Anda di halaman 1dari 130

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI

PADA TAHAP PERKEMBANGANLANJUT USIA DENGAN


GANGGUANPEMENUHAN KENYAMANANNYERI
DI DESAKALIMATI KECAMATAN ADIWERNA
KABUPATEN TEGAL

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi
syarat memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan Program
Pendidikan D III Keperawatan

Rizka Amalia
A0015097

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BHAKTI MANDALA HUSADA
PRODI STUDI DIII KEPERAWATAN
2018

i
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI
PADA TAHAP PERKEMBANGANLANJUT USIA DENGAN
GANGGUANPEMENUHAN KENYAMANANNYERI
DI DESAKALIMATI KECAMATAN ADIWERNA
KABUPATEN TEGAL

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi
syarat memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan Program
Pendidikan D III Keperawatan

Rizka Amalia
A0015097

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BHAKTI MANDALA HUSADA
PRODI STUDI DIII KEPERAWATAN

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Rizka Amalia

Nim : A0015097

Program Studi : DIII Keperawatan

Institusi : STIKESBhakti Mandala Husada Slawi

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang sudah saya tulis

ini adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan alihan

tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran

saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini

adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Slawi, Juli 2018

Pembuat Pernyataan

Rizka Amalia

Mengetahui:

Pembimbing I Pembimbing II

Evi Supriatun, S.Kep., Ns., M.Kep. Nurzamzami, S.Kep. Ns.


NIPY.1989.02.10.16.111 NIPY. 198002001 199903 2 001

iii
LEMBAR ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah oleh Rizka Amalia NIM.A0015097 dengan judul

“ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI PADA

TAHAP PERKEMBANGAN LANJUT USIA DENGAN GANGGUAN

PEMENUHAN KENYAMANAN NYERI DI DESA KALIMATI

KECAMATAN ADIWERNA KABUPATEN TEGAL” telah diperiksa dan

disetujui untuk diujikan.

Slawi, Juli 2018

Pembimbing I Pembimbing II

Evi Supriatun, S.Kep., Ns., M.Kep. Nurzamzami, S.Kep. Ns.


NIPY.1989.02.10.16.111 NIPY. 198002001 199903 2 001

iv
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Rizka Amalia NIM A0015097 dengan judul

“ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI PADA

TAHAP PERKEMBANGAN LANJUT USIA DENGAN GANGGUAN

PEMENUHAN KENYAMANAN NYERI DI DESA KALIMATI

KECAMATAN ADIWERNA KABUPATEN TEGAL” telah diperiksa dan

disetujui untuk diujikan.

Slawi, Juli 2018

Pembimbing I Pembimbing II

Evi Supriatun, S.Kep., Ns., M.Kep. Nurzamzami, S.Kep. Ns.


NIPY.1989.02.10.16.111 NIPY. 198002001 199903 2 001

v
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Rizka Amalia dengan judul “ASUHAN

KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI PADA TAHAP

PERKEMBANGAN LANJUT USIA DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN

KENYAMANAN NYERI DI DESA KALIMATI KECAMATAN ADIWERNA

KABUPATEN TEGAL”telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal

Juli 2018.

Dewan Penguji

Penguji I Penguji II Penguji III

Arriani Indrastuti, S.KM,M.Kes. Evi Supriatun, S.Kep., Ns., M.Kep. Nurzamzami, S.Kep. Ns.
NIP. 1976.03.08.01.019 NIPY.1989.02.10.16.111 NIPY. 198002001 199903 2 001

Mengetahui

Ketua Prodi DIII Keperawatan

Woro Hapsari, S.Kep.,Ns.M.Kep


NIP.1980.02.10.02.029

vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Rizka Amalia

Nim : A0015097

Program Studi : DIII Keperawatan

Institusi : STIKESBhakti Mandala Husada Slawi

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang sudah saya tulis

ini adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan alihan

tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran

saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini

adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Slawi, Juli 2018

Pembuat Pernyataan

Rizka Amalia

Mengetahui:

Pembimbing I Pembimbing II

Evi Supriatun, S.Kep., Ns., M.Kep. Nurzamzami, S.Kep. Ns.


NIPY.1989.02.10.16.111 NIPY. 198002001 199903 2 001

vii
LEMBAR ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah oleh Rizka Amalia NIM.A0015097 dengan judul

“ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI PADA

TAHAP PERKEMBANGAN LANJUT USIA DENGAN GANGGUAN

PEMENUHAN KENYAMANAN NYERI DI DESA KALIMATI

KECAMATAN ADIWERNA KABUPATEN TEGAL” telah diperiksa dan

disetujui untuk diujikan.

Slawi, Juli 2018

Pembimbing I Pembimbing II

Evi Supriatun, S.Kep., Ns., M.Kep. Nurzamzami, S.Kep. Ns.


NIPY.1989.02.10.16.111 NIPY. 198002001 199903 2 001

viii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Rizka Amalia NIM A0015097 dengan judul

“ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI PADA

TAHAP PERKEMBANGAN LANJUT USIA DENGAN GANGGUAN

PEMENUHAN KENYAMANAN NYERI DI DESA KALIMATI

KECAMATAN ADIWERNA KABUPATEN TEGAL” telah diperiksa dan

disetujui untuk diujikan.

Slawi, Juli 2018

Pembimbing I Pembimbing II

Evi Supriatun, S.Kep., Ns., M.Kep. Nurzamzami, S.Kep. Ns.


NIPY.1989.02.10.16.111 NIPY. 198002001 199903 2 001

ix
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Rizka Amalia dengan judul “ASUHAN

KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI PADA TAHAP

PERKEMBANGAN LANJUT USIA DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN

KENYAMANAN NYERI DI DESA KALIMATI KECAMATAN ADIWERNA

KABUPATEN TEGAL”telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal

Juli 2018.

Dewan Penguji

Penguji I Penguji II Penguji III

Arriani Indrastuti, S.KM,M.Kes. Evi Supriatun, S.Kep., Ns., M.Kep. Nurzamzami, S.Kep. Ns.
NIP. 1976.03.08.01.019 NIPY.1989.02.10.16.111 NIPY. 198002001 199903 2 001

Mengetahui

Ketua Prodi DIII Keperawatan

Woro Hapsari, S.Kep.,Ns.M.Kep


NIP.1980.02.10.02.029

x
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahi robbil’alamin, segala puji syukur penulispanjatkan atas

kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada

kita semua.Penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

“Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi pada Tahap Perkembangan

Lanjut Usia dengan Gangguan Pemenuhan Kenyamanan Nyeri di Desa Kalimati

Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal”.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar

Ahli Madya Keperawatan pada program DIII Keperawatan. Dalam penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini penulis telah mendapat banyak bimbingan, pengarahan,

bantuan dan dukungan baik berupa moril maupun spiritual dari berbagai pihak.

Maka dengan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Maufur, Mp.Pd., selaku PJS Ketua STIKES Bhamada Slawi.

2. Ibu Tri Agustina H, SST, M.Kes., selaku Ketua STIKES Bhamada Slawi

(periode 2014 – 2018).

3. Ibu Woro Hapsari, S. Kep., Ns., M.Kep., selaku Kaprodi DIII Keperawatan.

4. Ibu Evi Supriatun, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Pembimbing Karya Tulis

Ilmiah.

5. Ibu Arriani Indrastuti, S.KM,M.Kes., selaku Penguji dalam Karya Tulis

Ilmiah.

xi
6. Ibu Nurzamzami, S.Kep., Ns., selaku Pembimbing Lahan dan Penguji

dalamKarya Tulis Ilmiah.

7. Kepada orang tua tercinta, yang telah memberikan dukungan.

8. Kepada teman-teman Prodi DIII Keperawatan STIKES Bhamada Slawi.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan demi kelancaran penyusunan karya tulis ilmiah.

Penulis menyadari keterbatasan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini,

oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan

demi perbaikan selanjutnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Slawi, Juli 2018

Penulis

xii
ABSTRAK

Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi pada


Tahap Perkembangan Lanjut Usia dengan Gangguan
Pemenuhan Kenyamanan Nyeri di Desa Kalimati
Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal

Rizka Amalia1, Evi Supriatun2, Nurzamzami3, Arriani Indrastuti4

Kata Kunci: asuhan keperawatan, lanjut usia, hipertensi, gangguan pemenuhan


kenyamanan nyeri.

Pendahuluan: Hipertensi adalah kondisi dimana individu mengalami kenaikan


darah diatas normal. Penyebab hipertensi salah satunya adalah genetik, usia
obesitas dan pola hidup tidak sehat (Rani, 2013). Menurut World Health
Organization (WHO) tahun 2011 ditandai dengan kenaikan tekanan darah, nyeri
kepala dan pandangan kabur.Banyak penderita hipertensi di Indonesia pada tahun
2015 kurang lebih sebesar 15 Juta orang.
Isi:Muncul tiga diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut, kesiapan meningkatkan
koping, keletihan. Dari diagnosa nyeri akut penulis melatih Ny. S dan keluarga
dengan terapi relaksasi otot progresif dan dari tindakan terapi relaksasi otot
progresif penulis melakukan evaluasi bahwa tekanan darah stabil karena Ny. S
melakukan dengan sungguh-sungguh.
Dan diagnosa kesiapan meningkatkan koping penulis memotivasi pemeliharaan
gizi dari makanan terutama yang dianjurkan dan yang dihindari untuk penyakit
hipertensi.
Diagnosa ketiga keletihan penulis mengajarkan bagaimana mengelola aktivitas
keseharian.
Kesimpulan: Asuhan keperawatan keluarga pada Ny. S menunjukkan bahwa
penyakit hipertensi memerlukan pengelolaan yang komprehensif dimana
memerlukan kerjasama antara petugas dengan keluarga, khususnya untuk
meningkatkan status kesehatan mengenai nyeri dan agar tidak terjadi
kekambuhan.

1
Mahasiswa D III Keperawatan Stikes Bhakti Mandala Hus.ada Slawi
2
Dosen pembimbing 1 Stikes Bhakti Mandala Husada Slawi
3
Pembimbing 2 Puskesmas Adiwerna
4
Dosen penguji Stikes Bhakti Mandala Husada Slawi

xiii
ABSTRACT

Family Care Nursing with Hypertension onStage of Elderly


Development with DisturbanceFulfillment of Pain Comfort
in Kalimati VillageAdiwerna Sub-district of
Tegal Regency

Rizka Amalia1, Evi Supriatun2, Nurzamzami3, Arriani Indrastuti4

Keywords: Nursing care, elderly, hypertension, discomfort complaints of pain.

Introduction: Hypertension is a condition in which individuals experience an


increase in blood above normal. Causes of hypertension one of them is genetic,
obese age and unhealthy lifestyle (Rani, 2013). According to the World Health
Organization (WHO) in 2011 is characterized by an increase in blood pressure,
headache and blurred vision. Many people with hypertension in Indonesia in 2015
approximately 15 million people.
Contents: There are three diagnoses of nursing, namely acute pain, readiness to
improve koping, fatigue. From the diagnosis of acute pain the author trains Ny. S
and family with progressive muscle relaxation therapy and from progressive
muscle relaxation therapy action the authors evaluate that blood pressure is stable
because Ny. S do it seriously.
And the diagnosis of readiness to improve coping authors motivate the
maintenance of nutrients from food especially recommended and which is avoided
for hypertension disease.
The third diagnosis of fatigue the author teaches how to manage daily activities.
Conclusion: Family nursing care on Ny. S indicates that hypertension requires
comprehensive management which requires cooperation between the officer and
the family, in particular to improve the health status of the pain and avoid
recurrence.

____________________________________________
1
Student D III Nursing Stikes Bhakti Mandala Hus.ada Slawi
2
Supervisor 1 Stikes Bhakti Mandala Husada Slawi
3
Counselor 2 Puskesmas Adiwerna
4
Lecturer examiners Stikes Bhakti Mandala Husada Slawi

xiv
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ........................................................................................... i

Halaman Pernyataan Keaslian Tulisan ...................................................... ii

Lembar Orisinalitas ....................................................................................... iii

Lembar Persetujuan ...................................................................................... iv

Lembar Pengesahan ....................................................................................... v

Kata Pengantar .............................................................................................. vi

Abstrak ....................................................................................................... viii

Abstract ....................................................................................................... ix

Daftar isi ....................................................................................................... x

Daftar Lampiran ............................................................................................ xii

BAB 1 Pendahuluan ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 5

1.3 Tujuan ................................................................................. 5

1.4 Manfaat Studi Kasus ............................................................ 6

BAB 2 Tinjauan Pustaka ........................................................................ 7

2.1 Konsep Dasar Penyakit ........................................................ 7

2.2 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi pada

Tahap Perkembangan Lanjut Usia denganGangguan Pemenuhan

Kenyamanan Nyeri .............................................................. 15

2.3 Kebutuhan Kenyamanan Pada Hipertensi ........................... 35

xv
BAB 3 Metodologi Penulisan .................................................................. 42

3.1 Rancangan Studi Kasus ....................................................... 42

3.2 Subjek Studi Kasus .............................................................. 42

3.3 Fokus Studi .......................................................................... 43

3.4 Definisi Operasional ............................................................ 43

3.5 Tempat dan Waktu ............................................................... 44

3.6 Pengumpulan Data ............................................................... 44

3.7 Penyajian Data ..................................................................... 45

3.8 Etika Studi Kasus ................................................................. 46

BAB 4 Hasil Studi Kasus Dan Pembahasan ......................................... 47

4.1 Hasil Studi Kasus ................................................................. 47

4.2 Pembahasan ......................................................................... 80

4.3 Keterbatasan ........................................................................ 96

BAB 5 Penutup ........................................................................................ 98

5.1 Kesimpulan .......................................................................... 98

5.2 Saran .................................................................................... 99

Daftar Pustaka................................................................................................ 101

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent

Lampiran 2 Penjelasan untuk Mengikuti Studi Kasus

Lampiran 3 Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Hipertensi

Lampiran 4 Leaflet Hipertensi

Lampiran 5 Bukti Proses Bimbingan

xvii
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Hipertensi menempati rangking pertama sebagai penyebab stroke dan

serangan jantung, serta merupakan faktor utama dalam gagal jantung

kongestif.Keadaan hipertensi tersebut salah satu penyakit yang paling umum

dan paling berbahaya dalam kehidupan modern.Sekitar 20% dari semua orang

dewasa menderita hipertensi dan menurut statistik angka ini terus meningkat.

Sekitar 40% dari semua kematian di bawah usia 64 tahun adalah akibat

tekanan darah tinggi dan 40% lainnya dari semua orang yang pensiun dini

adalah akibat penyakit-penyakit kardiovaskular, dimana hipertensi sering

menjadi penyebabnya (Mohani, 2014).

Data World Health Organization (WHO) tahun 2011 menunjukkan

satu milyar orang di dunia menderita hiperensi, 2/3 diantaranya berada di

negara berkembang yang penghasilan rendah sampai sedang. Prevalensi

hipertensi akan terus meningkat tajam dan diprediksi pada tahun 2025

sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia terkena hipertensi. Hipertensi

telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun, dimana

1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara yang 1/3 populasinya menderita

hipertensi sehingga dapat menyebabkan peningkatan beban biaya kesehatan

(Riskesdas, 2013).

Berdasarkan Riskesdas (2013) prevalensi hipertensi nasional sebesar

25,8%, tertinggi di Kepulauan Bangka Belitung (30,9%), sedangkan terendah

1
2

di Papua (16,8%). Berdasarkan data tersebut dari 25,8% orang yang

mengalami hipertensi hanya 1/3 yang telah dilakukan pengobatan, sisanya 2/3

tidak melakukan pengobatan. Peningkatan berbagai fasilitas dan pelayanan

kesehatan serta kesejahterahan penduduk saat ini diketahui menyebabkan

peningkatan usia harapan hidup (UHH) yang berdampak pada semakin

meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia. Jumlah penduduk lansia di

Indonesia mencapai 24 juta jiwa yang merupakan jumlah terbesar keempat di

dunia setelah China, India dan Amerika Serikat.

Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi

hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥ 18

tahun sebesar 25,8% , tertinggi di Bangka Belitung 30,9% , diikuti Kalimantan

Selatan 30,8% , Kalimantan Timur 29,6% dan Jawa Barat 29,4%.Salah satu

provinsi dengan angka hipertensi di Indonesia adalah Jawa Tengah.Prevalensi

hipertensi di provinsi ini lebih tinggi dari rata – rata prevalensi nasional, yaitu

mencapai 37%. Selain termasuk dalam provinsi dengan prevalensi tertinggi

data dari Badan Pusat Statistik (2014) menyatakan bahwa Jawa Tengah juga

termasuk yang memiliki UHH yang cukup tinggi di Indonesia yaitu 72,6

tahun.

Hal yang diduga menjadi faktor risiko hipertensi salah satunya perilaku

lansia laki-laki merokok.Provinsi Jawa Tengah dengan komoditas yang paling

terkenal berupa tembakau, yang menyebabkan rokok sebagai produk olahan

utama tembakau yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Brebes dari hasil pengukuran

hipertensi pada tahun 2015 adalah 25,31% dengan urutan ke 17 dari 35

2
3

kabupaten. Kabupaten / Kota dengan persentase hipertensi tertinggi adalah

Wonosobo yaitu 42,82% , diikuti Kota Tegal urutan ke 7 dari 13 kabupaten.

Sasaran pelayanan kesehatan penderita hipertensi adalah penduduk usia 15

tahun keatas. Penderita hipertensi esensial atau hipertensi tanpa komplikasi

memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar dan upaya promosi kesehatan

melalui modifikasi gaya hidup di Fasilitas Kesahatan Tingkat Pertama

(FKTP). Sasaran hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan

hipertensi sistolik terisolasi (HST), peningkatan tekanan sistolik menyebabkan

besarnya kemungkinan timbulnya kejadian stroke walaupun tekanan

diastoliknya dalam batas normal.

