Anda di halaman 1dari 195

KARY

YA TULIIS ILMIA
AH

ASUH
HAN KEPPERAWA ATAN PA ADA PASIIEN Tn.SS DENGA
AN
CKD (C Kidney Disease) STA
Chronic Ki ADIUM V ON
HEEMODIA ALISARU UTINDI RUANG
R
ALAMAN
A NDA 2 RS SUD SLE EMAN
Y
YOGYAK KARTA

Oleh:
CHAHYA
ANI NOFI FAJARYA
ANTI
14010
NIM: 201

YAYA
ASAN KEP
PERAWAT TAN YOGY
YAKARTA
A
AKADEMI
A I KEPERAAWATAN “YKY”

Y
YOGYAKA ARTA
2017
7

i
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.S DENGAN


CKD (Chronic Kidney Disease) STADIUM V ON
HEMODIALISA RUTIN DI RUANG
ALAMANDA 2 RSUD SLEMAN
YOGYAKARTA

Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Syarat


Menyelesaikan Pendidikan Program D III Keperawatan
Akademi Keperawatan ”YKY”
Yogyakarta

Oleh :
CHAHYANI NOFI FAJARYANTI
NIM: 2014010

YAYASAN KEPERAWATAN YOGYAKARTA


AKADEMI KEPERAWATAN “YKY”
YOGYAKARTA
2017

ii
KARY
YA TULIIS ILMIA
AH
ASUH
HAN KEPPERAWA ATAN PA ADA PASIIEN Tn.SS DENGA
AN
CKD (C Kidney Disease) STA
Chronic Ki ADIUM V ON
HEEMODIA ALISA RU UTIN DI RUANG
R
ALAMAN
A NDA 2 RS SUD SLE EMAN
Y
YOGYAK KARTA

Oleh :
CHAHYA
ANI NOFI FAJARYA
ANTI
NIM: 201
14010

Telah m
memenuhi persyaratan dan
d
Diisetujui pada tanggal

18 Juli 2017
2

bing
Pembimb

Yayang
Y Harrigustian, S.Kep., Ns., M.Kep
N
NIK: 1141 11 160

iii
KARY
YA TULIIS ILMIA
AH

ASUH
HAN KEPPERAWA ATAN PA ADA PASIIEN Tn.SS DENGA
AN
CKD (C Kidney Disease) STA
Chronic Ki ADIUM V ON
HEEMODIA ALISA RU UTIN DI RUANG
R
ALAMAN
A NDA 2 RS SUD SLE EMAN
Y
YOGYAK KARTA

Oleh :
ANI NOFI FAJARYA
CHAHYA ANTI
NIM: 201
14010

Telah dipertahhankan di depan Dewan n Penguji


Karyaa Tulis Ilmiiah Akademmi Keperawaatan ”YKY””
Pada tang
ggal:
20 Juli 2017
2

Dewan PeengujiTandaa Tangan

Penguji I Riana Dewi, S.Keep., M.M ………


……………
…….

Penguji II ng Harigustiian, S.Kep., Ns, M.Kep


Yayan p ………
……………
…….

Penguji III Ani Yuliati, AMK


K ………
……………
…….

Mengesah hkan
Dirrektur Akpeer “YKY”
Yogyakaarta

Tri Arrini, S.Kep.,, Ns., M.Keep


N
NIK: 1141 03 052

iv
MOTTO

“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu
sendiri yang mengubah nasibnya.”
(Q. S. Ar Ra’ad : 11)

Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan. Karena itu bila kau
sudah selesai (mengerjakan yang lain). Dan berharaplah kepada Tuhanmu.
(Q.S Al Insyirah : 6-8)

"Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan; dan


saya percaya pada diri saya sendiri."
(Muhammad Ali)

"Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga
berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah."
(Kahlil Gibran)

Jadilah seperti karang di lautan yang selalu kuat meskipun terus dihantam ombak
dan lakukanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan juga untuk orang
lain, karena hidup tidak abadi

v
PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku, Ayahanda tercinta Sukadi, dan ibunda tercinta Sri

Umi, yang dengan sabar selalu memberikan cinta, kasih sayang, doa,

nasehat dan selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil

selama menempuh pendidikan sehingga aku bias menyelesaikan studiku.

2. Untuk ketiga kakakku tercinta Erna Setyowati, Maulluddin Noer Prasetya,

dan Rosella Tri Nugraheni terimakasih selalu mendukung dan memberi

semangat untuk adikmu ini serta seluruh keluarga besarku yang selalu

memberikanku doa, dukungan dan semangat untukku.

3. Untuk pembimbing Ibu Yayang, terimakasih telah sabar, selalu

memberikan semangat dan motivasi serta masukan-masukan dalam

penyusunan KTI ini, saya tidak adak melupakan hal itu,

4. Untuk Sahabat-sahabatku (Rofi, Desy, Ana, Karinda, Laela, Ningrum,

Mila, Febri, Wiwik, Atika, Tari, Wd) yang tak bosan untuk selalu

memberikan dukungan, semanagat, motivasi serta masukan-masukan

untuk saya.

5. Untuk teman satu kelompok (Arif, Ristanti, dan Nursulis) yang selalu

kompak dan solid antara satu sama lain semoga kedepannya kita selalu

diberikan kelancaran dan kesuksesan.

vi
6. Buat teman-teman seperjuanganku, angkatan ke-20 yang tidak biasaku

sebutkan satu persatu. Semoga kesuksesan menjadi milik kita

bersama.Teruskan perjuangan kalian. Jangan berhenti sampai di sini

7. Almamater ku tercinta. Akper ”YKY” Yogyakarta.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan karya tulis ilmiah

dengan judul ”Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn.S Dengan CKD(Chronic

Kidney Disease)Stadium V On Hemodialisa Rutin Di Ruang Alamanda 2 RSUD

SlemanYogyakarta” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.Karya tulis ilmiah ini

disusun dan diajukan guna melengkapi salah satu syarat menyelesaikan

pendidikan program Diploma III Keperawatan di Akademi Keperawatan “YKY”

Yogyakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini dapat disusun

dan diselesaikan atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka dalam

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Joko Hastaryo, M.Kes, selaku direktur RSUD Sleman Yogyakarta yang

telah memberikan ijin untuk praktik di RSUD SlemanYogyakarta.

2. Tri Arini, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Direktur Akademi Keperawatan “YKY“

yang telah memberikan kesempatan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.

3. Yayang Harigustian, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku pembimbing penulisan karya

tulis ilmiah, yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis,

sehingga penulisan karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik dan

tepat pada waktunya.

4. Riana Dewi,S.Kep.,M.M dan Yayang Harigustian, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku

penguji dari Akademi Keperawatan “YKY“ Yogyakarta.

viii
5. Ani Yuliati,AMK, selaku penguji dari RSUD Sleman yang telah memberikan

arahan, bimbingan, saran dan motivasi dalam melaksanakan ujian praktek.

6. Seluruh dosen dan staf Karyawan Akademi Keperawatan “YKY” Yogyakarta

yang turut mendukung dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Kedua orang tuaku yang telah memberikan dukungan. Baik secara moril

maupun materiil serta do’a sehingga penulis dapat mengikuti pendidikan dan

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini di Akademi Keperawatan “YKY”

Yogyakarta.

8. Semua pihak yang telah membantu atas terselesaikannya penulisan Karya Tulis

Ilmiah ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih

jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini, dan semoga Karya Tulis

Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 10 Juli 2017

Chahyani Nofi Fajaryanti

ix
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
INTISARI ........................................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 4
C. Ruang Lingkup ...................................................................... 4
D. Tujuan Penulisan .................................................................... 5
E. Manfaat penulisan .................................................................. 6
F. Metode Penulisan ................................................................... 7
G. Sistematika Penulisan ............................................................. 11

BAB II TIJAUAN PUSTAKA


A. Gambaran Umum Chronic Kidney Disease
1. Anatomi Ginjal ................................................................... 13
2. Fisiologi Ginjal .................................................................. 14
3. Fungsi Ginjal ..................................................................... 17
B. Gambaran Umum Hemodialisa
1. Pengertian Hemodialisa ..................................................... 17
2. Prosedur Hemodialisa ........................................................ 18
3. Komplikasi Hemodialisa .................................................... 20
C. Gambaran Umum Chronic Kidney Disease
1. Pengertian Chronic Kidney Disease................................... 22
2. Etiologi Chronic Kidney Disease ....................................... 22
3. Klasifikasi Chronic Kidney Disease .................................. 23
4. Patofisiologi Chronic Kidney Disease ............................... 25
5. Manifestasi Klinis Chronic Kidney Disease ..................... 26
6. Penatalaksanaan Chronic Kidney Disease ......................... 28
7. Komplikasi Chronic Kidney Disease ................................. 31
8. Pemeriksaan Penunjang Chronic Kidney Disease ............. 32
D. Gambaran Umum Asuhan Keperawatan Chronic Kidney
Disease
1. Pengkajian .......................................................................... 33

x
2. Diagnosa Keperawatan....................................................... 37
3. Perencanaan........................................................................ 40
4. Pelaksanaan ........................................................................ 46
5. Evaluasi .............................................................................. 48
6. Dokumentasi ....................................................................... 49

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Pengkajian ............................................................................... 54
1. Identitas ............................................................................. 54
2. Riwayat Kesehatan ............................................................. 55
3. Kesehatan Fungsional ........................................................ 58
4. Pemeriksaan Fisik .............................................................. 66
5. Pemeriksaan Penunjang ..................................................... 71
6. Terapi Yang Diberikan....................................................... 73
7. Analisa Data ....................................................................... 74
B. Diagnosa keperawatan .............................................................. 76
C. Perencanaan Keperawatan ........................................................ 79
D. Catatan Perkembangan ............................................................. 81

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian ................................................................................ 121
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................. 126
C. Perencanaan .............................................................................. 131
D. Pelaksanaan .............................................................................. 135
E. Evaluasi .................................................................................... 138
F. Dokumentasi ............................................................................. 140

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 141
B. Saran ......................................................................................... 143

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skala ketergantungan .............................................................. 61


Tabel 3.2 Resiko Jatuh ............................................................................ 62
Tabel 3.3 Resiko Luka Dekubitus ........................................................... 63
Tabel 3.4 Pemeriksaan Laboratorium ..................................................... 71
Tabel 3.5 Hasil pemeriksaaan Radiologi ................................................ 72
Tabel 3.6 Terapi Obat ............................................................................. 73
Tabel 3.7 Analisa Data ............................................................................ 74

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Latak Anatomi Ginjal Gambar ............................................ 12


Gambar 2.2 Bagian dalam Ginjal ............................................................ 14
Gambar 3.1 Genogram ............................................................................ 57
Gambar 3.2 Skala Nyeri .......................................................................... 66

xiii
Chahyani Nofi Fajaryanti. (2017). Asuhan Keperawatan pada Pasien Tn.“S”
dengan CKD (Chronic Kidney Disease) Stadium V On Hemodialisa
Rutin diRuang Alamanda 2 RSUD Sleman Yogyakarta. Karya Tulis
Ilmiah. Akademi Keperawatan ”YKY” Yogyakarta.
Pembimbing : Yayang Harigustian, S.Kep., Ns., M.Kep

INTISARI

Penyakit Chronic Kidney Disease merupakan proses kerusakan ginjal


selama rentang waktu lebih dari tiga bulan jika tidak segera ditangani maka
akan menimbulkan komplikasi diantaranya hiperkalemia, perikarditis,
hipertensi, anemia, asidosis metabolik, sepsis, neuropati perifer, hiperuremia.
Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadian Chronic Kidney Disease atau Gagal
Ginjal Kronik cukup tinggi. Berdasarkan data registrasi di Ruang Alamanda 2 dari
bulan Januari 2017 sampai 08 Juli 2017 jumlah penderita CKD (Chronic Kidney
Disease) atau Gagal Ginjal Kronik sebanyak 43 orang. Penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini mempunyai tujuan untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam
melaksanakan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien CKD (Chronic
Kidney Disease) Stadium V On Hemodialisa Rutin. Metode karya ilmiah ini
menggunakan metode deskriptif yang memaparkan keadaan pasien dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Hasil pengkajian didapatkan pengkajian yang sesuai dengan teori dan yang
tidak sesuai teori. Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien CKD yang
sesuai dengan teori adalah Defisiensi Pengetahuan dan diagnosa yang tidak ada
diteori dan ada di kasus yaitu nyeri akut, ketidakefektifan perfusi ginjal,
kerusakan integritas kulit, dan resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah.
Perencanaan untuk diagnosa ini sudah sesuai dengan Nursing Interventions
Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification (NOC). Hasil evaluasi,
terdapat 1 diagnosa yang teratasi, 3 teratasi sebagian, dan terdapat 1 diagnosa yang
belum teratasi.
Penulis mendapatkan pengalaman nyata dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien Chronic Kidney Disease. Penulis dapat melakukan
asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, menentukan diagnosa,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan, evaluasi dan pendokumentasian sudah
terlaksana dengan baik.

Kata kunci : Asuhan Keperawatan, CKD (Chronic Kidney Disease)

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Chronic Kidney Disease/CKD merupakan masalah kesehatan di

seluruh dunia yang berdampak besar pada masalah medik, ekonomi dan

sosial yang sangat besar bagi pasien dan keluarganya. Berkurangnya

aktivitas fisik dan meningkatnya polusi lingkungan. Perubahan gaya hidup

masyarakat tersebut tanpa disadari telah memberi pengaruh terhadap

terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus-

kasus penyakit tidak menular. Salah satunya adalah Chronic Kidney

Disease (CKD) merupakan proses kerusakan ginjal selama rentang waktu

lebih dari tiga bulan. Pada kasus tersebut, ginjal kehilangan

kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan

tubuh dalam keadaan asupan makanan normal (Muhammad, 2012).

Menurut World Health Organization (WHO), secara global lebih dari

500 juta orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik. Berdasarkan

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) (2017), bahwa

prevalensi dari gagal ginjal kronis di Amerika sekitar 30 juta orang atau

15% dari populasi dan 48% mengalami penurunan fungsi ginjal. Gagal

ginjal kronis merupakan masalah kesehatan yang telah meluas dan

mengenai 5-10% populasi di dunia (Kidney Internation Organization,

2009). Indonesia mengutip data 7 tahun Report of Indonesian Renal

Registry, urutan penyebab gagal ginjal pasien yang mendapatkan


 

 

hemodialisis berdasarkan data tahun 2014, karena hipertensi (37%),

penyakit dibetes mellitus atau Nefropati Diabetika (27%), kelainan bawaan

atau Glomerulopati Primer (10%), gangguan penyumbatan saluran kemih

atau Nefropati Obstruksi (7%), karena Asam Urat (1%), Penyakit Lupus

(1%) dan penyebab lain lain-lain (18%) (KEMENKESRI,2016).

Hasil data Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS) tahun 2013 di

Indonesia prevalensi penyakit gagal ginjal kronis berdasarkan wawancara

yang didiagnosis dokter meningkat seiring dengan bertambahnya umur,

meningkat tajam pada kelompok umur 35-44 tahun (0,3%), diikuti umur

45-54 tahun (0,4%), dan umur 55-74 tahun (0,5%), tertinggi pada

kelompok umur ≥75 tahun (0,6%). Prevalensi pada laki-laki (0,3%) lebih

tinggi dari perempuan (0,2%), prevalensi lebih tinggi pada masyarakat

perdesaan (0,3%), tidak bersekolah (0,4%), pekerjaan wiraswasta,

petani/nelayan/buruh (0,3%), dan kuintil indeks kepemilikan terbawah dan

menengah bawah masing-masing 0,3 % (Depkes, 2013).

(http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas

%202013.pdf. 07 Juni 2016 Jam 16.48 WIB).

Masalah keperawatan yang muncul pada kasus Chronic kidney disease

ini diantaranya kelebihan volume cairan, intoleransi aktivitas, perubahan

nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh, kurang pengetahuan tentang kondisi

prognosis dan pengobatan (Suharyanto & Madjid, 2009). Penyakit CKD

jika tidak segera ditangani maka akan menimbulkan komplikasi

diantaranya hiperkalemia, perikarditis, hipertensi, anemia, asidosis

 
 

 

metabolik, sepsis, neuropati perifer, hiperuremia (Suharyanto & Madjid,

2009).

Mengatasi berbagai permasalahan yang muncul pada pasien Chronic

Kidney Disease (CKD) peran perawat sangat penting diantaranya sebagai

peran promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Dalam upaya promotif

perawat berperan memberikan pendidikan kesehatan meliputi pengertian,

penyebab, tanda dan gejala dari penyakit sehingga dapat mencegah

bertambahnya penderita. Upaya preventif, perawat memberikan

pendidikan kesehatan mengenai cara-cara pencegahan agar pasien tidak

terkena penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) dengan membiasakan

pola hidup sehat. Peran perawat dalam upaya kuratif yaitu memberikan

tindakan keperawatan sesuai dengan masalah dan respon pasien terhadap

penyakit yang diderita, seperti memberikan pasien istirahat fisik dan

psikologis, mengelola pemberian terapi, sedangkan perawat dalam upaya

rehabilitative yaitu memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien yang

sudah terkena penyakit agar tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan

(Nursalam.2008). Pendekatan proses keperawatan dimulai dari pengkajian

sampai dengan pendokumentasian asuhan keperawatan (Nursalam, 2008)

Berdasarkan data yang diperoleh dari buku Register di Ruangan

Alamanda 2 RSUD Sleman dari bulan Januari 2017 sampai dengan bulan

08 Juli 2017 jumlah pasien dengan Chronic Kidney Disease atau gagal

ginjal kronik yang dirawat di Ruang Alamanda 2 seluruhnya berjumlah

5,65% atau 43 pasien dari jumlah pasien keseluruhan dari bulan Januari

 
 

 

2017 sampai dengan 08 Juli 2017 adalah 761 pasien. Berdasarkan uraian

di atas maka penulis tertarik untuk mempelajari lebih jauh tentang gagal

ginjal kronik yang penulis tuangkan dalam Karya Tulis Ilmiah yang

berjudul Asuhan Keperawatan pada Tn. “S” dengan Chronic Kidney

Disease Stadium V On Hemodialisa Rutin di Ruang Alamanda 2 RSUD

Sleman Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasakan latar belakang di atas, maka didapat rumusan masalah

“Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Tn. “S” dengan Chronic Kidney

Disease Stadium V On Hemodialisa Rutin di Ruang Alamanda 2 RSUD

Sleman Yogyakarta”, dengan sub rumusan masalah yaitu “Bagaimana

melakukan pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun

perencanaan keperawatan, melakukan tindakan keperawatan, melakukan

evaluasi keperawatan, melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan

pada Tn. “S” dengan Chronic Kidney Disease Stadium V On Hemodialisa

Rutin di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman Yogyakarta.

C. Ruang lingkup

Karya tulis ilmiah ini termasuk dalam ruang lingkup mata ajaran

Keperawatan Medikal Bedah pada sistem urinaria dengan memberikan

asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, mulai dari tanggal 06 Juli 2017

pukul 07.00 WIB sampai dengan 09 Juli 2016 pukul 07.00 WIB. Asuhan

Keperawatan pada Tn. “S” dengan Chronic Kidney Disease Stadium V On

Hemodialisa Rutin di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman Yogyakarta.

 
 

 

Metode ilmiah proses keperawatan yang meliputi : pengkajian, perumusan

diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan, serta

pendokumentasian yang dilakukan di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman

Yogyakarta.

D. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mendapatkan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan

keperawatan pada Tn. “S” dengan Chronic Kidney Disease Stadium V

On Hemodialisa Rutin di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman

Yogyakarta dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Mendapatkan pengalaman nyata dalam :

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada Tn. “S” dengan Chronic

Kidney Disease Stadium V On Hemodialisa Rutin di Ruang

Alamanda 2 RSUD Sleman Yogyakarta.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. “S” dengan Chronic

Kidney Disease Stadium V On Hemodialisa Rutin di Ruang

Alamanda 2 RSUD Sleman Yogyakarta.

c. Menyusun perencanaan keperawatan pada Tn. “S” dengan

Chronic Kidney Disease Stadium V On Hemodialisa Rutin di

Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman Yogyakarta.

 
 

 

d. Melakukan tindakan keperawatan pada Tn. “S” dengan Chronic

Kidney Disease Stadium V On Hemodialisa Rutin di Ruang

Alamanda 2 RSUD Sleman Yogyakarta.

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada Tn. “S” dengan Chronic

Kidney Disease Stadium V On Hemodialisa Rutin di Ruang

Alamanda 2 RSUD Sleman Yogyakarta.

f. Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan pada Tn. “S”

dengan Chronic Kidney Disease Stadium V On Hemodialisa

Rutin di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman Yogyakarta.

E. Manfaat Penulisan

Penyusunan karya tulis ilmiah ini, diharapkan bermanfaat bagi semua

pihak yaitu :

1. Bagi Penulis

Menambah wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan

keterampilan dalam menerapkan proses keperawatan dan

memanfaatkan ilmu pengetahuan dalam menerapkan ilmu

Keperawatan Medikal Bedah yang diperoleh selama menempuh

pendidikan di Akper "“YKY” Yogyakarta sekaligus mempunyai

pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada

pasien dengan Tn. “S” dengan Chronic Kidney Disease Stadium

V On Hemodialisa Rutin di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman

Yogyakarta .

 
 

 

2. Bagi RSUD Sleman

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat memperluas wawasan

bagi perawat di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman Yogyakarta

dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pada kasus

Chronic Kidney Disease Stadium V On Hemodialisa Rutin.

3. Bagi Akademi Keperawatan “YKY” Yogyakarta

Karya tulis ini diharapkan dapat dijadikan bahan bacaan dan

penambah wawasan bagi mahasiswa Akademi Keperawatan

“YKY” Yogyakarta dalam melaksanakan proses belajar mengajar

khususnya mata ajaran Keperawatan Medikal Bedah tentang

pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus

Chronic Kidney Disease Stadium V On Hemodialisa Rutin.

F. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah

deskriptif yaitu dengan memaparkan suatu masalah serta cara untuk

menyelesaikan masalah pada saat itu dengan menggunakan proses

keperawatan pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan

keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi, serta cara

pendokumentasian asuhan keperawatan (Nursalam, 2008). Metode yang

digunakan penulis untuk memperoleh dan mengumpulkan data primer

maupun sekunder dalam kasus ini adalah dengan tehnik :

 
 

 

1. Data Primer

a. Wawancara

Menurut Nursalam (2008), wawancara dilakukan dengan

mengadakan tanya jawab langsung dengan pasien untuk

mendapatkan data subyektif. Data yang dapat diambil dengan

teknik wawancara yaitu tentang identitas, riwayat kesehatan

sekarang berupa keluhan utama apakah pasien mengalami

penurunan kemampuan dalam penglihatan pada mata kiri, riwayat

kesehatan dahulu apakah pernah dirawat dirumah sakit

sebelumnya, riwayat kesehatan keluarga apakah ada keluarga yang

pernah menderita CKD (Chronic Kidney Disease) atau Gagal

Ginjal Kronik, keadaan aktivitas apakah aktivitas sehari-hari

dilakukan sendiri atau dibantu oleh orang lain, istirahat apakah ada

gangguan dalam pola istirahat tidur dan pola nutrisi pasien apakah

ada penurunan atau peningkatan nafsu makan.

b. Observasi

Menurut Nursalam (2008), observasi adalah mengamati

perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah

kesehatan dan keperawatan klien. Penulis melakukan pengamatan

langsung pada keadaan pasien selama pengobatan untuk

mengetahui tentang tindakan yang dilakukan melalui respon dan

keadaan umum pasien, gejala klinis, terapi yang diperoleh pasien

selama di rumah sakit, rencana tindakan yang akan dilakukan dan

 
 

 

perkembangan kondisi pasien selama dilakukan tindakan

keperawatan.

c. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan meliputi keadaan umum pasien

secara sistemik (Chepalocaudal) dengan metode inspeksi, palpasi,

perkusi dan auskultasi guna untuk mendapatkan data obyektif

pasien.

1) Inspeksi

Adalah suatu cara yang dilakukan dengan cara melihat bagian

tubuh yang diperiksa (dari ujung kepala sampai ujung kaki).

2) Palpasi

Adalah suatu cara pemeriksaan yang dilakukan dengan

sentuhan atau rabaan pada bagian tubuh pasien.

3) Perkusi

Adalah suatu cara pemeriksaan yang dilakukan dengan cara

mengetuk tubuh menggunakan jari tangan. Tujuan perkusi

adalah menentukan batas organ-organ atau bagian tubuh

dengan cara merasakan fibrasi yang ditimbulkan akibat adanya

gerakan yang diberikan kebawah jaringan.

4) Auskultasi

Adalah suatu cara pemeriksaan yang dilakukan dengan cara

mendengarkan dengan alat yaitu stetoskop. Penulis memeriksa

bunyi jantung, bunyi paru, dan bising usus.

 
 
10 
 

2. Data Sekunder

Menurut Nursalam (2008), data yang diperoleh dari sumber lain di

luar pasien, yaitu meliputi:

a. Wawancara

Wawancara merupakan metode dengan menanyakan dan tanya

jawab yang dilakukan langsung bersama keluarga pasien maupun

petugas kesehatan untuk mendapatkan data tentang pasien, serta

tentang asuhan keperawataan yang dilakukan pada pasien.

b. Studi dokumentasi

Merupakan metode dengan mempelajari status atau catatan

medis/catatan keperawatan untuk mengetahui perkembangan

kesehatan pasien selama dirawat, hasil pemeriksaan penunjang, dan

tindakan pengobatan yang diberikan.

c. Studi kepustakaan

Merupakan metode untuk mendapatkan data-data yang diperoleh

dari catatan-catatan atau buku-buku yang berkaitan dengan

penyakit CKD (Chronic Kidney Disease) atau Gagal Ginjal Kronik,

maupun tentang asuhan keperawatannya yang digunakan sebagai

landasan teori dalam penulisan laporan studi kasus ini.

 
 
11 
 

G. Sistematika Penulisan

Karya tulis ilmiah ini terdiri dari 5 BAB yang tertulis secara sistematis

sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Meliputi latar belakang, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan,

manfaat, metode, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Meliputi gambaran umum penyakit Chronic Kidney Disease

bersisi: Anatomi Fisiologi Ginjal, bagian-bagian saluran

perkemihan, pengertian, etiologi, klasifikasi, patofisiologi,

manifestasi klinis, penatalaksanaan, komplikasi, pemeriksaan

penunjang, gambaran tetang hemodialisa meliputi pengertian

hemodialisa, prosedur dan komplikasi hemodialisa dan gambaran

umum asuhan keperawatan pada pasien dengan CKD (Chronic

Kidney Disease) atau Gagal Ginjal Kronik yang melipusti

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi keperawatan, serta pendokumentasian.

BAB III TINJAUAN KASUS

Berisi tentang asuhan keperawatan pasien yang meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,

pelaksanaan, evaluasi dan catatan perkembangan. Catatan

perkembangan berguna untuk mengetahui ada atau tidaknya

 
 
12 
 

perkembangan kesehatan pasien setelah diberikan asuhan

keperawatan.

BAB IV PEMBAHASAN

Pembahasan kasus penyakit CKD (Chronic Kidney Disease) atau

Gagal Ginjal Kronik mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan dan dilakukan

pendokumentasian dan membahas perbandingan antara teori yang

ada pada BAB II dengan kasus yang ada pada BAB III.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan dan saran karya tulis ini. Kesimpulan

merupakan pernyataan singkat dan tepat yang dijabarkan dari

pelaksanaan asuhan keperawatan dan pembahasan. Saran

merupakan alternatif penyelesaian masalah yang realistis dan

operasional.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

 
 
BAB II
I

TIN
NJAUAN PUSTAKA
P

A. Gaambaran Umum
U Chroonic Kidneyy Disease

1. Anatomi Ginjal

Gaambar 2.1 leetak Anatom


mi Ginjal

(Sumber : Irianto, 20
013)

Pada orang dewaasa ginjal paanjangnya 12-13


1 cm, leebarnya 6cm
m dan

beratnya 120-150
1 graam. 95% orang dewasaa memiliki jjarak antar kutub
k

m. Perbedaaan panjang dari kedua gginjal yang lebih


ginjal antaara 11-15 cm

dari 1,5 cm atau pperubahan bentuk


b ginjjal merupakkan tanda yang

penting karena kebaanyakan pen


nyakit ginjaal dimanifeestasikan deengan

perubahan
n struktur (S
Suharyanto&
&Madjid,20
009).

Poton
ngan longituudinal ginjjal memperrlihatkan du
dua daerah yang

berbeda yaitu
y kortekks di bagiaan luar dan
n medula ddi bagian dalam.
d

13
 
14 
 

Pembentu
ukan urine ddimulai dalaam korteks dan berlanjjut selama bahan
b

pembentuk
kan urine tersebut mengalir
m melalui tubuulus dan duktus
d

kolektivuss. Urine yanng terbentuk


k kemudian
n mengalir kke dalam duktus
d

Papilaris Bellini,
B massuk kaliks minor,
m kalik
ks mayor, ppelvis ginjall, dan

akhirnya meninggalk
m kan ginjal melalui
m uretter menuju kandung kemih
k

(Suharyan
nto&Madjidd,2009).

2. Fisiologi Ginjal
G

Gaambar 2.2 Bagian


B dalam
m Ginjal

(Sumber : Irianto, 20
013)

a. Bagian
n – bagiann dalam giinjal menu wo dan Widjaja
urut Wibow

(2009)), antara laiin :

1) Ko
orteks meruupakan yang
g di dalam
mnya terdap at jutaan nefron
n

yan
ng terdiri ddari suatu badan
b malphigi. Badann malphigi yang

tersusun atas glomerulus yang diselubungi kkapsula Bow


wman

n tubulus (saluran) yang terdiiri dari tub


dan ubulus konttortus

pro
oksimal, tubbulus kontorrtus distal, dan
d tubuluss kolektivus.

 
 
15 
 

2) Medula (sumsum ginjal) merupakan tempat berkumpulnya

pembuluh kapiler yang berasal dari kapsula bowman terdiri atas

beberapa badan yang berbentuk kerucut (piramida) yang

terlihat dari gambar terdapat lengkung henle yang

menghubungkan suatu tubulus kontortus proksimal dan tubulus

kontortus distal.

