Asuhan spiritual
Pengantar
Keyakinan religi dapat mempengaruhi secara mendalam pemulihan pasien, sikap terhadap tritmen, dan
respon keseluruhan terhadap perawatan di rumah sakit. Dalam kelompok religi tertentu, keyakinan dapat
menjadi penghalang tes diagnostik dan tritmen terapeutik, perlu pembatasan diet, dan menghambat
donasi organ dan perpanjangan kemampuan hidup artifisial. (Lihat Keyakinan dan praktik religi terpilih.)
Konsekuensinya, perawatan pasien yang efektif memerlukan pengakuan dan respek terhadap keyakinan
religi pasien.3 Mengakui keyakinan ini dan kebutuhan asuhan spiritual memerlukan perhatian penuh
terhadap petunjuk nonverbalnya atau ucapan yang tampak sederhana dimana mengekspresikan perhatian
spiritualnya. Respek terhadap keyakinannya perlu menyimpan keyakinan anda untuk membantu pasien
mengikuti petunjuk kesehatan. Menyediakan asuhan spiritual mungkin perlu menghubungi anggota
layanan spiritual yang tersedia di fasilitas atau di komunitas, mengumpulkan peralatan yang diperlukan
untuk membantu pasien melakukan ritual dan memberikan kesempatan untuk meminta pengampunan
dosa, dan menyiapkan pasien menerima kunjungan pemuka agama.
Peralatan
1. Handuk bersih (satu atau dua)
2. Wadah air (untuk baptism darurat), jika perlu
3. Persediaan lain disesuaikan dengan kebutuhan spesifik afiliasi religi pasien
Beberapa fasilitas, terutama mereka yang beralifiasi ke religi tertentu, menyiapkan paket layanan
religi. Petugas layanan spiritual mungkin membawa air suci, minyak suci, atau kitab suci atau peralatan
religi yang perlu diberikan kepada pasien.
Persiapan peralatan
Untuk baptis, beri tutup meja kecil dengan handuk bersih. Lipat handuk kedua dan taruh diatas meja,
bersama dengan sendok teh atau mangkok obat. Untuk komuni dan mengurapi, tutup meja dengan
handuk bersih. Untuk pasien Muslim, siapkan papan bersih untuk wudhu tayammum.
Implementasi
1. Cek rekaman masuk pasien untuk menentukan afiliasi religinya. Ingat bahwa beberapa pasien
mungkin menyatakan tidak memiliki keyakinan agama. Meskipun, seorang agnostic mungkin
menginginkan berbicara dengan anggota pendeta/ ulama, sehingga perlu mengamati dan
mendengarkan secara hati-hati pernyataan yang halus terhadap harapannya.
2. Mengevaluasi perilaku pasien terhadap tanda-tanda kesepian, kecemasan, atau ketakutan—emosi
yang menjadi tanda kebutuhan konseling spiritualnya. Pertimbangkan juga apakah pasien menghadapi
krisi kesehatan, dimana mungkin terjadi pada sakit kronis dan sebelum kelahiran, pembedahan, atau
kematian yang segera terjadi. Ingat bahwa pasien mungkin merasakan distress akut karena
ketidakmampuannya untuk berpartisipasi dalam ketaatan beribadah. Membantu seperti pasien
memverbalisasikan keyakinannya untuk menurunkan stress. Dengarkan dia dan biarkan dia
mengekpresikan keinginannya, tetapi hati-hati menahan diri dari memaksakan keyakinan anda
kepadanya untuk menghindari konflik dan stress lebih lanjut.
3. Jika pasien mengharapkan, atur kunjungan oleh anggota petugas rohaniawan. Konsultasi anggota
petugas rohaniawan jika anda membutuhkan informasi lebih banyak tentang keyakinan pasien.
4. Jika pasien anda menghadapi kemungkinan tindakan aborsi, amputasi, transfusi, atau prosedur medis
lainnya yang bersinggungan dengan implikasi religi yang penting, coba untuk mengungkap sikap
spiritualnya. Coba juga untuk menentukan sikap pasien anda terhadap pentingnya penumpangan
tangan, pengakuan dosa, menerima kommuni, beribadat pada hari besar agama (seperti sholat
Jum’at, hari Natal), dan pembatasan dalam diet atau penampilan fisik. Bantu pasien untuk melakukan
praktik religi normalnya selama di rawat di rumah sakit yang dapat membantu mengurangi stress.
5. Jika pasien hamil, temukan cara mengatasi keyakinannya tentang hal yang berkaitan dengan baptis
pada bayi dan sirkumsisi, dan penuhi harapannya setelah melahirkan.
Kewaspadaan pediatrik: jika neonatus dalam kondisi kritis, panggil anggota rohaniawan segera. Dalam
situasi emergensi kritis, anda dapat melakukan bantuan doa jika memungkinkan. (Lihat prosedur
"Berdoa untuk pasien kritis".) jika anda melakukannya, pastikan hal tersebut sesuai dengan norma
yang berlaku.