Salah satu tanda dan gejala hipertensi adalah nyeri kepala.Nyeri kepala

terjadi karena adanya aterosklerosis yang menyebabkan spasme pada

pembuluh darah (arteri) dan penurunan O2 (oksigen) di otak.Nyeri kepala

karena hipertensi dikategorikan sebagai nyeri kepala intrakranial yaitu jenis

nyeri kepala migren dimana nyeri kepala tipe ini sering diduga akibat

fenomena vaskular abnormal.Walaupun mekanisme yang sebenarnya belum

diketahui, nyeri kepala ini sering ditandai sensasi prodromal, misal

penglihatan kabur, auravisual atau tipe sensorik halusinasi. Biasanya gejala

timbul 30 menit sampai 1 jam sebelum nyeri kepala. Salah satu teori penyebab

nyeri kepala migrain ini akibat dari emosi atau ketegangan yang berlangsung

lama yang akan menimbulkan reflek vasospasme beberapa pembuluh arteri

kepala termasuk pembuluh arteri yang memasok ke otak. Secara teoritis,

3
4

vasopasme yang terjadi akan menimbulkan iskemik pada bagian otak sehingga

terjadi nyeri kepala (Alimul, 2008).

Upaya penanganan hipertensi dapat dilakukan secara nonfarmakologis

sebagai usaha untuk mengurangi beban biaya kesehatan salah satunya dengan

penerapan kompres hangat.Nyeri tersebut dapat ditangani dengan

penatalaksanaan nonfarmakologis, salah satunya yaitu dengan menggunakan

kompres hangat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

pemberian kompres hangat pada leher berpengaruh terhadap penurunan

insensitas nyeri kepala pada pasien hipertensi.Upaya yang telah dilakukan

pemerintah dalam pencegahan dan pengendalian hipertensi diantaranya

pertama meningkatkan kondisi kesehatan melalui KIE (Komunikasi Informasi

Edukasi) dalam pengendalian hipertensi dengan perilaku “Cek kesehatan

secara berkala (CERDIK).Kedua meningkatkan pencegahan dan pengendalian

hipertensi berbasis masyarakat dengan “Self Awareness (Kesadaran Diri)”

melalui pengukuran tekanan darah secara rutin. Ketiga penguatan pelayanan

kesehatan khususnya hipertensi, pemerintah telah melakukan berbagai upaya

seperti : meningkatkan akses ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP),

optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan.Kesenjangan di

masyarakat ada orang yang memeriksakan ke pelayan kesehatan dan ada pula

yang tidak periksa ke pelayan kesehatan.Bahkan tidak ada pula yang tidak

mengetahui bahwa dirinya menderita hipertensi.(Kemenkes, 2013).

Berdasarkan dari uraian di atas dapat diketahui bahwa jumlah


penderita hipertensi cukup tinggi, oleh karena itu pengkajian terhadap pasien
dengan itu pengkajian terhadap pasien hipertensi dalam sebuah karya tulis

4
5

ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Tahap


Perkembangan Lanjut Usia Hipertensi dengan Gangguan Pemenuhan
Kenyamanan Nyeri di Desa Kalimati Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal”.

1.2.Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran “Asuhan Keperawatan Keluarga dengan
Hipertensi pada Tahap Perkembangan Lanjut Usia dengan Gangguan
Pemenuhan Kenyamanan Nyeri di Desa Kalimati Kecamatan Adiwerna
Kabupaten Tegal”.

1.3.Tujuan
1.3.1. Tujuan umum
Harap untuk mengetahui “Asuhan Keperawatan Keluarga
dengan Hipertensi pada Tahap Perkembangan Lanjut Usia dengan
Gangguan Pemenuhan Kenyamanan Nyeri di Desa Kalimati
Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal”.
1.3.2. Tujuan khusus
1. Mengetahui proses pengkajian pada “Asuhan Keperawatan
Keluarga dengan Hipertensi pada Tahap Perkembangan Lanjut
Usia dengan Gangguan Pemenuhan Kenyamanan Nyeri di Desa
Kalimati Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal”.
2. Mengetahui penegakan diagnosa pada “Asuhan Keperawatan
Keluarga dengan Hipertensi pada Tahap Perkembangan Lanjut
Usia dengan Gangguan Pemenuhan Kenyamanan Nyeri di Desa
Kalimati Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal”.
3. Mengetahui intervensi pada “Asuhan Keperawatan Keluarga
dengan Hipertensi pada Tahap Perkembangan Lanjut Usia dengan

5
6

Gangguan Pemenuhan Kenyamanan Nyeri di Desa Kalimati


Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal”.
4. Mengetahui implementasi pada “Asuhan Keperawatan Keluarga
dengan Hipertensi pada Tahap Perkembangan Lanjut Usia dengan
Gangguan Pemenuhan Kenyamanan Nyeri di Desa Kalimati
Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal”.
5. Mengetahui evaluasi pada “Asuhan Keperawatan Keluarga dengan
Hipertensi pada Tahap Perkembangan Lanjut Usia dengan
Gangguan Pemenuhan Kenyamanan Nyeri di Desa Kalimati
Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal”.
6. Mengetahui pembahasan pada “Asuhan Keperawatan Keluarga
dengan Hipertensi pada Tahap Perkembangan Lanjut Usia dengan
Gangguan Pemenuhan Kenyamanan Nyeri di Desa Kalimati
Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal”.

1.4.Manfaat Studi Kasus


a. Bagi masyarakat
Membudayakan pengelolaan kebutuhan kenyamanan pada lansia
hipertensi.
b. Bagi perkembangan ilmu dan teknologi keperawatan
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan
dalam kebutuhan kenyamanan pada lansia hipertensi
c. Bagi penulis
Sebagai sarana memperoleh informasi dan pengetahuan serta pengalaman
dalam melakukan asuhan keperawatan pada lansia hipertensi.

6
7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit

2.1.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi dalam bahasa inggrisnya Hypertension,

Hypertension berasal dari dua kata yaitu Hyperyang berarti tinggi dan

Tension yang berarti tegangan (Ahmad, 2014).

Tekanan darah adalah daya yang digunakan oleh arus darah

yang merupakan dinding pembuluh nadi.Setiap kali jantung

berdenyut, tekanannya bertambah.Setiap kali jantung rileks,

tekanannya menurun. Ukuran tekanan darah yang dianggap normal

adalah 100 sampai 140 untuk tekanan systole dan 60 sampai 90 untuk

tekanan diastolik (Sitorus, 2008).

2.1.2 Tanda dan Gejala Hipertensi

Menurut Harmoko (2012), tanda dan gejala hipertensi yaitu:

mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah,

mual muntah, kesadaran menurun.

2.1.3 EtiologiHipertensi

Menurut Harmoko (2012), pada umumnya hipertensi tidak

mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik). Hipertensi terjadi

sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan

7
8

perifer. Menurut Ali (2009) menjelaskan beberapa faktor yang

mempengaruhi terjadinya hipertensi:

1. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainaneksresi

atau transport Na.

2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang

mengakibatkan tekanan darah meningkat.

3. Stress Lingkungan.

4. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua

serta pelebaran pembuluh darah.

Menurut Kartika (2013), menjabarkan klasifikasi nyeri

hipertensiberdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2

golongan yaitu:

1. Hipertensi Primer

Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang

mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas,

susunan saraf simpatik, sistem rennin angiotensin, efek dari

eksresi Na, obesitas. Ciri lainnya yaitu: umur (jika umur

bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih

tinggi dari perempuan), ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit

putih), kebiasaan hidup (konsumsi garam yang tinggi melebihi

dari 30 gr, kegemukan atau makan berlebihan, stres, merokok,

minum alkohol, dan minum obat-obatan (ephedrine, prednison,

epineprin).

8
9

2. Hipertensi Sekunder

Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler

renal, diabetes melitus, stroke.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah

terjadinya perubahan-perubahan pada:

1. Elastisitas dinding aorta menurun.

2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.

3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah

menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena

kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi

Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

2.1.4 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi

pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak.Dari

pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke

bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis

ganglia simpatis di toraks dan abdomen.Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui

sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut

saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

9
10

dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh

darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokonstriksi.Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap

norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal

tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal

juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas

vasokonstriksi.Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang

menyebabkan vasokonstriksi.Korteks adrenal mensekresi kortisol dan

steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor

pembuluh darah.Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran

ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.Rennin merangsang

pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi

angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya

merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.Semua faktor ini

cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan

fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada

perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan

10
11

tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan

penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada

gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang

pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang

kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa

oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang

jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2008).

2.1.5 Pathway

Nyeri Tengkuk

(Ali, 2009)

Hipertensi adalah kondisi dimana tekanan darah dalam pembuluh darah

menjadi meningkat melebihi angka normal (120/80). Pada penderita

11
12

hipertensi,pembuluh darahnya cenderung kaku dan menyempit dimana hal

tersebut dapat menghambat aliran darah. Seperti yang kita tahu,darah

merupakan suatu metode transportasi oksigen ke jaringan tubuh.

Berkurangnya suplai oksigen ke otot,termasuk otot di tengkuk,akan

menyebabkan kekakuan dan juga nyeri(Heni,2009).

2.1.6 Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas

dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan

dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90

mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:

1. Terapi tanpa obatterapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan

untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada

hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi: diet

destriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr, diet

rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh.

2. Penurunan berat badan

3. Penurunan asupan etanol

4. Menghentikan merokok

5. Latihan Fisik

12
13

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang

dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang

mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis

dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-

lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas

aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut

zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit

berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x

perminggu dan paling baik 5 x perminggu

6. Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:

1) Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk

menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan

tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.

Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi

gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk

gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

2) Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan

untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara

13
14

melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam

tubuh menjadi rileks Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan).

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan

pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan

pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan

hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

7. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan

darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi

akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan

hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli

Hipertensi (Joint National Committee On Detection, Evaluation

And Treatment Of High Blood Pressure, Usa, 1988)

menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis

kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat

tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan

penyakit lain yang ada pada penderita.

14
15

2.2 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Tahap Perkembangan

LansiapadaHipertensidengan Gangguan Pemenuhan Kenyamanan

Nyeri

Asuhan keperawatan keluarga tahap perkembangan lansia yang

diadopsi dari Setiadi (2008), menjelaskan bahwa asuhan keperawatan

keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan

pendekatan sistematis untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu

sebagai anggota keluarga. Tahapan dari proses keperawatan keluarga

sebagai berikut:

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tahap awal melakukan proses

asuhan keperawatan.

2.2.1.1 Mengidentifikasi Data

Data-data yang menggambarkan keluarga dalam

istilah-istilah dasar dimasukkan dalam bagian ini: nama

keluarga, alamat dan nomor telepon, komposisi keluarga.

1. tipekeluarga, yang digunakan dalam jenis tipe keluarga

yang mempengaruhi hipertensi yaitu: The Nuclear family

(keluarga inti), keluarga yang terdiri dari suami, istri dan

anak.

2. Suku bangsa yaitu kebudayaan yang dianut dalam keluarga

seperti sebelum makan berdo’a terlebih dahulu dan tidak

bertentangan dengan masalah kesehatan.

15
16

3. Latar belakang budaya menjelaskan tentang latar belakang

etnis keluarga atau anggota keluarga, tempat tinggal

keluarga, kegiatan keagamaan, sosial, budaya, rekreasi,

bahasa yang digunakan di rumah.

4. Identifikasi religius, apakah anggota keluarga berbeda

dalam praktik keyakinan beragama mereka.

5. Status sosial, berdasarkan pekerjaan, pendidikan dan

pendapatan yang meliputi status ekonomi, siapa yang

menghidupi keluarga, apakah keluarga menerima bantuan

atau tambahan keluarga, jika demikian darimana.

6. Aktivitas diwaktu luang, mengidentifikasi aktivitas

keluarga, jenis dan berapa kali aktivitas, menggali peran

dari anggota keluarga tentang aktivitas rekreasi atau waktu

luang.

2.2.1.2 Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga (Setiadi, 2008).

Yang perlu dikaji pada tahap perkembangan adalah:

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan

anak tertua dari keluarga inti. Pada penelitian ini Penulis

akan mengambil keluarga dengan tahap perkembangan

lansia.

16
17

2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Tugas perkembangan keluarga dapat diketahui dari

masalah atau yang akan menjadi penyebab tugas

perkembangan belum terpenuhi. Berikut ini tugas

perkembangan keluarga tahap lansia, yaitu :

Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan,

Mempertahankan hubungan pernikahan, Penyesuaian diri

terhadap kehilangan pasangan, Pemeliharaan ikatan

keluarga antar generasi (Bahtiar, 2010).

3. Riwayat keluarga Inti.

Pengkajian riwayat penyakit hipertensi yang

meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan

masing-masing anggota keluarga (khususnya tekanan

darah), perhatian terhadap pencegahan penyakit

(hipertensi), sumber pelayanan kesehatan yang bisa

digunakan serta riwayat perkembangan dan kejadian-

kejadian atau pengalaman penting yang berhubungan

dengan masalah hipertensi.

4. Riwayat keluarga sebelumnya

Perawat perlu mengkaji adanya riwayat hipertensi

dari anggota keluarga.

17
18

2.2.1.3 Data Lingkungan

1. Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasikan berdasarkan

penyebab stresor yang dapat mengeluhkan hipertensiyaitu

:dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan,

pemanfaatan ruangan.

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Salah satu faktor kebisingan dalam keluarga yang

dipengaruhi oleh penataan letak ruangan rumah diharapkan

mencegah tekanan darah sebagian dapat menurunkan nyeri

terhadap lansia yang mengalami hipertensi.

3. Mobilitas geografis keluarga

Yang dapat mempengaruhi kejadian nyeri pada

lansia yang menderita hipertensi yaitu banyak aktivitas

pada lansia, perubahan tempat tinggal.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Yang dapat mempengaruhi aktivitas lansia

hipertensi di masyarakat seperti jalan-jalan, akan

menyebabkan lansia tersebut menjadi kelelahan sehingga

tekanan darahnya menjadi meningkat.

5. Sistem pendukung keluarga

Penanganan nyeri anggota keluarga lansia yang

membantu memfasilitasi.

18
19

2.2.1.4 Struktur Keluarga

1. Pola komunikasi keluarga

Yang mempengaruhi keluarga dalam mengobservasi

secara keseluruhan dan rangkaian hubungan dari keluarga

bagaimana komunikasi fungsional dan disfungsional

digunakan secara terus-menerus, bagaimana keadaan

emosional (afektif) berdampak pada hipertensi dan nyeri.

2. Struktur kekuasaan

Keputusan yang perlu diambil, bagaimana

pentingnya keputusan bagi keluarga, teknik-teknik apa

yang digunakan ketika lansia mengalami nyeri.

3. Struktur pesan

Peran formal lansia berkurang seperti sebagai

provider atau penyedia sehingga menjadi penyebab stresor

yang dapat menyebabkan nyeri.Peran informal lansia

sebagai pencari nafkah atau mengurus pekerjaan rumah

tangga berkurang karena terhalang nyeri oleh penyakit

hipertensi.

4. Nilai atau norma keluarga

Banyak lansia meyakini penyakitnya tersebut tidak

parah, sehingga sulit diajak untuk memeriksakan

kesehatannya ke pelayanan kesehatan.

19
20

2.2.1.5 Fungsi Keluarga

1. Fungsi afektif

Keluarga merasakan hal-hal yang dibutuhkan oleh

individu lain dalam keluarga tersebut. Keluarga yang

kurang memperhatikan lansia yang

menderitahipertensiakan menimbulkan komplikasi yang

lebih lanjut.

2. Fungsi sosialisasi

Keluarga yang memberikan kebebasan pada lansia

yang menderita hipertensi untuk berinteraksi dengan

lingkungan akan mengurangi tingkat stres pada lansia.

3. Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan

makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota

keluarga yang sakit.Sejauh mana pengetahuan keluarga

mengenai sehat sakit.Kesanggupan keluarga di dalam

melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari

kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan

keluarga, yaitu mampu mengenalkan masalah kesehatan

hipertensi dalam keluarga, mengambil keputusan untuk

mengatasi nyeri yang dialami lansia akibat hipertensi,

merawat lansia yang menderita hipertensi agar tidak

mengeluh nyeri, menciptakan lingkungan yang nyaman

20
21

agar tidak terjadi nyeri, memanfaatkan fasilitas kesehatan

untuk dapat memeriksakan kesehatannya secara rutin bila

ada keluhan nyeri hipertensi pada lansia.

4. Fungsi reproduksi

Metode yang digunakan lansia hipertensidalam

upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga dengan

menggunakan KB.Keluarga tidak merencanakan lagi

jumlah anggota keluarga.

5. Fungsi ekonomi

Keadaan ekonomi rendah menyebabkan penyakit

hipertensitidak diperhatikan perawatan ataupun pengobatan

sehingga sering terjadi nyeri.Keluarga memanfaatkan

sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan

status kesehatan keluarga.Keluarga memenuhi kebutuhan

sandang, papan dan pangan.(Mubarok, 2012).

2.2.1.6 Koping Keluarga

Apabila terdapat stresor yang muncul dalam lansia

sedangkan koping keluarga tidak efektif, maka ini akan

menjadi stres pada lansia yang menderita hipertensi karena

salah satu cara mengatasi kekambuhan nyeri dengan menjaga

diit yang teratur dan mengurangi stres.

21
22

2.2.1.7 Pemeriksaan Fisik

Menurut Imam (2015), pengkajian khusus pada

anggota keluarga yang menderita hipertensi adalah sebagai

berikut:

1. Kesadaran

Perawat mengobservasi keadaan klien (Baip, 2008).

Kompos mentis.

Definisi : Keadaan pasien sadar penuh, baik terhadap

lingkungan maupun terhadap dirinya sendiri.

Gcs : 15-14.

Apatis.

Definisi : Keadaan pasien dimana tampak acuhtak acuh dan

segan terhadap lingkungannya.

Gcs : 13-12.

Delirium.

Definisi : Keadaan pasien mengalami penurunan kesadaran

disertai kekacauan motorik serta siklus tidur bangun yang

terganggu.

Gcs : 11-10.

Somnolen.