3) Pelvis Renalis (Rongga Ginjal) ialah tempat bermuaranya

tubulus yaitu tempat penampungan suatu urin sementara yang

akan dialirkan menuju kandung kemih yang melalui ureter dan

dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.

4) Calyces ialah suatu penampung yang berbentuk cangkir yang

dimana urin terkumpul sebelum mencapai sebuah kandung

kemih melalui ureter.

5) Ureter ialah suatu saluran muskuler yang berbentuk silinder

yang menghantarkan urin dari organ ginjal menuju sebuah

kandung kemih.

6) Vena ginjal ialah suatu pembuluh balik yang memiliki fungsi

untuk membawa darah keluar dari ginjal untuk menuju vena

cava inferior yang kemudian kembali ke jantung.

7) Arteri ginjal ialah suatu pembuluh nadi yang memiliki fungsi

untuk membawa darah ke dalam ginjal untuk disaring di

glomerulus.

 
 
16 
 

b. Bagian – bagian dalam nefron menurut Syaifuddin, (2016), antara

lain :

1) Nefron

Tempat/ wadah dalam penyaringan darah. Di dalam ginjal

terdapat kurang lebih 100 juta nefron. Nefron terdiri atas

bagian-bagian seperti glomerulus, kapsula bowman, tubulus

kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus kontortus

kolektivus.

2) Glomerulus

Tempat penyaring darah. Di glomerulus menyaring air,

glukosa, garam, urea, dan asam amino. Menghasilkan urin

primer.

3) Kapsula Bowman

Pembungkus glomerulus yang semacam kantong/kapsul.

4) Tubulus Kontortus Proksimal

Tempat penyerapan kembali/reabsorbsi urine primer yang

menyerap asam amino, air, glukosa, dan garam. Menghasilkan

urine sekunder.

5) Lengkung Henle

Sebagai penghubung tubulus proksimal dan tubulus distal.

6) Tubulus Kontortus Distal

 
 
17 
 

Tempat untuk melepaskan zat-zat yang tidak berguna lagi atau

berlebihan ke dalam urine sekunder. Menghasilkan urine

sesungguhnya.

7) Tubulus kontortus kolektivus

Tabung sempit panjang dalam ginjal yang menampung urine

dari nefron, untuk disalurkan ke pelvis menuju ke kandung

kemih.

3. Fungsi Ginjal

Menurut Syaifuddin (2016), fungsi ginjal antara lain :

a) Sebagai alat filtrasi zat-zat sisa metabolisme yang berasal dari

dalam darah.

b) Sebagai alat mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh.

c) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme yang berupa urea, amonia

dan kreatinin.

d) Mengaktifkan vitamin D yang berguna untuk memelihara kadar

kalsium darah dan kesehatan tulang.

e) Mengendalikan kadar gula dalam darah. Sebagai penghasil zat dan

hormon.

B. Gambaran Umum tentang Hemodialisa

1. Pengertian Hemodialisa

Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien

dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka

pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan

 
 
18 
 

penyakit ginjal stadium terminal yang membutuhkan terapi jangka

panjang atau terapi permanen. Dialisis merupakan suatu proses yang

digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam

tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan fungsi tersebut. Tujuan

hemodialisa adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari

dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebih. Pada hemodilisa,

aliran darah yang penuh dengan toksin dan limbah nitrogen dialihkan

dari tubuh pasien ke dialiter tempat darah tersebut dibersihkan dan

kemudian dikembalikan lagi ke tubuh pasien

(Suharyanto&Madjid,2009).

2. Prosedur Hemodialisa

Pengkajian pradialisis, mengembangkan tujuan dan memeriksa

keamanan peralatan, perawat sudah siap untuk memulai hemodialisis.

Akses ke system sirkulasi dicapai melalui salah satu dari beberapa

pilihan: fistula atau tandur arteriovenosa (AV) atau kateter

hemodialisis dua lumen. Dua jarum berlubang besar (diameter 15 atau

16) dibutuhkan untuk mengkanulasi fistula atau tandur AV. Kateter

dua lumen yang dipasang baik pada vena subklavikula, jugularis

interna, atau femoralis, harus dibuka dalam kondisi aseptic sesuai

dengan kebijakan institusi. Jika akses vaskuler telah ditetapkan, darah

mulai mengalir, dibantu oleh pompa darah. Bagian dari sirkuit

disposibel sebelum dialiser diperuntukkan sebagai aliran “arterial”,

keduanya untuk membedakan darah yang masuk ke dalamnya sebagai

 
 
19 
 

darah yang belum mencapai dialiser dan dalam acuan untuk

meletakkan jarum: jarum “arterial” diletakkan paling dekat dengan

anastomosis AV pada vistula atau tandur untuk memaksimalkan aliran

darah. Kantong cairan normal salin yang di klep selalu disambungkan

ke sirkuit tepat sebelum pompa darah (Suharyanto&Madjid,2009).

Pada kejadian hipotensi, darah yang mengalir dari pasien dapat

diklem sementara cairan normal salin yang diklem dibuka dan

memungkinkan dengan cepat menginfus untuk memperbaiki tekanan

darah. Tranfusi darah dan plasma ekspander juga dapat disambungkan

ke sirkuit pada keadaan ini dan dibiarkan untuk menetes, dibantu

dengan pompa darah. Infus heparin dapat diletakkan baik sebelum atau

sesudah pompa darah, tergantung peralatan yang digunakan. Dialiser

adalah komponen penting selanjutnya dari sirkuit. Darah mengalir ke

dalam kompartemen darah dari dialiser, tempat terjadinya pertukaran

cairan dan zat sisa. Darah yang meninggalkan dialiser melewati

detector udara dan foam yang mengklem dan menghentikan pompa

darah bila terdeteksi adanya udara (Suharyanto&Madjid,2009).

Pada kondisi seperti ini, setiap obat-obat yang akan diberikan pada

dialysis diberikan melalui port obat-obatan. Penting untuk diingat,

bagaimanapun bahwa kebanyakan obat-obatan ditunda pemberiannya

sampai dialysis selesai kecuali memang diperintahkan. Darah yang

telah melewati dialysis kembali ke pasien melalui “venosa” atau selang

postdialiser. Setelah waktu tindakan yang diresepkan, dialysis diakhiri

 
 
20 
 

dengan mengklem darah dari pasien, membuka selang aliran normal

salin, dan membilas sirkuit untuk mengembalikan darah pasien. Selang

dan dialiser dibuang kedalam perangkat akut, meskipun program

dialisis kronik sering membeli peralatan untuk membersihkan dan

menggunakan ulang dialiser. Tindakan kewaspadaan umum harus

diikuti dengan teliti sepanjang tindakan dialysis karena pemajanan

terhadap darah. Masker pelindung wajah dan sarung tangan wajib

untuk digunakan oleh perawat yang melakukan hemodialisis

(Suharyanto&Madjid,2009).

3. Komplikasi

Menurut Suharyanto & Madjid (2009), komplikasi hemodialisa

antara lain :

1) Ketidakseimbangan cairan

a) Hipervolemia

b) Ultrafiltrasi

c) Rangkaian Ultrafiltrasi (Diafiltrasi)

d) Hipovolemia

e) Hipotensi

f) Hipertensi

g) Sindrom disequilibrium dialysis

2) Ketidakseimbangan Elektrolit

a) Natrium serum

b) Kalium

 
 
21 
 

c) Bikarbonat

d) Kalsium

e) Fosfor

f) Magnesium

3) Infeksi

4) Perdarahan dan Heparinisasi

5) Troubleshooting

a) Masalah-masalah peralatan

b) Aliran dialisat

c) Konsentrat Dialisat

d) Suhu

e) Aliran Darah

f) Kebocoran Darah

g) Emboli Udara

6) Akses ke sirkulasi

a) Fistula Arteriovenosa

b) Otot tandur

c) Tandur Sintetik

d) Kateter Vena Sentral Berlumen Ganda

 
 
22 
 

C. Gambaran Umum Gagal Ginjal Kronik

1. Pengertian Gagal Ginjal Kronik

Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut

sampah metabolik tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu

bahan yang biasanya dieliminasi diurin mnumpuk dalam cairan tubuh

akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi

endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa. Gagal

ginjal kronis (GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir (ESRD)

merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel

dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme

dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi

urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)

(Suharyanto&Madjid,2009).

Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang

merusak nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim

ginjal difus dan bilateral (Saferi&Mariza, 2013).

2. Etiologi

Etiologi CKD (Chronic Kidney Disease) menurut Suharyanto &

Madjid (2009), antara lain :

a. Infeksi, misalnya Pielonefritis kronik.

b. Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis

c. Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya Nefrosklerosis benigna,

nefrosklerosis maligna, stenosis arteri renalis.

 
 
23 
 

d. Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus

sistemik (SLE), poli arteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.

e. Gangguan kongenital dan herediter, misalnya Penyakit ginjal

polikistik, asidosis tubuler ginjal.

f. Penyakit metabolik, seperti DM, gout, hiperparatiroidisme,

amiloidosis.

g. Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik, nefropati

timbale.

h. Nefropati obstruktif

1) Sal. Kemih bagian atas: Kalkuli neoplasma, fibrosis,

netroperitoneal.

2) Sal. Kemih bagian bawah: Hipertrofi prostate, striktur uretra,

anomali congenital pada leher kandung kemih dan uretra.

3. Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik

Klasifikasi menurut Saferi & Mariza (2013), antara lain :

a. Gagal ginjal kronik/Cronoic Renal Failure (CRF) dibagi 3 stadium:

1) Stadium I : Penurunan cadangan ginjal. Kreatinin serum dan

kadar BUN normal. Asimptomatik Tes beban kerja pada ginjal:

pemekatan kemih, tes GFR

2) Stadium II : Insufisiensi ginjal. Kadar BUN meningkat

(tergantung pada kadar protein dalam diet) Kadar kreatinin

serum meningkat. Nokturia dan poliuri (karena kegagalan

pemekatan) Ada 3 derajat insufisiensi ginjal:

 
 
24 
 

a) Ringan : 40% – 80% fungsi ginjal dalam keadaan normal

b) Sedang : 15% – 40% fungsi ginjal normal

c) Kondisi berat : 2% – 20% fungsi ginjal normal

3) Stadium III: gagal ginjal stadium akhir atau uremia, kadar ureum

dan kreatinin sangat meningkat ginjal sudah tidak dapat menjaga

homeostasis cairan dan elektrolit, air kemih/ urin isoosmotis

dengan plasma, dengan BJ 1,010

b. KDOQI (Kidney Disease Outcome Quality Initiative)

merekomendasikan pembagian CKD (Chronic Kidney Disease)

berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG (Laju Filtrasi

Glomerolus) :

1) Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria

persisten dan LFG yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73

m2)

2) Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan

LFG antara 60 -89 mL/menit/1,73 m2)

3) Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59

mL/menit/1,73m2)

4) Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-

29mL/menit/1,73m2)

5) Stadium 5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15

mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal terminal.

 
 
25 
 

4. Patofisiologi

Patogenesis ESRD melibatkan deteriorasi dan kerusakan nefron

dengan kehilangan bertahap fungsi ginjal. Oleh karena GFR total

menurun dan klirens menurun, maka kadar serum ureum nitrogen dan

kreatinin meningkat. Menyisakan nefron hipertrofi yang berfungsi

karena harus menyaring larutan yang lebih besar. Konsekuensinya

adalah ginjal kehilangan kemampuannya untuk mengonsentrasikan

urine dengan memadai. Untuk terus mengekskresikan larutan,

sejumlah besar urine encer dapat keluar, yang membuat klien rentan

terhadap deplesi cairan. Tubulus perlahan-lahan kehilangan

kemampuannya untuk menyerap kembali elektrolit. Kadang kala,

akibatnya adalah pengeluaran garam, dimana urine berisi sejumlah

besar natrium, yang mengakibatkan poliuri berlebih (Anita E.Molzahn,

2014).

Gagal ginjal berkembang dan jumlah nefron yang berfungsi

menurun, GFR total menurun lebih jauh. Sehingga tubuh menjadi tidak

mampu membebaskan diri dari kelebihan air, garam, dan produksi sisa

lainnya melalui ginjal. Ketika GFR kurang dari 10 sampai 20

ml/menit, efek toksin uremia pada tubuh menjadi bukti. Jadi penyakit

tidak diobati dengan dialisis atau transplantasi, hasil ESRD adalah

uremia dan kematian (Anita E.Molzahn, 2014).

 
 
26 
 

5. Manifestasi Klinis

Menurut Robinson (2013), tanda dan gejala klinis pada gagal

ginjal kronis sebagai berikut:

a. Kardiovaskuler

Biasanya terjadi hipertensi, aritmia, kardiomyopati, uremic

pericarditis, effuse pericardial (kemungkinan bisa terjadi

tamponade jantung), gagal jantung, edema periorbital dan edema

perifer.

b. Respiratory system

Biasanya terjadi edema pulmonal, nyeri pleura, priction rub dan

efusi pleura, crackles, sputum yang kental, uremic pleuritis dan

uremic lung, dan sesak nafas.

c. Gastrointestinal

Biasanya menunjukan adaanya inflamasi dan userasi pada

mukosa gastrointestinal karena stomatitis, ulserasi dan

pendarahan gusi, dan kemungkinan juga disertai parotitis.

d. Integumen

Kulit pucat, kekuning-kuningan, kecoklatan kering. Selain itu

biasanya juga menunjukan adanya purpura, ekimosis, dan

timbunan urea pada kulit.

e. Neurologis

Biasanya di tunjukan dengan adanya neuropathy perifer, nyeri,

gatal pada lengan dan kaki. Selain itu juga adanya kram pada

 
 
27 
 

otot dan reflex kedutan, daya memori menurun, apatis, rasa

kantuk meningkat, pusing, koma, kejang. Dari hasil

Elektroensefalogram (EEG) menunjukan adanya perubahan

metabolik encephalophaty.

f. Endokrin

Biasa terjadi infertilitas dan penurunan libido, amenorrhea dan

gangguan siklus menstruasi pada wanita, impoten, penurunan

sekresi sperma, peningkatan sekresi aldosterone, dan kerusakan

metabolisme karbohidrat.

g. Hematologi

Anemia yang disebabkan keran berkurangnya produksi

eritopoetin, sehingga rangsangan eritopoesis pada sum-sum

tulang berkurang, hemolisis akibat berkurangnya masa hidup

eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi

gangguan fungsi trombosis dan trombositopenia.

h. Muskuloskeletal

Resiles leg sindrom (pegal pada kakinya sehingga selalu

digerakkan), burning feet syndrom (rasa kesemutan dan

terbakar, terutama ditelapak kaki), tremor, miopati (kelemahan

dan hipertropi otot-otot ekstremitas).

 
 
28 
 

6. Penatalaksanaan

a. Terapi konservatif pada pasien CKD (Chronic Kidney Disease)

menurut Price dan Wilson, (2012) yaitu :

Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal

ginjal secara progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat

akumulasi toksin azotemia, memperbaiki metabolisme secara

optimal dan memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit.

1) Peranan diet

Terapi diet rendah protein menguntungkan untuk mencegah

atau mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama

dapat merugikan terutama gangguan keseimbangan negatif

nitrogen.

2) Kebutuhan jumlah kalori

Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk GGK harus

adekuat dengan tujuan utama, yaitu mempertahankan

keseimbangan positif nitrogen, memelihara status nutrisi dan

memelihara status gizi.

3) Kebutuhan cairan

Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat

supaya jumlah diuresis mencapai 2 L per hari.

4) Kebutuhan elektrolit dan mineral

 
 
29 
 

Kebutuhan jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual

tergantung dari LFG dan penyakit ginjal dasar (underlying

renal disease).

b. Terapi simtomatik pada pasien CKD (Chronic Kidney Disease)

menurut Price dan Wilson 2012 :

1) Asidosis metabolik

Asidosis metabolik harus dikoreksi karena meningkatkan serum

kalium (hiperkalemia). Untuk mencegah dan mengobati asidosis

metabolik dapat diberikan suplemen alkali. Terapi alkali

(sodium bikarbonat) harus segera diberikan intravena bila pH ≤

7,35 atau serum bikarbonat ≤ 20 mEq/L.

2) Anemia

Transfusi darah misalnya Packed Red Cell (PRC) merupakan

salah satu pilihan terapi alternatif, murah, dan efektif. Terapi

pemberian transfusi darah harus hati-hati karena dapat

menyebabkan kematian mendadak (hipervolemik).

3) Keluhan gastrointestinal

Anoreksia, mual dan muntah, merupakan keluhan yang sering

dijumpai pada GGK. Keluhan gastrointestinal ini merupakan

keluhan utama dari GGK. Keluhan gastrointestinal yang lain

adalah ulserasi mukosa mulai dari mulut sampai anus. Tindakan

yang harus dilakukan yaitu program terapi dialisis adekuat dan

obat-obatan simtomatik.

 
 
30 
 

4) Kelainan kulit

Tindakan yang diberikan tergantung dengan jenis keluhan kulit.

5) Kelainan neuromuskular

Beberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu terapi

hemodialisis reguler yang adekuat, medika mentosa atau

operasi subtotal paratiroidektomi.

6) Hipertensi

Pemberian obat-obatan anti hipertensi sesuai dengan keadaan

pasien.

7) Kelainan sistem kardiovaskular

Tindakan yang diberikan tergantung dari kelainan

kardiovaskular yang diderita.

c. Terapi pengganti ginjal menurut Suwitra (2009)

Terapi pengganti ginjal dilakukan pada GGK stadium 5, yaitu pada

LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa

hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal.

1) Hemodialisis

Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah

gejala toksikmazotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis

tidak boleh terlalu cepat pada pasien GGK yang belum tahap

akhir akan memperburuk faal ginjal (LFG). Indikasi tindakan

terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan indikasi elektif.

3) Transplantasi ginjal.

 
 
31 
 

7. Komplikasi

Menurut Suharyanto&Madjid (2009), komplikasi gagal ginjal

kronik antara lain :

a. Hiperkalemia akibat penurunana ekskresi, asidosis metabolic,

katabolisme dan masukan diet berlebih.

b. Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi

produk sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat

c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system

rennin-angiotensin-aldosteron

d. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel

darah merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin dna

kehilangan drah selama hemodialisa

e. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat,

kadar kalsium serum yang rendah dan metabolisme vitamin D

abnormal.

f. Asidosis metabolic

g. Osteodistropi ginjal

h. Sepsis

i. Neuropati perifer

j. Hiperuremia

 
 
32 
 

8. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Suyono (2007), untuk menentukan diagnosa dengan

CKD (Chronic Kidney Disease) dapat dilakukan cara sebagai berikut :

a. Pemeriksaan Laboratorium

Menentukan derajat kegawatan CKD (Chronic Kidney Disease),

menentukan gangguan sistem dan membantu menetapkan etiologi.

b. Pemeriksaan Ultrasonografy (USG)

Untuk mencari apakah ada batuan, atau masa tumor, juga untuk

mengetahui beberapa pembesaran ginjal

c. Pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG)

Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda

perikarditis, aritmia dan gangguan elektrolit.

D. Gambaran Umum Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gagal

Ginjal Kronik

Menurut Nursalam (2008), asuhan keperawatan adalah suatu proses

atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang langsung

diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, dalam

upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia, dengan metodologi proses

keperawatan, berpedoman pada standar praktik keperawatan, dilandasi etik

dan etika keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab

keperawatan. Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep

diterapkan dalam praktek keperawatan. Hal ini biasa disebut sebagai

problem solving (proses pemecahan masalah) yang memerlukan ilmu,

 
 
33 
 

tehnik, dan ketrampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat. Proses keperawatan terdiri dari

lima tahap yang berurutan dan saling berhubungan yaitu : pengkajian,

diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar dalam proses

keperawatan dimana kegiatan untuk menghimpun informasi tentang

status kesehatan klien (Rohmah, 2013). Ada dua jenis data pada

pengkajian menurut pendapat Nursalam (2008) yaitu:

a. Data Subjektif

Data subjektif adalah data yang di dapat dari klien sebagai

suatu pendapat terhadap suatu situasi kejadian. Informasi tersebut

tidak dapat ditentukan oleh perawat secara independen tetapi

melalui interaksi atau komunikasi. Misalnya penjelasan klien

tentang nyeri, lemah, frustasi, mual, atau malu. Informasi keluarga,

konsultan, dan tenaga kesehatan lainnya juga dapat sebagai data

subjektif jika didasarkan pada pendapat klien.

a. Data Objektif

Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur.

Informasi tersebut biasanya diperoleh melalui “senses” : 2S (sight,

smell) dan HT (hearing dan touch atau taste) selama pemeriksaan

fisik. Contoh data obyektif : frekuensi pernafasan, tekanan darah,

edema, dan berat badan.

 
 
34 
 

Fokus pengumpulan data meliputi :

1) Status kesehatan sebelumnya dan sekarang.

2) Pola koping sebelumnya dan sekarang.

3) Fungsi status sebelumnya dan sekarang.

4) Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan.

5) Resiko untuk masalah potensial.

6) Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan pasien

Sumber data dapat berasal dari klien, orang terdekat, catatan klien,

riwayat penyakit, konsultasi hasil pemeriksaan diagnostik, catatan medis

dan anggota tim kesehatan lainnya, perawat lain, kepustakaan.

Menurut (Suharyanto&Madjid,2009), pengkajian yang dilakukan pada

pasien gagal ginjal kronik adalah :

a. Aktivitas/istirahat.

Gejala : Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan tidur

(Insomnia/gelisah atau samnolen).

Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang

gerak.

b. Sirkulasi.

Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat. Palpitasi : nyeri dada

(angina).

Tanda : Hipertensi : nadi kuat, edema jaringan dan pitting pada

kaki, telapak tangan. Distritmia jantung. Friction rub perikardial

 
 
35 
 

(respons terhadap akumulasi cairan). Pucat, kulit coklat kehijauan,

kuning. Kecenderungan perdarahan.

c. Integritas Ego

Gejala : Faktor stress, contoh financial, hubungan dan sebagainya.

Perasaan yang tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.

Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,

perubahan kepribadian.

d. Eliminasi.

Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap

lanjut). Abdomen kembung, diare atau konstipasi.

Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah,

coklat, oliguria atau anuria.

e. Makanan/cairan.

Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat

badan (malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, pernapasan

bau amonia.

Tanda : Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir).

Perubahan turgor kulit/kelembaban. Edema. Ulserasi gusi, perdarahan

gusi/lidah. Penurunan kekuatan otot, penurunan lemak subkutan,

penampilan tak bertenaga.

f. Neurosensori.

Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang,

sindrom “kaki gelisah” bebas rasa terbakar pada telapak kaki. Bebas

 
 
36 
 

kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremitas bawah (neuropati

perifer).

Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang

perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,

penurunan tingkat kesadaran, strupor, koma. Tanda chvostek dan

trosseau positif, kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang, rambut tipis,

kuku rapuh dan tipis.

g. Nyeri/kenyamanan.

Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki

(memburuk saat malam hari).

Tanda : Perilaku berhari-hari/distraksi, gelisah.

h. Pernapasan.

Gejala : Napas pendek; dispnea noktural paroksismal; batuk

dengan/tanpa sputum kental dan banyak.

Tanda :Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi/kedalaman

(pernapasan kussmaul). Batuk produktif dengan sputum merah muda

encer (edema paru).

i. Keamanan.

Gejala : Kulit gatal. Ada/berulangnya infeksi.

Tanda : Pruritis. Demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat

secara actual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu

tubuh lebih rendah dari normal (efek GGK/depresi respon imun),

petekie, area ekimosis pada kulit.

 
 
37 
 

j. Seksualitas.

Gejala : Penurunan libido; amenoera; infertilitas.

k. Interaksi sosial.

Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu

bekerja, mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.

2. Diagnosa keperawatan

Menurut Nursalam (2008), diagnosa keperawatan adalah suatu

pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko

perubahan pola) dari individu atau kelompok di mana perawat secara

akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara

pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah,

dan merubah. Diagnosa keperawatan menurut pendapat Nursalam (2008)

dapat dibedakan menjadi lima kategori : aktual, resiko, potensial, sejahtera

(wellness), sindrom.

a. Aktual : Menjelaskan masalah yang sedang terjadi saat ini dan harus

sesuai dengan data- data klinik yang diperoleh.

Syarat : Menegakkan diagnosa keperawatan aktual harus ada unsur

PES. Symptom (S) harus memenuhi kriteria mayor (80% - 100%) dan

sebagai kriteria minor dari diagnosis NANDA (North American

Nursing Diagnosis Association-International).

b. Risiko : Menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika

tidak dilakukan intervensi keperawatan.

 
 
38 
 

Syarat : Menegakkan risiko diagnosa keperawatan adanya unsur PE

(problem dan etiologi). Penggunaan istilah “risiko dan risiko tinggi”

tergantung pada tingkat keparahan/ kerentaan terhadap masalah.

c. Potensial : Menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk

memastikan masalah keperawatan yang potensial. Pada keadaan ini

data penunjang dan masalah belum ditemukan tapi sudah ada faktor

yang dapat menimbulkan masalah.

Syarat : Diagnosis keperawatan potensial yang ditegakkan harus

mempunyai unsur respon (problem) dan faktor yang menimbulkan

masalah tetapi belum ditemukan.

d. Sejahtera: Diagnosa keperawatan sejahtera (wellness) merupakan

keputusan klinik tentang status kesehatan klien, dan atau masyarakat

dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke tingkat sejahtera yang

lebih tinggi. Ada dua yang harus ada:

1) Sesuatu yang menyenangkan pada tingkat kesejahteraan yang

lebih tinggi.

2) Adanya fungsi dan status yang efektif.

e. Sindrome diagnosa keperawatan Sindrome adalah diagnosis yang

terdiri atas beberapa diagnosis keperawatan aktual dan resiko tinggi

yang diperkirakan akan muncul karena suatu kejadian/situasi tertentu.

 
 
39 
 

Komponen diagnosa keperawatan menurut Nursalam (2008):

a. Problem (masalah) Masalah adalah menjelaskan status kesehatan

atau masalah kesehatan pasien secara jelas dan sesingkat

mungkin.

b. Etiologi (penyebab) Penyebab atau etiologi adalah faktor klinik

dan personal yang dapat mengubah status kesehatan atau

mempengaruhi perkembangan masalah.

c. Sign/Symptom (tanda/gejala) adalah data-data subyektif dan

obyektif yang ditemukan sebagai komponen pendukung terhadap

diagnosa keperawatan aktual dan risiko.

Diagnosa keperawatan mungkin muncul pada pasien gagal ginjal

kronik menurut pendapat (Suharyanto&Madjid,2009), yaitu:

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran

urin, diet berlebih, retensi cairan dan natrium.

b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia, mual/muntah, pembatasan diet, perubahan

membran mukosa mulut

c. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah

interpretasi informasi.

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, anemia,

retensi produk sampah dan prosedur dialisis

 
 
40 
 

3. Perencanaan Keperawatan

Menurut Nursalam (2008), perencanaan keperawatan adalah suatu

dokumen dalam menyelesaikan masalah tujuan dan intervensi

keperawatan, sebagaimana disebutkan sebelumnya, rencana

keperawatan merupakan metode komunikasi tentang asuhan

keperawatan kepada pasien. Setiap pasien yang memerlukan asuhan

keperawatan perlu suatu perencanaan yang baik. Langkah-langkah

perencanaan adalah sebagai:

a. Menentukan prioritas.

Melalui pengkajian, perawat akan mampu mengidentifikasi

respon pasien yang aktual atau potensial yang memerlukan suatu

tindakan. Menentukan prioritas masalah ada dua contoh hirarki

yang bisa digunakan untuk menentukan prioritas perencanaan :

Hirarki “MASLOW” Maslow (1943) diambil dari Nursalam (2008)

menjelaskan kebutuhan manusia dibagi menjadi lima tahap :

1) Fisiologis

2) Rasa aman dan nyaman

3) Sosial

4) Harga diri

5) Aktualisasi

b. Menuliskan kriteria hasil Penulisan kriteria hasil, Nursalam (2008):

S : Specific (tujuan harus spesifik dan tidak mengandung arti

ganda)

 
 
41 
 

M : Measurable (tujuan harus dapat diukur, khususnya tentang

perilaku klien : dapat dilihat, didengar, diraba, dirasakan dan

dibau).

A : Achievable (tujuan harus dapat dicapai).

R : Reasonable (harus dapat dipertanggungjawab kan secara

Ilmiah)

T : Time (tujuan keperawatan terdapat batasan waktu yang jelas).

c. Penulisan rencana tindakan keperawatan, Nursalam (2008) :

O : Observasi (rencana tindakan untuk mengkaji atau melakukan

observasi terhadap kemajuan klien dengan pemantauan secara

langsung yang dilakukan secara kontinu)

N : Nursing Treatment (rencana tindakan yang di tetapkan untuk

mengurangi, memperbaiki, dan mencegah perluasan masalah

keperawatan).

E : Education (rencana tindakan yang ditetapkan bertujuan untuk

meningkatkan perawatan diri klien yang penekanan partisipasi

klien untuk bertanggung jawab terhadap perawatan diri, yang

berhubungan dengan kognitif, afektif, dan psikomotor).

C : Collaboration (adalah tindakan medis yang dilimpahkan pada

perawat, sifat rencana tindakan kolaboratif ini merupakan tugas

mandat).

Perencanaan tindakan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik

menurut pendapat (Suharyanto&Madjid,2009), yaitu :

 
 
42 
 

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran

urin, diet berlebih, retensi cairan dan natrium.

Tujuan : Kelebihan cairan/edema tidak terjadi. Kriteria hasil :

Tercipta kepatuhan pembatasan diet dan cairan, turgor kulit normal

tanpa edema, dan tanda-tanda vital normal.

Intervensi:

1) Monitor status cairan, timbang berat badan harian,

keseimbangan inputdan output, turgor kulit dan adanya edema,

tekanan darah, denyut dan irama nadi.

Rasional : Pengkajian merupakan dasar berkelanjutan untuk

memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi.

2) Batasi masukan cairan

Rasional : Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh

ideal, keluaran urine dan respons terhadap terapi.

3) Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan.

Rasional : Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan

keluarga dalam pembatasan cairan.

4) Kolaborasi pada medis dalam pembatasan cairan intravena

antara 5-10 tetes permenit, dan pembatasan obat-obatan cair.

Rasional : dengan pembatasan cairan intravena dapat

membantu menurunkan resiko kelebihan cairan.

 
 
43 
 

b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia, mual/muntah, pembatasan diet, perubahan

membran mukosa mulut.

Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat. Kriteria

hasil : Pengukuran antropometri dalam batas normal, perlambatan

atau penurunan berat badan yang cepat tidak terjadi, pengukuran

albumin dan kadar elektrolit dalam batas normal, peneriksaan

laboratorium klinis dalam batas normal, pematuhan makanan dalam

pembatasan diet dan medikasi sesuai jadwal untuk mengatasi

anoreksia.

Intervensi:

1) Kaji status nutrisi, perubahan berat badan, pengukuran

antropometri, nilai laboratorium (elektrolit serum, BUN,

kreatinin, protein, dan kadar besi).

Rasional : Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan

dan mengevaluasi intervensi.

2) Kaji pola diet dan nutrisi pasien, riwayat diet, makanan

kesukaan, hitung kalori.

Rasional : Pola diet sekarang dan dahulu dapat

dipertimbangkan dalam menyusun menu.

3) Kaji faktor-faktor yang dapat merubah masukan nutrisi

misalnya adanya anoreksia, mual dan muntah, diet yang tidak

menyenangkan bagi pasien,kurang memahami diet.

 
 
44 
 

Rasional : Menyediakan informasi mengenai faktor lain yang

diubah atau dihilangkan untuk meningkatkan masukan diet.

4) Timbang berat badan harian.

Rasional : Untuk memantau status cairan dan nutrisi

5) Kaji bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat,

pembentukan edema, penyembuhan yang lambat, penurunan

kadar albumin.

Rasional : Masukan protein yang tidak adekuat dapat

menyebabkan penurunan albumin dan protein lain,

pembentukan edema dan perlambatan peyembuhan.

c. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah

interpretasi informasi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

pasien paham tentang kondisi, prognosis, pengobatan, perawatan.

Kriteria Hasil : Menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan

pengobatan, perawatan dan melakukan prosedur dengan benar dan

menjelaskan alasan tindakan.

Intervensi :

1) Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe

prosedur.

2) Diskusikan tentang proses penyakit, prognosis dan

pemeriksaan dan pengobatan yang akan diberikan.

 
 
45 
 

3) Memberikan dasar pengetahuan dimana klien dapat membuat

pilihan informasi.

4) Meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakitnya

prognosis dan program pengobatan.

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, anemia,

retensi produk sampah dan prosedur dialisis.

Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi.

Kriteria hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas keluwarga sesuai

kemampuan, melaporkan peningkatan rasa segar dan bugar,

melakukan istirahat dan aktivitas secara bergantian, berpartisipasi

dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih.

Intervensi:

1) Kaji faktor yang menyebabkan keletihan, anemia,

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, retensi produk

sampah, dan depresi.

Rasional : Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat

keletihan.

2) Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang

dapat ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi.

Rasional : Meningkatkan aktivitas ringan sedang dan

memperbaiki harga diri.

3) Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat.

 
 
46 
 

Rasional : Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas

yang dapat ditoleransi dan istirahat yang adekuat.

4) Anjurkan untuk beristirahat setelah dialisis.

Rasional : Dianjurkan setelah dialisis bagi pasien untuk

beristirahat.

4. Pelaksanaan

Menurut Nursalam (2008), pelaksanaan adalah inisiatif dari

rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap

pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukkan

pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang

diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan

memfasilitasi koping. Perencanaan asuhan keperawatan akan dapat

dilaksanakan dengan baik, jika pasien mempunyai keinginan untuk

berpartisipasi dalam implementasi asuhan keperawatan. Tindakan

keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab

perawat secara profesional sebagaimana terdapat dalam standar

praktek keperawatan, yaitu:

a. Independen

Adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa

petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya.

Tipe tindakan independen meliputi:

 
 
47 
 

1) Tindakan diagnostik, yaitu tindakan untuk menegakkan

diagnosa keperawatan seperti, wawancara, observasi,

pemeriksaan fisik.

2) Tindakan terapeutik, yaitu tindakan untuk mengurangi,

mencegah dan mengatasi masalah pasien. Misalnya, dengan

merubah posisi pasien yang mengalami hambatan mobilisasi.

3) Tindakan edukatif, yaitu tindakan untuk merubah perilaku

pasien melalui promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan

pada pasien.

4) Tindakan merujuk, tindakan yang lebih menekankan pada

kemampuan perawat dalam mengambil suatu keputusan klinik

tentang keadaan pasien dan kemampuan untuk melakukan

kerjasama dengan tim kesehatan lain.

b. Interdependen

Adalah tindakan keperawatan menjelaskan suatu kegiatan yang

memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya,

misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi, dan dokter.

c. Dependen

Tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencana

tindakan medis.

Fase implementasi dari proses keperawatan mengikuti

rumusan dari rencana keperawatan. Implementasi untuk klien

dengan gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut : Implementasi

 
 
48 
 

yang dilakukan berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat

dan disesuaikan dengan kondisi klien

5. Evaluasi

Menurut Nursalam (2008), evaluasi adalah tindakan intelektual

untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan keberhasilan

dari diagnosis keperawatan, rencana tindakan dan implementasinya.

Evaluasi ada 2 yaitu :

a. Evaluasi proses

Fokus pada evaluasi proses (formatif) adalah aktivitas dari

proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan

keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah

perencanaan keperawatan diimplementasikan untuk membantu

menilai efektivitas intervensi tersebut. Evaluasi proses harus terus-

menerus dilaksanakan hingga tujuan yang telah ditentukan

tercapai.

b. Evaluasi hasil

Fokus evaluasi hasil (sumatif) adalah perubahan perilaku atau

status kesehatan pasien pada akhir asuhan keperawatan. Tipe

evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan keperawatan secara

paripurna. Evaluasi hasil bersifat objektif, fleksibel, dan efesien.

Hasil evaluasi menurut pendapat Nursalam (2008), meliputi:

a. Tujuan tercapai, jika menunjukkan perubahan sesuai standar yang

telah ditetapkan.

 
 
49 
 

b. Tujuan tercapai sebagian, jika pasien menunjukkan perubahan

sebagian dari standar yang telah ditetapkan.

c. Tujuan tidak tercapai, jika pasien tidak menunjukkan perubahan

dan kemajuan sama sekali atau bahkan menimbulkan masalah

baru.

6. Dokumentasi

Menurut Nursalam (2008), dokumentasi adalah adalah bagian

integral proses, bukan sesuatu yang berbeda dari metode problem

solving. Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian,

identifikasi masalah, perencanaan, tindakan. Perawat kemudian

mengobservasi dan mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan

yang diberikan dan didokumentasikan dalam bentuk evaluasi.

Adapun syarat dari dokumentasi keperawatan menurut pendapat

Hidayat (2007) adalah sebagai berikut :

a. Kesederhanaan, penggunaan kata kata yang sederhana mudah

dibaca, mudah dimengerti dan menghindari kata yang sulit

dipahami.

b. Keakuratan, data yang diperoleh harus benar benar akurat

berdasarkan informasi yang di dapatkan.

c. Ketepatan, ketepatan dalam pendokumentasian merupakan syarat

mutlak.

d. Kelengkapan, pencatatan terhadap semua pelayan yang diberikan

tanggapan perawat atau klien.

 
 
50 
 

e. Kejelasan dan keobjektifan, dokumentasi keperawatan memerlukan

kejelasan dan keobjektifan dari data-data yang ada bukan

merupakan data fiktif.

Keterampilan standar dokumentasi merupakan ketrampilan untuk

dapat memenuhi dan melaksanakan standar dokumentasi yang telah

ditetapkan dengan tepat. Keterampilan tersebut antara lain

keterampilan dalam memenuhi standar dokumentasi pengkajian,

diagnosa, rencana pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan

a. Dokumentasi Pengkajian

Dokumentasi pengkajian merupakan catatan tentang hasil

pengkajian yang dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari

klien, membuat data dasar tentang klien, dan membuat catatan

tentang respon kesehatan klien (Hidayat, 2008).

b. Dokumentasi Diagnosa Keperawatan

Dalam melakukan pencatatan diagnosa keperawatan

digunakan Pedoman yaitu :

1) Gunakan format PES untuk semua masalah aktual dan PE

untuk masalah resiko.

2) Catat diagnosa keperawatan resiko dan resiko tinggi ke dalam

masalah atau format diagnosa keperawatan.

3) Gunakan istilah diagnosa keperawatan yang dibuat dari

sumber-sumber diagnosa keperawatan.

 
 
51 
 

4) Gunakan diagnosa keperawatan sebagai pedoman untuk

pengkajian, perencanaan, intervensi, dan evaluasi.

c. Dokumentasi Rencana Keperawatan

Dokumentasi rencana keperawatan merupakan catatan

keperawatan tentang penyusunan rencana tindakan keperawatan

yang akan dilakukan (Hidayat, 2008). Secara umum pedoman

untuk rencana keperawatan yang efektif adalah sebagai berikut :

1) Sebelum menulis, cek sumber informasi data.

2) Buat rencana keperawatan yang mudah dimengerti.

3) Tulisan harus jelas, spesifik, dapat diukur, dan kriteria hasil

sesuai dengan identifikasi masalah.

4) Memulai instruksikan perawatan harus menggunakan kata kerja

seperti catat, informasikan dan lain-lain.

5) Gunakan pena tinta dalam menulis untuk mencegah

penghapusan tulisan atau tidak jelasnya tulisan.

d. Dokumentasi Implementasi

Dokumentasi implementasi merupakan catatan tentang

tindakan yang diberikan oleh perawat. Dokumentasi intervensi

mencatat pelaksanaan rencana perawatan, pemenuhan kriteria hasil

dari tindakan keperawatan mandiri dan tindakan kolaboratif.

(Hidayat, 2008)

Beberapa pedoman yang dipakai dalam pencatatan intervensi

keperawatan adalah :

 
 
52 
 

1) Gunakan diskriptif tindakan untuk menentukan apa yang telah

dikerjakan.

2) Berikan keamanan, kenyamanan, dan perhatian faktor

lingkungan pasien dalam memberikan intervensi keperawatan.

3) Catat waktu dan orang yang bertanggung jawab dalam

memberikan intervensi.

4) Catat prosedur yang tepat.

e. Dokumentasi Evaluasi

Dokumentasi evaluasi merupakan catatan tentang indikasi

kemajuan pasien terhadap tujuan yang dicapai. Evaluasi bertujuan

untuk menilai keefektifan perawat dan untuk mengkomunikasikan

status pasien dari hasil tindakan keperawatan (Hidayat, 2008).

Dokumentasi evaluasi berisikan perkembangan dari tiap-tiap

masalah yang telah dilakukan tindakan, dan disusun oleh semua

anggota yang terlibat dengan menambahkan catatan perkembangan

pada lembar yang sama. Acuan dalam penulisan menggunakan

SOAP (Subjektif data, Objektif data, Analisa, Planning). SOAP

adalah:

S : Data Subjektif Perkembangan keadaan didasarkan pada apa

yang dirasakan, dikeluhkan dan dikemukakan klien.

O : Data Objektif Perkembangan yang bisa diamati dan diukuri

oleh perawat atau tim kesehatan.

 
 
53 
 

A : Analisis Kedua jenis data tersebut, baik subyektif maupun

obyektif dinilai dan dianalisis, apakah berkembang kearah

perbaikan atau kemunduran. Hasil analisis dapat menguraikan

sampai dimana masalah yang ada dapat diatasi atau perkembangan

masalah baru yang menimbulkan diagnosa keperawatan.

P : Perencanaan Rencana penanganan klien dalam hal ini

didasarkan pada hasil analisis di atas yang berisi melanjutkan

rencana sebelumnya apabila keadaan atau masalah belum teratasi

dan membuat rencana baru bila rencana awal tidak efektif.

 
 
BAB III

TINJAUAN KASUS

FORMAT PENGKAJIAN KARYA TULIS ILMIAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Hari/Tanggal : Kamis, 06 Juli 2017

Jam : 08.15 WIB

Tempat : Alamanda 2 RSUD Sleman

Oleh : Chahyani Nofi Fajaryanti

Sumber data : Pasien, Keluarga Pasien, Perawat, Status

pasien dan Tenaga kesehatan lain

Metode : Wawancara, Observasi, Pemeriksaan Fisik

dan Studi Dokumentasi

A. PENGKAJIAN

1. Identitas

a. Pasien

1) Nama Pasien : Tn.S

2) Tempat/Tgl Lahir : Sleman, 15 Desember 1962 ( 55 Th )

3) Jenis Kelamin : Laki-laki

4) Agama : Islam

5) Pendidikan : SD

6) Pekerjaan :-

54
55

7) Status Perkawinan : Menikah

8) Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia

9) Alamat : Nganggrung Sukoharjo Ngaglik, Sleman

10) Diagnosa Medis : Chronic Kidney Disease Stadium V On

HD Rutin

11) No. RM : 138xxx

12) Tanggal Masuk RS : 05 Juli 2017

b. Penanggung Jawab / Keluarga

1) Nama : Ny.J

2) Umur : 53 tahun

3) Pendidikan : SD

4) Pekerjaan : IRT

5) Alamat : Nganggrung Sukoharjo Ngaglik, Sleman

6) Hubungan dengan pasien : Istri

7) Status perkawinan : Menikah

2. Riwayat Kesehatan

a. Kesehatan Pasien

1) Keluhan Utama saat Pengkajian

Pasien mengatakan perutnya begah terasa penuh. Pasien

mengatakan ± selama 1 minggu pasien batuk karena memakan

gorengan. Pasien mengatakan semua badannya pegel-pegel/ nyeri

terutama pada bagian punggung. Pasien mengatakan nyeri seperti

ditusuk-tusuk, nyeri hilang timbul dan skala nyeri 5 (1-10).


56

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

a) Alasan Masuk Rumah Sakit

Keluarga pasien mengatakan masuk rumah sakit karena ingin

pasang HD cath.

b) Riwayat Kesehatan Pasien ;

Keluarga pasien mengatakan pada tanggal 23 Juli 2017

Hemoglobin pasien menurun dari 7,2 gr/dl menjadi 6,5 gr/dl,

pasien dibawa ke Puri Husada untuk tambah darah disana.

Pasien mendapatkan 200 ml untuk tambah darah. Keluarga

pasien mengatakan pasien HD terakhir pada tanggal 30 Juni

2017 di Puri Husada. Keluarga pasien mengatakan setelah di

HD tekanan darah pasien mencapai 170/100 mmHg dan gula

darah mencapai 221 mg/dL. Keluarga mengatakan di bulan

Juli ini pasien belum mendapatkan jadwal untuk HD dan

keluarga membawa pasien ke RSUD Sleman pada tanggal 05

Juli 2017 untuk pasang HD cath pada pukul 11.00 WIB dan

pasien dirawat di bangsal Alamanda 2 di kamar nomor 6

RSUD Sleman.

3) Riwayat Kesehatan Dahulu

Pasien mengatakan sebelumnya pernah dirawat dirumah sakit

karena akan menjalani Hemodialisa. Pasien mengatakan ada riwayat

penyakit keturunan seperti Hipertensi dan diabetes mellitus dari

keluarganya.
57

b. Riwayat Kesehatan Keluarga

1) Genogram

Gambar 3.1 Genogram

(Sumber Data Primer : Pasien)

Keterangan Gambar :

= Perempuan

= Laki-laki

= Meninggal

= Pasien

= Garis pernikahan

= Garis keturunan

= Tinggal serumah
58

2) Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga pasien mengatakan dikeluarga pasien ada yang menderita

penyakit keturunan seperti hipertensi dan diabetes mellitus dari

kakak perempuannya dan keluarga pasien tidak ada yang menderita

penyakit menular seperti TBC. Keluarga pasien juga tidak ada yang

mengalami cacat.

3. Kesehatan Fungsional

a. Aspek Fisik – Biologis

1) Kebutuhan Nutrisi

a) Sebelum Sakit

Pasien mengatakan makan 3x sehari dengan nasi dan lauk pauk,

nafsu makan baik. Minum air putih kurang lebih 5-6 gelas/hari.

Pasien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan atau

minuman.

b) Selama Sakit

Pasien mengatakan makan 3 x sehari, habis 1 porsi makanan

yang diberikan rumah sakit. Minum air putih ± 4-5 gelas/hari.

Pasien mendapatkan diit RPRGRK (rendah purin, rendah garam,

rendah kalium) dari RS

2) Kebutuhan Eliminasi

a) Sebelum

Pasien mengatakan BAK 5-6x dalam sehari, warna kuning

jernih, tidak ada keluhan saat BAK. BAB 1-2x dalam sehari,
59

konsistensi lunak, warna kuning, bau feses khas, tidak ada

keluhan saat BAB.

b) Selama Sakit

Pasien mengatakan BAB 1 x tadi pagi, konsistensi keras

(meringkili), warna kecoklatan, bau khas feses, tidak ada darah.

Pasien mengatakan BAK 4-6x dalam sehari, jumlah ± 50-100

cc, bau khas urin. Pasien mengatakan tidak ada keluhan BAB

dan BAK.

3) Pola Aktivitas

a) Sebelum Sakit

(1) Keadaan aktivitas sehari – hari

Sebelum sakit pasien mengatakan semua aktivitas pasien

seperti eating, bahting, toileting, ambulating, dan

mobilitatingi di lakukan secara mandiri.Pasien jika dirumah

sering mengurus ayam.

(2) Keadaan pernafasan

Pasien nafas spontan tidak memakai alat bantu nafas. Suara

nafas vesikuler tidak ada sekret yang menyumbat

pernafasan.

(3) Keadaan Kardiovaskuler

Sebelum sakit pasien mengatakan ia tidak pernah tiba-tiba

berdebar-debar, atau nyeri pada dada.


60

b) Selama Sakit

(1) Keadaan aktivitas sehari – hari

Keluarga Pasien mengatakan selama di rumah sakit

aktivitas seperti makan, berpakaian, toileting, mobilisasi

dibantu oleh keluarga.

(2) Keadaan pernafasan

Pasien nafas spontan tidak memakai alat bantu nafas. Pasien

terlihat batuk tidak berdahak. Pernafasan pasien 21x/menit.

(3) Keadaan kardiovaskuler

Sebelum sakit pasien mengatakan ia tidak pernah tiba-tiba

berdebar-debar, atau nyeri pada dada.


61

(4) Skala ketergantungan


Tabel 3.1 Penilaian Status Fungsional (Barthel Index)
Pasien Tn.S di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman Tanggal 06 Juli 2017
Nilai Skor
No Fungsi Skor Uraian Hari I Hari II Hari III
1. Mengendalikan 0 Tak terkendali/tak teratur (perlu
rangsang defekasi pencahar)
(BAB) 1 Kadang-kadang tak terkendali
2 Mandiri 2 2 2
2. Mengendalikan 0 Tak terkendali/pakai kateter
rangsang berkemih 1 Kadang-kadang tak terkendali
(BAK) (1x24 jam)
2 Mandiri 2 2 2
3. Membersihkan dir 0 Butuh pertolongan orang lain 0 0 0
(cuci muka,sisisr 1 Mandiri
rambut,sikat gigi)
4.. Penggunaan jamban, 0 Tergantung pertolongan orang
masuk dan keluar lain
(melepaskan 1 Perlu pertolongan pada beberapa 1 1 1
,memakai kegiatan tetapi dapat mengerjakan
celana,membersihkan, sendiri kegiatan yang lain
menyiram) 2 Mandiri
5. Makan 0 Tidak mampu
1 Perlu ditolong memotong 1 1 1
makanan
2 Mandiri
6. Berubah sikap dari 0 Tidak mampu
berbaring ke duduk 1 Perlu banyak bantuan untuk bisa
duduk (2 orang)
2 Bantuan (2 orang) 2 2 2
3 Mandiri
7. Berpindah/berjalan 0 Tidak mampu
1 Bisa (pindah) dengan kursi roda
2 Berjalan dengan bantuan 1 orang 2 2 2
3 Mandiri
8. Memakai Baju 0 Tidak mampu
1 Sebagai dibantuan (misal 1 1 1
mengancingkan baju)
2 Mandiri
9. Naik turun tangga 0 Tidak mampu 0 0 0
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
10. Mandi 0 Tergantung orang lain 0 0 0
1 Mandiri 0
Total Skor 11 11 11
Tingkat Ketergantungan Sedang
Paraf & Nama Perawat
Chahy Chahya Chahya
ani ni ni
(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)
KETERANGAN:
20 : Mandiri 5-8 : Ketergantungan berat
12-19 : Ketergantungan ringan 0-4 : Ketergantungan total
9-11 : Ketergantungan Sedang
62

(5) Tabel Pengkajian Resiko Jatuh

Tabel 3.2 Pengkajian Resiko Jatuh


Pasien Tn.S di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman Tanggal 06 Juli 2017

Skoring 1 Skoring 2 Skoring 3


No Risiko Skala
Tgl 06 Tgl 07 Tgl 08
1. Riwayat jatuh, yang baru atau Tidak 0 0 0 0
dalam 3 bulan terakhir Ya 25
2. Diagnosa medis sekunder >1 Tidak 0 0 0 0
Ya 15
3. Alat bantu jalan:
0 0 0 0
Bed rest/diabntu perwat
Penopang/tongkat/walker 15
Furniture 30
4. Menggunakan infus Tidak 0 0
Ya 25 25 25
5. Cara berjalan/berpindah:
0 0 0 0
Normal/bed rest/imobilisasi
Lemah 15
Terganggu 30
6. Status mental:
0 0 0 0
Orientasi sesuai kemampuan diri
Lupa keterbatasan 15
Jumlah skor 0 25 25
Tingkat Resiko Jatuh Resiko Rendah
Paraf & Nama Perawat
chahyani chahyani chahyani
(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)

Tingkat Risiko : Tidak berisiko bila skor 0-24 → lakukan perawatan yang baik
: Risiko rendah bila skor 25-50 → lakukan intervensi jatuh
standar (lanjutkan formulir
pencegahan)
: Risiko Tinggi bila skor ≥ 51 lakukan intervensi jatuh resiko
tinggi (lanjutkan dengan pencegahan jatuh pasien dewasa)
63

(6) Tabel Pengkajian Resiko Luka Dekubitus

Tabel 3.3 Tabel Resiko Luka Dekubitus (Skala Norton)


Pasien Tn.S di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman Tanggal 06 Juli 2017
Tanggal PENILAIAN 4 3 2 1
06 Juli Kondisi fisik Baik Sedang Buruk Sangat buruk
2017 Status mental Sadar Apatis Bingung Stupor
Aktifitas Jalan sendiri Jalan dengan Kursi roda Ditempat tidur
bantuan
Mobilitas Sangat terbatas Tidak mampu
Bebas bergerak Agak terbatas brgerak
Inkontensia Kadang-kadang Selalu Inkontinensia
Kontinen int/kontinensia inkontinensia urin urin & Alvi
Skor 12 3 0 1
Total Skor 16 (Resiko Rendah Terjadi Dekubitus)

Paraf & Nama Perawat Chahyani


07 Juli Kondisi fisik Baik Sedang Buruk Sangat buruk
2017
Status mental Sadar Apatis Bingung Stupor
Aktifitas Jalan sendiri Jalan dengan Kursi roda Di tempat
bantuan tidur
Mobilitas Bebas bergerak Agak terbatas Sangat terbatas Tidak mampu
brgerak
Inkontensia Kontinen Kadang-kadang Selalu Inkontinensia
int/kontinensia inkontinensia urin urin & Alvi
Skor 12 3 0 1
Total Skor 16 (Resiko Rendah Terjadi dekubitus)

Paraf & Nama Perawat Chahyani


08 Juli Kondisi fisik Baik Sedang Buruk Sangat buruk
2017 Status mental Sadar Apatis Bingung Stupor
Aktifitas Jalan sendiri Jalan dengan Kursi roda Di tempat
bantuan tidur
Mobilitas Bebas bergerak Agak terbatas Sangat terbatas Tidak mampu
bergerak
Inkontinensia Kontinen Kadang-kadang Selalu Inkontinensia
int/ kontinensia inkontinensia urin urin & Alvi
Skor 12 3 0 1
Total Skor 16 (Resiko Rendah Terjadi dekubitus)

Paraf & Nama Perawat Chahyani


(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)

KETERANGAN:
16-20 : risiko rendah terjadi dekubitus
12-15 : risiko sedang terjadi dekubitus
<12 : risiko tinggi terjadi dekubitus
64

4) Kebutuhan istirahat – tidur

a) Sebelum sakit

Pasien mengatakan sebelum sakit ia tidur ±8 jam sehari. Pasien

biasa memulai tidur pukul 21.00 wib dan bangun jam 05.00 WIB.

Pasien tidur siang ± 2 jam dari jam 13.00 WIB. Pasien tidak

memiliki gangguan tidur. Pasien mengatakan tidak pernah

mengkonsumsi obat tidur dan tidak mengalami kesulitan untuk

tidur.

b) Selama sakit

Pasien mengatakan selama di rumah sakit ia tidur jam 21.00 WIB

bangun jam 05.00 WIB dan tidur siang dari jam 12.00 WIB

sampai jam 14.00 WIB dengan kualitas tidur pasien nyenyak.

Pasien mengatakan pada malam hari sering terbangun, pasien

terbangun ± 5x.

b. Aspek Psiko-Sosial-Spiritual

1) Pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan

Pasien mengatakan jika dirinya atau keluarga sakit beli obat di

apotek, jika dirasa parah langsung ke puskesmas untuk berobat.

2) Pola hubungan

Hubungan pasien dengan keluarga dan lingkungan sekitar baik,

orang paling dekat adalah istrinya. Pasien mengatakan saat sakit

hubungan peran antara pasien, perawat, dokter, ahli gizi dan pasien

lainnya baik-baik saja.


65

3) Koping atau toleransi stress

Keluarga pasien mengatakan jika memiliki masalah pasien langsung

mengajak anggota keluarga lain bermusyawarah dalam memecahkan

masalah.

4) Kognitif dan persepsi tentang penyakitnya

Keluarga pasien dan pasien mengatakan sudah tau tentang diit

tentang pantangan makanan yang dikonsumsi pasien tetapi pasien

masih saja mengkonsumsi makanan yang dilarang tersebut.

4. Konsep diri

a) Gambaran Diri

Pasien mengatakan ia menyukai dan mensyukuri semua bentuk

tubuhnya dan pasien tidak malu dengan keadaan saat ini.

b) Harga Diri

Pasien merasa dihargai, disayangi, dan dicintai karena keluarga

menerima dan selalu mendukung pasien.

c) Peran Diri

Pasien mengatakan saat di rumah sebagai kepala keluarga. Pasien

mengatakan ia sekarang sebagai pasien dengan penyakit Chronic

Kidney Disease Stadium V On Hemodialisa Rutin.

d) Ideal Diri

Pasien mengatakan ingin cepat sembuh, ingin cepat pulang

kerumahnya, serta ingin cepat berkumpul dengan keluarganya

dirumah.
66

e) Identitas Diri

Pasien mampu mengetahui dan mampu menyebutkan identitas

dengan benar.

5. Seksual dan menstruasi

Pasien mengatakan seorang laki-laki, pasein sudah memiliki 2 anak, 1

laki-laki dan 1 perempuan.

6. Nilai

Pasien mengatakan beragama islam, dan selalu berdoa kepada Allah.

c. Aspek Lingkungan Fisik

Keluarga mengatakan tinggal di daerah pedesaan. Rumah pasien

permanen, terdapat kamar tidur, kamar mandi, ruang tamu, ruang makan

dan dapur. Di dalam rumah terdapat ventilasi yang cukup baik.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : compos mentis ( E 4, V 5, M 6)
2) Status Gizi :TB = 150 cm
BB = 45 Kg
IMT = BB = 20 (normal)
TB2
3) Tanda Vital : TD = 130/100 mmHg Nadi= 80 x/mnt
Suhu = 36,6 °C RR = 21 x/mnt

4) Skala Nyeri
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

P : nyeri disemua badan terutama pada bagian punggung


Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
67

R : nyeri menjalar keseluruh tubuh


S : 5 (1-10)
T : nyeri hilang timbul
b. Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo – Caudal)
1) Kulit

Kulit berwarna kecoklatan, kulit kering, kulit mengelupas pada bagian

kaki kanan, terdapat luka bekas melepuhan dipaha kanan. Turgor kulit

≤ 2 detik, capilaryrefil ≤ 2 detik. Terdapat luka tusukan jarum post

opname di rumah sakit.

2) Kepala

Bentuk : Bentuk kepala mesochepal,rambut hitam beruban, tidak ada

bekas luka.

Keadaan Mata : mata simetris, Conjungtiva tanemis, sklera tidak

ikterik, fungsi penglihatan tidak ada masalah.

Keadaan Telinga : Telinga simetris, tidak ada sekret, telinga bersih,

tidak ada gangguan dalam pendengaran sejak lahir (tuli).

Keadaan hidung : Hidung simetris, tidak ada sputum, tidak ada

polip,fungsi pembauan baik.

Mulut dan tenggorokan :Mukosa bibir pucat, tidak ada stomatitis,gigi

ada beberapa yang ompong,keadaan gigi tidak begitu bersih.

3) Leher

Pergerakann bebas, ekstensi, fleksi, tidak ada kelainan bentuk, tidak

ada pembesaran kelenjar tiroid. Terdapat benjolan dibagian leher

kanan.
68

4) Tengkuk

Tidak ada kaku kuduk, tidak ada lesi.

5) Dada

a) Inspeksi

Tidak ada lesi, bentuk dada normal chest, tidak ada retraksi dada

b) Palpasi

Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal, taktil fremitus

antara getaran kanan dan kiri sama.

c) Perkusi

Paru-paru terdengar suara sonor, terdengar suara pekak pada

jantung

d) Auskultasi

Terdengar suara nafas RBK (ronkhi basah kasar). Terdengar bunyi

jantung S1 & S2 reguler.

6) Payudara

a) Inspeksi

Payudara pasien tidak ada bekas luka, aerola tampak berwarna

coklat.

b) Palpasi

Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal

7) Punggung

Punggung berbentuk skoliosis, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan
69

8) Abdomen

a) Inspeksi

Tidak ada bekas luka, abdomen tampak rata.

b) Auskultasi

Terdengar bising usus 10x/menit

c) Perkusi

Terdengar bunyi timpani.

d) Palpasi

Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal

9) Panggul

Tidak ada nyeri tekan, tidak ada jejas atau memar, tidak ada krepitasi.

10) Anus dan Rectum

Anus & rectum tidak ada hemoriod, tidak ada lesi dan bersih.

