali 3
tidak pernah 4
8 Cara membuang/mereduksi sampah rumah tangga
Diangkut petugas sampah 1
Dibuang di pekarangan 2
Dibuang ke sungai 3
Dibakar 4
Diolah (3R) 5
9 Frekuensi pengangkutan sampah rumah tangga
setiap hari 1
setiap 2 hari sekali 2
setiap 2 minggu sekali 3
tidak ada layanan pengangkatan sampah 4
10 Pengelola layanan pengangkutan dan pembuangan sampah
Dinas kebersihan atau aparat Pemerintah Daerah  1
Jasa pihak ketiga (kontraktor) 2
Lembaga sosial kemaysarakatan (RT/RW) 3
Kelompok swadaya masyarakat 4
Tidak ada lembaga pengelola sampah 5
11 Prasarana jalan eksisting (m)
Jalan lingkungan diperkeras (aspal/cor beton/paving blok)  1
Jalan setapak diperkeras (rabat beton/paving blok) 2
Jalan lingkungan non-perkerasan (tanah) 3
Jalan setapak non-perkerasan 4
12 Kelengkapan infrastruktur jalan
Drainase tepi jalan dengan penutup (m) 1
Jalan dengan lampu penerangan (m) 2
Jalan tanpa lampu penerangan 3

Catatan :
Form Survei ini merupakan contoh minimal kelengkapan data umum kelurahan yang bisa dikembangkan lebih
lanjut oleh Pokjanis

3-26 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


B.3 Penyiapan data profil Pengumpulan atau kompilasi data dan informasi dasar terkait
permukiman kumuh dengan kawasan permukiman kumuh yang nantinya digunakan
sebagai dasar dalam penyusunan RP2KPKP

B.1
PERSIAPAN DAN
PEMANTAPAN
RENCANA KERJA

B.2
PENYUSUNAN
DESAIN SURVEY
DAN FORMAT
KEGIATAN

B.3
PENYIAPAN DATA
PROFIL
PERMUKIMAN
KUMUH
• Data kumuh
• Data statistik
terkait

TUJUAN • Menyiapkan data dasar profil kawasan permukiman kumuh

METODE Diskusi dan Koordinasi

LANGKAH • Koordinasi internal terkait profil permukiman kumuh yang ada di


Kabupaten/Kota sesuai dengan SK penetapan lokasi permukiman kumuh
• Koordinasi dengan pihak terkait (KOTAKU) untuk Kabupaten/Kota yang
telah memiliki baseline
• Penyamaan persepsi dan kesepakatan terkait data dasar yang akan
dipakai dalam profil kawasan permukiman kumuh
• Melakukan penajaman profil kumuh terkait dengan kebutuhan justifikasi
teknis penanganan permukiman kumuh kota secara terintegrasi

OUTPUT • Peta sebaran permukiman kumuh perkotaan


• Profil kawasan permukiman kumuh perkotaan

DURASI 1 (satu) minggu *


*) Terhitung sejak minggu ketiga bulan pertama atau sejak diselesaikannya
sub kegiatan penyusunan desain survei dan format kegiatan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-27


Gambar 3.11 Contoh Data Awal Profil Permukiman Kumuh

3-28 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


B.4 Overview kebijakan Melakukan kajian terhadap kebijakan, strategi, dan
daerah dan identifikasi program pembangunan daerah yang terdapat dalam
kesesuaian dokumen perencanaan pembangunan dan penataan
permukiman eksisting ruang kabupaten/kota (RPJPD, RPJMD, Renstra Dinas,
terhadap rencana tata RTRW, Rencana Sektor dan dokumen lain yang terkait
ruang Kab/Kota dengan kawasan permukiman kumuh)

B.1
PERSIAPAN DAN
PEMANTAPAN
RENCANA KERJA

B.4
OVERVIEW
KEBIJAKAN DAERAH
B.2 DAN IDENTIFIKASI
PENYUSUNAN KESESUAIAN
DESAIN SURVEY PERMUKIMAN
DAN FORMAT EKSISTING
KEGIATAN TERHADAP:
• Rencana tata
ruang Kab/Kota
• Status tanah
permukiman kota
• Peta rawan
bencana Kab/Kota
• Pembangunan
sektoral
B.3 perkotaan
PENYIAPAN DATA
PROFIL
PERMUKIMAN
KUMUH
• Data kumuh
• Data statistik
terkait

TUJUAN • Mengidentifikasi dan melakukan kajian terhadap kebijakan dan


strategi pembangunan, serta rencana tata ruang yang telah
tersedia maupun yang sedang disusun terkait dengan
pembangunan permukiman dan kawasan permukiman kumuh;
• Mengidentifikasi dan melakukan kajian sinkronisasi kebijakan
dan strategi pembangunan kabupaten/kota, termasuk
didalamnya kajian terhadap dokumen-dokumen sektoral;
• Mengidentifikasi dan melakukan kajian kesesuaian
permukiman (kumuh) terhadap rencana tata ruang;
• Mengidentifikasi status tanah permukiman perkotaan;
• Mengidentifikasi peta rawan bencana kab/kota.

METODE Content Analysis (Analisis Isi), Desk Study, Overlay peta

LANGKAH • Inventarisasi kebijakan dan strategi pembangunan kabupaten/kota,


khususnya yang terkait pengembangan permukiman kumuh
perkotaan, terutama yang terdapat di dalam RTRW, RPJPD, RPJMD,
SPPIP, RPI2JM, dan rencana sektor lainnya;

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-29


• Melakukan pemetaan terhadap arahan kebijakan dan strategi
pembangunan terkait penanganan kawasan permukiman kumuh
terutama yang terdapat di dalam RTRW, RPJPD, RPJMD, SPPIP,
RPI2JM, dan rencana sektor lainnya;
• Melakukan kajian terhadap keselarasan antar kebijakan dan strategi
pembangunan yang terkait pengembangan permukiman terutamanya
terdapat di dalam RTRW, RPJPD, RPJMD, SPPIP, RPI2JM, dan
rencana sektor lainnya;
• Melakukan superimpose/overlay peta permukiman eksisting dengan
peta rencana pola ruang kota (guna lahan permukiman);
• Mengidentifikasi status tanah permukiman perkotaan melalui
persebaran status tanah kota sebagai masukan terhadap penanganan
permukiman kumuh kota dengan penanganan tanah kota;
• Mengidentifikasi persebaran pada peta daerah-daerah rawan
bencana di daerah perkotaan.

OUTPUT • Matriks strategi, kebijakan dan program kabupaten/kota


• Peta kesesuaian guna lahan, status tanah dan daerah rawan bencana
pada permukiman perkotaan
• Peta rencana pengembangan sektor permukiman

DURASI 1 (satu) minggu *


*) Terhitung sejak minggu keempat bulan pertama atau sejak
diselesaikannya sub kegiatan penyiapan data profil kawasan kumuh

3-30 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Tabel 3.4 Tabel Overview Kebijakan Pembangunan Daerah

NO. SUMBER/ DOKUMEN VISI DAN MISI TUJUAN & SASARAN STRATEGI & ARAH KEBIJAKAN RENCANA PROGRAM KEGIATAN

1. RPJPD KOTA Visi: Strategi 1: 1. Rencana Pengembangan


BONTANG 2005 – 2025 KOTA MARITIM BERKEBUDAYAAN Pembangunan perumahan dan permukiman Perumahan Terencana
INDUSTRI YANG BERWAWASAN yang berwawasan lingkungan. Pagung, Baltim, dan
LINGKUNGAN DAN Arah Kebijakan: disekitar kawasan pusat
MENSEJAHTERAKAN MASYARAKAT • Pembinaan dan peningkatan kualitas kota yaitu dikawasan
lingkungan perumahan dan permukiman pusat pemerintahan.
Misi: disertai dengan penyediaan infrastruktur 2. Rencana Pengembangan
• Meningkatkan kualitas sumber daya yang memadai. Perumahan Atas Rawa
manusia Kota Bontang yang • Pemenuhan kebutuhan perumahan dan Perumahan ini timbul secara
berkebudayaan industri, berakhlak permukiman sesuai tingkat kemampuan spontan, proporsi
mulia dan martabat pendapatan masyarakat distribusinya akan
• Meningkatkan kualitas tata • Penataan dan revitalisasi kawasan menyebar pada WP I, II
kepemerintahan yang baik permukiman kumuh. dan III.
• Meningkatkan kualitas lingkungan • Penataan dan pembatasan permukiman 3. Rencana Pengembangan
hidup Kota Bontang di atas air dalam rangka perlindungan Rumah Susun
• Memperkuat struktur ekonomi kota ekosistem pesisir dan green belt Pengembangan Rumah
Bontang dengan sektor maritim Susun (RUSUN) baik
sebagai penopang pembangunan sewa maupun milik akan
ekonomi dan tetap menjaga diprioritaskan untuk
keseimbangan industri migas dan menunjang kawasan
non migas industri dan nelayan yang
membutuhkan rumah.
2 RPJMD KOTA Visi: Tujuan 1: Tujuan 1, Sasaran 1 Tujuan 1, Sasaran 1:
BONTANG TAHUN TERWUJUDNYA MASYARAKAT KOTA MEWUJUDKAN KOTA Strategi: Program pengembangan kinerja
2011 – 2016 BONTANG YANG BERBUDI LUHUR, BONTANG YANG BERSIH, Pengembangan manajemen pengelolaan pengelolaan persampahan
MAJU, ADIL DAN SEJAHTERA HIJAU, DAN ASRI sampah
Sasaran 1: Arah Kebijakan:
Misi: Meningkatkan penanganan • Peningkatan pengelolaan sampah di
• Meningkatkan kualitas sampah menjadi 74% TPA yang berkelanjutan
sumberdaya manusia kota Sasaran 2: • Pemenuhan sarana prasarana
Bontang yang berakhlak mulia Memelihara kondisi RTH persampahan
dan profesional eksisting dan meningkatkan • Pemberdayaan masyarakat dalam
• Meningkatkan Kualitas Tata luas RTH menjadi 3.330,96 pengelolaan sampah yang
Kepemerintahan yang baik Ha atau 22,5% berkelnajutan dengan pemanfataan
• Meningkatkan Kualitas teknologi ramah lingkungan.
Lingkungan Hidup Tujuan 1, Sasaran 2: Tujuan 1, Sasaran 2:
• Memperkuat struktur ekonomi dan Strategi: • Program pengelolaan ruang
mempercepat pemenuhan Pengembangan ruang terbuka hijau terbuka hijau
kebutuhan listrik, dan air bersih Arah Kebijakan: • Program pengendalian
dan infrastruktur lainnya • Gerakan “Bontang Green” dan “one pemanfaatan ruang
man five trees” • Program rehabilitasi hutan
• Peningkatan peran masyarakat dalam dan lahan
peningkatan kualitas dan kuantitas • Program peningkatan sarana
RTH prasarana aparatur dan
• Pembangunan dan revitalisasi taman administrasi pertanahan
kota dan RTH • Program perencanaan
• Penanaman pohon di “catchment penataan ruang
area” kota Bontang • Program pemanfaatan ruang
• Perumusan kebijakan ruang terbuka
hijau

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-31


NO. SUMBER/ DOKUMEN VISI DAN MISI TUJUAN & SASARAN STRATEGI & ARAH KEBIJAKAN RENCANA PROGRAM KEGIATAN

STRATEGI SANITASI SUB SEKTOR AIR LIMBAH


KOTA BONTANG (SSK) Tujuan 1: Mewujudkan peran Strategi: Program pengembangan kinerja 1. Sosialisasi kebijakan pengelolaan air
2012 – 2016 serta masyarakat dalam Peningkatan peran serta masyarakat dan pengelolaan air minum dan air limbah
pengelolaan air limbah dunia usaha dalam penyelenggaraan limbah 2. Peningkatan peran serta masyarakat
Sasaran: Meningkatnya pengembangan sistem pengelolaan air dalam pengelolaan air limbah
jumlah kelompok swadaya limbah pemukiman 3. Sanitation Award bagi perusahaan
masyarakat yang menangani
pengelolaan air limbah dari 5
menjadi 15 KSM
Tujuan 2: Membangun Strategi: Program kemitraan peningkatan 1. Kemitraan program CSR sektor sanitasi
kemitraan strategis dalam Membangun kemitraan dengan berbagai pelayanan kesehatan 2. Workshop pengelolaan oleh swasta
pembangunan sanitasi pihak dalam penyediaan sarana dan
Sasaran: Meningkatnya prasarana sanitasi
jumlah perusahaan yang
terlibat dalam program CSR
sektor sanitasi dari 3 menjadi
6

Tujuan 3: Meningkatkan Tujuan 3 Sasaran 1 Tujuan 3, Sasaran 1: Tujuan 3, Sasaran 1:


pengendalian pencemaran Strategi: Program pengembangan kinerja 1. Pembangunan IPAL Berbas Pantai,
lingkungan Peningkatan pengelolaan air limbah pengelolaan air minum dan air Loktuan, Guntung, Kanaan
Sasaran 1: Meningkatnya limbah 2. Pembangunan IPLT
cakupan pelayanan dan Tujuan 3 Sasaran 2 3. Pembangunan WC Umum
pengelolaan air limbah dari Strategi: Tujuan 3, Sasaran 2: 4. Pembangunan Sanimas
4,8% menjadi 10% Peningkatan sarana dan prasarana Program pengendalian 5. Penambahan jaringan pipa air limbah
Sasaran 2: Meningkatnya pengelolaan sanitasi pencemaran dan perusakan
sarana prasarana sanitasi dari lingkungan Tujuan 3, Sasaran 2:
0% menjadi 66,7% Peningkatan sarana dan prasarana
laboratorium

SUB SEKTOR PERSAMPAHAN


Tujuan 1: Strategi: Program pengembangan kinerja 1. Sosialisasi kebijakan pengelolaan
Meningkatkan peran aktif Mengikutsertakan masyarakat dan swasta pengelolaan persampahan persampahan
masyarakat dan swasta untuk berperan aktif dalam pengelolaan 2. Peningkatan peran serta masyarakat
dalam pengelolaan kebersihan dalam pengelolaan persampahan
persampahan mandiri 3. Bimbingan teknis persampahan
berbasis komunitas untuk
dapat mengurangi volume
sampah
Sasaran: Meningkatnya
jumlah Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) dan
sekolah yang melakukan
pengelolaan sampah 3R yang
terbina dari 5 KSM/sekolah
menjadi 25 KSM/sekolah
Tujuan 2: Strategi: Program pengembangan kinerja 1. Penyediaan sarana dan prasarana
Meningkatkan cakupan Pengembangan manajemen pengelolaan pengelolaan persampahan pengelolaan persampahan
layanan dan kualitas sistem sampah 2. Pengembangan kinerja TPA
pengelolaan persampahan 3. Peningkatan operasi dan pemeliharaan
Sasaran: Meningkatnya sarana dan prasarana persampahan
cakupan pelayanan 4. Penyusunan dokumen perencanaan
persampahan dari 71,08% 5. Peningkatan operasi dan pemeliharaan
menjadi 74% prasarana dan sarana TPA

3-32 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


NO. SUMBER/ DOKUMEN VISI DAN MISI TUJUAN & SASARAN STRATEGI & ARAH KEBIJAKAN RENCANA PROGRAM KEGIATAN

SUB SEKTOR DRAINASE


Tujuan: Meningkatkan sistem Strategi: Program pengembangan, 1. Normalisasi sungai- sungai di Kota
jaringan drainase dan Peningkatan penanganan sistem jaringan pengelolaan dan konservasi sungai, Bontang
pengendalian banjir drainase dan pengendalian banjir danau dan sumber daya air lainnya 2. Peningkatan Waduk Kanaan
Sasaran 1: Meningkatnya 3. Pembangunan Bendungan Suka
kondisi drainase/saluran Rahmat
pembuangan air sepanjang 4. Pembangunan folder Tanjung Laut dan
jalan dengan kondisi baik dari KCY
13,77% menjadi 38, 62% 5. Pembangunan folder Kel. Tanjung Laut
Sasaran 2: Menurunnya Program pembangunan Pembangunan dan rehabilitasi turap sungai
kondisi drainase tersumbat turap/talud/bronjong dan saluran air
dari 6% menjadi 3% Program pembangunan saluran Pembangunan dan rehabilitasi saluran
drainase/gorong - gorong drainase / gorong-gorong
di Kota Bontang
SUB SEKTOR AIR BERSIH
Tujuan: Meningkatkan Strategi 1: Program pengembangan kinerja 1. Pembangunan WTP Berbas Tengah,
produksi air bersih Peningkatan pelayanan air bersih pengelolaan air minum dan air Gunung Elai, Loktuan dan Kanaan
Sasaran: Meningkatnya limbah 2. Optimalisasi WTP eksisting
cakupan layanan air bersih 3. Pengadaan dan peremajaan jaringan
PDAM dari 52,3% menjadi pipa air bersih Kota Bontang
80%
Strategi 2: Program pengembangan, 1. Dokumen perencanaan pipanisasi air
Penyediaan alternatif sumber air baku baru pengelolaan dan konservasi sungai, baku dari Bendungan Marangkayu ke
danau dan sumber daya air lainnya Kota Bontang
2. Pipanisasi pipa air baku dari Waduk
Marangkayu ke Kota Bontang
3. Pipanisasi air baku permukaan (Folder)
ASPEK PHBS/ HIGIENE
Tujuan: Membangun perilaku Strategi 1: Program promosi 1. Upaya promosi kesehatan Puskesmas
hidup bersih dan sehat Kampanye dan sosialisasi PHBS kesehatan dan 2. Pengembangan media promosi dan
Sasaran: Meningkatnya pemberdayaan informasi sadar hidup sehat
perilaku hidup bersih dan masyarakat 3. Penyuluhan masyarakat tentang pola
sehat dari 36% menjadi 75% hidup sehat
4. Pembinaan posyandu
5. Pengembangan dan pembinaan
kelurahan sehat
Strategi 2: Program 1. Penyehatan lingkungan permukiman
Peningkatan kualitas hidup masyarakat pengembanagan 2. Pengawasan sarana air bersih
melalui penerapan perilaku hidup bersih, lingkungan sehat 3. Pembinaan tempat pengolahan
sehat dan pengembangan lingkungan sehat makanan dan minuman
4. Pembinaan tempat-tempat umum
5. Upaya penyehatan lingkungan
puskesmas
6. Pengembangan pasar sehat
7. Pengembangan kawasan kota sehat

Overview kebijakan daerah

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-33


Tabel 3.5 Overview Program/Kegiatan Sektor Penanganan Permukiman Kumuh

Program/ Lokasi Kumuh Lokasi dan Luas Penanganan Skala Penanganan


No Sumber dana Tahun Komponen Infrastruktur
Kegiatan Sektoral * (Kelurahan) (Cakupan Pelayanan) (Kawasan/Lingkungan) **
1
2
3
4
5
Dst.

Catatan
*) - Overview yang dilakukan mencakup program/kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan keterlibatan swasta
- Overview Program/Kegiatan Sektor Penanganan Permukiman Kumuh meliputi Program/Kegiatan yang telah/sedang berjalan dan yang masih dalam tahap rencana
**) Skala Penanganan yang dimaksud adalah menyesuaikan dengan fungsi dan pengelolaan infrastruktur tersebut.

3-34 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Gambar 3.12 Contoh Peta Hasil Overlay Permukiman Kumuh Eksisting dengan Rencana Pola Ruang

Catatan:
Proses superimpose kondisi dan peta permukiman kumuh eksisting berlaku juga untuk rencana
sektoral

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-35


C.1 Penyiapan Dalam kegiatan penyusunan RP2KPKP, peran masyarakat dalam
kelembagaan penanganan kawasan permukiman kumuh sangat penting
masyarakat pada sebagai salah satu pelaku utama. Dalam hal ini kelembagaan
lokasi permukiman masyarakat di tingkat kawasan perlu disiapkan agar pembagian
kumuh peran masing-masing pemangku kepentingan di daerah menjadi
lebih efektif dan jelas.

C.1 C.2
PENYIAPAN
KELEMBAGAAN KOORDINASI &
MASYARAKAT PADA SINKRONISASI DATA
LOKASI PERMUKIMAN KUMUH
KUMUH (data primer & sekunder)

TUJUAN Menyiapkan kelembagaan lokal masyarakat sebagai mitra penggerak


kegiatan sekaligus mengawal dan mengupayakan keberlanjutan program
penanganan permukiman kumuh di tingkat masyarakat.

METODE Sosialisasi, diskusi

LANGKAH • Identifikasi kelembagaan masyarakat eksisting dalam konteks


pembangunan permukiman
• Melakukan pendekatan dan kerjasama dengan kelembagaan lokal
masyarakat eksisting
• Menyiapkan lembaga masyarakat/BKM/KSM eksisting agar siap
mendukung pelaksanaan kegiatan penyusunan RP2KPKP

OUTPUT Terbentuknya/tersiapkannya kelembagaan masyarakat (BKM/KSM) yang


terdaftar/legal secara hukum dalam mendukung pelaksanaan kegiatan
penusunan RP2KPKP
PELAKSANA • Pokjanis kabupaten/kota
UTAMA

PELAKSANA • Korkot/Askot/Fasilitator pendamping masyarakat


PENDUKUNG
• Tokoh/unsur masyarakat

DURASI 2 (dua) minggu *


*) Terhitung sejak minggu ketiga bulan pertama atau sejak diselesaikannya
sub kegiatan penyiapan data profil permukiman kumuh

3-36 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


TAHAP VERIFIKASI DAN JUSTIFIKASI LOKASI SERTA PERUMUSAN KONSEP DAN
STRATEGI
Tahap verifikasi dan justifikasi lokasi serta perumusan konsep dan strategi merupakan tahapan
proses pemutakhiran profil permukiman kumuh agar diperoleh data dan informasi permukiman
kumuh yang detail, akurat, dan terukur sebagai dasar perumusan konsep serta strategi pencegahan
dan peningkatan kualitas permukiman kumuh sesuai dengan kebutuhan lokasi permukiman kumuh.
Tahapan ini terbagi menjadi beberapa rangkaian kegiatan diskusi, penyusunan, serta penyepakatan
terhadap proses rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan.
Lingkup kegiatan verifikasi serta perumusan konsep dan strategi ini meliputi 5 (lima) sub kegiatan
proses penyusunan dan 4 (empat) sub kegiatan diskusi dan penyepakatan, yaitu sebagai berikut.