Definisi : Keadaan pasien mengantuk yang dapat pulih jika

dirangsang, tapi jika rangsangan itu berhenti pasien akan

tidur kembali.

22
23

Gcs : 9-7.

Sopor (stupor).

Definisi : Keadaan pasien mengantuk yang dalam.

Gcs : 6-5.

Semi-koma (koma ringan).

Definisi : keadaan pasien mengalami penurunan kesadaran

yang tidak memberikan respons rangsang terhadap

rangsang verbal, serta tidak mampu untuk di bangunkan

sama sekali, tapi respons terhadap nyeri tidak adekuat serta

reflek (pupil & kornea) masih baik.

Gcs : 4.

Koma

Definisi : keadaan pasien mengalami penurunan kesadaran

yang sangat dalam, tidak terdapat respons pada rangsang

nyeri serta tidak ada gerakan spontan.

Gcs : 3.

2. Vital sign

Pemeriksaan ini meliputi pengukuran tekanan darah, suhu,

nadi, dan pernafasan lansia yang bertujuan untuk

mengetahui kondisi lansia.Ukuran tekanan darah yang

dianggap normal adalah 100 sampai 140 untuk tekanan

systole dan 60 sampai 90 untuk tekanan diastolik

3. Pemeriksaan fisik kepala

Bagaimana bentuk kepala, kondisi kepala apakah ada luka,

bagaimana ekspresi wajah klien apakah klien terlihat lemas

23
24

atau merasa pusing, bagaimana kondisi klien apakah

konjungtiva klien anemis, bagaimana kondisi hidung,

telinga klien, bagaimana kondisi mulut apakah pucat atau

kotor, bagaimana kondisi leher apakah terdapat kelenjar

tiroid,

4. Pemeriksaan fisik jantung

Gejala: kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup

monoton.

Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama

jantung, takipnea.

5. Pemeriksaan fisik paru

Gejala: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas kerja,

riwayat merokok

Tanda: sianosis, bunyi nafas tambahan (mengi/ krakles)

6. Pemeriksaan fisik abdomen

Mengkaji bagaimana kondisi abdomen, apakah ada luka

dan nyeri tekan, bagaimana kondisi saat diperkusi,

bagaimana bunyi abdomen, adakah peningkatan peristaltik

usus.

7. Integritas ego

Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, luapan

suasana hati, peningkatna pola bicara.

24
25

8. Eliminasi

Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu.

9. Neurosensori

Keluhan pusing, kelemahan, gangguan penglihatan.

10. Nyeri/ ketidaknyamanan

Nyeri hilang dan timbul pada tungkai, sakit kepala.

11. Keamanan

Hipotensi postural.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan (Nanda, 2015-2017)

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada keluarga lansia

hipertensi :

2.2.2.1 Nyeri akut

Batasan karakteristik :

1. Dilatasi pupil

2. Mengekspresikan perilaku ( gelisah, menangis, merengek)

3. Sikap melindungi area nyeri

4. Agen cidera biologis ( infeksi, iskemia, neoplasma)

5. Putus asa

6. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri

7. Fokus pada diri sendiri

8. Fokus menyempit (persepsi waktu, proses berpikir,

interaksi orang dan lingkungan)

2.2.2.2 Intoleransi aktivitas

25
26

Batasan karakteristik:

1. Keletihan

2. Dispnea setelah beraktivitas

3. Ketidak nyamanan setelah beraktivitas

4. Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas

5. Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas

2.2.2.3 Resiko sindrom lansia lemah

Batasan karakteristik :

1. Isolasi sosial

2. Intoleransi aktivitas

3. Penurunan curah jantung

4. Hambatan berjalan

5. Hambatan mobilitas fisik

2.2.2.4 Ketidakefektifan manajemen kesehatan

Batasan karakteristik:

1. Kegagalan melakukan tindakan untuk mengurangi faktor

resiko

2. Kesulitan dengan reqimen yang diprogramkan

3. Kegagalan memasukkan reqimen pengobatan dalam

kehidupan sehari-hari

2.2.2.5 Ketidak efektifan koping

Batasan karakteristik:

1. Letih

2. Sering sakit

26
27

3. Perubahan pola tidur

4. Kurang resolusi masalah

5. Perubahan pola komunikasi

6. Perilaku mengambil resiko

7. Perubahan konsetrasi

8. Strategi koping tidak efektif

9. Ketidak mampuan mengikuti informasi

10. Ketidak mampuan mengatasi masalah

2.2.2.6 Ketidak efektifan performa peran

Batasan karakteristik:

1. Ansietas

2. Depresi

3. Kurang motivasi

4. Menyangkal peran

5. Konflik peran

6. Konflik sistem

7. Ketidak puasan peran

8. Ketidak pastian

9. Kurang keterampilan

10. Kurang manajemen diri

2.2.3 Penerapan prioritas masalah

27
28

Setelah menentukan masalah atau diagnosis keperawatan,

langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah

kesehatan dan keperawatan keluarga.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prioritas masalah adalah

sebagai berikut :

1. Tidak mungkin masalah-masalah kesehatan dan keperawatan

yang ditemukan dalam keluarga dapat diatasi sekaligus

2. Perlu mempertimbangkan masalah-masalah yang dapat

mengancam kehidupan keluarga, seperti masalah penyakit

3. Perlu mempertimbangkan respon dan perhatian keluarga

terhadap asuhan keperawatan yang akan diberikan

4. Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang

mereka hadapi

5. Sumber daya keluarga yang dapat menunjang pemecahan

masalah kesehatan/keperawatan keluarga

6. Pengetahuan dan kebudayaan keluarga.

Skala Untuk Menentukan Prioritas

28
29

Asuhan Keperawatan Keluarga

NO KRITERIA BOBOT
1. Sifat masalah 1
Skala : Tidak/ kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat dirubah 2
Skala : Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3. Potensial masalah untuk dicegah 1
Skala : Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 1
Skala : Masalah berat harus segera ditangani 2
Ada masalah tetapi tidak perlu 1
ditangani
Masalah tidak dirasakan 0
Skoring :

Menurut Harmoko (2012), prioritas masalah kesehatan keluarga

dengan menggunakan proses skoring, proses skoring dilakukan

untuk setiap diagnosis keperawatan dengan cara berikut ini

:Tentukan skore untuk kriteria yang telah dibuat selanjutnya skore

dibagi dengan angka tertinggi yang dikalikan dengan bobot.

𝑆𝑘𝑜𝑟𝑒
𝑥𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛

2.2.4 Tahap Perencanaan (Wilkinson, 2013).

1. Nyeri akut

Kriteria hasil : keluarga mampu merawat anggota keluarga

yang sakit

NOC : Pengendalian nyeri

29
30

Indikator

1. Ekspresi nyeri pada wajah

2. Gelisah atau ketegangan otot

3. Durasi episode nyeri

4. Merintih dan menangis

NIC : Manajemen nyeri

Indikator

1. Ajarkan kompres hangat

2. Ajarkan teknik relaksasi

2. Intoleransi aktivitas

Kriteria hasil : keluarga mampu memutuskan tindakan yang

tepat bagi anggota keluarga yang sakit

NOC : Penghematan energi

Indikator

1. Menyadari keterbatasan energi

2. Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat

3. Mengatur jadwal aktivitas untuk menghemat energi

NIC : Manajemen energi

Indikator

1. Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas

2. Bantu dengan aktivitas fisik teratur (misalnya ambulasi,

berpindah, perawatan personal)

30
31

3. Batasi rangsangan lingkungan (seperti cahaya dan

kebisingan) untuk memfasilitasi relaksasi

4. Rencanakan aktivitas pada periode saat pasien memiliki

energi paling banyak

3. Ketidak efektifan koping

Kriteria hasil : keluarga mampu mengenal anggota keluarga

yang sakit

NOC : Koping

indikator

1. Menggunakan perilaku untuk menurunkan stress

2. Mengidentifikasi berbagai strategi koping

3. Melaporkan penurunan perasaan negatif

4. Mencari informasi terkait dengan penyakit dan

pengobatan

NIC : Peningkatan Koping

Indikator

1. Beri informasi faktual yang terkait dengan diagnosis

terapi dan prognosis

2. Anjurkan pasien menggunakan teknik relaksasi

3. Ajarkan strategi penyelesaian masalah

2.2.5 Tahap Pelaksanaan Keperawatan Keluarga

Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses

perawatan keluarga dimana perawat mendapatkan untuk

31
32

membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan perbaikan

ke arah perilaku hidup sehat. Adanya kesulitan, kebingungan

serta ketidakmampuan yang dihadapi keluarga harus menjadikan

perhatian.Oleh karena itu, diharapkan perawat dapat

memberikan kekuatan dan membantu mengembangkan potensi-

potensi yang ada, sehingga keluarga mempunyai kepercayaan

diri dan mandiri dalam menyelesaikan masalah.

Perawat harus memahami teknik-teknik motivasi guna

membangkitkan minat keluarga dalam berperilaku hidup sehat.

Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di bawah ini:

1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal

masalah dan kebutuhan kesehatan dan harapan tentang

kesehatan, serta menolong sikap emosi yang sehat terhadap

masalah.

2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan

yang tepat dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk

tidak melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber

yang dimiliki keluarga dan mendiskusikan konsekuensi

setiap tindakan.

3. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat

lingkungan menjadi sehat dengan menemukan sumber-

sumber yang dapat digunakan keluarga dan melakukan

perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

32
33

4. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas

kesehatan dengan cara mengenal fasilitas kesehatan yang

ada di lingkungan keluarga dan membantu keluarga cara

menggunakan fasilitas tersebut (Mubarak, 2012).

2.2.6 Tahap Evaluasi

Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan,

tahap penilaian dilakukan untuk melihat keberhasilannya.Bila

tidak/ belum berhasil, maka perlu disusun rencana baru yang

sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat

dilakukan dalam sekali kunjungan ke keluarga. Oleh karena itu,

kunjungan dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan

waktu dan kesediaan keluarga. Langkah-langkah dalam

mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diberikan

sebagai berikut:

1. Tentukan garis besar masalah yang dihadapi dan bagaimana

keluarga mengatasi masalah tersebut.

2. Tentukan bagaimana rumusan tujuan perawatan yang akan

dicapai.

3. Tentukan kriteria dan standar untuk evaluasi.

4. Tentukan metode atau teknik evaluasi yang sesuai sumber-

sumber data yang diperlukan.

5. Bandingkan ke arah yang nyata (sesudah perawatan) dengan

kriteria dan standar untuk evaluasi.

33
34

6. Identifikasi penyebab atau alasan penampilan yang tidak

optimal atau pelaksanaan yang kurang memuaskan.

Perbaikan tujuan berikutnya, bila tujuan tidak

tercapai.Perlu ditentukan alasan kemungkinan tujuan tidak

realistis, tindakan tidak tepat atau kemungkinan ada faktor

lingkungan yang tidak dapat diatasi (Mubarak, 2012).

2.3 Kebutuhan Kenyamanan pada Hipertensi

2.3.1 Pengertian Kebutuhan Kenyamanan

Gangguan kenyamanan berarti keadaan ketika klien

mengalami sensasi tidak menyenangkan dalam berespon terhadap

suatu rangsangan yang berbahaya.Nyeri merupakan perasaan dan

pengalaman emosional yang timbul dari kerusakan jaringan yang

actual dan potensial atau gambaran adanya kerusakan.Kenyamanan

merupakan rasa sejahtera atau nyaman secara mental, fisik atau sosial

(Anggraini, 2009).

2.3.2 Gangguan Kebutuhan Kenyamanan Nyeri Akut

1. Gangguan persepsi sensori

Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang

berbahaya seperti gangguan penciuman dan penglihatan.

2. Gangguan imunitas

Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang

sehingga mudah terserang penyakit.

34
35

3. Gangguan status nutrisi

Keadaan yang kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan

2.3.3 Pengaturan pada Terapi Hipertensi

2.3.3.1 Relaksasi Nafas Dalam

Relaksasi nafas dalam yaitu suatu bentuk asuhan

keperawatan yang mengajarkan kepada pasien mengenai teknis

nafas dalam, nafas lambat dan menghembuskan nafas secara

perlahan.Selain itu relaksasi nafas dalam juga dapat dilakukan

dengan latihan olah nafas bermeditasi, seperti yoga yang

efektif untuk menurunkan hormon penyebab stress.Terapi

nafas dalam dalam dapat meningkatkan saturasi oksigen,

memperbaiki keadaan oksigen dalam darah, dan membuat

suatu keadaan rileks dalam tubuh.

2.3.3.2 Pijat Refleksi Kaki

Pijat refleksi dan hipnoterapi merupakan salah satu

bentuk penanganan non medis pada pasien yang menderita

hipertensi.Pijat refleksi kaki dan hipnoterapi, metode ini

dipilih karena kecilnya efek samping yang timbul dan lebih

ekonomis. Proses pijat refleksi kaki hanyalah menggunakan

tangan manusia.

2.3.3.3 Terapi Aromaterapi

Aromaterapi merupakan salahsatu terapi komplementer

yang dapatdigunakan untuk mengatasi insomnia.Aromaterapi

35
36

memiliki efekmenenangkan atau rileks untuk beberapa

gangguan misalnya mengurangi kecemasan, ketegangan dan

insomnia. Terapi komplementerdan Alternatif mempunyai

hubungan dengan nilai praktek keperawatan, hal tersebut

dimasukkan dalam kepercayaan holistik manusia yaitu

keperawatan secara menyeluruh bio, psiko, sosial, spiritual,

dan kultural yang tidak dipandang pada keadaan fisik saja

tetapi juga memperhatikan aspek lainnya yang bertujuan untuk

penekanan dalam penyembuhan, pengakuan bahwa penyedian

hubungan klien sebagai partner, dan berfokus terhadap

promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. (Adiyati, 2010)

2.3.3.4 Terapi Otot Progresif

Relaksasi adalah satu teknik dalam terapi perilaku

untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan.Teknik ini dapat

digunakan oleh pasien tanpa bantuan terapis dan mereka dapat

menggunakannya untuk mengurangi ketegangan dan

kecemasan yang dialami sehari-hari di rumah.Istilah relaksasi

sering digunakan untuk menjelaskan aktifitas yang

menyenangkan.Rekreasi, olahraga, pijat, dan menonton

bioskop.Semua bentuk kegiatan yang dilakukan untuk

mendapatkan suasana rileks merupakan contoh yang banyak

dianggap sebagai relaksasi.

36
37

Oleh karena itu efek yang dihasilkan adalah perasaan

senang, relaksasi mulai digunakan untuk mengurangi

ketegangan psikis yang berkaitan dengan permasalahan

kehidupan.Tedapat banyak macam teknik relaksasi yang bisa

dilakukan. Terdapat empat macam tipe relaksasi, yaitu:

Relaksasi otot (progresive muscle relaxation), Pernafasan

(diaphragmatic breathing), Meditasi (attention-focussing

exercises), Relaksasi perilaku (behavioral relaxation training).

Dalam relaksasi otot (progresive muscle relaxation)

sendiri, individu akan diberikan kesempatan untuk

mempelajari bagaimana cara menegangkan sekelompok otot

tertentu kemudian melepaskan ketegangan itu. Bila sudah

dapat merasakan keduanya, klien mulai membedakan sensasi

pada saat otot dalam keadaan tegang dan rileks.

Sesuatu yang diharapkan disini adalah individu secara

sadar untuk belajar merilekskan otot-ototnya sesuai dengan

keinginannya melalui suatu cara yang sistematis. Subjek juga

belajar menyadari otot-ototnya dan berusaha untuk sedapat

mungkin mengurangi atau menghilangkan ketegangan otot

tersebut.

1) Jenis jenis dari relaksasi otot progresif (progresive muscle

relaxation/PMR) sendiri terdapat dua macam, yaitu:

Overt PMR (tense up and letting go)

37
38

Secara sadar menegangkan kelompok otot sekitar 5-10

detik dan kemudian melepaskannya selama kurang lebih 30

detik.Seringkali menggunakan 11 kelompok otot.

Covert PMR (letting go)

Jenis PMR yang hanya merilekskan kelompok otot tanpa

menegangkannya lebih dahulu.Dapat dipraktekkan sendiri,

tanpa latihan seperti jenis covert PMR dan seringkali

dikombinasikan dengan autogenik training.

2) Hal hal yang perlu juga diperhatikan dalam melakukan kegiatan

relaksasi otot progresif adalah:

Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat

melukai diri sendiri, untuk merilekskan otot-otot membutuhkan

waktu sekitar 20-50 detik posisi tubuh, lebih nyaman dengan

mata tertutup. Jangan dengan berdiri, menegangkan kelompok

otot dua kali tegangan, melakukan pada bagian kanan tubuh dua

kali, kemudian bagian kiri dua kali, memerikasa apakah klien

benar-benar rileks, terus menerus memberikan instruksi,

memberikan instruksi tidak terlalu cepat, dan tidak terlalu

lambat.

3) Manfaat Relaksasi Progresif

Manfaat dari relaksasi otot progresif ini sendiri adalah

untuk mengatasi berbagai macam permasalahan dalam

mengatasi stres, kecemasan, insomnia, dan juga dapat

38
39

membangun emosi positif dari emosi negatif.Keempat

permasalahan tersebut dapat menjadi suatu rangkaian bentuk

gangguan psikologis bila tidak diatasi.

Stres terhadap tugas maupun permasalahan lainnya,

yang tidak segera diatasi dapat memunculkan suatu bentuk

kecemasan dalam diri seseorang.Kecemasan itu sendiri bila

tidak juga diatasi dapat berakibat pada munculnya emosi

negatif baik terhadap permasalah yang timbul akibat stres juga

perilaku sehari-hari seseorang.Dan akibat dari itu semua

menyebabkan suatu bentuk gangguan tidur atau insomnia.Dan

relaksasi bisa digunakan agar seseorang kembali pada taraf

keadaan normal (Aslani, 2010).