11) Genetalia

a) Pada Pria

Tidak ada kelainan pada genetalia

12) Ekstremitas

a) Atas

Anggota gerak lengkap, kedua ekstremitas atas kanan dan kiri tidak

ada edema. Tangan kanan post oprasi tahun 1989 karena jari telunjuk

dan jari tengah menempel. Terpasang infus mikro lini di tangan kanan

pada tanggal 06 Juli 2017 pada pukul 10.30 WIB.

Tonus otot 5 5
70

b) Bawah

Anggota gerak lengkap, ekstremitas bawah kanan dan kiri simetris,

terdapat kecacatan pada ekstrimitas bawah sejak lahir, kedua kaki

dapat digerakkan. Terdapat edema pada kaki kiri. Tonus otot 5 5


71

d. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 3.4 Pemeriksaan laboratorium Tn.S di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman
Tanggal 06 Juli 2017
Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil (satuan) Normal Interpretasi
Pemeriksaan
5 Juli 2017 Hemostasis
-Protrombin Time (PT) 10,8 detik 9-15 Normal
-Protrombin Time control 11,0 detik
-International Normalized 1,00
Ratio (INR)
-Activated Partial 24,1 detik 0,8-1,2 Normal
Thromboplastine Time
(APTT)
- Activated Partial 25,4 detik 22-35 Normal
Thromboplastine Time
Control (APTT Control)
Hematologi
Hematologi Rutin
-Hemoglobin 7,9 gr/dl 14-18 Rendah
-Hematokrit 25 % 42-52 Rendah
-Leukosit 5,7 rb/uL 4,5-11,0 Normal
-Eritrosit 3,27 jt/uL 4,7-6,1 Rendah
-Trombosit 198 rb/uL 150-440 Normal
- mpv 10,4 fL 7,2-11,1 Normal
-PDW 11,6 fL 9-13 Normal
Index eritrosit
-RDW-CV 17,4 % 11,5-14,5 Tinggi
-MCV 74,9 fL 80-100 Rendah
-MCH 24,2 pg 26-34 Rendah
-MCHC 32,2 % 32-36 Normal
Hitung Jenis
Leukosit
-Basofil 0,2 % 0-1 Normal
-Monosit 11,2% 4-8 Tinggi
-Eosinofil 8,1 % 1-6 Tinggi
-Limfosit 24,3 % 22-40 Normal
-Neutrofil 56,2 % 40-70 Normal
Kimia Klinik
Fungsi Ginjal
-Ureum 184,0 mg/dl 10-50 Tinggi
-kreatinin 5,39 mg/dl 0,7-1,2 Tinggi
Karbohidrat
-GDS 201 mg/dl 74-106 Tinggi
Elektrolit
-Na 139,5 mmol/L 135-148 Normal
-Kalium (K) 3,72 3,5-5,3 Normal
-Kalorida (Cl) 104,4 98-107 Normal
Mikrobiologi
07 Juli 2017 -Preparat BTA negatif negatif Normal
Imunoserologi
08 Juli 2017 -FT4 10,97 12-26 Rendah
-TSH 0,77 0,5-5,0 Normal
(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)
72

Tabel 3.5 Hasil Pemeriksaan Radiologi


Pasien Tn.S di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman Tanggal 06 Juli 2017

Hari/ Jenis Pemeriksaan Kesan/Interpretasi


Tanggal
- Thyroid dextra = ukuran &
Jumat 07 USG Leher echostruktur normal, tampak
Juli 2017 lesi hipoechoic 2, 1 uk 1,5x1,
3x1, 9 cm, lesi kistik di
dalamnya, lesi klasifikasi
minimal
Di dalamnya 2 uk 0,4x0,4 cm
membulat
- Thyroid sinistra= ukuran &
echostruktur normal, tampak
lesi anechoic kecil diameter
0,4 cm bulat.
- Tampak lesi isoechoic-
anechoic amoerf di subcutis
supraclavicula dextra pars
proximal, batas tak tegas,
ukuran +/- 3,8x1,6 cm,
dinding tebal
Irreguler, tampak klasifikasi
minimal ditepi, tampak
vaskularissasi prominen di
area lesi solid tepi, irreguler.
Kesan :
- Multiple nodul di thyroid
dextra dengan degenerasi
kistik di satu nodul, sugesif
benigna lesion
- Solitary simple cyst thyroid
sinistra
- Susp.arteri venous
malformation supra clavicula
dextra.

(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)


73

e. Terapi
Tabel 3.6 Pemberian Terapi Pasien Tn.S di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman
Tanggal 06 Juli 2017

Hari / Obat Dosis dan Satuan Rute


Tanggal

Kamis -Furosemid 1x1 (40mg) Oral


06 Juli -CaCO3 3x1 (500mg) Oral
2017 -Amlodipin 1x5 mg Oral
-Anemolat 3x1 (1 mg) Oral
-Novorapid 3x6 unit Injeksi subkutan

-Nacl 0,9 % mikrolini Injeksi intravena

-Ceftriaxone 2x1 gr Injeksi intravena

-Furosemid 1x1 (40mg) Oral


Jumat 07 - CaCO3 3x1 (500mg) Oral
Juli 2017 -Amlodipin 1x5 mg Oral
-Anemolat 3x1 (1 mg) Oral
-Novorapid 3x6 unit Injeksi subkutan

-Nacl 0,9 % mikrolini Injeksi intravena

-Ceftriaxone 2x1 gr Injeksi intravena

-Furosemid 1x1 (40mg) Oral


- CaCO3 3x1 (500mg) Oral
-Amlodipin 1x5 mg Oral
Sabtu 07 -Anemolat 3x1 (1 mg) Oral
Juli 2017 -Novorapid 3x6 unit Injeksi subkutan

-Nacl 0,9 % mikrolini Injeksi intravena

-Ceftriaxone 2x1 gr Injeksi intravena

-Ondansetron (extra) 4 mg Injeksi intravena


(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)
74

f. ANALISA DATA
Tabel 3.7 Analisa Data
Pasien Tn.S di Ruang Almanda 2 RSUD Sleman Tanggal 06 Juli 2017

NO DATA PENYEBAB MASALAH


DS :
-Pasien mengatakan semua
1 badannya pegel-pegel/nyeri
terutama pada bagian Agen cidera biologis Nyeri Akut
punggungnya
-Pasien mengatakan nyerinya
skala 5 (1-10)
-Pasien mengatakan nyeri hilang
timbul dan kualitasnya seperti
ditusuk-tusuk
-pasien mengatakan nyerinya
menjalar ke seluruh tubunhya.

DO:
-TD : 130/100 mmHg
-S : 36,6 C
-N : 80 x/menit
-RR : 21 x/menit
-Pasien terlihat memegangi
bagian punggungnya.

2 DS :
- Pasien mengatakan perutnya
begah terasa penuh

DO :
-Pasien laki-laki berusia 55
tahun Ketidakefektifan
-Membran mukosa bibir terlihat Faktor resiko DM perfusi ginjal
pucat
-Konjungtiva terlihat pucat
-Pasien mempunyai riwayat DM
-terdapat edema pada kaki kiri
- Terdapat benjolan dibagian
leher kanan.
-GDS : 201 mg/dl
-Ureum : 184 mg/dl
-Kreatinin : 5,39 mg/dl
- Hb : 7,9 gr/dl

DS :
-Pasien mengatakan badannya
3 sering gatal-gatal
75

DO : Kondisi gangguan Kerusakan


-Kulit terlihat kering metabolik integritas kulit
-Kulit bagian epidermis pada
kaki kanannya terlihat
mengelupas
-Terdapat luka bekas melepuh
pada bagian paha kanan
-Terdapat luka bekas tusukan
jarum post opname di rumah
sakit
4 DS :
-Pasien dan keluarga
mengatakan tau penyakit gagal
ginjal kronik yaitu ginjalnya Defisiensi
rusak Kurangnya informasi Penegetahuan
-Keluarga pasien mengatakan
sudah tau diit tentang pantangan
makanan yang tidak boleh
dikonsumsi oleh pasein, tetapi
pasien , tetapi pasien masih saja
mengkonsumsi makanan yang
dilarang tersebut

DO :
-Saat ditanya tentang pantangan
makanan yang tidak boleh
dikonsumsi, pasien terlihat diam
saja

5 DS :
-Pasien mengatakan tidak ada
pantangan makanan
-Keluarga mengatakan semua
makanan yang diberikan kepada
pasien selalu habis Asupan diet yang Resiko
berlebihan ketidakstabilan
DO : kadar glukosa darah
-GDS : 201 mg/dl
-pasien terlihat lemas
-terdapat kulit bagian epidermis
pada kaki kanan yang
mengelupas
76

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
(Sesuai Prioritas Masalah)

1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis d.d

DS :

-Pasien mengatakan semua badannya pegel-pegel/nyeri terutama pada bagian

punggungnya

-Pasien mengatakan nyerinya skala 5 (1-10)

-Pasien mengatakan nyeri hilang timbul dan kualitasnya seperti ditusuk-tusuk

-pasien mengatakan nyerinya menjalar ke seluruh tubunhya.

DO:

-TD : 130/100 mmHg

-S : 36,6 C

-N : 80 x/menit

-RR : 21 x/menit

-Pasien terlihat memegangi bagian punggungnya.

2. Ketidakefektifan perfusi ginjal dengan faktor resiko DM d.d

DS :

- Pasien mengatakan perutnya begah terasa penuh

DO :

-Pasien laki-laki berusia 55 tahun

-Membran mukosa bibir terlihat pucat

-Konjungtiva terlihat pucat

-Pasien mempunyai riwayat DM


77

-terdapat edema pada kaki kiri

- Terdapat benjolan dibagian leher kanan.

-GDS : 201 mg/dl

-Ureum : 184 mg/dl

-Kreatinin : 5,39 mg/dl

- Hb : 7,9 gr/dl

3. Kerusakan integritas kulit b.d kondisi gangguan metabolik d.d

DS :

-Pasien mengatakan badannya sering gatal-gatal

DO :

-Kulit terlihat kering

-Kulit bagian epidermis pada kaki kanannya terlihat mengelupas

-Terdapat luka bekas melepuh pada bagian paha kanan

-Terdapat luka bekas tusukan jarum post opname di rumah sakit

4. Defiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi d.d

DS :

-Pasien dan keluarga mengatakan tau penyakit gagal ginjal kronik yaitu

ginjalnya rusak

-Keluarga pasien mengatakan sudah tau diit tentang pantangan makanan yang

tidak boleh dikonsumsi oleh pasein, tetapi pasien , tetapi pasien masih saja

mengkonsumsi makanan yang dilarang tersebut


78

DO :

-Saat ditanya tentang pantangan makanan yang tidak boleh dikonsumsi,

pasien terlihat diam saja

5. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d asupan diet yang berlebihan

d.d

DS :

-Pasien mengatakan tidak ada pantangan makanan

-Keluarga mengatakan semua makanan yang diberikan kepada pasien selalu

habis

DO :

-GDS : 201 mg/dl

-pasien terlihat lemas

-terdapat kulit bagian epidermis pada kaki kanan yang mengelupas


C. PEREN
NCANAAN KEP
PERAWATAN
N

Nama Pasien
n / NO CM : Tn.S / 138xxx Ruang : Alamanda 2
Hari/ PERENCANA
AAN
Tgl/ Jam DIAGN
NOSA
KEPERAWWATAN TUJUA
AN RENCANA A LAKSANAAN
PEL EVALU
UASI
TINDAKAN N
Nyeri akut b.dd agen cidera Setelah dilakukaan tindakan Paain management Kamis, 06 Juli 2017 Kamis, 06 Juuli 2017
Kamis biologis d.d keperawatan sellama 3 x 24 1. Lakukan pengk kajian Jam 08..15 WIB Jam 14.00 WIB
W
06 Juli DS : jjam diharapkaan pasien nyeri secara Melaku ukan pengkajian S:
2017 -Pasien mengatakan semua mencapai painn control komperhensif nyeri seecara - Pasien men ngatakan
Jam badannya pegel- dengan kriteria hhasil : 2. Monitor tanda vital komperrhensif tubuhnya semmua
09.15 pegel/nyeri teerutama pada 1. Melaporkan nyeri 3. Observasi reak ksi (Pasien
n mengatakan pegel-pegel/nnyeri
WIB bagian punggu ungnya berkuang daari skala 5 nonverbal dari tubuhny ya semua pegel- terutama padda bagian
-Pasien mengatakan menjadi skalla 2 (0-10) ketidak nyaman nan pegel/n
nyeri terutama punggungnya, nyeri
nyerinya skalaa 5 (1-10) 2. Mampu m
mengontrol 4. Ajarkan tehnik k non pada baagian skala 5 (1-10
0), nyeri
-Pasien meng gatakan nyeri nyeri ( tahuu penyebab farmakologi unntuk pungguungnya, nyeri hilang timbuul, kualitas
hilang tim
mbul dan nyeri, mampu mengurangi ny yeri skala 5 (1-10), nyeri nyeri seperti ditusuk-
kualitasnya seperti menggunakaan teknik 5. Anjurkan pasieen hilang timbul,
t kualitastusuk
ditusuk-tusuk nonfarmakologi untuk banyak istirahaat nyeri seeperti ditusuk- O:
-pasien mengatakan mengurangi nyerinya)  6. Kolaborasi tusuk) -TD : 130/1000 mmHg
nyerinya menjalar
m ke 3. Menyatakann rasa pemberian anallgetik -S : 36,4 C
seluruh tubunhya. nyaman settelah nyeri -N : 80x/mntt
DO: berkurang  Chahyan
ni -RR : 21 x/mmnt
-TD : 130/100 0 mmHg 4. TTV dalaam batas -Pasien tamppak
-S : 36,6 C normal  memeganggii bagian
-N : 80 x/mennit N : 60-100 xx/mnt punggungnya
-RR : 21 x/meenit RR : 18-24 xx/mnt
-Pasien terlihat S : 36,5-37,55 C
memegangi bagian TD : 120/800 mmHg 
punggungnya.

79
PEREN
NCANAAN KE
EPERAWATAN
N

Nama Pasien
n / NO CM : Tn.S / 138xxx Ruang : Alamanda 2
Hari/ P
PERENCANAAAN
Tgl/ Jam DIAGNO
OSA
TUJUAN RENCANA TINDAK KAN PELAK
KSANAAN ASI
EVALUA
KEPERAWAATAN
Jam 08.35 WIB A : masalah nyerri akut
Mengobsservasi belum
b teratasi
reaksi no
onverbal dari
ketidaknyyamanan P : Lanjutkan Intervensi
O: 1.. Lakukan peng gkajian
-Pasien tampak
t nyeri secara
memegan nggi bagian komperhensiff
punggung gnya
2.
2 Monitor tandaa vital
3.
3 Observasi reaaksi
Chahyani
nonverbal darri ketidak
nyamanan
Jam 08.440 WIB
4.
4 Anjurkan pasiien
Memonittor TTV
banyak istirah
hat
O:
5.
5 Ajarkan tehnik non
-TD : 1300/100
farmakologi untuk
u
mmHg
mengurangi nyeri
n
-S : 36,6 C
-N : 80x//mnt
Chahyani
-RR : 21 x/mnt

Chahyani

80
81

D. CATA
ATAN PERK
KEMBANGAN

Nama Pasien/No. C.M


M : Tn.S / 138xxx
1 Ruang: Allamanda 2
Diagnosa Keperawataan : Nyeri Akut
A

HR/TG EVALU UASI


PE
ELAKSAN
NAAN
L/ JAMM (S O A P)
Kamis Jam 14.30 WIB Kamis, 06 0 Juli 20177
06 Juli Melakukkan pengkajjian nyeri Jam 20.0 00 WIB
2017 secara koomperhensiif S:
Jam (P : pasien mengataakan nyeri P : pasieen mengatak kan nyeri pada
p
14.00 pada baggian punggu ung bagian punggung
p
WIB Q : pasieen mengatakkan nyeri Q : pasieen mengataakan nyeri seperti
seperti ditusuk-tusu
d uk ditusuk--tusuk
R : nyerii menjalar ke
k seluruh R : nyerri menjalar ke
k seluruh tubuh
t
tubuh S : 4 (1--10)
S : 5 (1-10) T : nyerri hilang tim
mbul
T : nyerii hilang timb
mbul)
O:
Chahyanni -TD : 13 30/100 mmH Hg
-S : 36,4 4C
Jam 14.445 WIB -N : 82x x/mnt
Mengobbservasi reak ksi -RR : 20 0 x/mnt
nonverbal dari -pasien terlihat
t memmeganggi
ketidaknnyamanan punggunngnya ketikka nyeri timbbul
(Pasien terlihat
t memmeganggi
punggunngya ketika nyeri A:
datang) Masalahh nyeri akutt teratasi
sebagaiaan
Chahyanni P :
Lanjutkaan intervennsi
Jam 15.000 WIB 1. Lakuukan pengkaajian nyeri
Monitor tanda vital secarra komperhensif
(-TD : 130/100 mm mHg 2. Monnitor tanda vital
v
-S : 36,44 C 3. Obseervasi reakssi nonverball dari
-N : 82xx/mnt ketiddak nyaman nan
-RR : 200 x/mnt) 4. Anjuurkan pasienn banyak
istiraahat
Chahyanni 5. Ajark kan tehnik non
n farmakkologi
Jam 15.110 WIB untuk k menguranngi nyeri
Menganjjurkan pasieen untuk
banyak istirahat Chaahyani
(pasien terlihat
t hanyya
berbarinng di tempatt tidurnya)

Chahyanni
82

CATAT
TAN PERK
KEMBANG
GAN

M : Tn.S / 138xxx
Nama Pasien/No. C.M 1 Ruang: Allamanda 2
Diagnosa Keperawataan : Nyeri Akut
A

HR/TG EVALU UASI


PE
ELAKSAN
NAAN
L/ JAMM (S O A P)
Kamis Jam 066.30 WIB Jumat, 07
0 Juli 2017 7
06 Juli Melakukkan pengkajjian nyeri Jam 07.3 30 WIB
2017 secara koomperhensiif S:
Jam (P : pasien mengataakan nyeri -Pasien mengatakan n sedikit
20.00 pada baggian punggu ung nyaman n karena nyeerinya berkuurang
WIB berkuranng P : pasieen mengatak kan nyeri pada
p
Q : pasieen mengatakkan nyeri bagian punggung
p berkurang
seperti dditusuk-tusuuk Q : pasieen mengataakan nyeri seperti
R : nyerii menjalar ke
k seluruh ditusuk--tusuk
tubuh R : nyerri menjalar ke
k seluruh tubuh
t
S : 3 (1-10) S : 3 (1--10)
T : nyerii hilang timb
mbul) T : nyerri hilang tim
mbul

Chahyanni O :
-TD : 14 40/100 mmH Hg
-S : 36 C
Jam 06.445 WIB -N : 82x x/mnt
Monitor tanda vital -RR : 20 0 x/mnt
(-TD : 140/100 mmmHg -pasien terlihat
t relaax
-S : 36 C
-N : 82xx/mnt A:
-RR : 200 x/mnt) Masalahh nyeri akutt teratasi
sebagaiaan
Chahyanni P :
Lanjutkaan intervennsi
1. Lak kukan pengkkajian nyerii
secaara komperh hensif
2. Monnitor tanda vital
v
3. Obseervasi reakssi nonverball dari
ketiddak nyaman nan
4. Ajark kan tehnik non
n farmakkologi
untuk k menguran ngi nyeri

Chaahyani
83

CATAT
TAN PERK
KEMBANG
GAN

Nama Pasien/No. C.M


M : Tn.S / 138xxx
1 Ruang: Allamanda 2
Diagnosa Keperawataan : Nyeri Akut
A

HR/TG EVALUA ASI


PE
ELAKSANA
AAN
L/ JAMM (S O A P)
Jumat 077 Jam 088.00 WIB Jumat, 077 Juli 2017
Juli 20177 Melakukkan pengkajjian nyeri Jam 14.000 WIB
Jam secara koomperhensiif S:-
08.00 (P : pasien mengataakan nyeri
WIB pada puunggungnyaa O:
berkuranng -Pasien seedang dilaku
kukan
Q : pasieen mengatakkan nyeri pemasanggan HD cathh dan langsuung
seperti ditusuk-tusu
d uk menjalanii Hemodialissa rutin di
R : nyerii menjalar ke
k seluruh ruangan Hemodialisa mulai pukuul
tubuh 10.45 WIIB
S : 3 (1-10)
T : nyerii hilang timb
mbul) A:
Masalah nyeri
n akut teratasi
Chahyani sebagaian
n

Jam 08.110 WIB P:


Mengobbservasi reakksi Lanjutkann intervensi
nonverbal dari ketiddak 1. Laku ukan pengkaajian nyeri
nyamanaan secarra komperheensif
(pasien terlihat
t menngusap- 2. Monittor tanda vittal
ngusap punggungny
p ya) 3. Observvasi reaksi nonverbal
n d
dari
ketidaak nyamanann
Chahyani 4. Anjurkkan teknik relaksasi
r naafas
dalam
m jika nyeri datang
d
Jam 08.110 WIB 5. Evaluaaasi pasien dalam
Monitor tanda vital melakkukan relakssasi nafas
(-TD : 140/100 mmmHg dalam
m
-S : 36 C
-N : 80xx/mnt Chahhyani
-RR : 200 x/mnt)

Chahyani

Jam 09.115 WIB


Mengajaarkan tehnikk non
farmakoologi untuk
menguraangi nyeri
(pasien terlihat
t mam
mpu
mengikuuti dan memmpraktikan
84

pengenddalian nyeri dengan


nonfarmmakologi rellaksasi
nafas daalam)

Chahyani

CATAT
TAN PERK
KEMBANG
GAN

Nama Pasien/No. C.M


M : Tn.S / 138xxx
1 Ruang: Allamanda 2
Diagnosa Keperawataan : Nyeri Akut
A

HR/TG EVAL LUASI


PE
ELAKSAN
NAAN
L/ JAMM (S O A P)
Jumat, Jam 18.50 WIB Jumat, 07
0 Juli 2017
7
07 Juli Monitor tanda vital Jam 20.0
00 WIB
2017 (-S : 36,8 C S:-
Jam -N : 80xx/mnt
14.00 -RR : 200 x/mnt) O:
WIB 8C
-S : 36,8
Chahyanni -N : 80xx/mnt
-RR : 200 x/mnt
-pasien tiba
t di ruanngan Alamannda 2
post HDD pada pukuul 18.40 WIB
B

A :Masaalah nyeri akut


a teratasi
sebagaiaan

P : Lanjutkan interrvensi
1. Lakkukan pengkkajian nyerii secara
kom
mperhensif
2. Monitor tanda vital
3. Obsservasi reak ksi nonverbaal dari
ketiidak nyamaanan
4. Anjjurkan tekniik relaksasi nafas
dalaam jika nyeeri datang
5. Evaaluaasi pasieen dalam
mellakukan relaaksasi nafass dalam

Chhahyani
85

CAT
TATAN PE
ERKEMBA
ANGAN

M : Tn.S / 138xxx
Nama Pasien/No. C.M 1 Ruang: Allamanda 2
Diagnosa Keperawataan : Nyeri Akut
A

HR/TG EVALU UASI


PE
ELAKSAN
NAAN
L/ JAMM (S O A P)
Jumat, Jam 06.30 WIB Sabtu, 08
0 Juli 20177
07 Juli Monitor tanda vital Jam 07.330 WIB
2017 -S : 36,88 C S:-
Jam -N : 80xx/mnt
20.00 -RR : 200 x/mnt O:
WIB 8C
-S : 36,8
Chahyanni -N : 80xx/mnt
-RR : 200 x/mnt
-pasien tiba
t di ruanngan Alamannda 2
post HDD pada pukuul 18.40 WIB
B

A :Masaalah nyeri akut


a teratasi
sebagaiaan

P : Lanjutkan interrvensi
1. Lakkukan pengkkajian nyerii
secaara komperh hensif
2. Monitor tanda vital
3. Obsservasi reak ksi nonverbaal
darii ketidak nyyamanan
4. Anjjurkan tekniik relaksasi nafas
dalaam jika nyeeri datang
5. Evaaluaasi pasieen dalam
mellakukan relaaksasi nafass
dalaam

Chaahyani
86

CAT
TATAN PE
ERKEMBA
ANGAN

Nama Pasien/No. C.M


M : Tn.S / 138xxx
1 Ruang: Allamanda 2
Diagnosa Keperawataan : Nyeri Akut
A

HR/TG EVALUA ASI


PE
ELAKSAN
NAAN
L/ JAMM (S O A P)
P
Sabtu, 088 Jam 08.00 WIB Sabtu, 08
0 Juli 20177
Juli 20177 Melakukkan pengkajjian nyeri Jam 14.0 00 WIB
Jam secara koomperhensiif S:
08.00 (P : pasien mengataakan nyeri P : pasieen mengatak kan
WIB pada puunggungnyaa datang lagii punggunngnya masihh nyeri
Q : pasieen mengatakkan nyeri Q : pasieen mengataakan nyeri
seperti ditusuk-tusu
d uk seperti ditusuk-tusu
d uk
R : nyerii menjalar ke
k seluruh R : nyerri menjalar kek seluruh
tubuh tubuh
S : 4 (1-10) S : 4 (1--10)
T : nyerii hilang timb
mbul) T : nyerri hilang tim
mbul
O:
Chahyanni -TD 150 0/90 mmHgg
Jam 08.110 WIB -S : 36,44C
Mengobbservasi reakksi -N : 82xx/mnt
nonverbal dari ketid dak -RR : 20 0 x/mnt
nyamanaan -pasien terlihat
t tiduuran
(pasien terlihat
t menngusap- ditempaat tidurnya
ngusap punggungny
p ya dan A :Masaalah nyeri akut
a teratasi
memegaangginya terrus) sebagaiaan
P : Lanjutkan interrvensi
Chahyanni 1. Lak kukan pengkkajian
Jam 08.115 WIB nyeeri secara
Monitor tanda vital kommperhensif
-TD 1500/90 mmHg 2. Monitor tanda vital
-S : 36,44 C 3. Obsservasi reak ksi
-N : 82xx/mnt nonnverbal dari ketidak
-RR : 200 x/mnt nyaamanan
Chahyanni 4. Anjjurkan tekniik relaksasi
Jam 08.220 WIB nafa
fas dalam jikka nyeri
Menganjjurkan tekn nik relaksasii dataang
nafas daalam jika ny yeri dating 5. Evaaluaasi pasieen dalam
(pasien terlihat
t mennggunakan mellakukan relaaksasi
teknik reelaksasi naffas dalam nafa
fas dalam
ketika nyyeri muncull)
Chahyanni Chahyani
87

CATAT
TAN PERK
KEMBANG
GAN

M : Tn.S / 138xxx
Nama Pasien/No. C.M 1 Ruang: Allamanda 2
Diagnosa Keperawataan : Nyeri Akut
A

HR/TG EVALU UASI


PE
ELAKSAN
NAAN
L/ JAMM (S O A P)
Sabtu, 088 Jam 14.110 WIB Sabtu, 08
0 Juli 20177
Juli 20177 Melakukkan pengkajjian nyeri Jam 20.00 WIB
Jam secara koomperhensiif S:
14.00 P : pasieen mengatakkan nyeri P : pasieen mengatak kan nyeri
WIB bagian pinggang
p daan bagian punggungny
p ya
punggunngnya Q : pasieen mengataakan nyeri
Q : pasieen mengatakkan nyeri seperti ditusuk-tusu
d uk
seperti ditusuk-tusu
d uk R : nyerri menjalar ke
k seluruh
R : nyerii menjalar kek seluruh tubuh
tubuh S : 4 (1--10)
S : 4 (1-10) T : nyerri hilang tim
mbul
T : nyerii hilang timb
mbul
Chahyanni
O:
Jam 14.330 WIB 6C
-S : 36,6
Memoniitor tanda viital -N : 80xx/mnt
-S : 36C
C -RR : 200 x/mnt
-N : 80xx/mnt -pasien terlihat
t mennggunkan
Chahyanni teknik reelaksasi naffas dalam
ketika nyeri
n datangg
Jam 14.440 WIB
Menganjjurkan tekn nik relaksasii A :Masaalah nyeri akut
a teratasi
nafas daalam jika ny
yeri dating sebagaiaan
(pasien mengatakan
m n sudah
melakukkannya tapi nyeri masihh P : Lanjutkan interrvensi
sering muncul)
m 1. Lakkukan pengkkajian nyerii
secaara komperhhensif
Chahyanni 2. Monitor tanda vital

Jam 15.000 WIB


Mengevaluaasi pasiien dalam Chahhyani
melakukkan relaksassi nafas
dalam
(pasien terlihat
t mam
mpu
melakukkan tek nik relaksasi
r
nafas daalam dengann benar)

Chahyanni
88

CATAT
TAN PERK
KEMBANG
GAN

Nama Pasien/No. C.M


M : Tn.S / 138xxx
1 Ruang: Allamanda 2
Diagnosa Keperawataan : Nyeri Akut
A

HR/TG EVALU UASI


PE
ELAKSAN
NAAN
L/ JAMM (S O A P)
Sabtu, 088 Jam 06.30 WIB Mingguu, 09 Juli 2017
Juli 20177 Monitor tanda vital Jam 07.3
30 WIB
Jam -TD : 1220/70 mmHg S:-
20.00 -S : 36,22 C
WIB -N : 80xx/mnt O:
-RR : 200 x/mnt 2C
-S : 36,2
-N : 80xx/mnt
Chahyanni -RR : 200 x/mnt
-TD : 1220/70 mmH
Hg

A :Masaalah nyeri akut


a teratasi
sebagaiaan

P : Lanjutkan interrvensi operkkan


ke perawwat ruangann
1. Lakkukan pengkkajian nyerii
secaara komperh hensif
2. Monitor tanda vital
3. Obsservasi reak ksi nonverbaal
darii ketidak nyyamanan
4. Anjjurkan tekniik relaksasi nafas
dalaam jika nyeeri datang
5. Evaaluaasi pasieen dalam
mellakukan relaaksasi nafass
dalaam