Penyelenggaraan Kegiatan A.3 FGD 1 : verifikasi dan justifikasi lokasi permukiman


RP2KPKP (pendekatan fasilitasi kumuh dan
Pemda) A.4 FGD 2 : penyepakatan konsep dan strategi
pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman
Proses Penyusunan RP2KPKP B.5 Survei dan Pengolahan data permukiman kumuh
(Pendekatan Membangun Sistem) B.6 Verifikasi dan justifikasi lokasi serta pemutakhiran
profil permukiman kumuh
B.7 Penilaian lokasi berdasarkan kriteria, indikator dan
parameter kekumuhan
B.8 Distribusi pola kolaborasi penanganan
permukiman kumuh
B.9 Perumusan kebutuhan pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh
B.10 Perumusan konsep serta strategi pencegahan
dan peningkatan kualitas permukiman kumuh
Pendampingan pemangku C.2 Koordinasi dan sinkronisasi data kumuh (data
kepentingan (Pendekatan primer dan sekunder)
Peningkatan Kapasitas) C.3 Distribusi pola penanganan berdasarkan
kompleksitas permasalahan

Lingkup kegiatan verifikasi dan perumusan strategi skala kota ini dilakukan dalam jangka waktu 2
(dua) bulan terhitung sejak kegiatan persiapan selesai dilakukan.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-37


TAHAP VERIFIKASI DAN JUSTIFIKASI LOKASI SERTA PERUMUSAN KONSEP
TAHAPAN 2 DAN STRATEGI

WAKTU BULAN 2 BULAN 3

PENYELENGGARAAN
KEGIATAN RP2KPKP A.4
FGD 2:
(pendekatan fasilitasi A.3 PENYEPAKATAN KONSEP,
FGD 1: STRATEGI, POLA
Pemda) PENYEPAKATAN PROFIL PENANGANAN SKALA KOTA,
PERMUKIMAN HASIL VERIFIKAS DAN KAWASAN PRIORITAS

B.5 B.10 B.11


SURVEI DAN PERUMUSAN KONSEP PENENTUAN
PENGOLAHAN DAN STRATEGI KAWASAN
DATA PENCEGAHAN & PRIORITAS
PERMUKIMAN PENINGKATAN PENANGANAN
KUMUH KUALITAS PERMUKIMAN
PERMUKIMAN KUMUH KUMUH

B.9
B.6 PERUMUSAN
VERIFIKASI DAN KEBUTUHAN
PROSES PENYUSUNAN JUSTIFIKASI LOKASI DAN PENCEGAHAN &
PEMUTAKHIRAN PROFIL PENINGKATAN
RP2KPKP PERMUKIMAN KUMUH KUALITAS
(Pendekatan Membangun PERMUKIMAN KUMUH
Sistem)
B.7
PENILAIAN LOKASI
BERDASARKAN KRITERIA,
INDIKATOR DAN
PARAMETER
KEKUMUHAN

B.8
DISTRIBUSI POLA
KOLABORASI
PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH

PENDAMPINGAN & C.2 C.3


PELIBATAN MASYARAKAT KOORDINASI &
SINKRONISASI DATA
KOORDINASI PERAN
MASYARAKAT DALAM
(Pendekatan Peningkatan KUMUH PENANGANAN
Kapasitas) (data primer & sekunder) PERMUKIMAN KUMUH

LAPORAN
PELAPORAN ANTARA

• Hasil pengolahan data permukiman kumuh;


• Data hasil verifikasi lokasi (delineasi, luasan, layanan hunian dan infrastruktur)
• Hasil sinkronisasi data kumuh (primer dan sekunder);
• Profil permukiman kumuh yang telah terverifikasi;
• Daftar kawsan permukiman kumuh prioritas penanganan;
• Daftar kebutuhan penanganan permukiman kumuh;
OUTPUT •

Konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh;
Kawasan kumuh prioritas penanganan
• Berita acara penyelenggaraan FGD 1 (Penyepakatan profil hasil verifikasi dan pola kolaborasi
penanganan permukiman kumuh);
• Berita acara penyelenggaraan FGD 2 (Penyepakatan konsep, strategi, pola penanganan, dan
kawasan prioritas)

Gambar 3.13 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Untuk Lingkup Kegiatan Verifikasi dan Perumusan Strategi

3-38 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


B.5 SURVEI DAN Merupakan proses identifikasi untuk memahami kondisi
PENGOLAHAN DATA permukiman kumuh berikut sebaran lokasi, konstelasinya
PERMUKIMAN KUMUH terhadap ruang kota/perkotaan, mengidentifikasi tipologi
permukiman kumuh, serta potensi dan permasalahan yang
terkait dengan karakteristik sosial, ekonomi, budaya, fisik, dan
kelembagaan. Identifikasi ini diperlukan sebagai dasar verifikasi
lokasi dan pemutakhiran profil permukiman kumuh yang telah
ditetapkan di dalam SK Walikota/Bupati.

B.5
SURVEI DAN
PENGOLAHAN
DATA
PERMUKIMAN
KUMUH

B.6
VERIFIKASI LOKASI DAN
PEMUTAKHIRAN PROFIL
PERMUKIMAN KUMUH

B.7
PENILAIAN LOKASI
BERDASARKAN KRITERIA,
INDIKATOR DAN
PARAMETER
KEKUMUHAN

C.2
KOORDINASI &
SINKRONISASI DATA
KUMUH
(data primer & sekunder)

TUJUAN Untuk mengidentifikasi kondisi permukiman kumuh berikut sebaran lokasi,


konstelasinya terhadap ruang skala kota/perkotaan, mengidentifikasi tipologi
permukiman kumuh, serta potensi dan permasalahan yang terkait dengan
karakteristik sosial, ekonomi, budaya, fisik, dan kelembagaan.
Hasil dari kegiatan survei dan pengolahan data kumuh ini akan menjadi basis
informasi awal untuk verifikasi permukiman kumuh yang telah ditetapkan
didalam SK Walikota/Bupati.

METODE • Survei dan Observasi

• Konsolidasi dan Analisis data

• Pemetaan isu strategis, potensi, dan permasalahan

• Diskusi

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-39


LANGKAH • Mengidentifikasi sebaran permukiman kumuh skala kota/perkotaan
(termasuk permukiman kumuh yang berada diluar SK)

• Mengidentifikasi konstelasi permukiman kumuh terhadap ruang


kota/perkotaan.

• Mengidentifikasi tipologi permukiman kumuh kota/perkotaan untuk


mendapatkan pola penanganan yang tepat

• Mengidentifikasi isu-isu strategis penanganan permukiman kumuh

• Mengidentifikasi potensi dan permasalahan (karakteristik sosial, ekonomi,


budaya, fisik, dan kelembagaan)

• Mengolah basis data permukiman yang ada di Kabupaten/Kota menjadi


profil permukiman kumuh kota/perkotaan. (Salah satu basis data yang
bisa dimanfaatkan diantaranya adalah baseline)

OUTPUT • Daftar dan peta sebaran permukiman kumuh skala kota/perkotaan


(termasuk permukiman kumuh yang berada diluar SK)

• Matriks isu-isu strategis kawasan perkotaan dan permukiman kumuh


perkotaan.

• Karakteristik permukiman kumuh kota/perkotaan yang didalamnya


memuat kesimpulan mengenai kondisi fisik, sosial budaya, ekonomi,
kelembagaan, konstelasi terhadap ruang kota/perkotaan;

• Kesesuaian SK dengan profil kumuh hasil survei dan pengolahan data


kumuh

DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama bulan kedua

Dalam pengolahan data permukiman kumuh, data baseline bisa dimanfaatkan sebagai basis
data permukiman kumuh sebagai dasar verifikasi lokasi. Bagi kabupaten/kota yang belum
memiliki data baseline, maka perlu dilakukan identifikasi terhadap data rujukan permukiman
kumuh yang ada di Kabupaten/Kota serta melakukan survei secara menyeluruh di seluruh
lokasi permukiman kumuh untuk mendapatkan basis data permukiman kumuh.

Catatan :
Data numerik baseline yang ada di Kabupaten/kota pada umumnya masih berupa data profil
permukiman, sehingga parameter datanya perlu dikonversi menjadi data permasalahan
permukiman kumuh. Sebagai contoh data keteraturan bangunan hunian perlu dikonversi menjadi

3-40 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


data ketidakaturan bangunan hunian pada lokasi permukiman. Sebagai ilustrasi, bisa dilihat pada
tabel berikut.
Data Permukiman Baseline Numerik

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-41


Tabel 3.6 Contoh Form isian Data Profil Permukiman Kumuh

FORM ISIAN DATA PROFIL PERMUKIMAN KUMUH DARI HASIL SURVEI DAN PENGOLAHAN DATA BASELINE
Keperluan
1. Database permukiman kumuh
2. Baseline data kawasan kumuh (T0)
3. Monitoring dan Evaluasi outcome penanganan kumuh

TANGGAL SURVEI :

A. INFORMASI LOKASI DAN TIPOLOGI

Propinsi : Luas kawasan : Hektar

Kab/Kota : Jumlah penduduk : Jiwa

Kecamatan : Jumlah KK : KK

Kelurahan : Jumlah bangunan : Unit

Kawasan : Koordinat : E

RT/RW : S

Jumlah Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Unit

Panjang Jalan Lingkungan m

Panjang Saluran Drainase m

Batas-batas kawasan Utara Selatan

Timur Barat

Nama Lokasi Kumuh

Luas Lokasi Kumuh berdasarkan SK Ha

Luas Lokasi Kumuh berdasarkan Profil Ha

Legalitas Lokasi Ya, tercantum dalam SK Walikota/Bupati

No. SK Walikota/Bupati

Tidak tercantum dalam SK walikota/Bupati

Tipologi Lokasi Kumuh Di atas air

Di tepi air

Di Dataran Rendah

Di perbukitan

Di daerah rawan bencana

B. KARAKTERISTIK

Karakteristik kawasan Sekitar pusat kota/kws perkotaan


Bantaran sungai

Permukiman Nelayan

3-42 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Sekitar kawasan industri

Sekitar permukiman baru

C. IDENTIFIKASI LEGALITAS LAHAN

Kejelasan Status tanah jelas

sebagian/seluruh

Kesesuaian dengan Peruntukan RTRW sesuai

tidak sesuai

Persyaratan adm. bangunan Memiliki IMB Unit

Tidak memiliki IMB Unit

D. IDENTIFIKASI KONDISI KEKUMUHAN


1 Kondisi bangunan gedung
a. Ketidakteraturan bangunan
Jumlah bangunan/rumah yang tidak memiliki keteraturan Unit
b. Tingkat kepadatan bangunan
Luas kawasan dengan kepadatan ≥250 unit/Ha (Untuk Kota Besar dan Metropolitan) Unit

Luas kawasan dengan kepadatan ≥200 unit/Ha (Untuk Kota Sedang dan Kota kecil) Unit

c. Ketidaksesuaian dengan persyaratan teknis


Jumlah bangunan yang tidak memenuhi syarat teknis bangunan (kecukupan luas, keamanan, Unit
kenyamanan, kesehatan, kemudahan)
2 Kondisi jalan lingkungan
a. Cakupan layanan jalan lingkungan
Luas area yang belum terlayani prasarana jalan lingkungan (jalan lingkungan atau gang dngan Ha
struktur beton/paving/aspal)
b. Kualitas jalan lingkungan
Total panjang jalan lingkungan yang sudah terstruktur (aspal/paving block/beton rabat) meter

Panjang jalan dengan permukaan jalan rusak (yang sudah terstruktur aspal/paving block/beton) meter

3 Kondisi penyediaan air minum


a. Akses penduduk terhadap air minum yang aman
Jumlah penduduk yang tidak terakses air minum yang berkualitas (bersih, tidak berbau dan tercemar) jiwa

b. Kecukupan kuantitas air minum


Jumlah penduduk yg belum terpenuhi kebutuhan air minum secara kuantitas (60 liter/hari) jiwa

4 Kondisi drainase lingkungan


a. Genangan dengan >30cm, >2 jam , > 2x per tahun
Luas area yang terkena genangan Ha
b. Ketidaktersediaan prasarana drainase lingkungan
Luas area yang tidak terlayani prasarana drainase lingkungan Ha

Panjang saluran drainase yang tidak tersedia m


c. Ketidakterhubungan dengan sistem drainase kota
Luas area dengan sistem drainase tidak terhubung ke sistem kota Ha

Panjang saluran drainase yang tidak terhubung dengan sistem drainase kota m
d. Tidak terpeliharanya sistem drainase
Luas area yang sistem drainasenya tidak terpelihara baik melalui pemeliharaan rutin maupun berkala Ha

panjang saluran drainase yang tidak dipelihara m

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-43


e. Kualitas konstruksi sistem drainase
Luas area yang konstruksi prasarana drainasenya buruk, baik karena belum di-struktur atau karena Ha
mengalami kerusakan berat struktur
panjang saluran drainase dengan kualitas konstruksi buruk m
5 Kondisi pemeliharaan air limbah
a. Sistem pengolahan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang berlaku
luas area Ha
b. Prasarana dan sarana pengolaha air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis
Luas area yang sistem air limbah tidak sesuai persyaratan teknis Ha
6 Kondisi pengolahan persampahan
a. Sarana dan prasarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis
Luas area yg tdk memiliki sarpras persampahan sesuai syarat teknis dengan pendekatan 3R (Reuse, Ha
Reduce, Recyclcle )
(Bin sampah dg pemilahan, gerobak sampah, TPS 3R, TPST)
b. Sistem pengolahan sampah tidak sesuai persyaratan teknis
Luas area dengan sistem pengolahan sampah yang tidak standar (pewadahan, pengumpulan, Ha
pengangkutan dan pengolahan)
c. Tidak-terpeliharanya sarana dan prasarana persampahan
Luas area yang sarana dan prasarana pengolahan sampahnya tidak terpelihara baik melalui Ha
pemeliharaan rutin maupun berkala
7 Kondisi proteksi kebakaran
a. Tidak tersedia sistem pengamanan secara aktif dan pasif
Luas area yang tidak memiliki sistem pengamanan secara aktif dan pasif Ha
b. tidak tersedia pasokan air untuk pemadaman yang memenuhi persyaratan teknis
Luas area yang tidak memiliki pasokan air Ha
c. Kondisi lebar jalan tidak memadai untuk dilalui sarana pemadam kebakaran
panjang jalan m

E. PERTIMBANGAN LAINNYA
1 Nilai strategis lokal ya, fungsi strategis kabupaten/kota

bukan fungsi strategis kabupaten/kota

2 Kependudukan Rendah < 150 jt jiwa

sedang, 151 - 200 jt jiwa

tinggi, 201 - 400 jt jiwa

sangat padat, . 400 jt jiwa

3 Tingkat partisipasi masyarakat dalam tinggi


mendukung pembangunan
sedang

rendah

4 Lokasi memiliki potensi sosial ekonomi dan budaya untuk dikembangkan/dipelihara ya

tidak

H. DATA PENDUKUNG
1 Peta orientasi lokasi
2 Peta delineasi kawasan
3 SHP koordinat data kawasan
4 Foto situasi kawasan
5 Foto nol pembangunan infastruktur

3-44 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Tabel 3.7 Contoh data profil permukiman yang menampilkan data numerik dan persentase

KRITERIA /
No PARAMETER NILAI SATUAN
INDIKATOR

A FISIK
Keteraturan Jumlah Keteraturan Bangunan Hunian 304 unit rumah tangga
1 Bangunan
Persentase Keteraturan Bangunan Hunian 10% persentase
Hunian
Kepadatan Luas permukiman ….Ha 90,80 Ha
2 Bangunan Jumlah total bangunan ……unit 3.027 Unit
Hunian Tingkat kepadatan bangunan …..unit/Ha 33 Unit/Ha
Jumlah Bangunan hunian memiliki luas lantai ≥ 7,2 m2 per orang 2539 unit rumah tangga
Persentase Bangunan hunian memiliki luas lantai ≥ 7,2 m2 per
84% persentase
Kelayakan orang
3 Bangunan Jumlah Bangunan hunian memiliki kondisi Atap, Lantai, Dinding
2.399 unit rumah tangga
Hunian sesuai persyaratan teknis
Persentase Bangunan hunian memiliki kondisi Atap, Lantai, Dinding
79% persentase
sesuai persyaratan teknis
Panjang Total Jaringan Jalan Lingkungan yg ada 22.875 meter
Panjang jalan lingkungan dgn lebar > 1,5 meter 12.815 meter
Panjang jalan lingkungan dgn lebar > 1.5 meter yang
10.300 meter
permukaannya diperkeras
Aksesibilitas Jangkauan Jaringan Jalan Lingkungan yang layak 45% persentase
4
Lingkungan Panjang jalan lingkungan dgn lebar ≥ 1,5 meter yang
7.900 meter
permukaannya diperkeras dan tidak rusak
Panjang jalan lingkungan dgn lebar ≥ 1,5 meter yang dilengkapi
8.505 meter
sal. samping jalan
Jalan Sesuai Persyaratan Teknis 37% persentase
Luas Area permukiman tidak terjadi genangan air/banjir 84,67 ha
Persentase Kawasan permukiman tidak terjadi genangan air/banjir 93% persentase
Panjang Total Drainase 14.855 meter
Drainase
5 Panjang Kondisi jaringan drainase pada lokasi permukiman
Lingkungan 7.421 meter
memiliki kualitas tidak rusak/berfungsi baik
Persentase Kondisi jaringan drainase pada lokasi permukiman
50% persentase
memiliki kualitas minimum memadai
Jumlah Masyarakat terlayani Sarana Air Minum untuk minum,
mandi, dan cuci (perpipaan atau non perpipaan terlindungi yang 457 unit rumah tangga
layak)
Persentase Masyarakat terlayani Sarana Air Minum untuk minum,
mandi, dan cuci (perpipaan atau non perpipaan terlindungi yang 16% persentase
Pelayanan Air
6 layak)
Minum
Jumlah Masyarakat terpenuhi kebutuhan air minum, mandi, cuci
2.479 unit rumah tangga
(minimal 60liter/org/hari)
Persentase Masyarakat terpenuhi kebutuhan air minum, mandi,
cuci (minimal 60liter/org/hari) 86% persentase

Jumlah Masyarakat memiliki akses jamban keluarga / jamban


2.670 unit rumah tangga
bersama (5 KK/jamban)
Persentase Masyarakat memiliki akses jamban keluarga / jamban persentase
Pengelolaan Air 93%
7 bersama (5 KK/jamban)
Limbah
Jumlah Jamban keluarga/jamban bersama sesuai persyaratan
teknis (memiliki kloset leher angsa yang terhubung dengan septic- 2.565 unit rumah tangga
tank)

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-45


KRITERIA /
No PARAMETER NILAI SATUAN
INDIKATOR

Persentase Jamban keluarga/jamban bersama sesuai persyaratan


teknis (memiliki kloset leher angsa yang terhubung dengan septic- 89% persentase
tank)
Saluran pembuangan air limbah rumah tangga terpisah dengan
45% persentase
saluran drainase lingkungan
Jumlah Sampah domestik rumah tangga di kawasan permukiman
1.397 unit rumah tangga
Pengelolaan terangkut ke TPS/TPA min. dua kali seminggu
8
Persampahan Persentase Sampah domestik rumah tangga di kawasan
49% persentase
permukiman terangkut ke TPS/TPA min. dua kali seminggu
Pengamanan
Persentase Kawasan permukiman memiliki prasarana/sarana
9 Bahaya 0% persentase
proteksi kebakaran
Kebakaran
B NON FISIK
Jumlah Bangunan hunian memiliki IMB 2.007 unit rumah tangga
Persentase Bangunan hunian memiliki IMB 66% persentase
Legalitas
Jumlah Lahan bangunan hunian memiliki SHM/ HGB/ Surat yang
1 pendirian 2.284 unit rumah tangga
diakui pemerintah
bangunan
Persentase Lahan bangunan hunian memiliki SHM/ HGB/ Surat
75% persentase
yang diakui pemerintah
Kepadatan penduduk …..jiwa/Ha (=jumlah penduduk dibagi luas
78 jiwa/Ha
Kepadatan wilayah RT)
2
penduduk Jumlah penduduk 11.933 jiwa
Luas wilayah RT 153,81 Ha
Pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan 2
Perikanan/nelayan 0
Pertambangan/galian 0
Mata pencarian
3 Industri/pabrik 395 rumah tangga
penduduk
Konstruksi/bangunan 70
Perdagangan/jasa (guru, tenaga kesehatan, hotel, dll) 2.152
Pegawai pemerintah 235
<450 Watt 1.034
900 Watt 1.553
Penggunaan
4 1300 Watt 211 rumah tangga
Daya Listrik
≥ 2200 Watt 26
Menumpang/tidak punya meteran sendiri/dll 26
Rumah Sakit 63
Praktik dokter/poliklinik 349
Fasilitas
Puskesmas/Pustu 2.431
5 Pelayanan rumah tangga
Dukun/Pengobatan tradisional 0
Kesehatan
Bidan/mantri 0
Tidak pernah 0
Dalam kelurahan/kecamatan yang sama 2.739
Fasilitas Luar kecamatan 0
6 Pelayanan Di kota lain 0 rumah tangga
Pendidikan Tidak sekolah 18
Tidak ada anggota rumah tangga usia wajib belajar 89

3-46 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Tabel 3.8 Contoh Rekapitulasi Hasil Survei dan Pengolahan Data Permukiman Kumuh

Informasi Lokasi Kondisi


Nama
Luas Aspek Parameter Data
Kws Koordinat RT/RW Kel. Kec. Jml Sat %
(Ha)
Bangunan/rumah yang tidak
2723 Unit 90%
memiliki keteraturan
Bangunan memiliki kepadatan
tidak sesuai ketentuan (Luas
kawasan dengan kepadatan ≥
16 Ha 16%
250 unit/Ha untuk kota besar dan
Bangunan
≥200 unit/Ha untuk kota
Gedung
sedang/kecil)
Bangunan yang tidak memenuhi
syarat teknis bangunan
(kecukupan luas, keamanan, 628 Unit 21%
kenyamanan, kesehatan,
kemudahan)
Luas area yang belum terlayani
prasarana jalan lingkungan (jalan
55,9 meter 55%
lingkungan atau gang dngan
Jalan
struktur beton/paving/aspal)
Lingkungan
Panjang jalan dengan permukaan
jalan rusak (yang sudah terstruktur 63,88 meter 63%
aspal/paving block/beton)
Penduduk yang tidak terakses air
minum yang berkualitas (bersih, 10039 Jiwa 84%
Penyediaan tidak berbau dan tercemar)
air minum Penduduk yg belum terpenuhi
117° 30' RW 07/ kebutuhan air minum secara 1658 Jiwa 14%
18.226" E - RT 1, 2, Tanjung kuantitas (60 liter/hari)
Gayam 39 Gayam
2° 9' 3, dan Redeb
Luas area yang terkena genangan
16.625" N RT 4
(Genangan dengan >30cm, >2 6,87 meter 7%
jam , > 2x per tahun)
Luas area yang tidak
terlayani/tidak tersedia 22,3 Ha 57%
saluran/drainase lingkungan
Panjang saluran drainase yang
57,74 meter 57%
Drainase tidak tersedia
Lingkungan Panjang saluran drainase yang
tidak terhubung dengan sistem 86,44 meter 85%
drainase kota
Panjang saluran drainase yang
tidak dipelihara (drainase 79,32 meter 78%
lingkungan kotor dan berbau)
Panjang saluran drainase dengan
66,1 meter 65%
kualitas konstruksi buruk
Luas area yang sistem
pengolahan air limbahnya tidak
7,38 Ha 7%
sesuai dengan standar teknis yang
Pengelolaan
berlaku
Air Limbah
Luas area yang prasarana dan
sarana pengolahan air limbahnya 11,09 Ha 11%
tidak memenuhi persyaratan teknis
Luas area yg tidak memiliki
52,35 Ha 51%
sarpras persampahan sesuai

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-47


Informasi Lokasi Kondisi
Nama
Luas Aspek Parameter Data
Kws Koordinat RT/RW Kel. Kec. Jml Sat %
(Ha)
syarat teknis dengan pendekatan
3R (Reuse, Reduce, Recyclcle )
Luas area dengan sistem
pengolahan sampah yang tidak
standar (pewadahan, 52,35 Ha 51%
Pengelolaan
pengumpulan, pengangkutan dan
Persampaha
pengolahan)
n
Luas area yang sarana dan
prasarana pengolahan sampahnya
tidak terpelihara baik melalui 81,35 Ha 80%
pemeliharaan rutin maupun
berkala
Luas area yang tidak memiliki
101,6
sistem pengamanan secara aktif Ha 100%
9
Proteksi dan pasif
Kebakaran Luas area yang tidak memiliki
101,6
pasokan air untuk kebutuhan Ha 100%
9
proteksi kebakaran
Karang
Ambun

Samba
liung

Dst.