2.3.4 Edukasi Pengaturan Kebutuhan Kenyamanan pada Hipertensi

Edukasi yang digunakan untuk penanganan nyeri pada

hipertensi, relaksasi nafas dalam yaitu suatu bentuk asuhan

keperawatan yang mengajarkan kepada pasien mengenai teknis nafas

dalam, nafas lambat dan menghembuskan nafas secara perlahan.Selain

itu relaksasi nafas dalam juga dapat dilakukan dengan latihan olah

nafas bermeditasi, seperti yoga yang efektif untuk menurunkan

hormon penyebab stres.Terapi nafas dalam dalam dapat meningkatkan

saturasi oksigen, memperbaiki keadaan oksigen dalam darah, dan

membuat suatu keadaan rileks dalam tubuh.

39
40

Kegiatan manajemen diri hipertensi mencakup modifikasi gaya

hidup yang tidak hanya penting untuk mengontrol hipertensijuga

sebagai landasan manajemen global pada banyak risiko aterosklerosis

(Purwati, 2008).

1. Aktivitas fisik, latihan aerobik merupakan cara yang mendukung

dalam menurunkan hipertensi. Pasien secara bertahap dapat

meningkatkan latihan selama 30 menit sampai 45 menit 3 sampai

5 kali perminggu. Intensitas seperti berjalan, jogging dapat

meningkatkan relaksasi, menurunkan atau mengontrol berat badan.

2. Diet garam, pengurangan intake sodium dari 2 ke 3 garam sodium

atau 6 garam sodium klorida perhari mendukung penurunan

tekanan darah. Menghindari makanan olahan, minuman berkarbon

dan banyak mengonsumsi sereal dapat menurunkan intake sodium.

3. Konsumsi kafein, terutama yang terkandung dalam makanan

seperti tape, dan kopi yang dapat menaikkan tekanan darah.

Perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia mengalami

banyak perubahan sehingga mempengaruhi sistem metabolisme dalam

tubuh.Faktor nutrisi perlu di kontrol untuk menghindari adanya

peningkatan tekanan darah pada lansia yang berdampak nyeri yang

dapat kambuh kembali. Hal-hal yang perlu diperhatikan khusus untuk

diit pada lansia:

1. Hendaknya lansia makan dengan porsi sedikit tapi sering

2. Makanan yang mudah dicerna

3. Makan makanan yang lembek untuk lansia yang kondisi giginya

kurang baik.

40
41

BAB 3

METODOLOGI PENULISAN

3.1 Rancangan Studi Kasus

Penulis menggunakan metode penelitian studi kasus.Studi kasus ini

dispesifikasikan menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untukklien

dan keluarga sesuai dengan kondisi dan status kesehatan klien untuk

memahami individu yang dilakukan secara integratif dan komperhensif agar

diperoleh pemahaman yang mendalam tentang klien yang memiliki penyakit

hipertensigangguan kenyamanan, yang bertujuan agar masalah dapat

terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang baik.

Penulis juga menggunakan metode deskriptif.Metode deskriptif adalah

suatu metodeyang digunakan untuk memecahkan masalah yang diteliti

melalui gambar keadaan objektif dalam penelitian.Asuhan keperawatan

keluarga lansia dengan hipertensi.

3.2 Subjek Studi Kasus

Subjek studi kasus dalam penulisan karya tulis ilmiah berjumlah

minimal dua klien individu dan keluarga yang telah diamati secara

mendalam.Subjek dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah keluarga

dengan lansia hipertensi. Peneliti menetapkan kriteria inklusi dan eksekusi

dalam pengambilan subjek studi kasus yaitu:

41
42

3.2.1 Kriteria Inklusi

1. Klien untuk usia lansia ≥ 60 tahun

2. Tidak memiliki gangguan pendengaran dan penglihatan

3. Riwayat hipertensi

3.2.2 Kriteria Ekslusi

Mengonsumsi obat sedatif jangka panjang.

3.3 Fokus Studi

Pemenuhan dasar kebutuhan kenyamanan adalah suatu keadaan telah

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketenteraman

(suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan

(kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang

melebihi masalah dan nyeri).Fokus studi pada penelitian ini memfokuskan

pada nyeri akut pada hipertensiyang dialami oleh lansia (Alimul, 2008).

3.4 Definisi Operasional

Kebutuhan Kenyamanan merupakan rasa sejahtera atau nyaman

secara mental, fisik atau sosial.Kenyamananfisik adalah rasa nyaman atau

sejahtera dan bebas dari rasa nyeri.Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul

secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan

ditandai adanya peningkatan tegangan otot.Nyeri akut menghilang dengan

atau tanpa pengobatan setelah keadaan pulih pada area yang rusak.

42
43

PQRST untuk Evaluasi Nyeri:

P : Paliatif atau penyebab nyeri (nyeri hipertensi)

Q : Quality/kualitas nyeri (seperti tertusuk-tusuk)

R : Region (daerah) lokasi atau penyebaran nyeri (daerah kepala menjalar

ketengkuk)

S : Skala mengenai tingkat nyerinya (skala 1 – 3)

T : Temporal atau periode/waktu yang berkaitan dengan nyeri (hilangtimbul)

3.5 Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan pada tanggal 31 Mei s/d 3 Juni 2018 di

Puskesmas Adiwerna Kabupaten Tegal.

3.6 Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa metode

pengumpulan data yaitu:

3.6.1 Observasi

Suatu prosedur yang berencana, yang mana antara lain melihat

dan mencatat jumlah dan taraf aktifitas tertentu yang ada

hubungannya dengan masalah yang diteliti.

3.6.2 Wawancara

Suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data,

dimana peneliti mendapatkan keterangan/ pendirian secara lisan dan

seseorang sasaran penelitian (responden)/ bercakap-cakap berhadapan

muka dengan orang tersebut (face to face).

43
44

3.6.3 Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan bukti-bukti/ keterangan-

keterangan pengelolaan dan penyimpanan dalam ilmu

pengetahuan.Pendokumentasian hasil perawatan menggunakan format

pengkajian keperawatan keluarga Friedman.

3.7 Penyajian Data

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penyajian data ditulis secara

narasi dan dapat disertai dengan cuplikan verbal dan subjek kasus sesuai

dengan kebutuhan dasar manusia dan kasus penyakit.Peneliti menjelaskan

bahwa pasien lansia hipertensi dengan keluhan utama pusing.Hal itu

menyebabkan masalah gangguan kebutuhan kenyamanan.Tindakan yang

diberikan untuk mengatasi masalah tersebut adalah menggunakan terapi nafas

dalam, serta dilakukan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan.Penulis

melakukan evaluasi untuk melihat apakah tindakan yang dilakukan efektif

atau tidak.Sambil melihat tanda dan gejala yang dilakukan untuk melihat

gangguan kenyamanan tersebut teratasi atau tidak.

Peneliti juga melibatkan pasien dan keluarga untuk memotivasi pasien

melakukan terapi nafas dalam yang sudah dilakukan. Keluarga dan pasien

mengerti apa yang dianjurkan oleh perawat seperti kutipan berikut: “Saya

mengerti bu, dan saya akan melakukan terapi nafas dalam secara teratur agar

lebih nyaman dan tidak pusing lagi”.

44
45

3.8 Etika Studi Kasus

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis memperhatikan etika

studi kasus. Dalam kaitannya dengan etika, penulis melakukan langkah-

langkah menganjurkan perijinan ke beberapa institusi terkait, yaitu sebagai

berikut:

1. Persetujuan dari akademik

2. Peneliti menyampaikan surat izin lokasi penelitian ke kantor kesatuan

bangsa, politik dan perlindungan masyarakat (KESBANG POLINMAS)

BAPEDDAKabupaten Tegal.

3. Peneliti menyampaikan izin penelitian dan menjelaskan kepada kepala

Puskesmas Adiwerna Kabupaten Tegal mengenai topik, tujuan, materi

dan pelaksanaan penelitian.

4. Peneliti menjelaskan kepada subjek penelitian tentang tujuan, manfaat,

jangka waktu penelitian dan langkah-langkah yang dilakukan dalam

kegiatan penelitian.

5. Subjek penelitian sebagai responden diminta persetujuan terlebih dahulu

sebelum penelitian dilakukan dengan menandatangani informed consent

penelitian.

6. Subjek penelitian berhak menolak ikut serta dalam penelitian dan berhak

mengundurkan diri selama penelitian dilaksanakan.

7. Menghormati subjek penelitian dan tidak membahayakan subjek

penelitian.

45
46

8. Saat pengumpulan data, dilakukan verbal concent dengan terlebih dahulu

memberikan informasi mengenai tujuan penelitian.

9. Penulis menjamin atas kerahasiaan terhadap responden. Kepemilikan dan

akses data yang dipergunakan kepentingan penelitian ini dan asas

anonimity.

10. Responden mempunyai akses untuk melihat hasil penelitian tetapi tidak

mempunyai kewenangan untuk mengubah.

Ethical clearance

Menurut Nursalam, (2009) menjelaskan tentang etikakeperawatan :

1. Mengormati harkat dan martabat manusia (Respect for Human Dignity)

Responden dalam penelitian dilakukan secara manusiawi, responden

berhak untuk berpartisipasi atau tidak tanpa adanya paksaan. Sebelum

dilakukan penelitian responden mendapatkan informasi tentang tujuan dan

manfaat penelitian, peneliti juga mempersiapkan formulir persetujuan

(informed concent)

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan responden penelitian (Respect for

Privacy and Confidentiality)

Peneliti menghormati privasi, peneliti tidak menampilkan informasi dan

kerahasiaan responden.Informasi mengenai identitas responden peneliti

menggunakan coding untuk menjaga kerahasiaan.

3. Keadilan dan inklusivitas / keterbukaan (Respect for Suctive and

Inclusiveness)

Dalam penelitian ini dilakukan dengan keterbukaan, adil, jujur, dan hati-

hati.Peneliti mengkondisikan lingkungan sebaik mungkin dengan

46
47

menjelaskan prosedur penelitian terlebih dahulu pada responden untuk

memenuhi prinsip keterbukaan.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (long harms

and Benefits)

Dalam penelitian peneliti tidak menimbulkan kerugian atau kerusakan bagi

responden.Penelitian ini tidak memungut biaya bagi responden dan

melaksanakan penelitian responden mendapatkan manfaat dan

kenyamanan.

5. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan diberikan kepada subjek yang diteliti, dengan terlebih

dahulu memberikan penjelasan maksud dan tujuan penelitian.Responden

dimohon untuk menandatangani lembar persetujuan tersebut.

6. Tanpa nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti hanya

menggunakan inisial atau kode responden yaitu dengan menggunakan

nomor urut responden tanpa menyebut identitas yang sebenarnya.

7. Kerahasiaan(Confidentialy)

Peneliti berusaha menjamin kerahasiaan informasi yang diteliti, bahwa

dokumentasi asuhan keperatan keluarga yang menjelaskan semua hal yang

berkaitan dengan data-data klien dan keluarga disajikan dengan inisial.

Adapun yang berkaitan dengan alamat atau wilayah tempat tinggal klien

dan keluarga tidak akandiselaraskan secara detail.

47
48

DAFTAR PUSTAKA

Adiyati, Sri. (2010). Pengaruh aromaterapi terhadap insomnia pada


lansia.Yogyakarta : Gramedia.

Ahmad. (2009). Penyakit Hipertensi.Jakarta : Gramedia.

Ali. (2009). Konsep Hipertensi.Jakarta : Gramedia.

Andarwoyo, S. (2016).Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Praktik


Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anggraini.(2009). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi.Jakarta:


EGC.

Annas. (2015). Hubungan Sakit Kepala dan Hipertensi.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Aslani.(2010). Terapi Hipertensi.Jakarta : Gramedia.

Bahtiar.(2010). Asuhan Keperawatan Keluarga.Jakarta : Sagung Seto.

Devi. (2012). Penatalaksanaan Stress.Jakarta: EGC.

Harmoko.(2012). Mengenal dan Mencegah Penyakit Hipertensi. Yogyakarta:


Media Ilmu.

Herawani.(2010). Mekanisme Koping.Jakarta: EGC.

Herdman T. (2015). Buku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008).Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika.

Imam S. (2015). Asuhan Keperawatan Keluarga. Malang : Buntara Media.

Kartika.(2013). Pengantar Konsep Dasar Penyakit Hipertensi.Jakarta : Salemba


Medika.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.(2013). Hasil Riset Keperawatan


Dasar.Jakarta : Kemenkes RI.

Maryam, R.S. (2009). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik.Jakarta: Buku


Kedokteran. EGC.

Mohani.(2014). Hipertensi Primer Dalam.Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit


Dalam.

48
49

Mubarak, W. I. & Chayati.(2012). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan


Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam.(2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian


Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika.

Purwati.(2008). Perencanaan Menu untuk Penderita Darah Tinggi. Jakarta:PT.


Swadaya.

Riset Keperawatan Dasar (Riskesdas). (2013).Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan RI.Jakarta : Kementerian RI.

Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Sitorus.(2008). Gejala Penyakit dan Pencegahannya. Bandung: Yrama Widya.

Wilkinson, Judith M. (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis


NANDA, Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.

49
50

Lampiran

STIKES BHAMADA SLAWI


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

LEMBAR KONSULTASI
BIMBINGAN KAYA TULIS ILMIAH

Nama Mahasiswa : RIZKA AMALIA


NIM : A0015097
Nama Pembimbing I : Evi Supriatun, S.Kep., Ns., M.Kep.
Nama Pembimbing II : Nurzamzami, S.Kep., Ns.
Paraf
No Tanggal Rekomendasi Pembimbing
Pembimbing

Mengetahui
Ketua Program Studi

Woro Hapsari, S.Kep.Ns.

50
51

Lampiran 1
INFORMED CONSENT
(Persetujan menjadi Responden)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendapat penjelasan secara rinci telah mengerti mengenai studi kasus yang akan
dilakukan oleh Rizka Amalia dengan judul “ASUHAN PERAWATAN
KELUARGA DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN LANSIA PADA
HIPERTENSI DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KENYAMANAN
NYERI DI DESA KALIMATI TEGAL”.
Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada studi kasus ini
secara sukarela tanpa paksaan.

Juli 2018
Saksi Yang Memberikan Pernyataan

…….………………… ….………………………

Juli 2018
Penulis

Rizka Amalia

51
52

Lampiran 2
PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN
(PSP)
1. Saya adalah penulis berasal dari program Diploma DIII Keperawatan dengan
ini meminta saudara untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam studi kasus
yang berjudul :“ASUHAN PERAWATAN KELUARGA DENGAN TAHAP
PERKEMBANGAN LANSIA PADA HIPERTENSI DENGAN
GANGGUAN PEMENUHAN KENYAMANAN NYERI”.
2. Tujuan dari studi kasus ini adalah memberikan dan menerapkan asuhan
keperawatan pada lansia hipertensi dengan gangguan kebutuhan pemenuhan
kenyamanan nyeri dapat memberi manfaat bagi pasien untuk dapat
meningkatkan pengetahuan dan pengalaman bagi pasien khususnya tentang
penyakit, penyebab, pencegahan, penanggulangan penyakit hipertensiserta
mengetahui perawatan pada pasien. Studi kasus ini akan berlangsung selama 3
hari.
3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin dengan
menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung kurang lebih 30
menit. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan tetapi saudara tidak
perlu khawatir karena studi kasus ini untuk kepentingan pengembangan
asuhan atau pelayanan keperawatan.
4. Keuntungan yang saudara peroleh dalam keikutsertaan saudara pada studi
kasus ini adalah saudara turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan
keperawatan atau tindakan yang diberikan.
5. Nama dan jati diri saudara beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan
akan tetap dirahasiakan.
6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan studi kasus ini,
silahkan menghubungi penulis pada nomer hp : 082322628431

Penulis

………………..

52
1

Pengesahan Karya Tulis Ilmiah

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa

Laporan Kasus yang berjudul:

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Ny. S


DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN LANSIA PADA HIPERTENSI
DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KENYAMANAN NYERI
DI DESA KALIMATI TEGAL

Dipersiapkan dan disusun oleh

Nama : Rizka Amalia

NIM : A0015097

Telah dipertahankan di dewan penguji pada tanggal dan

dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Penguji I Penguji II Penguji III

Evi Supriatun, S.Kep., Ns., M.Kep. Arriani Indrastuti, S.KM,M.Kes. Nurzamzami, S.Kep. Ns.
NIPY. 1989.02.10.16.111 NIP. 1976.03.08.01.019 NIPY. 198002001 199903 2
001
2

Persetujuan Ujian Sidang Karya Tulis Ilmiah

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa

Laporan Kasus yang berjudul:

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Ny. S


DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN LANSIA PADA HIPERTENSI
DI DESA KALIMATI TEGAL

Dipersiapkan dan disusun oleh

Nama : Rizka Amalia

NIM : A0015097

Telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing KTI untuk diseminarkan dalam

Ujian Sedang KTI pada tanggal

Pembimbing I Pembimbing II

Evi Supriatun, S.Kep., Ns., M.Kep. Nurzamzami, S.Kep. Ns.


NIPY. 1989.02.10.16.111 NIPY. 198002001 199903 2 001
3

BAB 4

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL STUDI KASUS

4.1.1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan keluarga dilakukan pada hari Kamis,

31 Mei 2018 pukul 13.00 WIB.

4.1.1.1. Data Umum

Pada pengkajian didapatkan data umum dari

keluarga Ny. S dimana Ny. S sebagai kepala keluarga,

jenis kelamin perempuan, berusia 71 tahun, bekerja

sebagai ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SD, tinggal

di Desa Kalimati Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal.

Ny. R berjenis kelamin perempuan, sebagai anak

yang berusia 42 tahun, pendidikan terakhir SD, bekerja

sebagai ibu rumah tangga. Ny. E berjenis kelamin

perempuan, sebagai anak yang berusia 40 tahun,

pendidikan terakhir SD, bekerja sebagai ibu rumah tangga.

An. P berjenis kelamin laki-laki, sebagai cucu yang

berusia 8 tahun, pendidikan SD. An. A berjenis kelamin

perempuan, sebagai cucu yang berusia 5 tahun, pendidikan

SD.
4

Genogram :

Keterangan :

: Laki-laki : Klien : Tinggal dalam

: Perempuan : Garis Perkawinan satu rumah

: Meninggal : Garis Keturunan

1. Tipe Keluarga

Ny. S termasuk tipe keluarga besar yang terdiri dari

keluarga inti dan ditambah dengan ibu, anak dan cucu.