Chaahyani
C. PER
RENCANAAN KEPERAWA
ATAN

Nama Pasieen / NO CM : Tn.S / 138xxx Ruang : Alaman nda 2


Hari/
PERENC CANAAN
Tgl/ Jam DIAG GNOSA
TUJ JUAN RENCANA TINDAKAN NAAN
PELAKSAN EV
VALUASI
KEPERA AWATAN
Ketidakefektifafan perfusii Setelah dilakkukan tindakan Acid Base Management Kamis, 06 Julii Kamis,, 06 Juli 2017
Kamis ginjal dengan n faktor resiko o keperawatan n selama 3 x 24 1. Monittor ttv 2017 Jam 144.00 WIB
06 Juli DM d.d jam diharaapkan pasien 2. Monittor balance Jam 08.15 WIIB S:
2017 DS : mencapai tisssue prefussion cairan
n Mengobservassi -pasien
n mengtakan
Jam - Pasien mengatakan n renal dengan n kriteria hasil 3. Obserrvasi status status hidrasi perutny
ya terasa
09.15 ya begah terasaa :
perutny hidrassi (kelembaban begah
WIB penuh 1. TTV dalam batas (kelem
mbaban membran muk kosa)
DO : normmal  memb bran mukosa) (membran mu ukosa O:
-Pasien laaki-laki berusiaa N : 60-100
6 x/mnt 4. Obseervasi tanda- terlihat pucat) -memb bran mukosa
55 tahun RR : 18-24 x/mnt tanda cairan terlihatt pucat
-Membran n mukosa bibirr S : 366,5-37,5 C berleb
bih/retensi Chaahyani
terlihat pu
ucat TD : 120/80 (odemm,distensi A :
-Konjungttiva terlihatt mmH Hg vena leher)
l Jam 08.30 WIIB Masalaah resiko
pucat 2. Mem mbran mukosa 5. Anjurrkan pasien Memonitor TT TV ketidakkefektifan
-Pasien mempunyaii lembbab  untukk membatasi -TD : 130/1000 perfusi ginjal belum
riwayat DM M 3. Tidakk ada rasa minum m mmHg teratasii
-terdapat edema padaa haus yang 6. Kolab borasi dengan -S : 36,6 C
kaki kiri abnorrmal  dokterr pemeberian -N : 80x/mnt P:
- Terdaapat benjolan n 4. Ureuum dan obat -RR : 21 x/mnnt kan intervensi
Lanjutk
dibagian leeher kanan. kreattinin dalam
-GDS : 20 01 mg/dl batass normal  Chaahyani
-Ureum : 184
1 mg/dl Ureuum : 10-50
-Kreatininn : 5,39 mg/dl mg/d dl
- Hb : 7,9 gr/dl Kreattinin : 0,7-1,2
mg/d dl

89
PERE
ENCANAAN KEPERAWAT
K TAN

Nama Pasieen / NO CM : Tn.S / 138xxx Ruang : Alaman


nda 2
Hari/
PERENCAN NAAN
Tgl/ Jam NOSA
DIAGN
KEPERAW
WATAN TUJUA AN RENCAN NA ELAKSANAA
PE AN EV
VALUASI
TINDAK KAN
55. Balance cairaan 1. Mo onitor ttv
sseimbang 2. Mo onitor balance
66. Tidak ada disstensi vena caiiran
lleher 3. Obbservasi status
77. Tidak ada ed
dema perifer hiddrasi
ddan asites (keelembaban
meembran
mu ukosa)
4. Observasi tanda-
nda cairan
tan
berlebih/retensi
(oddem,distensi
vena leher)
5. Annjurkan pasien
unntuk membatasi
miinum
6. Koolaborasi
dengan dokter
pemeberian obat

ni
Chahyan

90
91

D. CA
ATATAN PERKEMB
P ANGAN

Nama Pasien/No. C.M


M : Tn.S / 138xxx
1 Ruang: Allamanda 2
Diagnosa Keperawataan : Ketidak
kefektifan P
Perfusi Ginjal

H
HR/TGL/ EVALUA ASI
PE
ELAKSANA
AAN
JAM (S O A P)
P
KKamis Jam 14.30 WIB
W Kamis, 06 Juli 2017
006 Juli Memonitor ttv
t Jam 20.00 WIB
22017 -TD : 130/1000 mmHg S:
JJam -S : 36,4 C -pasien mengatakan
m p
perutnya
114.00 -N : 82x/mnt maasih teerasa seperti penuh
WWIB -RR : 20 x/mmnt
O:
Chahyanni -TD : 130 0/100 mmHgg
-S : 36,4 C
Jam 14.40 WIB
W -N : 82x//mnt
Mengobservvasi status hiddrasi -RR : 20 x/mnt
(kelembabann membran mukosa)
m -membraan mukosa terrlihat pucat
(membran mukosa
m terlihhat pucat) - kaki kirri terlihat edeema
-terdapat benjolan di leher bagiann
Chahyanni kanan

Jam 14.50 WIB


W A:
Mengobservvasi tanda-tannda cairan Masalah Ketidakefekktifan Perfusii
berlebih/reteensi (odem,d distensi vena Ginjal beelum teratasi
leher)
(kaki kiri terrlihat edema,, terdapat utakan interveensi
P : Lanju
benjolan di leher
l bagian kanan) 1. Monitor
M ttv
2. Monitor bala
M nce cairan 
Chahyanni 3. Observasi
O staatus hidrasi
(kelembaban membran
mukosa)
m
4. Observasi
O taanda-tanda
cairan
c berlebih/retensi
(odem,distensi vena leherr)
5. Anjurkan
A passien untuk
membatasi
m m
minum
6. Kolaborasi
K deengan dokterr
pemeberian
p o
obat

Chahyanni
92

CAT
TATAN PE
ERKEMBA
ANGAN

Nama Pasien/No. C.M


M : Tn.S / 138xxx
1 Ruang: Allamanda 2
Diagnosa Keperawataan : Ketidak
kefektifan P
Perfusi Ginjal

H
HR/TGL/ EVALUA ASI
PE
ELAKSANA
AAN
JAM (S O A P)
P
KKamis Jam 06.00 WIB
W Jumat, 077 Juli 2017
006 Juli Mengelola pemberian
p obbat pada Jam 07.30 WIB
22017 pasien S :-
JJam -Furosemid 1x1 40 mg rute
r PO
220.00 - CaCO3 3x11 500mg rutte PO O:
WWIB -Amlodipin 1x5 mg rute PO -TD : 1400/100 mmHgg
-Anemolat 3x1
3 1 mg rutte PO -S : 36 C
-N : 82x//mnt
Chahyanni -RR : 20 x/mnt
-BC : -53360
Jam 06.30 WIB
W -obat peroral sudah diberikan
Memonitor BC
B
( BC = + 30)) A:
Chahyanni Masalah Ketidakefekktifan Perfusii
Ginjal beelum teratasi

Jam 06.40 WIB


W P:
Monitor tandda vital n intervensi
Lanjutkan
-TD : 140/1000 mmHg 1. Monitor
M ttv
-S : 36 C 2. Monitor bala
M nce cairan 
-N : 82x/mnt 3. Observasi
O staatus hidrasi
mnt
-RR : 20 x/m (kelembaban membran
mukosa)
m
Chahyanni 4. Observasi
O taanda-tanda
cairan
c berlebih/retensi
(odem,distensi vena leherr)
5. Anjurkan
A passien untuk
membatasi
m m
minum
6. Kolaborasi
K deengan dokterr
pemeberian
p o
obat

Chahyanni
93

CAT
TATAN PE
ERKEMBA
ANGAN

Nama Pasien/No. C.M


M : Tn.S / 138xxx
1 Ruang: Allamanda 2
Diagnosa Keperawataan : Ketidak
kefektifan P
Perfusi Ginjal

H
HR/TGL/ EVALUA ASI
PE
ELAKSANA
AAN
JAM (S O A P)
P
JJumat 07 Jam 08.10 WIB
W Jumat, 077 Juli 2017
JJuli 2017 Monitor tandda vital Jam 14.00 WIB
JJam -TD : 140/1000 mmHg S:-
008.00 -S : 36 C
WWIB -N : 80x/mnt O:
mnt
-RR : 20 x/m -Pasien sedang dilakuukan
pemasanggan HD cathh dan
Chahyanni langsung menjalani Hemodialisa
H
rutin di ruuangan Hem
modialisa
Jam 09.15 WIB
W mulai pukkul 10.45 WIB
W
Menganjurkkan pasien unntuk
membatasi minum
m A:
(pasien terlihhat minum seedikit- Masalah Ketidakefekktifan Perfusii
sedikit) Ginjal beelum teratasi

Chahyanni P :
n intervensi
Lanjutkan
1. Monitor
M ttv
2. Monitor bala
M nce cairan 
3. Observasi
O staatus hidrasi
(kelembaban membran
mukosa)
m
4. Observasi
O taanda-tanda
cairan
c berlebih/retensi
(odem,distensi vena leherr)
5. Anjurkan
A passien untuk
membatasi
m m
minum
6. Kolaborasi
K deengan dokterr
pemeberian
p o
obat

Chahyanni
94

CAT
TATAN PE
ERKEMBA
ANGAN

Nama Pasien/No. C.M


M : Tn.S / 138xxx
1 Ruang: Allamanda 2
Diagnosa Keperawataan : Ketidak
kefektifan P
Perfusi Ginjal

H
HR/TGL/ EVALUA ASI
PE
ELAKSANA
AAN
JAM (S O A P)
P
JJumat, 07 Jam 18.50 WIB
W Jumat, 077 Juli 2017
JJuli 2017 Monitor tandda vital Jam 20.00 WIB
JJam -S : 36,8 C S:-
114.00 -N : 80x/mnt
WWIB -RR : 20 x/mmnt O:
-S : 36,8 C
Chahyanni -N : 80x//mnt
-RR : 20 x/mnt
-pasien tiiba di ruangaan Alamandaa
2 post HDD pada pukuul 18.40 WIBB

A :Masallah Ketidakefektifan
Perfusi Ginjal
G belum teratasi

utkan interveensi
P : Lanju
1. Monitor
M ttv
2. Monitor bala
M nce cairan 
3. Observasi
O staatus hidrasi
(kelembaban membran
mukosa)
m
4. Observasi
O taanda-tanda
cairan
c berlebih/retensi
(odem,distensi vena leherr)
5. Anjurkan
A passien untuk
membatasi
m m
minum
6. Kolaborasi
K deengan dokterr
pemeberian
p o
obat

Chahyanni
95

CATAT
TAN PERK
KEMBANG
GAN

Nama Pasien/No. C.M


M : Tn.S / 138xxx
1 Ruang: Allamanda 2
Diagnosa Keperawataan : Ketidak
kefektifan P
Perfusi Ginjal

HR R/TGL/ EVALUAS SI
PEL
LAKSANAA
AN
JAM (S O A P)
Jummat, 07 Jam 06.30 WIB
W Sabtu, 08 Juli
J 2017
Juli 2017 Monitor tandaa vital
M Jam 07.30 WIB
Jamm -S
S : 36,8 C S:-
200.00 -N
N : 80x/mnt
W
WIB -R
RR : 20 x/mnnt O:
-S : 36,8 C
Chahyani -N : 80x/mmnt
-RR : 20 x//mnt
Jaam 06.40 WIIB -pasien tibaa di ruangan
n Alamanda
M
Mengobservas si status hidrrasi 2 post HD pada pukul 18.40 WIB
(k
kelembaban membran
m muukosa) -membran mukosa terliihat pucat
(m
membran mukosa
m terlihaat pucat )
A :Masalahh Ketidakefeektifan
Chahyani Perfusi Ginnjal belum teeratasi

Jaam 06.45 WIIB P : Lanjutkkan intervennsi


M
Memonitor BCC 1. Moonitor ttv
(B
BC = +50) 2. Moonitor balancce cairan
3. Ob bservasi statu
us hidrasi
Chahyani (keelembaban membran
m
muukosa)
4. Observasi tand da-tanda
caiiran berlebihh/retensi
(oddem,distensi vena leher)
5. An njurkan pasieen untuk
meembatasi min num
6. Ko olaborasi denngan dokter
pem meberian obbat

Chahyani
96

CA
ATATAN PE
ERKEMBAN
NGAN

Nama Pasieen/No. C.M : Tn.S / 1388xxx Ruang: Alamanda 2


Diagnosa Keperawatan
K n : Ketidakefeektifan Perfuusi Ginjal

H
HR/TGL/ EVALUA ASI
PE
ELAKSANA
AAN
JAM (S O A P)
P
SSabtu, 08 Jam 08.15 WIB
W Sabtu, 088 Juli 2017
JJuli 2017 Monitor tandda vital Jam 14.00 WIB
JJam -TD 150/90 mmHg n mengatakaan merasa
S : Pasien
008.00 -S : 36,4 C mual-muual
WWIB -N : 82x/mnt -keluargaa mengatakan n pasien
-RR : 20 x/mmnt muntah sedikit-sedikiit
Chahyanni
O:
Jam 09.00 WIB
W -TD 150//90 mmHg
Menganjurkkan pasien unntuk -S : 36,4 C
membatasi minum
m -N : 82x//mnt
(keluarga meengatakan minum
m pasienn-RR : 20 x/mnt
sudah dibataasi oleh istrinnya) -obat peroral sudah diberikan
-pasien mendapatkan
m obat
Chahyanni tambahann extra ondannsentron
karena paasien mual dan muntah

Jam 13.00 WIB


W A Masalaah Ketidakeffektifan
Mengelola pemberian
p obbat Perfusi Ginjal
G belum teratasi
- CaCO3 3x11 500mg rutee PO
-Anemolat 3x1
3 1mg rutee PO utkan interveensi
P : Lanju
1. Monitor
M ttv
Chahyanni 2. Monitor
M balannce cairan
3. Observasi
O staatus hidrasi
(kelembaban membran
mukosa)
m
4. Observasi
O taanda-tanda
cairan
c berlebih/retensi
(odem,distensi vena leherr)
5. Kolaborasi
K deengan dokterr
pemeberian
p o
obat

Chahyanni
97

CAT
TATAN PE
ERKEMBA
ANGAN

Nama Pasien/No. C.M


M : Tn.S / 138xxx
1 Ruang: Allamanda 2
Diagnosa Keperawataan : Ketidak
kefektifan P
Perfusi Ginjal

HR/TGL/ EVALUASI
PELAKSAN
NAAN
JAM (S O A P)
Sabtu, 08 Jam 14.30 WIB Sabtu, 08 Juli 2017
Juli 2017 Memonittor tanda vitaal Jam 20.00
2 WIB
Jam -S : 36C S:-
14.00 -N : 80x//mnt
WIB Chahyyani O :
-S : 366,6 C
Jam 14.40 WIB -N : 80x/mnt
Mengobsservasi statuss hidrasi -RR : 20 x/mnt
(kelembaaban membraan mukosa) -mem mbran mukosaa terlihat lemmbab
(membraan mukosa terrlihat lembabb) -kaki kiri terlihat edema
e
-terdaapat benjolann pada leher
Chahyyani kanan n pasien

Jam 14.45 WIB A : Masalah


M Ketiddakefektifan
Meng observasi tandaa-tanda cairaan Perfussi Ginjal belu
um teratasi
berlebih/rretensi (odem m,distensi veena
leher) P : Laanjutkan inteervensi
(kaki kirii terlihat edem
ma, terdapat 1.. Monitor tttv
benjolan pada leher kanan
k pasien ) 2.. Monitor balance
b cairann
3.. Observasii status hidraasi
Chahyyani (kelembabban membrann
mukosa)
4.. Kolaborassi dengan dokkter
pemeberiaan obat

Chahhyani
98

CAT
TATAN PE
ERKEMBA
ANGAN

Nama Pasien/No. C.M


M : Tn.S / 138xxx
1 Ruang: Allamanda 2
Diagnosa Keperawataan : Ketidak
kefektifan P
Perfusi Ginjal

H
HR/TGL/ EVALUA ASI
PE
ELAKSANA
AAN
JAM (S O A P)
P
SSabtu, 08 Jam 06.00 WIB
W Minggu, 09 Juli 20177
JJuli 2017 Mengelola pemberian
p obbat pada Jam 07.30 WIB
JJam pasien S:-
220.00 -Furosemid 1x1 40 mg rute
r PO
WWIB - CaCO3 3x11 500mg rutte PO O:
-Amlodipin 1x5 mg rute PO -S : 36,2 C
-Anemolat 3x1
3 1 mg rutte PO -N : 80x//mnt
-RR : 20 x/mnt
-TD : 1200/70 mmHg
Chahyanni
A :Masallah Ketidakefektifan
Perfusi Ginjal
G belum teratasi

Jam 06.30 WIB


W utkan interveensi operkan
P : Lanju
Monitor tandda vital ke peraw
wat ruangan
-TD : 120/700 mmHg 1. Monitor
M ttv
-S : 36,2 C 2. Observasi
O staatus hidrasi
-N : 80x/mnt (kelembaban membran
-RR : 20 x/mmnt mukosa)
m
3. Kolaborasi
K deengan dokterr
Chahyanni pemeberian
p o
obat

Jam 06.40 WIB


W
Monitor balaance cairan Chahyanni
(BC= +210)

Chahyanni
C. PER
RENCANAAN KEPERAWA
ATAN

Nama Pasieen / NO CM : Tn.S / 138xxx Ruang : Alaman nda 2


Hari/
PERENC CANAAN
Tgl/ Jam DIAGGNOSA
TUJ JUAN RENCANA TINDAKAN NAAN
PELAKSAN EV
VALUASI
KEPERA AWATAN
1. Kerusakan integritas kulitt Setelah dilak kukan tindakan Pressure Man nagement Kamis, 06 Julii Kamis,, 06 Juli 2017
Kamis b.d kond disi gangguan n keperawatan n selama 3 x 24 1.Monitor ku ulit adanya 2017 Jam 144.00 WIB
06 Juli metaabolik d.d jam diharaapkan pasien kemerahan Jam 08.15 WIIB S:
2017 DS : mencapai tiissue integrity 2. anjurkan pasien untuk Memonitor ku ulit Pasien
n mengatakan
Jam -Pasien mengatakan n skin and mocous
m dengan menggunkan pakaian yang adanya kemerrahan gatal-gatal pada
09.15 badannya sering gatal-- kriteria hasill : longgar (tidak ada ya
kulitny
WIB gatal 1. Tidak adaa luka/lesi pada 3. anjurkan un ntuk kemerahan paada
DO : kulit mengoleskan n lotion pada kulit pasien ) O:
-Kulit terliihat kering 2.mampu daerah yang gatal
g -kulit bagian
b
-Kulit bag gian epidermiss mempertahan nkan 4. anjurkan pasien untuk Chaahyani epidermmis pada kaki
pada kaaki kanannyaa kelembaban menjaga kebeersihan kulit kanan terlihat
t
terlihat meengelupas 3. Integritas kulit baik bisa 5. kolaborasi dengan Jam 09.00 WIIB mengellupas
-Terdapat luka bekass dipertahankaan dokter kulit Menganjurkan n -terdappat luka bekas
melepuh pada bagian n pasien untuk tusukan n post
paha kanan n menggunkan opnamee di rumah
-Terdapat luka bekass pakaian yang sakit
tusukan jarum postt longgar -kulit teerlihat kering
opname dii rumah sakit (pasien terlihaat -terdappat luka bekas
menggunakan n melepu uh di paha
pakaian yang kanan
longgar )
A : masalah
Chaahyani Kerusaakan integritas
kulit beelum teratasi

99
99
PER
RENCANAAN KEPERAWA
ATAN

Nama Pasieen / NO CM : Tn.S / 138xxx Ruang : Alaman


nda 2
Hari/
PERENCAN NAAN
Tgl/ Jam NOSA
DIAGN
TUJUA
AN REENCANA TINNDAKAN PE
ELAKSANAA
AN EVA
ALUASI
KEPERAW
WATAN
P : Lanjutkan
intervensi
1.Monitorr kulit adanya
kemerahan n
2. anjurkaan pasien
untuk men nggunkan
pakaian yaang longgar
3. anjurkaan untuk
mengolesk kan lotion
pada daeraah yang gatal
4. anjurkaan pasien
untuk men njaga
kebersihan n kulit
5. kolaborrasi dengan
dokter kullit

Chahyani

100
100
101

D. CATA
ATAN PER
RKEMBAN
NGAN

Namma Pasien/N
No. C.M : Tn.S
T / 138xxxx Ruaang: Alamaanda 2
Diaagnosa Kepeerawatan : Kerusakan
K Integritas
I K
Kulit

H
HR/TG EVALU UASI
PELA
AKSANAA
AN
L
L/ JAM (S O A P)
Kaamis J 14.30 WIB
Jam W Kamis, 066 Juli 2017
066 Juli Memonitor kulit
M k adanyaa Jam 20.000 WIB
20017 keemerahan S:
Jaam ( tidak terdappat kemerahhan pada -pasien mengatakan
m k
kulitnya maasih
144.00 kuulit pasien ) sering gattal
W
WIB
Chayani O :
-pasien terrlihat mengggunakan
Jaam 14.40 WIB
W pakaian yang longgarr
M
Menganjurka an pasien unntuk -tidak terddapat kemerrahan pada kulit
m
menggunkan n pakaian yaang pasien
loonggar -kulit pasiien terlihat bersih
b
(ppasien terlihhat menggunnakan
kaaos yang longgar) A:
Masalah kerusakan
k inntegritas kuulit
Chahyani belum teraatasi

P:
Jaam 15.00 WIB
W Lanjutkann intervensii
M
Menganjurka an pasien unntuk 1.Monitorr kulit adanyya kemerahhan
m
menjaga kebersihan kuliit 2. anjurkaan pasien unntuk
(kkeluarga passien mengattakan menggunkkan pakaiann yang longggar
paasien sudahh dimandikaan tadi) 3. anjurkaan untuk meengoleskan llotion
pada daerah yang gattal
Chahyani 4. anjurkaan pasien unntuk menjagga
kebersihan n kulit
5. kolaborrasi dengan dokter kuliit

Chaahyani
Kaamis JJam 06.30 WIB
W Jumat, 07 Juli 2017
066 Juli M
Memonitor k
kulit adanyaa Jam 07.300 WIB
20017 keemerahan S:
Jaam (ttidak terdapat kemerahaan pada -Pasien mengatakan
m g
gatal dikulittnya
200.00 kuulit pasien) sudah berkkurang
W
WIB
Chahyani O :
-pasien terrlihat mengggunkan pakkaian
Jaam 06.40 WIB
W yang longggar
102

Menganjurkaan pasien unntuk


M -tidak terllihat kemeraahan pada kulit
k
m
menggunkan n pakaian yaang sekitar pasien
loonggar
(ppasien terlihhat menggunnakan A:
kaaos yang longgar) Masalah kerusakan
k inntegritas kuulit
Chahyani belum teraatasi

P:
Lanjutkann intervensii
1.Monitorr kulit adanyya kemerahhan
2. anjurkaan pasien unntuk
menggunkkan pakaiann yang longggar
3. anjurkaan untuk meengoleskan llotion
pada daerah yang gattal
4. anjurkaan pasien unntuk menjagga
kebersihan n kulit
5. kolaborrasi dengan dokter kuliit

Chaahyani
Juumat 07 J
Jam 08.00 WIB
W Jumat, 07 Juli 2017
Juuli 2017 Memonitor kulit
M k adanyaa Jam 14.000 WIB
Jaam keemerahan S:-
088.00 ( tidak terdappat kemerahhan pada O:
W
WIB kuulit sekitar pasien)
p -pasien suudah dikonsulkan ke dookter
kulit denggan hasil jik ka pada
Chahyani pemeriksaaan klinisnyya tersebut
hasilnya negatif
n (-) teetapi masih
Jaam 08.10 WIB
W menungguu hasil BTA A pada pasieen.
M
Memberitahu ukan kepadaa pasien -tidak adaa kemerahann pada kulit
unntuk tidak mmengoleskaan lotion pasien
paada daerah yang
y gatal -tidak adaa lesi pada kulit
k pasien
(kkelurga menngatakan terrimakasih A :
teelah diberitahu) Masalah kerusakan
k inntegritas kuulit
teratasi seebagaian
Chahyani P :
Lanjutkann intervensii
Jaam 10.30 WIB
W 1.Monitorr kulit adany ya kemerahhan
M
Mengkolabo rasikan denngan 2. anjurkaan pasien unntuk
dookter kulit tentang
t indiikasi menggunkkan pakaiann yang longggar
peenyakit suspp.lepra 3. anjurkaan untuk meengoleskan llotion
(ppasien dianttar ke Poli spesialis
s pada daerah yang gattal
peenyakit kuliit dan kelammin di 4. anjurkaan pasien unntuk menjagga
R
RSUD Slemaan ) kebersihan n kulit
5. kolaborrasi dengan dokter kuliit
Chahyani
Chaahyani
103

CATATAN
N PERKEM
MBANGAN
N

Namma Pasien/N
No. C.M : Tn.S
T / 138xxxx Ruaang: Alamaanda 2
Diaagnosa Kepeerawatan : Kerusakan
K Integritas
I K
Kulit

H
HR/TG EVALUA ASI
PELA
AKSANAA
AN
L
L/ JAM (S O A P)
Juumat, J 14.30 WIB
Jam W Jumat, 07 Juli 2017
077 Juli Memonitor kulit
M k adanyaa Jam 20.000 WIB
20017 keemerahan S:-
Jaam (ttidak terdapat kemerahaan pada
144.00 kuulit pasien) O:
W
WIB -tidak terllihat kemaraahan pada kulit
k
Chahyani pasien

Jaam 15.00 WIB


W A :Masalaah kerusakaan integritass
M
Menganjurka an pasien unntuk kulit teratasi sebagaiaan
m
menggunkan n pakaian yaang
loonggar P : Lanjuttkan interveensi
(ppasien terlihhat menggunnakan 1.Monitorr kulit adanyya kemerahhan
paakaian yang longgar) 2. anjurkaan pasien unntuk
Chahyani menggunkkan pakaiann yang longggar
3. anjurkaan untuk meengoleskan
lotion padda daerah yaang gatal
4. anjurkaan pasien unntuk menjagga
kebersihan n kulit
5. kolaborrasi dengan dokter kuliit

Chahhyani
Juumat, J 06.30 WIB
Jam W Sabtu, 08 Juli 2017
077 Juli Monitor kulit akan adannya
M Jam 07.300 WIB
20017 keemerahan S:-
Jaam (ttidak ada keemerahan paada kulit
200.00 paasien) O:
W
WIB -tidak adaa kemerahann pada kulit
Chahyani pasien

A :Masalaah kerusakaan integritass


kulit terattasi sebagaiian

P : Lanjuttkan interveensi
1.Monitorr kulit adanyya kemerahhan
2. anjurkaan untuk meengoleskan
lotion padda daerah yaang gatal
3. anjurkaan pasien unntuk menjagga
104

kebersihann kulit
4. kolaborrasi dengan dokter kuliit

Chahhyani
Saabtu, 08 JJam 08.00 WIB
W Sabtu, 08 Juli 2017
Juuli 2017 M
Monitor kulit akan adannya Jam 14.000 WIB
Jaam keemerahan S:
088.00 ( tidak terlihaat kemerahaan pada -pasien mengatakan
m g
gatal pada
W
WIB kuulit pasien) tubuhnya sudah berkuurang

Chahyani O :
-kulit pasiien terlihat bersih
b
Jaam 08.10 WIB
W -kulit pasiien tidak terrdapat
M
Menganjurka an pasein unntuk kemerahaan
m
mengoleskan n lotion padda daerah
yaang gatal A :Masalaah kerusakaan integritass
(kkeluarga meengatakan jiika pasien kulit teratasi sebagaiaan
gaatal hanya diberi
d bedakk bayi)
P : Lanjuttkan interveensi
Chahyani 1.Monitorr kulit adany ya kemerahhan
2. anjurkaan untuk meengoleskan
Jaam 08.15 WIB
W lotion padda daerah yaang gatal
M
Menganjurka an pasien unntuk
m
menjaga kebersihan kuliit Chahhyani
(ppasien menggatakan suddah
diimandikan oleh
o istrinyaa, kulit
paasien terlihaat bersih)

Chahyani

Saabtu, 08 Jaam 14.10 WIB


W Sabtu, 08 Juli 2017
Juuli 2017 M
Memonitor a
akan adanyaa Jam 20.00 WIB
Jaam keemerahan pada
p kulit paasien S:-
144.00 (ttidak terdapat kemerahaan pada O:
W
WIB kuulit pasien) -tidak terddapat kemerrahan pada
kulit pasieen
Chahyani A :Masalaah kerusakaan integritass
kulit teratasi sebagaiaan
Jaam 14.30 WIB
W P : Lanjuttkan interveensi
M
Menganjurka an mengoleskan 1.Monitorr kulit adany ya kemerahhan
lootion pada daerah
d yang
g gatal 2. anjurkaan untuk meengoleskan
(kkeluarga meengatakan gatalnya
g lotion padda daerah yaang gatal
suudah sedikitt berkurang)