6. Jika seseorang melahirkan prematur bayi laki-laki atau melalui bedah sesar, tanyakan apakah pasien
merencanakan untuk melakukan ritual terhadap kelahiran, seperti sirkumsisi, atau seremoni yang
dilakukan pada hari ke 8 setelah kelahiran. (karena pasien yang melahirkan sehat, bayi full term
biasanya dilahirkan dengan cepat, seremoni ini normalnya dilakukan diluar rumah sakit.) untuk
mendukung seremoni ini, ciptakan privacy, jika perlu, lakukan sterilisasi instrumen. (Untuk informasi
lebih lanjut, lihat prosedur "Sirkumisis pada neonatus laki-laki ".)
7. Jika pasien beragama Nasrani meminta kommuni, siapkan dia sebelum anggota petugas rohaniawan
datang. Pertama, atur pasien dalam posisi semi Fowler atau Fowler jika kondisi memungkinkan. Bila
tidak mungkin, biarkan pasien tetap rebahan. Lipat handuk bersih dibawah dagu dan atur linen tempat
tidur yang rapi.
8. Jika pasien sakit terminal minta Sakramen untuk orang Sakit (Ritual terakhir) atau tritmen khusus
terhadap tubuhnya setelah meninggal, panggil anggota rohaniawan yang sesuai. Pada pasien yang
beragama katolik Roma, panggil pendeta Katolik Roma untuk melakukan sakramen, meskipun pasien
tidak berespon atau koma. Untuk menyiapkan sakramen ini, buka selimut pada tangan dan kakinya
untuk membuka anggota tubuh. Setelah anggota rohaniawan mengurapi dahi, mata, hidung, mulut,
tangan, dan kaki, atur kembali selimut seperti semula.
9. Dokumentasikan prosedur.2
Pertimbangan khusus
Perlakukan barang religi pasien dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan atau hilang.
Biasakan diri dengan sumber religi di tempat kerja anda. Beberapa fasilitas menyediakan layanan doa
bagi pasien sesuai agamanya.
Jika pasien mencoba membujuk untuk mengikuti kepercayaannya, katakan kepadanya bahwa anda
respek terhadap keyakinannya tetapi anda meyakini agama yang anda anut. Sebaliknya, hindari untuk
membujuk pasien mengikuti keyakinan anda.
Dokumentasi
Jika pasien telah menjalani ritual sesuai dengan agamanya, catat dalam rekaman pasien. Contoh, bila
pasien muslim telah menjalani sirkumsisi, catat dalam rekaman pasien. Bila memungkinkan, dapat
dilakukan layanan wudhu tayammum dengan papan khusus, sesuai jam sholat. Bila pasien sudah dibaptis,
tulis dalam rekaman pasien; kirim copy format ke anggota kependetaan. Selain itu, dapat juga dicatat di
Kartu Kardex dengan warna merah agar layanan yang sama tidak diulang bila tidak perlu.
Referensi
1. Gaskamp, C.D., et al. Promoting Spirituality in the Older Adult. Iowa City: University of Iowa
Gerontological Nursing Interventions Research Center, Research Dissemination Care, December 2004.
2. The Joint Commission. Comprehensive Accreditation Manual for Hospitals: The Official Handbook.
Standard RC.01.03.01. Oakbrook Terrace, Ill.: The Joint Commission, 2011. (Level I)
3. The Joint Commission. Comprehensive Accreditation Manual for Hospitals: The Official Handbook.
Standard RI.01.01.01. Oakbrook Terrace, Ill.: The Joint Commission, 2011. (Level I)
4. McBrien, B. "Emergency Nurses' Provision of Spiritual Care: A Literature Review," British Journal of
Nursing 19(12):768-73, June-July 2010.
5. Robinson, S. Spirituality, Ethics and Care. Philadelphia: Jessica Kingsley Publishers, 2008.
6. Sartori, P. "Spirituality. 2: Exploring How to Address Patients' Spiritual Needs in Practice," Nursing
Times 106(29):23-25, July-August 2010.
Lembar observasi kompetensi
Kompetensi : Asuhan spiritual
Tujuan : Untuk memberikan asuhan spiritual menurut standar asuhan.
Dilakukan
No Langkah-langkah tindakan
Ya Tidak
1. Kumpulkan dan siapkan peralatan sesuai kebutuhan.
2. Cek catatan admisi untuk menentukan afiliasi religi pasien.
3. Evaluasi perilaku dan bantu pasien untuk memverbalisasikan
keyakinannya.
4. Atur kunjungan oleh anggota rohaniawan, jika sesuai.
5. Ikuti keyakinan religi pasien dan siapkan pasien untuk melakukan
praktik religi, sebisa mungkin.
6. Dokumentasikan prosedur.
Jumlah
…………………………………..
Asuhan spiritual
Kumpulkan dan siapkan peralatan yang diperlukan.
Cek catatan admisi untuk menentukan afiliasi religi.
Evaluasi perilaku pasien dan bantu memverbalisasikan keyakinan pasien.
Atur kunjungan anggota rohaniawan, jika sesuai.
Ikuti keyakinan religi apsien dan siapkan melakukan praktik religi.
Dokumentasikan prosedur.