2. Suku Bangsa

1) Asal Suku Bangsa

Seluruh anggota keluarga Ny. S berasal dari suku Jawa

Indonesia, dan bahasa keseharian keluarga

menggunakan bahasa Jawa, tegalan dan bahasa

Indonesia.
5

2) Budaya yang berhubungan dengan kesehatan

Dalam keluarga Ny. S tidak ada pantangan dalam

makanan, tetapi kebiasaan buruk keluarga Ny. S adalah

selalu memasak makanan yang tinggi garam, karena

menurutnya kalau tidak asin tidak enak.

3. Agama dan Kepercayaan

Seluruh anggota Ny. S menganut agama Islam dan seluruh

keluarga Ny. S selalu mematuhi perintah-Nya seperti

menjalankan sholat 5 waktu serta menjauhi larangan-Nya.

keluarga Ny. S tidak percaya dengan dukun.

4. Status Sosial Ekonomi

Ny. S mengatakan di dalam keluarganya yang mencari

nafkah adalah suami dari Ny. R dan Ny. E yang bekerja

sebagai buruh setiap bulan mendapat penghasilan + Rp.

800.000,-. Penghasilan menantu Ny. S dipakai untuk

memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan serta

kebutuhan anaknya. Menurut Ny. S penghasilan perbulan

sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan harian, tetapi

belum lebih untuk ditabungkan. Harta benda yang dimiliki

oleh Ny. S yaitu mempunyai 1 rumah, TV, setrika dan

mempunyai sepeda motor dan mendapat biaya dari

pensiunan suaminya.
6

5. Aktivitas dan Rekreasi Keluarga

Keluarga Ny. S mengatakan aktifitas rekreasi keluarga

dengan pergi ke tepat wisata tetapi lebih sering menonton

TV bersama. Karena dengan begitu dapat meningkatkan

keharmonisan anggota keluarga.

4.1.1.2. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini

Saat ini keluarga Ny. S dalam tahap perkembangan

keluarga lansia.

2. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi

Ny. S mengatakan tahap perkembangan yang belum

terpenuhi keluarga Ny. S adalah menyediakan

lingkungan yang meningkatkan kesehatan.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti

Saat ini semua anggota keluarga Ny. S dalam keadaan

sehat kecuali Ny. S yang saat ini menderita hipertensi.

Ny. S sudah 6 bulan yang lalu menderita hipertensi.

1) Ny. S (KK)

Tidak punyai riwayat penyakit lain kecuali

hipertensi, hanya saja pernah mengalami flu dan

batuk jika cuacanya tidak baik dan bila kecapaian

dan banyak fikiran hipertensinya kambuh ditandai

dengan pusing kepala, nyeri leher dan pengelihatan

kabur, keletihan, dispnea setelah beraktivitas,

mudah lelah.
7

2) Ny. R (Anak I)

Ny. R tidak memiliki riwayat penyakit apapun.

Ny. R lebih sering mengalai flu dan batuk dan

pegal-pegal jika kecapaian.

3) Ny. E (Anak II)

Ny. E tidak memiliki riwayat sakit apapun, lebih

sering mengalami batuk flu jika cuacanya tidak

baik.

4) An. P (Cucu)

An. P tidak memiliki riwayat penyakit apapun,

tetapi An. P pernah mengalami panas, batuk, dan

pilek jika cuacanya tidak baik, status imunisasi

lengkap.

5) An. A (Cucu)

An. A tidak memiliki riwayat penyakit apapun,

hanya batuk, pilek saat jajan sembarangan, status

imunisasi lengkap.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya

Ny. S mengatakan bahwa Bapak Ibunya tidak

mempunyai riwayat penyakit menurun dan menular

seperti Diabetes mellitus, TBC. Tetapi kakak kandung

Ny. S ada yang menderita hipertensi.

4.1.1.3. Data Lingkungan

1. Karakteristik Rumah

Rumah Ny. S yang ditempati saat ini adalah rumah

pribadi. Tipe bangunan Rumah Ny. S adalah rumah


8

permanen yang terdiri dari satu ruang tamu, satu ruang

keluarga, tiga kamar tidur, satu kamar mandi, ada dapur

dan halaman rumah. Lantai terbuat dari keramik dengan

keadaan kurang bersih dan penataan perabotan rumah

tangga kurang rapi. Penerangan dan ventilasi kurang,

begitu pula penerangan dan ventilasi di kamar kurang

mendapatkan sinar yang masuk karena hanya terdapat

dua ventilasi. Adapun sumber air didapat dari sumur

yang digunakan untuk mandi, mencuci, memasak dan

air minum. Kondisi air tidak berasa, tidak berbau, dan

tidak berwarna. WC kamar mandi menggunakan WC

leher angsa dengan menggunakan septic tank yang

terletak di belakang rumah. Jarak septi tank dengan

sumber air lebih dari 10 meter, lantai bersih tidak licin.


9

Denah Lokasi :

B T

Keterangan:

: Pintu : Jendela

: Halaman : Ruang Tamu

: Ruang Keluarga : Dapur

: WC
10

2. Karakteristik Tetangga dan Komunitasnya

Keluarga Ny. S tinggal di lingkungan kelurahan yang

cukup padat penduduk. Mayoritas penduduk adalah

penduduk asli, interaksi antar warga sangat baik dan

sering dilakukan siang dan sore hari, dikarenakan pagi

hari umumnya warga bekerja dan malam harinya untuk

beristirahat. Warga mempunyai kebiasaan dan tradisi

mengadakan pengajian ibu-ibu biasanya bertempat di

Mushola pada sore hari. Penduduk setempat juga

mempunyai kesepakatan apabila ada warga baru dan

ada tamu yang menginap harap lapor RT dan RW.

3. Mobilitas dan Geografis Keluarga

Sejak dahulu keluarga Ny. S sudah menempati rumah

yang ditempatinya saat ini dan tidak pernah berpindah.

4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan

Masyarakat

Setiap hari, baik itu pagi, siang, sore dan malam Ny. S

dan keluarganya selalu meluangkan waktu butuh

berkumpul walau hanya sebentar. Keluarga Ny. S juga

berinteraksi dengan masyarakat sekitar dengan baik.

5. Sistem Pendukung Keluarga

Keluarga Ny. S ada lima orang terdiri atas ibu, dua

anak, dua cucu. Fasilitas penunjang kesehatan adalah

dan askes.
11

4.1.1.4. Struktur Peran

1. Peran Formal

Dalam keluarga Ny. S peran formal dilakukan dengan

baik oleh setiap anggota keluarga. Ny. S sebagai kepala

keluarga, mengurus rumah tangga. Ny. R sebagai anak

yang selalu nurut ketika diperintah orang tuanya serta

berperan sebagai kakak yang membimbing adiknya.

Ny. E sebagai anak terakhir An P dan An A sebagai

cucu Ny. S.

2. Peran Informal

Peran informal yang ada seperti ibu yang baik,

bijaksana, dan pengertian. Ny. S dalam menyelesaikan

dan mengatasi masalah berupaya selalu bijak dan

mencari jalan keluar. Ny. R sebagai anak tertua

mengerti kondisi ibunya, Ny. R selalu membantu dan

menghibur Ny. S saat mengalami kesulitan. An P dan

An A selalu menghibur Ny. S disaat senang maupun

sedih.

3. Nilai dan Norma Keluarga

Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga Ny. S

menyesuaikan dengan nilai dan norma dalam agama

islam yang dianut serta norma masyarakat disekitarnya.

Keluarga Ny. S menganggap bahwa penyakit hipertensi


12

yang dialami Ny. S sendiri merupakan penyakit yang

timbul karena pola hidup yang kurang sehat ditambah

dengan stress. Upaya Ny. S untuk mengendalikan

dilakukan dengan memeriksa atau rutin kontrol minimal

sebulan sekali di puskesmas.

4. Pola Komunikasi Keluarga

Di dalam anggota keluarga Ny. S terbina hubungan

komunikasi yang harmonis. Dalam menghadapi suatu

permasalahan biasanya selalu dilakukan dengan cara

musyawarah keluarga sebelum diputuskan suatu

permasalahan komunikasi dilakukan dengan cara sangat

terbuka.

5. Struktur Kekuatan Keluarga

Keluarga Ny. S merupakan keluarga yang anggotanya

saling memperhatikan anggota keluarga lainnya,

keluarga selalu menasehati Ny. S jika lupa menjaga

pola hidup sehat dan jangan terlalu kecapean.

4.1.1.5. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afektif

Ny. S mengatakan bahwa ia sangat menyayangi

keluarganya dan dalam keluarga harus saling menjaga,

menyayangi dan menghormati.


13

2. Fungsi Sosialisasi

Ny. S mengatakan menjalani kehidupan rumah tangga

tugas seorang ibu yang merangkap sebagai seorang

Ayah. Menurut Ny. S adat istiadat dan budaya desa

yang ada didaerah tersebut tetap mereka hormati, tetap

menjaga dan menyayangi budaya yang ada, jika ada

warga masyarakatnya yang sedang punya hajat, tetap

mendukung warga untuk saling bantu membantu.

3. Fungsi Perawatan Kesehatan

1) Mengenal masalah kesehatan

Ny. S mengatakan kurang mengetahui tentang

penyakit hipertensi, seperti pengertian, penyebab

tanda dan gejala, perawatan, pencegahan, jenis

makanan yang dianjurkan dan yang tidak

dianjurkan. Apabila Ny. S sakit kepala keluarga

Ny. S hanya menganjurkan untuk istirahat, keluarga

tidak menyadari dampak masalah kesehatan akibat

penyakit hipertensi yang dibuktikan dengan

keluarga tidak tahu bahwa penyakit Ny. S dapat

kambuh lagi terlebih selama sakit Ny. S tidak

meminum obatnya. Ny. S mengatakan yakin bisa

sembuh dengan syarat menjaga pola hidup sehat dan

rutin kontrol ke tenaga kesehatan. Keluarga selalu


14

mendukung akan kesembuhan Ny. S. Ny. S

mengatakan kesehatan itu sangat penting karena jika

tidak sehat akan menghambat kegiatannya sehari-

hari.

2) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan

yang tepat

Keluarga Ny. S mengatakan jika Ny. S merasakan

sakit kepala, nyeri leher, kesemutan, dan

pandangan mata kabur, keluarga hanya

menyarankan untuk beristirahat, tetapi jika sakit

kepala nyeri leher, dan pandangan kabur Ny. S

belum sembuh-sembuh maka keluarga segera

membawa ke puskesmas, karena petugas kesehatan

lebih tahu tentang penyakit dan dapat memberikan

informasi tentang penyakitnya. Ny. S juga tidak

suka membeli sembarangan obat diwarung. Ny. S

tidak pernah minum jamu jika sakit.

3) Merawat anggota keluarga yang sakit

Keluarga Ny. S mengatakan sangat memperhatikan

pola makan Ny. S karena makanan yang dimakan

maupun yang dimasak harus rendah garam. Dalam

keluarga Ny. S ada tradisi dalam memasak yaitu

asin atau masakan tinggi garam, hal ini tersebut

salah satu penyebab yang membuat sakit hipertensi

Ny. S sering kambuh.


15

Jika Ny. S sakit kepala, maka Ny. R selalu memberi

air minum hangat, memijat kepala dan mengoleskan

balsam ke daerah leher untuk mengurangi nyeri dan

menyarankan untuk beristirahat.

Keluarga Ny. S mengatakan pencegahan dini

penyakit Ny. S adalah menjaga pola makan yang

sehat dengan mengurangi garam dalam masakan,

menghindari makanan yang tinggi kolesterol,

menjaga kesehatan dengan olahraga, tidak stress

dan yang terpenting rutin kontrol ke tenaga

kesehatan untuk pencegahan selanjutnya.

4) Memelihara / memodifikasi lingkungan rumah yang

sehat

Ny. S mengatakan selalu memelihara kesehatan

lingkungan seperti menyapu, membuang sampah

pada tempatnya, menguras kolam yang bertujuan

untuk menjaga kebersihan lingkungan.

5) Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di

masyarakat

Ny. S mengatakan mengetahui tentang fasilitas.

Fasilitas kesehatan yang ada disekitar. Pelayanan

kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal

keluarga adalah puskesmas, bidan dan dokter. Ny. S

percaya terhadap tenaga dan fasilitas kesehatan. Jika

ada keluarga yang sakit selalu berobat ke


16

puskesmas. Seperti Ny. S pada saat sakitnya

kambuh, Ny. S sesegera mungkin kontrol ke

Puskesmas Adiwerna.

4. Fungsi Ekonomi

Penghasilan menantu Ny. S + Rp. 800.000,- dan itu

sudah dianggap mampu memenuhi kebutuhan sandang,

pangan, dan papan. Menurut Ny. S penghasilan

perbulan sudah dianggap cukup memenuhi kebutuhan

harian, tetapi belum lebih untuk ditabungkan. Dan dari

pensiunan suaminya Ny. S

5. Fungsi Pendidikan

Pendidikan terakhir Ny. S adalah lulusan SD, Ny. S

menyadari pentingnya pendidikan untuk dirinya dan

anak cucunya. Maka dari itu Ny. S menyuruh cucunya

untuk sekolah setinggi mungkin untuk bekal

kedepannya. Dengan harapan cucunya bisa berguna

bagi nusa, bangsa dan agama.

6. Fungsi Religius

Seluruh anggota Ny. S menganut agama islam. Ny. S

selalu memperingatkan keluarganya untuk selalu

menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya.

Keluarga Ny. S tidak percaya dengan dukun.

7. Fungsi Rekreasi

Keluarga Ny. S mengatakan aktifitas rekreasi keluarga

dengan pergi ke tempat wisata seperti PAI tetapi lebih


17

sering menonton TV bersama. Karena dengan begitu

dapat meningkatkan keharmonisan anggota keluarga.

8. Fungsi Reproduksi

Ny. S berusia 71 tahun, seorang janda. Riwayat

penggunaan KB dahulu adalah KB suntik. Jumlah anak

yang dimiliki yaitu satu anak laki-laki lima anak

perempuan. Ny. S mengatakan sudah menopouse

ditandai dengan sudah tidak menstruasi.

4.1.1.6. Stress Dan Koping Keluarga

1. Stressor jangka pendek dan panjang

Stressor jangka pendek keluarga Ny. S adalah keluarga

memikirkan kesembuhan penyakit Ny. S agar tidak

terjadi kekambuhan terus menerus.

Stressor jangka panjang keluarga Ny. S adalah keluarga

selalu memperhatikan pola makan, pola hidup sehat Ny.

S dan selalu memotivasi Ny. S agar tidak ada

memikirkan hal berat.

2. Kemampuan keluarga berespon terhadap Stressor

Yang digunakan dalam menghadapi masalah biasanya

dengan membicarakan dengan anggota keluarga lain

dan saling meminta pendapat. Berusaha menjaga pola

makan Ny. S yang rendah garam supaya Ny. S cepat

sembuh dan tidak terjadi kekambuhan.


18

3. Strategi koping yang digunakan

Apabila ada masalah dalam keluarga Ny. S diselesaikan

dengan cara musyawarah bersama, tetapi untuk

permasalahan masing-masing anggota keluarga

diselesaikan sendiri-sendiri selama bisa diatasi sendiri.

4. Strategi adaptasi keluarga

Ny. S mengatakan tidak pernah menggunakan

kekerasan dan perlakuan kejam didalam menyelesaikan

masalah dalam keluarganya, tetapi memberikan solusi

yang tepat.