Chahyani Chahhyani
105

Saabtu, 08 J 06.30 WIB


Jam W Minggu, 09
0 Juli 20177
Juuli 2017 Memonitor akan
M a adanyaa Jam 07.300 WIB
Jaam keemerahan S:-
200.00 (T
Tidak ada kemerahan pada
p kulit
W
WIB paasien) O:
-kulit tidaak terlihat keemerahan
Chahyani
A :Masalaah kerusakaan integritass
Jaam 06.40 WIB
W kulit teratasi sebagaiaan
M
Menganjurka an untuk meeberikan
lootion pada kulit
k yang gaatal P : Lanjuttkan interveensi operkann ke
(ppasien menggtakan sudaah perawat ruuangan
diiberikan beddak bayi di area yang 1.Monitorr kulit adanyya kemerahhan
gaatal) 2. anjurkaan untuk meengoleskan
lotion padda daerah yaang gatal
Chahyani
Chahhyani
C. PER
RENCANAAN KEPERAWAT
TAN

n / NO CM
Nama Pasien : Tn.S / 138xxx
1 R
Ruang : Alamannda 2
Hari/
PERENC CANAAN
Tgl/ Jam DIAG GNOSA
AAN
PELAKSANA EV
VALUASI
KEPERA AWATAN TUJ JUAN RENCANA TINDAKAN
1. Defiensi pengetahuan
p b.dd Setelah dilak kukan tindakan Pendidikan Keesehatan Kamis, 06 Juli 2017
2 Kamis,0 06 Juli 2017
Kamis kurangnya informasi d.d keperawatan selama 3 x 24 1. Kaji pengettahuan pasien Jam 08.15 WIB B Jam 14.0 00 WIB
06 Juli DS : jam diharaapkan pasien tentang gaggal ginjal Mengkaji S:
2017 -Pasien dan keluargaa mencapai kno owledge : health kronik pengetahuan pasien Pasien dan
d keluarga
Jam mengatakan n tau penyakitt behavior deengan kriteria 2. Berikan pen ndidikan tentang penyakiit mengataakan tau
09.15 gagal ginjal kronik yaituu hasil : kesehatan mengenai
m gagal ginjal kronik tentang penyakit
p gagal
WIB ginjalnya ruusak 1. Pasien dan keluarga penyakit gaagal ginjal (pasien dan keluuarga ginjal krronik hanya
-Keluarga pasienn menyatakaan pemahaman kronik mengatakan sud dah sebatas bahwa
b
mengatakan n sudah tau diitt tentang peenyakit, kondisi 3. Berikan pen njelasan tau penyakit gaggal ginjalny
ya rusak
tentang panntangan makanann dan prograam pengobatan mengenai diit
d dan ginjal kronik haanya
yang tidak bolehh 2. Pasien dan keluarga komplikasi penyakit tau sebatas jika ginjal
O:
dikonsumsii oleh pasein,, mampu menjelaskan gagal ginjal kronik sudah rusak ) Pasien teerlihat diam
tetapi pasieen , tetapi pasienn kembali apa
a yang sudah 4. Berikan kessempatan saja ketiika ditanya
masih sajaa mengkonsumsii dijelaskan
n perawat pasien dan keluarga Chaahyani pantangaan makanan
makanan yang dilarangg 3. Pasien dan keluarga untuk bertaanya yang tid
dak boleh
tersebut mampu melaksanakan 5. Evaluasi paasien dan dikonsum msi
DO : prosedur yang dijelas keluarga mengenai
m
-Saat ditanya tentangg dengan beenar penjelasan yang A : masaalah defiensi
pantangan makanan yangg disampaikaan pengetah huan belum
tidak boleeh dikonsumsi,, teratasi
pasien terlihhat diam saja

106
PERENCANAAN KEPERAWAT
TAN

Nama Pasien
n / NO CM : Tn.S / 138xxx
1 R
Ruang : Alaman
nda 2
Hari/
PERENCANA AAN
Tgl/ Jam DIAGNO
OSA
PEL
LAKSANAAN EVAL
LUASI
KEPERAWWATAN TUJUAN RENNCANA TINDAK
KAN
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji pengetahuan
p
pasien
n tentang gagal
ginjal kronik
2. Berikaan pendidikan
kesehaatan mengenai
penyaakit gagal ginjal
kronikk
3. Berikaan penjelasan
mengeenai diit dan
kompllikasi penyakit
gagal ginjal kronik
4. Berikaan kesempatan
pasien
n dan keluarga
untuk bertanya
5. Evalu uasi pasien dan
keluarrga mengenai
penjellasan yang
disam
mpaikan

chahyani

107
108

D. CA
ATATAN PERKEMB
P ANGAN

Nama Pasien/No. C.M


M : Tn.S / 138xxx
1 Ruang: Allamanda 2
Diagnosa Keperawataan : Defisiensi Pengetaahuan

HR/TG EVALU UASI


PE
ELAKSAN
NAAN
L/ JAMM (S O A P)
Kamis Jam 14.30 WIB Kamis, 060 Juli 20177
06 Juli Mengkajji pengetahuuan pasien Jam 20.000 WIB
2017 dan keluuarga tentanng penyakit S:
Jam gagal ginnjal kronik Keluargga mengatakkan sudah
14.00 (keluargga mengatakkan sudah menjagaa makanan yang
y tidak
WIB tau sedikkit tentang pantangan
p boleh diikonsumsi pasien
p tetapii
makanann yang tidak k boleh pasien masih
m saja
dikonsum msi pasien) mengkoonsumsinya

Chahyanni O : -

A:
Masalahh defisiensi pengetahuaan
belum teeratasi

P:
Lanjutkaan intervennsi
1. Memotivasi
M i pasien untuuk
h
hati-hati dallam makan
2. Berikan
B penndidikan
k
kesehatan m
mengenai
p
penyakit gaagal ginjal
k
kronik
3. Berikan
B pennjelasan
m
mengenai d dan
diit
k
komplikasi penyakit gaagal
g
ginjal kronik
4. Berikan
B kessempatan
p
pasien dan keluarga
k unntuk
b
bertanya
5. Evaluasi
E paasien dan
k
keluarga meengenai
p
penjelasan y
yang
d
disampaikan n

Chahhyani
109

Kamis Jam 066.30 WIB Jumat, 07


0 Juli 2017
7
06 Juli Memotivvasi pasien untuk Jam 07.330 WIB
2017 berhati-hhati dalam makan S:
Jam (pasien terlihat
t koopperatif) -Pasien mengatakan
n akan
20.00 menjagaa makannyaa
WIB Chahyanni
O :-

A:
Masalahh defisiensi pengetahuaan
belum teeratasi

P:
Lanjutkaan intervennsi
1. Motivasi pasien dalam
mennjaga makan n dan minum m
2. Berrikan pendid dikan kesehhatan
menngenai penyyakit gagal
ginjjal kronik
3. Berrikan penjelasan mengeenai
diit dan komplikasi penyaakit
gaggal ginjal kroonik
4. Berrikan kesem mpatan pasieen
dann keluarga untuk
u bertannya
5. Evaaluasi pasien n dan keluaarga
menngenai penjelasan yangg
disaampaikan

Chahhyani
Jumat 077 Jam 088.00 WIB Jumat, 07
0 Juli 2017
7
Juli 20177 Memotivvasi pasien untuk Jam 14.0
00 WIB
Jam menjagaa makan dann minumnyaa S:-
08.00 (keluargga mengatakkan
WIB makanann yang diseddiakan O:
pasien seelalu dihabiiskan) -Pasien sedang dilaakukan
pemasanngan HD caath dan
Chahyanni langsungg menjalanii HD rutin di
d
ruangann HD mulai pukul 10.455
WIB

A:
Masalahh defisiensi pengetahuaan
belum teeratasi

P:
110

Lanjutkaan intervennsi
1. Motivasi pasien dalam
mennjaga makan n dan minum m
2. Berrikan pendid dikan kesehhatan
menngenai penyyakit gagal
ginjjal kronik
3. Berrikan penjelasan mengeenai
diit dan komplikasi penyaakit
gaggal ginjal kroonik
4. Berrikan kesem mpatan pasieen
dann keluarga untuk
u bertannya
5. Evaaluasi pasien n dan keluaarga
menngenai penjelasan yangg
disaampaikan

Chahhyani
Jumat, Jam 18.50 WIB Jumat, 07
0 Juli 2017 7
07 Juli Memotivvasi pasien untuk Jam 20.0 00 WIB
2017 menjagaa makan dann minumnyaa S:-
Jam (keluargga mengatakkan minum O:
14.00 pasien suudah dibataasi oleh -pasien tiba
t di ruanngan Alamannda
WIB keluargaa ) 2 post HD
H pada pukkul 18.40 WIB W
A :Masaalah defisiennsi
Chahyanni pengetah huan belum m teratasi
P : Lanjutkan interrvensi
1. Motivasi pasien tentaang
minnuman yang g dilarang
2. Berrikan pendid dikan kesehhatan
menngenai penyyakit gagal
ginjjal kronik
3. Berrikan penjelasan mengeenai
diit dan komplikasi penyaakit
gaggal ginjal kroonik
4. Berrikan kesem mpatan pasieen
dann keluarga untuk
u bertannya
5. Evaaluasi pasien n dan keluaarga
menngenai penjelasan yangg
disaampaikan

Chahhyani
Jumat, Jam 06.30 WIB Sabtu, 08
0 Juli 20177
07 Juli Memotivvasi pasien tentang Jam 07.3 30 WIB
2017 minumann yang dilarrang S : Pasieen mengatakkan sudah
Jam ( pasien bertanya jikka kopi biji tidak ak
kan mengko onsumsi koppi
111

20.00 salak boleh dikonsuumsi apa lagi


WIB tidak ?) O :-
A :Masaalah defisiennsi
Chahyanni pengetah huan terataasi sebagaiaan
P : Lanjutkan interrvensi
1. Berrikan pendid dikan kesehhatan
menngenai penyyakit gagal
ginjjal kronik
2. Berrikan penjelasan mengeenai
diit dan komplikasi penyaakit
gaggal ginjal kroonik
3. Berrikan kesem mpatan pasieen
dann keluarga untuk
u bertannya
4. Evaaluasi pasien n dan keluaarga
menngenai penjelasan yangg
disaampaikan

Chahhyani
112

CAT
TATAN PE
ERKEMBA
ANGAN
M : Tn.S / 138xxx
Nama Pasien/No. C.M 1 Ruang: Allamanda 2
Diagnosa Keperawataan : Defisiensi Pengetaahuan

HR/TG EVALUAS SI TGL L


PE
ELAKSANA
AAN
L/ JAMM (S O A P)) TERAT TASI
Sabtu, 088 Jam 09.30 WIB Sabtu, 08 Juli 2017
Juli 20177 Meakukan pendidik kan Jam 11.00 0 WIB Sabtu, 088 Juli
Jam kesehataan mengenaai penyakit S : - keluaarga mengaatakan 2017 Jamm
08.00 gagal ginnjal kronik terimakassih karena teelah 11.00 WIIB
WIB (keluargga terlihat koooperatif diberikann informasi yang
y lebih
ketika diilakukan peenkes) luas tentaang gagal giinjal kronik
-keluargaa mengatakaan lebih
Chahyani paham tenntang penyaakit gagal
Jam 09.335 WIB ginjal kro
onik
Memberrikan penjellasan
mengenaai diit dan komplikasi
k O:
penyakitt gagal ginjaal kronik -Keluargaa terlihat an
ntusias dan
(keluargga terlihat anntusias kooperatiif ketika dibberikan
mendenggarkan penjelasan penjelasann
yang dibberikan) -Keluargaa mampu
menyebuttkan kembaali apa
Chahyani yang sudaah dijelaskaan
Jam 09.440 WIB
Memberrikan kesem mpatan A :Masalaah defisienssi teratasi
pasien dan
d keluargaa untuk
bertanyaa P : Hentikkan interveensi
(keluargga telihat atuusias
bertanyaa bagian yan ng Chahyani
dikiranyya belum jelas)

Chahyani
Jam 09.445 WIB
Mengevaluasi pasieen dan
keluargaa mengenai penjelasan
yang dissampaikan
(keluargga terlihat mampu
m
menyebuutkan kembbali
penjelasan yang sud dah
dijelaskaan kepada keluarga
k
pasien)

Chahyani
C. PER
RENCANAAN KEPERAWA
ATAN

Nama Pasieen / NO CM : Tn.S / 138xxx Ruang : Alamannda 2


Hari/
PERENC CANAAN
Tgl/ Jam DIAG GNOSA
TUJ JUAN RENCANA TINDAKAN NAAN
PELAKSAN EV
VALUASI
KEPERA AWATAN
Resiko ketidak kstabilan kadarr Setelah dilak kukan tindakan Hiperglikemii Management Kamis, 06 Julii Kamis,, 06 Juli 2017
Kamis glukosa darah b.d asupan diett keperawatan n selama 3 x 24 1. Monittor TTV 2017 Jam 14
4.00 WIB
06 Juli yang berlebihaan d.d jam diharaapkan pasien 2. Monittor asupan Jam 08.40 WIIB S:-
2017 DS : mencapai diabete selff nutrisi pasien Memonitor TT TV
Jam -Pasien meengatakan tidak k managementt dengan 3. Pantau u kadar -TD : 130/1000 O:
09.15 ada pantanngan makanan kriteria hasill : glukosa darah mmHg --TD : 130/100
WIB -Keluarga mengatakan n 1. Kepaatuhan perilaku 4. Kelolaa pemberian -S : 36,6 C mmHg
semua makanan
m yangg diit sehat insulin
n sesuai dosis -N : 80x/mnt -S : 36,,4 C
diberikan kepada pasienn 2. Moniitor kadar yang ditentukan
d -RR : 21 x/mnnt -N : 80
0x/mnt
selalu habis gluko osa 5. Kolab borasi dengan -RR : 21
2 x/mnt
DO : 3. Kadaar glukosa dokterr jika Chaahyani -gds 2001 mg/dl
-GDS : 2001 mg/dl darahh dalam batas peninggkatan kadar -pasien
n tampak
-pasien terrlihat lemas normmal : ≤ 200 glukosa darah Jam 08.40 WIIB lemas
-terdapat kulit bagian n mg/d dl Memantau kad dar
epidermis pada kakii glukosa darah
h A : masalah Resiko
kanan yanng mengelupas (gds 201 mg/d
dl) ketidakkstabilan kadar
glukosaa darah belum
Chaahyani teratasii

Jam 11.30 WIIB P : lanjutkan


Meneglola intervensi
pemberian inssulin
3x6 unit rute SC
S

Chaahyani

113
PEREN
NCANAAN KE
EPERAWATA
AN

Nama Pasieen / NO CM : Tn.S / 138xxx Ruang : Alaman


nda 2
Hari/
PERENCANAAN
Tgl/ Jam DIAG
GNOSA
TUJU
UAN R
RENCANA TIN
NDAKAN P
PELAKSANAA
AN EVA
ALUASI
KEPERAAWATAN
1. Mo onitor TTV
2. Mo onitor asupan
nuutrisi pasien
3. Paantau kadar
gluukosa darah
4. Keelola
pemberian
inssulin sesuai
doosis yang
dittentukan
5. Koolaborasi
dengan dokter
ka peningkatan
jik
kadar glukosa
darah

Chahyani

114
115

D. CAT
TATAN PE
ERKEMBA
ANGAN

N
Nama Pasienn/No. C.M : Tn.S / 1388xxx R
Ruang: Alam
manda 2
Diagnosa Keperawatan : Resiko Keetidakstabilaan Kadar Gllukosa Daraah

HR/TG EVALU UASI


PEL
LAKSANA
AAN
L/ JAM (S O A P)
KKamis Jam 15.00 WIB Kamis, 06
0 Juli 20177
006 Juli Monitor tannda vital Jam 20.000 WIB
22017 -TD : 130/1100 mmHg S :-
JJam -S : 36,4 C
114.00 -N : 82x/mnnt O:
WWIB -RR : 20 x/mnt -TD : 1330/100 mmH Hg
-S : 36,44 C
Chahyanni -N : 82xx/mnt
Jam 16.00 WIBW -RR : 200 x/mnt
Mengelola pemberian insulin -pasien terlihat
t lemaas
pada pasienn
(novorapid 3x6 unit ruute SC) A:
Masalah h Resiko Keetidakstabilaan
Chahyanni Kadar Glukosa
G Darrah belum
teratasi
Jam 16.15 WIBW
Memonitorr asupan nuttrisi pasien P :
(makanan yang
y diberikkan dari RS Lanjutkaan interven nsi
terlihat dihaabiskan olehh pasien) 1. Monitor
M TTV V
2. Monitor
M asuupan nutrisi
Chahyanni pasien
p
3. Pantau
P kadaar glukosa
darah
d
4. Kelola
K pembberian insullin
sesuai
s dosis yang
ditentukan
d
5. Kolaborasi
K dengan
d dokkter
jika peningkkatan kadar
glukosa
g daraah

Chahhyani
KKamis Jam 06.300 WIB Jumat, 07
0 Juli 20177
006 Juli Mengelola pemberian insulin Jam 07.330 WIB
22017 pada pasienn S :-
JJam (pasien menndapatkan novorapid
n
220.00 3x6 unit rutte SC) O:
WWIB -TD : 1440/100 mmH
Hg
Chahyanni -S : 36 C
116

-N : 82xx/mnt
-RR : 200 x/mnt
Jam 06.45 WIB
W -novorappid 3x unit rute
r SC suddah
Monitor tannda vital diinjeksiikan
-TD : 140/1100 mmHg
-S : 36 C A:
-N : 82x/mnnt Masalah h Resiko Keetidakstabilaan
-RR : 20 x/mnt Kadar Glukosa
G Darrah belum
teratasi
Chahyanni
P:
Lanjutkaan intervennsi
1. Monitor
M TTV V
2. Monitor
M asuupan nutrisi
pasien
p
3. Pantau
P kadaar glukosa
darah
d
4. Kelola
K pembberian insullin
sesuai
s dosis yang
ditentukan
d
5. Kolaborasi
K dengan
d dokkter
jika peningkkatan kadar
glukosa
g daraah

Chahhyani
JJumat 07 Jam 08.10 WIB Jumat, 07
0 Juli 20177
JJuli 2017 Monitor tannda vital Jam 14.000 WIB
JJam -TD : 140/1100 mmHg S:-
008.00 -S : 36 C
WWIB -N : 80x/mnnt O:
-RR : 20 x/mnt -Pasien sedang
s dilakkukan
pemasanngan HD caath dan
Chahyanni langsungg menjalanii HD rutin di
d
ruangan Hemodialissa mulai puukul
10.45 WIB
W

A:
Masalah h Resiko Keetidakstabilaan
Kadar Glukosa
G Darrah belum
teratasi

P:
Lanjutkaan intervennsi
1. Monitor
M TTV V
2. Monitor
M asuupan nutrisi
pasien
p
117

3. Pantau
P kadaar glukosa
darah
d
4. Kelola
K pembberian insullin
sesuai
s dosis yang
ditentukan
d
5. Kolaborasi
K dengan
d dokkter
jika peningkkatan kadar
glukosa
g daraah

Chahhyani
JJumat, Jam 18.50 WIB Jumat, 07
0 Juli 20177
007 Juli Monitor tannda vital Jam 20.000 WIB
22017 -S : 36,8 C S:-
JJam -N : 80x/mnnt
114.00 -RR : 20 x/mnt O:
WWIB -S : 36,88 C
Chahyanni -N : 80xx/mnt
-RR : 200 x/mnt
Jam 19.00 WIB
W -pasien tiba
t di ruanggan Alamannda
Memantau kadar glukoosa darah 2 post Hemodialisa
H pada pukull
(gds 129 mg/dl)
m 18.40 WIB
W
-gds 129 9 mg/dl

A :Masaalah Resiko
Ketidaksstabilan Kaddar Glukosaa
Darah teeratasi sebaagaian

utkan intervvensi
P : Lanju
1. Monitor
M TTV V
2. Monitor
M asuupan nutrisi
pasien
p
3. Kelola
K pembberian insullin
sesuai
s dosis yang
ditentukan
d
4. Kolaborasi
K dengan
d dokkter
jika peningkkatan kadar
glukosa
g daraah

Chahhyani
JJumat, Jam 06.30 WIB Sabtu, 08 Juli 2017
007 Juli Monitor tannda vital Jam 07.330 WIB
22017 -S : 36,8 C S:-
JJam -N : 80x/mnnt
220.00 -RR : 20 x/mnt O:
WWIB -S : 36,88 C
Chahyanni -N : 80xx/mnt
118

-RR : 200 x/mnt


-pasien tiba
t di ruanggan Alamannda
2 post Hemodialisa
H pada pukull
18.40 WIB
W
-pasien terlihat
t berb
baring ditem
mpat
tidurnyaa

A :Masaalah Resiko
Ketidaksstabilan Kaddar Glukosaa
Darah teeratasi sebaagaian

utkan intervvensi
P : Lanju
1. Monitor
M TTV V
2. Monitor
M asuupan nutrisi
pasien
p
3. Kelola
K pembberian insullin
sesuai
s dosis yang
ditentukan
d
4. Kolaborasi
K dengan
d dokkter
jika peningkkatan kadar
glukosa
g daraah

Chahhyani
SSabtu, 08 Jam 08.15 WIB Sabtu, 08 Juli 2017
JJuli 2017 Monitor tannda vital Jam 14.000 WIB
JJam -TD 150/900 mmHg S:-
008.00 -S : 36,4 C
WWIB -N : 82x/mnnt O:
-RR : 20 x/mnt -TD 1500/90 mmHg
Chahyanni -S : 36,44 C
-N : 82xx/mnt
Jam 11.40 WIB
W -RR : 200 x/mnt
Mengelola pemberian insulin -insulin novorapid 3x6
3 unit rutte
pada pasienn SC sudaah diberikann
(pasien menndapatkan insulin
i
novorapid 3x6
3 unit rutte SC) A :Masaalah Resiko
Ketidaksstabilan Kaddar Glukosaa
Darah teeratasi sebaggaian
Chahyanni
P : Lanjuutkan intervvensi
Jam 12.30 WIB
W 1. Monitor
M TTV V
Memonitorr asupan nuttrisi pasien 2. Monitor
M asuupan nutrisii
(keluarga mengatakan
m makanan pasien
p
kaleng yg disediakan
d u
untuk 3. Kelola
K pembberian insullin
keluarga paasien dimak
kan pasien sesuai
s dosis yang
sampai habbis) ditentukan
d
119

4. Kolaborasi
K dengan
d dokkter
Chahyanni jika peningkkatan kadar
glukosa
g daraah

Chahhyani
SSabtu, 08 Jam 14.30 WIB
W Sabtu, 08 Juli 2017
JJuli 2017 Memonitorr tanda vital Jam 20.00 WIB
JJam -S : 36C S:-
114.00 -N : 80x/mnnt
WWIB Chahyanni O :
-S : 36,66 C
-N : 80xx/mnt
-RR : 200 x/mnt
Jam 16.00 WIB
W -novorappid 3x6 unitt rute SC suudah
Mengelola pemberian insulin diberikann
pada pasienn
(insulin novvorapid 3x66 unit rute A :Masaalah resiko
SC sudah diberikan)
d Ketidaksstabilan Kaddar Glukosaa
Darah teeratasi sebaagaian
Chahyanni
P : Lanju utkan intervvensi
1. Monitor
M TTV V
Jam 16.30 WIB
W 2. Monitor
M asuupan nutrisi
Memonitorr asupan nuttrisi pasien
p
(keluarga mengatakan
m pasien 3. Kelola
K pembberian insullin
makan seteengah porsi makanan sesuai
s dosis yang
yang diberiikan RS) ditentukan
d
4. Kolaborasi
K dengan
d dokkter
jika peningkkatan kadar
Chahyanni glukosa
g daraah

Chahhyani
SSabtu, 08 Jam 06.30 WIB Minggu,, 09 Juli 20117
JJuli 2017 Monitor tannda vital Jam 07.330 WIB
JJam -TD : 120/770 mmHg S:-
220.00 -S : 36,2 C
WWIB -N : 80x/mnnt O:
-RR : 20 x/mnt -S : 36,22 C
-N : 80xx/mnt
Chahyanni -RR : 200 x/mnt
-TD : 1220/70 mmHg

A :Masaalah resiko Ketidakstab


K bilan
Kadar Glukosa
G Darrah teratasi
sebagaiaan
120

utkan intervvensi
P : Lanju
Lanjutkaan intervennsi
1. Monitor
M TTV V
2. Monitor
M asuupan nutrissi
pasien
p
3. Kelola
K pembberian insullin
sesuai
s dosis yang
ditentukan
d
4. Kolaborasi
K dengan
d dokkter
jika peningkkatan kadar
glukosa
g daraah

Chahhyani
BAB IV

PEMBAHASAN

Pembahasan merupakan suatu cara yang digunakan untuk membandingkan

apa yang ada di teori dengan pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan pada

pasien Tn. “S” dengan Chronic Kidney Disease Stadium V On Hemodialisa Rutin

di ruang Alamanda 2 RSUD Sleman Yogyakarta. Dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam yaitu mulai tanggal 06 Juli 2017 sampai tanggal 09

Juli 2017 didapatkan hasil pengkajan sampai dengan evaluasi keperawatan. Dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan ini terdapat perbedaan dan persamaan, hal ini

terjadi karena manusia bersifat unik yang mempunyai beragam perbedaan baik

dari segi Bio-Psiko-Sosial dan Spiritual diantara satu dengan yang lainnya.

Berikut ini akan diuraikan pembahasan pelaksanaan Asuhan Keperawatan

yang meliputi: pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta

pendokumentasian.

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan pendekatan secara sistimatis untuk

mengumpulkan dan menganalisa sehingga dapat diketahui mengenai masalah

kebutuhan pasien. Data pengkajian pada Tn. “S” dengan Chronic Kidney

Disease Stadium V On Hemodialisa Rutin di Ruang Alamanda 2 RSUD

Sleman yang sesuai dengan teori Suharyanto & Madjid (2009) yaitu :

1. Sirkulasi, pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 06 Juli 2017

keluarga pasien mengatakan pasien mempunyai hipertensi sudah sejak

121
122

tahun 2012 dan kakak perempuan dari pasien mempunyai riwayat

hipertensi. Ketika dilakukan pemeriksaan fisik, nadi pasien teraba kuat

80x/menit. Hal ini sesuai dengan teori Suharyanto & Madjid (2009) bahwa

pada pasien CKD akan mengalami gangguan sirkulasi dengan gejala

riwayat hipertensi lama atau berat. Menurut Brunner dan Suddarth (2001)

penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon dari

kelenjar paratiroid. Laju penurunan fungsi ginjal dan perkembangan gagal

ginjal kronis berkaitan dengan gangguan yang mendasari, ekskresi protein

dalam urin, dan adanya hipertensi.

2. Eliminasi, pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 06 Juli 2017

keluarga pasien mengatakan pasien BAK 4-6 kali/hari dengan jumlah 50-

100 cc. Pasien mengatakan perutnya berasa begah dan penuh. Hal ini

sesuai dengan teori Suharyanto & Madjid (2009) bahwa pasien CKD

eliminasinya juga terganggu dengan gejala penurunan frekuensi urin dan

distensi abdomen. Menurut Rudjianto (2016) hal ini sesuai dengan asupan

cairan yang sangat sedikit, namun juga dapat mengindikasikan gangguan

fungsi ginjal.

3. Makanan dan cairan, pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 06 Juli

2017 kaki kiri pasien terlihat edema, pasien terlihat tak bertenaga/lemas.

Hal ini sesuai dengan teori Suharyanto & Madjid (2009) bahwa salah satu

gejala pasien dengan penyakit CKD yaitu adanya edema, penampilan yang

tidak bertenaga/lemas. Menurut Brunner dan Suddarth (2001) pada

penyakit ginjal tahap akhir urin tidak dapat dikonsentrasikan atau


123

diencerkan secara normal sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan

elektrolit. Natrium dan cairan tertahan meningkatkan resiko gagal jantung

kongestif. Dengan tertahannya natrium dan cairan bisa terjadi edema dan

ascites.

4. Nyeri dan kenyamanan, pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 06

Juli 2017 pasien mengatakan semua badanya pegal-pegal/nyeri terutama

pada bagian punggungnya yang menjalar ke seluruh tubuh. Hal ini

terbuktikan pada teori Suharyanto & Madjid (2009) gejala yang timbul

pada pasien CKD nyeri panggul, nyeri kaki. Menurut Rudjianto (2016),

sebagaian besar penyakit ginjal tidak menimbulkan rasa nyeri, nyeri dapat

timbul dari kapsul ginjal (sakit pinggang), ureter (kolik ureter) atau

kandung kemih/uretra. Hal ini disebabkan karena peregangan kapsul ginjal

atau pelvis ginjal penyebabnya meliputi infeksi, inflamasi atau keluhan

sistemik, demam, kaku dan nyeri saat berkemih, menandakan infeksi

saluran kemih bagian atas (pielonefritis akut).

5. Keamanan, pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 06 Juli 2017

pasien mengatakan sering gatal-gatal pada kulitnya. Hal ini dibuktikan

oleh teori Suharyanto & Madjid (2009) bahwasannya salah satu gejala

pasien yang timbul adalah kulit gatal. Menurut Suharyanto & Madjid

(2009) hal ini terjadi karena meningkatnya magnesium dalam serum,

fosfor dan kalsium telah terlibat pada uremic pruritus yang merupakan

peranan penting penyebab pruritus (rasa gatal).


124

Data pengkajian yang ada pada teori Suharyanto & Madjid (2009) tapi

tidak ada pada kasus Tn. “S” dengan Chronic Kidney Disease Stadium V On

HD Rutin di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman, yaitu :

1. Aktivitas/istirahat, menurut Suharyanto & Madjid (2009) pada pasien

CKD terjadi masalah aktivitas/istirahat yaitu terjadi perubahan aktivitas

sehari-hari seperti makan, mandi, bekerja atau sehubungan dengan hobi

karena terjadinya gangguan pada sistem perkemihan. Namun saat

dilakukan pengkajian pada Tn. “S” tidak tampak ditemukan tanda dan

gejala ketidakmampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Pasien mengatakan semua aktivitas dilakukan secara mandiri, tidak

tergantung oleh orang lain sepenuhnya tetapi kadang-kadang masih

dibantu oleh keluarga. Hal ini dapat disebabkan karena pasien masih

mampu untuk beraktivitas sehingga pasien masih bisa untuk memenuhi

aktivitasnya secara mandiri walaupun kadang-kadang dibantu oleh

keluarganya, dan dibuktikan dengan penilaian fungsional (Barthel Index)

tingkat ketergantungan pasien yaitu ketergantungan sedang dengan total

skor 11. Menurut Baradero (2008) pada pasien tidak mengalami gangguan

pada transportasi oksigen dan nutrisi ke organ/jaringan maka tidak terjadi

penurunan energi, sehingga pasien dapat melakukan aktivitas/istirahat.

2. Integritas ego, menurut Suharyanto & Madjid (2009) pada pasien CKD

terjadi masalah Integritas ego yaitu mudah tersinggung, takut, cemas,

marah, dan menolak. Namun saat dilakukan pengkajian pada Tn.”S” tidak

nampak gejala gangguan pada integritas ego. Hal ini dibuktikan pada saat
125

dilakukan pengkajian seputar penyakit yang diderita Tn.”S”, Tn.”S” tidak

menolak, tidak marah dan tidak mudah tersinggung.

3. Neurosensori, menurut Suharyanto & Madjid (2009) pada pasien CKD

terjadi masalah neurosensori yaitu sakit kepala, penglihatan kabur, kram

otot, rasa terbakar pada telapak kaki, kelemahan dan kesemutan pada

ekstrimitas bawah. Namun pada saat pengkajian pada Tn.”S” tidak

ditemukan tanda dan gejala gangguan neurosensori. Menurut Baradero

(2008) hal ini dibuktikan pada saat dilakukan pengkajian pasien tidak

mengeluhkan tanda dan gejala pada gangguan neurosensori seperti sering

didapatkan adanya kejang, adanya neuropati perifer, burning feet

syndrome, restless leg syndrome, kram otot, dan nyeri otot pada pasien

dan tidak didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral,

seperti perubahan proses berfikir dan disorientasi.