3-48 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Mapping Pendataan Baseline Numerik

Contoh mapping Perencanaan Kawasan Pintu Batu (Kel. Pintu Batu RT 02, 03, 04 dan Kel. Kebun
Geran (RT 03, 04), Kota Bengkulu

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-49


3-50 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-51
3-52 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
C.2 KOORDINASI DAN Merupakan kegiatan diskusi dalam rangka mengkonsolidasikan
SINKRONISASI DATA hasil identifikasi terhadap data profil permukiman kumuh yang
KUMUH telah diperoleh dari hasil survei sekunder maupun primer serta
hasil pengolahan data permukiman yang diperoleh dari data
baseline maupun data statistik lainnya yang menjadi rujukan
data permukiman kumuh.

B.5
SURVEI DAN
PENGOLAHAN
DATA
PERMUKIMAN
KUMUH

B.6
VERIFIKASI LOKASI DAN
PEMUTAKHIRAN PROFIL
PERMUKIMAN KUMUH

C.2
KOORDINASI &
SINKRONISASI DATA
KUMUH
(data primer & sekunder)

TUJUAN • Untuk mengkonsolidasikan hasil identifikasi terhadap data profil


permukiman kumuh yang telah diperoleh dari hasil survei sekunder
maupun primer serta hasil pengolahan data permukiman yang diperoleh
dari data baseline maupun data statistik lainnya yang menjadi rujukan data
permukiman kumuh.
METODE • Diskusi
LANGKAH • Mengidentifikasi unsur-unsur terkait dalam proses identifikasi permukiman
kumuh di Kabupaten/Kota, baik di tingkat Pemerintah Kota, Korkot/Askot
KOTAKU, Masyarakat/BKM, akademisi.
• Melakukan koordinasi dan sinkronisasi data permukiman kumuh, baik itu
data hasil olahan maupun data hasil survei
• Melakukan penajaman data dengan melakukan pengamatan di lokasi
untuk mendapatkan sinkronisasi dengan skala kawasan dan kota antara
TAP dan pokjanis/pokja PKP Kabupaten/Kota
OUTPUT • Hasil sinkronisasi data permukiman kumuh
• Pemetaan hasil penajaman pengamatan lokasi
• Basis data permukiman kumuh sebagai dasar verifikasi lokasi
permukiman kumuh
DURASI 1 minggu terhitung dari minggu pertama bulan kedua

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-53


B.6 VERIFIKASI DAN Merupakan bagian dari proses pemutakhiran profil permukiman
JUSTIFIKASI LOKASI kumuh untuk memperoleh data dan informasi permukiman
DAN PEMUTAKHIRAN kumuh terkini secara detail, akurat, dan terukur sebagai dasar
PROFIL PERMUKIMAN perumusan konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan
KUMUH kualitas permukiman kumuh perkotaan yang sesuai dengan
kebutuhan penanganan.

B.5
SURVEI DAN
PENGOLAHAN
DATA
PERMUKIMAN
KUMUH

B.6
VERIFIKASI LOKASI
DAN JUSTIFIKASI
PEMUTAKHIRAN
PROFIL PERMUKIMAN
KUMUH

B.7
PENILAIAN LOKASI
BERDASARKAN KRITERIA,
INDIKATOR DAN
PARAMETER
KEKUMUHAN

C.2
KOORDINASI &
SINKRONISASI DATA
KUMUH
(data primer & sekunder)

TUJUAN • Untuk memutakhirkan daftar dan profil permukiman kumuh


berdasarkan hasil survei dan pengolahan data permukiman
kumuh.
• Untuk memperoleh data dan informasi permukiman kumuh terkini
secara detail, akurat, dan terukur sebagai dasar perumusan
konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh perkotaan yang sesuai dengan kebutuhan
penanganan.
• Survei - observasi lapangan
METODA
• Cek silang dengan hasil identifikasi awal
• FGD
• Verifikasi data terhadap profil yang telah ada
LANGKAH
• Pemutakhiran SK berdasarkan hasil penilaian yang telah
dilakukan
• Penyusunan dan pendetailan profil permukiman kumuh
• Verifikasi peta permukiman kumuh dengan melakukan
pembuatan peta mutakhir profil permukiman kumuh :

3-54 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


- Peta sebaran lokasi permukiman kumuh kota/perkotaan
(skala 1: 25.000).
- Peta profil (skala 1:5000) yang menggambarkan kondisi
eksisting permukiman kumuh berserta sarana dan
prasarananya
• Melakukan dokumentasi visual (foto, video drone) untuk seluruh
permukiman kumuh perkotaan
• Data hasil pemutakhiran SK
OUTPUT
• Daftar permukiman kumuh yang telah terverifikasi
• Data-data terverifikasi lokasi permukiman kumuh antara lain:
- Lokasi
- Delineasi
- Luasan
- Layanan Hunian dan Infrastruktur (by name by address)
• Pemutakhiran profil detail permukiman kumuh yang mencakup
data fisik yang terkait dengan 7 indikator kumuh dan data non
fisik lingkungan permukiman (by name by address).
• Peta sebaran permukiman kumuh hasil verifikasi pada skala 1 :
25.000 – 1 : 10.000
• Peta delineasi permukiman kumuh hasil verifikasi pada skala 1 :
5.000 dalam bentuk peta citra dan peta garis
• Melakukan dokumentasi visual (foto, video drone) untuk seluruh
permukiman kumuh perkotaan
• Berita Acara Verifikasi Lokasi

DURASI 2 minggu terhitung dari minggu kedua bulan kedua

Pemutakhiran profil kumuh kota/perkotaan dilakukan untuk menyusun profil permukiman kumuh
pada kawasan perkotaan dalam bentuk :
• Pemutakhiran hasil verifikasi kebutuhan data dan peta yang perlu dilengkapi dalam penyusunan
Profil Permukiman Kumuh.
• Pemutakhiran data dan peta hasil kegiatan survei terhadap SK Penetapan lokasi permukiman
kumuh (contoh : adanya perubahan luasan, perubahan unit lingkungan RT, ataupun redelineasi
kawasan).
• Kelengkapan peta yang dibutuhkan dalam penyusunan peta profil sebagai berikut :

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-55


NO NAMA KEBUTUHAN PETA SKALA
1 Peta orientasi wilayah administratif kota atau perkotaan 1 : 25.000
pada wilayah Kabupaten
2 Peta rencana tata guna lahan kota/perkotaan 1 : 25.000
3 Peta arah pengembangan wilayah kota/perkotaan 1 : 25.000
4 Peta infrastruktur eksisting pada wilayah kota/perkotaan 1 : 25.000
5 Peta sebaran lokasi permukiman kumuh kota/perkotaan 1 : 25.000
6 Peta delineasi permukiman kumuh kota/perkotaan 1 : 5.000
7 Peta status legalitas lahan pada kawasan perkotaan 1 : 5.000

Catatan :
Beberapa kemungkinan hasil verifikasi lokasi diantaranya (1) luas permukiman kumuh
bertambah/berkurang; (2) letak administrasi/lokasi RT/RW dan batas-batas kawasan (delineasi
kawasan) berubah.
Apabila dari hasil verifikasi ada ketidaksesuaian dengan SK penetapan lokasi permukiman kumuh
yang telah terbit, maka perlu disepakati ditingkat Kabupaten/Kota, data permukiman yang
disepakati untuk didayagunakan. Dari hasil kesepakatan ini, Pemerintah Kabupaten/Kota wajib
menerbitkan SK revisi penetapan lokasi permukiman kumuh yang dilengkapi dengan profil
permukiman kumuh.
Adapun penambahan/pengurangan luasan permukiman kumuh hasil verifikasi ini selanjutnya akan
dijadikan dasar bagi target penanganan jangka menengah berikutnya.

Tahap verifikasi permukiman kumuh pada prinsipnya merupakan proses konfirmasi terhadap data
yang diperoleh dari hasil komparasi data hasil survei dan pengolahan data permukiman kumuh
dengan data/profil permukiman kumuh berdasarkan SK penetapan lokasi permukiman kumuh,
sehingga dapat dipastikan akurasi informasi yang dicantumkan ataupun melengkapi data dan
informasi lain yang belum ada tetapi diperlukan terkait pemutakhiran dan pendetailan profil
permukiman kumuh. Secara skematis, kedudukan verifikasi permukiman kumuh, bisa dilihat pada
gambar berikut.

3-56 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


SURVEY & PENGOLAHAN DATA PERMUKIMAN KUMUH
DATA BASIS
PENILAIAN
PERMUKIMAN
TERHADAP 7 ASPEK
BERDASARKAN
DAN KRITERIA
HASIL SURVEY DAN
KEKUMUHAN
DATA BASELINE

DAFTAR PERMUKIMAN DAFTAR


KUMUH HASIL
PERMUKIMAN
SURVEY DAN
PENGOLAHAN DATA COMPARE KUMUH DI
KUMUH BERDASARKAN SK

KESESUAIAN SK DENGAN PROFIL


KUMUH HASIL SURVEY DAN
PENGOLAHAN DATA KUMUH

VERIFIKASI PERMUKIMAN KUMUH

PEMUTAKHIRAN SK

VERIFIKASI PROFIL PEMBENTUKAN


DAN PETA KAWASAN

PENDETAILAN PROFIL
PERMUKIMAN
KUMUH

Gambar 3.14 Kedudukan Verifikasi Lokasi Permukiman Kumuh

Catatan:

Dalam proses verifikasi lokasi, tidak menutup kemungkinan ada proses pembentukan
kawasan (penggabungan spot-spot permukiman kumuh kedalam satu hamparan delineasi
kawasan/clustering), dengan dasar pertimbangan sebagai berikut:
1. Kesamaan karakteristik/ tipologi kumuh
2. Lokasi dengan jarak yang berdekatan
3. Pembentuk sistem/jaringan infrastruktur yang tidak dapat ditangani dalam bentuk spot-
spot kumuh
4. Pertimbangan keterpaduan penanganan kawasan dan kemudahan penanganan
kawasan

Proses penggabungan kawasan, bisa dilihat pada contoh ilustrasi peta di halaman
berikutnya.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-57


3-58 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
Tabel 3.9 Form Verifikasi Permukiman Kumuh Perkotaan

Verifikasi dan Identifikasi Permukiman Kumuh Perkotaan


Hasil Penyusunan RP2KPKP Tahun ……..
Kabupaten/Kota :
Provinsi :
Lokasi Kumuh Berdasarkan SK Kumuh Bupati/Walikota
a. Jumlah Lokasi :
b. Luasan Kumuh (ha) :

Lokasi Kumuh Berdasarkan Hasil Verifikasi Tahun ……..


a. Jumlah Lokasi :
b. Luasan Kumuh (ha) :

Tabel Lokasi Kumuh Hasil Verifikasi


Lokasi Kumuh Berdasarkan Lokasi Kumuh Berdasarkan Berita Acara Hasil Kawasan Peta 1 : 5000 Profil
Kategori Kumuh
SK Walikota/Bupati Verifikasi RP2KPKP Verifikasi Prioritas (shp) Permukiman
No. Keterangan
Luasan Luasan
Lokasi* Lokasi* Ada Tidak Ringan Sedang Berat Ya Tidak Ada Tidak Sudah Belum
(Ha) (Ha)
1
2
3
4
5
dst.

TOTAL

*) Keterangan lokasi mohon dijelaskan hingga RT dan RW

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-59


3-60 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-61
3-62 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-63
3-64 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
Gambar 3.15 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Address Untuk Indikator Bangunan
Gedung/Hunian

Gambar 3.16 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Address Untuk Indikator Jalan
Lingkungan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-65


Gambar 3.17 Contoh Peta Verifikasi Permukiman Kumuh By Name By Adress Untuk Indikator Drainase
Lingkungan

3-66 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


B.7 PENILAIAN LOKASI Merupakan tahapan untuk menilai lokasi permukiman kumuh
BERDASARKAN berdasarkan kriteria, indikator dan parameter kekumuhan yang
KRITERIA, INDIKATOR telah ditetapkan di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
DAN PARAMETER dan Perumahan Rakyat Nomor 2 tahun 2016 tentang
KEKUMUHAN Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan
Kumuh dan Permukiman Kumuh.

B.5
SURVEI DAN
PENGOLAHAN
DATA
PERMUKIMAN
KUMUH

B.6
VERIFIKASI LOKASI
DAN PEMUTAKHIRAN
PROFIL PERMUKIMAN
KUMUH

B.7
PENILAIAN LOKASI
BERDASARKAN
Kriteria, Indikator dan
Parameter
Kekumuhan

TUJUAN Untuk mendapatkan klasifikasi tingkat kekumuhan dan daftar


urutan (rangking) permukiman kumuh berdasarkan hasil penilaian
terhadap kompleksitas permasalahan sebagai landasan
penetapan strategi dan pola penanganan.
METODE Observasi lapangan, analisis kondisi kawasan, analisis peta
spasial, pemetaan masalah, diskusi melalui Focus Group
Discussion (FGD)
LANGKAH • Menentukan daftar urutan (ranking) permukiman kumuh
berdasarkan kompleksitas permasalahan
• Skoring permukiman kumuh sesuai dengan kriteria dan
indikator yang telah ditetapkan didalam Permen PUPR
No.2/PRT/M/2016 tentang Pencegahan dan Peningkatan
Kualitas Perumahan dan Kawasan Permukiman.
• Melakukan diskusi FGD untuk menyepakati kolaborasi pola
penanganan dan kontribusi program penanganan
permukiman kumuh (RP2KPKP/KOTAKU/NUSP) ataupun
penanganan yang dapat ditindaklanjuti melalui program-
program regular di tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota dalam
rangka peningkatan Standar Pelayanan Minimal (SPM).
• Pemetaan sebaran lokasi permukiman kumuh dan
kategorinya.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-67


OUTPUT • Daftar kawasan permukiman kumuh prioritas.
• Peta kawasan permukiman kumuh prioritas
• Profil detail permukiman kumuh prioritas
DURASI 2 minggu terhitung dari minggu kedua bulan kedua

Tahap ini akan menjadi saringan awal penilaian lokasi permukiman kumuh berdasarkan
kompleksitas permasalahan yang ada di lokasi permukiman kumuh yang telah teridentifikasi pada
tahap sebelumnya.
Penilaian lokasi dilakukan untuk menilai hasil identifikasi lokasi terhadap aspek:
1. Kondisi Kekumuhan
Penilaian lokasi berdasarkan aspek permasalahan kekumuhan terdiri atas klasifikasi:
a. Kumuh kategori ringan;
b. Kumuh kategori sedang; dan
c. Kumuh kategori berat.
2. Legalitas Lahan
Penilaian lokasi berdasarkan aspek legalitas lahan terdiri atas klasifikasi:
a. Status lahan legal; dan
b. Status lahan tidak legal.
3. Pertimbangan Lain
Penilaian berdasarkan aspek pertimbangan lain terdiri atas:
a. Pertimbangan lain kategori rendah;
b. Pertimbangan lain kategori sedang; dan
c. Pertimbangan lain kategori tinggi.

Hasil identifikasi terhadap kompleksitas permasalahan pada tahap ini akan menjadi rujukan dalam
menetapkan kolaborasi pola penanganan dan kontribusi program penanganan permukiman
kumuh melalui kolaborasi multisektor dan multiaktor diseluruh tahapan pembangunan yang
kemudian akan menghasilkan rekomendasi pembagian pola penanganan permukiman kumuh,
baik itu pola penanganan melalui RP2KPKP, KOTAKU, NUSP, ataupun penanganan melalui
program-program regular di tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota dalam upaya pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan.

3-68 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Tabel 3.10 Tabel Kriteria dan Indikator Penentuan Urutan Kawasan Prioritas
No. ASPEK KRITERIA INDIKATOR PARAMETER NILAI SUMBER
DATA
A. Identifikasi Kondisi Kekumuhan
1. KONDISI Ketidakteraturan • Tidak memenuhi 76% - 100% bangunan 5
BANGUNAN Bangunan ketentuan tata pada lokasi tidak
GEDUNG bangunan dalam memiliki keteraturan
RDTR, meliputi 51% - 75% bangunan 3
pengaturan pada lokasi tidak
bentuk, besaran, memiliki keteraturan
perletakan, dan 25% - 50% bangunan 1
tampilan pada lokasi tidak
bangunan pada memiliki keteraturan
suatu zona;
dan/atau Dokumen
• Tidak memenuhi RDTR &
ketentuan tata RTBL,
bangunan dan tata Format
kualitas Isian,
lingkungan dalam Observasi
RTBL, meliputi
pengaturan blok
lingkungan,
kavling, bangunan,
ketinggian dan
elevasi lantai,
konsep identitas
lingkungan,
konsep orientasi
lingkungan, dan
wajah jalan.
Tingkat • KDB melebihi 76% - 100% bangunan 5
Kepadatan ketentuan RDTR, memiliki lepadatan tidak
Bangunan dan/atau RTBL; sesuai ketentuan
• KLB melebihi 51% - 75% bangunan 3
ketentuan dalam memiliki lepadatan tidak
RDTR, dan/atau sesuai ketentuan
RTBL; dan/atau 25% - 50% bangunan 1 Dokumen
• Kepadatan memiliki lepadatan tidak RDTR &
bangunan yang sesuai ketentuan RTBL,
tinggi pada lokasi, Dokumen
yaitu: IMB, Format
- untuk kota Isian, Peta
metropolitan Lokasi
dan kota
besar>250
unit/Ha
- untuk kota
sedang dan
kota kecil >200
unit/Ha
Ketidaksesuaian Kondisi bangunan 76% - 100% bangunan 5
Wawan-
dengan pada lokasi tidak pada lokasi tidak
cara,
Persyaratan memenuhi memenuhi persyaratan
Format
Teknis Bangunan persyaratan: teknis
Isian,
• pengendalian 51% - 75% bangunan 3
Dokumen
dampak pada lokasi tidak

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-69


No. ASPEK KRITERIA INDIKATOR PARAMETER NILAI SUMBER
DATA
lingkungan memenuhi persyaratan IMB,
• pembangunan teknis Observasi
bangunan gedung 25% - 50% bangunan 1
di atas dan/atau di pada lokasi tidak
bawah tanah, air memenuhi persyaratan
dan/atau teknis
prasarana/saran
umum
• keselamatan
bangunan gedung
• kesehatan
bangunan gedung
• kenyamanan
bangunan gedung
• kemudahan
bangunan gedung
2. KONDISI JALAN Cakupan Sebagian lokasi 76% - 100% area tidak 5
LINGKUNGAN Pelayanan Jalan perumahan atau terlayani oleh jaringan
Wawancara,
Lingkungan permukiman tidak jalan lingkungan
Format
terlayani dengan 51% - 75% area tidak 3
Isian, Peta
jalan lingkungan terlayani oleh jaringan
Lokasi,
yang jalan lingkungan
Observasi
sesuai dengan 25% - 50% area tidak 1
ketentuan teknis terlayani oleh jaringan
jalan lingkungan
Kualitas Sebagian atau 76% - 100% area 5
Permukaan Jalan seluruh jalan memiliki kualitas
Lingkungan lingkungan terjadi permukaan jalan yang Wawancara,
kerusakan buruk Format
permukaan jalan 51% - 75% area memiliki 3 Isian, Peta
pada lokasi kualitas permukaan Lokasi,
perumahan atau jalan yang buruk Observasi
permukiman 25% - 50% area memiliki 1
kualitas permukaan
jalan yang buruk
3. KONDISI Ketidaktersediaan Masyarakat pada 76% - 100% populasi 5
PENYEDIAAN Akses Aman Air lokasi perumahan tidak dapat mengakses
AIR MINUM Minum dan air minum yang aman
permukiman tidak 51% - 75% populasi 3 Wawancara,
dapat mengakses air tidak dapat mengakses Format
minum yang memiliki air minum yang aman Isian,
kualitas tidak 25% - 50% populasi 1 Observasi
berwarna, tidak tidak dapat mengakses
berbau, dan tidak air minum yang aman
berasa
Ketidakterhubung- Kebutuhan air minum 76% - 100% populasi 5
an dengan Sistem masyarakat pada tidak terpenuhi
Drainase lokasi kebutuhan air
Perkotaan perumahan atau minum minimalnya
Wawancara,
permukiman tidak 51% - 75% populasi 3
Format
mencapai minimal tidak terpenuhi
Isian,
sebanyak 60 kebutuhan air minum
Observasi
liter/orang/hari minimalnya
25% - 50% populasi 1
tidak terpenuhi
kebutuhan air minum

3-70 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


No. ASPEK KRITERIA INDIKATOR PARAMETER NILAI SUMBER
DATA
minimalnya
4. KONDISI Ketidakmampuan Jaringan drainase 76% - 100% area terjadi 5
DRAINASE mengalirkan lingkungan tidak genangan> 30cm, > 2
LINGKUNGAN Limpasan Air mampu jam
mengalirkan dan > 2 x setahun
limpasan air 51% - 75% area terjadi 3
Wawancara,
sehingga genangan >30cm, > 2
Format
menimbulkan jam dan > 2 x setahun
Isian,
genangan dengan 25% - 50% area terjadi 1 Observasi
tinggi lebih dari 30 genangan >30cm, > 2
cm selama lebih dari jam dan > 2 x setahun
2 jam dan terjadi
lebih dari 2 kali
setahun
Ketidaktersediaan Tidak tersedianya 76% - 100% area tidak 5
Drainase saluran drainase tersedia drainase
lingkungan pada lingkungan
Wawancara,
lingkungan 51% - 75% area tidak 3
Format
perumahan atau tersedia drainase
Isian, Peta
permukiman, yaitu lingkungan
RIS,
saluran tersier 25% - 50% area tidak 1
Observasi
dan/atau saluran tersedia drainase
lokal lingkungan
Ketidakterhubung- Saluran drainase 76% - 100% drainase 5
an dengan Sistem lingkungan tidak lingkungan tidak
Drainase terhubung dengan terhubung dengan
Perkotaan saluran pada hirarki di atasnya
Wawancara,
hirarki di atasnya 51% - 75% drainase 3
Format
sehingga lingkungan tidak
Isian, Peta
menyebabkan air terhubung dengan
RIS,
tidak dapat hirarki di atasnya
Observasi
mengalir dan 25% - 50% drainase 1
menimbulkan lingkungan tidak
genangan terhubung dengan
hirarki di atasnya
Tidak Tidak 76% - 100% area 5
Terpeliharanya dilaksanakannya memiliki drainase
Drainase pemeliharaan lingkungan yang
saluran kotor dan berbau
Wawancara,
drainase lingkungan 51% - 75% area memiliki 3
Format
pada lokasi drainase lingkungan
Isian, Peta
perumahan atau yang kotor dan berbau
RIS,
permukiman,baik: 25% - 50% area memiliki 1 Observasi
1. pemeliharaan drainase lingkungan
rutin; dan/atau yang kotor dan berbau
2. pemeliharaan
berkala
Kualitas Kualitas konstruksi 76% - 100% area 5
Konstruksi drainase buruk, memiliki kualitas
Drainase karena kontrsuksi drainase Wawancara,
berupa galian tanah lingkungan buruk Format
tanpa material 51% - 75% area memiliki 3 Isian, Peta
pelapis atau penutup kualitas kontrsuksi RIS,
maupun karena telah drainase lingkungan Observasi
terjadi kerusakan buruk
25% - 50% area memiliki 1