4.1.1.7. Pemeriksaan Kesehatan

Tabel 3.1. Pemeriksaan fisik anggota keluarga Ny. S


dalam asuhan keperawatan keluarga pada tahap
perkembangan lansia pada masalah hipertensi
dengan gangguan pemenuhan kenyamanan
nyeri
Pemeriksaan Ny. S
Kepala Ny. S mengatakan nyeri kepala, bentuk simetris,
tidak ada benjolan, distribusi rambut merata.
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Telinga Bentuk simetris, bersih, tidak ada gangguan
pendengaran
Mata Ny. S mengatakan pandangan kabur, konjungtiva
anemis, hidung tidak ada odema
Mulut dan Hidung Tidak ada stomatitis, mukosa bibir pucat, hidung
tidak ada odema
Dada dan paru-paru I : Tidak ada retaksi dada saat bernapas
P : Pengembangan dada simetris
P : Sonor
A : Vesikuler
Abdomen I : Tidak ada lesi, perut kembung
A : Bising usus 15 x / menit
P : Tympani
P : Tidak ada nyeri tekan
Reproduksi Tidak ada keluhan
19

Eliminasi BAK : 5 - 6 kali sehari, BAB : 1 x sehari pada pagi


hari
Sistem Integumen Kulit sawo matang, tidak ada lebam, kulit keriput
Sistem Ny. S mengatakan kesemutan pada kaki dan tangan,
Muskuloskelekal ekstermitas atas dan bawah simetris, rentang gerak
penuh meski ada rasa nyeri persendian lutut
TB dan BB 150 cm dan 65 kg
Tanda-tanda vital TD : 170 / 100 mmHg, N : 80x / menit, RR : 20 x /
menit, S : 36,3oC
Capillary refill < 2 detik

Tabel 3.2. Pemeriksaan fisik anggota keluarga Ny. S


dalam asuhan keperawatan keluarga pada tahap
perkembangan lansia pada masalah hipertensi
dengan gangguan pemenuhan kenyamanan
nyeri
Pemeriksaan Ny. R
Kepala Bentuk simetris, tidak ada benjolan, distribusi
rambut merata
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Telinga Bentuk simetris, bersih, tidak ada gangguan
pendengaran
Mata Konjungtiva anemis, pupil ishor, sclera bening
Mulut dan Hidung Tidak ada stomatitis, mukosa bibir lembab, hidung
tidak ada odema
Dada dan paru-paru I : Tidak ada retaksi dada saat bernapas
P : Pengembangan dada simetris
P : Sonor
A : Vesikuler
Abdomen I : Tidak ada lesi
A : Bising usus 12 x / menit
P : Tympani
P : Tidak ada nyeri tekan
Reproduksi Tidak ada keluhan
Eliminasi BAK : 5 - 6 kali sehari, BAB : 1 x sehari tidak nentu
Sistem Integumen Kulit sawo matang, tidak ada lebam
Sistem Ekstermitas atas dan bawah simetris, rentang gerak
Muskuloskelekal penuh
TB dan BB 155 cm dan 50 kg
Tanda-tanda vital TD : 120 / 80 mmHg, N : 80x / menit, RR : 20 x /
menit, S : 36,3oC
Capillary refill < 2 detik
20

Tabel 3.3. Pemeriksaan fisik anggota keluarga Ny. S dalam asuhan


keperawatan keluarga pada tahap perkembangan lansia pada
masalah hipertensi dengan gangguan pemenuhan kenyamanan
nyeri

Pemeriksaan Ny. E
Kepala Bentuk simetris, tidak ada benjolan, distribusi
rambut merata
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Telinga Bentuk simetris, bersih, tidak ada gangguan
pendengaran
Mata Konjungtiva anemis, pupil ishor, sclera bening
Mulut dan Hidung Tidak ada stomatitis, mukosa bibir lembab, hidung
tidak ada odema
Dada dan paru-paru I : Tidak ada retaksi dada saat bernapas
P : Pengembangan dada simetris
P : Sonor
A : Vesikuler
Abdomen I : Tidak ada lesi
A : Bising usus 12 x / menit
P : Tympani
P : Tidak ada nyeri tekan
Reproduksi Tidak ada keluhan
Eliminasi BAK : 5 - 6 kali sehari, BAB : 1 x sehari pada pagi
hari
Sistem Integumen Kulit sawo matang, tidak ada lebam
Sistem Ekstermitas atas dan bawah simetris, rentang gerak
Muskuloskelekal penuh
TB dan BB 155 cm dan 55 kg
Tanda-tanda vital TD : 120 / 70 mmHg, N : 80x / menit, RR : 20 x /
menit, S : 36,3o C
Capillary refill < 2 detik
21

4.1.1.8. Harapan Keluarga

Keluarga berharap bisa diberikan informasi tentang hal-hal

yang berhubungan dengan kesehatan, terutama Ny. S

mengatakan ingin tahu tentang perawatan hipertensi.

4.1.2. Analisa Data

Tabel 3.4. Hasil analisa data keluarga Ny. S dalam asuhan


keperawatan keluarga pada tahap perkembangan lansia
pada masalah hipertensi dengan gangguan pemenuhan
kenyamanan nyeri

No Data Problem
1 DS: Nyeri Akut
- Ny. S mengatakan saat ini mengalami nyeri
kepala, nyeri leher, kesemutan, pandangan kabur
ketika penyakit hipertensinya kambuh
P : Kenaikan tekanan darah, kecapaian, stress
Q : Cekot-cekot seperti ditusuk
R : Kepala dan tengkuk leher
S : Skala 4 yaitu nyeri pada skala sedang
T : Nyeri muncul secara tiba-tiba akan hilang
ketika beristirahat
- Ny. S mengatakan jika nyeri kambuh, keluarga
hanya menyarankan untuk beristirahat
DO :
- TD: 170 / 100 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 20
x/menit, S: 36,3 oC
- Skala nyeri 4
- Ny. S terlihat lemas dan menunjukkan bagian
nyeri
- Keluarga terlihat sangat khawatir dan peduli
tentang kondisi Ny. S.

2 DS : Kesiapan meningkatkan
- Ny. S mengatakan ingin merubah pola makan dari koping keluarga
asin menjadi tidak asin, mengurangi santan.
- Keluarga Ny. S mengatakan sering mengingatkan
Ny. S untuk kontrol ke puskesmas
DO :
- Ny. S terlihat mengurangi makanan yang
bersantan (kolak)
22

No Data Problem
3 DS : Keletihan
- Ny. S mengatakan mudah lelah jika kecapaian
- Ny. S mengatakan banyak pikiran yang membuat
cepat lelah
- Ny. S mengatakan mengerjakan pekerjaan rumah
tangga
DO :
- TD = 170 / 100 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 20
x/menit, S: 36,3 oC
- Ny. S terlihat pucat

4.1.3. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut

2. Kesiapan meningkatkan koping keluarga

3. Keletihan

4.1.4. Skoring Prioritas Masalah


Tabel 3.5. Hasil skoring dan prioritas masalah nyeri akut keluarga
Ny. S dalam asuhan keperawatan keluarga pada tahap
perkembangan lansia pada masalah hipertensi dengan
gangguan pemenuhan kenyamanan nyeri

Kriteria Bobot Nilai Pembenaran


1. Sifat masalah : Kurang 1 3/3 x 1 = 1 Keadaan kurang sehat dialami
sehat karena keluarga belum
mengetahui cara perawatan
hipertensi
2. Kemungkinan masalah 2 ½x2=1 Kebiasaan keluarga yang dapat
dapat dirubah : Hanya mengakibatkan kekambuhan
sebagian Perawat mampu memberikan
informasi kesehatan yang
diperlukan keluarga terkait
hipertensi, penyebab hipertensi,
komplikasi hipertensi, pencegahan
hipertensi, makanan yang
dianjurkan dan makanan yang
tidak dianjurkan untuk hipertensi
23

3. Potensi masalah dapat 1 3/3 x 1 = 1 Sarana kesehatan yang mudah dan


dicegah : Tinggi terjangkau
TTV :
TD : 170/100 mmHg, N : 80
x/menit, RR : 20 x/menit,
S : 36,3 oC
4. Menonjolnya masalah : 1 2/2 x 1 = 1 Keluarga merasa keadaan Ny. S
Masalah berat harus perlu ditangani segera sebelum
segera ditangani terjadi komplikasi penyakit
TOTAL 4

Tabel 3.6. Hasil skoring dan prioritas masalah kesiapan koping


keluarga Ny. S dalam asuhan keperawatan keluarga pada
tahap perkembangan lansia pada masalah hipertensi
dengan gangguan pemenuhan kenyamanan nyeri

Kriteria Bobot Nilai Pembenaran


1. Sifat masalah : Kurang 1 3/3 x 1 = 1 Kondisi kurang sehat disebabkan
sehat karena keluarga belum
mengetahui makanan yang
dianjurkan dan makanan yang
tidak dianjurkan untuk hipertensi

2. Kemungkinan masalah 2 ½x2=1 Kesadaran keluarga untuk


dapat dirubah : Hanya merubah kesehatan kurang
sebagian Keluarga menganjurkan Ny. S
untuk kontrol ke puskesmas agar
tensinya terjaga

3. Potensi masalah dapat 1 2/3 x 1 = 2/3 Keluarga mempunyai kesibukan


dicegah : Cukup yang cukup, tetapi mencari
pengetahuan tentang kesehatan
merupakan suatu pelajaran dan
pengalaman berharga

4. Menonjolnya masalah : 1 2/2 x 1 = 1 Keadaan ini dipengaruhi karena


Masalah berat harus keluarga belum mengenal masalah
segera ditangani hipertensi dan cara
pencegahannya

TOTAL 3 2/3
24

Tabel 3.7. Hasil skoring dan prioritas masalah keletihan keluarga


Ny. S dalam asuhan keperawatan keluarga pada tahap
perkembangan lansia pada masalah hipertensi dengan
gangguan pemenuhan kenyamanan nyeri

Kriteria Bobot Nilai Pembenaran


1. Sifat masalah : Kurang 1 3/3 x 1 = 1 Kondisi kurang sehat disebabkan
sehat karena Ny. S keletihan
2. Kemampuan masalah 2 ½x2=1 Kesadaran keluarga untuk
dapat dirubah : Hanya merubah kesehatan kurang
sebagian
3. Potensi masalah dapat 1 2/3 x 1 = 2/3 Keluarga merasa kesehatan mahal
dicegah : Cukup harganya perlu untuk dijaga
4. Menonjolnya masalah : 1 2/2 x 1 = 1 Keluarga merasa keadaan Ny. S
Masalah berat harus perlu ditangani agar cepat sembuh
segera ditangani
TOTAL 3 2/3

Tabel 3.8. Prioritas diagnosa keperawatan keluarga Ny. S dalam


asuhan keperawatan keluarga pada tahap perkembangan
lansia pada masalah hipertensi dengan gangguan
pemenuhan kenyamanan nyeri

No Diagnosa Keperawatan Skor


1 Nyeri akut 4
2 Kesiapan meningkatkan koping keluarga 3 2/3
3 Keletihan 3 2/3
25

4.1.5. Rencana Keperawatan / Intervensi

Berdasarkan pengkajian pada tanggal 31 Mei 2018 yang dilakukan

pada keluarga Ny. S dirumuskan perencanaan keperawatan sebagai

berikut:

Diagnosa 1 : Nyeri akut

Tujuan umum : Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan keluarga mampu mengenal tindakan

pribadi untuk mengontrol nyeri.

Kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan selama 3x kunjungan

(1x kunjungan 90 menit) keluarga mampu

mengenal tindakan pribadi untuk mengontrol nyeri.

NOC : Pengetahuan:

Kontrol nyeri (1605)

Meningkatkan dari 1 (tidak memiliki pengetahuan)

 3 (pengetahuan sedang)

Indikator: memahami tentang mengenali kapan

nyeri terjadi, menggambarkan faktor penyebab,

menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) tanpa

analgesik.

NIC : Edukasi: Manajemen nyeri (1400): tentukan akibat

dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup

pasien (misalnya tidur, nafsu makan, perasaan,

hubungan), gali faktor-faktor yang dapat

menurunkan dan memperberat nyeri, kendalikan


26

faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi

respon pasien terhadap ketidaknyamanan (misalnya

suhu, pencahayaan, suara bising), kurangi faktor-

faktor yang dapat mencetuskan nyeri (misalnya

kelelahan, kurang pengetahuan). Libatkan keluarga

dalam mengatasi nyeri Edukasi tentang nyeri dan

hipertensi.

Diagnosa 2 : Kesiapan meningkatkan koping keluarga

Tujuan umum : Keluarga mampu mengenal masalah keluarga

untuk mengelola stress yang membebani

kemampuan keluarga.

Kriteria hasil : Keluarga mampu mengenal keparahan kelelahan

secara umum berdasarkan pengalaman atau

laporan.

NOC : Pengetahuan:

Koping keluarga (2600)

Meningkatkan dari (tidak tahu) menjadi 3

(memiliki pengetahuan sedang).

Indikator: memahami tentang mengelola masalah

keluarga, melibatkan anggota keluarga dalam

mengambil keputusan, mengungkapkan perasaan

dan emosi secara terbuka diantara anggota


27

keluarga, peduli terhadap kebutuhan semua

anggota keluarga.

NIC : Edukasi: terapi keluarga (7150): identifikasi

bagaimana keluarga menyelesaikan masalah,

tentukan pola komunikasi dalam keluarga, fasilitasi

strategi untuk menurunkan stress, minta anggota

keluarga untuk berpartisipasi dalam merasakan

aktivitas rumah, misalnya makan bersama anggota

keluarga.

Diagnosa 3 : Keletihan

Tujuan umum : Keluarga mampu mengenal keparahan kelelahan

secara umum berdasarkan pengalaman atau

laporan.

Kriteria hasil : Keluarga mampu mengenal keparahan kelelahan

secara umum berdasarkan pengalaman atau laporan

NOC : Pengetahuan:

Tingkat keletihan (0007): meningkatkan dari 1

(tidak adekuat) menjadi 3 (cukup adekuat).

Indikator: menjelaskan penggunaan energi untuk

mengatasi kelelahan, kecemasan menurun, kualitas

hidup meningkat

NIC : Edukasi: peningkatan sistem dukungan (5440):

identifikasi tingkat dukungan keluarga dan sumber

daya lainnya, identifikasi sumber daya yang


28

tersedia dengan dukungan pemberi perawatan,

monitor situasi keluarga saat ini dan jaringan

dukungan (yang tidak ada), libatkan keluarga,

orang terdekat dalam perawatan dan perencanaan

dalam mengontrol makanan yang dikonsumsi.

4.1.6. Implementasi Dan Evaluasi

Implementasi merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Penulis mengelola klien selama

3 hari yang dimulai tanggal 1-3 Juni 2018 dan telah melakukan

implementasi serta evaluasi yang telah disusun yaitu:

Implementasi keperawatan hari pertama tanggal 1 Juni 2018 jam

10.00 WIB.

Diagnosa 1 : Nyeri akut

1. Mengajarkan penggunaan teknik non farmakologi (mengajarkan

terapi otot progresif) dengan cara relaksasi distraksi atau nafas

dalam

S : Ny. S mengatakan mau mengikuti instruksi perawat saat

dijelaskan terapi relaksasi otot progresif.

O : Ny. S terlihat mengikuti gerakan yang diajarkan.

2. Menganjurkan pasien untuk istirahat yang cukup.

S : Ny. S mengatakan mudah lelah jika keletihan.

O : Ny. S terlihat lemas.

3. Menanyakan respon nyeri (dengan menanyakan PQRST)


29

S : Ny. S mengatakan saat nyeri terjadi Ny. S untuk mengurangi

nyeri dengan balsam.

P: kenaikan tekanan darah, kecapean, stress, Q: cekot-cekot

seperti ditusuk, R: kepala dan tengkuk lelah, S: skala nyeri 4

yaitu nyeri pada skala sedang, T: nyeri muncul secara tiba-

tiba akan hilang ketika beristirahat.

O : Ny. S terlihat menunjukkan bagian yang sakit.

TD: 170/100 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 20 x/menit,

S: 36,3 oC

4. Mengkondisikan ruang tamu yang akan digunakan untuk

penyuluhan dengan cara menata ruang, membuat jadwal dengan

keluarga sehingga dapat mengatur tempat dan anggota keluarga

agar tidak bising selama penyuluhan.

S : Ny. S mengatakan suhu rumah terasa panas.

O : Ny. S terlihat menggunakan kipas.

5. Melakukan Pendidikan Kesehatan tentang pengertian hipertensi,

tanda dan gejala hipertensi, penyebab hipertensi, komplikasi

hipertensi, pencegahan hipertensi, makanan yang dianjurkan dan

makanan yang tidak dianjurkan untuk hipertensi. Adapun respon

sebagai berikut:
30

S : Ny. S mengatakan kurang mengetahui tentang makanan yang

dianjurkan untuk hipertensi.

O : Ny. S mengatakan memahami tentang pengertian hipertensi,

tanda dan gejala hipertensi, penyebab hipertensi, komplikasi

hipertensi, pencegahan hipertensi, makanan yang dianjurkan

dan makanan yang tidak dianjurkan untuk hipertensi.

Diagnosa 2 : Kesiapan meningkatkan koping keluarga

1. Mendiskusikan cara bermusyawarah dalam keluarga tentang

kesehatan hipertensi.

S : Ny. S mengatakan dalam menyelesaikan masalah dengan

cara musyawarah.

O : Ny. S tampak menghargai pendapat orang lain.

2. Mengajarkan komunikasi teraupetik.

S : Ny. S mengatakan dalam keluarga menggunakan pola

komunikasi efektif (langsung). Ny. S selalu menyampaikan

apa yang dipikirkan kepada keluarganya.

O : Terlihat hubungan baik antara Ny. S dan anak.

3. Menganjurkan untuk jalan-jalan ke luar rumah untuk mengurangi

kejenuhan.

S : Ny. S mengatakan untuk menurunkan kejenuhan hanya

jalan-jalan di sekitar lingkungan rumah.

O : Ny. S terlihat tenang.

4. Menganjurkan keluarga untuk meluangkan waktu agar bisa

makan bersama dengan Ny. S.


31

S : Ny. S mengatakan jarang makan bersama keluarga

O : Anak Ny. S terlihat makan sendiri

Diangnosa 3 : Keletihan

1. Mengidentifikasi tingkat dukungan keluarga (dengan

menanyakan bagaimana support dari keluarga) untuk

kesembuhan Ny. S.

S : Ny. S mengatakan keluarga selalu mendukung untuk

kesembuhannya.

O : Ny. S dan anak-anaknya terlihat dekat.

2. Memotivasi agar secara rutin memeriksakan tekanan darah ke

puskesmas

S : Ny. S mengatakan saat sakit berobat ke puskesmas.

O : Ny. S terlihat rileks.

3. Melibatkan keluarga, orang terdekat dalam perawatan dan

perencanaan

S : Ny. S mengatakan situasi dalam keluarga saat ini baik-baik

saja.

O : Ny. S tampak rukun dengan masyarakat


32

Implementasi keperawatan hari kedua tanggal 2 Juni 2018 jam 11.00

WIB.

Diagnosa 2 : Kesiapan meningkatkan koping keluarga

1. Memotivasi Ny. S untuk mempraktekkan penggunaan teknik non

farmakologi (mengajarkan teknik progresif)

S : Ny. S mengatakan lebih rileks saat melakukan terapi

relaksasi otot progresif.

O : Ny. S terlihat sedang mengulangi terapi relaksasi otot

progresif yang diajarkan kemarin.

2. Memfasilitasi strategi untuk menurunkan stress dengan relaksasi

nafas dalam dan membayangkan sesuatu yang rileks.

S : Ny. S mengatakan mau mengikuti instruksi mahasiswa

perawat saat dijelaskan relaksasi nafas dalam dan

membayangkan sesuatu yang rilek

O : Ny. S terlihat sedang membayangkan hal-hal yang positif.

3. Melibatkan keluarga, orang terdekat dalam perawatan dan

perencanaan

S : Ny. S mengatakan sudah mengurangi asin dan mengurangi

santan.