4. Pernapasan, menurut Suharyanto & Madjid (2009) pada pasien CKD

terjadi masalah pernapasan yaitu napas pendek, batuk atau dengan sputum

kental. Namun pada saat pengkajian pada Tn.”S” tidak ditemukan tanda

dan gejala seperti napas pendek, batuk atau dengan sputum kental.

Menurut Baradero (2008) pola nafas cepat dan dalam merupakan upaya

untuk melakukan pembuangan karbon dioksida yang menumpuk di

sirkulasi, hal ini berbanding terbalik dengan kondisi pasien karena pasien

mengalami batuk disebabkan oleh memakan gorengan dan respirasi rate

21x/menit.
126

Tidak ada data pengkajian yang ditemukan pada kasus yang tidak

sesuai dengan teori.

B. Diagnosa keperawatan

1. Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan teori Suharyanto & Madjid

(2009) yang sudah ada di NANDA 2015-2017 ada 1 yaitu:

Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah interpretasi

informasi ditandai dengan pasien dan keluarga mengatakan mengetahui

penyakit gagal ginjal kronik yaitu ginjalnya rusak. Keluarga pasien

mengatakan sudah tau diit tentang pantangan makanan yang tidak boleh

dikonsumsi oleh pasein, tetapi pasien masih saja mengkonsumsi makanan

yang dilarang tersebut. Saat ditanya tentang pantangan makanan yang

tidak boleh dikonsumsi, pasien terlihat diam saja. Menurut Hirarki

Maslow (1943) diambil dari Nursalam (2008), diagnosa kurang

pengetahuan termasuk pada kebutuhan manusia yang ke 5 yaitu

aktualisasi diri.

2. Diagnosa yang muncul pada teori Suharyanto & Madjid (2009) namun

tidak muncul dikasus yaitu:

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran

urin, diet berlebih, retensi cairan dan natrium

Menurut NANDA 2015-2017 kelebihan volume cairan adalah

peningkatan retensi cairan isotonik. Pada saat pengkajian kepada Tn.

“S” tidak terdapat tanda-tanda perut tampak membesar atau bengkak,


127

dan tidak ada penambahan berat badan dalam waktu yang sangat

singkat. Pasien terdapat edema pada kaki kirinya tetapi penulis

memasukkan data tersebut sebagai data penunjang diagnosa

ketidakefektifan perfusi ginjal.

b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, mual/muntah, pembatasan diet, perubahan membran

mukosa mulut.

Menurut NANDA 2015-2017, perubahan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan metabolik . Karena pada saat pengkajian pada Tn.”S” tidak

terdapat tanda-tanda gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,

seperti: diare, mual/muntah, kurang minat pada makanan bising usus

hiperaktif, pasien mengatakan makan habis setengah porsi di tambah

camilan, pasien tidak mengalami diare, IMT pasien 20 (Normal),

bisisng usus 10 X/menit.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, anemia, retensi

produk sampah dan prosedur dialysis.

Menurut NANDA 2015-2017, intoleransi aktivitas adalah

ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk

mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehrai-hari

yang harus atau yang ingin dilakukan. Pada saat pengkajian tidak

terdapat tanda-tanda gangguan pada aktivitasnya seperti keletihan,

ketidaknyamanan setelah beraktivitas, dispnea setelah beaktivitas.


128

Pasien terlihat melakukan aktivitasnya secara mandiri meskipun

kadang-kadang dibantu oleh keluarganya, pasien terlihat hanya

berbaring ditempat tidur tidak terlihat aktivitas-aktvitas yang berat

yang dilakukan oleh pasien. Skala ketergantungan pasien yaitu

ketergantunagan sedang dengan total skor 11. Menurut Baradero,

(2008) karena pasien tidak mengalami gangguan pada transportasi

oksigen dan nutrisi ke organ/jaringan maka tidak terjadi penurunan

energi.

3. Diagnosa yang muncul pada kasus tetapi tidak ada pada teori

Suharyanto & Madjid (2009) yaitu

a. Nyeri akut adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang

terjadi pada tubuh kita. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri

biologis ditandai dengan: pasien mengatakan semua badannya

pegel-pegel/nyeri terutama pada bagian punggung, nyeri menjalar

ke seluruh tubuh skala nyeri 5 (1-10), nyeri seperti ditusuk-tusuk

dan nyeri hilang timbul. Diagnosa ini muncul disesuaikan dengan

keadaan pasien saat pengkajian dan diambil berdasarkan NANDA

(2015-2017). Pasien dengan penyakit CKD, gejala yang timbul

salah satunya adalah nyeri pada bagian panggul, nyeri kaki, kram

otot (Suharyanto&Madjid,2009). Menurut Rudjianto (2016),

sebagaian besar penyakit ginjal tidak menimbulkan rasa nyeri,

nyeri dapat timbul dari kapsul ginjal (sakit pinggang), ureter (kolik

ureter) atau kandung kemih/uretra. Hal ini disebabkan karena


129

peregangan kapsul ginjal atau pelvis ginjal penyebabnya meliputi

infeksi, inflamasi atau keluhan sistemik, demam, kaku dan nyeri

saat berkemih, menandakan infeksi saluran kemih bagian atas

(pielonefritis akut).

b. Kerusakan integritas kulit adalah suatu kerusakan pada epidermis

dan/dermis. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kondisi

gangguan metabolik yang ditandai dengan Pasien mengatakan

badannya sering gatal-gatal, kulit terlihat kering, kulit bagian

epidermis pada kaki kanannya terlihat mengelupas, terdapat luka

bekas melepuh pada bagian paha kanan dan terdapat luka bekas

tusukan jarum post opname di rumah sakit. Diagnosa ini muncul

disesuaikan dengan keadaan pasien saat pengkajian dan diambil

berdasarkan NANDA (2015-2017). Kondisi metabolik yang

terganggu dapat menyebabkan kerusakan pada integritas kulit.

Menurut Baradero (2008) pruritus akibat butiran uremik, suatu

penumpukan kristal urea di kulit sehingga mengakibatkan

gangguan pada sistem dermatologi berupa gatal-gatal atau pruritus.

c. Ketidakefektifan perfusi ginjal adalah keadaan yang rentan

terhadap penurunan sirkulasi darah ke ginjal, yang dapat

menganggu kesehatan. Ketidakefektifan perfusi ginjal dengan

faktor resiko DM di tandai dengan Pasien mengatakan perutnya

begah terasa penuh, pasien laki-laki berusia 55 tahun, membran

mukosa bibir terlihat pucat, konjungtiva terlihat pucat, pasien


130

mempunyai riwayat DM, terdapat edema pada kaki kiri, terdapat

benjolan dibagian leher kanan, GDS : 201 mg/dl, Ureum : 184

mg/dl, Kreatinin : 5,39 mg/dl dan Hb : 7,9 gr/dl. Diagnosa ini

muncul disesuaikan dengan keadaan pasien saat pengkajian dan

diambil berdasarkan NANDA (2015-2017). Gagal ginjal kronis

(GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir (ESRD) merupakan

gangguan fungsi ginjal yang progresif dan iireversibel dimana

kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme

menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam

darah) sehingga kadar ureum dan kreatinin meningkat dan

menyebabkan perfusi jaringan ginjal tidak efektif

(Suharyanto&Madjid,2009).

d. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah adalah kerentanan

terhadap variasi kadar glukosa/gula darah dari rentang normal,

yang dapat menganggu kesehatan. Resiko ketidakstabilan kadar

glukosa darah berhubungan dengan asupan diet yang berlebihan

yang ditandai dengan pasien mengatakan tidak ada pantangan

makanan, keluarga mengatakan semua makanan yang diberikan

kepada pasien selalu habis, GDS : 201 mg/dl, pasien terlihat lemas

dan terdapat kulit bagian epidermis pada kaki kanan yang

mengelupas. Diagnosa ini muncul disesuaikan dengan keadaan

pasien saat pengkajian dan diambil berdasarkan NANDA (2015-

2017). Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti


131

DM, glomerulo nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme,

obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah dapat

memicu kemungkinan terjadinya CKD (Doengoes, 2001 dan

Carpenito, 2006).

C. Perencanaan

Tahap dalam merumuskan perencanaan yaitu menentukan prioritas

masalah sesuai dengan diagnosa yang muncul kemudian menentukan tujuan,

dan selanjutnya menentukan rencana tindakan. Penyusunan rencana tindakan

dalam kasus ini didasarkan pada masalah keperawatan dan diagnosa yang

muncul, dibuat dan disesuaikan dengan teori, keadaan dan sarana dan

prasarana yang tersedia di rumah sakit. Dalam rencana tindakan penulis

mengikutsertakan pihak keluarga dalam perawatan. Hal ini diharapkan agar

keluarga nantinya dapat melakukan perawatan di rumah secara mandiri

apabila pasien sudah pulang dari rumah sakit.

Penyusunan perencanaan penulis mengambil dari NOC dan NIC (2015).

Adapun perencanaannya yaitu :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis. Penulis

memprioritaskan nyeri akut sebagai diagnosa pertama karena diagnosa

tersebut masuk dalam kebutuhan dasar yaitu rasa aman nyaman yang

harus segera ditangani menurut Hirarki Maslow (1943) diambil dai

Nursalam (2008). Tujuan diambil dari Nursing Outcomes Classification

(NOC) selama 3x24 jam diharapkan pasien mampu mencapai pain

control dengan kriteria hasil melaporkan nyeri berkuang dari skala 5


132

menjadi skala 2 (0-10), mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri,

mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi

nyerinya), menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang, tanda-tanda

vital dalam batas normal nadi: 60-100 x/mnt; respirasi rate: 18-24 x/mnt;

suhu: 36,5-37,5 C; tekanan darah: 120/80 mmHg. Perencanan tidakan

mengunakan Nursing Intervention Classification (NIC) dengan NIC label

Pain management yaitu lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif,

monitor tanda vital, observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan,

anjurkan pasien banyak istirahat, ajarkan tehnik non farmakologi untuk

mengurangi nyeri, kolaborasi pemberian analgetik.

2. Ketidakefektifan perfusi ginjal dengan faktor resiko DM. Penulis

menuliskan ketidakefektifan perfusi ginjal sebagai diagnosa kedua karena

diagnosa tersebut sesuai dengan keluhan pasien. Tujuan diambil dari

Nursing Outcomes Classification (NOC) selama 3x24 jam diharapkan

pasien mampu mencapai tissue prefussion renal dengan kriteria hasil

tanda-tanda vital dalam batas normal nadi : 60-100 x/mnt; respirasi rate :

18-24 x/mnt; suhu : 36,5-37,5 C; tekanan darah : 120/80 mmHg,

membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang abnormal, ureum dan

kreatinin dalam batas normal ureum : 10-50 mg/dl dan kreatinin : 0,7-1,2

mg/dl, balance cairan seimbang, tidak ada distensi vena leher, tidak ada

edema perifer dan asites. Rencana tindakan sesuai Nursing Intervention

Classification (NIC) : Acid Base Management yaitu monitor ttv, monitor

balance cairan, observasi status hidrasi (kelembaban membran mukosa),


133

observasi tanda-tanda cairan berlebih/retensi (odem,distensi vena leher),

anjurkan pasien untuk membatasi minum, kolaborasi dengan dokter

pemeberian obat.

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kondisi gangguan

metabolik. Penulis menuliskan kerusakan integritas kulit sebagai

diagnosa ketiga karena diagnosa tersebut masuk dalam kebutuhan dasar

yaitu rasa aman nyaman yang harus segera ditangani menurut Hirarki

Maslow (1943) diambil dai Nursalam (2008). Tujuan diambil dari

Nursing Outcomes Classification (NOC) selama 3x24 jam diharapkan

pasien mampu mencapai tissue integrity skin and mocous dengan kriteria

hasil tidak ada luka/lesi pada kulit, mampu mempertahankan

kelembaban, integritas kulit baik bisa dipertahankan. Rencana tindakan

sesuai dengan Nursing Intervention Classification (NIC) dengan NIC

label Pressure Management yaitu monitor kulit adanya kemerahan,

anjurkan pasien untuk menggunkan pakaian yang longgar, anjurkan

untuk mengoleskan lotion pada daerah yang gatal, anjurkan pasien untuk

menjaga kebersihan kulit, kolaborasi dengan dokter kulit.

4. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Penulis menuliskan diagnosa defisiensi pengetahuan sebagai diagnosa

keempat karena diagnosa tersebut masuk dalam kebutuhan dasar yaitu

aktualisasi diri menurut Hirarki Maslow (1943) diambil dai Nursalam

(2008). Tujuan diambil dari Nursing Outcomes Classification (NOC)

selama 3x24 jam diharapkan pasien mampu mencapai knowledge : health


134

behavior dengan kriteria hasil pasien dan keluarga menyatakan

pemahaman tentang penyakit, kondisi dan program pengobatan, pasien

dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang sudah dijelaskan

perawat, pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang

dijelas dengan benar. Rencana tindakan sesuai dengan Nursing

Intervention Classification (NIC) dengan NIC label Pendidikan

Kesehatan yaitu kaji pengetahuan pasien tentang gagal ginjal kronik,

berikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit gagal ginjal kronik,

berikan penjelasan mengenai diit dan komplikasi penyakit gagal ginjal

kronik, berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk bertanya, evaluasi

pasien dan keluarga mengenai penjelasan yang disampaikan

5. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan asupan

diet yang berlebihan. Penulis menuliskan diagnosa resiko ketidakstabilan

kadar glukosa darah sebagai diagnosa kelima karena susuai dengan

kondisi pasien. Tujuan diambil dari Nursing Outcomes Classification

(NOC) selama 3x24 jam diharapkan pasien mampu mencapai diabete self

management dengan kriteria hasil kepatuhan perilaku diit sehat, monitor

kadar glukosa, kadar glukosa darah dalam batas normal : ≤ 200 mg/dl,

dapat meningkatkan istirahat. Rencana tindakan sesuai dengan Nursing

Intervention Classification (NIC) : Hiperglikemi Management yaitu

monitor TTV, monitor asupan nutrisi pasien, pantau kadar glukosa

darah, anjurkan pasien untuk beristirahat, kelola pemberian insulin sesuai


135

dosis yang ditentukan, kolaborasi dengan dokter jika peningkatan kadar

glukosa darah

D. Pelaksanaan

Pelaksanaan keperawatan pada kasus Tn. “S” telah disesuaikan dengan

perencanaan yang telah disusun oleh penulis. Semua rencana yang telah

ditentukan dapat dilaksanakan. Adapun pelaksanaan dari semua diagnosa

keperawatan yaitu:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

Dalam pelaksanaan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat

sebelumnya dan keseluruhannya dapat dilaksanakan :

a. Independen (mandiri)

Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif, Monitor tanda vital,

Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan, Anjurkan pasien

banyak istirahat, Ajarkan tehnik non farmakologi untuk mengurangi

nyeri

b. Interdependen (kolaborasi) : tidak ada

c. Dependen (rujukan) : tidak ada

2. Ketidakefektifan perfusi ginjal dengan faktor resiko DM

Dalam pelaksanaan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat

sebelumnya dan semuanya dapat dilaksanakan. Pelaksanaan

keperawatan sesuai dengan jenis tindakan antara lain:

a. Independen (mandiri)
136

Monitor ttv, monitor balance cairan, Observasi status hidrasi

(kelembaban membran mukosa), Observasi tanda-tanda cairan

berlebih/retensi (odem,distensi vena leher), Anjurkan pasien untuk

membatasi minum.

b. Interdependen (kolaborasi)

Kolaborasi dengan dokter pemeberian obat

c. Dependen (rujukan) : tidak ada

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kondisi gangguan

metabolik

Dalam pelaksanaan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat

sebelumnya dan semuanya dapat dilaksanakan. Pelaksanaan keperawatan

sesuai dengan jenis tindakan antara lain:

a. Independen (mandiri)

Monitor kulit adanya kemerahan, Anjurkan pasien untuk

menggunkan pakaian yang longgar, Anjurkan untuk mengoleskan

lotion pada daerah yang gatal, Anjurkan pasien untuk menjaga

kebersihan kulit.

b. Interdependen (kolaborasi) : Kolaborasi dengan dokter kulit

c. Dependen (rujukan) : tidak ada

4. Defiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

Dalam pelaksanaan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat

sebelumnya dan semuanya dapat dilaksanakan. Pelaksanaan keperawatan

sesuai dengan jenis tindakan antara lain


137

a. Independen (mandiri)

Kaji pengetahuan pasien tentang gagal ginjal kronik, Lakukan

pendidikan kesehatan mengenai penyakit gagal ginjal kronik, Berikan

penjelasan mengenai diit dan komplikasi penyakit gagal ginjal kronik,

Berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk bertanya, Evaluasi

pasien dan keluarga mengenai penjelasan yang disampaikan

b. Interdependen (kolaborasi) : tidak ada

c. Dependen (rujukan) : tidak ada

5. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan

asupan diet yang berlebihan

Dalam pelaksanaan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat

sebelumnya dan semuanya dapat dilaksanakan. Pelaksanaan

keperawatan sesuai dengan jenis tindakan antara lain:

a. Independen (mandiri)

Monitor TTV, Monitor asupan nutrisi pasien, Pantau kadar

glukosa darah, Anjurkan pasien untuk beristirahat, Kelola

pemberian insulin sesuai dosis yang ditentukan

b. Interdependen (kolaborasi)

Kolaborasi dengan dokter jika peningkatan kadar glukosa darah

c. Dependen (rujukan) : tidak ada


138

E. Evaluasi

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam pada semua

masalah yang muncul, dilakukan evaluasi yang mengacu pada kriteria tujuan

yang telah dibuat. Evaluasi yang dibuat dari diagnosa keperawatan yang

muncul adalah:

1. Masalah keperawatan yang sudah teratasi yaitu :

Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Hasil dari diagnosa tersebut adalah masalah teratasi, dikarenakan dari 3

kriteria hasil ada 3 yang tercapai yaitu pasien dan keluarga menyatakan

pemahaman tentang penyakit, kondisi dan program pengobatan, pasien dan

keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang sudah dijelaskan perawat,

pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelas dengan

benar. Yang dievaluasi pada hari Sabtu 08 Juli 2017 jam 11.00 WIB dan

sesuai dengan kondisi pasien.

2. Masalah keperawatan yang sudah teratasi sebagaian, yaitu :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis

Hasil dari diagnosa tersebut adalah masalah teratasi sebagian,

dikarenakan dari kriteria hasil melaporkan nyeri berkuang dari skala 5

menjadi skala 2 (0-10), mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab

nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk

mengurangi nyerinya), menyatakan rasa nyaman setelah nyeri

berkurang, tanda-tanda vital dalam batas normal nadi: 60-100 x/mnt;

respirasi rate: 18-24 x/mnt; suhu: 36,5-37,5 C; tekanan darah: 120/80


139

mmHg ada 4 yang tercapai yaitu melaporkan nyeri berkuang dari

skala 5(1-10) menjadi 3(1-10) dan bertambah pada hari ke 3nya yaitu

skala 4 (1-10), mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk

mengurangi nyerinya, menyatakan rasa nyaman setelah nyeri

berkurang, tanda-tanda vital dalam batas normal nadi: 60-100 x/mnt;

respirasi rate: 18-24 x/mnt; suhu: 36,5-37,5 C; tekanan darah: 120/80

mmHg. Yang dievaluasi pada hari Sabtu 08 Juli 2017 jam 14.00 WIB

dan sesuai dengan kondisi pasien.

b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kondisi gangguan

metabolik

Hasil dari diagnosa tersebut adalah masalah teratasi sebagian,

dikarenakan dari kreteri hasil tidak ada luka/lesi pada kulit, mampu

mempertahankan kelembaban, integritas kulit baik bisa dipertahankan

ada 1 kriteria hasil yang tercapai. Yang dievaluasi pada hari Sabtu 08

Juli 2017 jam 08.15 WIB dan sesuai dengan kondisi pasien.

c. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan

asupan diet yang berlebihan

Hasil dari diagnosa tersebut adalah masalah teratasi sebagian,

dikarenakan dari 4 kriteria hasil ada 1 kriteria yang tercapai kadar

glukosa darah dalam batas normal : ≤ 200 mg/dl. Yang dievaluasi

pada hari Sabtu 08 Juli 2017 jam 14.00 WIB dan sesuai dengan

kondisi pasien.
140

3. Masalah keperawatan yang belum teratasi, yaitu :

Ketidakefektifan perfusi ginjal dengan faktor resiko DM. Hasil dari

diagnosa tersebut adalah masalah belum teratasi, dikarenakan dari 7

kriteria hasil ada 5 yang belum tercapai yaitu tidak ada rasa haus yang

abnormal, balance cairan seimbang, ureum dan kreatinin dalam batas

normal ureum : 10-50 mg/dl dan kreatinin : 0,7-1,2 mg/dl, tidak ada

distensi vena leher, tidak ada edema perifer dan asites. Yang dievaluasi

pada hari Sabtu 08 Juli 2017 jam 14.00 WIB dan sesuai dengan kondisi

pasien.

F. Dokumentasi keperawatan

Penulis sudah melaksanakan dokumentasi keperawatan sesuai dengan

tahap-tahap proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi sesuai format dari pendidikan demikian

juga catatan perkembangan menggunakan SOAP yang ditulis secara sistematis

yang dilakukan selama 3x24 jam. Penulis sudah mendokumentasikan apa yang

di observasi dan sudah dikerjakan dengan mencantumkan tanggal, waktu

tanda tangan dan nama terang penulis. Hal ini bertujuan untuk menghindari

pengulangan tindakan, mencegah hilangnya informasi, serta sebagai

pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan penulis.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah memberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam dimulai dari 06

Juli 2017 pukul 07.00 WIB sampai dengan 09 Juli 2017 pukul 07.00 WIB

kepada pasien Tn.”S” dengan Chronic Kidney Disease Stadium V On

Hemodialisa Rutin di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman Yogyakarta penulis

telah mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata mengenai proses

keperawatan yang dimulai dari tahap pengkajian, perumusan diagnosa,

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi keperawatan.

Dalam kasus studi Asuhan Keperawatan pada Tn.”S” dengan Chronic

Kidney Disease Stadium V On Hemodialisa Rutin di Ruang Alamanda 2

RSUD Sleman Yogyakarta selama 3x24 jam mulai tanggal 06 Juli 2017 sampai

tanggal 09 Juli 2017 di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman Yogyakarta dapat

disimpulkan sebagai berikut:

Hasil pengkajian yang ditemukan pada pasien Tn.”S” dengan Chronic

Kidney Disease Stadium V On Hemodialisa Rutin di Ruang Alamanda 2

RSUD Sleman Yogyakarta sesuai dengan teori yaitu : sirkulasi, gangguan

eliminasi dengan data pasien mengatakan perutnya berasa begah dan penuh,

makanan dan cairan dengan data kaki kiri pasien terlihat edema. Nyeri dan

kenyamanan keamanan. Data pengkajian yang ada pada teori tapi tidak ada

pada kasus Tn. “S” dengan Chronic Kidney Disease Stadium V On

141 
142 
 

Hemodialisa Rutin di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman, yaitu :

aktivitas/istirahat, integritas ego dan gangguan pernapasan. Tidak ada data

pengkajian yang ditemukan pada kasus yang tidak sesuai dengan toeri.

Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan teori namun tidak muncul

dikasus yaitu: Kelebihan volume cairan, Perubahan nutrisi : kurang dari

kebutuhan tubuh, dan Intoleransi aktivitas. Diagnosa yang muncul pada kasus

tetapi tidak ada pada teori yaitu Nyeri akut, Kerusakan integritas kulit

Ketidakefektifan perfusi ginjal, Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah.

Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan teori dan ada pada kasus yaitu

defisiensi pengetahuan.

Penulis dalam merencanakan tindakan menggunakan prioritas teori

Hierarki Maslow, dan juga melihat kondisi dari pasien. Dalam membuat

rencana tindakan penulis mengacu pada NOC dan NIC dan pada kondisi

pasien.

Pelaksanaaan dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan

pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya yang berpedoman pada

perencanaan yang telah disusun dan disesuaikan dengan kondisi pasien.

Asuhan keperawatan diberikan penulis secara berkesinambungan dan terus-

menerus semua perencanaan telah dilaksaksanakan. Pelaksanaan yang sesuai

dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya dan semuanya dapat

dilaksanakan. Pelaksanaan keperawatan yaitu independen (mandiri),

interdependen (kolaborasi), dan dependen (rujukan).


143 
 

Dalam pelaksanaan evaluasi, penulis menggunakan evaluasi proses dan

evaluasi hasil. Dari 5 diagnosa yang ada pada kasus, diagnosa yang teratasi

sebagian ada tiga yaitu nyeri akut, kerusakan integritas kulit, resiko

ketidakstabilan kadar glukosa darah dan 1 diagnosa teratasi yaitu defisiensi

pengetahuan dan 1 diagnosa ketidakefektifan perfusi ginjal yang belum

teratasi, sesuai dengan keadaan pasien. Pada hari terakhir tanggal 09 Juli 2017

pasien masih dirawat di Rumah Sakit.

Dokumentasi dalam asuhan keperawatan merupakan bukti dari asuhan

keperawatan yang menggunakan metode pendekatan proses keperawatan yaitu

pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

keperawatan. Dalam pendokumentasian penulis menggunakan format S-O-A-

P, dan dilengkapi dengan paraf dan nama.

B. Saran

Berdasarkan pengalaman nyata penulis dalam melaksanakan asuhan

keperawatan pada pasien Tn.”S” dengan Chronic Kidney Disease Stadium V

On Hemodialisa Rutin, maka penulis memandang perlu untuk menyampaikan

beberapa saran sebagai bahan pertimbangan :

1. Bagi Institusi Akper “YKY”

Diharapkan perpustakaan kampus Akper ”YKY”Yogyakarta lebih

memperbanyak referensi khususnya tentang Chronic Kidney Disease

Stadium V On Hemodialisa Rutin.


144 
 

2. Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman Yogyakarta

Diharapkan perawat ruang Alamanda 2 RSUD Sleman tetap

mempertahankan pelayanan keperawatan yang sudah optimal khususnya

pada pasien dengan CKD (Chronic Kidney Disease).


DAFTAR PUSTAKA

Andra, Ns. Saferi Wijaya, S.Kep dan Ns. Yessie Mariza Putri, S.Kep. 2013.
Keperawatan Medikal Bedah: Keperawatan Dewasa Teori dan Askep.
Yogyakarta : Nuha Medika.

Baradero, Mary. (2008). Klien Gangguan Ginjal. EGC : Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar.


Jakarta.

Doenges, M.E, Marry F, Mand Alice, C.G. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman untuk Perencanaan dan Penkomumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta : EGC.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Pedoman Pendokumentasian Proses


Keperawatan. Jakarta : EGC.

Irianto, Koes. 2013. Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa. Alfabeta: Bandung.

Molzahn, Anita E. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Buku 8. Jakarta:


Salemba Emban Patria

Muhammad, A. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Divapress.

NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2015-2017. Jakarta: EGC.

Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 1. Medika


Salemba : Jakarta.

Pearce, John A. dan Robinson, Richard B. 2013. Manajemen Strategis:


Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Jakarta : Salemba Empat.

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses
proses penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Rudianto, Budi F. 2016. Menaklukkan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta:


Sakkhasukma.

Rohmah, Nikmatur. 2013. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:


Ar-Ruzz Media.

Smeltzer, Suzonne C & Branda E. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Brunner & Suddart. Edisi:8. Jakarta : EGC.
Suharyanto, Toto & Madjid, Abdul. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Trans Info Media.

Suyono, Slamet. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Syaefudin. 2006. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan; Alih bahasa


Monica ester. Edisi 3. EGC : Jakarta.

Syaifuddin. 2016. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawata. Edisi 3.


Jakarta:EGC.

Wibowo, D.S & Widjaja, P. 2009. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta : Penerbit
Graha : hlm. 4.

Wijaya, A.S., dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah :Keperawatan
Dewasa Teori dan Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.
LAMPIRAN
FORM
MAT BIMBINGAN KT
TI

Nama Mahhasiswa : Chahyanni Nofi Fajaryanti


NIM : 20140100
Nama Pem
mbimbing : Yayang H
Harigustian, S.Kep.Ns.M
S .Kep

Judul KTII : Asuhan K Keperawataan Pada Pasien Tn.S Deengan Ckd


(Chronic Kidney
K Diseease) Stadiuum V On Hd Rutin Di Ruang Alm manda 2 Rsuud
Sleman Yogyakarta

NO TAN
NGGAL TANGGALL ATERI
MA TANDDA TANGA AN
MASUK KELUAR
R BIMB
BINGAN Pembimbiing Mahassiswa

Karya Tuulis mahasiswa tersebutt di atas siap


p untuk diujjikan

Taanggal :

Pembimbing :

Taanda Tangan
n:
YAYASAN KEPERAWATAN YOGYAKARTA
AKADEMI KEPERAWATAN YKY
YOGYAKARTA
===================================

FORMAT PENGKAJIAN KARYA TULIS ILMIAH


KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Hari/Tanggal :
Jam :
Tempat :
Oleh :
Sumber data :
Metode :

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
1) Nama Pasien :…………………………………………………
2) Tempat/Tgl Lahir : …………………………………… (…… Th)
3) Jenis Kelamin : ………………………………………………..
4) Agama : ………………………………………………..
5) Pendidikan : ………………………………………………..
6) Pekerjaan : ………………………………………………...
7) Status Perkawinan : ………………………………………………...
8) Suku / Bangsa : ………………………………………………..
9) Alamat : ………………………………………………...
10) Diagnosa Medis : ………………………………………………...
11) No. RM : ………………………………………………..
12) Tanggal Masuk RS : ………………………………………………..
b. Penanggung Jawab / Keluarga
1) Nama : ………………………………………………...
2) Umur : ………………………………………………...
3) Pendidikan : ………………………………………………..
4) Pekerjaan : ………………………………………………..
5) Alamat : ………………………………………………..
6) Hubungan dengan pasien : …………………………………………….
7) Status perkawinan : ………………………………………………..
2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama saat Pengkajian
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Alasan Masuk Rumah Sakit
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
b) Riwayat Kesehatan Pasien ;
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................

b. Riwayat Kesehatan Keluarga


1) Genogram

Keterangan Gambar :

2) Riwayat Kesehatan Keluarga


…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
……………………………………........................................................