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-71


No. ASPEK KRITERIA INDIKATOR PARAMETER NILAI SUMBER
DATA
kualitas kontrsuksi
drainase lingkungan
buruk
5 KONDISI Sistem Pengelolaan air 76% - 100% area 5
PENGELOLAAN Pengelolaan Air limbah pada lokasi memiliki sistem air
AIR LIMBAH Limbah Tidak perumahan atau limbah yang tidak
Sesuai Standar permukiman tidak sesuai standar teknis
Teknis memiliki sistem yang 51% - 75% area memiliki 3 Wawancara,
memadai, yaitu sistem air limbah yang Format
kakus/kloset yang tidak sesuai standar Isian, Peta
tidak terhubung teknis RIS,
dengan tangki septik 25% - 50% area memiliki 1 Observasi
baik secara sistem air limbah yang
individual/ domestik, tidak sesuai standar
komunal maupun teknis
terpusat
Prasarana dan Kondisi prasarana 76% - 100% area 5
Sarana dan sarana memiliki sarpras air
Pengelolaan Air pengelolaan air limbah tidak sesuai
Limbah Tidak limbah pada lokasi persyaratan teknis
Sesuai dengan perumahan atau 51% - 75% area memiliki 3
Persyaratan permukiman sarpras air limbah tidak Wawancara,
Teknis dimana: sesuai persyaratan Format
• kloset leher angsa teknis Isian, Peta
tidak terhubung 25% - 50% area memiliki 1 RIS,
dengan tangki sarpras air limbah tidak Observasi
septik; sesuai persyaratan
• tidak tersedianya teknis
sistem pengolahan
limbah setempat
atau terpusat
6. KONDISI Prasarana dan Prasarana dan 76% - 100% area 5
PENGELOLA-AN Sarana sarana memiliki sarpras
PERSAMPAHAN Persampahan persampahan pada pengelolaan
Tidak Sesuai lokasi perumahan persampahan yang
dengan atau permukiman tidak memenuhi
Persyaratan tidak sesuai dengan persyaratan teknis
Teknis persyaratan teknis, 51% - 75% area memiliki 3
yaitu: sarpras pengelolaan
• tempat sampah persampahan yang
dengan pemilahan tidak memenuhi
sampah pada persyaratan teknis Wawancara,
skala domestik 25% - 50% area memiliki 1 Format
atau rumah sarpras pengelolaan Isian, Peta
tangga; persampahan yang RIS,
• tempat tidak memenuhi Observasi
pengumpul-an persyaratan teknis
sampah (TPS)
atau TPS 3R
(reduce, reuse,
recycle) pada
skala lingkungan;
• gerobak sampah
dan/atau truk
sampah pada
skala lingkungan;

3-72 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


No. ASPEK KRITERIA INDIKATOR PARAMETER NILAI SUMBER
DATA
dan
• tempat
pengolahan
sampah terpadu
(TPST) pada skala
lingkungan.
Sistem Pengelolaan 76% - 100% area 5
Pengelolaan persampahan pada memiliki sistem
Persampahan lingkungan persampahan tidak
yang Tidak Sesuai perumahan atau sesuai standar
Standar Teknis permukiman tidak 51% - 75% area memiliki 3
memenuhi sistem persampahan
Wawan-
persyaratan sebagai tidak sesuai standar
cara,
berikut: 25% - 50% area memiliki 1 Format
1. pewadahan sistem persampahan Isian, Peta
dan pemilahan tidak sesuai standar RIS,
domestik;
Observasi
2. pengumpulan
lingkungan;
3. pengangkutan
lingkungan;
4. pengolahan
lingkungan
Tidak Tidak dilakukannya 76% - 100% area 5
terpeliharanya pemeliharaan sarana memiliki sarpras
Sarana dan dan persampahan yang
Prasarana prasarana tidak terpelihara
Pengelolaan pengelolaan 51% - 75% area memiliki 3 Wawancara,
Persampahan persampahan pada sarpras persampahan Format
lokasi perumahan yang tidak terpelihara Isian, Peta
atau permukiman, 25% - 50% area memiliki 1 RIS,
baik: sarpras persampahan Observasi
1. pemeliharaan yang tidak terpelihara
rutin; dan/atau
2. pemeliharaan
berkala
7. KONDISI KONDISI Tidak tersedianya 76% - 100% area tidak 5
PROTEKSI PROTEKSI prasarana proteksi memiliki prasarana
KEBAKARAN KEBAKARAN kebakaran proteksi kebakaran
pada lokasi, yaitu: 51% - 75% area tidak 3
• pasokan air; memiliki prasarana
• jalan proteksi kebakaran Wawancara,
lingkungan; 25% - 50% area tidak 1 Format
• sarana memiliki prasarana Isian, Peta
komunikasi; proteksi kebakaran RIS,
• data sistem Observasi
proteksi
kebakaran
lingkungan;dan
• bangunan pos
kebakaran
Ketidaktersediaan Tidak tersedianya 76% - 100% area tidak 5 Wawancara,
Sarana Proteksi sarana proteksi memiliki sarana proteksi Format
Kebakaran kebakaran pada kebakaran Isian, Peta
lokasi, yaitu: 51% - 75% area tidak 3 RIS,
1. Alat Pemadam memiliki sarana proteksi Observasi

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-73


No. ASPEK KRITERIA INDIKATOR PARAMETER NILAI SUMBER
DATA
Api Ringan kebakaran
(APAR); 25% - 50% area tidak 1
2. Mobil pompa; memiliki sarana proteksi
3. Mobil tangga kebakaran
sesuai kebutuhan;
dan
4. Peralatan
pendukung lainnya
B. IDENTIFIKASI LEGALITAS LAHAN
1. LEGALITAS Kejelasan Status Kejelasan terhadap Keseluruhan lokasi
LAHAN Penguasaan status penguasaan memiliki kejelasan
Lahan lahan berupa: status penguasaan (+) Wawan-
• kepemilikan lahan, baik milik sendiri cara,
sendiri, dengan atau milik pihak lain Format
bukti dokumen Sebagian atau (-) Isian,
sertifikat hak atas keseluruhan lokasi tidak Dokumen
tanah atau bentuk memiliki kejelasan Pertanahan,
dokumen status penguasaan Observasi
keterangan status lahan, baik milik sendiri
tanah lainnya yang atau milik pihak lain
sah; atau Keseluruhan lokasi (+)
• kepemilikan pihak berada pada zona
lain (termasuk peruntukan
milik adat/ulayat), perumahan/permukiman
dengan bukti izin sesuai RTR
pemanfaatan Sebagian atau (-) Wawancara,
tanah dari keseluruhan Format
pemegang hak lokasiberada bukan Isian,
atas tanah atau pada zona peruntukan RTRW,
pemilik tanah perumahan/permukiman RDTR,
dalam bentuk sesuai RTR Observasi
perjanjian tertulis
antara pemegang
hak atas tanah
atau pemilik tanah
C. IDENTIFIKASI PERTIMBANGAN LAIN
1. PERTIMBANGAN Nilai Strategis Pertimbangan letak Lokasi terletak pada 5
LAIN Lokasi lokasi perumahan fungsi strategis
Wawan-
atau permukiman kabupaten/kota
cara,
pada: Lokasi tidak terletak 1
Format
1. fungsi strategis pada fungsi strategis
Isian,
kabupaten/kota; Kabupaten/ kota
RTRW,
atau
RDTR,
2. bukan fungsi
Observasi
strategis
kabupaten/kota
Kependudukan Pertimbangan Untuk Metropolitan & 5
kepadatan Kota Besar
penduduk pada Kepadatan Penduduk
Wawancara,
lokasi perumahan pada
Format
atau permukiman Lokasi sebesar >400
Isian,
dengan klasifikasi: Jiwa/Ha
Statistik,
• rendah yaitu Untuk Kota Sedang &
Observasi
kepadatan Kota Kecil
penduduk di Kepadatan Penduduk
pada

3-74 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


No. ASPEK KRITERIA INDIKATOR PARAMETER NILAI SUMBER
DATA
bawah 150 Lokasi sebesar >200
jiwa/ha; Jiwa/Ha
• sedang yaitu Kepadatan Penduduk 3
kepadatan pada lokasi sebesar 151
penduduk antara – 200 Jiwa/Ha
151– 200 jiwa/ha; Kepadatan penduduk 1
• tinggi yaitu pada
kepadatan lokasi sebesar <150
penduduk antara Jiwa/Ha
201–400 jiwa/ha;
• sangat padat yaitu
kepadatan
penduduk di atas
400 jiwa/ha;
Kondisi Sosial, Pertimbangan • Lokasi memiliki 5
Ekonomi, dan potensi yang potensi sosial,
Budaya dimiliki lokasi ekonomi dan budaya
perumahan atau untuk dikembangkan
permukiman berupa: atau dipelihara
• potensi sosial yaitu • Lokasi tidak memiliki 1
tingkat partisipasi potensi sosial,
masyarakat dalam ekonomi dan budaya
men-dukung • tinggi untuk
pembangunan; dikembangkan atau
• potensi ekonomi dipelihara Wawancara,
yaitu adanya Format
kegiatan ekonomi Isian,
tertentu yang Observasi
bersifat strategis
bagi masyarakat
setempat;
• potensi budaya
yaitu adanya
kegiatan atau
warisan budaya
tertentu yang
dimiliki masyarakat
setempat

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Nomor 2 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Peningkatan
Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan berdasarkan formula penilaian tersebut di atas,
selanjutnya lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dapat dikelompokkan dalam
berbagai klasifikasi sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-75


Tabel 3.11 Hasil Penilaian Penentuan Klasifikasi dan Skala Prioritas Penanganan
BERBAGAI KEMUNGKINAN KLASIFIKASI
NILAI KETERANGAN
A1 A2 A3 A4 A5 A6 B1 B2 B3 B4 B5 B6 C1 C2 C3 C4 C5 C6
Kondisi Kekumuhan
71 – 95 Kumuh Berat X X X X X X
45 – 70 Kumuh Sedang X X X X X X
19 – 44 Kumuh Ringan X X X X X X
Legalitas Lahan
Status Lahan
(+) X X X X X X X X X
Legal
Status Lahan
(-) X X X X X X X X X
Tidak Legal
Pertimbangan Lain
Pertimbangan
7–9 X X X X X X
Lain Tinggi
Pertimbangan
4–6 X X X X X X
Lain Sedang
Pertimbangan
1–3 X X X X X X
Lain Rendah
SKALA PRIORITAS
1 1 4 4 7 7 2 2 5 5 8 8 3 3 6 6 9 9
PENANGANAN
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Nomor 2 Tahun 2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa :


1. Berdasarkan kondisi kekumuhan, suatu lokasi merupakan:
a. kumuh berat bila memiliki nilai 71-95;
b. kumuh sedang bila memiliki nilai 71-95;
c. kumuh berat bila memiliki nilai 71-95;
2. Berdasarkan pertimbangan lain, suatu lokasi memiliki:
a. pertimbangan lain tinggi bila memiliki nilai 7-9;
b. pertimbangan lain sedang bila memiliki nilai 4-6;
c. pertimbangan lain rendah bila memiliki nilai 1-3;
3. Berdasarkan kondisi kekumuhan, suatu lokasi memiliki:
a. status lahan legal bila memiliki nilai positif (+);
b. status lahan tidak legal bila memiliki nilai negatf (-).
Berdasarkan penilaian tersebut, maka dapat terdapat 18 kemungkinan klasifikasi perumahan
kumuh dan permukiman kumuh, yaitu sebagai berikut :
1. A1 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status lahan legal;
2. A2 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status lahan tidak
legal;
3. A3 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain sedang, dan status lahan legal;
4. A4 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain sedang, dan status lahan tidak
legal;
5. A5 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain rendah, dan status lahan legal;
6. A6 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain rendah, dan status lahan tidak
legal;

3-76 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


7. B1 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status lahan legal;
8. B2 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status lahan tidak
legal;
9. B3 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain sedang, dan status lahan
legal;
10. B4 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain sedang, dan status lahan
tidak legal;
11. B5 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain rendah, dan status lahan
legal;
12. B6 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain rendah, dan status lahan tidak
legal;
13. C1 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status lahan legal;
14. C2 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status lahan tidak
legal;
15. C3 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain sedang, dan status lahan
legal;
16. C4 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain sedang, dan status lahan tidak
legal;
17. C5 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain rendah, dan status lahan legal;
18. C6 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain rendah, dan status lahan tidak
legal.
Berdasarkan berbagai klasifikasi tersebut, maka dapat ditentukan skala prioritas penanganan,
sebagai berikut:
• Prioritas 1 yaitu untuk klasifikasi A1 dan A2;
• Prioritas 2 yaitu untuk klasifikasi B1 dan B2;
• Prioritas 3 yaitu untuk klasifikasi C1 dan C2;
• Prioritas 4 yaitu untuk klasifikasi A3 dan A4;
• Prioritas 5 yaitu untuk klasifikasi B3 dan B4;
• Prioritas 6 yaitu untuk klasifikasi C3 dan C4;
• Prioritas 7 yaitu untuk klasifikasi A5 dan A6;
• Prioritas 8 yaitu untuk klasifikasi B5 dan B6;
• Prioritas 9 yaitu untuk klasifikasi C5 dan C6.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-77


Tabel 3.12 Contoh Tabel Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator Dan Parameter Kekumuhan
L okasi P erm uki m an Kum uh

Bontang Kuala

Gunung Elai 1
Berbas Pantai

Pulau Gusung

Bontang Baru
Teluk Kadere
Tanjung Laut

Nyerakat Kiri
Belimbing

Selangan
Loktuan

Pagung

Tengah
Berbas
Indah

Pulau
NO AS P E K KRITE RIA INDIKATO R DAN P ARAM E TE R NIL AI

Dst.
A. Id ent i fi kasi Kond i si Kekum uhan (Fi si k)
76% - 100% Bangunan Tidak Memiliki
5 5 5 5 5 5 5 5 5
Keteraturan
(a) Ketidak-teraturan 51% - 75% Bangunan Tidak Memiliki
3 3 3 3 3
Bangunan Keteraturan
25% - 50% Bangunan Tidak Memiliki
1 1
Keteraturan
76% - 100% Bangunan Memiliki
5 5 5
Kepadatan Tidak Sesuai Ketentuan
Kondisi Bangunan (b) Tingkat Kepadatan 51% - 75% Bangunan Memiliki
1 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Gedung Bangunan Kepadatan Tidak Sesuai Ketentuan
25% - 50% Bangunan Memiliki
1 1 1 1
Kepadatan Tidak Sesuai Ketentuan
76% - 100% Bangunan Tidak Memenuhi
5 5 5 5 5 5 5 5
Persyaratan Teknis
(c) Ketidaksesuaian dengan Bangunan Tidak Memenuhi Persyaratan
3 3 3 3 3
Persyaratan Teknis Bangunan Teknis
25% - 50% Bangunan Tidak Memenuhi
1 1 1
Persyaratan Teknis
76%-100% area tidak terlayani oleh
5 5 5 5
jaringan jalan lingkungan
(a) Cakupan Pelayanan Jalan 51%-75% area tidak terlayani oleh
3 3 3 3 3 3 3
Lingkungan jaringan jalan lingkungan
25%-50% area tidak terlayani oleh
1 1 1 1 1
Kondisi Jalan jaringan jalan lingkungan
2
Lingkungan 76% - 100% area memiliki kualitas
5 5 5 5 5 5 5
permukaan jalan yang buruk
(b) Kualitas Permukaan Jalan 51%-75% area memiliki kualitas
3 3 3 3 3 3 3 3
Lingkungan permukaan jalan yang buruk
25%-50% area memiliki kualitas
1
permukaan jalan yang buruk
Kondisi Penyediaan Air
4
Minum
Kondisi Drainase
4
Lingkungan
Kondisi Pengelolaan Air
5
Limbah
Kondisi Pengelolaan
6
Persampahan
Kondisi Proteksi
7
Kebakaran
S UBTO TAL 17 21 25 25 23 11 19 17 13 15 13 13 15
B. Id ent i fi kasi P ert i m b ang an L ai n
Lokasi terletak pada fungsi strategis
5 5 5 5 5 5 5
kabupaten/kota
(a) Nilai Strategis Lokasi
Lokasi tidak terletak pada fungsi strategis
1 1 1 1 1 1 1 1
kabupaten/kota
Kepadatan Penduduk pada Lokasi
5 5
sebesar >200 Jiwa/Ha
8 Pertimbangan Lain
Kepadatan Penduduk pada Lokasi
(b) Kependudukan 3 3 3 3 3 3 3 3 3
sebesar 151 - 200 Jiwa/Ha
Kepadatan Penduduk pada Lokasi
1 1 1 1 1
sebesar <150 Jiwa/Ha
(c) Kondisi Sosial, Ekonomi,
dan Budaya
S UBTO TAL 8 8 8 10 8 4 4 2 2 2 2 4 8
C. Id ent i fi kasi L eg al i t as L ahan
Keseluruhan lokasi memiliki kejelasan
status penguasaan lahan, baik milik (+) 1 1 1 1 1
sendiri atau milik pihak lain
(a) Kejelasan Status
Sebagian atau keseluruhan lokasi tidak
Penguasaan Lahan
9. Legalitas Lahan memiliki kejelasan status penguasaan
(-) -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1
lahan, baik milik sendiri atau milik pihak
lain
(b) Kesesuaian RTR

S UBTO TAL -1,00 -1,00 -1,00 -1,00 -1,00 1,00 -1,00 1,00 1,00 -1,00 -1,00 1,00 1,00

3-78 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Tabel 3.13 Contoh Tabel Rekapitulasi Hasil Penilaian, Penentuan Klasifikasi, Dan Skala Prioritas Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh

TI NGK AT K EK UM UHAN PER TI M B ANGAN LAI N LEGALI TAS LAHAN


J UM LAH NI LAI
J UM LAH NI LAI

RENDAH
SEDANG

SEDANG
PENI LAI AN

KUMUH

RINGAN
KUMUH

KUMUH

TINGGI
BERAT

LEGAL

LEGAL
TIDAK
ASPEK
NO K AWASAN K R I TER I A DAN K LASI F I K ASI SK ALA PR I OR I TAS
PER TI M B ANGAN
I NDI K ATOR
LAI N
K EK UM UHAN
( 71-95) ( 45-70) ( 19-44) ( 11-15) ( 6-10) ( 1-5) Nilai ( +) Nilai ( -)
1 Bontang Kuala 67 x 13 x x B2 Prioritas 2
2 Berbas Pantai 87 x 13 x x A2 Prioritas 1
3 Belimbing 79 x 9 x x A4 Prioritas 4
4 Gunung Elai 1 81 x 11 x x A2 Prioritas 1
5 Tanjung Laut Indah 89 x 13 x x A2 Prioritas 1
6 Nyerakat Kiri 51 x 5 x x B5 Prioritas 8
7 Pulau Gusung 59 x 5 x x B6 Prioritas 9
8 Loktuan 57 x 3 x x B5 Prioritas 8
9 Pagung 59 x 3 x x B5 Prioritas 8
10 Pulau Selangan 57 x 3 x x B6 Prioritas 8
11 Teluk Kadere 53 x 3 x x B5 Prioritas 8
12 Bontang Baru 50 x 5 x x B5 Prioritas 8
13 Berbas Tengah 61 x 13 x x B1 Prioritas 2
14 Baltim 35 x 3 x x C5 Prioritas 9
Sempadan Sungai
15 44 x 9 x x C4 Prioritas 6
Bontang
16 Gunung Sari 41 x 3 x x C5 Prioritas 9
17 Guntung 37 x 3 x x C5 Prioritas 9
18 Gunung Elai 41 x 3 x x C6 Prioritas 9
19 Satimpo 37 x 3 x x C5 Prioritas 9
20 Tanjung Laut 1 43 x 3 x x C6 Prioritas 9
21 Tanjung Laut 43 x 3 x x C6 Prioritas 9
22 Kanaan 31 x 5 x x C5 Prioritas 9
23 Telihan 29 x 5 x x C5 Prioritas 9

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-79


Gambar 3.18 Contoh Peta Klasifikasi Tingkat Kekumuhan

Gambar 3.19 Contoh Peta Sebaran Dan Urutan Permukiman Kumuh Prioritas Berdasarkan Hasil Penilaian
Terhadap Kompleksitas Permasalahan

3-80 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


A.3. FGD 1 : Merupakan kegiatan diskusi, konsolidasi data, dan penyepakatan
profil permukiman kumuh berdasarkan hasil pemutakhiran data
PENYEPAKATAN
dan verifikasi yang telah dilakukan.
PROFIL PERMUKIMAN
KUMUH HASIL
VERIFIKASI

A.3
FGD 1:
PENYEPAKATAN PROFIL
PERMUKIMAN KUMUH HASIL
VERIFIKASI

B.5
SURVEI DAN
PENGOLAHAN
DATA
PERMUKIMAN
KUMUH

B.6
VERIFIKASI LOKASI
DAN PEMUTAKHIRAN
PROFIL PERMUKIMAN
KUMUH

B.7
PENILAIAN LOKASI
BERDASARKAN
KRITERIA, INDIKATOR
DAN PARAMETER
KEKUMUHAN

TUJUAN Untuk memperoleh kesepakatan dari semua pemangku kepentingan


mengenai profil permukiman kumuh di Kabupaten/kota berdasarkan
hasil pemutakhiran data dan verifikasi yang telah dilakukan.