O : Ny. S terlihat mengurangi makanan bersantan (kolak)


33

Implementasi keperawatan hari ketiga tanggal 3 Juni 2018 jam

13.00 WIB.

Diagnosa 3 : Keletihan

1. Memotivasi Ny. S mempratekkan teknik non farmakologi

(mengajarkan terapi relaksasi otot progresif)

S : Ny. S mengatakan disela waktu luang sering mempratekkan

terapi realksasi otot progresif

O : Ny. S terlihat sedang mempratekkan terapi realksasi otot

progresif

2. Memfasilitasi strategi untuk menurunkan stress.

S : Ny. S mengatakan lebih tentang setelah melakukan relaksasi

nafas dalam

O : Ny. S terlihat lebih rileks

3. Melibatkan keluarga, orang terdekat dalam perawatan dan

perencanaan. Ajarkan cara cuci tangan 6 langkah yang benar.

S : Ny. S mengatakan belum mengetahui cara cuci tangan 6

langkah yang benar dan mau mengikuti yang diajarkan

mahasiswa/ perawat

O : Ny. S tampak mempraktekkan cara cuci tangan 6 langkah

yang benar dan mau mengikuti yang diajarkan mahasiswa/

perawat

P : penurunan tekanan darah, Q: nyeri berkurang, R: -, S :

skala nyeri 3, T : nyeri berkurang, TD: 150/80 mmHg, N:

80 x/menit, RR: 20 x/menit, S: 36,3 oC.


34

Evaluasi

Hari pertama tanggal 1 Juni 2018 jam 14.30 WIB

Diagnosa 1 : Nyeri akut

S : Ny. S mengatakan kurang mengetahui tentang makanan yang

dianjurkan untuk hipertensi, Ny. S mengatakan saat nyeri terjadi

nafsu makan berkurang, Ny. S mengatakan saat nyeri terjadi

Ny. S untuk mengurangi nyeri dengan balsam, Ny. S

mengatakan suhu rumah terasa panas, Ny. S mengatakan mudah

lelah jika kecapaian, Ny. S mengatakan mau mengikuti instruksi

mahasiswa/ perawat saat dijelaskan terapi relaksasi otot

progresif.

O : Ny. S terlihat lemas, Ny. S terlihat menunjukkan bagian yang

sakit, Ny. S terlihat menggunakan kipas, Ny. S terlihat pucat,

Ny. S terlihat mengikuti gerakan yang diajarkan, Ny. S terlihat

dapat menyebutkan tentang pengertian hipertensi, tanda dan

gejala hipertensi, penyebab hipertensi, komplikasi hipertensi,

pencegahan hipertensi, makanan yang dianjurkan dan makanan

yang tidak dianjurkan untuk hipertensi.

P: kenaikan tekanan darah, kecapean, stress, Q: cekot-cekot

seperti ditusuk, R: kepala dan tengkuk lelah, S: skala nyeri 4

yaitu nyeri pada skala sedang, T: nyeri muncul secara tiba-tiba

akan hilang ketika beristirahat, TD: 170/100 mmHg, N: 80

x/menit, RR: 20 x/menit, S: 36,3 oC.


35

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi: mengajarkan penggunaan teknik non

farmakologi (terapi relaksasi otot progresif)

Diagnosa 2 : Kesiapan meningkatkan koping keluarga

S : Ny. S mengatakan dalam menyelesaikan masalah dengan cara

musyawarah, Ny. S mengatakan dala keluarga menggunakan

pola komunikasi efektif (langsung), Ny. S mengatakan untuk

menurunkan stress hanya jalan-jalan di sekitar lingkungan

rumah, Ny. S mengatakan jarang makan bersama keluarga.

O : Ny. S tampak menghargai pendapat orang lain, terlihat

hubungan baik antara Ny. S dan anaknya, Ny. S terlihat senang.

A : Masalah belum teratasi

P : Anjurkan untuk jalan-jalan ke luar rumah unutk mengurangi

stress.

Diagnosa 3 : Keletihan

S : Ny. S mengatakan keluarga selalu mendukung untuk

kesembuhannya, Ny. S mengatakan saat sakit berobat ke

Puskesmas, Ny. S mengatakan situasi dalam keluarga saat ini

baik-baik saja, Ny. S mengatakan anaknya selal menasehati agar

mengurangi makanan asin.

O : Ny. S tampak rukun dengan masyarakat, Ny. S dan anak terlihat

dekat, Ny. S terlihat rileks,

A : Masalah belum teratasi


36

P : Lanjutkan intervensi: melibatkan keluarga, orang terdekat dalam

perawatan dan perencanaan, mengontrol makanan yang

dikonsumsi Ny. S salah satunya mengurangi asin dan santan,

mengurangi aktivitas yang bisa menimbulkan kelelahan

Hari kedua tanggal 2 Juni 2018 jam 15.00 WIB

Diagnosa 2 : Kesiapan meningkatkan koping keluarga

S : Ny. S mengatakan lebih rileks saat melakukan terapi relaksasi

otot progresif, Ny. S mengatakan mau mengikuti instruksi

mahasiswa perawat saat dijelaskan relaksasi nafas dalam dan

membayangkan sesuatu yang rilek, Ny. S mengatakan sudah

mengurangi asin dan mengurangi santan

O : Ny. S terlihat sedang mengulangi terapi yang diajarkan kemarin,

Ny. S terlihat sedang membayangkan hal-hal yang positif, Ny. S

terlihat mengurangi makanan bersantan (kolak)

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi: mengajarkan penggunaan teknik non

farmakologi (terapi relaksasi otot progresif), memfasilitasi

strategi untuk menurunkan stress. Nafas dalam dan

membayangkan sesuatu yang rileks, melibatkan keluarga, orang

terdekat dalam perawatan dan perencanaan, mengajarkan cara

cuci tangan 6 langkah yang benar


37

Hari ketiga tanggal 3 Juni 2018 jam 16.00 WIB

Diagnosa 3 : Keletihan

S : Ny. S mengatakan di sela waktu luang sering mempraktekkan

terapi relaksasi otot progresif, Ny. S mengatakan lebih tenang

setelah melakukan relaksasi nafas dalam, Ny. S mengatakan

belum mengetahui cara cuci tangan 6 langkah yang benar dan

mau mengikuti yang diajarkan mahasiswa / perawat

O : Ny. S terlihat lebih rileks, Ny. S tampak mempraktekkan cara

cuci tangan 6 langkah yang benar.

P: penurunan tekanan darah, Q: nyeri berkurang, R: -, S: skala

nyeri 3, T: nyeri berkurang, TD: 150/80 mmHg, N: 80 x/menit,

RR: 20 x/menit, S: 36,3 oC

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi

4.2. PEMBAHASAN

Pada bab pembahasan ini penulis akan membahas tentang

pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga Ny. S pada tahap perkembangan

lansia dengan masalah hipertensi selama tiga kali pertemuan yang dimulai

dari tanggal 1-3 Juni 2018 di Kelurahan Kalimati Kecamatan Adiwerna

Kabupaten Tegal. Pelaksanaan tersebut dilihat dengan memperhatikan

aspek-aspek tahapan asuhan keperawatan keluarga yang dimulai dari

pengkajian, prioritas masalah, intervensi, implementasi dan evaluasi.


38

Pengkajian dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga adalah

tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi secara terus menerus

terhadap anggota keluarga binaanya (Harmoko, 2012). Besar data dasar

yang dipergunakan mengkaji status keluarga adalah stuktur dan

karakteristik keluarga, sosial, ekonomi, budaya, faktor lingkungan dan

medis dari setiap anggota keluarga, psikososial keluarga (Mubarak, 2011)

4.2.1. Pengkajian

1. Data Umum

Pada bagian ini hal-hal yang perlu dikaji seperti identitas

kepala keluarga, identitas anggota keluarga dan pohon riwayat

keluarga. Selain identitas keluarga ada hal-hal lain yang perlu

dikaji yaitu: tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial

ekonomi dan rekreasi keluarga.

Hasil pengkajian pada keluarga Ny. S yaitu tipe keluarga

Ny S adalah keluarga extended family. Saat Ny. S sakit anaknya

selalu menyuruh Ny. S untuk banyak beristirahat dan selalu

mengontrol makanan yang dikonsumsi Ny. S. Keluarga extended

family berpengaruh terhadap nyeri hipertensi yang diderita Ny. S

dikarenakan suara kebisingan yang ditimbulkan oleh cucunya.

Dari data sosial ekonomi Ny. S seorang pensiunan, di

anggota keluarga yang mencari nafkah adalah suami Ny. R dan

Ny. E yang bekerja sebagai buruh. Penghasilan menantu Ny. S

sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan harian, tetapi belum

lebih untuk ditabungkan.


39

2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

Data yang dikaji dalam hal ini yaitu: tahap perkembangan

keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga yang belum

dipenuhi dan riwayat keluarga inti.

Keluarga Ny. S adalah keluarga pada tahap usia lanjut

dimana Ny. S berusia 71 tahun, Ny. R 42 tahun, Ny. E 40 tahun,

An. P 8 tahun, An. A 5 tahun. Tahap perkembangan keluarga

yang belum terpenuhi adalah menyediakan lingkungan yang

meningkatkan kesehatan menyebabkan Ny. S stress yang bisa

menimbulkan nyeri.

3. Lingkungan

Dalam pengkajian yang berhubungan dengan lingkungan

data-data yang perlu dikaji yaitu karakteristik rumah dimana

rumah Ny. S memiliki penerangan yang kurang, alasannya jika

Ny. S berada di lampu yang terlalu terang Ny. S merasakan

pusing sehingga penerangan tidak dibuat terlalu terang untuk

membuat kenyamanan Ny. S. Karakteristik tetangga dan

komunitas keluarga Ny. S tinggal di lingkungan kelurahan yang

cukup padat penduduk. Mayoritas adalah penduduk asli.

Mobilitas dan geografis keluarga yaitu sejak dahulu keluarga

Ny. S sudah menempati rumah yang ditempatinya saat ini tidak

pernah berpindah. Keluarga Ny. S juga berinteraksi baik dengan

masyarakat sekitar.
40

4. Fungsi Keluarga

Data yang perlu dikaji dalam hal ini yaitu: fungsi afektif,

dimana Ny. S mengatakan bahwa ia sangat menyayangi

keluarganya dan dalam keluarga harus saling menjaga,

menyayangi dan menghormati. Fungsi perawatan kesehatan dan

mengenal masalah kesehatan Ny. S mengatakan kurang

mengetahui tentang penyakit hipertensi seperti penyebab,

perawatan, pencegahan, jenis makanan yang dianjurkan dan yang

tidak dianjurkan untuk hipertensi.

Memelihara atau memodifikasi lingkungan Ny. S selalu

memelihara kesehatan lingkungan agar keluarga tetap sehat

terhindar dari penyakit. Menggunakan fasilitas pelayanan

kesehatan Ny. S percaya terhadap tenaga dan fasilitas kesehatan.

Jika ada keluarga yang sakit selalu berobat ke puskesmas karena

kesehatan itu mahal harganya dan ingin cepat disembuhkan.

Fungsi religius Ny. S beragama Islam saat Ny. S merasakan

nyeri Ny. S hanya melakukan sholat dan berdo’a agar nyeri bisa

berkurang.

5. Stressor dan Koping Keluarga

Data yang perlu dikaji dalam hal ini yaitu: stressor jangka

pendek dan panjang, kemampuan keluarga berespon terhadap

stressor, strategi koping yang digunakan, strategi adaptasi

keluarga. Pada stressor jangka pendek keluarga selalu


41

memikirkan kesembuhan penyakit Ny. S agar tidak terjadi

kekambuhan terus menerus. Dan stressor jangka panjang

keluarga selalu memperhatikan pola makan Ny. S, pola hidup

sehat dan selalu memotivasi Ny. S agar tidak memikirkan hal

berat karena keluarga ingin Ny. S agar tidak terlalu stress.

Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor yaitu dengan

membicarakan dengan anggota keluarga dengan anggota lain dan

saling meminta pendapat agar masalah cepat terselesaikan.

6. Pemeriksaan Kesehatan

Pada pemeriksaan ini Ny. S mengatakan nyeri kepala,

pandangan kabur, kesemutan pada tangan dan kaki, tetapi Ny. S

menganggap saat terjadi nyeri sudah terbiasa mengalaminya.

Mukosa bibir pucat beralasan Ny. S kurang minum air putih dan

kurang mengkonsumsi buah.

7. Harapan Keluarga

Keluarga berharap bisa diberikan informasi tentang hal-

hal yang berhubungan dengan kesehatan, terutama Ny. S

mengatakan ingin tahu tentang perawatan hipertensi. Agar Ny. S

bisa melakukan perawatan sendiri tanpa harus merepotkan

keluarga.

4.2.2. Diagnosa

Adapun masalah keperawatan yang muncul sesuai dengan

skoring adalah:
42

1. Nyeri akut

Hipertensi adalah tekanan darah persisten atau terus

menerus sehingga melebihi batas normal dimana tekanan darah

sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah, diastole di atas 90

mmHg (Harmoko, 2012). Pada penderita hipertensi muncul

tanda dan gejala seperti sakit kepala dan kaku leher

(Utaminingsih, 2009). Sedangkan pada kasus ditemukan tanda

dan gejala nyeri yang terjadi pada Ny. S.

Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional tidak

menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan actual

atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan

(internasional association for the study of pain). Awitan yang

tiba-tiba lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir

yang dapat diantisipasi atau diprediksi (Herdman, 2015).

Kondisi ini didukung oleh data berikut: Ny. S mengatakan nyeri

kepala, nyeri leher, kesemutan, pandangan kabur ketika penyakit

hipertensinya kambuh.

Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi

pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla di

otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang

berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna

medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls


43

yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia

simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan

asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion

ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor

seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon

pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu

dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,

meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa

terjadi (Della, 2015).

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis

merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,

kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan

aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin,

yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi

kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons

vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan

pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin

I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu

vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi

aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan

retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan


44

peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung

mencetuskan keadaan hipertensi (Kartika, 2010).

Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural

dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab

pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.

Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas

jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh

darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi

dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan

arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi

volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),

mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan

tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2012).

Batasan karakteristik: bukti nyeri dengan menggunakan standar

daftar periksa nyeri untuk pasien yang tidak dapat

mengungkapkannya, ekspresi wajah nyeri (missal mata kurang

bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar atau tetap

pada satu fokus, meringis), fokus menyempit (misalnya persepsi

waktu, proses berpikir, interaksi dengan orang dan lingkungan),

fokus pada diri sendiri, mengekspresikan perilaku (misalnya

gelisah, merengek, menangis, waspada), perubahan pada

parameter fisiologis (misalnya tekanan darah, frekuensi jantung,

frekuensi pernapasan), perubahan posisi untuk menghindari


45

nyeri, perubahan selera makan, putus asa, sikap melindungi area

nyeri, sikap tubuh melindungi.

2. Kesiapan meningkatkan koping

Kesiapan meningkatkan koping adalah suatu pola upaya

kognitif dan perilaku untuk mengatasi tuntutan atau perintah

yang adekuat untuk kesejahteraan dan dapat ditingkatkan

(Herdman, 2015). Kondisi ini didukung oleh data berikut: Ny. S

mengatakan ingin merubah pola makan dari asin menjadi tidak

asin, mengurangi santan, keluarga Ny. S mengatakan sering

mengingatkan Ny. S untuk kontrol ke puskesmas.

Strategi koping merupakan suatu upaya indivdu untuk

menanggulangi situasi stres yang menekan akibat masalah yang

dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kogntif maupun

prilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya sendiri.

Koping yang efektif umtuk dilaksanakan adalah koping yang

membantu seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi

menekan dan tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat

dikuasainya. Batasan karakteristik: menunjukkan keinginan

meningkatkan manajemen stressor, menunjukkan keinginan

meningkatkan pengetahuan tentang strategi manajemen sters

baru, menunjukkan keinginan meningkatkan penggunaan rentang

strategi berorientasi emosi, menunjukkan keinginan

meningkatkan penggunaan rentang strategi berorientasi masalah,

menunjukkan keinginan meningkatkan dukungan sosial,


46

menunjukkan keinginan meningkatkan penggunaan sumber-

sumber spiritual, menyadari kemungkinan perubahan

lingkungan.

3. Keletihan

Keletihan adalah terus-menerus dan penurunan kapasitas

untuk bekerja fisik dan mental pada tingkat yang lazim

(Herdman, 2015). Kondisi ini didukung oleh data berikut: Ny. S

mengatakan mudah lelah jika kecapaian, Ny. S mengatakan

banyak pikiran yang membuat cepat lelah. Data obyektif TD:

170/100 mmHg, Ny. S terlihat pucat.

Menurut Nurmianto (2008), kelelahan kerja akan

menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja.

Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang

terjadinya kecelakaan kerja dalam industri. Pembebanan otot

secara statispun (static muscular loading) jika dipertahankan

dalam waktu yang cukup lama akan mengakibatkan RSI

(Repetition Strain Injuries), yaitu nyeri otot, tulang, tendon, dan

lain-lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang bersifat

berulang (repetitive).

Kelelahan juga merupakan masalah yang dapat menimpa

semua tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya.

Penyebab terjadinya kelelahan yaitu intensitas dan lamanya kerja

fisik dan mental, iklim kerja, penerangan, kebisingan, rasa

khawatir, konflik, tanggung jawab, status gizi dan kesehatan.

Kelelahan merupakan mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh


47

menghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga terjadilah

pemulihan (Andrarmoyo, 2016).

Batasan karakteristik: apatis, gangguan konsentrasi,

kelelahan, kurang energi, kurang minat terhadap sekitar,

mengantuk, merasa bersalah karena tidak dapat menjalankan

tanggung jawab, peningkatan kebutuhan istirahat, peningkatan

keluhan fisik, pola tidur tidak memuaskan (misalnya karena

tanggung jawab sebagai pemberi asuhan, menjadi orang tua,

tidak mampu mempertahankan aktivitas fisik pada tingkat yang

biasanya, tidak mampu mempertahankan rutinitas yang biasanya.

Menurut Nanda (2012), ada empat diagnosa keperawatan

yang mungkin ditemukan pada pasien dengan hipertensi.