3. Kesehatan Fungsional
a. Aspek Fisik – Biologis
1) Kebutuhan Nutrisi
a) Sebelum Sakit
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
b) Selama Sakit
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
….......................................................................................................

2) Kebutuhan Eliminasi
a) Sebelum
………………………………………………………………...……
………………………………………………………………...……
…………………………………………………………...…………
………………………………………………………...……………
b) Selama Sakit
………………………………………………………………...……
………………………………………………………………...……
…………………………………………………………...…………
………………………………………………………...……………
3) Kebutuhan Aktivitas
a) Sebelum Sakit
(1) Keadaan aktivitas sehari – hari
………………………………………………………………...
…………………………………………………………………
…...……………………………………………………………
…...……………………………………………………………
(2) Keadaan pernafasan
………………………………………………………………...
…………………………………………………………………
…...……………………………………………………………
…...……………………………………………………………
(3) Keadaan Kardiovaskuler
………………………………………………………………......
…………………………………………………………………..
.……………………………………………………………….....
…………………………………………………………………..
.………………………………………………………………….
b) Selama Sakit
(1) Keadaan aktivitas sehari – hari
………………………………………………………………...
…………………………………………………………………
…...……………………………………………………………
…...……………………………………………………………
……...…………………………………………………………
(2) Keadaan pernafasan
………………………………………………………………...
…………………………………………………………………
…...……………………………………………………………
…...……………………………………………………………
……...…………………………………………………………
(3) Keadaan kardiovaskuler
………………………………………………………………...
…………………………………………………………………
…...……………………………………………………………
…...……………………………………………………………
……...…………………………………………………………
(4) Skala ketergantungan
Tabel 3.1 Penilaian Status Fungsional (Barthel Index)
Pasien....... di Ruang ............................ RS ……………….. Tanggal .......................

Nilai Skor
No Fungsi Skor Uraian Hari I Hari II Hari III
1. Mengendalikan 0 Tak terkendali/tak teratur
rangsang defekasi (perlu pencahar)
(BAB) 1 Kadang-kadang tak
terkendali
2 Mandiri
2. Mengendalikan 0 Tak terkendali/pakai
rangsang berkemih kateter
(BAK) 1 Kadang-kadang tak
terkendali (1x24 jam)
2 Mandiri
3. Membersihkan dir 0 Butuh pertolongan orang
(cuci muka,sisisr lain
rambut,sikat gigi) 1 Mandiri
4.. Penggunaan jamban, 0 Tergantung pertolongan
masuk dan keluar orang lain
(melepaskan 1 Perlu pertolongan pada
,memakai beberapa kegiatan tetapi
celana,membersihkan dapat mengerjakan
,menyiram) sendiri kegiatan yang
lain
2 Mandiri
5. Makan 0 Tidak mampu
1 Perlu ditolong memotong
makanan
2 Mandiri
6. Berubah sikap dari 0 Tidak mampu
berbaring ke duduk 1 Perlu banyak bantuan
untuk bisa duduk (2
orang)
2 Bantuan (2 orang)
3 Mandiri
7. Berpindah/berjalan 0 Tidak mampu
1 Bisa (pindah) dengan
kursi roda
2 Berjalan dengan bantuan
1 orang
3 Mandiri
8. Memakai Baju 0 Tidak mampu
1 Sebagai dibantuan (misal
mengancingkan baju)
2 Mandiri
9. Naik turun tangga 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
10. Mandi 0 Tergantung orang lain
1 Mandiri
Total Skor
Tingkat Ketergantungan
Paraf & Nama Perawat
(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)
KETERANGAN:

20 : Mandiri 5-8 : Ketergantungan berat


12-19 : Ketergantungan ringan 0-4 : Ketergantungan total
9-11 : Ketergantungan Sedang
(5) Tabel Pengkajian Resiko Jatuh

Tabel 3.2 Pengkajian Resiko Jatuh


Pasien...... di Ruang......................… RS ……………………Tanggal....................

Skoring Skoring Skoring


No Risiko Skala 1 2 3
Tgl..... Tgl.... Tgl....
1. Riwayat jatuh, yang baru atau Tidak 0
dalam 3 bulan terakhir Ya 25
2. Diagnosa medis sekunder >1 Tidak 0
Ya 15
3. Alat bantu jalan:
0
Bed rest/diabntu perwat
Penopang/tongkat/walker 15
Furniture 30
4. Menggunakan infus Tidak 0
Ya 25
5. Cara berjalan/berpindah:
0
Normal/bed rest/imobilisasi
Lemah 15
Terganggu 30
6. Status mental:
Orientasi sesuai kemampuan 0
diri
Lupa keterbatasan 15
Jumlah skor
Tingkat Resiko Jatuh
Paraf & Nama Perawat
(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)

Tingkat Risiko : Tidak berisiko bila skor 0-24 → lakukan perawatan yang baik
: Risiko rendah bila skor 25-50 → lakukan intervensi jatuh
standar (lanjutkan formulir pencegahan)
: Risiko Tinggi bila skor ≥ 51 lakukan intervensi jatuh resiko
tinggi (lanjutkan dengan pencegahan jatuh pasien dewasa)
(6) Tabel Pengkajian Resiko Luka Dekubitus
Tabel 3.3 Tabel Resiko Luka Dekubitus (Skala Norton)
Pasien ....... di Ruang ........................ RS …………………… Tanggal.................

Tangal PENILAIAN 4 3 2 1

Kondisi fisik Baik Sedang Buruk Sangat


buruk

Status mental Sadar Apatis Bingung Stupor

Aktifitas Jalan Jalan Kursi roda Ditempat


sendiri dengan tidur
bantuan

Mobilitas Bebas Agak Sangat Tidak


bergerak terbatas terbatas mampu
brgerak

Inkontensia Kadang- Selalu Inkontinen


kadang inkontinen sia urin &
Kontinen int/kontinen sia urin Alvi
sia

Skor

Total Skor

Paraf & Nama Perawat .......

Kondisi fisik Baik Sedang Buruk Sangat


buruk

Status mental Sadar Apatis Bingung Stupor

Aktifitas Jalan Jalan Kursi roda Di tempat


sendiri dengan tidur
bantuan

Mobilitas Bebas Agak Sangat Tidak


bergerak terbatas terbatas mampu
brgerak

Inkontensia Kontinen Kadang- Selalu Inkontinen


kadang inkontinen sia urin &
int/kontinen sia urine Alvi
sia

Skor

Total Skor

Paraf & Nama Perawat


Kondisi fisik Baik Sedang Buruk Sangat
buruk

Status mental Sadar Apatis Bingung Stupor

Aktifitas Jalan Jalan Kursi roda Di tempat


sendiri dengan tidur
bantuan

Mobilitas Bebas Agak Sangat Tidak


bergerak terbatas terbatas mampu
bergerak

Inkontinensia Kontinen Kadang – Selalu Inkontinen


kadang int/ inkontinen sia urin &
kontinensia sia urine Alvi

Skor

Total Skor

Paraf & Nama Perawat


(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)

KETERANGAN:
16-20 : risiko rendah terjadi dekubitus
12-15 : risiko sedang terjadi dekubitus
<12 : risiko tinggi terjadi dekubitus

4) Kebutuhan istirahat – tidur


a) Sebelum sakit
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
b) Selama sakit
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
b. Aspek Psiko-Sosial-Spiritual
1) Pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
2) Pola hubungan
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………...................................................................
3) Koping atau toleransi stres
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
4) Kognitif dan persepsi tentang penyakitnya
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
………………………………................................................................
5) Konsep diri
a) Gambaran Diri
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
……………………….............................................................
b) Harga Diri
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
………………………..............................................................
c) Peran Diri
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
……………………….............................................................
d) Ideal Diri
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
………………………..............................................................
e) Identitas Diri
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
……………………………….................................................
6) Seksual dan menstruasi
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
………………………................................................................
7) Nilai
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………...................................................................
c. Aspek Lingkungan Fisik
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
………………………………………..................................................
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran :…………………………………………………………
2) Status Gizi :TB = cm
BB = Kg
IMT = BB = (……………………..)
TB2
3) Tanda Vital : TD = mmHg Nadi = x/mnt
Suhu = °C RR = x/mnt

4) Skala Nyeri
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

P : ……………………………………………………………….
Q : ………………………………………………………………..
R : ………………………………………………………………..
S : ………………………………………………………………..
T : ………………………………………………………………..

b. Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo – Caudal)


1) Kulit
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
2) Kepala
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
3) Leher
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
4) Tengkuk
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………

5) Dada
a) Inspeksi
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
………………………..............................................................
b) Palpasi
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
c) Perkusi
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
d) Auskultasi
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
6) Payudara
a) Inspeksi
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
b) Palpasi
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
7) Punggung
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
…………………………………………….....................................
8) Abdomen
a) Inspeksi
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
b) Auskultasi
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
c) Perkusi
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
……………………….............................................................
d) Palpasi
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
………………………..............................................................
9) Panggul
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
10) Anus dan Rectum
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
…………………………………………………………...................
11) Genetalia
a) Pada Wanita
……………………………………………………………………
…….……………………………………………………………..
…………………………………................................................
b) Pada Pria
……………………………………………………………………
…….………………………………………………….................
12) Ekstremitas
a) Atas
……………………………………………………………………
…….……………………………………………………………..
……………………………………………………………………
Bawah
……………………………………………………………………
…….……………………………………………………………
……………………………………………………………………
………………….........................................................................
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 3.4 Pemeriksaan laboratorium Tn............... di Ruang .......................
di RS ………………………………… Tanggal...................

Tanggal Jenis Hasil (satuan) Normal Interpretasi


Pemeriksaan Pemeriksaan

(Sumber Data Sekunder : RM Pasien )


Tabel 3.5 Hasil Pemeriksaan Radiologi
Pasien........ di Ruang ............................ RS ……………………… Tanggal................

Hari/ Jenis Pemeriksaan Kesan/Interpretasi


Tanggal

(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)


6. Terapi
Tabel 3.6 Pemberian Terapi Pasien...... di Ruang ...............................
RS ……………………………………….. Tanggal ................

Hari / Obat Dosis dan Satuan Rute


Tanggal

(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)


7. ANALISA DATA
Tabel 3.7 Analisa Data
Pasien ...... di Ruang .......................... RS ……………………Tanggal................

NO DATA PENYEBAB MASALAH


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
(Sesuai Prioritas Masalah)

1. …………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
2. …………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
3. …………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………....
4. …………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
5. …………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………….................................................................................
6. …………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………….................................................................................
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama Pasien / NO CM : ………………………………../……………………………… Ruang :..................................................................


Hari/ PERENCANAAN
Tgl/ Jam DIAGNOSA TANGGAL
KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA TINDAKAN PELAKSANAAN EVALUASI
TERATASI
D. CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien/No. C.M :…………………/……..Ruang :…………………………….


Diagnosa Keperawatan : ….................................................................................................

HR/TGL/ EVALUASI TGL


PELAKSANAAN
JAM (S O A P) TERATASI
7. RINGKASAN PENGKAJIAN POST OPERASI
a. Jenis Operasi : …………………………………………………………....
b. Waktu Operasi : ……………………………………………………………
c. Data Fokus :
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

Sub Pokok Bahasan : Gagal Ginjal Kronik


Sasaran : Tn.S dan Keluarga
Tanggal Pelaksanaan : Sabtu, 8 Juli 2017
Jam : 09.00 WIB
Waktu : 30 menit
Tempat : Kamar no. 6 Bangsal Alamanda 2

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan tentang gagal ginjal kronik selama 30
menit, pasien dan keluarga diharapkan dapat menjelaskan kembali
tentang pantangan makanan pendertia gagal ginjal kronik
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan keluarga mampu :
a. Menjelaskan pengertian gagal ginjal kronik
b. Menjelaskan penyebab gagal ginjal kronik
c. Menyebutkan komplikasi gagal ginjal kronik
d. Menjelaskan pantangan makanan penderita gagal ginjal kronik
B. MATERI PEMBELAJARAN
1. Pengertian gagal ginjal kronik
2. Penyebab gagal ginjal kronik
3. Komplikasi gagal ginjal kronik
4. Pantangan makanan penderita gagal ginjal kronik
C. MEDIA PENGAJARAN
1. Leaflet
D. METODE PEMBELAJARAN
1. Ceramah
2. Tanya Jawa
E. KEGIATAN PENYULUHAN

No Tahap Waktu Kegiatan

1 Pembukaan 5 menit Perkenalan


Menjelaskan tujuan
2 Pelaksanaan 20 Menit Menggali/ memberi pengetahuan
keluarga dan memberikan penjelasan
tentang :
o Pengertian gagal ginjal kronik
o Penyebab gagal ginjal kronik
o komplikasi ginjal kronik
o pantangan penderita gagal ginjal kronik
Memberikan kesempatan keluarga
untuk bertanya

3 Penutup 5 menit Menyimpulkan hasil penyuluhan


bersama keluarga
Evaluasi

F. EVALUASI
1. Apa pengertian gagal ginjal kronik
2. Apa penyebab gagal ginjal kronik
3. Apa saja komplikasi gagal ginjal kronik
4. Bagaimana pantangan makanan penderita gagal ginjal

G. SUMBER PUSTAKA
www.infopenyakit.com
MATERI

A. Pengertian
Gagal ginjal kronik adalah suatu kondisi yang ditandai oleh hilangnya
secara bertahap fungsi ginjal dari waktu ke waktu. Kondisi ini akan
merusak ginjal dan menurunkan kemampuannya untuk menjaga tubuh
tetap sehat dengan melakukan fungsi normalnya.
B. Penyebab
Gagal ginjal kronik bisa terjadi akibat kerusakan ginjal. Penyebab
tersering kerusakan ini adalah:
1. Tekanan darah tinggi yang tak terkontrol selama beberapa tahun.
2. Kadar gula darah tinggi selama beberapa tahun. Hal ini terjadi pada
diabetes tipe 1 atau 2 yang tak terkontrol.
Faktor lainnya yang bisa menyebabkan gagal ginjal kronik meliputi:
1. Penyakit ginjal dan infeksi misalnya penyakit polikistik ginjal,
pielonefritis, dan glomelurus
2. Penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah arteri ginjal.
3. Penggunaan obat – obatan yang merusak ginjal dalam jangka waktu
lama. Contohnya obat anti inflamasi non steroid (OAINS) seperti
ibuprofen dan celecoxib.
C. Komplikasi
1. Kelebihan Cairan
Selama ini banyak orang yang beranggapan bahwa banyak minum
akan membuat ginjal sehat. Hal ini ternyata tidak sepenuhnya benar,
jika seseorang dengan fungsi ginjal yang masih baik minum 2-3 liter
air dalam sehari memang baik untuk ginjalnya. Tetapi jika seseorang
dalam kondisi memiliki gejala penyakit ginjal minum 5-6 liter dalam
sehari, hal tersebut bisa berbahaya. Karena bisa menyebabkan kadar
garam di dalam tubuh berkurang, dan bisa membuat seseorang lemah
atau bahkan kejang-kejang. Seseorang dengan penyakit ginjal kronis,
memiliki dengan pembuangan cairan yang ada di dalam tubuhnya.
Sehingga ketika ia minum air dalam jumlah yang banyak, tidak semua
air yang ia minum keluar dan malah menumpuk di pembuluh darah,
dan membuat jantung menjadi bekerja lebih keras.
2. Hiperkalemia
Komplikasi ini merupakan keadaan di mana kalium yang ada di dalam
darah seseorang tinggi. Kalium yang tinggi ini, akan membuat jantung
bekerja dengan tidak sempurna. Sehingga menyebabkan gangguan
pada jantung, yang bisa berujung pada kematian mendadak. Pada
orang dengan gangguan fungsi ginjal kronis, kemampuannya untuk
membuang kalium sangatlah rendah. Sumber kalium bisa didapatkan
dari buah-buahan dan juga sayuran, sehingga dokter menyarankan
kepada orang dengan penyakit ginjak kronis untuk tidak mengonsumsi
buah-buahan dalam jumlah yang banyak.
3. Metabolik Asidosis
Salah satu fungsi ginjal adalah mengatur elektrolit, cairan, dan juga
asam basa di dalam darah. Jika fungsi tersebut terganggu, maka darah
akan asam dan pH darah akan turun. Jika pH darah turun, maka akan
membuat pembuluh darah melebar, dan juga kontraksi jantung menjadi
terganggu. Jika hal tersebut tidak dikendalikan, maka akan membawa
dampak yang sangat buruk
4. Gangguan Mineral dan Tulang
Penyakit ginjal kronik yang sudah lama dibiarkan, bisa menganggu
mineral dan juga tulang. Asupan kalsium yang kurang, bisa
menyebabkan tulang menjadi mudah patah. Orang dengan penyakit
ginjal kronis, memiliki tulang yang tidak kuat dan mudah patah, karena
gangguan tulang yang dialaminya.
5. Hipertensi
Hipertensi bisa membuat seseorang terkena penyakit ginjal, tetapi
penyakit ginjal kronis juga bisa menyebabkan hipertensi. Karena
gangguan glomeruler, seseorang bisa mengalami hipertensi. Hipertensi
juga bisa disebabkan karena terlalu banyak cairan atau tekanan darah
yang naik.
6. Anemia
Anemia disebabkan karena kurangnya hormon eritrokosit, sehingga
kemampuan sum-sum tulang untuk membentuk darah juga akan
berkurang.
7. Dislipidemia
Gangguan kolesterol ternyata juga bisa mengganggu. Pada orang
dengan gangguan ginjal kronik bisa mengalami kolesterol yang tinggi.
8. Disfungsi Seksual
Untuk seseorang yang berusia muda dan memiliki penyakit ginjal
kronis, terutama pria, terkadang sering merasakan cepat lelah saat
melakukan hubungan intim.
D. Pantangan penderita gagal ginjal
1. Membatasi cairan
2. Diet rendah protein ( daging, ungags, telor, dan susu)
3. Membatasi garam, kalsium,kalium (kentang, rebung, buncis, ubi jalar,
tomat,Pisang,Kelapa muda, Nangka,Bayam,Sawi
4. Durian,Petai,Jantung pisang,Kentang fosfor, dan elektrolit lainnya
5. Mendapatkan cukup kalori jika kehilangan berat badan
6. minuman bersoda , kopi, susu, yogurt.
KOMPLIKASI PADA PANTANGAN
PASIEN MAKANAN UNTUK GGK (Gagal
Ginjal Kronik)
GAGAL GINJAL
GAGAL GINJAL a. Membatasi cairan
b. Diet rendah
protein ( daging,
1. Kelebihan Cairan ungags, telor, dan
susu)
2. Hiperkalemia c. Membatasi garam,
kalsium,kalium
3. Metabolik Asidosis (kentang, rebung,
buncis, ubi jalar,
4. Gangguan Mineral t o m a t , Pisang,Kelapa
dan Tulang muda,
Nangka,Bayam,Sawi
5. Hipertensi Durian,Petai,Jantun
g pisang,Kentang CHAHYANI
6. Anemia fosfor, dan NOFI
elektrolit lainnya FAJARYANTI
7. Dislipidemia d. Mendapatkan
cukup kalori jika
8. Disfungsi Seksual kehilangan berat
badan
AKPER “YKY”
e. minuman YOGYAKARTA
bersoda , kopi,
2017
“ susu, yogurt,
Penyebab Gagal Ginjal fritis, dan glomeru-
Kronik lonefritis.
Apa itu Gagal
Ginjal Kronik? Gagal ginjal kronik bisa ter- b. Penyempitan atau
jadi akibat kerusakan ginjal. penyumbatan pem-
Penyebab tersering kerusakan buluh darah arteri
Gagal
ini adalah: ginjal.
ginjal
a. Tekanan darah tinggi c. Penggunaan obat –
kronik
yang tak terkontrol sela- obatan yang
adalah
ma beberapa tahun. merusak ginjal da-
suatu
lam jangka waktu
kondisi b. Kadar gula darah tinggi
lama. Contohnya
yang selama beberapa tahun.
obat anti inflamasi
ditandai oleh Hal ini terjadi pada diabe-
non steroid
hilangnya secara ber- tes tipe 1 atau 2 yang tak
(OAINS) seperti
tahap fungsi ginjal terkontrol.
ibuprofen dan
dari waktu ke waktu. Faktor lainnya yang bisa me-
Kondisi ini akan nyebabkan gagal ginjal kronik
merusak ginjal dan meliputi:
menurunkan kemam-
a. Penyakit ginjal dan in- AKPER “YKY” YOGYAKARTA
puannya untuk menja- 2017
feksi misalnya penyakit
ga tubuh tetap sehat
polikistik ginjal, pielone-
7/27/2017

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.S DENGAN
CKD (Chronic Kidney Disease) STADIUM V ON HD 
Berdasarkan catatan register di Ruang Alamanda 2 RSUD
RUTIN DI RUANG ALAMANDA 2 RSUD SLEMAN
Sleman Yogyakarta dari Januari sampai 08 Juli 2017 terdapat
YOGYAKARTA
761 pasien, 5,65% atau 43 diantaranya adalah penderita chronic
kidney disease.

Disusun Oleh:
Chahyani Nofi Fajaryanti
2014010

RUANG LINGKUP BAGI PENULIS
Menambah wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan dalam menerapkan proses keperawatan dan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dalam menerapkan ilmu
Bagaimana asuhan keperawatan Termasuk dalam mata ajaran  Keperawatan Medikal Bedah yang diperoleh selama
pada Tn. “S” dengan Chronic Keperawatan Medikal Bedah  menempuh pendidikan di Akper "“YKY” Yogyakarta
Kidney Disease Stadium V On Selama 3x24 jam (06 Juli – 09 Juli 
HD Rutin di Ruang Alamanda 2 2017)
BAGI RSUD SLEMAN
RSUD Sleman Yogyakarta dari
MANFAAT  Diharapkan dapat memperluas wawasan bagi perawat
mulai pengkajian, diagnosa,
PENULISAN di Ruang Almanda 2 RSUD Sleman Yogyakarta dalam
perencanaan, pelaksanaan,
TUJUAN memberikan asuhan keperawatan khususnya pada
evaluasi dan pendokumentasian?
kasus Chronic Kidney Disease Stadium V On HD Rutin

TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS
BAGI AKADEMI KEPERAWATAN “YKY” YOGYAKARTA
Diharapkan dapat dijadikan bahan bacaan dan penambah
wawasan bagi mahasiswa Akademi Keperawatan “YKY”
Yogyakarta dalam melaksanakan proses belajar mengajar
khususnya mata ajaran Keperawatan Medikal Bedah

METODE  Metode yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini Gagal ginjal kronis (GGK) atau 
PENULISAN adalah diskriptif. penyakit ginjal tahap akhir 
(ESRD) merupakan gangguan   Kelebihan volume cairan berhubungan
fungsi ginjal yang progresif dan  dengan pernurunan haluran urin, diet berlebih,
retensi cairan dan natrium
iireversibel dimana 
kemampuan tubuh gagal untuk   Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN mempertahankan metabolisme  tubuh berhubunga dengan anoreksia,mual
dan keseimbangan cairan dan  muntah, pembatasan diet
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
elektrolit, menyebabkan 
SISTEMATIKA  BAB III TINJAUAN KASUS uremia (retensi urea dan   Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
BAB IV PEMBAHASAN keletihan,anemia retensi produk
PENULISAN sampah nitrogen lain dalam 
BAB V KESIMPULAN DAN  darah)  Kurang pengetahuan tentang kondisi
SARAN (Suharyanto&Madjid,2009).  prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif,
salah interpretasi informasi

1
7/27/2017

Riwayat Kesehatan asien


P
Nama Pasien : Tn.S
Tempat Tgl Lahir : Sleman, 15/12/1962 Keluhan Utama saat
Umur : 55 tahun Pengkajian :
Jenis Kelamin : laki-laki Pasien mengatakan
Agama : Islam perutnya begah terasa
Pendidikan : SD penuh. Pasien Keluarga pasien mengatakan pada tanggal 23 Juli 2017 Hemoglobin pasien
Pekerjaan :- mengatakan ± 1 minggu menurun dari 7,2 gr/dl menjadi 6,5 gr/dl, pasien dibawa ke Puri Husada untuk
Status Perkawinan: Kawin pasien batuk karena tambah darah disana. Pasien mendapatkan 200 ml untuk tambah darah.
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia memakan gorengan. Keluarga pasien mengatakan pasien HD terakhir pada tanggal 30 Juli 2017 di
Alamat : Nanggrung Sukoharjo Pasien mengatakan Puri Husada. Keluarga pasien mengatakan setelah di HD tekanan darah pasien
Ngaglik, Sleman semua badannya pegel- mencapai 170/100 mmHg dan gula darah mencapai 221 mg/dL.. Keluarga
Diagnosa Medis : CKD Stadium V On HD pegel/ nyeri terutama
mengatakan di bulan Juli ini pasien belum mendapatkan jadwal untuk HD dan
Rutin pada bagian punggung,
nyeri seperti ditusuk-
keluarga membawa pasien ke RSUD Sleman pada tanggal 05 Juli 2017 untuk
No. RM : 13. 8 XXX
tusuk, nyeri hilang timbul pasang HD cath pada pukul 11.00 WIB dan pasien dirawat di bangsal
Tanggal masuk : 05 juli 2017
dan skala nyeri 5 (1-10). Almanda 2 di kamar nomor 6 RSUD Sleman.

DO :
‐TD : 130/100 mmHg
DATA FOKUS ‐S : 36,6 C
‐N : 80 x/menit
‐RR : 21 x/menit
‐Pasien terlihat memegangi bagian punggungnya.
DS : ‐Pasien laki‐laki berusia 55 tahun
‐Pasien mengatakan semua badannya pegel‐pegel/nyeri terutama pada  ‐Membran mukosa bibir terlihat pucat
bagian punggungnya ‐Konjungtiva terlihat pucat
‐Pasien mengatakan nyerinya skala 5 (1‐10) ‐Pasien mempunyai riwayat DM
‐Pasien mengatakan nyeri hilang timbul dan kualitasnya seperti ditusuk‐tusuk ‐terdapat edema pada kaki kiri
‐pasien mengatakan nyerinya menjalar ke seluruh tubunhya. ‐ Terdapat benjolan dibagian leher kanan.
‐ Pasien mengatakan perutnya begah terasa penuh ‐GDS : 201 mg/dl
‐Pasien mengatakan badannya sering gatal‐gatal ‐Ureum : 184 mg/dl
‐Kreatinin : 5,39 mg/dl
‐Pasien dan keluarga mengatakan tau penyakit gagal ginjal kronik yaitu 
‐ Hb : 7,9 gr/dl
ginjalnya rusak ‐Kulit terlihat kering
‐Keluarga pasien mengatakan sudah tau diit tentang pantangan makanan yang  ‐Kulit bagian epidermis pada kaki kanannya terlihat mengelupas
tidak boleh dikonsumsi oleh pasein, tetapi pasien , tetapi pasien masih saja  ‐Terdapat luka bekas melepuh pada bagian paha kanan
mengkonsumsi makanan yang dilarang tersebut ‐Terdapat luka bekas tusukan jarum post opname di rumah sakit
‐Pasien mengatakan tidak ada pantangan makanan ‐Saat ditanya tentang pantangan makanan yang tidak boleh dikonsumsi, pasien terlihat diam 
‐Keluarga mengatakan semua makanan yang diberikan kepada pasien selalu  saja
habis ‐GDS : 201 mg/dl
‐pasien terlihat lemas
‐terdapat kulit bagian epidermis pada kaki kanan yang mengelupas

PENGKAJIAN
Nyeri akut b.d Agen Cidera Biologis
Dalam pengkajian secara
keseluruhan menurut Teori DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Ketidakefektifan perfusi ginjal dengan faktor sudah sesuai dengan yang ada
resiko DM pada kasus. Tetapi pada teori Pada kasus ini penulis
pengkajian pada pasien Chronic menemukan 4 diagnosa
Kerusakan integrtas kulit b.d kondisi gangguan kidney desease ada beberapa yang tidak sesuai dengan
metabolisme yang tidak sesuai dengan kasus teori yaitu :
yaitu: 1. Nyeri Akut
aktivitas/istirahat, integritas ego, 2. Ketidakefektifan
Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi neurosensori, dan pernafasan. perfusi ginjal
3. Kerusakan integritas
kulit
Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d 4. Resiko ketidakstabilan
asupan diet yang berlebihan kadar glukosa darah

2
7/27/2017

EVALUASI
PELAKSANAAN
PERENCANAAN Dari perencanaan yang telah di Pada hasil evaluasi yang
Pada tahap tentukan semua dapat sudah teratasi yaitu
perencanaan dilaksanakan sesuai dengan defisiensi pengetahuan, DOKUMENTASI
dilakukan prioritas perencanaan. yang teratasi sebagaian Penulis
masalah dengan mendokumentasikan semua
mengunakan teori
yaitu nyeri akut,
Hirarki Maslow. kerusakan integritas kulit, tindakan yang dilakukan
Perencanaan yang resiko ketidakstabilan pada karya tulis ilmiah ini
dilaksanakan sesuai kadar glukosa darah dan dengan menggunakan
dengan NOC dan yang belum teratasi yaitu metode SOAP
NIC.
ketidakefektifan perfusi
ginjal.

SARAN
KESIMPULAN
Setalah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
mulai tanggal 06 Juli 2017 jam 07.00 WIB sampai dengan tanggal 09
Bagi Institusi: Bagi Ruang Alamanda 2 RSUD 
Juli 2017 jam 07.00 WIB pada pasien Tn. “S” dengan CKD (Chronic Diharapkan perpustakaan  Sleman Yogyakarta :
Kidney Disease) Stadium V On HD Rutin di Ruang Alamanda 2 RSUD memperbanyak referensi  Diharapkan  perawat ruang 
sehingga literatur  Alamanda 2 RSUD Sleman tetap 
Sleman Yogyakarta, maka penulis mendapatkan pengalaman nyata perpustakaan menjadi lebih  mempertahankan pelayanan 
lengkap Khususnya tentang  keperawatan yang sudah 
tentang pemberian asuhan keperawatan pada pasien tersebut. Penulis
Chronic kidney disease  optimal khusunya pada pasien 
dapat melakukan langsung proses keperawatan mulai dari pengkajian, Stadium V On HD Rutin dengan CKD (Chronic Kidney 
Disease)
memenentukan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi serta pendokumentasian.

TERIMAKASIH…

Anda mungkin juga menyukai