PENYELENGGARA Pokjanis

PESERTA DAN Kegiatan FGD terdiri peserta dan pendukung peserta meliputi:
PENDUKUNG • Dinas/instansi tingkat kota yang membidangi infrastruktur
permukiman, permukiman, dan perencanaan
• Akademisi
• Tim P2KKP (Korkot/Faskel)
• BKM/KSM
• Tokoh Masyarakat

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-81


Pendukung meliputi:
• Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman
• Tim Teknis Provinsi
• Tenaga Ahli Pendamping

DURASI Minimal 1 hari * dengan waktu yang disesuaikan dengan rencana kerja
yang disusun
*) Dilaksanakan pada minggu ke-4 bulan ke-2 atau sejak
diselesaikannya sub kegiatan penilaian lokasi berdasarkan kriteria,
indikator dan parameter kekumuhan

METODE Diskusi dan metaplan

TEMPAT di kabupaten/kota tempat penyusunan RP2KPKP


PELAKSANAAN

OUTPUT Berita acara kesepakatan profil permukiman kumuh hasil verifikasi

B.8 DISTRIBUSI POLA Merupakan bagian dari proses perumusan untuk memberikan
KOLABORASI kejelasan distribusi peran dan peluang program penanganan
PENANGANAN permukiman kumuh perkotaan sesuai dengan cakupan skala
PERMUKIMAN KUMUH penanganan permukiman kumuh

B.9
PERUMUSAN
KEBUTUHAN
PENCEGAHAN &
PENINGKATAN
KUALITAS
PERMUKIMAN KUMUH

B.7
PENILAIAN LOKASI
BERDASARKAN KRITERIA,
INDIKATOR DAN
PARAMETER
KEKUMUHAN

B.8
DISTRIBUSI POLA
KOLABORASI
PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH

C.3
KOORDINASI PERAN
MASYARAKAT DALAM
PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH

3-82 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


TUJUAN Untuk mendapatkan kejelasan distribusi peran dan peluang program
penanganan permukiman kumuh perkotaan sesuai dengan cakupan
skala penanganan permukiman kumuh. Distribusi peran penanganan
dapat dikategorikan berdasarkan penanganan kawasan permukiman
kumuh berat/masiv, kumuh sedang, dan kumuh ringan. Penanganan
kumuh berat dilakukan melalui pendekatan keterpaduan program dan
pendanaan dengan melibatkan pemerintah pusat, provinsi, kab/kota,
dan pelaku lainnya. Sedangkan penanganan kumuh sedang dan
ringan (berbasis kawasan/kelurahan) dilakukan oleh pemerintah
kabupaten/kota atau memanfaatkan peluang dan skema program
yang telah ada (P2KKP, NUSP-SIAP, SISHA, dan lainnya.
• Penetapan kategori kumuh (Kumuh Berat, Kumuh Sedang, dan
METODA
Kumuh Ringan)
• FGD
• Menetapkan kategori permukiman kumuh berdasarkan hasil
LANGKAH
penilaian yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya (kotak B.7)
• Mengelompokkan lokasi-lokasi permukiman kumuh yang akan
ditangani melalui :
− kontribusi program skala kawasan (contoh : kontribusi
program melalui dokumen RP2KKP, dokumen SIAP, dan
dokumen lainnya yang memiliki konteks penanganan skala
kawasan)
− kontribusi program skala kelurahan/lingkungan (contoh :
kontribusi program melalui dokumen NUAP, BLM, dan
dokumen lainnya yang memiliki konteks penanganan skala
lingkungan)
• Daftar lokasi permukiman kumuh yang akan ditangani melalui
OUTPUT
kontribusi program skala kawasan
• Daftar lokasi permukiman kumuh yang akan ditangani melalui
kontribusi program skala kelurahan/lingkungan
• Berita acara penyepakatan

DURASI 2 minggu terhitung dari minggu kedua bulan kedua

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-83


B.9 PERUMUSAN KEBUTUHAN Merupakan proses identifikasi untuk memperkirakan
PENCEGAHAN DAN kebutuhan penanganan dalam konteks pencegahan dan
PENINGKATAN KUALITAS peningkatan kualitas permukiman kumuh baik itu pada
PERMUKIMAN KUMUH skala kota/perkotaan maupun skala kawasan berdasarkan
rumusan isu, potensi, permasalahan, dan hasil
pemutakhiran profil permukiman kumuh.

B.9
PERUMUSAN
KEBUTUHAN
PENCEGAHAN &
PENINGKATAN
KUALITAS
PERMUKIMAN KUMUH

B.7
PENILAIAN LOKASI
BERDASARKAN KRITERIA,
INDIKATOR DAN
PARAMETER
KEKUMUHAN

B.8
DISTRIBUSI POLA
KOLABORASI
PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH

C.3
KOORDINASI PERAN
MASYARAKAT DALAM
PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH

TUJUAN Untuk memperoleh daftar kebutuhan penanganan dalam konteks pencegahan


dan peningkatan kualitas permukiman kumuh baik itu pada skala
kota/perkotaan maupun skala kawasan berdasarkan rumusan isu, potensi,
permasalahan, dan hasil pemutakhiran profil permukiman kumuh pada
tahapan sebelumnya.
Kebutuhan penanganan pada skala kota/perkotaan dirumuskan berdasarkan
kondisi faktual dan isu strategis serta kebijakan penanganan permukiman
kumuh hasil overview yang telah teridentifikasi pada tahap sebelumnya.
Kebutuhan penanganan pada skala kawasan dirumuskan berdasarkan profil
dan permasalahan permukiman kumuh yang telah dimutakhirkan dan
diverifikasi sesuai dengan 7 (tujuh) indikator kekumuhan.

METODE Analisis kebutuhan berdasarkan hasil verifikasi, analisis kawasan, diskusi

LANGKAH • Merumuskan dan menyusun daftar kebutuhan pencegahan dan


peningkatan kualitas permukiman kumuh pada :
- Permukiman perkotaan yang tidak sesuai peruntukan di dalam RTRW
- Permukiman kumuh yang telah diverifikasi dan dimutakhirkan.

3-84 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


• Melakukan pemetaan kebutuhan penanganan secara spasial untuk
menentukan lokasi-lokasi pada permukiman kumuh perkotaan yang
membutuhkan pencegahan ataupun penanganan.
• Memperbarui SK Walikota/Bupati terkait dengan hasil verifikasi dan
justifikasi permukiman kumuh perkotaan

OUTPUT • Tabel kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman skala


kota/perkotaan.
• Tabel kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
kumuh skala kawasan.

DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama pada bulan ketiga

Tabel 3.14 Contoh Rumusan Kebutuhan Penanganan Skala Kota/Perkotaan

Kebijakan
Kondisi Faktual dan Penanganan Kebutuhan Penanganan
No Isu Strategis Lokasi Permukiman
Kota/Perkotaan Kumuh Hasil Pencegahan Peningkatan
Overview
1 Berkembangnya Kawasan Pengendalian Penegakan aturan Pemukiman
permukiman di lahan Permukiman pembangunan perijinan kembali
yang tidak sesuai di bantaran permukiman pada
dengan sungai kawasan yang
peruntukannya Cimanuk tidak sesuai
peruntukannya
2 Alih fungsi lahan Membatasi Pengaturan Pengembalian
(konversi) menjadi perkembangan Pemanfaatan fungsi kawasan
fungsi permukiman permukiman di Lahan dan sesuai dengan
akibat demand yang wilayah limitasi Pengendalian peruntukannya
cukup tinggi Ruang di
cenderung Kawasan Lindung
berkembang pada
wilayah limitasi
3 Munculnya kantong- Penataan Pembinaan Fasilitasi
kantong kumuh kawasan masyarakat dalam pembangunan
akibat permukiman pengelolaan dan infrastruktur
perkembangan yang perkotaan pemeliharaan dasar
tidak terkendali lingkungan pemukiman
permukiman berbasis
masyarakat
4 ……. ……….. Penyusunan ……………..
norma, standar,
pedoman, dan
kriteria (NSPK)
Rumah Sederhana
Sehat

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-85


Tabel 3.15 Contoh Rumusan Kebutuhan Penanganan Skala Kawasan

KAWASAN ASPEK YANG KEBUTUHAN PENANGANAN


PERMASALAHAN
KUMUH DIAMATI PENCEGAHAN PENINGKATAN
Kawasan Bangunan Gedung Sebanyak 2.723 unit Sosialisasi dan Perubahan fungsi
Kumuh A bangunan hunian tidak edukasi dan massa
memiliki keteraturan dan mengenai aturan bangunan
lingkungan permukiman dan ketentuan
didominasi oleh teknis kawasan
bangunan yang berada di sempadan pantai
atas sempadan pantai Meningkatkan Pemukiman
peran serta kembali
antara bangunan yang
pemerintah berada di atas
dengan pihak sempadan pantai
lain dalam
pengawasan dan
pengendalian
pembangunan
permukiman
16 Ha bangunan di dalam Sosialisasi dan Pengendalian
kawasan memiliki edukasi aturan dan pembatasan
kepadatan tidak sesuai bangunan dan perkembangan
ketentuan lingkungan permukiman
Sebanyak 628 Unit Sosialisasi, Rehabilitasi
bangunan berada pada edukasi, dan bangunan
lokasi tidak memenuhi promosi rumah gedung sesuai
persyaratan teknis dan lingkungan dengan standar
sehat lingkungan
rumah sehat
Jalan Lingkungan area tidak terlayani oleh - Pembangunan
jaringan jalan lingkungan jalan baru
sepanjang 55,90 meter
area memiliki kualitas - Peningkatan
permukaan jalan yang kualitas jaringan
buruk sepanjang 63,88 jalan
meter
Air Minum

Drainase
Lingkungan

Pengelolaan Air
Limbah

Pengelolaan
Persampahan

Sistem Proteksi
Kebakaran

3-86 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


KAWASAN ASPEK YANG KEBUTUHAN PENANGANAN
PERMASALAHAN
KUMUH DIAMATI PENCEGAHAN PENINGKATAN
Kawasan
Kumuh B

Dst.

Gambar 3.20 Contoh Format SK Walikota/Bupati hasil verifikasi dan justifikasi permukiman kumuh
perkotaan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-87


3-88 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP
PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-89
B.10 PERUMUSAN KONSEP Merupakan proses identifikasi terhadap konsep serta
SERTA STRATEGI strategi pencegahan dan peningkatan kualitas
PENCEGAHAN DAN permukiman kumuh untuk skala kota/perkotaan dan skala
PENINGKATAN KUALITAS kawasan pada seluruh lokasi permukiman kumuh yang
PERMUKIMAN KUMUH telah diverifikasi.

A.4
FGD 2:
PENYEPAKATAN KONSEP,
STRATEGI, POLA
KOLABORASI PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH

B.10
PERUMUSAN KONSEP
DAN STRATEGI
PENCEGAHAN &
PENINGKATAN KUALITAS
PERMUKIMAN KUMUH

B.9
PERUMUSAN
KEBUTUHAN
PENCEGAHAN &
PENINGKATAN
KUALITAS
PERMUKIMAN KUMUH

Untuk memperoleh rumusan konsep serta strategi pencegahan dan


TUJUAN
peningkatan kualitas permukiman kumuh berdasarkan kebutuhan yang
telah teridentifikasi pada tahapan sebelumnya, baik itu skala perkotaan
maupun skala kawasan pada lokasi permukiman kumuh yang telah
diverifikasi.

METODE Analisis kebijakan, analisis SWOT, diskusi melalui Focus Group Discussion
(FGD)

LANGKAH • Mengelompokkan kawasan permukiman yang sesuai dan tidak sesuai


dengan Rencana Tata Ruang (Kumuh/Slum dan Squatter)
• Membuat daftar kebutuhan penanganan baik itu dalam konteks
pencegahan maupun peningkatan kualitas untuk permukiman kumuh
legal dan maupun permukiman kumuh ilegal.
• Merumuskan tujuan dan sasaran pengembangan permukiman
berlandasakan kondisi, potensi, dan permasalahan kota/perkotaan
dan kawasan.
• Merumuskan konsep serta strategi pencegahan dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh dalam bentuk matriks.
• Memetakan konsep serta strategi pencegahan dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh

3-90 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


• Melakukan diskusi FGD untuk menetapkan dan menyepakati konsep
serta strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
kumuh.

OUTPUT • Matriks rumusan konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan


kualitas permukiman kumuh skala kota/perkotaan dan skala kawasan;
• Peta konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh skala kota/perkotaan dan skala kawasan.

DURASI 2 minggu pada bulan ke-3

Strategi skala kota/perkotaan diperlukan dalam hal menangani kondisi-kondisi permukiman yang
tidak sesuai dengan peruntukan rencana tata ruang. Rumusan strategi diarahkan untuk
mengembalikan fungsi ruang sesuai dengan peruntukannya.
Strategi skala kota/perkotaan dalam konteks pencegahan kualitas permukiman diwujudkan melalui
penegakan terhadap kesesuaian perizinan, kesesuaian tata ruang, SPM, aturan dan standar teknis
lainnya yang terkait dengan bidang Cipta Karya.
Strategi skala kota/perkotaan dalam konteks pencegahan kualitas permukiman diwujudkan melalui
pemindahan masyarakat dari lokasi yang tidak mungkin dibangun kembali/ tidak sesuai dengan
rencana tata ruang dan/ atau rawan bencana (relokasi/resettlement).
Strategi skala kawasan diperlukan dalam hal menangani kondisi permukiman kumuh sesuai dengan
profil yang telah dimutakhirkan dan terverifikasi serta teridentifikasi kebutuhan penanganannya.

Secara skematis, perumusan konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh perkotaan, bisa dilhat pada bagan berikut ini.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-91


KONDISI KONSEP/POLA
RUMUSAN STRATEGI
KEKUMUHAN PENANGANAN

PENCEGAHAN • PENGAWASAN DAN • Penegakan kesesuaian perizinan


• Action plan program pencegahan (sosialisasi, public
Permukiman PENGENDALIAN
campaign, penyuluhan)
kumuh baru • PEMBERDAYAAN • Pemeriksaan berkala kelaikan fungsi
MASYARAKAT • Pendampingan dan pelayanan informasi

PENINGKATA
PEMUGARAN • Penyiapan lahan
N KUALITAS • Ringan • Rehabilitasi/perbaikan bangunan hunian
• Legal • Rehabilitasi/perbaikan infrastruktur permukiman
• Rehabilitasi/perbaikan proteksi kebakaran

PEMUKIMAN KEMBALI • Penyiapan lahan


• Ringan • Pembangunan kembali bangunan hunian
• Tidak legal • Pembangunan/penyediaan infrastruktur permukiman
• Pembangunan/penyediaan proteksi kebakaran

PEREMAJAAN • Penyiapan lahan


• Sedang • Peningkatan kapasitas bangunan hunian
• Legal • Peningkatan kapasitas infrastruktur permukiman
• Peningkatan kapasitas proteksi kebakaran

PEMUKIMAN KEMBALI • Penyiapan lahan


• Sedang • Pembangunan kembali bangunan hunian
• Tidak legal • Pembangunan/penyediaan infrastruktur permukiman
• Pembangunan/penyediaan proteksi kebakaran

PEREMAJAAN • Penyiapan lahan


• Berat • Peningkatan kapasitas bangunan hunian
• Legal • Peningkatan kapasitas infrastruktur permukiman
• Peningkatan kapasitas proteksi kebakaran

PEMUKIMAN KEMBALI • Penyiapan lahan


• Berat • Pembangunan kembali bangunan hunian
• Tidak legal • Pembangunan/penyediaan infrastruktur permukiman
• Pembangunan/penyediaan proteksi kebakaran

Gambar 3.20 Skema Umum Perumusan Konsep dan Strategi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh Berdasarkan Undang-Undang Nosmor 1 tahun 2011 dan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2016

3-92 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Contoh Jenis Kegiatan dan Ilustrasi Pola Penanganan
Tabel 3.16 Peningkatan Kualitas Dengan Pemugaran

No Komponen Jenis Kegiatan

1. Bangunan Gedung a. Rehabilitasi


b. Rekonstruksi

2. Jalan Lingkungan Perbaikan aspal/paving/cor pada jalan


lingkungan.

3. Drainase a. Pengerukan sedimentasi jaringan drainase;


Lingkungan b. Perbaikan drainase yang tersumbat;
c. Perbaikan drainase yang rusak karena ambrol,
atau kerusakan akibat bencana.

4. Air Minum a. Perbaikan Sarana/ instalasi non perpipaan air


bersih (dari kebocoran, korosi, jaringan
instalasi terkontaminasi bakteri berbahaya,
kerusakan akibat bencana)
b. Perbaikan jaringan air minum atau air bersih
perpipaan yang mengalami kerusakan
(kebocoran, korosi, akibat bencana)

5. Air Limbah a. Perbaikan instalasi air limbah setempat yang


mengalami sedimentasi, mampat, atau
kerusakan akibat bencana.
b. Perbaikan instalasi air limbah terpusat yang
mengalami sedimentasi, mampat atau
kerusakan akibat bencana.

6. Sampah a. Perbaikan sarana persampahan komunal


(TPS) yang mengalami penurunan kualitas
karena pengendapan sampah basah.
b. Perbaikan sarana persampahan yang
mengalami pencampuran jenis sampah

7. Pengamanan a. Perbaikan alat pemadam api sederhana yang


Kebakaran mengalami kerusakan karena korosi atau
rusak karena bencana;
b. Perbaikan hydran air yang mengalami
kerusakan akibat korosi atau bencana.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-93


Lokasi : Kawasan Karangwaru, Kota Yogyakarta
Lokasi : Kawasan Karangwaru, Kota Yogyakarta

Sebelum

Sesudah

3-94 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Tabel 3.17 Peningkatan Kualitas Dengan Peremajaan (Urban Renewal)

No Komponen Jenis Kegiatan

1. Bangunan a. Rehabilitasi dengan perbaikan atau penambahan terhadap komponen


Gedung bangunan agar memenuhi standar konstruksi dan persyaratan teknis
bangunan gedung.
b. Rekonstruksi dengan membongkar dan membangun kembali bangunan
atau sarana, prasarana, dan utilitas umum dengan penambahan
komponen atau fungsi.
c. Penataan kawasan dengan pengaturan petak bangunan
d. Penambahan dan Penyediaan sarana permukiman (RTH, MCK umum)
e. Penyediaan hunian sementara untuk masyarakat terdampak
2. Jalan a. Rehabilitasi jalan untuk peningkatan kapasitas jalan dengan
Lingkungan penambahan lebar, perubahan material, penambahan bangunan
pelengkap jalan.
b. Peningkatan struktur jalan
3. Drainase a. Peningkatan kualitas unit sistem drainase
Lingkungan b. Penyedian sistem drainase
c. Penambahan segmen jaringan agar terhubung dengan sistem drainase
kota.
4. Air Minum Rehabilitasi unit SPAM dengan penambahan jaringan perpipaan, penyediaan
jaringan non perpipaan, penambahan instalasi pengelolaan air minum
5. Air Limbah a. Penyediaan sistem sanitasi setempat atau terpusat;
b. Perbaikan komponen sanitasi pengelolaan air limbah.
6. Sampah a. Pembangunan Prasarana Sarana Persampahan (PSP)
b. Rehabilitasi PSP dengan perbaikan dan penambahan komponen
bangunan PSP.
7. Pengamanan a. Pembangunan sarana proteksi kebakaran
Kebakaran b. Peningkatan kualitas sarana sistem proteksi kebakaran

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-95


Lokasi : Kampung Deret, Petogogan

Sebelum

Sesudah

3-96 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Tabel 3.18 Peningkatan Kualitas Dengan Pemukiman Kembali (Resettlement)

No Komponen Jenis Kegiatan

1. Bangunan Gedung a. Pembangunan permukiman di lokasi baru


b. Pembangunan kembali di permukiman lama dengan model
baru (Rumah Susun)
2. Jalan Lingkungan Pembangunan jalan baru
3. Drainase Lingkungan Pembangunan unit sistem drainase baru
4. Air Minum Pembangunan SPAM unit baru
5. Air Limbah Pembangunan unit pengolahan air limbah baru
6. Sampah Pembangunan PSP baru
7. Pengamanan a. Pembangunan pengamanan kebakaran sederhana
Kebakaran b. Pembangunan hydran air
Lokasi : Rusunawa Jatinegara Barat untuk relokasi Kampung Pulo

Sebelum

Sesudah

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-97


Tabel 3.19 Contoh Perumusan Strategi Skala Kota

Kondisi Faktual dan Isu Strategis Kebijakan Penanganan Permukiman Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan
No
Kota/Perkotaan Kumuh Hasil Overview Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan
Berkembangnya permukiman di Pengendalian pembangunan Penegakan aturan perijinan Pemukiman kembali Pengawasan dan Pemukiman kembali Meningkatkan sistem Menyiapkan lahan bagi
lahan yang tidak sesuai dengan permukiman pada kawasan yang tidak pengendalian regulasi terhadap masyarakat yang terkena
peruntukannya sesuai peruntukannya kesesuaian perizinan, dampak penataan kawasan
1
kesesuaian tata ruang,
SPM, aturan dan standar
teknis
Alih fungsi lahan (konversi) Membatasi perkembangan permukiman Sosialisasi dan edukasi Pengembalian fungsi Peremajaan Menggalakkan program Mengembalikan fungsi
menjadi fungsi permukiman akibat di wilayah limitasi mengenai aturan dan kawasan sesuai dengan pencegahan melalui kawasan sesuai dengan
2 demand yang cukup tinggi ketentuan teknis peruntukannya kegiatan sosialisasi, public peruntukannya
cenderung berkembang pada pembangunan kawasan campaign, penyuluhan.
wilayah limitasi permukiman perkotaan
Munculnya kantong-kantong Penataan kawasan permukiman Peningkatan infrastruktur Pemberdayaan masyarakat Pemugaran Pendampingan dan Meningkatkan layanan
kumuh akibat perkembangan yang perkotaan dasar permukiman pelayanan informasi infrastruktur dasar
3
tidak terkendali permukiman sesuai dengan
SPM
Pengaturan Pemanfaatan Monitoring dan evaluasi
Lahan dan Pengendalian terhadap hasil-hasil
Ruang di Kawasan Lindung pembangunan
4 ….
5 ….

Tabel 3.20 Contoh Perumusan Konsep dan Strategi Penanganan Permukiman Kumuh Skala Kawasan

Konsep Penanganan Strategi


Kawasan Kumuh Aspek Permasalahan
Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan
Melakukan relokasi secara bertahap
85% bangunan permukiman tidak teratur,
Melakukan pendekatan dan dan terbatas pada unit lingkungan
struktur permukiman tidak jelas, dan Pengawasan dan
Pemukiman Kembali sosialisasi kepada masyarakat permukiman yang dikategorikan
permukiman didominasi oleh bangunan pengendalian
mengenai aturan sempadan pantai kumuh berat dan cenderung merusak
yang berada di atas sempadan pantai
keseimbangan ekosistem pantai
Bangunan Gedung
80% Bangunan Tidak Memenuhi
Persyaratan Teknis, berada pada Rehabilitasi bangunan gedung agar
Peremajaan melalui redevelopment Kampanye lingkungan rumah
Kawasan Tanjung Laut kawasan rawan gelombang pasang, dan Pemberdayaan masyarakat fungsi dan massa bangunan kembali
kawasan sederhana sehat
Indah pemanfaatan ruang permukiman mulai seusai kondisi saat awal dibangun
mengintervensi kawasan mangrove
Jalan Lingkungan
Air Minum
Drainase Lingkungan
Air Limbah
Persampahan
Sistem proteksi kebakaran
Kawasan Berbas Pantai
Dst.

3-98 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-99
Gambar 3.21 Contoh Peta Strategi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Skala
Kota/Perkotaan

Gambar 3.22 Contoh Peta Konsep dan Strategi Penanganan Skala Kawasan

3-100 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


FGD 2 : PENYEPAKATAN KONSEP, Untuk memperoleh kesepakatan dari semua stakeholder/
STRATEGI, DAN POLA KOLABORASI pemangku kepentingan mengenai konsep dan strategi
PENANGANAN PERMUKIMAN pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
KUMUH kumuh skala kota serta penyepakatan pola kolaborasi
penanganan permukiman kumuh

A.4
FGD 2:
PENYEPAKATAN KONSEP,
STRATEGI, POLA
KOLABORASI PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH

B.10
PERUMUSAN KONSEP
DAN STRATEGI
PENCEGAHAN &
PENINGKATAN KUALITAS
PERMUKIMAN KUMUH

B.9
PERUMUSAN
KEBUTUHAN
PENCEGAHAN &
PENINGKATAN
KUALITAS
PERMUKIMAN KUMUH

TUJUAN Untuk memperoleh kesepakatan dari semua stakeholder/pemangku


kepentingan mengenai konsep dan strategi pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh serta penyepakatan pola
kolaborasi penanganan permukiman kumuh

PENYELENGGARA Pokjanis/Pokja PKP Kab/Kota

PESERTA DAN kegiatan FGD melibatkan pelaku pembangunan di bidang perumahan


dan kawasan permukiman, yang terdiri peserta dan pendukung
PENDUKUNG
Peserta meliputi:
Peserta :
• Dinas/instansi tingkat kota yang membidangi infrastruktur
permukiman, permukiman, dan perencanaan
• Akademisi
• Tokoh Masyarakat
• Pihak-pihak terkait (PDAM, swasta, PT.KAI, PELINDO, dll)
Pendukung meliputi:
• Dinas/instansi tingkat provinsi yang membidangi infrastruktur
permukiman, permukiman, dan perencanaan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-101


• Tim Teknis Provinsi
• Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman
• Tenaga Ahli Pendamping

DURASI Minimal 1 hari * dengan waktu yang disesuaikan dengan rencana kerja
yang disusun
*) Dilaksanakan pada minggu ke-4 bulan ke-3 atau sejak
diselesaikannya sub kegiatan konsep dan strategi pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh

METODE Diskusi dan metaplan

TEMPAT Di Kabupaten/Kota tempat penyusunan RP2KPKP


PELAKSANAAN

OUTPUT • Matriks rumusan konsep dan strategi pencegahan dan


peningkatan kualitas permukiman kumuh skala kota/perkotaan dan
skala kawasan;
• Peta konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh skala kota/perkotaan dan skala kawasan.
• Berita acara kesepakatan (konsep, strategi, dan pola kolaborasi
penanganan permukiman kumuh)

C.3 KOORDINASI PERAN Merupakan kegiatan diskusi dalam rangka koordinasi peran
MASYARAKAT DALAM masyarakat terhadap pola kolaborasi penanganan permukiman
PENANGANAN kumuh.
PERMUKIMAN KUMUH

B.7
PENILAIAN LOKASI
BERDASARKAN KRITERIA,
INDIKATOR DAN
PARAMETER
KEKUMUHAN

B.8
DISTRIBUSI POLA
KOLABORASI
PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH

C.3
KOORDINASI PERAN
MASYARAKAT DALAM
PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH

3-102 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


TUJUAN Untuk mengkoordinasikan peran serta masyarakat dalam kontribusi
penanganan permukiman kumuh perkotaan sesuai dengan cakupan skala
penanganan permukiman kumuh, baik itu kontribusi program untuk
pengananan permukiman kumuh yang masif ataupun kontribusi program
untuk kategori kumuh sedang dan ringan.
METODE • Diskusi
LANGKAH • Melakukan koordinasi peran serta masyarakat terhadap kontribusi
penanganan permukiman kumuh
OUTPUT • Matriks peran serta masyarakat terhadap kontribusi penanganan
permukiman kumuh
• Matriks sinkronisasi data primer/sekunder terkait peran serta masyarakat:
- Data permasalahan kekumuhan
- Data identifikasi legalitas lahan
- Data demografi
- Data karakteristik masyarakat lokal
DURASI 1 minggu terhitung dari minggu pertama bulan kedua

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-103


TAHAP PERUMUSAN RENCANA PENANGANAN
Tahap perumusan rencana penanganan ini merupakan kegiatan untuk merumuskan skenario dan
konsep desain kawasan permukiman kumuh, merumuskan rencana aksi penanganan,
memorandum keterpaduan program skala kota dan kawasan berdasarkan pada hasil perumusan
kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh. Rangkaian kegiatan yang
berada dalam lingkup perumusan rencana penanganan ini akan menjadi bahan utama untuk
melakukan pendetailan pada kawasan prioritas penanganan permukiman kumuh yang dipilih untuk
pengembangan tahap 1.
Kegiatan ini dilaksanakan selama dua bulan. Pada tahapan ini terdapat beberapa kegiatan yang
bersamaan dengan kegiatan dalam Tahap Penyusunan Desain Teknis.

Penyelenggaraan Kegiatan RP2KPKP A.5 Focus Group Discussion 3

Proses Penyusunan RP2KPKP B.11 Perumusan Skenario Penanganan dan


konsep Desain Kawasan Permukiman
Kumuh
B.12 Perumusan Rencana Aksi dan
Memorandum Keterpaduan Program
Skala Kota dan Kawasan
B.13 Penentuan Kawasan Prioritas
Penanganan Permukiman Kumuh

Pendampingan dan Pelibatan Masyarakat C.4 Perencanaan Partisipatif di Kawasan


Prioritas

Lingkup kegiatan perumusan rencana penanganan ini akan diselesaikan pada 2 (dua) bulan yaitu
bulan ke-4 dan ke-5 pada pelaksanaan kegiatan penyusunan RP2KPKP, dan dimulai sejak kegiatan
dalam tahap survei identifikasi dan kajian. Secara diagramatis, rangkaian kegiatan pada lingkup
kegiatan perumusan rencana penanganan dapat dilihat pada Gambar 3-16.

3-104 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


TAHAPAN 3 TAHAP PERUMUSAN RENCANA PENANGANAN

WAKTU BULAN 4 BULAN 5

PENYELENGGARAAN
KEGIATAN RP2KPKP A.5
(pendekatan fasilitasi FGD 3:
PENYEPAKATAN RENC ANA AK SI,
Pemda) PROGRAM DAN KEGIATAN (Hasil
RKM)

B.11 B.12
PERU MUSAN SK ENARIO PERU MUSAN RENCANA AKSI &
PENANGANAN & DESAIN MEMORANDUM KETERPADUAN
KAWASAN PERMUKIMAN PROGRAM SKALA KOTA DAN
KUMUH KAWASAN

B.13
PENENTUAN KAWASAN
PRIORITAS
PROSES PENANGANAN
PERMUK IMAN KUMUH
PENYUSUNAN
RP2KPKP
(Pendekatan
Membangun Sistem)

PENDAMPINGAN &
PELIBATAN C.4
PERENCAN AAN PARTISIP ATIF DI K AWASAN PRIORITAS:
MASYARAKAT ▪ Pelaks an aan Rencana Kerja Masyarakat
(Pendekatan Peningkatan ▪ Penyepakatan KOMPONEN DED
Kapasitas)

LAPORAN
PELAPORAN DRAFT AKHIR

• Skena rio pe nangana n dan desa in kawa san permukiman kumuh;


• Re ncana aks i penanganan permukima n kumuh;
• Memorandum keterpa dua n program penanganan skala kota dan kawa san;
• Re ncana inve stasi dan pembiayaan kawa san permukiman kumuh;
OUTPUT • Da ftar ka wasan priorita s pe nanganan permukiman kumuh;
• Terse le nggaranya perencana an partisipa tif (pe la ks anaa n rencana kerja masya raka t dan peny epakatan
komponen DED) di kawasan permukiman kumuh prioritas ;
• Berita acara FGD 3 (Peny epakatan rencana aksi, program dan kegiata n hasil pe rencanaan ditingkat
masya raka t)

Gambar 3.23 Rangkaian Kegiatan pada Lingkup Kegiatan Perumusan Rencana Penanganan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-105


B.11 Perumusan Skenario Merupakan kegiatan untuk menurunkan rumusan konsep dan
Penanganan dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman
Konsep Desain kumuh ke dalam skenario pencapaian 0% kumuh dalam langkah-
Kawasan langkah strategis. Konsep Desain kawasan permukiman yang
didasarkan pada perumusan kebutuhan pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh.

B.10 B.11
B.12
PERUMUSAN KONSEP DAN PERUMUSAN RENCANA AKSI &
PERUMUSAN SKENARIO
STRATEGI PENCEGAHAN & PENANGANAN & KONSEP MEMORANDUM KETERPADUAN
PENINGKATAN KUALITAS DESAIN KAWASAN PROGRAM SKALA KOTA DAN
PERMUKIMAN KUMUH KAWASAN

B.9
PERUMUSAN B.13
KEBUTUHAN PENENTUAN KAWASAN
PENCEGAHAN & PRIORITAS PENANGANAN
PENINGKATAN PERMUKIMAN KUMUH
KUALITAS
PERMUKIMAN KUMUH

TUJUAN • Merumuskan skenario pentahapan pencegahan dan peningkatan


kualitas kawasan permukiman kumuh yang aplikatif, riil dan terukur sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan daerah dalam skala kota dan
kawasan untuk mencapai target kota bebas kumuh;
• Menyusun konsep tematik pengembangan kawasan dan strategi
penanganan kawasan kumuh; dan
• Menyusun konsep desain kawasan pada seluruh lokasi permukiman
kumuh.

METODE Analisis konsep desain kawasan dan diskusi melalui Focus Group Discussion
(FGD)

LANGKAH • Menggunakan matriks kebutuhan penanganan pencegahan dan


peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh (output kegiatan B.9);
• Menggunakan peta dan matriks konsep, dan strategi, pencegahan dan
peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh (output kegiatan
B.10);
• Melakukan analisis dan kajian terkait capaian per tahun dalam mencapai
target 0% kumuh;
• Merinci skema pentahapan yang dirinci ke dalam langkah-langkah yang
akan dilakukan per tahun hingga tahun penuntasan permukiman kumuh;
• Menentukan tema pengembangan pada seluruh kawasan permukiman
kumuh;

3-106 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


• Menyusun konsep desain kawasan pada seluruh permukiman kumuh
berdasarkan analisis kebutuhan penanganan; dan
• Melakukan diskusi untuk menjaring aspirasi dan penyepakatan terhadap
skenario pentahapan dalam pencapaian target 0% kumuh dan konsep
desain kawasan yang dirumuskan.

OUTPUT • Skema dan tabel skenario pentahapan penanganan permukiman kumuh


dalam pencapaian target 0% kumuh;
• Peta konsep tematik pengembangan kawasan; dan
• Peta konsep desain kawasan yang berisi rencana desain 7 (tujuh)
indikator kekumuhan.
• Ploting komponen infrastruktur kedalam peta tematik 2 D dan 3 D

DURASI 2 (dua) minggu *


*)Terhitung sejak minggu pertama sampai minggu kedua bulan keempat atau
sejak diselesaikannya sub kegiatan perumusan konsep dan strategi
pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh

Catatan :
Pengertian konsep desain kawasan dalam konteks RP2KPKP adalah perspektif suasana didukung
skenario tematis pembangunan dan pengembangan infrastruktur permukiman sesuai dengan
kebutuhan penanganan kawasan.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-107


Tabel 3.21 Contoh Skema Skenario Pentahapan Skala Kota dan Skala Kawasan
2017 2018 2019

KONSEP/POLA
KONDISI KEKUMUHAN
PENANGANAN
KEBUTUHAN PROGRAM PENANGANAN SKEMA PROGRAM

Penegakan kesesuaian perizinan


PENCEGAHAN • Melalui P2KKP
• PENGAWASAN DAN sosialisasi, public • NUSP-SIAP
Permukiman campaign, penyuluhan • SISHA
PENGENDALIAN
• CSR
kumuh baru • PEMBERDAYAAN • APBD Kota
Pemeriksaan berkala kelaikan fungsi
MASYARAKAT • Program reguler
Pendampingan dan lainnya
pelayanan informasi

Rehabilitasi/perbaikan
PENINGKATAN KAWASAN A . Ha PEMUGARAN bangunan hunian
KUALITAS • Ringan
• Legal Rehabilitasi/perbaikan infrastruktur permukiman

Perbaikan proteksi
kebakaran
• Melalui P2KKP
Penyiapan lahan dan hunian Pembangunan kembali • NUSP-SIAP
KAWASAN B . Ha PEMUKIMAN KEMBALI sementara bangunan hunian • SISHA
• Ringan • CSR
• Pembangunan/penyediaan infrastruktur permukiman
• Tidak legal • Pembangunan/penyediaan proteksi kebakaran • APBD Kota/Provinsi
• Program reguler
Penyiapan lahan dan hunian Peningkatan kapasitas lainnya
KAWASAN C . Ha PEREMAJAAN sementara bangunan hunian
• Sedang
• Legal • Peningkatan kapasitas
infrastruktur permukiman
• Peningkatan kapasitas
proteksi kebakaran

Penyiapan lahan dan hunian Pembangunan kembali


KAWASAN D . Ha PEMUKIMAN KEMBALI sementara bangunan hunian
• Sedang
• Pembangunan/penyediaan infrastruktur permukiman
• Tidak legal • Pembangunan/penyediaan proteksi kebakaran

Penyiapan lahan dan hunian Peningkatan kapasitas


KAWASAN E . Ha PEREMAJAAN sementara bangunan hunian • Multi stakeholder
• Berat • Multi program
• Legal • Peningkatan kapasitas • Multi penanganan
infrastruktur permukiman • APBN
• Peningkatan kapasitas • APBD
proteksi kebakaran

Penyiapan lahan dan hunian Pembangunan kembali


KAWASAN F . Ha PEMUKIMAN KEMBALI sementara bangunan hunian
• Berat
• Pembangunan/penyediaan infrastruktur permukiman
• Tidak legal • Pembangunan/penyediaan proteksi kebakaran

TOTAL KEBUTUHAN
KEBUTUHAN INVESTASI KEBUTUHAN INVESTASI
INVESTASI DALAM
DALAM PENANGANAN DALAM PENANGANAN
PENANGANAN KUMUH
KUMUH (Rp .) KUMUH (Rp .)
(Rp .)

PENGURANGAN LUAS PENGURANGAN LUAS PENGURANGAN LUAS


PERMUKIMAN KUMUH PERMUKIMAN KUMUH PERMUKIMAN KUMUH
(...Ha) (...Ha) HINGGA (0 Ha)

3-108 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Gambar 3.24 Contoh 1 Konsep Desain Kawasan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-109


Gambar 3.25 Contoh 2 Konsep Desain Kawasan Permukiman Kumuh

3-110 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Gambar 3.26 Contoh 3 Konsep Desain Kawasan Permukiman Kumuh

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-111


Gambar 3.27 Contoh 4 Konsep Desain Kawasan Permukiman Kumuh

3-112 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


B.12 Perumusan Rencana Penyusunan rencana aksi program penanganan permukiman
Aksi dan kumuh ini dilakukan dengan model pembangunan berbasis
Memorandum kawasan dan lingkungan melalui pendekatan perencanaan
Keterpaduan partisipatif pada kawasan prioritas. Rencana aksi program
Program Skala Kota disusun sesuai dengan indikator kekumuhan berdasarkan
dan Kawasan strategi penanganan kumuh dan target yang ingin dicapai dari
penanganan kawasan kumuh prioritas akan dibahas oleh
pemangku kepentingan yang ada di daerah dan disepakati
dalam suatu memorandum keterpaduan program baik skala kota
dan kawasan.

B.11
B.12
PERUMUSAN SKENARIO PERUMUSAN RENCANA AKSI &
PENANGANAN & KONSEP MEMORANDUM KETERPADUAN
DESAIN KAWASAN PROGRAM SKALA KOTA DAN
KAWASAN

B.13
PENENTUAN KAWASAN
PRIORITAS PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH

C.4
PERENCANAAN PARTISIPATIF DI KAWASAN PRIORITAS :
▪ Pelaksanaan Rencana Kerja Masyarakat
▪ Penyepakatan KOMPONEN DED

TUJUAN • Merumuskan rencana aksi program penanganan yang aplikatif, riil dan
terukur sesuai dengan kebutuhan kawasan kumuh prioritas yang telah
disepakati di dalam suatu memorandum keterpaduan program meliputi
jenis/komponen, volume, lokasi, dan pelaku
• Menyusun rencana investasi dan strategi pembiayaan penanganan
kawasan kumuh

METODE Analisis dan pemetaan stakeholder, analisis pembiayaan, pendekatan


partisipatif, dan diskusi melalui Focus Group Discussion (FGD)

LANGKAH • Mengidentifikasi dan memetakan pemangku kepentingan masyarakat


untuk turut terlibat dalam proses perencanaan;
• Melakukan sinkronisasi terhadap program-program penanganan
kawasan permukiman kumuh perkotaan yang terdapat di berbagai
dokumen kebijakan;
• Merumuskan kebutuhan program-program penanganan kawasan
permukiman kumuh prioritas sesuai dengan strategi dan indikator
kekumuhan;

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-113


• Mensinkronisasikan rencana kerja masyarakat kedalam memorandum
program bersama dengan program penanganan kumuh kota dan
pembangunan permukiman kumuh skala kota, skala kawasan dan sala
lingkungan;
• Merinci program-program yang telah disusun kedalam skema
pentahapan yang dirinci ke dalam program sampai tahun pencapaian
target 0% kumuh;
• Mengidentifikasi volume dan satuan dari setiap program;
• Mengidentifikasi perkiraan besarnya pembiayaan;
• Mengidentifikasi penanggung jawab dari setiap program; dan
• Mengidentifikasi alternatif sumber investasi dan pembiayaan; dan
• Menyepakati program-program penanganan dalam Memorandum
Program.

OUTPUT • Peta rencana aksi program penanganan permukiman kumuh;


• Rencana investasi dan pembiayaan penanganan kawasan permukiman
kumuh prioritas; dan
• Matriks rencana aksi program penanganan dan memorandum program
skala kota dan skala kawasan dan skala lingkungan.

DURASI 3 (tiga) minggu *


*)Terhitung sejak minggu ketiga bulan keempat sampai minggu pertama
bulan kelima atau sejak diselesaikannya sub kegiatan perumusan skenario
penanganan dan konsep desain kawasan

3-114 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Gambar 3.28 Contoh Peta Rencana Aksi Program Penanganan Bangunan Permukiman Kumuh

Gambar 3.29 Contoh Peta Rencana Aksi Program Penanganan Jalan Lingkungan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-115


Tabel 3.22 Contoh Tabel Rencana Aksi Program Kawasan Prioritas Penanganan Permukiman Kumuh
Provinsi :
Kabupaten/Kota : Sumber : Dokumen RP2KPKP Kab/Kota
LUAS HARGA SATUAN TAHUN PENANGANAN SUMBER FOTO LOKASI RENCANA
NO NAMA KAWASAN ASPEK KEKUMUHAN / JENIS KEGIATAN SATUAN VOLUME TOTAL BIAYA (Rp)
(Ha) (Rp) 2019 2020 2021 2022 2023 PENDANAAN* KEGIATAN LELANG 2016
1 PRIORITAS 1 74.058.501.207 1.982.125.000 40.202.151.840 28.635.729.960 1.127.144.000 2.500.000.000 473.375.000
Kawasan Gayam 38,78 55.738.464.000 1.030.000.000 33.883.375.000 20.825.089.000 - - -
Bangunan Gedung
RT 6, 7, 8, 9, 10, 11, - Sosialisasi Program LS 1 -
12, 13 - Pengadaan Lahan m2 87.609 375.000 32.853.375.000 32.853.375.000
RW - Pembangunan Rumah Swadaya Unit 101 206.189.000 20.825.089.000 20.825.089.000
Kelurahan Gayam - Pembangunan Rusunawa Unit -
Kecamatan Tanjung Redeb - Bantuan Stimulan Bahan Bangunan Unit 206 10.000.000 2.060.000.000 1.030.000.000 1.030.000.000
- ... ... -
Titik 117° 30' 18.226"
Koordinat E Jalan Lingkungan 4.650.161.800 473.375.000 3.064.724.940 1.112.061.860 - - 473.375.000
2° 9' 16.625" N - Sosialisasi Program LS 1 -
- Pengadaan Lahan m2 -
- Peningkatan kapasitas jalan lingkungan m 574 2.767.700 1.588.659.800 - 476.597.940 1.112.061.860 - -
- Peningkatan struktur jalan lingkungan m 1.438 2.129.000 3.061.502.000 473.375.000 2.588.127.000 - - - 473.375.000
- ... ... -
Air Minum 281.250.000 281.250.000 - - - - -
- Sosialisasi Program LS 1 -
- Pengadaan Lahan m2 -
- Sambungan Rumah unit 225 1.250.000 281.250.000 281.250.000
- Pembangunan IPA unit -
- Pembangunan Reservoir unit -
- Pembangunan Hydran Umum unit -
- Penyediaan Terminal Air (mobil tangki/tangki air) unit -
- ... ... -
Drainase Lingkungan 12.082.131.000 - 2.917.801.900 6.664.329.100 - 2.500.000.000 -
- Sosialisasi Program LS 1 -
- Pembangunan Pintu Air m2 1 2.500.000.000 2.500.000.000 2.500.000.000
- Perbaikan Saluran Drainase m 3.079 3.042.000 9.366.318.000 - 2.809.895.400 6.556.422.600 - - -
- Pembangunan Baru Saluran Drainase m -
- Pembangunan Gorong-gorong m -
- Pembangunan Turap m -
- Bantuan Stimulan Tandon Air (detensi air hujan) unit 169 1.277.000 215.813.000 - 107.906.500 107.906.500 - -
Air Limbah 721.000.000 197.500.000 197.500.000 - 326.000.000 - -
- Sosialisasi Program LS -
- Pembangunan Pintu Air m2 -
- Pembangunan IPAL Komunal unit -
- Perbaikan IPAL Komunal unit -
- Pembangunan MCK Komunal unit -
- Perbaikan MCK Komunal unit -
- Penyediaan Truk tinja atau motor tinja unit 1 326.000.000 326.000.000 - - - 326.000.000 -
- Bantuan Stimulan Jambanisasi (On-Site/Bio Filter); Penanganan BABS unit 158 2.500.000 395.000.000 197.500.000 197.500.000 - - -
Persampahan 457.000.000 - 126.750.000 26.750.000 303.500.000 - -
- Sosialisasi Program LS 1 -
- Pengadaan Lahan m2 -
- Penyediaan Bak/Kontainer Sampah unit 214 500.000 107.000.000 - 26.750.000 26.750.000 53.500.000 -
- Penyediaan Gerobak/Motor Sampah/Mobil Bak Sampah/Perahu Sampah/Dumpunit Truck/Armroll
1 Truck/Compactor
100.000.000 Truck/Trailer Truck
100.000.000 - 100.000.000 - - -
- Pembangunan TPST unit 1 250.000.000 250.000.000 - - - 250.000.000 -
- Pembangunan TPS 3R unit -
- ... ... -
Pengamanan Kebakaran 19.500.000 - 12.000.000 7.500.000 - - -
- Sosialisasi Program LS 1 -
- Pengadaan Lahan m2 -
- Rehabilitasi Hidran Pemadam Kebakaran unit 3 2.500.000 7.500.000 - - 7.500.000 - -
- Bantuan Stimulan Pompa Portabel Pemadam Kebakaran unit 1 12.000.000 12.000.000 - 12.000.000 - - -
- ... ... -
Ruang Terbuka 108.994.407 - - - 497.644.000 - -
- Sosialisasi Program LS -
- Pengadaan Lahan m2 -
- Pembangunan Penerangan Jalan Umum Lingkungan (PJU) unit -
- Penyediaan RTH m2 15.571 7.000 108.994.407 - - - 497.644.000 -
- ... ... -

3-116 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Tabel 3.23 Contoh Tabel Memorandum Program
INDIKASI KEBUTUHANBIAYA (x juta) SUMBER PENDANAAN PEMBIAYAAN (x juta)
No. PROGRAM KEGIATAN Lokasi Volume Satuan TAHUNANGGARAN Tahun APBN PENANGGUNGJAWAB
DAK APBD PROV APBD Kota BUMD KPS/SWASTA MASYARAKAT LAINNYA
2019 2020 2021 2022 2023 Rupiah PHLN
PENCEGAHAN
1 Pengawasan pemanfaatan ruang Sosialisasi teknis ketentuan kawasan sempadan kawasan D 1 Ls 100
Sosialisasi teknis ketentuan kawasan hutan lindung kawasan G
Penyebarluasan Poster/Sticker Terkait Pemanfaatan
kawasan F 100 Pcs 50 v Dinas PU/PKP Kab/Kota
Ruang di Kawasan Hutan Lindung
Publikasi terkait pentingnya pembangunan di lokasi yang
kawasan C 1 Ls 20 v Bappeda Kab/Kota
sesuai pemanfaatannya melalui media radio
2 …dst
PENINGKATAN KUALITAS
I BANGUNAN HUNIAN
Direktorat Penyediaan
1 Rehabilitasi bangunan hunian sesuai dengan fungsi Perbaikan rumah tidak layak huni kawasan A 73 unit 600 400 1.000
Perumahan
II JALAN LINGKUNGAN
Direktorat Pengembangan
1 Peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh Rehabilitasi/peningkatan jalan lingkungan kawasan B 800 meter 1100 700 1200 600 Kawasan Permukiman, Dinas
PU Kota
Pembangunan jalan lingkungan kawasan C 600 meter 1200 1200
III DRAINASE LINGKUNGAN
….dst

IV PENYEDIAAN AIR MINUM


…dst

V PENGELOLAAN AIR LIMBAH


…dst

VI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

VII PROTEKSI KEBAKARAN

Catatan:

Rencana aksi program penanganan permukiman kumuh seperti pada contoh ilustrasi diatas dilakukan pada seluruh permukiman kumuh di perkotaan yang telah terverifikasi.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-117


B.13 Penentuan Kawasan Merupakan proses identifikasi terhadap lokasi permukiman
Prioritas Penanganan kumuh yang dinilai memiliki kesiapan untuk implementasi
Permukiman Kumuh pembangunan fisik pada tahun pertama dalam rencana
pentahapan pembangunan kawasan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan yang telah disepakati antar
pemangku kepentingan yang terkait dengan penanganan
permukiman kumuh.

B.11 B.12
PERUMUSAN SKENARIO PERUMUSAN RENCANA AKSI &
PENANGANAN & DESAIN MEMORANDUM KETERPADUAN
KAWASAN PERMUKIMAN PROGRAM SKALA KOTA DAN
KUMUH KAWASAN

B.13
PENENTUAN KAWASAN
PRIORITAS PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH

C.4
PERENCANAAN PARTISIPATIF DI KAWASAN PRIORITAS :
▪ Pelaksanaan Rencana Kerja Masyarakat
▪ Penyepakatan KOMPONEN DED

TUJUAN Untuk menentukan minimal tiga kawasan pembangunan tahap pertama yang
akan direncanakan secara lebih rinci dan operasional

METODE Observasi lapangan, analisis kondisi kawasan, pendekatan partisipatif,


diskusi melalui Focus Group Discussion (FGD)

LANGKAH • Identifikasi tingkat kekumuhan kawasan (telah dilakukan pada tahap B.7);
• Membuat daftar urutan permukiman kumuh berdasarkan kompleksitas
permasalahan dan kategori kekumuhan;
• Merumuskan dan menyepakati dasar pertimbangan penetapan tahapan
penanganan permukiman kumuh prioritas (readiness criteria
pembangunan tahap 1);
• Menilai kembali daftar urutan permukiman kumuh berdasarkan dasar
pertimbangan (readiness criteria) yang telah disepakati; dan
• Menetapkan dan menyepakati lokasi dan komponen pembangunan
tahap pertama.

OUTPUT • Rekomendasi lokasi pembangunan tahap-1;


• Peta dan delineasi lokasi pembangunan tahap-1.

3-118 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


PELAKSANA • BKM/KSM
• Tokoh masyarakat
• Tenaga ahli pendamping

DURASI 2 minggu dari minggu ke 4 di bulan ke 4 sampai minggu ke 1 di bulan ke 5

Contoh dasar pertimbangan penentuan kawasan pembangunan tahap 1

1. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota Terhadap Penanganan Kawasan


Semakin tinggi komtmen pemerintah Kabupaten/Kota maka semakin prioritas untuk
ditangani.
2. Respon dan Kesiapan Masyarakat Terhadap Program Penanganan
Semakin tinggi respon dan tingkat penerimaan masyarakat terhadap program maka
semakin prioritas untuk ditangani.
3. Keberadaan dan Aktifitas Sistem/Kelompok Pengelola Lingkungan
Semakin baik struktur dan pola kelembagaan di dalam kawasan maka semakin prioritas
untuk ditangani.
4. Karakteristik Daerah dan Kebijakan Daerah
Adanya karakteristik khusus dan kebijakan daerah yang perlu dipertimbangkan
5. Kemampuan Pembiayaan Daerah
Adanya kontribusi kemampuan pembiayaan daerah untuk ikut serta dalam penanganan
permukiman kumuh.

Dasar pertimbangan penentuan kawasan pembangunan tahap 1, bisa tambahkan atau dikurangi
sesuai dengan kebutuhan daerah.

Catatan:

Pembangunan tahap pertama dapat dilakukan melalui 2 (dua) pendekatan, yaitu:


- Pembangunan berbasis kawasan → pembangunan tahap pertama dilakukan pada minimal
3 (tiga) kawasan permukiman kumuh prioritas terhadap seluruh aspek penanganan dan
seluruh komponen infrastruktur keciptakaryaan, apabila seluruh readiness criteria (kesiapan
lokasi, pemerintah daerah, dan masyarakat) dapat dipenuhi pada kawasan tersebut.
- Pembangunan berbasis komponen infrastruktur → pembangunan tahap pertama dilakukan
pada minimal 3 (tiga) kawasan permukiman kumuh prioritas, namun hanya dilakukan
terhadap beberapa komponen-komponen infrastruktur keciptakaryaan yang dianggap
telah memenuhi readiness criteria (kesiapan lahan, pemerintah daerah, dan masyarakat)
untuk diimplementasikan pada tahun berikutnya.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-119


A.5 FGD 3 Kegiatan penyepakatan terhadap perumusan rencana aksi,
program, kegiatan, dan hasil Rencana Kerja Masyarakat

A.5
FGD 3:
PENYEPAKATAN RENCANA AK SI,
PROGRAM DAN KEGIATAN (hasil
RKM)

B.12
PERUMUSAN RENCANA AKSI &
MEMORANDUM KETERPADUAN
PROGRAM SKALA KOTA DAN
KAWASAN

TUJUAN • Menyepakati rumusan rencana aksi penanganan, program-


program dan kegiatan pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh
• Menyepakati kawasan prioritas penanganan permukiman kumuh
yang dipilih untuk pembangunan tahap 1

PENYELENGGARA Pokjanis

PESERTA DAN Kegiatan FGD terdiri dari peserta dan pendukung Peserta yang
meliputi:
PENDUKUNG
• Dinas/instansi tingkat kota yang membidangi infrastruktur
permukiman, permukiman, dan perencanaan
• Pokja PKP Provinsi
• Akademisi
• Tim KOTAKU (Korkot/Faskel)
• BKM/KSM
• Tokoh Masyarakat
Pendukung meliputi :
• Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman
• Tim Teknis Provinsi
• Tenaga Ahli Pendamping

DURASI Minimal 1 hari * dengan waktu yang disesuaikan dengan rencana kerja
yang disusun

3-120 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


*) Dilaksanakan pada minggu ke 4 bulan ke 4 sampai dengan minggu
ke 1 bulan ke 5 atau sejak diselesaikannya sub kegiatan penilaian lokasi
berdasarkan kriteria, indikator dan parameter kekumuhan

METODE Diskusi

TEMPAT di kabupaten/kota tempat penyusunan RP2KPKP


PELAKSANAAN

OUTPUT • Skenario penanganan dan konsep desain kawasan permukiman


kumuh;
• Skenario keberlanjutan penanganan permukiman perkotaan yang
berkelanjutan;
• Rencana aksi penanganan permukiman kumuh
• Memorandum keterpaduan program skala kota, skala kawasan dan
skala lingkungan;
• Rencana investasi dan pembiayaan kawasan permukiman kumuh;
• Daftar kawasan prioritas penanganan permukiman kumuh; dan
• Berita acara kesepakatan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-121


C.4 Perencanaan Melakukan perencanaan partisipatif dengan melibatkan
partisipatif di komponen kelembagaan kawasan permukiman prioritas yang
kawasan prioritas telah dibentuk untuk menyepakati kebutuhan penanganan
kawasan dan komponen infrastuktur pembangunan tahap-1 yang
akan ditindaklanjuti dengan penyusunan desain teknis (DED).

B.11 B.12
PERUMUSAN SKENARIO PERUMUSAN RENCANA AKSI &
PENANGANAN & DESAIN MEMORANDUM KETERPADUAN
KAWASAN PERMUKIMAN PROGRAM SKALA KOTA DAN
KUMUH KAWASAN

B.13
PENENTUAN KAWASAN
PRIORITAS P ENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH

C.4
PERENCANAAN PARTISIPATIF DI KAWASAN PRIORITAS :
▪ Pelaksanaan Rencana Kerja Masyarakat
▪ Penyepakatan KOMPONEN DED

TUJUAN Menyusun rencana aksi masyarakat/community action plan (CAP)


penanganan permasalahan pembangunan pada kawasan permukiman
kumuh meliputi jenis/komponen, volume, lokasi, dan pelaku

METODE Analisis kebutuhan, pemetaan stakeholder, analisis pembiayaan,


pendekatan partisipatif, dan FGD (rembug warga)

LANGKAH • Mengidentifikasi dan memetakan pemangku kepentingan di tingkat


masyarakat untuk turut terlibat dalam proses perencanaan;
• Mengidentifikasi kebutuhan penanganan tahap pertama yang berbasis
komponen dengan melakukan diskusi partisipatif/rembug warga dengan
pemangku kepentingan dan masyarakat setempat;
• Menyusun dan memilih komponen infrastruktur yang akan ditindaklanjuti
dengan penyusunan desain teknis dan diimplementasikan pada tahun
pertama melalui beberapa kriteria, yaitu:
a) Komponen infrastruktur yang akan dibangun harus merupakan
kebutuhan utama kawasan yang langsung dapat dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat setempat.
b) Komponen infrastruktur yang akan dibangun harus memberikan
implikasi atau dampak nyata terhadap peningkatan kualitas
permukiman;

3-122 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


c) Komponen infrastruktur yang akan dibangun harus bersifat mudah
dilaksanakan, tidak menimbulkan friksi di masyarakat,
d) Lokasi pembangunan komponen infrastruktur bukan merupakan
lahan ilegal/disengketakan.
*) Proses pelaksanaan perencanaan partisipatif dilakukan secara informal,
sesuai dengan kebutuhan, dan disepakati dalam bentuk berita acara.

OUTPUT • Kebutuhan penanganan kawasan;


• Rencana Kerja Masyarakat (RKM)
• Hasil perencanaan partisipatif (hasil desain masyarakat skala lingkungan)
• Komponen infrastuktur yang akan ditindaklanjuti dengan penyusunan
desain teknis (DED); dan
• Indikasi kesiapan kawasan (readiness criteria) dari sisi masyarakat untuk
implementasi program.

PELAKSANA • Koordinator Kota/Askot/Fasilitator Pendamping Masyarakat


• BKM/KSM
• Tim Inti Perencanaan Partisipatif

DURASI 6 minggu (1,5 bulan) *


*) Terhitung sejak minggu ke-2 bulan ke-4 atau sejak diselesaikannya sub
kegiatan penyiapan dan penguatan kelembagaan masyarakat

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-123


TAHAP PENYUSUNAN DESAIN TEKNIS
Kegiatan penyusunan desain teknis adalah penerjemahan dari rencana penanganan kawasan
permukiman prioritas yang telah disusun pada tahap sebelumnya ke dalam bentuk
rancangan/desain teknis untuk diimplementasikan pada tahun pertama. Dengan kata lain,
rancangan/desain teknis dalam rangka pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh
di kawasan prioritas ini disusun berdasarkan rencana penanganan (konsep, strategi, dan program)
yang telah disusun dan disepakati sebelumnya. Dalam lingkup kegiatan penyusunan desain teknis
ini terdapat 7 (tujuh) sub kegiatan yang terbagi dalam 2 (dua) lingkup sebagai berikut:

Penyelenggaraan Kegiatan RP2KPKP A.6 Pembahasan Pleno


A.7 Konsultasi Publik

Proses Perencanaan & Penyusunan B.14 Penyusunan desain teknis (daftar


komponen DED, pengukuran lapangan,
dan visualisasi pendukung perancangan)
B.15 Penyusunan detailed engineering
design/DED (gambar kerja, RAB, RKS)
B.16 Penyempurnaan hasil pleno
B.17 Penyusunan dokumen RP2KPKP
B.18 Finalisasi dan legalisasi hasil
(Perwal/Perbup)

Lingkup kegiatan penyusunan desain teknis ini akan diselesaikan pada 2 (dua) bulan terakhir
pelaksanaan kegiatan penyusunan RP2KPKP, dan dimulai sejak kegiatan dalam tahap perumusan
rencana penanganan masih berlangsung. Secara diagramatis, rangkaian kegiatan pada lingkup
kegiatan penyusunan desain teknis dapat dilihat pada Gambar 3-18.

3-124 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


TAHAPAN 4 TAHAP PENYUSUNAN DESAIN TEKNIS

WAKTU BULAN 5 BULAN 6

PENYELENGGARAAN
KEGIATAN RP2KPKP
(pendekatan fasilitasi A.6 A.7
PEMBAHASAN KONSULTASI
Pemda) PLENO PUBLIK *

B.16
PENYEMPURNAAN
HASIL PLENO

B.17
PENYUSUNAN
DOKUMEN RP2KPKP
• Rencana Aksi 0%
Kumuh
• Rencana Teknis
Pembangunan
PROSES PENYUSUNAN tahap 1
• Memorandum
RP2KPKP Program
(Pendekatan Membangun • DED Komponen
Prioritas
B.14
Sistem) PENYUSUNAN DESAIN
TEKNIS
• Daftar rencana
komponen B.18
• Pengukuran lapangan FINALISASI &
• Visualisasi pendukung LEGALISASI HASIL
perancangan (PERWAL/PERBUP)

B.15
PENYUSUNAN DETAILED ENGINEERING DESIGN/DED
(GAMBAR KERJA, RAB, RKS)

PELAPORAN LAPORAN
DRAFT AKHIR
LAPORAN
AKHIR

• Daftar rencana komponen infrastruktur pembangunan tahap 1;


• Data hasil pengukuran detail komponen infrastruktur pembangunan tahap 1:
• Peta rinci/siteplan;
• Visualisasi pendukung perancangan (dokumentasi drone, ilustrasi before-after, animasi 3D);
OUTPUT • DED (Gambar kerja, RAB, RKS) komponen infrastruktur pembangunan tahap 1;
• Dokumen lelang;
• Dokumen RP2KPKP; dan
• Perwal/Perbup

Gambar 3.30 Rangkaian Kegiatan pada Lingkup Kegiatan Penyusunan Desain Teknis

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-125


B.14 Penyusunan desain Konsep dan desain penanganan kawasan dirumuskan dan
teknis disiapkan rencana teknisnya dengan lebih terukur dan presisi
baik secara lokasi, besaran/volume dan terpetakan secara visual.
Menyusun dan menyepakati DED yang siap untuk
diimplementasikan sesuai dengan tahap pembangunan dan
prioritas penanganan.

B.13
PENENTUAN KAWASAN
PRIORITAS PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH

B.14
PENYUSUNAN DESAIN
TEKNIS
• Daftar rencana
komponen
• Pengukuran lapangan
• Visualisasi pendukung
perancangan

B.15
PENYUSUNAN DETAILED ENGINEERING DESIGN/DED
(GAMBAR KERJA, RAB, RKS)

TUJUAN • Memperoleh list/daftar komponen infrastruktur prioritas yang akan


ditindaklanjuti dengan penyusunan gambar kerja yang siap
diimplementasikan
• Melakukan pengukuran teknis untuk menentukan komponen-komponen
dari infrastruktur permukiman yang masih bermasalah
• Menyusun peta rinci sebagai acuan untuk pelaksanaan pembangunan di
lapangan;
• Menyusun visualisasi pendukung perancangan dan pembuatan
komponen penanganan kawasan secara visual
• Memperoleh gambaran visual kawasan kumuh prioritas secara
komprehensif
• Memperoleh detail kebutuhan perancangan komponen infrasruktur
(volume dan dimensi) serta kondisi lapangan teraktual pada kawasan
permukiman kumuh prioritas

METODE • Studio, analisis kebutuhan, penjaringan informasi, observasi dan


pengukuran lapangan (ground survei), teknik penelurusan lokasi (transek)

LANGKAH • Melakukan penyusunan peta rinci/siteplan, pembuatan site plan


diperlukan sebagai acuan untuk pelaksanaan di lapangan siteplan
sedikitnya memuat: (1) plotting komponen rencana, (2) jenis serta ukuran

3-126 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


komponen rencana dan (3) kondisi eksisting, misal: nama jalan, arah
aliran, kontur eksisting serta kondisi 0% dari komponen yang akan
dibangun. Peta kebutuhan infarstruktur yang dipersyaratkan skala
1:1.000.
• Penyusunan visualisasi pendukung perancangan, pembuatan komponen
kawasan secara visual untuk memberikan pembanding dari kondisi
kawasan semula dan kondisi kawasan setelah dibangun atau before-after
• penyiapan gambar pra rencana berdasarkan rumusan program kegiatan
untuk pembangunan kawasan secara keseluruhan. Gambar ini memuat
bentuk dan komponen-komponen fisik apa saja yang diperlukan dalam
penanganan kawasan kumuh prioritas, namun jumlah dan besarannya
belum terinci yang disepakati antara pokja kab/kota, stakeholders
kab/kota serta masyarakat pada kawasan prioritas.
• Melakukan analisis dan diskusi pemilihan komponen dengan
stakeholders kab/kota serta masyarakat pada kawasan prioritas
• Melakukan ground check dan pengukuran yang disesuaikan dengan
kebutuhan nyata di lapangan. Komponen rencana disusun ulang dan
dilihat sejauh mana kemungkinan dapat dilaksanakan pembangunannya
di lapangan. Pemilihan komponen yang akan diukur harus melalui
beberapa kriteria, yaitu:
- Komponen harus benar-benar menjadi prioritas utama bagi
penanganan kawasan kumuh;
- Komponen harus memberikan dampak nyata/manfaat terhadap
perbaikan lingkungan kumuh yang ditangani; dan
- Komponen dapat dilaksanakan pembangunannya dan tidak berada
dalam tanah/lahan yang disengketakan

OUTPUT • Peta rencana rinci pembangunan tahap pertama yang disusun dengan
memperhatikan berbagai acuan yang ada (peta kebutuhan infarstruktur
skala 1:1.000 untuk penanganan tahun pertama dan skala 1:5.000 untuk
jangka waktu tahun 2017-2019)
• Visualisasi 3 dimensi (3D) dari rencana yang disusun
• Animasi (video/flim yang memperlihatkan kondisi eksisting dan rencana)
• Kesepakatan daftar rencana komponen infrastruktur pembangunan tahap
1; dan
• Dimensi dan volume pekerjaan komponen infrastruktur pembangunan
tahap 1

DURASI 4 (empat) minggu *

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-127


*) Terhitung sejak minggu ke-1 bulan ke-5 atau sejak diselesaikannya sub
kegiatan penentuan kawasan prioritas penanganan

Survei detail permukiman kumuh prioritas dilakukan setelah ditetapkannya kawasan prioritas pada
tahapan sebelumnya. Survei ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai permasalahan
kondisi fisik dan non fisik melalui pengamatan secara langsung di kawasan kumuh prioritas.
Pengenalan akan lapangan ini penting dilaksanakan agar mampu menyusun konsep penanganan
yang sesuai dengan kebutuhan kawasan kumuh prioritas.
Data yang didapatkan pada survei kawasan kumuh prioritas ini berupa data primer dan data
sekunder (by name by address), diantaranya adalah:
a. Lingkup Rumah Tangga
• Kondisi bangunan hunian (keteraturan bangunan kelayakan bangunan hunian)
• Kondisi penyediaan air minum
• Kondisi pengelolaan sanitasi
• Pengelolaan sampah rumah tangga
b. Lingkup Lingkungan
• Kondisi bangunan hunian (kepadatan bangunan)
• Kondisi jalan lingkungan
• Kondisi drainase lingkungan (kejadian genangan)
• Pengamanan bahaya kebakaran
• Kondisi ketersediaan RTH
c. Data Nonfisik:
• Data kependudukan
• Data potensi ekonomi eksisting kawasan
• Data potensi pengembangan kawasan
• Data kebiasaan dan adat istiadat di kawasan
• Data identifikasi legalitas lahan dan bangunan hunian

3-128 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Tabel 3.24 Contoh Daftar Komponen Pembangunan Tahap 1 (By Name by Address)

Koordinat Kegiatan
No. Nama Kegiatan
Desimal Derajat
RW. 01
Pemasangan Box Cuvert 200 x 200 Kali Badek Gg. 8 RW. -8.000959, 8°00'03.5"S
1
01 112.629219 112°37'45.2"E
-8.001166, 8°00'04.2"S
2 Pengaspal Jalan Gg. 08 RW. 01
112.630024 112°37'48.1"E
-8.001452, 8°00'05.2"S
3 Pasang Paving Jalan RT. 09 RW. 01
112.630665 112°37'50.4"E
-8.001762, 8°00'06.3"S
4 Pembuatan Pagar BRC Kali Badek RW. 01
112.631073 112°37'51.9"E
Pengaspalan Jl. Kolonel Sugiono X dan Jl. Perum. Kota -8.003769, 8°00'13.6"S
5
Lama 112.630384 112°37'49.4"E
Pengaspal dan Pasang Box U 50 x 40 Jl. Kolonel Sugiono -8.003343, 8°00'12.0"S
6
XA RT. 07 RW. 01 112.629358 112°37'45.7"E
Pasang Gorong- gorong D 30 dan Pasang Box U 30 x 40 Jl. -8.005136, 8°00'18.5"S
7
Kolonel Sugiono XA RT. 07 RW.01 112.629657 112°37'46.8"E
-8.007396, 8°00'26.6"S
8 Pasang Paving Jalan RT. 14,15,16
112.626472 112°37'35.3"E
-8.006230, 8°00'22.4"S
9 Pemasangan 10 Biofil RW. 01
112.628126 112°37'41.2"E
RW. 02
-7.999213, 7°59'57.2"S
10 Pasang Gorong-gorong Gg. Anggrek sampai Gg. Seruni
112.629139 112°37'44.9"E
-7.999015, 7°59'56.5"S
11 Pasang Gorong-gorong Gg. Seruni
112.629116 112°37'44.8"E
-7.999584, 7°59'58.5"S
12 Pasang Gorong-gorong Gg. Cilung
112.628670 112°37'43.2"E
-7.999551, 7°59'58.4"S
13 Perbaikan Aspal Jalan Simpang Sonokeling
112.628418 112°37'42.3"E
-8.000240, 8°00'00.9"S
14 Pasang Box U 50 x 70 Jl. Niaga
112.626679 112°37'36.0"E
-7.999601, 7°59'58.6"S
15 Pembuatan MCK Komunal jl. Simpang Sonokeling
112.628384 112°37'42.2"E
-7.998488, 7°59'54.6"S
16 Pembuatan MCK Komunal Gg. Matahari
112.629020 112°37'44.5"E
... RW ...
... ... ... ...
*) Daftar komponen tersebut disepakati sebelum dilakukan pendetailan dan perhitungan dengan
mempertimbangkan kemungkinanpelaksanaan di lapangan dan dampak penurunan tingkat kekumuhan
dari rencana pembangunan komponen diatas.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-129


Gambar 3.31 Plotting/pemetaan Daftar Komponen Infrastruktur Pembangunan tahap 1

3-130 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Gambar 3.32 Contoh Siteplan Kawasan Prioritas

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-131


Gambar 3.33 Contoh siteplan kawasan skala 1:1000 (disertai dokumentasi kondisi eksisting)

3-132 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Gambar 3.34 Ilustasi Perbandingan Kondisi Sebelum (Before) dan Setelah (After) Penanganan

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-133


Gambar 3.35 Contoh ilustrasi 3D Kawasan

3-134 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


B.15 Penyusunan Detailed Penyusunan rencana teknis rinci/gambar kerja (detailed
Engineering Design engineering design/DED) disertai dengan analisa harga satuan,
(Gambar kerja, RAB, RAB, dan RKS untuk komponen infrastruktur pembangunan
RKS) tahapan yang telah disepakati

A.6
PEMBAHASAN
PLENO

B.14
PENYUSUNAN DESAIN B.16
TEKNIS PENYEMPURNAAN
• Daftar rencana HASIL PLENO
komponen
• Pengukuran lapangan
• Visualisasi pendukung
perancangan

B.15
PENYUSUNAN DETAILED ENGINEERING DESIGN/DED
(GAMBAR KERJA, RAB, RKS)

TUJUAN • Menyusun rencana teknis rinci (DED) infrastruktur permukiman perkotaan


pada kawasan pembangunan tahap pertama; dan
• Menyusun Dokumen Lelang yang memuat Rencana Anggaran Biaya
(RAB) dan daftar kuantitas harga

METODE Desk study, studio

LANGKAH • penyusunan desain teknis meliputi:


- Pembuatan keyplan dan gambar kerja sebagai pendetailan komponen
prioritas yang ditentukan sebagai acuan pelaksanaan di lapangan;
- Pembuatan gambar kerja detail dari komponen yang direncanakan
yaitu gambar denah, tampak dan potongan dengan skala yang telah
ditentukan dan disesuaikan dengan kebutuhan pelaksana lapangan
(skala 1:200, 1:100, 1:50, 1:20, 1:10).
• Sedangkan dokumen lelang yang dipersiapkan selain site plan dan
gambar detail diatas mencakup dokumen yang akan digunakan dalam
pengadaan barang dan jasa yaitu:
- Analisa satuan pekerjaan dan RAB; yang disusun dengan
memperhatikan ketentuan yang ada (lihat box 1).

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-135


- Rencana Kerja dan Syarat (RKS) serta spesifikasi teknis, yang disusun
berdasarkan kebutuhan lelang

OUTPUT • Gambar kerja/DED untuk setiap komponen infrastruktur yang disepakati


(skala 1:200/1:100/1:50/1:20/1:10) yang terdiri atas:
a) Peta lokasi komponen (keyplan);
b) Gambar potongan/denah/tampak 2D;
c) Gambar perspektif 3D; dan
d) Detail pengukuran dan analisa biaya (tabel).
• Dokumen lelang meliputi:
a) Peta rinci / site plan dan gambar detail;
b) Data hasil pengukuran dan kondisi lapangan;
c) Data survei investigasi lahan dan utilitas
d) Rencana Anggaran Biaya (RAB) atau Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
dari paket-paket pekerjaan yang disusun (OE);
e) Rincian volume pekerjaan (BOQ);
f) Rencana Kerja dan syarat-syarat (RKS);
g) Dokumen persyaratan umum dan dokumen persyaratan administrasi;
dan
h) Spesifikasi teknis dari masing-masing item komponen rencana

DURASI 8 (delapan) minggu / 2 (dua) bulan *


*) Terhitung sejak awal bulan ke-5 atau sejak diselesaikannya sub kegiatan
penyusunan daftar rencana komponen infrastruktur

3-136 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Acuan yang Digunakan dalam Penyusunan DED
Penyusunan rencana teknis rinci dapat mengacu kepada standar teknis yang digunakan yaitu Standar
Nasional Indonesia (SNI) dan pedoman teknis lainnya, yang antara lain meliputi:
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 28/PRT/M/2016 Tentang Pedoman Analisis Harga Satuan
Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum, atau
• Standar Teknis Penyusunan Analisa Biaya Komponen DED Standar teknis bidang antara lain: SNI
Tahun 2007 tentang Analisa Harga Satuan Pekerjaan,
• Pada kondisi komponen yang dibuat belum terdapat standar analisa satuan pekerjaan maka dapat
digunakan metoda Analisa BOW.

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-137


Gambar 3.36 Contoh Ilustrasi 3D Komponen DED

3-138 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


Gambar 3.37 Contoh Gambar Kerja (DED)

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-139


RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)

Nama Pekerjaan : Rencana Kawasan Permukiman Kumuh Prioritas (RKP-KP) Kota Malang
Item Analisa : DIGESTER
Lokasi Pekerjaan : Kota Malang
Tahun Anggaran : 2015

Jumlah
No Nama Pekerjaan Vol Satuan Harga Satuan
Harga
DIGESTER
I Pekerjaan Tanah
1 Pengukuran dan Bouwplank 18,00 m 37.000,00 666.000,00
2 Galian Tanah 41,04 m3 45.900,00 1.883.632,73
3 Timbunan Tanah Kembali 12,31 m3 10.400,00 128.037,78
4 Pemadatan tanah setiap 20 cm 12,31 m3 22.900,00 281.929,34
5 Buangan tanah sisa galian 28,73 m3 13.700,00 393.552,02
6 Pasir Urug, t = 5 cm 0,89 m3 124.500,00 110.929,50

SUB TOTAL.I 3.464.081,37

II Pekerjaan Pasangan dan Beton


1 Beton lantai kerja K 100, t = 5 cm 0,89 m3 697.600,00 621.561,60
2 Beton Plat Dasar tebal = 20 cm K225 tul = 145 kg/m3 2,67 m3 2.946.100,00 7.874.925,30
3 Beton Plat Atas tebal = 12 cm K225 tul = 135 kg/m3 2,53 m3 4.245.000,00 10.745.188,09
4 Beton Tutup Manhole 0,07 m3 4.245.000,00 312.007,50
5 Pasangan Paving block tebal 6 cm 24,00 m2 119.200,00 2.860.800,00
6 Pasangan Batu belah 1Pc : 4 Ps ( penjepit paving block ) 2,16 m3 615.300,00 1.329.048,00
7 Pasangan Batu bata 1Pc : 3 Ps ( Pas 1Bt ) 35,95 m2 190.300,00 6.841.285,00
8 Pasangan Batu bata 1Pc : 3 Ps ( Pas.1/2 Bt ) 1,44 m2 91.000,00 131.040,00
9 Plesteran 1Pc : 3 Ps tebal 15 mm 37,39 m2 36.400,00 1.360.996,00
10 Acian 37,39 m2 19.200,00 717.888,00
11 Saluran drainase terbuka keliling Digester 24,00 m 292.300,00 7.015.200,00

SUB TOTAL.II 39.809.939,49

III Pekerjaan Lain- lain


1 Pipa PVC dia 3/4" AW 12,00 m1 127.800,00 1.533.600,00
2 Bend all socket PVC dia.3/4" AW 2,00 bh 24.000,00 48.000,00
3 Pipa PVC dia 4" AW 3,00 m1 185.200,00 555.600,00
4 Bend all socket PVC dia. 4" AW 2,00 bh 26.000,00 52.000,00

SUB TOTAL.III 2.189.200,00


JUMLAH 45.463.220,86

Gambar 3.38 Contoh Rencana Anggaran Biaya (RAB) Komponen

3-140 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


A.6 Pembahasan Pleno Pada bulan kelima/keenam penyelenggaraan kegiatan, akan
diselenggarakan kegiatan Pembahasan Pleno Penyusunan
RP2KPKP yang wajib diikuti oleh Tenaga Ahli Pendamping dan
Pokjanis Kabupaten/Kota.

A.5
FGD 3: A.6 A.7
PENYEPA KATAN RENCANA AKSI, PEMBAHASAN KONSULTASI
PROGRAM DAN KEGIA TAN (Hasil PLENO PUBLIK *
RK M)

B.16
PENYEMPURNAAN
HASIL PLENO

B.15
PENYUSUNAN DETAILED ENGINEERING DESIGN/DED
(GAMBAR KERJA, RAB, RKS)

TUJUAN Memonitor pencapaian dari kegiatan penyusunan RP2KPKP yang dilakukan


di setiap kabupaten/kota

METODE Workshop dan diskusi

LANGKAH • Menyiapkan materi pembahasan capaian penyusunan RP2KPKP hingga


tahap penyusunan desain teknis yang meliputi bahan tayangan dan
materi visualisasi yang telah disusun;
• Mengikuti kegiatan pembahasan pleno dengan memaparkan hasil-hasil
penyusunan RP2KPKP kepada para pemangku kepentingan terkait;
• Memaparkan hasil dan proses penyusunan RP2KPKP oleh tim pokjanis
kabupaten/kota; dan
• Merumuskan langkah perbaikan berdasarkan masukan terhadap
pencapaian kegiatan RP2KPKP dari pelaksanaan pembahasan pleno

OUTPUT • Kesetaraan kualitas dan tingkat kedalaman hasil dari produk RP2KPKP
yang dihasilkan oleh tiap kabupaten/kota; dan
• Hasil evaluasi terhadap proses yang telah dilakukan.

DURASI 1-2 hari *


*) Minggu ke-4 pada bulan ke-5 (Jadwal dan lokasi penyelenggaraan
ditentukan oleh pihak Direktorat PKP, Ditjen Ck, Kementerian PUPR)

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-141


Secara proses, pada saat pelaksanaan pembahasan pleno diharapkan seluruh kota/kabupaten
penyusun telah melaksanakan kegiatan FGD 3 serta perencanaan partisipatif di kawasan
permukiman prioritas (pelaksanaan rencana kerja masyarakat). Secara substansi, pada saat
pelaksanaan pembahasan pleno diharapkan seluruh kota/kabupaten penyusun telah memiliki
output akhir hingga tahap DED komponen pembangunan tahap 1 yang disertai dengan visualisasi
pendukung perancangan (dokumentasi drone, ilustrasi before-after, dan animasi 3D).
Dalam konteks administrasi, pada saat pelaksanaan pembahasan pleno diharapkan seluruh
kota/kabupaten penyusun telah melaksanakan pembahasan laporan akhir sementara di tingkat
provinsi.

B.16 Penyempurnaan Perbaikan rencana pencegahan dan peningkatan kualitas


hasil Pleno permukiman kumuh yang telah disusun berdasarkan hasil
masukan dari pembahasan pleno

A.6
PEMBAHASAN
PLENO

B.16
PENYEMPURNAAN
HASIL PLENO

B.17
PENYUSUNAN DOKUMEN RP2KPKP
• Rencana Aksi 0% Kumuh
• Rencana Teknis Pembangunan tahap 1
• Memorandum Program
• DED Komponen Prioritas

B.15
PENYUSUNAN DETAILED ENGINEERING DESIGN/DED
(GAMBAR KERJA, RAB, RKS)

TUJUAN Menyempurnakan substansi rencana pencegahan dan peningkatan kualitas


permukiman kumuh

METODE Desk study

LANGKAH • Menginventarisasi catatan masukan penyelenggaraan pembahasan


pleno;
• Memperbaiki substansi rencana pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh; dan

3-142 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


• Mengkonsultasikan hasil penyempurnaan substansi pasca pembahasan
pleno dengan tim teknis provinsi dan koordinator pusat.

OUTPUT • Rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh


yang telah disempurnakan hingga ke tahap desain teknis.

DURASI 2 (dua) minggu *


*) terhitung sejak terselenggaranya kegiatan pembahasan pleno.

A.7 Diseminasi dan Untuk menginformasikan hasil yang telah dicapai, maka pada
Publikasi awal bulan keenam perlu diselenggarakan kegiatan diseminasi
dan publikasi. Kegiatan diseminasi dan publikasi ini adalah
kegiatan penyebarluasan terhadap muatan RP2KPKP kepada
pemangku kepentingan kabupaten/kota termasuk masyarakat.

*) Diseminasi dan publikasi ini diselenggarakan melalui


pendanaan pemerintah kota/kabupaten (APBD)

A.6 A.7
PEMBAHASAN DISEMINASI &
PLENO PUBLIKASI

B.17
PENYUSUNAN
DOKUMEN RP2KPKP
• Rencana Aksi 0%
Kumuh
• Rencana Teknis
Pembangunan
tahap 1
• Memorandum
Program
• DED Komponen
Prioritas

TUJUAN Untuk menyebarluaskan hasil penyusunan RP2KPKP yang telah dilakukan


kepada masyarakat

METODE Pemaparan hasil melalui sosialisasi, publikasi media (cetak/elektronik), dll

LANGKAH • Menyiapkan materi pemaparan dan publikasi yang meliputi bahan tayang
dan materi visualisasi yang telah disusun
• Memaparkan dan mempublikasikan seluruh capaian kegiatan RP2KPKP

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-143


OUTPUT Terinformasikannya hasil penyusunan RP2KPKP kepada masyarakat

DURASI 1 minggu
*) Jadwal penyelenggaraan disesuaikan dengan rencana kerja yang telah
disusun

B.17 Penyempurnaan Menyempurnakan Dokumen RP2KPKP sebagai produk akhir


Dokumen RP2KPKP hasil penyusunan substansi RP2KPKP yang memuat seluruh
output kegiatan hingga ke tahap desain teknis.

A.7
KONSULTASI
PUBLIK *

B.16
PENYEMPURNAAN
HASIL PLENO

B.17
Penyempurnaan DOKUMEN RP2KP KP
• Rencana Aksi 0% Kumuh
• Rencana Teknis Pembangunan tahap 1
• Memor andum P rogram
• DED Komponen Pr ioritas

B.18
FINALISASI &
LEGALIS ASI HAS IL
(PERWAL/PERBUP)

TUJUAN Menyusun substansi rencana pencegahan dan peningkatan kualitas


permukiman perkotaan ke dalam satu dokumen yang terpadu dan dapat
dimanfaatkan oleh seluruh pemangku kepentingan

METODE Desk study, kompilasi output

LANGKAH • Menginventarisasi output/keluaran utama dari kegiatan penyusunan


RP2KPKP;
• Sistematisasi seluruh hasil-hasil dari rangkain proses kegiatan yang
disusun dalam dokumen perencanaan yang komprehensif sesuai dengan
substansi yang diwajibkan.
• Melakukan diskusi pembahasan terhadap konten dan sistematika
penyajian dokumen.

3-144 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


OUTPUT Dokumen Rencana Pencegahan dan peningkatan Kualitas Permukiman
Kumuh Perkotaan yang memuat:
• Profil kawasan permukiman kumuh hasil verifikasi;
• Potensi dan permasalahan permukiman kumuh (pemetaan 7+1
indikator).
• Konsep dan strategi penanganan permukiman kumuh (skala kota dan
skala kawasan);
• Hasil penilaian tingkat kekumuhan berdasarkan kriteria dan indikator
(Permen PUPR No.2/2016);
• Hasil justifikasi penanganan pada klaster permukiman kumuh kota;
• Kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh
perkotaan;
• Distribusi pola kolaborasi penanganan permukiman kumuh;
• Skenario penanganan dan desain penanganan kawasan permukiman
kumuh;
• Rencana aksi dan memorandum keterpaduan program penanganan;
• Kawasan prioritas yang akan dilakukan pembangunannya pada tahap
pertama (dilakukan penyusunan rencana penanganan secara lebih rinci
dan operasional, dengan tingkat kedalaman skala perencanaan 1:1.000);
• Siteplan kawasan permukiman prioritas dan visualisasi pendukung
perancangan
a) 1:5.000 (untuk kawasan prioritas)
b) 1:1.000 (untuk kawasan pembangunan tahun pertama)

DURASI 2 (dua) minggu *


*) terhitung sejak minggu ke-2 bulan ke-6 atau sejak diselesaikannya sub
kegiatan penyempurnaan hasil pleno

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-145


B.18 Finalisasi dan Melakukan penyempurnaan Dokumen RP2KPKP serta menyusun
legalisasi hasil produk hukum (legal drafting) dari substansi RP2KPKP yang telah
disusun

B.17
PENYUSUNAN DOKUMEN RP 2KPKP
• Rencana Aksi 0% Kumuh
• Rencana Teknis Pembangunan
tahap 1
• Memorandum Program
• DED Komponen Prioritas

B.18
FINALISASI & LEGALISASI HASIL
(PERWAL/PERBUP)

TUJUAN Menyusun substansi rencana pencegahan dan peningkatan kualitas


permukiman perkotaan ke dalam satu dokumen yang terpadu dan dapat
dimanfaatkan oleh seluruh pemangku kepentingan

METODE legal drafting, pembahasan

LANGKAH • Penyusunan Draft Peraturan Walikota/Bupati berdasarkan dokumen


RP2KPKP yang telah disepakati oleh pemangku kepentingan;
• Pembahasan di bagian hukum (harmonisasi dan koordinasi dgn SKPD
terkait);
• Pengajuan RANPERWAL/RANPERBUP kepada Walikota/Bupati (melalui
SEKDA);
• Penyempurnaan perwal/perbup oleh tim penyusun perwal;
• Penetapan PERATURAN WALIKOTA/PERATURAN BUPATI.

OUTPUT Output yang diharapkan yaitu tersusunnya Peraturan Walikota/Bupati tentang


Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Kota/Kabupaten

DURASI 2 (dua) minggu *


*) terhitung sejak minggu ke-3 bulan ke-6 atau sejak diselesaikannya sub
kegiatan penyusunan dokumen RP2KPKP

3-146 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


3.3 KELUARAN YANG DIHASILKAN
Keluaran yang dihasilkan dari kegiatan Penyusunan RP2KPKP meliputi 5 (lima) dokumen, yaitu:
1. Dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
(RP2KPKP);
2. Dokumen Penyelenggaraan (Proceeding) Kegiatan;
3. Dokumen/Album Detailed Engineering Design (DED); dan
4. Dokumen/Album Peta.
5. Peraturan Walikota/Bupati tentang Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh Kota/Kabupaten
dengan rincian muatan tiap dokumen sebagai berikut:
1. Dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
(RP2KPKP)

MUATAN • Profil kawasan permukiman prioritas;


• Potensi dan permasalahan pembangunan permukiman dan
infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan permukiman
prioritas;
• Konsep dan rencana penanganan pada kawasan permukiman
prioritas;
• Rencana aksi program penanganan permukiman pada kawasan
prioritas selama 5 tahun;
• Memorandum program penanganan kumuh.
• Rencana pembangunan tahun 1
• Kawasan prioritas yang akan dilakukan pembangunannya pada
tahap pertama (dilakukan penyusunan rencana penanganan
secara lebih rinci dan operasional, dengan tingkat kedalaman skala
perencanaan 1:1.000);
• Rencana Detail Desain (Detailed Engineering Design/DED)
infrastruktur permukiman untuk kawasan permukiman kumuh yang
pembangunannya akan dilaksanakan pada tahun pertama yang
disajikan dalam bentuk 3D; dan
• Dokumen spasial terkait dengan konsep, rencana penanganan,
rencana aksi program dalam skala :
e) 1:100 (Untuk DED kawasan prioritas)
f) 1:5.000 (untuk kawasan prioritas)
g) 1:1.000 (untuk kawasan pembangunan tahun pertama)

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-147


PENYAJIAN • Dokumen ini disajikan sebagai laporan utama; dan
• Penulisan dokumen ini dilengkapi dengan tabel, gambar dan peta
yang representatif

2. Dokumen Penyelenggaraan (Proceeding)Kegiatan

MUATAN • Notulensi dari tiap penyelenggaraan kegiatan-kegiatan


penyepakatan dan sosialisasi;
• Absensi dan daftar hadir tiap penyelenggaraan kegiatan
penyepakatan dan sosialisasi;
• Materi yang disampaikan;
• Bentuk-bentuk kesepakatan yang dihasilkan; dan
• Proses diskusi

PENYAJIAN • Dokumen ini disajikan sebagai dokumen yang terpisah dengan


dokumen proses (Laporan Pendahuluan, Laporan Antara, Laporan
Akhir Sementara, dan Laporan Akhir) dan dokumen RP2KPKP;
• Kegiatan yang dilaporkan setidaknya adalah kegiatan Sosialisasi,
Konsolidasi Tingkat Provinsi, FGD 1, FGD 2, FGD 3, dan Kolokium;
• Bentuk-bentuk kesepakatan tertuang dalam berita acara kegiatan
yang dihasilkan yang ditandatangani oleh perwakilan pihak yang
hadir dan menyetujui; dan
• Tiap kegiatan yang diselenggarakan dilengkapi dengan
dokumentasi foto penyelenggaraan yang disajikan sebagai
lampiran dalam dokumen ini.

3. Dokumen/Album Detailed Engineering Design (DED)

MUATAN • DED untuk komponen infrastruktur permukiman dan sektor terkait


lainnya pada kawasan pembangunan tahap pertama; dan
• Rencana Anggaran Biaya (RAB)

PENYAJIAN • Gambar kerja yang ditampilkan dalam Dokumen/Album DED


merupakan kompilasi gambar kerja yang termuat dalam dokumen

3-148 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP


RP2KPKP maupun dokumen proses kegiatan (Laporan Draft Akhir
dan Laporan Akhir)
• Gambar kerja yang dihasilkan minimal memuat unsur-unsur
sebagai berikut (contoh terlampir):
a) Instansi yang menerbitkan gambar (pemilik kegiatan);
b) Judul kegiatan;
c) Judul gambar;
d) Pihak yang mengetahui dan menyetujui;
e) Skala gambar (baris dan angka);
f) Keterangan jumlah lembar dan nomor lembar;
g) Legenda/keterangan peta;
h) Peta orientasi/inset; dan
i) Gambar utama peta.
• Gambar kerja yang secara visual memanjang dari atas ke bawah
ditampilkan dalam bentuk portrait (contoh terlampir)
• Gambar kerja yang secara visual memanjang dari kiri ke kanan
ditampilkan dalam bentuk landscape (contoh terlampir)
• Penulisan dokumen ini dilengkapi dengan daftar isi yang
representatif.

4. Dokumen/Album Peta

MUATAN • Peta kondisi eksisting;


• Peta rencana

PENYAJIAN • Peta yang ditampilkan dalam Album Peta merupakan kompilasi


peta yang termuat dalam dokumen RP2KPKP maupun dokumen
proses kegiatan (Laporan Pendahuluan, Laporan Antara, Laporan
Draft Akhir, dan Laporan Akhir)
• Peta yang dihasilkan minimal memuat unsur-unsur sebagai berikut
(contoh terlampir):
j) Instansi yang menerbitkan peta (pemilik kegiatan);
k) Judul kegiatan;
l) Judul peta;
m) Orientasi peta;
n) Skala peta (baris dan angka) disertai keterangan jenis proyeksi,
sistem grid, dan datum horizontal;
o) Sumber data;

PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP 3-149


p) Legenda/keterangan peta;
q) Peta orientasi/inset; dan
r) Gambar utama peta.
• Peta kota/kabupaten/kawasan yang berorientasi utara-selatan atau
secara visual memanjang dari atas ke bawah ditampilkan dalam
bentuk portrait (contoh terlampir)
• Peta kota/kabupaten/kawasan yang berorientasi barat-timur atau
secara visual memanjang dari kiri ke kanan ditampilkan dalam
bentuk landscape (contoh terlampir)
• Penulisan dokumen ini dilengkapi dengan daftar isi yang
representatif.

5. Peraturan Walikota/Bupati tentang Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas


Permukiman Kumuh Kota/Kabupaten

MUATAN • Peraturan Kepala Daerah (Perkada) yang memuat tentang Rencana


Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Kota/Kabupaten

PENYAJIAN • Peraturan Walikota/Bupati yang telah ditandatangani yang memuat


tentang Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh Kota/Kabupaten

3-150 PANDUAN PENYUSUNAN RP2KPKP

Anda mungkin juga menyukai