Sedangkan dalam pengelolaan kasus ada tiga diagnosa

keperawatan yang ditemukan pada Ny. S. Hal ini terjadi karena

masalah keperawatan yang muncul di lapangan berdasarkan

respon pasien dan keluarga pada saat itu, sehingga wajar apabila

ditemukan adanya perbedaan antara diagnosa dalam teori dan

praktek. Setelah dilakukan pengkajian pada keluarga Ny. S, ada

tiga diagnosa keperawatan yang muncul, yaitu: nyeri akut,

kesiapan meningkatkan koping, keletihan.

4.2.3. Intervensi

Penulisan kriteria hasil berdasarkan SMART:

S = Spesifik (tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti

ganda)
48

M = Measurable (tujuan keperawatan harus dapat diukur,

khususnya tentang perilaku klien; dapat di lihat, didengar,

diraba, dirasakan dan dibau)

A = Achievable (tujuan harus dicapai)

R = Reasonable (tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah)

T = Time (Tujuan keperawatan tercapai dalam jangka waktu yang

ditentukan)

1. TUK : Keluarga mampu mengenal tindakan pribadi untuk

mengontrol nyeri.

NIC : Manajemen nyeri (1400): tentukan akibat dari

pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup pasien

(misalnya tidur, nafsu makan, perasaan, hubungan), gali

faktor-faktor yang dapat menurunkan dan memperberat

nyeri, kendalikan faktor lingkungan yang dapat

mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan

(misalnya suhu, pencahayaan, suara bising), kurangi

faktor-faktor yang dapat mencetuskan nyeri (misalnya

kelelahan, kurang pengetahuan). keterlibatan keluarga

dalam mengatasi nyeri Ny. S hanya menyuruh untuk

beristirahat dan hanya menggunakan balsam saat Ny. S

merasa nyeri, ajarkan penggunaan teknik non

farmakologi
49

NOC : Pengetahuan: kontrol nyeri (1605): meningkatkan dari 1

(tidak memiliki pengetahuan)  3 (pengetahuan

sedang), indikator: memahami tentang mengenali kapan

nyeri terjadi, menggambarkan faktor penyebab,

menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) tanpa

analgesik

2. TUK : Keluarga mampu mengenal keparahan keletihan secara

umum berdasarkan pengalaman atau laporan.

NIC : Edukasi: terapi keluarga (7150): identifikasi bagaimana

keluarga menyelesaikan masalah, tentukan pola

komunikasi dalam keluarga, fasilitasi strategi untuk

menurunkan stress, minta anggota keluarga untuk

berpartisipasi dalam merasakan aktivitas rumah,

misalnya makan bersama anggota keluarga.

NOC : Pengetahuan: koping keluarga (2600): meningkatkan

dari (tidak tahu) menjadi 3 (memiliki pengetahuan

sedang), indikator: memahami tentang mengelola

masalah keluarga, melibatkan anggota keluarga dalam

mengambil keputusan, mengungkapkan perasaan dan

emosi secara terbuka diantara anggota keluarga, peduli

terhadap kebutuhan semua anggota keluarga.

3. TUK : Keluarga mampu mengenal keparahan keletihan secara

umum berdasarkan pengalaman atau laporan.


50

NIC : Edukasi: peningkatan sistem dukungan (5440):

identifikasi tingkat dukungan keluarga dan sumber daya

lainnya, identifikasi sumber daya yang tersedia dengan

dukungan pemberi perawatan, monitor situasi keluarga

saat ini dan jaringan dukungan (yang tidak ada), libatkan

keluarga, orang terdekat dalam perawatan dan

perencanaan dalam mengontrol makanan yang

dikonsumsi Ny. S salah satunya mengurangi asin, santan

dan menggurangi aktivitas yang bisa menimbulkan

kelelahan.

NOC : Pengetahuan: tingkat keletihan (0007): meningkatkan

dari 1 (tidak adekuat) menjadi 3 (cukup adekuat),

indikator: menjelaskan penggunaan energi untuk

mengatasi kelelahan, kecemasan menurun, kualitas

hidup meningkat

4.2.4. Implementasi

Menurut Maryam (2009), implementasi dapat dilakukan oleh

banyak orang seperti klien (individu atau keluarga), perawat dan

anggota tim perawat kesehatan yang lain, keluarga luas dan orang-

orang lain dalam jaringan kerja sosial keluarga. Adanya kesulitan,

kebingungan serta ketidakmampuan yang dihadapi keluarga harus

menjadikan perhatian. Oleh karena itu, diharapkan perawat dapat

memberikan kekuatan dan membantu pengembangan potensi-potensi


51

yang ada, sehingga keluarga mempunyai kepercayaan diri dan

mandiri dalam menyelesaikan masalah.

Dalam kegiatan pelaksanaan implementasi selama 3 kali

pertemuan dengan waktu 30 menit. Pelaksanaan hari ke 1 selama 30

menit, keluarga Ny. S kooperatif. Saat dilakukan kunjungan rumah

Ny. S dan keluarga selalu hadir juga bersedia untuk mengikuti

kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan. Respon keluarga baik dan

memperhatikan terhadap acara penyuluhan, Ny S dan keluarga

sering bertanya. Secara umum tujuan pendidikan kesehatan adalah

mengubah perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam

memelihara perilaku sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal. Adapun beberapa faktor yang perlu

diperhatikan dalam keberhasilan pendidikan dalam pelayanan

kesehatan, antara tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, adat

istiadat, kepercayaan masyarakat dan ketersediaan waktu (Potter &

Perry, 2009).

Saat dilakukan tindakan terapi otot progresif respon hari

pertama Ny. S dan keluarga belum mengenal. Setelah hari kedua Ny.

S mulai sedikit paham dan hari ketiga Ny. S mulai bisa melakukan

dengan mandiri. Tindakan yang kedua penyuluhan hipertensi tentang

komplikasi, makanan yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan.

Respon hari pertama Ny. S dan keluarga masih bingung tentang

makanan apa yang dianjurkan dan makanan yang dilarang untuk

hipertensi. Hari kedua Ny. S dan keluarga mulai sedikit memahami


52

tentang makanan apa yang dianjurkan dan makanan apa yang tidak

dianjurkan untuk hipertensi. Hari ketiga Ny. S dan keluarga mulai

mempraktekkan makanan sehat dan bergizi untuk hipertensi. Pada

diagnosa keletihan dilakukan tindakan untuk mengelola aktivitas

sehari-hari, respon Ny. S mau mengikuti nasehat untuk tidak terlalu

keletihan dan menjaga kesehatan. Berikut ini termasuk tindakan SOP

terapi relaksasi otot progresif Standard Operational Procedure

(SOP)

1. Persiapan

Persiapan alat dan lingkungan: kursi, bantal, serta lingkungan

yang tenang dan sunyi.

Persiapan klien: jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan

pengisian lembar persetujuan terapi pada klien, posisikan tubuh

klien secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup

menggunakan bantal dibawah kepala dan lutut atau duduk

dikursi dengan kepala ditopang, hindari posisi berdiri, lepaskan

asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu,

longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya

mengikat ketat.

2. Prosedur

Gerakan 1 ditujukan untuk melatih otot tangan: genggam

tangan kiri sambil membuat suatu kepalan, buat kepalan semakin

kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi, pada


53

saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan relaks

selama 10 detik, gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali

sehingga klien dapat membedakan perbedaan antara ketegangan

otot dan keadaan relaks yang dialami, prosedur serupa juga

dilatihkan pada tangan kanan.

Gerakan 2 ditujukan untuk melatih otot tangan bagian

belakang: tekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan

tangan sehingga otot di tangan bagian belakang dan lengan

bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-langit. Gerakan

melatih otot tangan bagian depan dan belakang.

Gerakan 3 ditujukan untuk melatih otot biseps (otot besar

pada bagian atas pangkal lengan): genggam kedua tangan

sehingga menjadi kepalan, kemudian membawa kedua kepalan

ke pundak sehingga otot biseps akan menjadi tegang.

Gerakan 4 ditujukan untuk melatih otot bahu supaya

mengendur: angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan

hingga menyantuh kedua telinga, fokuskan atas, dan leher.

Gerakan 5 dan 6 ditujukan untuk melemaskan otot-otot

wajah (seperti otot dahi, mata, rahang, dan mulut): gerakkan otot

dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa

dan kulitnya keriput, tutup keras-keras mata sehingga dapat

dirasakan disekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan

gerakan mata.
54

Gerakan 7 ditujukan untuk mengendurkan ketegangan

yang dialami oleh otot rahang. Katupkan rahang, diikuti dengan

menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan disekitar otot rahang.

Gerakan 8 ditujukan untuk mengendurkan otot-otot

sekitar mulut. Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga

akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut.

Gerakan 9 ditujukan untuk merileksikan otot leher bagian

depan maupun belakang: gerakan diawali dengan otot leher

bagian belakang baru kemudian otot leher bagian depan,

letakkan kepala sehingga dapat beristirahat, tekan kepala pada

permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga dapat

merasakan ketegangan dibagian belakang leher dan punggung

atas.

Gerakan 10 ditujukan untuk melatih otot leher begian

depan; gerakan membawa kepala ke muka, benamkan dagu ke

dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher

bagian muka.

Gerakan 11 ditujukan untuk melatih otot punggung:

angkat tubuh dari sandaran kursi, punggung dilengkungkan,

busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian

relaks, saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil

membiarkan otot menjadi lemas.

Gerakan 12 ditujukan untuk melemaskan otot dada: tarik

napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-


55

banyaknya, Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan

ketegangan di bagian dada sampai turun ke perut, kemudian

dilepas, saat ketegangan dilepas, lakukan napas normal dengan

lega, ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan

antara kondisi tegang dan relaks.

Gerakan 13 ditujukan untuk melatih otot perut: tarik

dengan kuat perut kedalam, tahan sampai menjadi kencang dank

eras selama 10 detik, lalu dilepaskan bebas, ulangi kembali

seperti gerakan awal perut ini.

Gerakan 14-15 ditujukan untuk melatih otot-otot kaki

(seperti paha dan betis): luruskan kedua telapak kaki sehingga

otot paha terasa tegang, lanjutkan dengan mengunci lutut

sedemikian rupa sehingga ketegangan pindah ke otot betis., tahan

posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas, ulangi setiap gerakan

masing-masing dua kali.

4.2.5. Evaluasi

Menurut Mubarak (2010), sesuai dengan rencana tindakan

yang telah diberikan, tahap penilaian dilakukan untuk melihat

keberhasilannya. Bila tidak atau belum berhasil, maka perlu disusun

rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin

tidak dapat dilakukan dalam sekali kunjungan ke keluarga. Oleh

karena itu, kunjungan dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai

dengan waktu dan kesediaan keluarga.


56

Tahap evaluasi sesuai yang dilakukan kegiatan. Untuk

masalah nyeri akut didapatkan data subyektif sudah paham apa itu

hipertensi, Ny. S juga mau merubah kebiasaannya yang suka masak

makanan yang terlalu asin dan mau mengontrol tekanan darahnya,

Ny. S dan keluarga mengatakan hipertensi adalah tensi yang lebih

dari 140/90, penyebab hipertensi adalah usia, keturunan, suka makan

asin, stress, kegemukan. Gejala hipertensi adalah pusing, nyeri di

tengkuk, mudah marah. Akibat dari hipertensi adalah stroke,

penyakit jantung dan ginjal. Makanan yang dianjurkan untuk

penderita hipertensi adalah nasi, tahu, tempe, pisang, jeruk, telur dan

ikan. Makanan yang dibatasi adalah makanan yang asin, jeroan, buah

atau sayuran yang diawetkan dan perawatan penderita hipertensi

dengan memeriksakan tensi rutin, olahraga, kurangi makanan yang

terlalu asin, makanan yang berlemak, jangan stress.

Data obyektifnya Ny. S dan keluarga kooperatif saat dilakukan

pendidikan kesehatan, Ny. S banyak bertanya. Saat ditanya Ny. S

dan keluarga dapat men jelaskan pengertian hipertensi secara

sederhana atau singkat, Ny. S dan keluarga dapat menyebutkan 6

dari 10 penyebab hipertensi, Ny. S dan keluarga dapat menyebutkan

3 dari 4 akibat hipertensi, Ny. S dan keluarga dapat menyebutkan 7

dari 14 makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi, Ny. S

dan keluarga dapat menyebutkan 4 dari 3 makanan yang dibatasi


57

untuk hipertensi. Dari hasil uraian evaluasi di atas penulis dapat

menyimpulkan perawatannya teratasi dan intervensi dihentikan.

Untuk masalah kesiapan meningkatkan koping didapat data

subyektif Ny. S mengatakan lebih rileks, Ny. S mau rutin

mempraktekkan terapi relaksasi otot progresif untuk mengurangi

nyeri hipertensi. Data obyektifnya tekanan darah Ny. S turun

menjadi 150/80 mmHg. Dari hasil uraian evaluasi di atas penulis

dapat menyimpulkan perawatannya teratasi dan intervensi

dihentikan.

4.3. KETERBATASAN

4.3.1. Keterbatasan Aspek Teoritis

Penulis merasa kesulitan dalam mengelola kasus asuhan

keperawatan keluarga dengan tahap perkembangan lansia dengan

masalah hipertensi, hipertensi adalah penyakit kronis penanganan

dalam waktu yang lama karena terbatasnya waktu yang ada. Penulis

kesulitan dalam mencari buku. Kasus yang diperoleh dalam

puskesmas sesuai dengan proposal yang sudah dibuat, penulis harus

mengulang dari awal sehingga penulis membutuhkan waktu yang

lama dalam mengelola kasus.

4.3.2. Keterbatasan Metodologis

Kriteria inklusi yang didapat penulis yaitu 1) klien untuk usia

lansia > 60 tahun, 2) tidak memiliki gangguan pendengaran dan

penglihatan, 3) riwayat hipertensi. Kriteria eksklusi hanya

mengonsumsi obat sedatif jangka panjang. Penulis menemukan


58

kasus dengan kriteria inklusi yang sudah ditetapkan. Penulis dapat

mengelola pasien dalam 3x kunjungan rumah sesuai yang

diharapkan, karena berdasarkan data yang sudah didapat pasien

mengalami hipertensi dengan masalah nyeri tidak membutuhkan

waktu lama sehingga penulis mampu mempertahankan penanganan

nyeri pada pasien.

4.3.3. Hambatan

Penulis menemukan hambatan pada pembuatan kasus ini

yaitu jarak rumah pasien yang jauh dan pasien sulit untuk ditemui

karena pasien selalu mengikuti kegiatan pengajian rutin.


59

BAB 5

PENUTUP

Dari uraian dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini, penulis menyimpulkan

dan memberi saran sebagai berikut:

5.1. Kesimpulan

5.1.1. Keluarga Ny. S berada dalam tahap perkembangan lansia, penyakit

yang diderita Ny. S saat ini adalah hipertensi, hal ini sedikit

mengganggu aktifitas Ny. S dalam melaksanakan fungsi dan peran

Ny. S dalam keluarga, akan tetapi keluarga selalu membantu,

mendukung akan kondisi kesehatan Ny. S

5.1.2. Masalah keperawatan yang muncul dalam keluarga Ny. S

dikarenakan kurangnya perawatan dalam anggota keluarga yang

sakit dan informasi tentang masalah kesehatan yang diterima

keluarga. Seperti nyeri akut, kesiapan meningkatkan koping

keluarga, keletihan.

5.1.3. Dalam melakukan intervensi keperawatan, penulis tidak

mengalami halangan dan kendala karena keluarga Ny. S sangat

terbuka, kooperatif, dan mau menerima saran dari Penulis sebagai

perawat. Tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas

hidup pasien (misal: tidur, nafsu makan).

5.1.4. Dalam melakukan implementasi keluarga Ny. S selalu

memperhatikan dan sangat kooperatif bertanya, jika mengalami


60

kesulitan dan bersedia meluangkan waktu untuk mendengarkan

demonstrasi perawat. Seperti: melakukan pendidikan kesehatan

tentang hipertensi, mengajarkan terapi relaksasi otot progresif,

mengajarkan cuci tangan 6 langkah yang benar.

5.1.5. Evaluasi yang dilakukan menunjukkan hasil yang baik, dan

berhasil sesuai rencana tindakan. Hal ini membuktikan bahwa Ny.

S dan keluarga ada kemauan untuk meningkatkan status

kesehatannya.

5.1.6. Penulis mampu melakukan pembahasan antara asuhan keperawatan

keluarga Ny. S yang ditulis oleh penulis dengan konsep asuhan

keperawatan keluarga sesuai teori kedalam Karya Tulis Ilmiah

(KTI).

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka Penulis memberi saran

sebagai berikut :

5.2.1. Untuk Keluarga

Diharapkan keluarga lebih cermat dalam memilih, mengolah

dan menyajikan makanan terutama terhadap Ny. S harus rendah

garam. Merubah kebiasaan hidup lebih sehat dengan berolahraga

ringan serta menambah wawasan tentang pengetahuan seputar

penyakit sehingga keluarga lebih waspada terhadap gangguan

kesehatan.
61

5.2.2. Untuk Petugas Kesehatan

Komunikasi terapeutik dan tanggap pada kebutuhan pasien

akan sangat membantu dalam melakukan asuhan keperawatan pada

keluarga serta mampu memberikan informasi penting mengenai

penyakit hipertensi. Mampu meningkatkan asuhan keperawatan

yang lebih berkualitas dengan modifikasi tindakan-tindakan

keperawatan tanpa meninggalkan konsep dan etik keperawatan.

5.2.3. Untuk Mahasiswa

Masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat Indonesia

sebagian besar karena kurangnya informasi tentang masalah

kesehatan yang dialaminya, diharapkan untuk mahasiswa dan

mahasiswi lebih banyak lagi membekali diri dengan ilmu

pengetahuan supaya mahasiswa dan mahasiswi mampu untuk

memberikan informasi secara menyeluruh sesuai yang dibutuhkan,

lebih terampil dan professional lagi dalam memberikan asuhan

keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai