Anda di halaman 1dari 187

KARY

YA TULIIS ILMIA
AH

ASUH
HAN KEPPERAWA ATAN PA ADA PASIIEN Ny. J DENGAAN
C
CKD (Chro ney Diseasse) STAG
onic Kidn GE V DI R
RUANG
ALAMAN
A NDA 2 RS SUD SLEEMAN
Y
YOGYAK KARTA

Oleh:
DWI RIST
D TANTI
NIM: 201
14015

YAYA
ASAN KEP
PERAWAT TAN YOGY
YAKARTA
A
AKADEMI
A I KEPERAAWATAN “YKY”

Y
YOGYAKA ARTA
2017
7

i
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. J DENGAN


CKD (Chronic Kidney Disease) STAGE V DI RUANG
ALMANDA 2 RSUD SLEMAN
YOGYAKARTA

Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Syarat


Menyelesaikan Pendidikan Program D III Keperawatan
Akademi Keperawatan ”YKY”
Yogyakarta

Oleh :
DWI RISTANTI
NIM: 2014015

YAYASAN KEPERAWATAN YOGYAKARTA


AKADEMI KEPERAWATAN “YKY”
YOGYAKARTA
2017

ii
KARY
YA TULIIS ILMIA
AH

ASUH
HAN KEPPERAWA ATAN PA ADA PASIIEN Ny. J DENGAAN
C
CKD (Chro ney Diseasse) STAG
onic Kidn GE V DI R
RUANG
ALMAN NDA 2 RSUD SLEM MAN
Y
YOGYAK KARTA

Oleh :
D
DWI RISTTANTI
NIM: 201
14015

Telah m
memenuhi persyaratan dan
d
Diisetujui pada tanggal

18 Juli 2017
2

Pembimb
bing

Yayang
Y Harrigustian, S.Kep., Ns., M.Kep
N
NIK: 1141 11 160

iii
KARY
YA TULIIS ILMIA
AH

ASUH
HAN KEPPERAWA ATAN PA ADA PASIIEN Ny. J DENGAAN
C
CKD (Chro ney Diseasse) STAG
onic Kidn GE V DI R
RUANG
ALMAN NDA 2 RSUD SLEM MAN
Y
YOGYAK KARTA

Oleh :
DWI RIST
D TANTI
NIM: 201
14015

Telah dipertahhankan di depan Dewan n Penguji


Karyaa Tulis Ilmiiah Akademmi Keperawaatan ”YKY””
Padaa tanggal: 20 Juli 2017

Dewan PeengujiTandaa Tangan

Penguji I Riana Dewi, S.Keep., M.M ………


……………
…….

Penguji II ng Harigustiian, S.Kep., Ns., M.Kep


Yayan p ………
……………
…….

Penguji III Ani Yuliati, AMK


K ………
……………
…….

Mengesah hkan
Dirrektur Akpeer “YKY”
Yogyakaarta

Tri A
Arini, S.Kep.,Ns.,M.Kep
p
N
NIK: 1141 03 052

iv
MOTTO

“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu
sendiri yang mengubah nasibnya.”
(Q. S. Ar Ra’ad : 11)

Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan. Karena itu bila kau
sudah selesai (mengerjakan yang lain). Dan berharaplah kepada Tuhanmu.
(Q.S Al Insyirah : 6-8)

“Ilmu adalah lebih dari harta. Ilmu menjagamu, sedangkan kamu harus menjaga
hartamu. Harta akan berkurang jika kau nafkahkan, sedangkan ilmu bertambah
subur bila kau nafkahkan, demikian pula budi yang ditimbulkan melalui harta yang
akan hilang dengan hilangnya harta.”
( Ali bin Abi Tholib )

Kebanggan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit
kembali setiap kita jatuh

v
PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua ku, Ayahanda tercinta Sunaryo, dan ibunda tercinta Remi,

yang dengan sabar mendidikku sampai saat ini dan selalu memberikan

kasih sayang, doa, nasehat serta cinta kasih yang tak pernah lupa diberikan

kepadaku dan selalu memberikan dukungan baik moril maupun materiil

selama menempuh pendidikan sehingga aku bisa menyelesaikan studiku.

2. Untuk kakakku tercinta Eni Susanti, terimakasih selalu memberikan

dukungan dan memberi semangat untuk adikmu ini dan selalu menjadi

panutan yang baik untukku,untuk Arif terimakasih juga selalu memberi

dukungan dan semangat kapada saya, tak lupa juga terimakasih untuk

seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan dukungan dan semangat

untukku, dan tak lupa doa untukku.

3. Untuk pembimbing Ibu Yayang, terimakasih telah sabar, selalu

memberikan semangat dan motivasi serta masukan-masukan dalam

penyusunan KTI ini, saya tidak adak melupakan hal itu,

4. Untuk Sahabat-sahabatku ( Latifah, Muya, Gian ) yang sudah seperti

keluarga kedua dan juga tak bosan untuk selalu memberikan dukungan,

semangat, motivasi serta masukan-masukan untuk saya dan menjadi

sahabat terdekat dari pertama masuk kuliah sampai kita wisuda bersama.

5. Untuk teman satu kelompok ( Arif, Chahya dan Nursulis) terimakasih

yang selalu mendukung satu sama lain, selalu kompak antara satu sama

vi
lain semoga kedepannya kita selalu diberikan kelancaran dalam segala hal

dan kesuksesan berpihak kepada kita semua.

6. Buat teman-teman seperjuanganku, angkatan ke-20 yang tidak bisa ku

sebutkan satu persatu. Semoga kesuksesan menjadi milik kita

bersama.Teruskan perjuangan kalian. Jangan berhenti sampai di sini

7. Almamater ku tercinta. Akper ”YKY” Yogyakarta.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan karya tulis ilmiah dengan judul

”Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. J Dengan CKD(Chronic Kidney

Disease)StageVDi Ruang Almanda 2 RSUD SlemanYogyakarta” dapat

diselesaikan dengantepat waktu.Karya tulis ilmiah ini disusun dan diajukan guna

melengkapi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan program Diploma III

Keperawatan di Akademi Keperawatan “YKY” Yogyakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini dapat disusun

dan diselesaikan atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka dalam

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Joko Hastaryo, M.Kes selaku direktur RSUD Sleman Yogyakarta yang

telah memberikan ijin untuk praktik di RSUD Sleman Yogyakarta .

2. Tri Arini, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Direktur Akademi Keperawatan “YKY“

yang telah memberikan kesempatan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.

3. Yayang Harigustian, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing penulisan karya

tulis ilmiah, yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis,

sehingga penulisan karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik dan

tepat pada waktunya.

4. Riana Dewi,S.Kep.,M.M selaku penguji dari Akademi Keperawatan “YKY“

Yogyakarta.

viii
5. Ani Yuliati,AMK, selaku penguji dari RSUD Sleman yang telah memberikan

arahan, bimbingan, saran dan motivasi dalam melaksanakan ujian praktek.

6. Seluruh dosen dan staf Karyawan Akademi Keperawatan “YKY’ Yogyakarta

yang turut mendukung dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Kedua orang tuaku yang telah memberikan dukungan. Baik secara moril

maupun materiil serta do’a sehingga penulis dapat mengikuti pendidikan dan

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini di Akademi Keperawatan “YKY”

Yogyakarta.

8. Semua pihak yang telah membantu atas terselesaikannya penulisan Karya Tulis

Ilmiah ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih

jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini, dan semoga Karya Tulis

Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, Juli 2017

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
INTISARI ........................................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 4
C. Ruang Lingkup ...................................................................... 4
D. Tujuan Penulisan .................................................................... 5
E. Manfaat penulisan .................................................................. 6
F. Metode Penulisan ................................................................... 7
G. Sistematika Penulisan ............................................................. 10

BAB II TIJAUAN PUSTAKA


A. Gambaran UmumGinjal
1. Anatomi Ginjal ................................................................... 13
2. Fisiologi Ginjal .................................................................. 17
B. Gambaran Umum Chronic Kidney Disease
1. Pengertian Chronic Kidney Disease................................... 20
2. Etiologi Chronic Kidney Disease ....................................... 21
3. Klasifikasi Chronic Kidney Disease .................................. 22
4. Patofisiologi Chronic Kidney Disease ............................... 24
5. Manifestasi Klinis Chronic Kidney Disease ...................... 27
6. Penatalaksanaan Chronic Kidney Disease ......................... 30
7. Pemeriksaan Penunjang Chronic Kidney Disease ............. 33
C. Gambaran Umum Asuhan Keperawatan Chronic Kidney
Disease
1. Pengkajian .......................................................................... 35
2. Diagnosa Keperawatan....................................................... 38
3. Perencanaan........................................................................ 41
4. Pelaksanaan ........................................................................ 44
5. Evaluasi .............................................................................. 46
6. Dokumentasi ....................................................................... 47

x
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian ............................................................................... 53
1. Identitas ............................................................................. 53
2. Riwayat Kesehatan ............................................................. 54
3. Kesehatan Fungsional ........................................................ 56
4. Pemeriksaan Fisik .............................................................. 62
5. Pemeriksaan Penunjang ..................................................... 65
6. Terapi Yang Diberikan....................................................... 68
7. Analisa Data ....................................................................... 69
B. Diagnosa keperawatan .............................................................. 71
C. Perencanaan Keperawatan ........................................................ 73
D. Catatan Perkembangan ............................................................. 74

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian ................................................................................ 118
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................. 123
C. Perencanaan .............................................................................. 127
D. Pelaksanaan .............................................................................. 131
E. Evaluasi .................................................................................... 134
F. Dokumentasi ............................................................................. 135

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 137
B. Saran ......................................................................................... 138

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skala ketergantungan .............................................................. 58


Tabel 3.2 Resiko Jatuh ............................................................................ 59
Tabel 3.3 Resiko Luka Dekubitus ........................................................... 60
Tabel 3.4 Pemeriksaan Laboratorium ..................................................... 65
Tabel 3.5 Hasil pemeriksaaan Radiologi ................................................ 67
Tabel 3.6 Terapi Obat ............................................................................. 68
Tabel 3.7 Analisa Data ............................................................................ 69

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Ginjal Gambar ...................................................... 13


Gambar 3.1 Genogram ............................................................................ 55
Gambar 3.2 Skala Nyeri .......................................................................... 63

xiii
Dwi Ristanti. (2017). Asuhan Keperawatan pada Pasien Ny. “J” dengan CKD
(Chronic Kidney Disease) StageV di Ruang Almanda 2
RSUD Sleman Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah. Akademi
Keperawatan ”YKY” Yogyakarta.
Pembimbing : Yayang Harigustian, S.Kep.,Ns.,M.Kep

INTISARI

Penyakit Chronic Kidney Diseasemerupakan masalah kesehatan di dunia


tidak dengan segera ditangani maka akan menimbulkan komplikasi diantaranya
hiperkalemia, perikarditis, hipertensi, anemia, asidosis metabolik, sepsis,
neuropati perifer, hiperuremia.Berdasarkan data registrasi di Ruang Almanda 2
RSUD Sleman dari bulan Januari 2017 sampai 08 Juli 2017 jumlah penderita
CKD (Chronic Kidney Disease) sebanyak 43 orang, dengan prosentase 5,65%.
Tujuan Karya Tulis Ilmiah ini yaitu untuk mendapatkan pengalaman nyata
dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien CKD
Stage V. Metode karya ilmiah ini menggunakan metode deskriptif yang
memaparkan keadaan pasiendengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan.
Hasil pengkajian didapatkan pengkajian yang sesuai dengan teori dan yang
tidak sesuai teori. Diangnosa keperawatan yang muncul pada pasien CKD yang
sesuai teori adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh.Diagnosa yang tidak ada diteori tetapi ada di kasus yaitu ketidakefektifan
perfusi jaringan cerebral, ketidakefektifan perfusi ginjal, kerusakan integritas
kulit, dan hambatan mobilitas fisik.Perencanaan untuk diagnosa ini mengacu
pada Nursing Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes
Classification (NOC). Hasil evaluasi, terdapat 1 diagnosa yang teratasi
sebagian yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, 4
diagnosa yang belum teratasi.
Penulis mendapatkan pengalaman nyata dalam malakukan asuhan keperawatan
pada pasien CKD.Penulis dapat melakukan asuhan keperawatan yang melupiti
pengkajian, menentukan diagnosa, perencanaan keperawatan, pelaksanaan,
evaluasi dan pendokumentasian sudah terlaksana dengan baik.

Kata kunci : asuhan keperawatan, CKD (Chronic Kidney Disease)

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit Gagal Ginjal Kronik telah menjadi masalah kesehatan serius

didunia diperkirakan hingga tahun 2015 data WHO dengan kenaikan dan

tingkat persentase dari tahun 2009 sampai tahun 2011 sebanyak 36 juta

warga dunia meninggal dunia akibat penyakit gagal ginjal kronik. Hal ini

menunjukkan bahwa penyakit gagal ginjal kronik menduduki peringkat

ke-12 tertinggi angka kematian (Smeltzer dan Bare,2011).

Penyakit Gagal Ginjal Kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang

menahun bersifat progresif dan irreversibel. Dimana kemampuan tubuh

gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan

elektrolit yang menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen

lain dalam darah). Masalah lain yang timbul yaitu ginjal tidak mampu

untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan urine secara normal, respon

ginjal yag sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-

hari tidak terjadi (Smeltzer dan Bare,2011).

Berdasarkan survei yang dilakukan di negara maju, angka penderita

gangguan ginjal cukup tinggi. Di Amerika Serikat misalnya angka

kejadian penyakit gagal ginjal meningkat tajam dalam 10 tahun. Tahun

2011 terjadi 166.000 kasus, dan pada tahun 2012 menjadi 372.000 kasus.

Angka ini diperkirakan, masih akan terus naik. Pada tahun 2015

jumlahnya diperkirakan lebih dari 650.000 kasus. Selain diatas, sekitar 6


 

 

juta hingga 20 juta individu di Amerika diperkirakan mengalami GGK

(Gagal Ginjal Kronik) tahap awal (Santoso Djoko, 2008).

Hasil survei yang dilakukan oleh Perhimpunan Nefrologi Indonesia

(PNEFRI) pada tahun 2011, prevalensi gagal ginjal kronik di Indonesia

sekitar 12,5% yang berarti terdapat 18 juta orang dewasa di Indonesia

menderita penyakit gagal ginjal kronik (Siallagan,2012).

Menurut data Perhimpunan Nefrologi Indonesia glomerulonefritis

merupakan 46.39% penyebab gagal ginjal yang menjalani hemodialisis.

Sedangkan diabetes melitus, insidennya 18,65% disusul obstruksi / infeksi

ginjal (12.85%) dan hipertensi (8.46%). Angka penderita gagal ginjal di

Indonesia mencapai 70 ribu lebih. Data beberapa pusat nefrologi di

Indonesia dipekirakan insidens dan prevalensi penyakit ginjal kronik

masing-masing berkisar 100 –150/1 juta penduduk dan 200 –250/1juta

penduduk (Firmansyah, 2010).

Berdasarkan data yang diperoleh dari buku registrasi di Ruang

Alamanda 2 RSUD Sleman Yogyakarta, dari bulan Januari 2017 sampai 8

Juli 2017 terdapat 761 pasien dengan gangguan penyakit dalam, dan

sebanyak 43 pasien menderita CKD (Chronic Kidney Disease) dengan

prosentase 5,65%.

Masalah keperawatan yang biasanya muncul pada pasien dengan CKD

adalah : kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran

urine, diet berlebih dan retensi cairan dan natrium, perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual,

 
 

 

muntah, pembatasan diet dan perubahan membrane mukosa mulut,

intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk

sampah dan prosedur dialisis, kurangnya pengetahuan tentang kondisi ,

prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya

informasi (Toto dan Abdul, 2009) .

Melihat tingginya kasus CKD yang ada, maka sebagai tenaga

kesehatan sangatlah penting untuk menangani kasus CKD, asuhan

keperawatan pada pasien yang meliputi : peran promotif, preventif, kuratif,

dan rehabilitative. Dalam upaya promotif perawat berperan memberikan

pendidikan kesehatan meliputi pengertian, penyebab,tanda dan gejala dari

penyakit sehingga dapat mencegah bertambahnya penderita. Upaya

preventif, perawat memberikan pendidikan kesehatan mengenai cara-cara

pencegahan agar pasien tidak terkena penyakit CKD dengan cara

membiasakan pola hidup sehat. Peran perawat dalam upaya kuratif yaitu

memberikan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah dan respon

pasien terhadap penyakit yang diderita, seperti memberikan pasien

istirahat fisik dan psikologis, mengelola pemberian terapi, sedangkan

perawat dalam upaya rehabilitative yaitu memberikan pendidikan

kesehatan kepada pasien yang sudah terkena penyakit agar tidak terjadi

komplikasi yang tidak dinginkan (Nursalam, 2008).

Dan juga sebagai salah satu anggota tim kesehatan perawat

mempunyai peran dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien

CKD, yang meliputi peran sebagai pelaksana, pendidik, peneliti,

 
 

 

pengelola, advocate. Peranan perawat secara fisik dan psikososial demi

mencapai kesejahteraan dengan menggunakan proses keperawatan.

Pendekatan proses keperawatan dimulai dari pengkajian sampai dengan

pendokumentasian asuhan keperawatan (Nursalam, 2008).

Berdasarkan uraian di atas dan berdasarakan data yang diperoleh dari

RSUD Sleman sebanyak 43 pasien periode bulan januari sampai bulan juli

mengalami gagal ginjal dengan prosentase 5,65%, maka penulis tertarik

untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan CKD (Chronic

Kidney Disease) atau Gagal Ginjal Kronis di Ruang Alamanda 2 RSUD

Sleman Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapat rumusan masalah

“Bagaimana pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Pasien Ny. “J”

dengan CKD (Chronic Kidney Disease) Stage 5 di Ruang Alamanda 2

RSUD Sleman Yogyakarta”, yang mencakup “Bagaimana melakukan

pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun perencanaan

keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan, melakukan evaluasi

keperawatan, melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan, pada

pasien Ny. “J” dengan CKD (Chronic Kidney Disease) Stage 5 di Ruang

Alamanda 2 RSUD Sleman Yogyakarta”.

 
 

 

C. Ruang Lingkup

Karya tulis ilmiah ini termasuk dalam ruang lingkup mata ajar

Keperawatan Medikal Bedah pada sistem perkemihan dengan memberikan

asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, mulai dari tanggal 6 Juli 2017

pukul 08.00 WIB sampai dengan 9 Juli 2017 pukul 07.00 WIB. Asuhan

keperawatan ini diberikan kepada pasien Ny. “J” dengan CKD (Chronic

Kidney Disease) Stage 5 menggunakan metode ilmiah proses keperawatan

yang meliputi: pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi keperawatan, serta pendokumentasian yang dilakukan di

Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman Yogyakarta.

D. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mendapatkan pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan

keperawatan pada pasien Ny. “J” dengan CKD (Chronic Kidney

Disease) Stage 5 di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman Yogyakarta

2. Tujuan Khusus

Mendapatkan pengalaman nyata dalam :

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien Ny. “J” dengan

CKD (Chronic Kidney Disease) Stage 5 di Ruang Alamanda 2

RSUD Sleman Yogyakarta.

 
 

 

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien Ny. “J” dengan

CKD (Chronic Kidney Disease) Stage 5 di Ruang Alamanda 2

RSUD Sleman Yogyakarta.

c. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien Ny. “J” dengan

CKD (Chronic Kidney Disease) Stage 5 di Ruang Alamanda 2

RSUD Sleman Yogyakarta.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien Ny. “J” dengan

CKD (Chronic Kidney Disease) Stage 5 di Ruang Alamanda 2

RSUD Sleman Yogyakarta.

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien Ny. “J” dengan CKD

(Chronic Kidney Disease) Stage 5 di Ruang Alamanda 2 RSUD

Sleman Yogyakarta.

f. Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien

Ny. “J” dengan CKD (Chronic Kidney Disease) Stage 5 di Ruang

Alamanda 2 RSUD Sleman Yogyakarta.

E. Manfaat Penulisan

Penyusunan karya tulis ilmiah ini, diharapkan bermanfaat bagi semua

pihak yaitu :

1. Bagi Penulis

Diharapkan dapat menambah wawasan bagi penulis dalam menerapkan

ilmu mata ajar Keperawatan Medikal Bedah selama menempuh

pendidikan di kampus Akademi Keperawatan “YKY” Yogyakarta

 
 

 

serta mendapatkan pengalaman nyata bagaimana memberikan asuhan

keperawatan pada pasien Ny. “J” dengan CKD (Chronic Kidney

Disease) Stage 5 di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman Yogyakarta.

2. Bagi RSUD Sleman Yogyakarta

Diharapkan dapat dijadikan referensi yang bermanfaat bagi perawat

yang berada di RSUD Sleman Yogyakarta agar dapat menerapkan dan

memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa gagal

ginjal kronik dengan baik.

3. Bagi Akademi Keperawatan “YKY Yogyakarta”

Karya tulis ini diharapkan dapat dijadikan bahan bacaan dan penambah

wawasan bagi mahasiswa Akademi Keperawatan “YKY” Yogyakarta

dalam melaksanakan proses belajar mengajar khususnya mata ajar

Keperawatan Medikal Bedah tentang pelaksanaan asuhan keperawatan

pada pasien dengan diagnosa CKD (Chronic Kidney Disease).

F. Metode Penulisan

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode

deskriptif yaitu dengan memaparkan suatu masalah serta cara untuk

menyelesaikan masalah pada saat itu dengan menggunakan proses

keperawatan pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan

keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi, serta cara

pendokumentasian asuhan keperawatan (Nursalam, 2008).

 
 

 

Metode yang digunakan penulis untuk memperoleh dan

mengumpulkan data primer maupun sekunder dalam kasus ini adalah

dengan tehnik :

1. Data Primer

a. Wawancara

Menurut Nursalam (2008), wawancara dilakukan dengan

mengadakan tanya jawab langsung dengan pasien untuk

mendapatkan data subyektif. Data yang dapat diambil dengan

teknik wawancara yaitu tentang identitas, riwayat kesehatan

sekarang berupa keluhan utama, riwayat kesehatan dahulu apakah

pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya, riwayat kesehatan

keluarga apakah ada keluarga yang pernah menderita gagal ginjal,

keadaan aktivitas apakah aktivitas sehari-hari dilakukan sendiri

atau dibantu oleh orang lain, istirahat apakah ada gangguan dalam

pola istirahat tidur dan pola nutrisi pasien apakah ada penurunan

atau peningkatan nafsu makan.

b. Observasi

Menurut Nursalam (2008), observasi adalah mengamati

perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang

masalah kesehatan dan keperawatan klien. Penulis melakukan

pengamatan langsung pada keadaan pasien selama pengobatan

untuk mengetahui tentang tindakan yang dilakukan melalui

respon dan keadaan umum pasien, gejala klinis, terapi yang

 
 

 

diperoleh pasien selama di rumah sakit, rencana tindakan yang

akan dilakukan dan perkembangan kondisi pasien selama

dilakukan tindakan keperawatan.

c. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan meliputi keadaan umum pasien

secara sistemik (Chepalocaudal) dengan metode inspeksi, palpasi,

perkusi dan auskultasi guna untuk mendapatkan data obyektif

pasien.

1) Inspeksi

Adalah suatu cara yang dilakukan dengan cara melihat bagian

tubuh yang diperiksa (dari ujung kepala sampai ujung kaki).

2) Palpasi

Adalah suatu cara pemeriksaan yang dilakukan dengan

sentuhan atau rabaan pada bagian tubuh pasien.

3) Perkusi

Adalah suatu cara pemeriksaan yang dilakukan dengan cara

mengetuk tubuh menggunakan jari tangan. Tujuan perkusi

adalah menentukan batas organ-organ atau bagian tubuh

dengan cara merasakan fibrasi yang ditimbulkan akibat

adanya gerakan yang diberikan kebawah jaringan.

 
 
10 
 

4) Auskultasi

Adalah suatu cara pemeriksaan yang dilakukan dengan cara

mendengarkan dengan alat yaitu stetoskop. Penulis

memeriksa bunyi jantung, bunyi paru, dan bising usus.

2. Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh dari sumber lain di luar pasien, yaitu

meliputi:

a. Wawancara

Wawancara merupakan metode dengan menanyakan dan

tanya jawab yang dilakukan langsung bersama keluarga pasien

maupun petugas kesehatan untuk mendapatkan data tentang

pasien, serta tentang asuhan keperawataan yang dilakukan pada

pasien.

b. Studi dokumentasi

Merupakan metode dengan mempelajari status atau catatan

medis/catatan keperawatan untuk mengetahui perkembangan

kesehatan pasien selama dirawat, hasil pemeriksaan penunjang,

dan tindakan pengobatan yang diberikan.

c. Studi kepustakaan

Merupakan metode untuk mendapatkan data-data yang diperoleh

dari catatan-catatan atau buku-buku yang berkaitan dengan

penyakit gagal ginjal, maupun tentang asuhan keperawatannya

 
 
11 
 

yang digunakan sebagai landasan teori dalam penulisan laporan

studi kasus ini.

G. Sistematika Penulisan

Karya tulis ilmiah ini terdiri dari 5 BAB yang tertulis secara sistematis

sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Meliputi latar belakang, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan, manfaat,

metode, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Meliputi gambaran umum penyakit CKD yaitu : pengertian, patofisiologi,

etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, komplikasi,

pemeriksaan penunjang dan gambaran umum asuhan keperawatan pada

pasien dengan CKD (Chronic Kidney Diseases) yang meliputi pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

keperawatan, serta pendokumentasian.

BAB III TINJAUAN KASUS

Berisi tentang asuhan keperawatan pasien yang meliputi pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan, evaluasi

dan catatan perkembangan. Catatan perkembangan berguna untuk

mengetahui ada atau tidaknya perkembangan kesehatan pasien setelah

diberikan asuhan keperawatan.

 
 
12 
 

BAB IV PEMBAHASAN

Pembahasan kasus penyakit CKD mulai dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan dan

dilakukan pendokumentasian dan membahas perbandingan antara teori

yang ada pada BAB II dengan kasus yang ada pada BAB III.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan dan saran karya tulis ini. Kesimpulan merupakan

pernyataan singkat dan tepat yang dijabarkan dari pelaksanaan asuhan

keperawatan dan pembahasan. Saran merupakan alternatif penyelesaian

masalah yang realistis dan operasional.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

 
 
BAB II
I

TIINJAUAN TEORI

A. Gaambaran Umum
U Ginjjal

1. Anatomi Fisiologi
F Giinjal

a. Anatom
mi Ginjal

mi Ginjal (sumber : Anatomii dan


Gambar 2.1 Leetak Anatom

ogi, 2013)
Fisiolo

Ginjal meruupakan org


gan yang berbentuk
b seperti kaacang,

berwarrna merah tua, terlettak dikeduaa sisi kolum


mna verteb
bralis.

Ginjal terlindungg dengan baik dari trauma laangsung karena


k

gi oleh tulang kosta daan otot-otot yang


disebeelah posterioor dilindung

melipu
uti kosta, sedangkan
n dibagian arterior dilindungi oleh

bantalan usus yyang tebal. Ginjal kaanan sedikkit lebih reendah

diband
dingkan denngan kiri kaarena tertekaan ke bawahh oleh hati. Pada

13
 
14 
 

orang dewasa ginjal panjangnya 12-13 cm, tebalnya 6 cm dan

beratnya 120-150 ( Toto dan Abdul, 2009 ).

Ginjal melakukan fungsi vital sebagai pengatur volume dan

komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan

mengekskresikan solute dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

dilakukan dengan filtrasi plasma darah melalui glomelurus diikuti

dengan reabsorbsi sejumlah solute dan air dalam jumlah yang tepat

disepanjang tubulus ginjal. Kelebihan solute dan air akan

diekskresikan keluar tubuh sebagai air kemih melalui sistem

pengumpulan. Sembilan puluh lima persen (95%) orang dewasa

memiliki jarak antar kutub ginjal antara 11-15 cm. Perbedaan

panjang dari kedua ginjal yang lebih dari 1,5 cm atau perubahan

bentuk ginjal merupakan tanda yang penting karena kebanyakan

penyakit ginjal dimanifestasikan dengan perubahan struktur.

Potongan longitudinal ginjal memperlihatkan dua daerah yang

berbeda yang berbeda yaitu korteks di bagian luar dan medula di

bagian dalam (Toto dan Abdul, 2009)

Pengetahuan anatomi ginjal merupakan dasar untuk

memahami pembentukan urine. Pembentukan urine dimulai dalam

korteks dan berlanjut selama bahan pembentukan tersebut mengalir

melalui tubulus dan duktus papilaris bellini, masuk kaliks minor,

kaliks mayor, pelvis ginjal, dan akhirnya meninggalkan ginjal

melalui ureter menuju kandung kemih (Toto dan Abdul, 2009)

 
 
15 
 

Ginjal terbentuk oleh unit yang disebut nephron yang

berjumlah 1-1,2 juta buah pada tiap ginjal. Nefron adalah unit

fungsional ginjal. Setiap nefron terdiri dari kapsula bowman,

tumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung

henle dan tubulus kontortus distal, yang mengosongkan diri ke

duktus pengumpul. Unit nephron dimulai dari pembuluh darah

halus / kapiler, bersifat sebagai saringan disebut glomerulus, darah

melewati glomerulus / kapiler tersebut dan disaring sehingga

terbentuk filtrat (urin yang masih encer) yang berjumlah kira-kira

170 liter per hari, kemudian dialirkan melalui pipa/saluran yang

disebut Tubulus. Urin ini dialirkan keluar ke saluran Ureter,

kandung kencing, kemudian ke luar melalui Uretra. Nefron

berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit)

dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi

cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa

cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan

dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan

kotranspor (Toto dan Abdul, 2009).

Arteri renalis dicabangkan dari aorta abdominalis kira-kira

setinggi vertebra lumbalis II. Vena renalis menyalurkan darah ke

dalam vena kava inferior yang terletak disebelah kanan garis

tengah. Saat arteri renalis masuk ke dalam hilus, arteri tersebut

bercabang menjadi arteri interlobaris yang berjalan di antara

 
 
16 
 

piramid selanjutnya membentuk arteri arkuata kemudian

membentuk arteriola interlobularis yang tersusun paralel dalam

korteks. Arteri interlobularis ini kemudian membentuk arteriola

aferen pada glomerulus. Glomeruli bersatu membentuk arteriola

aferen yang kemudian bercabang membentuk sistem portal kapiler

yang mengelilingi tubulus dan disebut kapiler peritubular. Darah

yang mengalir melalui sistem portal ini akan dialirkan kedalam

jalinan vena selanjutnya menuju vena interlobularis, vena arkuarta,

vena interlobaris, dan vena renalis untuk akhirnya mencapai vena

cava inferior (Toto dan Abdul, 2009).

Ginjal dilalui oleh sekitar 1200 ml darah permenit suatu

volume yang sama dengan 20-25% curah jantung (5000 ml/menit)

lebih dari 90% darah yang masuk keginjal berada pada korteks

sedangkan sisanya dialirkan ke medulla. Sifat khusus aliran darah

ginjal adalah otoregulasi aliran darah melalui ginjal arteiol afferen

mempunyai kapasitas intrinsik yang dapat merubah resistensinya

sebagai respon terhadap perubahan tekanan darah arteri dengan

demikian mempertahankan aliran darah ginjal dan filtrasi

glomerulus tetap konstan. Ginjal mendapat persarafan dari nervus

renalis (vasomotor), saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah

darah yang masuk kedalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan

dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal (Toto dan Abdul,

2009).

 
 
17 
 

b. Fisiologi Ginjal

Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang

sangat banyak (sangat vaskuler) tugasnya memang pada dasarnya

adalah “menyaring/membersihkan” darah. Aliran darah ke ginjal

adalah 1,2 liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring

menjadi cairan filtrat sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke

Tubulus. Cairan filtrat ini diproses dalam Tubulus sehingga

akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi urin sebanyak 1-2

liter/hari. (Toto dan Abdul, 2009)

Fungsi ginjal menurut Toto dan Abdul (2009 )yaitu :

1) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis

atau racun.

2) Mempertahankan keseimbangan cairan tubuh,

3) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari

cairan tubuh,

4) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein

ureum, kreatinin dan amoniak.

5) Mengaktifkan vitamin D untuk memelihara kesehatan tulang.

6) Produksi hormon yang mengontrol tekanan darah.

7) Produksi Hormon Erythropoietin yang membantu pembuatan

sel darah merah.

 
 
18 
 

Tahap pembentukan urine menurut Toto dan Abdul (2009) yaitu :

1) Filtrasi Glomelurus

Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma pada

glomerulus, seperti kapiler tubuh lainnya, kapiler glumerulus

secara relatif bersifat impermiabel terhadap protein plasma

yang besar dan cukup permabel terhadap air dan larutan yang

lebih kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa

nitrogen. Aliran darah ginjal (RBF = Renal Blood Flow)

adalah sekitar 25% dari curah jantung atau sekitar 1200

ml/menit. Sekitar seperlima dari plasma atau sekitar 125

ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke kapsula bowman.

Ini dikenal dengan laju filtrasi glomerulus (GFR =

Glomerular Filtration Rate). Gerakan masuk ke kapsula

bowman’s disebut filtrat.

Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan tekanan yang

terdapat antara kapiler glomerulus dan kapsula bowman’s,

tekanan hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus

mempermudah filtrasi dan kekuatan ini dilawan oleh tekanan

hidrostatik filtrat dalam kapsula bowman’s serta tekanan

osmotik koloid darah. Filtrasi glomerulus tidak hanya

dipengaruhi oleh tekanan-tekanan koloid diatas namun juga

oleh permeabilitas dinding kapiler.

 
 
19 
 

2) Reabsorpsi

Zat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian

yaitu : non elektrolit, elektrolit dan air. Setelah filtrasi

langkah kedua adalah reabsorpsi selektif zat-zat tersebut

kembali lagi zat-zat yang sudah difiltrasi.

3) Sekresi

Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-

molekul dari aliran darah melalui tubulus kedalam filtrat.

Banyak substansi yang disekresi tidak terjadi secara alamiah

dalam tubuh (misalnya penisilin). Substansi yang secara

alamiah terjadi dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium

serta ion-ion hidrogen. Pada tubulus distalis, transfor aktif

natrium sistem carier yang juga telibat dalam sekresi

hidrogen dan ion-ion kalium tubular. Dalam hubungan ini,

tiap kali carier membawa natrium keluar dari cairan tubular,

cariernya bisa hidrogen atau ion kalium kedalam cairan

tubular “perjalanannya kembali” jadi, untuk setiap ion

natrium yang diabsorpsi, hidrogen atau kalium harus

disekresi dan sebaliknya. Pilihan kation yang akan disekresi

tergantung pada konsentrasi cairan ekstratubular (CES) dari

ion-ion ini (hidrogen dan kalium). Pengetahuan tentang

pertukaran kation dalam tubulus distalis ini membantu kita

memahami beberapa hubungan yang dimiliki elektrolit

 
 
20 
 

dengan lainnya. Sebagai contoh, kita dapat mengerti mengapa

bloker aldosteron dapat menyebabkan hiperkalemia atau

mengapa pada awalnya dapat terjadi penurunan kalium

plasma ketika asidosis berat dikoreksi secara theurapeutik

(Toto dan Abdul, 2009)

B. Gambaran Umum CKD (Chronic Kidney Disease).

1. Pengertian CKD

Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut

sampah metabolik tubh untuk melakukan fungsi regulernya. Suatu

bahan yang biasa dieliminasi di urin menumpuk dalam cairan tubuh

akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi

endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa. Gagal

ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang

umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal (Toto dan

Abdul, 2009)

Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis

didefinisikan sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan

atau tanpa penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas &

Levin,2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan

sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara

lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana

kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan,

 
 
21 
 

dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia

(Smeltzer, 2009).

Penyakit Gagal Ginjal Kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang

menahun bersifat progresif dan irreversibel. Dimana kemampuan

tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan

cairan dan elektrolit yang menyebabkan uremia (retensi urea dan

sampah nitrogen lain dalam darah). Berdasarkan pengertian diatas

dapat disimpulkan bahwa CKD adalah penyakit ginjal yang tidak dapat

lagi pulih atau kembali sembuh secara total seperti sediakala. CKD

adalah penyakit ginjal tahap akhir yang dapat disebabkan oleh

berbagai hal. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

metabolisme dan keseimbangan cairan elektrolit, yang menyebabkan

uremia (Smeltzer dan Bare,2011).

2. Etiologi

Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang

merusak nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim

ginjal difus dan bilateral. Menurut Toto dan Abdul (2009),

diantaranya adalah :

a. Infeksi, misalnya Pielonefritis kronik.

b. Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis.

c. Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya Nefrosklerosis benigna,

nefrosklerosis maligna, stenosis arteri renalis.

 
 
22 
 

d. Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus

sistemik (SLE), poli arteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.

e. Gangguan kongenital dan herediter, misalnya Penyakit ginjal

polikistik, asidosis tubuler ginjal.

f. Penyakit metabolik, seperti DM, gout, hiperparatiroidisme,

amiloidosis.

g. Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik, nefropati

timbale.

h. Nefropati obstruktif :

1) Saluran kemih bagian atas: Kalkuli neoplasma, fibrosis,

netroperitoneal.

2) Saluran kemih bawah: Hipertrofi prostate, striktur uretra,

anomali congenital pada leher kandung kemih dan uretra.

3. Klasifikasi CKD

Menurut Toto dan Abdul (2009) perjalanan umum gagal ginjal

progresif dapat dibagi menjadi 3 (tiga) stadium, yaitu :

a. Stadium I : Dinamakan penurunan cadangan ginjal.

Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal, dan

penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal hanya dapat

diketahui dengan tes pemekatan kemih dan tes GFR yang teliti.

b. Stadium II : Dinamakan infusiensi ginjal.

1) Pada stadium ini, dimana lebih dari 75% jaringan yang

berfungsi telah rusak.

 
 
23 
 

2) GFR besarnya 25% dari normal.

3) Kadar BUN dan kreatinin serum mulai meningkat dari normal.

4) Gejala-gejala nokturia atau sering berkemih di malam hari

sampai 700 ml dan poliuria (akibat dari kegagalan pemekatan)

mulai timbul.

c. Stadium III : dinamakan gagal ginjal stadium akhir atau uremia.

1) Sekitar 90% dari massa nefron telah hancur atau rusak, atau

hanya sekitar 200.000 nefron saja yang masih utuh.

2) Nilai GFR hanya 10% dari keadaan normal.

3) Kreatinin serum dan BUN akan meningkat dengan mencolok.

4) Gejala-gejala yang timbul karena ginjal tidak sanggup lagi

mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit dalam

tubuh, yaitu : oliguri karena kegagalan glomelurus, sindrom

uremik.

KDOQI (Kidney Disease Outcome Quality Initiative)

merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat

penurunan LFG (Laju Filtrasi Glomerolus) :

a. Stadium I : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria

persisten dan LFG yang masih normal ( >90 ml/menit/1,73 m2 )

b. Stadium II : kelainan ginjal dengan albuminuria persisten dan LFG

antara 60-89 mL/menit/1,73 m2

c. Stadium III : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59

mL/mnit.1,73 m2

 
 
24 
 

d. Stadium IV : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-

29mL/menit/1,73 m2

e. Stadium V : kelainan ginjal dengan LFG <15mL/menit/1,73 m2

atau gagal ginjal terminal.

4. Patofisiologi

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk

glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak

(hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan

memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi

walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode

adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari

nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih

besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik

disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak

bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik

dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan

muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal

telah hilang 80% – 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian

nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah

itu (Smeltzer, 2009)

Fungsi renal menurut Suyono (2007) yaitu fungsi ginjal dalam

tubuh mengalami penurunan, produk akhir metabolisme protein (yang

normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah.

 
 
25 
 

Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin

banyak timbunan produk sampah, akan semakin berat.

a. Gangguan Klirens Ginjal

Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari

penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan

penurunan klirens substansi darah yang sebenarnya dibersihkan

oleh ginjal. Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat

dideteksi dengan mendapatkan urin 24-jam untuk pemeriksaan

klirens kreatinin. Menurut filtrasi glomerulus (akibat tidak

berfungsinya glomeruli) klirens kreatinin akan menurunkan dan

kadar kreatinin akan meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea

darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan

indicator yang paling sensitif dari fungsi karena substansi ini

diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya

dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh masukan protein

dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC), dan medikasi

seperti steroid.

b. Retensi Cairan dan Ureum

Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasi atau

mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir,

respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan

elektrolit sehari-hari, tidak terjadi. Pasien sering menahan natrium

dan cairan, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung

 
 
26 
 

kongestif, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat

aktivasi aksis rennin angiotensin dan kerja sama keduanya

meningkatkan sekresi aldosteron. Pasien lain mempunyai

kecenderungan untuk kehilangan garam, mencetuskan resiko

hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah dan diare

menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin

memperburuk status uremik.

c. Asidosis

Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi

asidosis metabolic seiring dengan ketidakmampuan ginjal

mengekskresikan muatan asam (H+) yang berlebihan. Penurunan

sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus gjnjal untuk

menyekresi ammonia (NH3‾) dan mengabsopsi natrium bikarbonat

(HCO3) penurunan ekskresi fosfat dan asam organic lain juga

terjadi.

d. Anemia

Sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat,

memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan

kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik

pasien, terutama dari saluran gastrointestinal. Pada gagal ginjal,

produksi eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi, disertai

keletihan, angina dan sesak napas.

 
 
27 
 

e. Ketidakseimbangan Kalsium dan Fosfat

Abnormalitas yang utama pada gagal ginjal kronis adalah

gangguan metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium

dan fosfat tubuh memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah

satunya meningkat, maka yang satu menurun. Dengan menurunnya

filtrasi melalui glomerulus ginjal, terdapat peningkatan kadar

serum fosfat dan sebaliknya penurunan kadar serum kalsium.

Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon

dari kelenjar paratiroid. Namun, pada gagal ginjal tubuh tak

berespon secara normal terhadap peningkatan sekresi parathormon

dan mengakibatkan perubahan pada tulang dan pebyakit tulang.

Selain itu juga metabolit aktif vitamin D (1,25-

dehidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat di ginjal

menurun.

f. Penyakit Tulang Uremik

Disebut Osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan kompleks

kalsium, fosfat dan keseimbangan parathormon.

5. Manifestasi klinis

Pada gagal ginjal kronik akan terjadi rangkaian perubahan. Bila

GFR menurun 5-10% dari keadaan normal dan terus mendekati nol,

maka pasien akan menderita sindrome uremik, yaitu suatu kompleks

gejala yang diakibatkan atau berkaitan dengan retensi metabolit

nitrogen akibat dari gagal ginjal (Toto dan Abdul, 2009).

 
 
28 
 

Dua kelompok gejala klinis dapat terjadi pada sindrome uremik, yaitu :

a. Gangguan fungsi pengaturan dan elektrolit : kelainan volume

cairan dan elektrolit, ketidakseimbangan asam basa, retensi

metabolit nitrogen serta metabolit lainnya, serta anemia akibat

defisiensi sekresi ginjal (eritropoitin)

b. Gabungan kelainan kardiovaskuler, neuromuskuler, saluran cerna,

dan kelainan lainnya (dasar kelainan sistem ini belum banyak

diketahui).

Berikut adalah komponen sistem tubuh yang berkaitan dengan

penyakit gagal ginjal dan manifestasi sindrom uremik pada gagal

ginjal kronik :

a. Biokimia :

Asidosis Metabolik (HCO3 serum 18-20 mEq/L), Azotemia

(penurunan GFR, peningkatan BUN, kreatinin), Hiperkalemia,

Retensi atau pembuangan Natrium, Hipermagnesia, Hiperurisemia.

b. Saluran cerna :

Anoreksia, mual, muntah, nafas bau amoniak, mulut kering,

perdarahan saluran cerna, diare stomatitis.

c. Perkemihan dan Kelamin :

Poliuri berlanjut menuju oliguri, lalu anuri, nokturia, BJ urin 1,010,

proteinuri, hilangnya libido, amenore, impotensi dan sterilitas

 
 
29 
 

d. Kardiovaskuler

Hipertensi, retinopati dan enselopati hipertensif, beban sirkulasi

berlebihan, edema, gagal jantung kongestif, perikarditis (friction

rub), disritmia.

e. Pernafasan

Pernafasan kusmaul, dispnea, edema paru, pneumonitis.

f. Hematologik

Anemia menyebabkan kelelahan, hemolisis, kecenderungan

perdarahan, menurunnya resistensi terhadap infeksi (isk,

pneumonia,septikemia)

g. Kulit

Pucat, pigmentasi, perubahan rambut dan kuku (kuku mudah patah,

tipis, bergerigi, ada garis merah biru yang berkaitan dengan

kehilangan protein), pruritus, “kristal” uremik, kulit kering,

memar.

h. Neuromuskular

Mudah lelah, otot mengecil dan lemah, susunan saraf pusat

(penurunan ketajaman mental, konsentrasi buruk, apatis,

letargi/gelisah, insomnia, kekacauan mental, koma), otot berkedut,

kejang.

i. Gangguan kalsium dan rangka

Hiperfosfatemia, hipokalsemia, hiperparatiroidisme sekunder,

osteodistropi ginjal, fraktur patologik (demineralisasi tulang),

 
 
30 
 

deposit garam kalsium pada jaringan lunak (sekitar sendi,

pembuluh darah, jantung, paru-paru), konjungtivitis (uremik mata

merah). (Toto dan Abdul, 2009)

6. Penatalaksanaan

Pengobatan gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi 2 (dua)

tahap, yaitu tindakan konservatif dan dialisis atau transplantasi ginjal

(Toto dan Abdul, 2009) yaitu :

a. Tindakan konservatif

Tujuan pengobatan pada tahap ini adalah untuk meredakan atau

memperlambat gangguan fungsi ginjal progresif.

Pengobatannya yaitu :

1) Pengaturan diet protein, Kalium, Natrium, dan Cairan

a) Pembatasan protein

Pembatasan protein tidak hanya mengurangi kadar BUN,

tetapi juga mengurangi asupan kalium dan fosfat, serta

mengurangi produksi ion hidrogen yang berasal dari

protein. Jumlah kebutuhan protein biasanya dilonggarkan

sampai 60-80 g/hari, apabila penderita mendapatkan

pengobatan dialisis teratur.

b) Diet rendah kalium

Hiperkalemia biasanya merupakan masalah pada gagal

ginjal lanjut. Asupan kalium dikurangi. Diet yang

dianjurkan adalah 40-80 mEq/hari. Penggunaan makanan

 
 
31 
 

dan obat-obatan yang tinggi kadar kaliumnya dapat

menyebabkan hiperkalemia.

c) Diet rendah natrium

Diet Na yang dianjurkan adalah 40-90 mEq/hari (1-2 g

Na). asupan natrium yang terlalu longgar dapat

mengakibatkan retensi cairan, edema perifer, edema paru,

iertensi, dan gagal jantung kongestif

d) Pengaturan cairan

Cairan yang diminum penderita gagal ginjal tahap lanjut

harus diawasi dengan seksama. Parameter yang tepat

untuk diikuti selain data asupan dan pengeluaran cairan

yang dicatat dengan tepat adalah pengukuran berat badan

harian.

Asupan yang bebas dapat menyebabkan beban sirkulasi

menjadi berlebihan, dan edema. Sedangkan asupan yang

terlalu rendah mengakibatkan dehidrasi, hipotensi dan

gangguan fungsi ginjal.

2) Pencegahan dan pengobatan komplikasi menurut Toto dan

Abdul (2009) diantaranya adalah :

a) Hipertensi

Hipertensi dapat dikontrol dengan pembatasan natrium

dan cairan. Pemberian obat antihipertensi : metildopa

(aldomet), propranolol, klonidin (catapres).

 
 
32 
 

Apabila penderita sedang mengalami terapi hemodialisa,

pemberian antihipertensi dihentikan karena dapat

mengakibatkan hipotensi dan syok yang diakibatkan oleh

keluarnya cairan intravaskuler melalui ultrafiltrasi.

Pemberian diuretik yaitu dengan furosemid (lasix).

b) Hiperkalemia

Merupakan komplikasi yang paling serius, karena bila

Kalium serum mencapai sekitar 7 mEq/L, dapat

megakibatkan aritmia dan juga henti jantung..

Hiperkalemia dapat diobati dengan pemberian glukosa dan

insulin intravena, yang akan memasukkan Kalium

Glukonat 10%.

c) Anemia

Anemia pada gagal ginjal kronik diakibatkan penurunan

sekresi eritropoeitin oleh ginjal. Pengobatannya adalah

pemberian hormon eritropoeitin, yaitu rekombinan

eritropoeitin (r-EPO), selain dengan pemberian vitamin

dan asam folat, besu dan transfusi darah.

d) Asidosis

Asidosis ginjal biasanya tidak diobati kecuali HCO³

plasma turun dibawah angka 15 mEq/L. bila asidosis berat

akan dikoreksi dengan pemberian Na HCO³ (Natrium

Bikarbonat) parenteral. Koreksi pH darah yang berlebihan

 
 
33 
 

dapat mempercepat timbulnya tetani, maka harus

dimonitor dengan seksama.

e) Diet rendah fosfat

Diet rendah fosfat dengan pemberian gel yang dapat

mengikat fosfat didalam usus. Gel yang dapat mengikat

fosfat harus dimakan bersama dengan makanan.

f) Pengobatan hiperurisemia

Obat pilihan untuk mengobati hiperurisemia pada penyakit

ginjal lanjut adalah pemberian alopurinol. Obat ini

mengurangi kadar asam urat dengan menghambat

biosintesis sebagai asam urat totalyang dihasilkan tubuh.

b. Dialisis dan transplantasi

Pengobatan gagal ginjal stadium akhir adalah dengan dialisis

dan transplantasi ginjal. Dialisis dapat digunakan untuk

mempertahankan penderita dalam keadaan klinis yang optimal

sampai tersedia donor ginjal. Dialisis dilakukan apabila kadar

kreatinin serum biasanya diatas 6 mg/100 ml pada laki-laki atau 4

mg/ 100 ml pada wanita, dan GFR kurang dari 4 ml/menit.

7. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada klien dengam Chronic Kidney

Disease (CKD) menurut Trucker, 2008; Sudoyo, 2015.

a. Urinalisasi : pH asam, SDP, SDM, berat jenis urin (24 jam) :

volume normal, volume kosong atau rendah, proteinurea,

 
 
34 
 

penurunan klirens kreatinin kurang dari 10 ml permenit

menunjukan kerusakan ginjal yang berat.

b. Hitungan darah lengkap : penurunan hematokrit / Hb , trombosit,

leukosit, peningkatan SDP.

c. Pemerikasaan urin : Warna pH, kekeruhan, glukosa, protein,

sedimen, SDM, keton, SDP, CCT.

d. Kimia darah : kadar BUN, kreatinin, kalium, kalsium, fosfor,

natrium, klorida abnormal.

e. Uji pencitraan : IVP, ultrasonografi ginjal, pemindaian ginjal, CT

scan.

f. EKG : disritmia

g. Pielografi intra vena jarang dikerjakan, karena kontras tidak

dapat melewati filter glomerolus, disamping kekawatiran

terjadinya pengaruh toksik oleh kontras terhadap ginjal yang

sudah mengalami kerusakan.

h. Piolografi antegrad atau retrograt sesuai dengan indikasi.

i. Pemeriksaan lab CCT (Clirens Creatinin Test) untuk mengetahui

laju filtrasi glomerulus. Untuk menilai GFR (Glomelular

Filtration Rate) / CCT (Clearance Creatinin Test) dapat

digunakan dengan rumus :

CCT ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )

72 x creatinin serum

*) wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85

 
 
35 
 

C. Gambaran Umum Asuhan Keperawatan Pada Pasien CKD

Menurut Nursalam (2008), asuhan keperawatan adalah suatu proses

atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang langsung

diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, dalam

upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia, dengan metodologi proses

keperawatan, berpedoman pada standar praktik keperawatan, dilandasi etik

dan etika keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab

keperawatan. Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep

diterapkan dalam praktek keperawatan. Hal ini biasa disebut sebagai

problem solving (proses pemecahan masalah) yang memerlukan ilmu,

tehnik, dan ketrampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat. Proses keperawatan terdiri dari

lima tahap yang berurutan dan saling berhubungan yaitu : pengkajian,

diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari keperawatan dan merupakan

suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai

sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan klien. Pengkajian merupakan dasar utama dalam

memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu.

Pengkajian keperawatan pada klien dengan Chronic Kidney Disease

(CKD). Menurut ( Toto dan Abdul, 2009), pengkajian yang dilakukan

pada pasien gagal ginjal kronik adalah :

 
 
36 
 

a. Aktivitas istirahat

Gejala : kelelahan ekstrem kelemahan dan malaise, gangguan

tidur (insomnia/ gelisah atau somnolen).

Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang

gerak.

b. Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi : nyeri

dada (angina)

Tanda : Hipertensi : nadi kuat, edema jaringan umum dan

piting pada kaki, telapak tangan, nadi lemah dan halus,

hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia yang jarang

terjadi pada penyakit tahap akhir, friction rub pericardial

(respon terhadap akumulasi rasa) pucat, kulit coklat kehijauan,

kuning, kecenderungan pendarahan..

c. Eliminasi

Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan

berat badan (malnutrisi), anoreksia, malnutrisi, kembung,

diare, konstipasi.

Tanda : Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah,

coklat, berwarna. Oliguria, dapat menjadi anuria.

d. Makanan / Cairan

Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edem), penurunan

berat badan (malnutrisi). Anoreksia, nyeri ulu hati, mual /

 
 
37 
 

muntah, rasa metalik tidak sedap pada mulut (pernafasan

amonia), pengguanaan diuretik.

Tanda : Distensi abdomen / asietas, pembesaran hati (tahap

akhir). Perubahan turgor kulit. Edema (umum, tergantung).

Ulserasi gusi, pendarahan gusi / lidah. Penurunan otot,

penurunan lemak subkutan, tampak tak bertenaga.

e. Neorosensasi

Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot / kejang :

sindrom Kaki, gelisah ; kebas terasa terbakar pada telapak

kaki. Kebas kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremitas

bawah (neuropati perifer).

Tanda : Gangguan sistem mental, contoh penurunan lapang

perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan

memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, koma, kejang,

fasikulasi otot, aktifitas kejang, rambut tipis, kuku rapuh dan

tips.

f. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot / nyeri kaki.

Memburuk pada malam hari.

Tanda : perilaku berhati-hati dan gelisah.

g. Pernafasan

Gejala : nafas pendek : dispnea, nokturnal paroksimal, batuk

dengan / tanpa sputum kental atau banyak.

 
 
38 
 

Tanda : takipnea, dispnea, RR lebih dari 20 x/menit

peningkatan frekuensi / kedalaman (Pernafasan kusmaul).

Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema

paru).

h. Keamanan

Gejala : Kulit gatal / infeksi, turgor kulit menurun.

Tanda : Pruritus Demam ( sepsis, dehidrasi ; normotemia

dapat secara actual terjadi peningkatan pada klien yang

mengalami suhu tubuh lebih rendah dari pada normal ( efek

CKD / depresi respon imum) Ptekie, araekimosis pada kulit

Fraktur tulang ; defosit fosfat, kalsium, (klasifikasi metastatik)

pada kulit, jaringan lunak sendi, keterbatasan gerak sendi..

2. Diagnosa keperawatan

Menurut Nursalam (2008), diagnosa keperawatan adalah suatu

pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau

resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok di mana perawat

secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan

intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan,

membatasi, mencegah, dan merubah. Diagnosa keperawatan menurut

pendapat Nursalam (2008) dapat dibedakan menjadi lima kategori :

aktual, resiko, potensial, sejahtera (wellness), sindrom.

a. Aktual : Menjelaskan masalah yang sedang terjadi saat ini dan

harus sesuai dengan data- data klinik yang diperoleh. Syarat :

 
 
39 
 

Menegakkan diagnosa keperawatan aktual harus ada unsur PES.

Symptom (S) harus memenuhi kriteria mayor (80% - 100%) dan

sebagai kriteria minor dari diagnosis NANDA (North American

Nursing Diagnosis Association-International).

b. Risiko : Menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan terjadi

jika tidak dilakukan intervensi keperawatan. 32 Syarat :

Menegakkan risiko diagnosa keperawatan adanya unsur PE

(problem dan etiologi). Penggunaan istilah “risiko dan risiko

tinggi” tergantung pada tingkat keparahan/ kerentaan terhadap

masalah.

c. Potensial : Menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk

memastikan masalah keperawatan yang potensial. Pada keadaan

ini data penunjang dan masalah belum ditemukan tapi sudah ada

faktor yang dapat menimbulkan masalah. Syarat : Diagnosis

keperawatan potensial yang ditegakkan harus mempunyai unsur

respon (problem) dan faktor yang menimbulkan masalah tetapi

belum ditemukan.

d. Sejahtera: Diagnosa keperawatan sejahtera (wellness) merupakan

keputusan klinik tentang status kesehatan klien, dan atau

masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke tingkat

sejahtera yang lebih tinggi. Ada dua yang harus ada:

1) Sesuatu yang menyenangkan pada tingkat kesejahteraan yang

lebih tinggi.

 
 
40 
 

2) Adanya fungsi dan status yang efektif.

e. Sindrome diagnosa keperawatan : Sindrome adalah diagnosis

yang terdiri atas beberapa diagnosis keperawatan aktual dan

resiko tinggi yang diperkirakan akan muncul karena suatu

kejadian/situasi tertentu.

Komponen diagnosa keperawatan menurut Nursalam (2008):

a. Problem (masalah) Masalah adalah menjelaskan status kesehatan

atau masalah kesehatan pasien secara jelas dan sesingkat

mungkin.

b. Etiologi (penyebab) Penyebab atau etiologi adalah faktor klinik

dan personal yang dapat mengubah status kesehatan atau

mempengaruhi perkembangan masalah.

c. Sign/Symptom (tanda / gejala) Adalah data-data subyektif dan

obyektif yang ditemukan sebagai komponen pendukung terhadap

diagnosa keperawatan aktual dan risiko

Diagnosa yang mungkin muncul pada pada pasien gagal ginjal kronik

menurut Toto dan Abdul (2009) yaitu :

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan

keluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan dan natrium

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan

membrane mukosa mulut.

 
 
41 
 

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia,

retensi produk sampah dan prosedur dialisis.

d. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi , prognosis, dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya

informasi.

3. Perencanaan

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan

keluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan dan natrium.

Tujuan : mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan

cairan

Intervensi keperawatan :

1) Kaji status cairan : timbang berat badan setiap hari, hitung

keseimbangan cairan, kaji turgor kulit dan adanya edema,

kaji adanya distensi vena leher, pantau TD, denyut nadi dan

irama.

2) Batasi masukan cairan

3) Identifikasi sumber potensial cairan : medikasi dan cairan

yang digunakan untuk pengobatan oral dan intravena serta

makanan.

4) Jelaskan pada pasien dan keluarga alasan pembatasan cairan.

5) Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat

pembatasan cairan.

6) Tingkatkan dan dorong higiene oral dengan sering.

 
 
42 
 

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan

membrane mukosa mulut.

Tujuan : mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat

Intervensi keperawatan :

1) Kaji status nutrisi : perubahan berat badan, nilai laboratorium

(BUN, kreatinin, protein, besi, dan transferin)

2) Kaji pola diet nutrisi : riwayat diet, makanan kesukaan, dan

hitung kalori.

3) Kaji faktor yang merubah dalam masukan nutrisi : mual,

muntah, anoreksia, diet yang tidak menyenangkan, depresi,

kurang memahami pembatasan, stomatitis.

4) Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas

diet.

5) Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis

tinggi, seperti telur, daging, produk susu.

6) Anjurkan kepada pasien jika makanan camilan yang

mengandung tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium

diantara waktu makan.

7) Jelaskan alasan pembatasan diet dan hubungannya dengan

penyakit ginjal dan peningkatan urea dan kreatinin.

8) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu

makan.

 
 
43 
 

9) Timbang berat badan setiap hari.

10) Kaji bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat,

seperti edema, penurunan albumin serum dan penyembuhan

yang lambat.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, anemia,

retensi produk sampah dan prosedur dialisis.

Tujuan : berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi

Intervensi keperawatan :

1) Kaji faktor yang menimbulkan keletihan : anemia,

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, retensi produk

sampah, depresi.

2) Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang

dapat ditoleransi.

3) Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat

4) Anjurkan istirahat setelah dialisis

d. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi , prognosis, dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan : meningkatkan pengetahuan mengenai kondisi dan

penanganan yang bersangkutan

Intervensi keperawatan :

1) Kaji pemahaman mengenai penyebab gagal ginjal,

konsekuensinya dan penanganan

 
 
44 
 

2) Jelaskan fungsi renal dan konsekuensi gagal ginjal sesuai

dengan tingkat pemahaman dan kesiapan pasien untuk belajar

3) Sediakan informasi baik secara tertulis maupun lisan dengan

tepat.

4. Pelaksanaan

Menurut Nursalam (2008), pelaksanaan adalah inisiatif dari

rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap

pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukkan

pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang

diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan

memfasilitasi koping. Perencanaan asuhan keperawatan akan dapat

dilaksanakan dengan baik, jika pasien mempunyai keinginan untuk

berpartisipasi dalam implementasi asuhan keperawatan.

Tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan

tanggung jawab perawat secara professional sebagaimana terdapat

dalam standar praktek keperawatan, yaitu:

a. Independen

Adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa

petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya.

Tipe tindakan independen meliputi:

 
 
45 
 

1) Tindakan diagnostik, yaitu tindakan untuk menegakkan

diagnosa keperawatan seperti, wawancara, observasi,

pemeriksaan fisik.

2) Tindakan teraupetik, yaitu tindakan untuk mengurangi,

mencegah dan mengatasi masalah pasien. Misalnya, dengan

merubah posisi pasien yang mengalami hambatan mobilisasi.

3) Tindakan edukatif, yaitu tindakan untuk merubah perilaku

pasien melalui promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan

pada pasien.

4) Tindakan merujuk, tindakan yang lebih menekankan pada

kemampuan perawat dalam mengambil suatu keputusan

klinik tentang keadaan pasien dan kemampuan untuk

melakukan kerjasama dengan tim kesehatan lain.

b. Interdependen

Adalah tindakan keperawatan menjelaskan suatu kegiatan yang

memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya,

misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi, dan dokter.

c. Dependen

Tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencana

tindakan medis.

Fase implementasi dari proses keperawatan mengikuti rumusan

dari rencana keperawatan, menurut teori Toto dan Abdul (2009)

implementasi keperawatan pada pasien dengan CKD adalah :

 
 
46 
 

a. Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan

b. mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat

c. berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi

d. meningkatkan pengetahuan mengenai kondisi dan penanganan

yang bersangkutan

5. Evaluasi

Menurut Nursalam (2008), evaluasi adalah tindakan intelektual

untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan keberhasilan

dari diagnosis keperawatan, rencana tindakan dan implementasinya.

Evaluasi ada 2 yaitu :

a. Evaluasi proses

Fokus pada evaluasi proses (formatif) adalah aktivitas dari proses

keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan.

Evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah perencanaan

keperawatan diimplementasikan untuk membantu menilai

efektivitas intervensi tersebut. Evaluasi proses harus terus-

menerus dilaksanakan hingga tujuan yang telah ditentukan

tercapai.

b. Evaluasi hasil

Fokus evaluasi hasil (sumatif) adalah perubahan perilaku atau

status kesehatan pasien pada akhir asuhan keperawatan. Tipe

evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan keperawatan secara

paripurna. Evaluasi hasil bersifat objektif, fleksibel, dan efesien.

 
 
47 
 

Hasil evaluasi menurut pendapat Nursalam (2008), meliputi:

a. Tujuan tercapai, jika menunjukkan perubahan sesuai standar yang

telah ditetapkan.

b. Tujuan tercapai sebagian, jika pasien menunjukkan perubahan

sebagian dari standar yang telah ditetapkan.

c. Tujuan tidak tercapai, jika pasien tidak menunjukkan perubahan

dan kemajuan sama sekali atau bahkan menimbulkan masalah

baru.

6. Dokumentasi

Menurut Nursalam (2008), dokumentasi adalah adalah bagian

integral proses, bukan sesuatu yang berbeda dari metode problem

solving. Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian,

identifikasi masalah, perencanaan, tindakan. Perawat kemudian

mengobservasi dan mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan

yang diberikan dan didokumentasikan dalam bentuk evaluasi. Adapun

syarat dari dokumentasi keperawatan menurut pendapat Hidayat

(2007) adalah sebagai berikut :

a. Kesederhanaan, penggunaan kata kata yang sederhana mudah

dibaca, mudah dimengerti dan menghindari kata yang sulit

dipahami.

b. Keakuratan, data yang diperoleh harus benar benar akurat

berdasarkan informasi yang di dapatkan.

 
 
48 
 

c. Ketepatan, ketepatan dalam pendokumentasian merupakan syarat

mutlak.

d. Kelengkapan, pencatatan terhadap semua pelayan yang diberikan

tanggapan perawat atau klien.

e. Kejelasan dan keobjektifan, dokumentasi keperawatan

memerlukan kejelasan dan keobjektifan dari data-data yang ada

bukan merupakan data fiktif.

Keterampilan standar dokumentasi merupakan ketrampilan untuk

dapat memenuhi dan melaksanakan standar dokumentasi yang telah

ditetapkan dengan tepat. Keterampilan tersebut antara lain

keterampilan dalam memenuhi standar dokumentasi pengkajian,

diagnosa, rencana pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan

a. Dokumentasi Pengkajian

Dokumentasi pengkajian merupakan catatan tentang hasil

pengkajian yang dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi

dari klien, membuat data dasar tentang klien, dan membuat

catatan tentang respon kesehatan klien (Hidayat, 2008).

b. Dokumentasi Diagnosa Keperawatan

Dalam melakukan pencatatan diagnosa keperawatan digunakan

Pedoman yaitu :

1) Gunakan format PES untuk semua masalah aktual dan PE

untuk masalah resiko.

 
 
49 
 

2) Catat diagnosa keperawatan resiko dan resiko tinggi ke dalam

masalah atau format diagnosa keperawatan.

3) Gunakan istilah diagnosa keperawatan yang dibuat dari

sumbersumber diagnosa keperawatan.

4) Gunakan diagnosa keperawatan sebagai pedoman untuk

pengkajian, perencanaan, intervensi, dan evaluasi.

c. Dokumentasi Rencana Keperawatan

Dokumentasi rencana keperawatan merupakan catatan

keperawatan tentang penyusunan rencana tindakan keperawatan

yang akan dilakukan (Hidayat, 2008). Secara umum pedoman

untuk rencana keperawatan yang efektif adalah sebagai berikut :

1) Sebelum menulis, cek sumber informasi data.

2) Buat rencana keperawatan yang mudah dimengerti.

3) Tulisan harus jelas, spesifik, dapat diukur, dan kriteria hasil

sesuai dengan identifikasi masalah.

4) Memulai instruksikan perawatan harus menggunakan kata

kerja seperti catat, informasikan dan lain-lain.

5) Gunakan pena tinta dalam menulis untuk mencegah

penghapusan tulisan atau tidak jelasnya tulisan.

d. Dokumentasi Implementasi

Dokumentasi implementasi merupakan catatan tentang tindakan

yang diberikan oleh perawat. Dokumentasi intervensi mencatat

pelaksanaan rencana perawatan, pemenuhan kriteria hasil dari

 
 
50 
 

tindakan keperawatan mandiri dan tindakan kolaboratif. (Hidayat,

2008).

Beberapa pedoman yang dipakai dalam pencatatan intervensi

keperawatan adalah :

1) Gunakan diskriptif tindakan untuk menentukan apa yang

telah dikerjakan.

2) Berikan keamanan, kenyamanan, dan perhatian faktor

lingkungan pasien dalam memberikan intervensi

keperawatan.

3) Catat waktu dan orang yang bertanggung jawab dalam

memberikan intervensi.

4) Catat prosedur yang tepat.

e. Dokumentasi Evaluasi

Dokumentasi evaluasi merupakan catatan tentang indikasi

kemajuan pasien terhadap tujuan yang dicapai. Evaluasi bertujuan

untuk menilai keefektifan perawat dan untuk mengkomunikasikan

status pasien dari hasil tindakan keperawatan (Hidayat, 2008).

Dokumentasi evaluasi berisikan perkembangan dari tiap-tiap

masalah yang telah dilakukan tindakan, dan disusun oleh semua

anggota yang terlibat dengan menambahkan catatan

perkembangan pada lembar yang sama. Acuan dalam penulisan

menggunakan SOAP (Subjektif data, Objektif data, Analisa,

Planning). Menurut (Hidayat, 2008) SOAP adalah:

 
 
51 
 

S : Data Subjektif

Perkembangan keadaan didasarkan pada apa yang dirasakan,

dikeluhkan dan dikemukakan klien.

O : Data Objektif

Perkembangan yang bisa diamati dan diukuri oleh perawat atau

tim kesehatan.

A : Analisis

Kedua jenis data tersebut, baik subyektif maupun obyektif

dinilai dan dianalisis, apakah berkembang kearah perbaikan

atau kemunduran. Hasil analisis dapat menguraikan sampai

dimana masalah yang ada dapat diatasi atau perkembangan

masalah baru yang menimbulkan diagnosa keperawatan.

P : Perencanaan

Rencana penanganan klien dalam hal ini didasarkan pada hasil

analisis di atas yang berisi melanjutkan rencana sebelumnya

apabila keadaan atau masalah belum teratasi dan membuat

rencana baru bila rencana awal tidak efektif.

 
 
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Hari/Tanggal : kamis / 06 Juli 2017
Jam : 08.15 WIB
Tempat : Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman
Oleh : Dwi Ristanti
Sumber data : pasien, keluarga pasien, perawat, rekam
medis
Metode : wawancara, observasi, pemeriksaan fisik,
studi dokumentasi

1. Identitas
a. Pasien
1) Nama Pasien : Ny. J
2) Tempat Tgl Lahir : Sleman, 1 januari 1939
3) Jenis Kelamin : perempuan
4) Agama : islam
5) Pendidikan : SD
6) Pekerjaan : buruh
7) Suku / Bangsa : jawa/ indonesia
8) Alamat : grojogan, pandowoharjo, sleman
9) Diagnosa Medis : CKD (Chronic Kidney Disease) stage 5
10) No. RM :328325
11) Tanggal Masuk RS : 26 juni 2017
b. Penanggung Jawab / Keluarga
1) Nama : Ny. M
2) Umur : 47 tahun
3) Pendidikan : D III
4) Pekerjaan : pegawai swasta

52
53

5) Alamat : grojogan, pandowoharjo, sleman


6) Hubungan dengan pasien : anak kandung
7) Status perkawinan : menikah

2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama saat Pengkajian
Keluarga pasien mengatakan, pasien mengalami penurunan
kesadaran, sudah 2 hari ini pasien gelisah dan susah tidur.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluarga pasien mengatakan pasien masuk rumah sakit karena
diare, tetapi sebelum dibawa kerumah sakit, pasien dirawat oleh
anaknya yang juga seorang perawat di rumah selama 10 hari sejak
tanggal 16 juni 2017 karena pasien tidak mau dirawat di rumah
sakit. Pada tanggal 23 juni 2017 atau 2 hari sebelum lebaran pasien
mengalami muntah berak. Setelah dibujuk oleh anak-anaknya
akhirnya pasien mau dirawat di rumah sakit yaitu pasien masuk
rumah sakit pada lebaran hari ke 2 atau tanggal 26 juni 2017 dan di
lakukan pemerikasaan di IGD. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut oleh dokter IGD, pasien dianjurkan untuk menjalani rawat
inap. Di IGD pasien mendapat tindakan pemasangan kateter dan
pemasangan infus. Kemudian pasien di pindahkan ke ruang
Alamanda 2 untuk menjalani rawat inap dan mendapat tindakan
lebih lanjut terkait penyakitnya.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga pasien mengatakan, pasien sebelumnya belum pernah
opname/dirawat inap di rumah sakit manapun. Dan baru kali ini
pasien di opname di rumah sakit. Keluarga pasien mengatakan
apabila pasien sakit biasnya hanya dirawat dirumah oleh anaknya.
54

b. Riwayat Kesehatan Keluarga


1) Genogram

+ + + +

Keterangan :
: laki-laki : tinggal serumah

: perempuan : garis perkawinan

: pasien : garis keturunan

+ : meninggal

2) Riwayat Kesehatan Keluarga


Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
mempunyai penyakit sama dengan yang diderita pasien. Keluarga
pasien mengatakan, pasien tidak mempunyai riwayat penyakit
keturunan yaitu seperti hipertensi, diabetes, dan asma.
55

Kesehatan Fungsional
c. Aspek Fisik – Biologis
1) Nutrisi
a) Sebelum Sakit
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit kebutuhan makan,
minum baik. Pasien makan 3xsehari dengan lauk, pauk, nasi,
dan minum 6-8 gelas/hari.
b) Selama Sakit
Keluarga pasien mengatakan selama sakit pasien susah makan
dan ada kesulitan menelan, tetapi pada tanggal 5 juli 2017
pasien dipasang selang makan / NGT dan mendapatkan diit RP
1100K.

2) Pola Eliminasi
a) Sebelum
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien BAB
1xsehari dengan konsistensi lembek, warna kuning, tidak
disertai darah. BAK 5-6xsehari, warna kuning, bau khas urine.
b) Selama Sakit
Keluarga pasien mengatakan, pasien selama sakit BAB lancar
sejak hari rabu tanggal 5 juli 2017 dengan konsistensi lembek
warna kuning. Sedangkan untuk BAK nya pasien menggunakan
selang kateter dan di pasang sejak tanggal 26 juni 2017, warna
kuning jernih, bau khas urine, jumlah urine ±1000 cc.

3) Pola Aktivitas
a) Sebelum Sakit
(1) Keadaan aktivitas sehari – hari
Keluarga pasien mengatakan aktivitas sebelum sakit yaitu
pasien setiap harinya pergi kesawah dan pasien mampu
melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
56

(2) Keadaan pernafasan


Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien tidak
mempunyai gangguan pada pernafasannya dan memang
tidak mempunyai riwayat penyakit pada pernafasannya,
seperti sesak nafas, asma dll.
(3) Keadaan Kardiovaskuler
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien tidak
mempunyai masalah dengan jantungnya.

b) Selama Sakit
(1) Keadaan aktivitas sehari – hari
Keluarga pasien mengatakan selama sakit pasien hanya
bedrest, dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien
dibantu oleh keluarganya.
(2) Keadaan pernafasan
Keluarga pasien mengatakan selama sakit ada gangguan
pada pernafasannya dan pasien mendapat terapi O2 3 lpm
dengan menggunakan nasal kanul.
(3) Keadaan kardiovaskuler
Keluarga pasien mengatakan pasien selama sakit tidak ada
gangguan pada jantunngya.
57

(4) Skala ketergantungan


Tabel 3.1 Penilaian Status Fungsional (Barber Index)
Pasien Ny. J di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman Tanggal 06 juli
2017
Nilai Skor
No Fungsi Skor Uraian Hari I Hari II Hari III
1. Mengendalikan 0 Tak terkendali/tak teratur (perlu
rangsang defekasi pencahar)
(BAB) 1 Kadang-kadang tak terkendali
2 Mandiri 2 2 2
2. Mengendalikan 0 Tak terkendali/pakai kateter 0 0 0
rangsang berkemih 1 Kadang-kadang tak terkendali
(BAK) (1x24 jam)
2 Mandiri
3. Membersihkan dir 0 Butuh pertolongan orang lain 0 0 0
(cuci muka,sisisr 1 Mandiri
rambut,sikat gigi)
4.. Penggunaan jamban, 0 Tergantung pertolongan orang lain 0 0 0
masuk dan keluar 1 Perlu pertolongan pada beberapa
(melepaskan kegiatan tetapi dapat mengerjakan
,memakai sendiri kegiatan yang lain
celana,membersihkan 2 Mandiri
,menyiram)
5. Makan 0 Tidak mampu 0 0 0
1 Perlu ditolong memotong
makanan
2 Mandiri
6. Berubah sikap dari 0 Tidak mampu 0 0 0
berbaring ke duduk 1 Perlu banyak bantuan untuk bisa
duduk (2 orang)
2 Bantuan (2 orang)
3 Mandiri
7. Berpindah/berjalan 0 Tidak mampu 0 0 0
1 Bisa (pindah) dengan kursi roda
2 Berjalan dengan bantuan 1 orang
3 Mandiri
8. Memakai Baju 0 Tidak mampu 0 0 0
1 Sebagai dibantuan (misal
mengancingkan baju)
2 Mandiri
9. Naik turun tangga 0 Tidak mampu 0 0 0
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
10. Mandi 0 Tergantung orang lain 0 0 0
1 Mandiri
Total Skor 2 2 2
Tingkat Ketergantungan Ketergantungan Total
Paraf & Nama Perawat

(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)


58

KETERANGAN:
20 : Mandiri 5-8 : Ketergantungan berat
12-19 : Ketergantungan ringan 0-4 : Ketergantungan total
9-11 : Ketergantungan Sedang

(5) Tabel Pengkajian Resiko Jatuh


Tabel 3.2 Pengkajian Resiko Jatuh
Pasien Ny. J di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman Tanggal 06 juli 2017
Skoring
Skoring 2 Skoring 3
No Risiko Skala 1
Tgl 07 Tgl 08
Tgl 06
1. Riwayat jatuh, yang baru atau dalam 3 Tidak 0 0 0 0
bulan terakhir Ya 25
2. Diagnosa medis sekunder >1 Tidak 0
Ya 15 15 15 15
3. Alat bantu jalan: 0 0 0
0
Bed rest/diabntu perwat
Penopang/tongkat/walker 15
Furniture 30
4. Menggunakan infus Tidak 0
Ya 25 25 25 25
5. Cara berjalan/berpindah: 0 0 0
0
Normal/bed rest/imobilisasi
Lemah 15
Terganggu 30
6. Status mental:
0
Orientasi sesuai kemampuan diri
Lupa keterbatasan 15 15 15 15
Jumlah skor 55 55 55
Tingkat Resiko Jatuh Resiko tinggi jatuh
Paraf & Nama Perawat
(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)

Tingkat Risiko : Tidak berisiko bila skor 0-24 → lakukan perawatan yang baik
: Risiko rendah bila skor 25-50 → lakukan intervensi jatuh
standar (lanjutkan formulir pencegahan)
: Risiko Tinggi bila skor ≥ 51 lakukan intervensi jatuh resiko
tinggi (lanjutkan dengan pencegaha jatuh pasien dewasa)
59

(6) Tabel Pengkajian Resiko Luka Dekubitus


Tabel 3.3 Tabel Resiko Luka Dekubitus (Skala Norton)
Pasien Ny. J di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman Tanggal 06 juli 2017
Tangal PENILAIAN 4 3 2 1

Kondisi fisik Baik Sedang Buruk Sangat buruk


Status mental Sadar Apatis Bingung Stupor
06 juli Aktifitas Jalan sendiri Jalan dengan Kursi roda Ditempat tidur
2017 bantuan
Mobilitas Bebas bergerak Agak terbatas Sangat Tidak mampu
terbatas bergerak
Inkontensia Kadang-kadang Selalu Inkontinensia
Kontinen int/kontinensia inkontinensia urin & Alvi
urin
Skor 0 3 4 3
Total Skor 10 (Resiko Tinggi)

Paraf & Nama Perawat Dwi


Kondisi fisik Baik Sedang Buruk Sangat buruk
Status mental Sadar Apatis Bingung Stupor
07 juli Aktifitas Jalan sendiri Jalan dengan Kursi roda Di tempat tidur
2017 bantuan
Mobilitas Bebas bergerak Agak terbatas Sangat Tidak mampu
terbatas brgerak
Inkontensia Kontinen Kadang-kadang Selalu Inkontinensia
int/kontinensia inkontinensia urin & Alvi
urine
Skor 0 3 4 3
Total Skor 10 (Resiko Tinggi)

Paraf & Nama Perawat Dwi


Kondisi fisik Baik Sedang Buruk Sangat buruk
Status mental Sadar Apatis Bingung Stupor
08 juli Aktifitas Jalan sendiri Jalan dengan Kursi roda Di tempat tidur
2017 bantuan
Mobilitas Bebas bergerak Agak terbatas Sangat Tidak mampu
terbatas bergerak
Inkontinensia Kontinen Kadang –kadang Selalu Inkontinensia
int/ kontinensia inkontinensia urin & Alvi
urine
Skor 0 3 4 3
Total Skor 10 (Resiko Tinggi)

Paraf & Nama Perawat Dwi


(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)

KETERANGAN:
16-20 : risiko rendah terjadi dekubitus
12-15 : risiko sedang terjadi dekubitus
<12 : risiko tinggi terjadi dekubitus
60

4) Kebutuhan istirahat – tidur


a) Sebelum sakit
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien tidak ada
masalah dengan kebutuhan istirahat tidurnya, keluarga pasien
mengatakan biasanya, pasien tidur ±8 jam/hari, dengan kualitas
tidur yang nyenyak.
b) Selama sakit
Keluarga pasien mengatakan, selama sakit pasien sudah 2 hari
yang lalu tidak bisa tidur dengan nyenyak.

d. Aspek Psiko-Sosial-Spiritual
1) Pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan
Keluarga pasien mengatakan jika ada salah satu anggota keluarga
yang sakit , akan diperiksakan di pelayanan kesehatan.
2) Pola hubungan
Keluarga pasien mengatakan hubungan dengan antar keluarga tidak
ada masalah, hubungan dengan orang lain juga baik.
3) Koping atau toleransi stres
Keluarga pasien mengatakan apabila pasien ada masalah, selalu
diceritakan kepada anaknya.
4) Kognitif dan persepsi tentang penyakitnya
Keluarga pasien mengatakan, sudah sedikit mengetahui tentang
penyakit yang dialami pasien.
5) Konsep diri
a) Gambaran Diri
Pasien mengalami penurunan kesadaran.
b) Harga Diri
Pasien mengalami penurunan kesadaran.
61

c) Peran Diri
Keluarga pasien mengatakan, peran pasien dirumah
sebagai nenek dari cucu-cucunya, dan sebagai seorang ibu
bagi anak-anaknya. Sedangkan di RS sebagai pasien.
d) Ideal Diri
Pasien mengalami penurunan kesadaran.
e) Identitas Diri
Pasien mengalami penurunan kesadaran.
6) Seksual dan menstruasi
Keluarga pasien mengatakan, pasien sudah berumur dan sudah
menopause.
7) Nilai
Keluarga pasien mengatakan, pasien beragama islam, dirumah
pasien selalu menjalankan kewajibannya sebagai orang islam
yaitu sholat 5 waktu, tetapi di RS pasien tidak bisa sepenuhnya
menjalankan sholat 5 waktu.

e. Aspek Lingkungan Fisik


Keluarga pasien mengatakan, pasien tinggal bersama anaknya
dengan rumah yang sudah ditembok, ventilasi ada disetiap
ruangan, lantai keramik. Di RS pasien dirawat diruang Alamanda
2, dengan kondisi ruangan sudah tembok, berkeramik, dan ada
ventilasi udara.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : somnolen
2) Status Gizi :TB = 150 cm
BB = 40 Kg
IMT = BB = 40 = 17,8
TB2 2,25
62

3) Tanda Vital :TD = 130/60 mmHg Nadi= 80 x/mnt


Suhu = 36,5 °C RR = 22 x/mnt

4) Skala Nyeri
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
( Keterangan nyeri : tidak ada nyeri)
b. Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo – Caudal)
1) Kulit
Warna kulit sawo matang, terdapat luka didaerah pantat karena
luka. Awalnya luka karena ruam pempers luka sudah ada
sebelum masuk rumah sakit, ukuran luka 15×15, warna
kemerahan, tidak ada cairan yang keluar, tidak bau. Dan di kaki
terdapat bekas luka. Turgor kulit menurun.
2) Kepala
Rambut pasien sudah ada ubannya sebagian dan agak kotor
sedikit, kulit kepala tidak ada lesi, mata simetris kanan kiri,
konjungtiva tidak anemis, hidung normal, tidak terdapat
pernafasan cuping hidung, membran mukosa kering, telinga
simetris kanan kiri, tidak ada cairan serumen yang keluar.
3) Leher
Leher tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, dapat bergerak ke
kanan ke kiri, tidak ada lesi, luka.
4) Tengkuk
Tidak ada kelainan, tidak ada lesi dan nyeri tekan. Tidak ada
kaku kuduk.
5) Dada
a) Inspeksi
Tidak ada lesi, bentuk dada normal chest, tidak ada retraksi
dada
63

b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal, taktil
fremitus antara getaran kanan dan kiri sama.
c) Perkusi
Paru-paru terdengar suara sonor, terdengar suara pekak pada
jantung
d) Auskultasi
Terdengar suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas
tambahan.
6) Payudara
a) Inspeksi
Payudara pasien tidak ada bekas luka, aerola tampak berwarna
coklat
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal
7) Punggung
Punggung tegak, tidak ada kelainan bentuk, tidak ada lesi, tidak ada
nyeri tekan.
8) Abdomen
a) Inspeksi
Tidak ada bekas luka, abdomen tampak rata.
b) Auskultasi
Terdengar bising usus 10x/menit
c) Perkusi
Terdengar bunyi timpani
d) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal
9) Panggul
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada jejas atau memar
10) Anus dan Rectum
Anus & rectum tidak ada hemoriod, tidak ada lesi dan bersih.
64

11) Genetalia
a) Pada Wanita
Vagina pasien agak sedikit kotor.
12) Ekstremitas
a) Atas
Anggota gerak lengkap, kedua ekstremitas atas kanan dan kiri
tidak cacat, tidak ada edema. Terpasang infus NaCl 0.9% 20
tpm ditangan kiri sejak 05 Juli 2017.
b) Bawah
Anggota gerak lengkap, ekstremitas bawah kanan dan kiri
simetris, anggota gerak sebelah kiri agak lemah. , terdapat
bekas uka pada kaki yang sudah menutup.

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Patologi Klinik
Tabel 3.4 Pemeriksaan laboratorium Ny. J di Ruang Alamanda 2
RSUD Sleman Tanggal 06 juli 2017

Tgl Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Standar/Normal Interpretasi


Periksa
HEMATOLOGI
30 juni Hematologi Rutin
2017 Hemoglobin 10.3 gr/dl P: 12.0~16.0 Rendah
Hematokritl 28 % 37~47 Rendah
Lekosit 15.9 ribu/uL 4.5~11.0 Tinggi
Entrosit 3.75 juta/uL 4.2~5.4 Rendah
Tombrosit 176 ribu/uL 150~440 Normal
MPV 10.7 fL 7.2~11.1 Normal
PDW 12.2 fL 9~13 Normal

Index Eritosit 13.2 % 11.5~14.5 Normal


RDW-CV 74.1 fL 80~100 Rendah
MCV 27.5 pg 26~34 Normal
MHC 37.1 % 32~36 Normal
MCHC

Hitung jenis Lekosit


Basofil 0.1 % 0~1 Normal
Monosit 5.9 % 4~8 Normal
Eosinofil 0.4 % 1~6 Rendah
Limfosit 6.2 % 22~40 Rendah
Neutrofil 84.7 % 40~70 Tinggi
65

KIMIA KLINIK
Fungsi Ginjal
Ureum 18.5 mg/dL 10~50 Normal
Kreatinin 5.20 mg/dL 0.5~0.9 Tinggi

KIMIA KLINIK
05 juli 2017 Fungsi Ginjal
Ureum 131.0 mg/dL 10~50 Tinggi
Kreatinin 4.84 mg/dL 0.5~0.9 Tinggi

HEMATOLOGI
08 juli 2017 Hematologi Rutin
Hemoglobin 6.5 gr/dl P: 12.0~16.0 Rendah
Hematokritl 20 % 37~47 Rendah
Lekosit 6.9 ribu/uL 4.5~11.0 Normal
Entrosit 2.44 juta/uL 4.2~5.4 Rendah
Tombrosit 117 ribu/uL 150~440 Rendah
MPV 11.1 fL 7.2~11.1 Normal
PDW 12.1 fL 9~13 Normal

Index Eritosit
RDW-CV 12.8 % 11.5~14.5 Normal
MCV 79.9 fL 80~100 Rendah
MHC 26.6 pg 26~34 Normal
MCHC 33.3 % 32~36 Normal

Hitung jenis Lekosit


Basofil
Monosit 0.6 % 0~1 Normal
Eosinofil 20 % 4~8 Tinggi
Limfosit 6.9 % 1~6 Tinggi
Neutrofil 2.44 % 22~40 Rendah
71.8 % 40~70 Tinggi
KIMIA KLINIK
Fungsi Ginjal
Ureum
Kreatinin 162.0 mg/dL 10~50 Tinggi
5.04 mg/dL 0.5~0.9 Rendah
Karbohidrat
Glukosa darah sewaktu

Elektrolit 135 mg/dL 74~106 Tinggi


Natrium (Na)
Kalium (K)
129.1 mmol/L 135~148 Rendah
2.25 mmol/L 3.5~5.3 Rendah

(Sumber Data Sekunder : RM Pasien )


66

Tabel 3.5 Hasil Pemeriksaan Radiologi


Pasien Ny. J di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman Tangga 06 juli 2017.

Hari/ Jenis Pemeriksaan Interpretasi


Tanggal
HEAD CT SCAN

Hasil : Kesan :
- Tak tampak soft tissue swelling - Atrophy cerebri.
ekstracranial - Gambaran dapat
04 juli - Tampak gyri dan sulci prominent, mendukung klinis
2017 subarachnoid space frontalis stroke non hemorrhagic
birateral melebar. tipe hiperakut.
- Batas cortex dan medulla tegas.
- Tak tampak lesi
hypodens/isodens/hyperdens/dan
intracereblar/maupun
intracerebellar.
- Systema ventriculair melebar.
- Struktura mediana di tengah.
- SPN dan cellulae mastoidea
normodens.
(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)
67

5. Terapi
Tabel 3.6 Pemberian Terapi Pasien Ny. J di Ruang Alamanda 2 RSUD
Sleman
Tanggal 06 juli 2017

Hari / Obat Dosis dan Satuan Rute


Tanggal
Asam.Folat 3x1 Oral
Lenal ACE 3x1 Oral
Aspar-k 3x1 Oral
Tomit 5 mg / 12 jam IV
06 juli Pantoprazol 30 mg / 24 jam IV
2017 Lasix 20 mg / 12 jam IV
Citicoline 250 mg / 12 jam IV
Mecobalamin 500 mg / 24 jam IV
Cefepime 1 gr/12 jam IV
Ketoconazole cream 15 gr + Topical
ACDAT cream 10 gr
Betadine 1% Topical
NaCl 0.9 % 20 tpm IV

Asam.Folat 3x1 Oral


Lenal ACE 3x1 Oral
07 juli Aspar-k 3x1 Oral
2017 Tomit 5 mg / 12 jam IV
Pantoprazol 30 mg / 24 jam IV
Lasix 20 mg / 12 jam IV
Citicoline 250 mg / 12 jam IV
Mecobalamin 500 mg / 24 jam IV
Cefepime 1 gr/12 jam IV
Ketoconazole cream 15 gr + Topical
ACDAT cream 10 gr
Betadine 1% Topical
NaCl 0.9 % 20 tpm IV

Asam.Folat 3x1 Oral


Lenal ACE 3x1 Oral
Aspar-k 3x1 Oral
08 juli Tomit 5 mg / 12 jam IV
2017 Pantoprazol 30 mg / 24 jam IV
Lasix 20 mg / 12 jam IV
Citicoline 250 mg / 12 jam IV
Mecobalamin 500 mg / 24 jam IV
Cefepime 1 gr/12 jam IV
Ketoconazole cream 15 gr + Topical
ACDAT cream 10 gr
Betadine 1% Topical
NaCl 0.9 % 20 tpm IV

(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)


68

6. ANALISA DATA
Tabel 3.7 Analisa Data
Pasien Ny. J di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman Tanggal 06 juli
2017

NO ANALISA DATA PENYEBAB MASALAH

1 DS : penurunan Ketidakefektifan
Keluarga pasien mengatakan pasien kesadaran perfusi jaringan
saat diajak berkomunikasi tidak cerebral
merespon karena pasien mengalami
penurunan kesadaran.
DO :
- KU lemah
- Kesadaran : somnolen
- Terpasang O2 3 lpm
- TD : 130/60 mmHg
- N : 86 x/menit
- RR : 22 x/menit
- S : 36,8 ˚C

2 DS : DM (kadar Ketidakefektifan
Keluarga mengatakan pasien hanya glukosa darah perfusi renal
bedrest, dan sudah dilakukan HD dua tinggi
hari yang lalu yaitu tanggal 28 juni
dan 1 juli 2017
DO :
- GDS : 200 mg/dlL(hasil lab.
Tanggal 05 juli 2017)
- Ureum : 85 mg/Dl
- Kreatinin : 2.70 mg/Dl
- Pasien tampak lemah
- Membran mukosa bibir kering
dan pecah-pecah
- Pasien wanita berumur 78
tahun
- TD : 130/60 mmHg
- N : 86 x/menit
- RR : 22 x/menit
- S : 36,8 ˚
69

3 DS : gangguan Ketidakseimbangan
- Keluarga pasien mengatakan, menelan nutrisi kurang dari
pasien sudah 2 hari yang lalu kebutuhan tubuh
susah untuk makan dan susah
untuk menelan, lalu pada hari
rabu tanggal 5 juli 2017 paien
di pasang selang makan.
DO :
- Pasien tampak lemas
- Terpasang NGT sejak tanggal
05 juli 2017
- IMT : 17,8
- BB : 40 kg
- Pasien mendapat diit RP
1100K lewat sonde.
4 DS: gangguan Kerusakan
- keluarga pasien mengatakan permukaan integritas kulit
ada luka di bagian pantat sudah kulit
sejak sebelum masuk rumah
sakit karena pemakaian
pempers yang lama.
DO :
- terdapat luka lecet pada bagian
pantat dengan ukuran 15x15
cm, warna kemerahan, tidak
ada cairan yang keluar

5 DS : kelemahan Hambatan
- Keluarga pasien mengatakan mobilitas fisik
semua kebutuhan sehari-hari
pasien dibantu keluarga .
- Keluarga mengatakan untuk
berpindah posisi sangat terbata
dan memerlukan bantuan
keluarga
DO :
- Pasien berdrest
- Pasien tampak lemah
- Skala ketergantungan 2 (total)
70

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan penurunan


kesadaran di tandai dengan :
DS :
Keluarga pasien mengatakan pasien saat diajak berkomunikasi tidak
merespon karena pasien mengalami penurunan kesadaran.
DO :
- KU lemah
- Kesadaran : somnolen
- Terpasang O2 3 lpm
- TD : 130/60 mmHg
- N : 86 x/menit
- RR : 22 x/menit
- S : 36,8 ˚C
2. Ketidakefektifan perfusi renal berhubungan dengan DM (kadar glukosa
darah tinggi)dengan :
DS :
Keluarga mengatakan pasien hanya bedrest, dan sudah dilakukan HD dua
hari yang lalu yaitu tanggal 28 juni dan 1 juli 2017
DO :
- GDS : 200 mg/dlL(hasil lab. Tanggal 05 juli 2017)
- Ureum : 85 mg/Dl
- Kreatinin : 2.70 mg/Dl
- Pasien tampak lemah
- Membran mukosa bibir kering dan pecah-pecah
- Pasien wanita berumur 78 tahun
- TD : 130/60 mmHg - N : 86 x/menit
- RR : 22 x/menit - S : 36,8 ˚
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan menelan ditandai dengan :
DS :
Keluarga pasien mengatakan, pasien sudah 2 hari yang lalu susah untuk
makan dan susah untuk menelan, lalu pada hari rabu tanggal 5 juli 2017
paien di pasang selang makan.
DO :
- Pasien tampak lemas
- Terpasang NGT sejak tanggal 05 juli 2017
- IMT : 17,8
- BB : 40 kg
Pasien mendapat diit RP 1100K lewat sonde.
71

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan permukaan kulit


ditandai dengan :
DS:
keluarga pasien mengatakan ada luka di bagian pantat sudah sejak sebelum
masuk rumah sakit karena pemakaian pempers yang lama.
DO :
terdapat luka lecet pada bagian pantat dengan ukuran 15x15 cm, warna
kemerahan, tidak ada cairan yang keluar
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan di tandai
dengan :
DS :
- Keluarga pasien mengatakan semua kebutuhan sehari-hari pasien
dibantu keluarga .
- Keluarga mengatakan untuk berpindah posisi sangat terbata dan
memerlukan bantuan keluarga
DO :
- Pasien berdrest
- Pasien tampak lemah
- Skala ketergantungan 2 (total)
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama Pasien / NO CM : Ny. J / 328325 Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Hari/
PERENCANAAN
Tgl/ Jam DIAGNOSA
KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA PELAKSANAAN EVALUASI
TINDAKAN
Kamis, 06 Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan Peripheral sensation Kamis, 06 juli 2017 Kamis, 06 juli 2017
juli 2017 jaringan cerebral tindakan keperawatan management
Jam 08.30 berhubungan dengan selama 3x24 jam, 09.00 WIB 14.00 WIB
WIB penurunan kesadaran di diharapkan pasien 1. Monitor TTV Memonitor aliran O2 S:
tandai dengan : mencapai tissue perfusion 2. Monitor kesadaran (aliran O2 lancar) Keluarga pasien mengatakan akan
DS : : cerebral dengan kriteria pasien menemani pasien
Keluarga pasien hasil : 3. Monitor aliran O2 (dwi) O:
mengatakan pasien saat 1. tanda- tanda vital 4. Anjurkan kepada - Aliran O2 lancar
diajak berkomunikasi dalam batas normal ( keluarga untuk 09.05 WIB - Pasien tamak lemah
tidak merespon karena N: 60-100 x/mnt, RR menemani pasien Menganjurkan kepada - Pasien bedrest
pasien mengalami : 18-24x/mnt, S : 5. Kolaborasi keluarga untuk menemani A :
penurunan kesadaran. 36,5-37,5 ˚C, TD: dengandokter pasien. Masalah ketidakefektifan perfusi
DO : 120/80 mmHg) pemberian obat (keluarga pasien jaringan cerebral belum teratasi
- KU lemah 2. tidak ada penurunan mengatakan akan P : Lanjutkan intervensi
- Kesadaran : kesadaran menemani pasien) - Monitor TTV
somnolen - Monitor kesadaran pasien
- Terpasang O2 3 (dwi) - Monitor aliran O2
lpm - Anjurkan kepada keluarga
- TD : 130/60 untuk menemani pasien
mmHg - Kolaborasi dengandokter
- N : 86 x/menit pemberian obat
- RR : 22 x/menit
- S : 36,8 ˚C (dwi)

72
52
73

(CATATAN PERKEMBANGAN)
Nama Pasien/No. C.M : Ny. J / 328325 Ruang : Alamanda 2
RSUD Sleman
Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Kamis, 15.00 WIB Kamis, 06 juli 2017
06 juli Memonitor TTV 20.00 WIB
2017 (TD : 130/70 mmHg, S: 36,8 ˚C, S:-
Jam RR : 20 x/mnt, N : 88 x/mnt) O:
14.00 - TD : 130/70 mmHg,
WIB - S: 36,8 ˚C,
(dwi) - RR : 20 x/mnt,
17.00 WIB - N : 88 x/mnt)
Memberikan obat citicolin dan - Sudah diberikan obat
mecobalamin. citicolin dan mecobalamin
(obat sudah masuk lewat iv) A:
Masalah ketidakefektifan perfusi
jaringan cerebral belum teratasi
(dwi) P : Lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Monitor kesadaran pasien
- Monitor aliran O2
- Anjurkan kepada keluarga
untuk menemani pasien
- Kolaborasi dengandokter
pemberian obat

(dwi)
74

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny. J / 328325 Ruang : Alamanda 2 RSUD


Sleman
Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Kamis, 06.30 WIB Jumat, 07 juli 2017
06 juli Memonitor kesadaran pasien 07.30 WIB
2017 (Keluarga pasien mengatakan, S:
Jam pasien masih belum nyambung - Keluarga pasien
20.00 saat diajak berkominukasi, pasien mengatakan, pasien masih
WIB masih tampak lemah, kesadaran belum nyambung saat
somnolen) diajak berkominukasi
O:
- pasien masih tampak lemah,
(dwi) - kesadaran somnolen
06.40 WIB - Terpasang O2 3lpm
Memonitor aliran O2 - Sudah diberikan injeksi
(Terpasang O2 3lpm) A:
Masalah ketidakefektifan perfusi
jaringan cerebral belum teratasi
(dwi) P : Lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Monitor kesadaran pasien
- Monitor aliran O2
- Anjurkan kepada keluarga
untuk menemani pasien
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat

(dwi)
75

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny. J / 328325 Ruang : Alamanda 2 rsud sleman


Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Jumat, 09.00 WIB Jumat, 07 juli 2017
07 juli Menganjurkan keluarga pasien 14.00 WIB
2017 untuk menemani pasien S:
Jam (keluarga pasien mengatakan keluarga pasien mengatakan akan
08.00 akan menemani pasien) menemani pasien
WIB O:
- TD : 120/70 mmHg,
(dwi) - S : 37˚C,
10.00 WIB - RR : 22 x/mnt,
Memonitor TTV - N : 84 x/mnt
(TD : 120/70 mmHg, S : 37˚C, A:
RR : 22 x/mnt, N : 84 x/mnt) Masalah ketidakefektifan perfusi
jaringan cerebral belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
(dwi) - Monitor TTV
- Monitor kesadaran pasien
- Monitor aliran O2
- Anjurkan kepada keluarga
untuk menemani pasien
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat

(dwi)
76

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny. J / 328325 Ruang : Alamanda 2 rsud sleman


Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Jumat, 15.00 Jumat, 07 juli 2017
07 juli Memonitor TTV pasien 20.00 WIB
2017 (TD : 120/80 mmHg, S : 37˚C, S:-
Jam RR : 22 x/mnt, N : 86 x/mnt) O:
14.30 - TD : 120/80 mmHg,
WIB - S : 37˚C,
(dwi) - RR : 22 x/mnt,
17.00 WIB - N : 86 x/mnt
Memberikan obat injeks citicolin - sudah dilakukan injeksi obat
dan mecobalamin citicolin dan mecobalamin
(sudah dilakukan injeksi melalui IV
iv) A:
Masalah ketidakefektifan perfusi
jaringan cerebral belum teratasi
(dwi) P : Lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Monitor kesadaran pasien
- Monitor aliran O2
- Anjurkan kepada keluarga
untuk menemani pasien
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat

(dwi)
77

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny. J / 328325 Ruang : Alamanda 2 rsud sleman


Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Jumat, 06.30 WIB Sabtu, 08 juli 2017
07 juli Memonitor kesadaran pasien 07.30 WIB
2017 (kesadaran somnolen, pasien S:-
Jam bedrest, saat diajak berkomunikasi O:
20.00 tidak respon) - Sudah diberikan injeksi
WIB citicolin dan mecobalamin
(dwi) IV
- kesadaran somnolen,
- pasien bedrest,
- saat diajak berkomunikasi
tidak respon
A:
Masalah ketidakefektifan perfusi
jaringan cerebral belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Monitor kesadaran pasien
- Monitor aliran O2
- Anjurkan kepada keluarga
untuk menemani pasien
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat

(dwi)
78

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny. J / 328325 Ruang : Alamanda 2 rsud sleman


Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Sabtu, 08 09.30 WIB Sabtu, 08 juli 2017
juli 2017 Memonitor O2 14.00 WIB
Jam (terpasang O2 3 lpm) S:-
08.30 O:
WIB - TD : 130/70 mmHg,
(dwi) - S: 36,8 ˚C,
10.00 WIB - RR : 20 x/mnt,
Memonitor TTV - N : 88 x/mnt)
(TD : 130/70 mmHg, S: 36,8 ˚C, - Terpasang O2 3lpm
RR : 20 x/mnt, N : 88 x/mnt) A:
Masalah ketidakefektifan perfusi
jaringan cerebral belum teratasi
(dwi) P : Lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Monitor kesadaran pasien
- Monitor aliran O2
- Anjurkan kepada keluarga
untuk menemani pasien
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat

(dwi)
79

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny. J / 328325 Ruang : Alamanda 2 rsud sleman


Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Sabtu, 08 15.00 WIB Sabtu, 08 juli 2017
juli 2017 Memonitor TTV 20.00 WIB
Jam (TD : 130/80 mmHg, S: 36,8 ˚C, S:-
14.30 RR : 22 x/mnt, N : 88 x/mnt) O:
WIB - TD : 130/80 mmHg,
- S: 36,8 ˚C,
(dwi) - RR : 22 x/mnt,
17.00 - N : 88 x/mnt
Memberikan injeksi citicolin dan - sudah berikan injeksi
mecobalamin IV citicolin dan mecobalamin
(injeksi sudah diberikan) IV
A:
Masalah ketidakefektifan perfusi
(dwi) jaringan cerebral belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Monitor kesadaran pasien
- Monitor aliran O2
- Anjurkan kepada keluarga
untuk menemani pasien
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat

(dwi)
80

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny. J / 328325 Ruang : Alamanda 2 rsud sleman


Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Sabtu, 08 06.30 WIB Minggu, 09 juli 2017
juli 2017 07.00 WIB
Jam Menganjurkan keluarga pasien S:
20.00 untuk menemani pasien - Krluarga mengatakan akan
WIB (keluarga pasien mengatakan selalu menemani pasien
akan menemani pasien) O:
Injeksi citicolin dan mecobalamin
sudah diberikan
(dwi) A :
Masalah ketidakefektifan perfusi
jaringan cerebral belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Monitor kesadaran pasien
- Monitor aliran O2
- Anjurkan kepada keluarga
untuk menemani pasien
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat

(dwi)
PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama Pasien / NO CM : Ny. J / 328325 Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Hari/
PERENCANAAN
Tgl/ DIAGNOSA
Jam KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA PELAKSANAAN EVALUASI
TINDAKAN
Kamis, Ketidakefektifan perfusi renal Setelah dilakukan Acid Base Kamis, 06 juli 2017 Kamis, 06 juli 2017
06 juli berhubungan dengan DM tindakan keperawatan management 14.00
2017 (kadar glukosa darah selama 3x24 jam 1. Monitor TTV 09.00 WIB S:
Jam tinggi)dengan : diharapkan pasien 2. Monitor balance Mengobservasi status keluarga pasien mengatakan
08.00 DS : mencapai tisue cairan hidrasi mult pasien terdapat luka
WIB Keluarga mengatakan pasien perfusion : renal dengan 3. Monitor ureum (membran mukosa kering sariawan
hanya bedrest, dan sudah kriteria hasil : kreatinin dan dan pecah-pecah, O:
dilakukan HD dua hari yang 1. Membran mukosa GDS keluarga pasien membran mukosa kering dan
lalu yaitu tanggal 28 juni dan 1 lembab 4. Observasi status mengatakan mult pasien pecah-pecah
juli 2017 2. Ureum dan kreatinin hidrasi terdapat luka sariawan) A:
DO : dalam batas normal (kelembaban Masalah ketidakefektifan perfusi
- GDS : 200 (ureum : 10-50 membran ginjal belum teratasi
mg/dlL(hasil lab. mg/dl, kreatinin : mukosa) (dwi) P : Lanjutkan intervensi
Tanggal 05 juli 2017) 0.5-0.9 mg/dl) 5. Anjurkan pasien - Monitor TTV
- Ureum : 85 mg/Dl 3. Tidak ada raaa haus untuk membatasi - Monitor ureum kreatinin
- Kreatinin : 2.70 mg/Dl yang abnormal minum dan GDS
- Pasien tampak lemah 4. TTV dalam batas 6. Kolaborasi - Observasi status hidrasi
- Membran mukosa normal ( N: 60-100 dengan dokter (kelembaban membran
bibir kering dan pecah- x/mnt, RR : 18- pemberian obat mukosa)
pecah 24x/mnt, S : 36,5- - Anjurkan pasien untuk
- Pasien wanita berumur 37,5 ˚C, TD: 120/80 membatasi minum
78 tahun mmHg) - Kolaborasi dengan
- TD : 130/60 mmHg dokter pemberian obat
- N : 86 x/menit
- RR : 22 x/menit
- S : 36,8 ˚C (dwi)

81
52
82

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny. J / 328325 Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan perfusi renal

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Kamis, 15.00 Kamis, 06 juli 2017
06 juli Memonitor TTV 20.00 WIB
2017 (TD : 130/70 mmHg, S: 36,8 ˚C, S:-
Jam RR : 20 x/mnt, N : 88 x/mnt) O:
14.00 - TD : 130/70 mmHg,
WIB - S: 36,8 ˚C,
(dwi) - RR : 20 x/mnt,
17.00 WIB - N : 88 x/mnt
Memberikan injeksi lasix IV - Sudah berikan injeksi lasix
(obat sudah diberikan) IV
A:
Masalah ketidakefektifan perfusi
(dwi) ginjal belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Monitor ureum kreatinin
dan GDS
- Observasi status hidrasi
(kelembaban membran
mukosa)
- Anjurkan pasien untuk
membatasi minum
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat

(dwi)
83

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny. J / 328325 Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan perfusi renal

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Kamis, 06.30 WIB Jumat, 07 juli 2017
06 juli Menganjurkan pasien untuk 07.30 WIB
2017 membatasi minum S:
Jam (keluarga mengatakan akan - keluarga mengatakan akan
20.00 membatasi minum pasien) membatasi minum pasien
WIB O:
- Injeksi lasix sudah di
(dwi) berikan
- Bc : -1370
06.40 WIB A:
Memonitor balance cairan Masalah ketidakefektifan perfusi
(BC = -1370) ginjal belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
(dwi) - Monitor ureum kreatinin
dan GDS
- Observasi status hidrasi
(kelembaban membran
mukosa)
- Anjurkan pasien untuk
membatasi minum
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat

(dwi)
84

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny. J / 328325 Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan perfusi renal

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Jumat, 09.00 WIB Jumat, 07 juli 2017
07 juli Mengobservasi status hidrasi 14.00 WIB
2017 (keluarga pasien mengatakan S:
Jam sariawan pada bibir pasien masih - keluarga pasien mengatakan
08.00 tetapi sudah di berikan betadine sariawan pada bibir pasien
WIB kumur, membran mukosa kering masih tetapi sudah di
dan pecah-pecah) berikan betadine kumur
O:
- membran mukosa kering
(dwi) dan pecah-pecah
- TD : 120/70 mmHg,
10.00 WIB - S : 37˚C,
Memonitor TTV - RR : 22 x/mnt,
(TD : 120/70 mmHg, S : 37˚C, - N : 84 x/mnt
RR : 22 x/mnt, N : 84 x/mnt) A:
Masalah ketidakefektifan perfusi
ginjal belum teratasi
(dwi) P : Lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Monitor ureum kreatinin
dan GDS
- Observasi status hidrasi
(kelembaban membran
mukosa)
- Anjurkan pasien untuk
membatasi minum
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat

(dwi)
85

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny. J / 328325 Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan perfusi renal

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Jumat, 15.00 WIB Jumat, 07 juli 2017
07 juli Memonitor TTV pasien 20.00 WIB
2017 (TD : 120/80 mmHg, S : 37˚C, S:-
Jam RR : 22 x/mnt, N : 86 x/mnt) O:
14.30 - TD : 120/80 mmHg
WIB - , S : 37˚C,
(dwi) - RR : 22 x/mnt,
17.00 WIB - N : 86 x/mnt
Memberikan injeksi lasix IV - Injeksi lasix sudah
(obat sudah diberikan) diberikan
A:
Masalah ketidakefektifan perfusi
(dwi) ginjal belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Monitor ureum kreatinin
dan GDS
- Observasi status hidrasi
(kelembaban membran
mukosa)
- Anjurkan pasien untuk
membatasi minum
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat

(dwi)
86

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny. J / 328325 Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan perfusi renal

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Jumat, Sabtu, 08 juli 2017
07 juli 06.30 WIB 07.30
2017 Mengobservasi status hidrasi S:-
Jam (membran mukosa kering, bibir O:
20.00 pecah-pecah) - Injeksi lasix sudah
WIB diberikan
- membran mukosa kering,
(dwi) bibir pecah-pecah
- pasien tampak lemah
06.40 - BC : -580
Memonitor balance cairan A:
(BC : -580) Masalah ketidakefektifan perfusi
ginjal belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
(dwi) - Monitor TTV
- Monitor ureum kreatinin
dan GDS
- Observasi status hidrasi
(kelembaban membran
mukosa)
- Anjurkan pasien untuk
membatasi minum
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat

(dwi)
87

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny. J / 328325 Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan perfusi renal

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Sabtu, 08 10.00 WIB Sabtu, 08 juli 2017
juli 2017 Memonitor TTV 14.00 WIB
Jam (TD : 130/70 mmHg, S: 36,8 ˚C, S:
08.00 RR : 20 x/mnt, N : 88 x/mnt) - keluarga mengatakan akan
WIB membatasi minum pasien
O:
(dwi) - TD : 130/70 mmHg,
10.10 WIB - S: 36,8 ˚C,
Menganjurkan pasien membatasi - RR : 20 x/mnt,
minum - N : 88 x/mnt)
(keluarga mengatakan akan - Ureum : 162 mg/dl,
membatasi minum pasien) - kreatinin : 5.04 mg/dl,
- GDS : 135 mg/dl
A:
(dwi) Masalah ketidakefektifan perfusi
11.00 ginjal belum teratasi
Memonitor ureum, kreatinin, P : Lanjutkan intervensi
GDS - Monitor TTV
(Hasil pemeriksaan laboratorium - Monitor ureum kreatinin
Ureum : 162 mg/dl, kreatinin : dan GDS
5.04 mg/dl, GDS : 135 mg/dl) - Observasi status hidrasi
(kelembaban membran
mukosa)
(dwi) - Anjurkan pasien untuk
membatasi minum
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat

(dwi)
88

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny. J / 328325 Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan perfusi renal

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Sabtu, 08 15.00 WIB Sabtu, 08 juli 2017
juli 2017 Memonitor TTV 20.00 WIB
Jam (TD : 130/80 mmHg, S: 36,8 ˚C, S:-
14.00 RR : 22 x/mnt, N : 88 x/mnt) O:
WIB - TD : 130/80 mmHg,
- S: 36,8 ˚C,
(dwi) - RR : 22 x/mnt,
17.00 - N : 88 x/mnt
Memberikan injeksi lasix IV - Injeksi lasix sudah
(Obat sudah diberikan) diberikan
A:
Masalah ketidakefektifan perfusi
(dwi) ginjal belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Monitor ureum kreatinin
dan GDS
- Observasi status hidrasi
(kelembaban membran
mukosa)
- Anjurkan pasien untuk
membatasi minum
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat

(dwi)
89

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny. J / 328325 Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan perfusi renal

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Sabtu, 08 06.30 WIB Minggu, 09 juli 2017
juli 2017 Memonitor balance cairan 07.00 WIB
Jam (BC : -1370) S:-
20.00 O:
WIB (dwi) - injeksi lasix udah diberikan
- BC : 1370
A:
Masalah ketidakefektifan perfusi
ginjal belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Monitor ureum kreatinin
dan GDS
- Observasi status hidrasi
(kelembaban membran
mukosa)
- Anjurkan pasien untuk
membatasi minum
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat

(dwi)
B. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama Pasien / NO CM : Ny. J / 328325 Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Hari/
PERENCANAAN
Tgl/ DIAGNOSA
PELAKSANAAN EVALUASI
Jam KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA TINDAKAN
Kamis, Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi 09.30 WIB Kamis, 06 juli 2017
06 juli kurang dari kebutuhan tindakan 1. Monitor intake pasien Memonitor intake pasien 14.00 WIB
2017 tubuh berhubungan dengan keperawatan selama 2. Berikan nutrisi sesuai diit (keluarga mengatakan S:
Jam gangguan menelan ditandai 3x24 jam diharapkan yang di peroleh makanan yang disediakan - keluarga mengatakan
08.00 dengan : pasien terpenuhi 3. Monitor aliran selang di habiskan pasien dan makanan yang disediakan di
WIB DS : kebutuhan nutrisinya NGT (cek adanya cairan sudah tidak muntah lagi) habiskan pasien dan sudah
- Keluarga pasien dengan kriteria hasil residu) tidak muntah lagi
mengatakan, pasien : 4. Kolaborasi dengan ahli O:
sudah 2 hari yang 1. Nutrisi pasien gizi untuk mendapatkan (dwi) - sudah dilakukan sonde
lalu susah untuk terpenuhi diit yang di programkan 10.00 WIB A:
makan dan susah 2. Tidak ada Memberikan makanan Masalah ketidakseimbangan nutrisi
untuk menelan, lalu penurunan BB lewat selang makan kurang dari kebutuhan tubuh teratai
pada hari rabu 3. IMT normal (sudah diberikan makan sebagian
tanggal 5 juli 2017 (18,5-24,9) lewat NGT) P : Lanjutkan intervensi
paien di pasang 4. Tidak ada mual - Monitor intake pasien
selang makan. muntah - Berikan nutrisi sesuai diit
DO : 5. Porsi makan (dwi) yang di peroleh
- Pasien tampak pasien dihabiskan - Monitor aliran selang NGT
lemas (cek adanya cairan residu)
- Terpasang NGT - Kolaborasi dengan ahli gizi
sejak tanggal 05 untuk mendapatkan diit yang
juli 2017 di programkan
- IMT : 17,8
- BB : 40 kg
- Pasien mendapat (dwi)
diit RP 1000K
lewat sonde.

90
52
91

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny. J / 328325 .Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : ketidaksimbangan kurang dari kebutuhan tubuh

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Kamis, 16.00 WIB Kamis, 06 juli 2017
06 juli Memberikan makanan lewat 20.00 WIB
2017 selang makan S:-
Jam (sudah diberikan makan lewat O : sudah diberikan makan lewat
14.30 sonde 200cc) sonde dan porsi makan habis
WIB A:
Masalah ketidakseimbangan nutrisi
(dwi) kurang dari kebutuhan tubuh teratai
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor intake pasien
- Berikan nutrisi sesuai diit
yang di peroleh
- Monitor aliran selang NGT
(cek adanya cairan residu)
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk mendapatkan diit
yang di programkan

(dwi)
92

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny. J / 328325 .Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : ketidaksimbangan kurang dari kebutuhan tubuh

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Kamis, 06.30 WIB Jumat, 07 juli 2017
06 juli Memonitor intake pasien 07.30 WIB
2017 (keluarga pasien mengatakan S:
Jam makanan yang disediakan - keluarga pasien mengatakan
20.00 dihabiskan ) makanan yang disediakan
WIB dihabiskan
O:
(dwi) - pasien tampak lemas
- pasien bedrest
A
Masalah ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh teratai
sebagian:
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor intake pasien
- Berikan nutrisi sesuai diit
yang di peroleh
- Monitor aliran selang NGT
(cek adanya cairan residu)
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk mendapatkan diit
yang di programkan

(dwi)
93

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny. J / 328325 .Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : ketidaksimbangan kurang dari kebutuhan tubuh

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Jumat, 10.00 WIB Jumat, 07 juli 2017
07 juli Memonitor aliran NGT 14.00 WIB
2017 (terdapat residu dan aliran selang S : -
Jam makan tidak ada sumbatan dan O:
08.00 perdarahan) - terdapat residu dan aliran
WIB selang makan tidak ada
sumbatan dan perdarahan
(dwi) - sudah diberikan makan
10.05 WIB lewat sonde
Memberikan makan lewat selang A :
NGT Masalah ketidakseimbangan nutrisi
(sudah dilakukan sonde) kurang dari kebutuhan tubuh teratai
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
(dwi) - Monitor intake pasien
- Berikan nutrisi sesuai diit
yang di peroleh
- Monitor aliran selang NGT
(cek adanya cairan residu)
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk mendapatkan diit
yang di programkan

(dwi)
94

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny. J / 328325 .Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : ketidaksimbangan kurang dari kebutuhan tubuh

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Jumat, 16.00 WIB Jumat, 07 juli 2017
07 juli Memberikan makanan lewat 20.00 WIB
2017 selang makan S:-
Jam (sudah diberikan makan lewat O : sudah diberikan makan lewat
14.30 sonde) sonde
WIB A:
Masalah ketidakseimbangan nutrisi
(dwi) kurang dari kebutuhan tubuh teratai
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor intake pasien
- Berikan nutrisi sesuai diit
yang di peroleh
- Monitor aliran selang NGT
(cek adanya cairan residu)
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk mendapatkan diit
yang di programkan

(dwi)
95

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny. J / 328325 .Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : ketidaksimbangan kurang dari kebutuhan tubuh

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Jumat, 06.30 WIB Sabtu, 08 juli 2017
07 juli Memonitor intake pasien 07.30 WIB
2017 (keluarga pasien mengatakan S:
Jam makanan yang disediakan - keluarga pasien mengatakan
20.00 dihabiskan ) makanan yang disediakan
WIB dihabiskan
O:
(dwi) - pasien tampak lemas
- pasien bedrest
A:
Masalah ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh teratai
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor intake pasien
- Berikan nutrisi sesuai diit
yang di peroleh
- Monitor aliran selang NGT
(cek adanya cairan residu)
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk mendapatkan diit
yang di programkan

(dwi)
96

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny. J / 328325 .Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : ketidaksimbangan kurang dari kebutuhan tubuh

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Sabtu, 08 10.00 WIB Sabtu, 0 juli 2017
juli 2017 Memberikan makan lewat selang 14.00 WIB
Jam NGT S:-
08.00 (sudah dilakukan sonde 200cc) O : sudah diberikan makan lewat
WIB sonde
A:
(dwi) Masalah ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh teratai
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor intake pasien
- Berikan nutrisi sesuai diit
yang di peroleh
- Monitor aliran selang NGT
(cek adanya cairan residu)
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk mendapatkan diit
yang di programkan

(dwi)
97

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny. J / 328325 .Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : ketidaksimbangan kurang dari kebutuhan tubuh

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Sabtu, 08 15.00 WIB Sabtu , 08 juli 2017
juli 2017 Memberikan makanan lewat NGT 20.00 WIB
Jam (udah dilakukan sonde) S:
14.30 - keluarga pasien mengatakan
WIB pasien sudah tidak muntah .
(dwi) O:
- sudah diberikan makan
lewat sonde
- pasien tampak lemah
A:
Masalah ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh teratai
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor intake pasien
- Berikan nutrisi sesuai diit
yang di peroleh
- Monitor aliran selang NGT
(cek adanya cairan residu)
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk mendapatkan diit
yang di programkan

(dwi)
98

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny. J / 328325 .Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : ketidaksimbangan kurang dari kebutuhan tubuh

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Sabtu, 08 06.30 WIB Minggu, 09 juli 2017
juli 2017 Memonitor intake pasien 07.00 WIB
Jam (keluarga pasien mengatakan S:
20.00 pasien selalu menghabiskan - keluarga pasien mengatakan
WIB makanan yang diberikan) pasien selalu menghabiskan
makanan yang diberikan
O : Pasien masih terpaang NGT
(dwi) A :
Masalah ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh teratai
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor intake pasien
- Berikan nutrisi sesuai diit
yang di peroleh
- Monitor aliran selang NGT
(cek adanya cairan residu)
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk mendapatkan diit
yang di programkan

(dwi)
99

B. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama Pasien / NO CM :Ny. J / 328325 Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Hari/
PERENCANAAN
Tgl/ DIAGNOSA
Jam KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA PELAKSANAAN EVALUASI
TINDAKAN
Kamis Kerusakan integritas Setelah dilakukan Pressure menagement Kamis, 06-07-2017
06 juli kulit berhubungan tindakana keperawatan 1. Observasi kulit yang 09.00 WIB 14.00 WIB
2017 dengan gangguan selama 3x24 jam luka Mengobservasi kulit yang luka S:
Jam permukaan kulit ditandai diharapakan pasien 2. Pasang kasur (kulit tampak kemerahan, luka keluarga pasien mengatakan akan
09.00 dengan : mencapai tissue integrity dekubitus masih tampak basah, area memakaikan pakaian longgar pada pasien
WIB DS: skin and mucous dengan 3. Lakukan perawatan sekitar luka tampak kotor karena O:
- keluarga pasien kriteria hasil : luka terkena kotoran pasien) - kulit tampak kemerahan
mengatakan ada 1. intregritas kulit yang 4. Anjurkan pasien - luka masih tampak basah
luka di bagian baik bisa untuk memakai (dwi) - area sekitar luka tampak kotor
pantat sudah dipertahankan pakaian longgar 09.05 IB karena terkena kotoran pasien
sejak sebelum (sensasi, elastisitas, terutama pada bagian Menganjurkan pasien untuk - kasur dekubitus sudah terpasang
masuk rumah temperatur, hidrasi, yang terdapat luka memakai pakaian longgar A:
sakit karena pigmentasi) 5. Motivasi dan terutama pada bagian yang Masalah kerurasan integritas kulit belum
pemakaian 2. perfusi jaringan mengajarkan terdapat luka teratasi
pempers yang mulai ada keluraga pasien (keluarga pasien mengatakan P : Lanjutkan intervensi
lama. peningkatan untuk melakukan akan memakaikan pakaian - Observasi kulit yang luka
DO : membaik perawatan luka longgar pada pasien) - Lakukan perawatan luka
- terdapat luka 3. Adanya peningkatan dirumah. - Anjurkan pasien untuk memakai
lecet pada perbaikan kulit (luka 6. Kolaborasi dengan (dwi) pakaian longgar terutama pada
bagian pantat mulai membaik). dokter pemberian bagian yang terdapat luka
dengan ukuran obat 13.00 WIB - Motivasi dan mengajarkan
15x15 cm, Memasang kasur dekubitus keluraga pasien untuk
warna (kasur dekubitus sudah melakukan perawatan luka
kemerahan, terpasang) dirumah.
tidak ada cairan - Kolaborasi dengan dokter
yang keluar. (dwi) pemberian obat

(dwi)

99
100

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny J / 328325 .Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : kerusakan integritas kulit

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Kamis 15.30 WIB Kamis, 06-07-2017
06 juli Melakukan perawatan luka 20.00
2017 (sudah dilakukan perawatan luka S : -
Jam dengan mengompres betadine O:
15.00 1%) - sudah dilakukan perawatan
WIB luka dengan mengompres
betadine 1%)
(dwi) - obat salep ketoconazol
15.45 WIB cream sudah diberikan
Memberikan obat salep - luka tampak bersih
ketoconazol cream A:
Masalah kerurasan integritas kulit
(dwi) belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Observasi kulit yang luka
- Lakukan perawatan luka
- Anjurkan pasien untuk
memakai pakaian longgar
terutama pada bagian yang
terdapat luka
- Motivasi dan mengajarkan
keluraga pasien untuk
melakukan perawatan luka
dirumah.
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat

(dwi)

\\
101

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny J / 328325 .Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : kerusakan integritas kulit

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Kamis Jumat, 07-07-2017 Jumat, 07-07-2017
06 juli 06.30 WIB 07.30 WIB
2017 Mengobservasi kulit yang luka S:
Jam (luka masih basah, dan area luka keluarga pasien mengatakan akan
20.00 tampak kotor, belum dilakukan memakaikan pakaian longgar pada
perawatan luka ) pasien
O:
- luka masih basah,
(dwi) - dan area luka tampak kotor,
06.40 IB - belum dilakukan perawatan
Menganjurkan pasien untuk luka
memakai pakaian longgar A:
terutama pada bagian yang Masalah kerusakan integritas kulit
terdapat luka belum teratasi
(keluarga pasien mengatakan P : Lanjutkan intervensi
akan memakaikan pakaian - Observasi kulit yang luka
longgar pada pasien) - Lakukan perawatan luka
- Anjurkan pasien untuk
memakai pakaian longgar
(dwi) terutama pada bagian yang
terdapat luka
- Motivasi dan mengajarkan
keluraga pasien untuk
melakukan perawatan luka
dirumah.
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat

(dwi)
102

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny J / 328325 .Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : kerusakan integritas kulit

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Jumat 09.30 WIB Jumat, 07-07-2017
07 juli Melakukan perawatan luka 14.00 WIB
2017 . (sudah dilakukan perawatan luka S : -
jam dengan mnegompres betadine O:
08.00 1%) - sudah dilakukan perawatan
luka dengan cara
mengompres dengan
(dwi) betadine 1%
09.50 WIB - luka tampak bersih tetapi
Memberikan obat ketoconazol belum kering
cream pada luka. - sudah diberikan obat salep
ketoconazol cream pada
luka
(dwi) A :
Masalah kerusakan integritas kulit
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Observasi kulit yang luka
- Lakukan perawatan luka
- Anjurkan pasien untuk
memakai pakaian longgar
terutama pada bagian yang
terdapat luka
- Motivasi dan mengajarkan
keluraga pasien untuk
melakukan perawatan luka
dirumah.
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat

(dwi)
103

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny J / 328325 .Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : kerusakan integritas kulit

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Jumat, 15.00 WIB Jumat, 07-07-2017
07 juli Mengobservasi luka 20.00 WIB
2017 (luka masih basah , tidak bau) S:
Jam keluarga pasien mengatakan sudah
14.00 paham bagaimana cara melakukan
WIB (dwi) peraatan luka dirumah.
15.10 WIB O:
Memotivasi dan mengajarkan - Luka masih basah
keluarga pasien untuk melakukan - Luka tidak bau
perawatan luka dirumah. A:
(keluarga pasien mengatakan Masalah kerusakan integritas kulit
sudah paham bagaimana cara belum teratasi
melakukan peraatan luka P : Lanjutkan intervensi
dirumah) - Observasi kulit yang luka
- Lakukan perawatan luka
- Anjurkan pasien untuk
(dwi) memakai pakaian longgar
terutama pada bagian yang
terdapat luka
- Motivasi dan mengajarkan
keluraga pasien untuk
melakukan perawatan luka
dirumah.
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat

(dwi)
104

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny J / 328325 .Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : kerusakan integritas kulit

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Jumat, 06.30 WIB Sabtu, 08 juli 2017
07 juli Mengobservasi kulit yang luka 07.30 WIB
2017 (luka belum dibersihkan, balutan S :
Jam luka tampak kotor,) Keluarga pasien mengatakan luka
20.00 pasien belum dibersihkan
WIB O:
(dwi) - luka belum dibersihkan,
- balutan luka tampak kotor
A:
Masalah kerusakan integritas kulit
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Observasi kulit yang luka
- Lakukan perawatan luka
- Anjurkan pasien untuk
memakai pakaian longgar
terutama pada bagian yang
terdapat luka
- Motivasi dan mengajarkan
keluraga pasien untuk
melakukan perawatan luka
dirumah.
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat

(dwi)
105

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny J / 328325 .Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : kerusakan integritas kulit

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Sabtu, 08 09.00 WIB Sabtu, 08 juli 2017
juli 2017 Melakukan perawatan luka 14.00
Jam (sudah dilakukan perawatan luka S : -
08.00 dengan mengompres betadine O:
WIB 1%) - sudah dilakukan perawatan
luka dengan mengompres
betadine 1%
(dwi) - udah diberikan obat
09.15 WIB ketoconazol cream pada
Memberikan obat salep luka
ketoconazol cream A:
Masalah keruskan integrita kulit
belum teratasi
(dwi) P :Lanjutkan intervensi
- Observasi kulit yang luka
- Lakukan perawatan luka
- Anjurkan pasien untuk
memakai pakaian longgar
terutama pada bagian yang
terdapat luka
- Motivasi dan mengajarkan
keluraga pasien untuk
melakukan perawatan luka
dirumah.
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat

(dwi)
106

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny J / 328325 .Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : kerusakan integritas kulit

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Sabtu, 08 15.00 WIB Sabtu, 08 juli 2017
juli 2017 Menganjurkan pasien untuk 20.00 WIB
Jam memakai pakaian longgar S:
14.00 terutama pada bagian yang - keluarga pasien mengatakan
WIB terdapat luka hanya memakaikan jarit
(keluarga pasien mengatakan pada pasien dibagian yang
hanya memakaikan jarit pada terdapat luka
pasien dibagian yang terdapat - keluarga pasien mengatakan
luka) akan merawat pasien dan
lukanya agar cepat sembuh
O:
(dwi) - pasien tampak lemah
15.05 WIB A:
Memotivasi keluraga pasien Masalah kerusakan integritas kulit
untuk melakukan perawatan luka belum teratasi
dirumah, P : Lanjutkan intervensi
(keluarga pasien mengatakan - Observasi kulit yang luka
akan merawat pasien dan lukanya - Lakukan perawatan luka
agar cepat sembuh) - Anjurkan pasien untuk
memakai pakaian longgar
terutama pada bagian yang
(dwi) terdapat luka
- Motivasi dan mengajarkan
keluraga pasien untuk
melakukan perawatan luka
dirumah.
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat

(dwi)
107

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M : Ny J / 328325 .Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : kerusakan integritas kulit

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Sabtu, 08 06.40 WIB Minggu, 09 juli 2017
juli 2017 Memotivasi keluraga pasien 07.00 WIB
Jam untuk melakukan perawatan luka S:
20.00 dirumah, - keluarga pasien mengatakan
WIB (keluarga pasien mengatakan akan merawat pasien dan
akan merawat pasien dan lukanya lukanya agar cepat sembuh
agar cepat sembuh) dan akan menerapkannya
dirumah untuk melakukan
perawatan pada luka pasien
(dwi) dirumah
O:
- pasien tampak masih
tertidur
A:
Masalah kerusakan integritas kulit
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Observasi kulit yang luka
- Lakukan perawatan luka
- Anjurkan pasien untuk
memakai pakaian longgar
terutama pada bagian yang
terdapat luka
- Motivasi dan mengajarkan
keluraga pasien untuk
melakukan perawatan luka
dirumah.
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat

(dwi)
108

B. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama Pasien / NO CM :Ny. J / 328325 Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Hari/
PERENCANAAN
Tgl/ DIAGNOSA
Jam KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA PELAKSANAAN EVALUASI
TINDAKAN
Kamis, Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan Exercise Therapy Kamis, 06 Juli 2017 Kamis, 06 Juli 2017
06 juli berhubungan dengan tindakan keperawatan Ambulation 10.00 WIB 14.00 WIB
2017 kelemahan di tandai dengan selama 3x24jam 1. Bantu pasien Membantu pasien S:
Jam : diharapkan pasien dalam memenuhi dalam memenuhi - Keluarga pasien mengatakan
08.00 DS : mampu mencapai self ADLS ADLS pasien akan membantu pasien
WIB - Keluarga pasien care deficit hygienc 2. Anjurkan keluarga (meberikan makan dalam memenuhi ADLS
mengatakan semua dengan kriteria hasil : pasien untuk tetap lewat sonde) O:
kebutuhan sehari- 1. Klien meningkat membantu pasien - Sudah diberikan makan lewat sonde
hari pasien dibantu dalam aktivitas dalam memenuhi (dwi) - Paien tampak lemah dan bedrest
keluarga . fiik ADLS A : Masalah hambatan mobilitas belum
- Keluarga 2. Mengerti tujuan 3. Kolaborasi 10.20 WIB teratasi
mengatakan untuk dari peningkatan dengan ahli Menganjurkan keluarga P : Lanjutkan planning
berpindah posisi mobilitas Fisioterapi pasien untuk tetap - Memonitor kemampuan pasien
sangat terbata dan 3. Klien mampu 4. Memonitor membanntu pasien dalam memenuhi ADLS
memerlukan melakukan kemampuan dalam memenuhi - Monitor skala ketergantungan
bantuan keluarga aktivitas sehari- pasien dalam ADLS pasien
DO : hari dengan memenuhi ADLS (Keluarga pasien - Bantu pasien dalam memenuhi
- Pasien berdrest bantuan keluarga 5. Monitor skala mengatakan pasien ADLS
- Pasien tampak ketergantungan akan membantu pasien - Anjurkan keluarga pasien untuk
lemah pasien dalam memenuhi tetap membantu pasien dalam
- Skala ADLS) memenuhi ADLS
ketergantungan 2 - Kolaborasi dengan fisioterapi
(total) (dwi)
(dwi)

108
109

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M :Ny. J / 328325 .Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : Hambatan mobilitas fisik

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Kamis, 15.00 WIB Kamis, 06 juli 2017
06 juli Memonitor kemampuan pasien 20.00 WIB
2017 dalam memenuhi ADLs S:
Jam (keluarga pasien mengatakan - keluarga pasien mengatakan
14.30 pasien masih dibantu dalam pasien masih dibantu dalam
WIB memenuhi ADLs, pasien hanya memenuhi ADLs
tiduran) O:
- pasien hanya tiduran
(dwi) A : Masalah hambatan mobilitas
belum teratasi
P : Lanjutkan planning
- Memonitor kemampuan
pasien dalam memenuhi
ADLS
- Monitor skala
ketergantungan pasien
- Bantu pasien dalam
memenuhi ADLS
- Anjurkan keluarga pasien
untuk tetap membantu
pasien dalam memenuhi
ADLS
- Kolaborasi dengan
fisioterapi

(dwi)
110

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M :Ny. J / 328325 .Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : Hambatan mobilitas fisik

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Kamis, 06.30 WIB Jumat, 07 juli 2017
06 juli Memonitor kemampuan pasien 07.30 WIB
2017 dalam memenuhi ADLs S:
Jam (keluarga pasien mengatakan - keluarga pasien mengatakan
20.00 pasien masih dibantu dalam pasien masih dibantu dalam
WIB memenuhi ADLs, pasien masih memenuhi ADLs
dibantu , pasien tampak lemas) O:
- pasien masih dibantu ,
- pasien tampak lemas
(dwi)
A : Masalah hambatan mobilitas
belum teratasi
P : Lanjutkan planning
- Memonitor kemampuan
pasien dalam memenuhi
ADLS
- Monitor skala
ketergantungan pasien
- Bantu pasien dalam
memenuhi ADLS
- Anjurkan keluarga pasien
untuk tetap membantu
pasien dalam memenuhi
ADLS
- Kolaborasi dengan
fisioterapi

(dwi)
111

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M :Ny. J / 328325 .Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : Hambatan mobilitas fisik

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Jumat, 10.00 WIB Jumat, 08 juli 2017
07 juli Menganjurkan keluarga pasien 14.00 WIB
2017 untuk tetap membanntu pasien S:
Jam dalam memenuhi ADLS - Keluarga pasien
08.30 (Keluarga pasien mengatakan mengatakan pasien akan
WIB pasien akan membantu pasien membantu pasien dalam
dalam memenuhi ADLS) memenuhi ADLS
O:
- Pasien bedrest
(dwi) - Pasien tampak lemah
A : Masalah hambatan mobilitas
belum teratasi
P : Lanjutkan planning
- Memonitor kemampuan
pasien dalam memenuhi
ADLS
- Monitor skala
ketergantungan pasien
- Bantu pasien dalam
memenuhi ADLS
- Anjurkan keluarga pasien
untuk tetap membantu
pasien dalam memenuhi
ADLS
- Kolaborasi dengan
fisioterapi

(dwi)
112

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M :Ny. J / 328325 .Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : Hambatan mobilitas fisik

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Jumat, 15.00 WIB Jumat, 07 juli 2017
07 juli Membantu pasien dalam 20.00 WIB
2017 memenuhi ADLs S:-
Jam (mengganti pakaian pasien) O:
14.30 - mengganti pakaian pasien
WIB (dwi) - pasien maih dibantu
- skala ketergantungan 2
15.05 WIB (total)
Memonitor skala ketergantungan A : Masalah hambatan mobilitas
pasien belum teratasi
(skala ketergantungan 2 (total) ) P : Lanjutkan planning
- Memonitor kemampuan
pasien dalam memenuhi
(dwi) ADLS
- Monitor skala
ketergantungan pasien
- Bantu pasien dalam
memenuhi ADLS
- Anjurkan keluarga pasien
untuk tetap membantu
pasien dalam memenuhi
ADLS
- Kolaborasi dengan
fisioterapi

(dwi)
113

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M :Ny. J / 328325 .Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : Hambatan mobilitas fisik

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Jumat, 06.30 WIB Sabtu, 08 juli 2017
07 juli Memonitor kemampuan pasien 07.30 WIB
2017 dalam memenuhi ADLs S:
Jam (keluarga pasien mengatakan - keluarga pasien mengatakan
20.00 pasien masih dibantu dalam pasien masih dibantu dalam
WIB memenuhi ADLs , pasien tampak memenuhi ADLs
lemas) O:
- pasien tampak lemas

(dwi) A : Masalah hambatan mobilitas


belum teratasi
P : Lanjutkan planning
- Memonitor kemampuan
pasien dalam memenuhi
ADLS
- Monitor skala
ketergantungan pasien
- Bantu pasien dalam
memenuhi ADLS
- Anjurkan keluarga pasien
untuk tetap membantu
pasien dalam memenuhi
ADLS
- Kolaborasi dengan
fisioterapi

(dwi)
114

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M :Ny. J / 328325 .Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : Hambatan mobilitas fisik

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Sabtu, 08 09.40 WIB Sabtu, 08 juli 2017
juli 2017 Memonitor skala ketergantungan 14.00 WIB
Jam pasien S:-
08.30 (skala ketergantungan 2 (total) ) O:
WIB - melakukan oral hygiene
pada pasien
(dwi) - skala ketergantungan 2
10.00 WIB (total)
Membantu pasien dalam - Pasien tampak lemas
memenuhi ADLs A : Masalah hambatan mobilitas
(melakukan oral hygiene pada belum teratasi
pasien) P : Lanjutkan planning
- Memonitor kemampuan
pasien dalam memenuhi
(dwi) ADLS
- Monitor skala
ketergantungan pasien
- Bantu pasien dalam
memenuhi ADLS
- Anjurkan keluarga pasien
untuk tetap membantu
pasien dalam memenuhi
ADLS
- Kolaborasi dengan
fisioterapi

(dwi)
115

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M :Ny. J / 328325 .Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : Hambatan mobilitas fisik

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Sabtu, 08 15.30 WIB Sabtu, 08 juli 2017
juli 2017 Memonitor kemampuan pasien 20.00 WIB
Jam dalam memenuhi ADLs S:
14.30 (keluarga pasien mengatakan - keluarga pasien mengatakan
WIB pasien masih dibantu dalam pasien masih dibantu dalam
memenuhi ADLs , pasien tampak memenuhi ADLs
lemas) O:
- pasien tampak lemas

(dwi) A : Masalah hambatan mobilitas


belum teratasi
P : Lanjutkan planning
- Memonitor kemampuan
pasien dalam memenuhi
ADLS
- Monitor skala
ketergantungan pasien
- Bantu pasien dalam
memenuhi ADLS
- Anjurkan keluarga pasien
untuk tetap membantu
pasien dalam memenuhi
ADLS
- Kolaborasi dengan
fisioterapi

(dwi)
116

(CATATAN PERKEMBANGAN)

Nama Pasien/No. C.M :Ny. J / 328325 .Ruang : Alamanda 2 RSUD Sleman


Diagnosa Keperawatan : Hambatan mobilitas fisik

HR/TG EVALUASI
PELAKSANAAN
L/ JAM (S O A P)
Sabtu, 08 06.30 WIB Minggu, 09 juli 2017
juli 2017 Menganjurkan keluarga pasien 07.00 WIB
Jam untuk tetap membanntu pasien S:
20.00 dalam memenuhi ADLS - Keluarga pasien
WIB (Keluarga pasien mengatakan mengatakan pasien akan
pasien akan membantu pasien membantu pasien dalam
dalam memenuhi ADLS) memenuhi ADLS
O:
- Pasien masih tampak tidur
(dwi) A :
Masalah hambatan mobilitas
belum teratasi
P : Lanjutkan planning
- Memonitor kemampuan
pasien dalam memenuhi
ADLS
- Monitor skala
ketergantungan pasien
- Bantu pasien dalam
memenuhi ADLS
- Anjurkan keluarga pasien
untuk tetap membantu
pasien dalam memenuhi
ADLS
- Kolaborasi dengan
fisioterapi

(dwi)
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis menuliskan pembahasan tentang asuhan keperawatan

yang dimulai dari pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksaaan,

evaluasi, dan dokumentasi keperawatan. Dengan cara membandingkan antara

teori yang ada pada di BAB II dan pelaksanaan asuhan keperawatan yang penulis

lakukan seperti yang tercantum dalam BAB III. Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24 jam yaitu mulai tanggal 06 Juli 2017 jam 07.00 WIB

sampai dengan 09 Juli 2016 jam 07.00 WIB didapatkan hasil pengkajian sampai

dengan evaluasi keperawatan pada pasien Ny. “J” dengan CKD (Chronic Kidney

Disease) Stage 5 di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman Yogyakarta.

A. Pengkajian

Pada bagian pengkajian penulis membandingkan teori di BAB II yaitu

dari teori menurut Toto dan Abdul (2009)  dengan hasil pengkajian pada Ny.

“J” dengan CKD (Chronic Kidney Disease) . Untuk memperoleh data

tersebut, penulis melakukan pengkajian kepada pasien, keluarga, melakukan

pemeriksaan fisik, observasi serta mempelajari status pasien.

Hasil pengkajian yang dilakukan kepada pasien Ny. “J” dengan CKD

(Chronic Kidney Disease) Stage 5 di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman

Yogyakarta, yang sesuai dengan teori Toto dan Abdul (2009) yaitu :

117 
 
118 
 

1. Nutrisi

Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 06 juli 2017 di peroleh

data yaitu, keluarga pasien mengatakan, pasien susah untuk makan,

ada gangguan saat menelan sehingga pasien tidak nafsu makan, lalu

diperoleh data juga bahwa pasien mengalami mual muntah dan juga

diare. Data ini sesuai dengan teori Toto dan Abdul (2009) bahwa

pasien dengan CKD ada masalah dengan kebutuhan nutrisinya, yaitu

mengalami mual muntah bahkan sampai mengalami diare. Pada gagal

ginjal kronik fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein

yang normalnya diekskresikan ke dalam urin tertimbun dalam darah.

Hal ini didukung oleh teori Smeltzer & Bare (2008) terjadinya uremia

akan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Penurunan GFR

menimbulkan penumpukan sampah metabolik dalam darah sehingga

merangsang pusat muntah di hipotalamus. Selain itu berhubungan

juga dengan gangguan metabolisme protein dalam usus atau

terbentuknya zat-zat toksik akibat metabolisme bakteri usus. Semakin

banyak timbunan produk sampah, maka gejala akan semakin berat.

menurunnya glomerulo filtrat rate (GFR) mengakibatkan penurunan

klirens kreatinin dan peningkatan kadar kreatinin serum. Hal ini

menimbulkan gangguan metabolisme protein dalam usus yang

menyebabkan anoreksia, nausea maupan vomitus yang menimbulkan

perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

 
 
119 
 

2. Aktivitasnya

Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 06 juli 2017 pada Ny. “J”

dengan CKD (Chronic Kidney Disease) diperoleh data, keluarga

pasien mengatakan pasien saat dirumah mudah lelah saat beraktivitas,

dan selama sakit pasien hanya bedrest dan semua kebutuhan sehari-

hari pasien dibantu oleh keluarga. Data ini didukung oleh teori

Muttaqin (2011) yaitu tertahannya natrium dan cairan bisa

menyebabkan edema dan ascites. Hal ini menimbulkan resiko

kelebihan volume cairan dalam tubuh. Semakin menurunnya fungsi

renal terjadi asidosis metabolik akibat ginjal mengekskresikan muatan

asam (H+) yang berlebihan. Terjadi penurunan produksi eritropoetin

yang mengakibatkan terjadinya anemia, sehingga pada penderita dapat

timbul keluhan adanya kelemahan dan kulit terlihat pucat

menyebabkan tubuh tidak toleran terhadap aktifitas. Data ini sesuai

dengan teori Toto dan Abdul, (2009)  yang ada di yaitu pasien dengan

CKD saat beraktivitas akan mudah lelah, dan menyebabkan

intoleransi aktivitas.

3. Respirasi,

Pada saat dilakukan pengkajian pada Ny. “J”di dapatkan data,

keluarga pasien mengatakan pasien mengalami sedikit sesak nafas,

maka selama perawatan di rumah sakit pasien dipasang O2 dengan

menggunakan kanul nasal 3lpm, RR pasien lebih dari 20x/menit yaitu

22x/menit pada pasien, data ini sesuai dengan teori Toto dan Abdul

 
 
120 
 

(2009)  bahwa pasien dengan CKD akan timbul gejala pada

respirasinya yaitu napas cepat dan pendek, RR lebih dari 20 x/menit.

Menurut Smeltzer & Bare (2008), penurunan pada fungsi ginjal

akan membuat kesehatan tubuh akan melemah, dan efek pada tubuh

yang dialami ialah tubuh yang lemas dan juga akan mengalami tubuh

yang kelelahan. Kondisi ini bisa menyebabkan cairan menumpuk,

sehingga bisa ada pembengkakan pada bagian tangan atau kaki. Jika

penumpukan cairan berada di dekat jantung, maka bisa menimbulkan

nyeri di bagian dada sampai bisa menyebabkan sesak nafas. Penderita

dapat menjadi sesak nafas, akibat ketidakseimbangan suplai oksigen

dengan kebutuhan.

4. Sistem integumen

Pada saat dilakukan pengkajian diperoleh data elastisitas kulit

pasien menurun, kulit pasien kering dan kasar, terdapat ulkus di

bagian pantat pasien ini disebabkan karena pasien juga dalam kondisi

tirah baring yang lama. Data ini sesuai dengan teori Toto dan Abdul

(2009)  yaitu disebutkan bahwa turgor kulit menurun, elastisitas kulit

juga menurun, dan kulit kering kasar. Data ini didukung oleh teori

Smeltzer & Bare (2008) yaitu adanya peningkatan sampah metabolik

dan pengedapan kalsium di pori-pori kulit sehingga menyebabkan

gatal. Menurut Asmadi (2008) tirah baring yang berlangsung lama

dapat menyebabkan dampak yang negatif terhadap sistem tubuh

pasien. Beberapa dampak negatif tirah baring terhadap fisik yaitu pada

 
 
121 
 

sistem integumen dapat menyebabkan kerusakan terhadap integritas

kulit, seperti abrasi dan ulkus dekubitus atau luka tekan.

Pasien yang berbaring secara terus menerus di tempat tidur tanpa

mampu untuk merubah posisi beresiko tinggi untuk terkena luka

tekan. Penelitian yang dilakukan Suriadi tahun 2003 di salah satu

rumah sakit di Pontianak juga menunjukkan bahwa mobilisasi

merupakan faktor yang signifikan untuk perkembangan terjadinya

luka tekan (Setiyawan, 2008)

Hasil pengkajian pada pasien Ny. “J” dengan CKD (Chronic Kidney

Disease) Stage 5 di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman yang ada di teori

menurut Toto dan Abdul, (2009) tetapi tidak ada pada kasus pasien Ny.

“J” yaitu :

1. Eliminasi, pada saat dilakukan pengkajian diperoleh data bahwa pada

pasien Ny. J menggunakan kateter dan urin keluar banyak dalam urine

bag. Data ini tidak sesuai dengan teori, yang menyebutkan bahwa

pasien dengan CKD dalam sistem eliminasi untuk BAK nya pasien

akan lebih sedikit BAK dan bahkan tidak BAK (Toto dan Abdul,

2009).

2. Nyeri, pada saat dilakukan pengkajian 06 juli 2017, penulis tidak

mendapatkan data mengenai nyeri pada pasien, karena memang tidak

ada keluhan dari pasien, misalya seperti nyeri panggul, sakit kepala,

kram otot. Data ini tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan

bahwa pasien dengan CKD terdapat gejala nyeri, tetapi pada pasien

 
 
122 
 

tidak didapatkan data tentang pengkajian nyeri karena pasien

mengalami penurunan kesadaran.

Dari data hasil pengkajian pada pasien Ny. “J” dengan CKD (Chronic

Kidney Disease) Stage 5 di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman yang tidak

ada di teori Toto dan Abdul, (2009) , tetapi ada pada kasus pasien Ny. J

yaitu : Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 06 juli 2017, diperoleh data

keluarga pasien mengatakan pasien mengalami susah untuk tidur, ini

dikarenakan pasien tidak nyaman dengan keadaannya sekarang yang

terkait dengan status kesehatannya. Hal ini didukung oleh teori Asmadi

(2008) yaitu ada beberapa faktor yang mempengaruhi tidak terpenuhinya

kualitas istirahat tidur yaitu :

1. Status kesehatan

Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat tidur

dengan nyenyak, sedangkan untuk seseorang yang kondisinya kurang

sehat (sakit) dan rasa nyeri , makan kebutuhan tidurnya akan tidak

nyenyak.

2. Lingkungan

Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk

tidur. Pada lingkungan bersih, bersuhu dingin, suasana yang tidak

gaduh (tenang), dan penerangan yang tidak terlalu terang akan

membuat seseorang tersebut tertidur dengan nyenyak, begitupun

sebaliknya jika lingkungan kotor, bersuhu panas, susana yang ramai

 
 
123 
 

dan penerangan yang sangat terang, dapat mempengaruhi kualitas

tidurnya.

3. Stres psikologis

Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekwensi

tidur. Hal ini disebabkan karena kondisi cemas akan meningkatkan

norepineprin darah melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan

mengurangi tahap IV NREM dan REM.

4. Diet

Makanan yang banyak menandung L –Triptofan sepertikeju, susu,

daging, dan ikan tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur.

Sebaliknya minuman yang menandung kafein maupun alkohol akan

mengganggu tidur.

5. Gaya hidup

Kelelahan yang dirasakan seseorang dapat pula memengaruhi kualitas

tidur seseorang. Kelelahan tingkat menengah orang dapat tidur dengan

nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang berlebih akan menyebabkan

periode tidur REM lebih pendek.

6. Obat –obatan

Obat –obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek

menyebabkan tidur,adapula yang sebaliknya mengganggu tidur.

 
 
124 
 

B. Diagnosa keperawatan

Dalam penyusunan diagnosa keperawatan dalam kasus ini, penulis

membandingan dengan teori yang ada di BAB II diagnosa yang sesuai dengan

teori Toto dan Abdul (2009) yaitu :

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual muntah, anoreksia, perubahan membran mukosa mulut.

Data ini sesuai karena saat dilakukan pengkajian tanggal 06 juli 2017

pada pasien Ny. “J” dengan CKD (Chronic Kidney Disease) pasien

mengalami mual muntah, tidak nafsu makan dan membran mukosa

mulut kering bahkan bibir pasien pecah-pecah, maka dalam kasus ini

pasien mengalami gangguan pada pemenuhan kebutuhan nutrisinya.

Data ini didukung oleh teori Muttaqin (2011), yaitu pada kondisi gagal

ginjal kronik fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein

yang normalnya diekskresikan ke dalam urin tertimbun dalam darah.

Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak

timbunan produk sampah, maka gejala akan semakin berat. Penurunan

jumlah glomeruli yang normal menyebabkan penurunan klirens

substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal. Dengan

menurunnya glomerulo filtrat rate (GFR) mengakibatkan penurunan

klirens kreatinin dan peningkatan kadar kreatinin serum. Hal ini

menimbulkan gangguan metabolisme protein dalam usus yang

menyebabkan anoreksia, nausea maupan vomitus yang menimbulkan

perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

 
 
125 
 

Diagnosa keperawatan yang ada pada teori Toto dan Abdul (2009) tetapi

tidak ada pada kasus yaitu :

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran urine,

diet berlebih dan retensi cairan dan natrium. Diagnosa ini tidak muncul

pada kasus pasien Ny. “J” dengan CKD (Chronic Kidney Disease) karena

saat dilakukan pengkajian tanggal 06 juli 2017, tidak didapatkan data

yang mendukung untuk menegakkan diagnosa tersebut. Pada pasien Ny.

“J” tidak terdapat kelebihan volume cairan seperti edema, pasien juga

tidak mengalami penurunan keluaran urine, tetapi pasien menggunakan

kateter untuk membantu eliminasinya. Data ini didukung oleh teori

Muttaqin (2011) yaitu ginjal tidak mampu untuk mengkonsentrasi atau

mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir,

respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan

elektrolit sehari-hari, tidak terjadi.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi

produk sampah dan prosedur dialisis. Pada diagnosa ini penulis tidak

mengangkat diagnosa ini, penulis mengangkat hambatan mobilitas fisik,

dengan alasan pada kasus Ny. “J” lebih mengarah ke keterbatasan pada

pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstermitas secara mandiri

dan terarah, juga karena kelemahan fisiknya, karena pasien juga susp.

SNH (Stroke Non Hemoragic) di tandai dengan anggota gerak sebelah

kiri mengalami penurunan kekuatan. Data ini didukung oleh teori

Muttaqin (2011) yaitu tertahannya natrium dan cairan bisa menyebabkan

 
 
126 
 

edema dan ascites. Hal ini menimbulkan resiko kelebihan volume cairan

dalam tubuh. Semakin menurunnya fungsi renal terjadi asidosis

metabolik akibat ginjal mengekskresikan muatan asam (H+) yang

berlebihan. Terjadi penurunan produksi eritropoetin yang mengakibatkan

terjadinya anemia, sehingga pada penderita dapat timbul keluhan adanya

kelemahan dan kulit terlihat pucat menyebabkan tubuh tidak toleran

terhadap aktifitas.

3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi. Diagnosa ini

dalam kasus Ny. J tidak muncul karena tidak ada yang mendukung untuk

menegakkan diagnosa ini, dan saat dilakukakan pengakajian diperoleh

data bahwa anggota keluarga Ny. J sudah ada yang mengetahui tentang

penyakit Ny. J karena salah satu anggota keluarga ada yang sebagai tim

medis dengan pendidikan D III keperawatan, walaupun belum

mengetahui keseluruhan tetapi sebagian sudah mengetahui tentang

penyakit yang dialami Ny. J. Hal ini didukung oleh teori menurut

Notoatmodjo (2007) yaitu ada beberapa faktor yang mempengaruhi

tingkat pengetahuan seseorang, yaitu :

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung

seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin

tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk

 
 
127 
 

menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan

cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain

maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk

semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana

diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut

akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan

bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak

berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak

diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh

pada pendidikan non formal.

b. Mass media / informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate

impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam

media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat

tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk

media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-

lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan

kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas

pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi

sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi

 
 
128 
 

baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi

terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

c. Sosial budaya dan ekonomi.

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak

melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,

sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang.

d. Lingkungan.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang

berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya

interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai

pengetahuan oleh setiap individu.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang

kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah

yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang

dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan

 
 
129 
 

professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat

mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang

merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan

etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

f. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya

semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan

aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak

melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri

menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak

menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan

intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan

hampir tidak ada penurunan pada usia ini.

Diagnosa keperawatan yang ada di kasus tetapi tidak ada di teori Toto dan

Abdul (2009), yaitu :

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan

penurunan kesadaran. Diagnosa dapat muncul karena di dapatkan data

saat dilakukan pengkajian tanggal 06 juli 2017, keluarga pasien

mengatakan pasien saat diajak berkomunikasi tidak merespon karena

pasien mengalami penurunan kesadaran yaitu somnolen, Keadaan umum

 
 
130 
 

pasien juga lemah, pasien terpasang O2 3lpm. Menurut NANDA (2105)

ketidakefektifan perfusi jaringan otak adalah keadaan dimana otak

mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat mengganggu

kesehatan. Menurut Muttaqin (2011) ketidakefektifan perfusi jaringan

cerebral dapat dialami pada pasien dengan penurunan kesadaran,

sehingga terjadi penurunan sirkulasi jaringan otak dan salah satu

tindakannya yang dapat dilakukan yaitu pemberian terapi O2.

2. Ketidakefektifan perfusi renal berhubungan dengan DM (kadar glukosa

darah tinggi). Penulis mengambil diagnosa ini karena saat dilakukan

pengkajian 06 juli 2017 didapatkan data, keluarga pasien mengatakan

pasien hanya bedrest, dan sudah dilakukan HD dua kali yaitu tanggal 28

juni dan 1 juli 2017 dan juga GDS : 200 mg/dl, Ureum : 85 mg/dl,

Kreatinin : 2.70 mg/dl. Karena salah satu penyebab CKD adalah adanya

diabetes miletus, hipertensi. Setelah dilakukan pemeriksaan, kadar GDS

tinggi, ureum kreatinin juga tinggi. Menurut NANDA (2015),

ketidakefektifan perfusi ginjal adalah penurunan sirkulasi darah ke ginjal

yang dapat mengganggu kesehatan, faktor resikonya yaitu adanya

diabetes milletus, faktor usia, jenis kelamin wanita, hipertensi dll.

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan permukaan

kulit. Diagnosa ini diambil karena penulis menemukan data saat

pengkajian 06 juli 2017 yaitu terdapat luka pada kulit bagian pantat

karena ruam pempers, luka berukuran 15x15 cm, warna kemerahan.

Menurut NANDA (2015) kerusakan integritas kulit merupakan

 
 
131 
 

perubahan atau gangguan pada epidermis dan / dermis. Dengan batasan

karakteristik kerusakan lapisan dermis dan gangguan permukaan kulit

(epidermis). Pada pasien ditemukan ada gangguan pada kulitnya yang

disebabkan ruam pempers atau penggunaan pempers yang terlalu lama.

Maka penulis mengangkat diagnosa kerusakan integritas kulit.

4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan. Penulis

mengangkat diagnosa ini karena didapatkan data saat pengkajian 06 juli

2017 kepada pasien Ny. “J”, keluarga pasien mengatakan semua aktivitas

pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dibantu oleh keluarga,

karena pasien sangat terbatas untuk bergerak dan mengalami kelemahan

pada fisiknya, skala ketergantungan pasien 2 (total). Menurut NANDA

(2015) hambatan mobilitas fisik merupakan ketebatasan pada pergerakan

fisik tubuh atau satu atau lebih ekstermitas secara mandiri atau terarah.

C. Perencanaan

Dalam kegiatan tahap perencanaan ini adalah penentuan prioritas masalah

keperawatan. Dalam penentuan prioritas masalah keperawatan, penulis

menentukan berdasarkan teori Hierarki Abrahan Maslow meliputi kebutuhan

fisiologis, aman nyaman, cinta dan menghargai, aktualisasi diri. Perencanaan

ditetapkan atau diambil dari NOC (Nursing Outcomes Classification) dan

NIC (Nursing Interventions Classification) Pembahasan perencanaan

keperawatan untuk masing masing diagnosa keperawatan yang muncul pada

kasus Ny. “J” sebagai berikut :

 
 
132 
 

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan

penurunan kesadaran. Penulis memprioritaskan diagnosa ini dalam

urutan pertama karena ini termasuk dalam kategori fisiologis. Tujuan

diambil dari NOC. Diharapakan setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x24 jam pasien mencapai tissue perfusion : cerebral dengan

kriteria hasil :tanda- tanda vital dalam batas normal (N: 60-100 x/menit,

RR: 18-24 x/menit, S: 36,5-37,5˚C, TD: 120/80 mmHg), tidak ada

penurunan kesadaran. Rencana tindakan disusun menggunakan NIC.

Perencanaan yang dilakukan adalah peripheral sensation management :

Monitor TTV, Monitor kesadaran pasien , Monitor aliran O2, Anjurkan

kepada keluarga untuk menemani pasien, Kolaborasi dengan dokter

pemberian obat.

2. Ketidakefektifan perfusi renal berhubungan dengan DM (kadar glukosa

darah tinggi), penulis menetapkan ini sebagai diagnosa kedua karena ini

termasuk dalam kategori fisiologis. Tujuan diambil dari NOC.

Diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

pasien mencapai tissue perfusion : renal dengan kriteria hasil : membran

mukosa lembab, ureum kreatinin dalam batas normal, tidak ada rasa haus

yang abnormal, tanda-tanda vital dalam batas normal. Rencana tindakan

disusun menggunakan NIC. Perencanaan yang dilakukan adalah Acid-

Base Management : Monitor TTV, Monitor ureum kreatinin dan GDS,

Observasi status hidrasi (kelembaban membran mukosa), Anjurkan

 
 
133 
 

pasien untuk membatasi minum, Kolaborasi dengan dokter pemberian

obat.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan gangguan menelan. Penulis menetapkan diagnosa ini menjadi

diagnosa ketiga , dan termasuk dalam kategori fisiologi. Tujuan di ambil

dari NOC. Diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3x24 jam pasien terpenuhi kebutuhan nutrisinya dengan kriteria hasil :

Nutrisi pasien terpenuhi, tidak ada penurunan BB, IMT normal (18,5-

24,9), tidak ada mual muntah, porsi makan pasien dihabiskan. Dan untuk

perencanaan, penulis menyusun rencana tindakan menggunakan NIC.

Rencana yang dilakukan adalah Nutritional status : nutrient yaitu :

Monitor intake pasien, Berikan nutrisi sesuai diit yang di peroleh,

Monitor aliran selang NGT (cek adanya cairan residu), Kolaborasi

dengan ahli gizi untuk mendapatkan diit yang di programkan.

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan permukaan

kulit. Diagnosa ini penulis tetapkan pada diagnosa keempat yang

termasuk dalam kategori aman nyaman. Tujuan di ambil dari NOC.

Diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

pasien mencapai Tissue Integrity : Skin And Mucous dengan kriteria

hasil: intregritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,

temperatur, hidrasi, pigmentasi), perfusi jaringan mulai ada peningkatan

membaik, adanya peningkatan perbaikan kulit (luka mulai membaik).

Rencana tindakan disusun menggunakan NIC. Perencanaan yang

 
 
134 
 

dilakukan adalah Pressure Management : observasi kulit yang luka,

pasang kasur dekubitus, lakukan perawatan luka, anjurkan pasien untuk

memakai pakaian longgar terutama pada bagian yang terdapat luka,

motivasi dan mengajarkan keluraga pasien untuk melakukan perawatan

luka dirumah, kolaborasi dengan dokter pemberian obat.

5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan. Penulis

menetapkan diagnosa ini sebagai diagnosa ke lima, yang termasuk dalam

pemenuhan kebutuhan aman nyaman. Tujuan di ambil dari NOC.

Diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

pasien mencapai Self Care : ADLs dengan kriteria hasil : klien meningkat

dalam aktivitas fisik, mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas, klien

mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan keluarga.

Rencana tindakan disusun menggunakan NIC. Perencanaan yang

dilakukan adalah Exercise Therapy : Ambulation yaitu : bantu pasien

dalam memenuhi ADLs, anjurkan keluarga pasien untuk tetap membantu

pasien dalam memenuhi ADLs, kolaborasi dengan ahli fisioterapi,

memonitor kemampuan pasien dalam memenuhi ADLs, monitor skala

ketergantungan pasien.

D. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini, pada dasarnya mengacu dengan susunan

perencanaan yang telah ditetapkan, dengan maksud agar semua kebutuhan

pasien dapat terpenuhi secara optimal. Dalam melakukan asuhan keperawatan

 
 
135 
 

ini, penulis melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan lain sehingga

dapat bekerja sama dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.

Dalam pelaksanaan penulis melakukan tindakan secara mandiri, melakukan

kolaborasi dengan dokter maupun tim kesehatan lain seperti perawat ruangan.

Adapun pembahasan pelaksanaan dari masing-masing diagnosa yang

telah tersusun adalah sebagai berikut:

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerbral berhubungan dengan penurunan

kesadaran.

a. Tindakan independen

Menganjurkan kepada keluarga untuk menemani pasien, memonitor

aliran O2, monitor ttv, monitor kesadaran pasien

b. Tindakan interdependen

Kolaborasi dengan dokter pemberian obat.

c. Tindakan dependen

Tidak ada tindakan dependen yang dilakukan penulis pada diagnosa

ini.

2. Ketidakefektifan perfusi renal berhubungan dengan DM (kadar glukosa

darah tinggi)

a. Tindakan independen

Memonitor TTV, mengobservasi status hidrasi (kelembaban

membran mukosa), Monitor ureum kreatinin dan GDS,

menganjurkan pasien untuk membatasi minum.

 
 
136 
 

b. Tindakan interdependen

Kolaborasi dengan dokter pemberian obat.

c. Tindakan dependen

Tidak ada tindakan dependen yang dilakukan penulis pada diagnosa

ini.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan gangguan menelan

a. Tindakan independen

Memonitor intake pasien, memberikan nutrisi sesuai diit yang di

peroleh, memonitor aliran selang NGT (cek adanya cairan residu).

b. Tindakan interdependen

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk mendapatkan diit yang di

programkan

c. Tindakan dependen

Tidak ada tindakan dependen yang dilakukan penulis pada diagnosa

ini.

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan permukaan

kulit

a. Tindakan independen

Mengobservasi kulit yang luka, memasang kasur dekubitus,

melakukan perawatan luka, menganjurkan pasien untuk memakai

pakaian longgar terutama pada bagian yang terdapat luka,

 
 
137 
 

memotivasi dan mengajarkan keluraga pasien untuk melakukan

perawatan luka dirumah.

b. Tindakan interdependen

Kolaborasi dengan dokter pemberian obat.

c. Tindakan dependen

Tidak ada tindakan dependen yang dilakukan penulis pada diagnosa

ini.

5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan

a. Tindakan independen

Membantu pasien dalam memenuhi ADLs, menganjurkan keluarga

pasien untuk tetap membantu pasien dalam memenuhi ADLs,

memonitor kemampuan pasien dalam memenuhi ADLs, memonitor

skala ketergantungan pasien

b. Tindakan interdependen

Kolaborasi dengan ahli Fisioterapi

c. Tindakan dependen

Tidak ada tindakan dependen yang dilakukan penulis pada

diagnosa ini.

E. Evaluasi

Evaluasi yang digunakan merupakan evaluasi proses dan hasil. Evaluasi

proses pada umumnya merupakan respon langsung yang tampak saat

dilakukan tindakan dan secara umum sesuai dengan kriteria yang diharapkan.

 
 
138 
 

Dari kelima diagnosa keperawatan yang di tegakan oleh penulis pada kasus

Ny. “J” dengan CKD, evaluasi terakhir dilakukan pada tanggal 09 juli 2017

jam 07.00 WIB. Dan dari kelima diagnosa yang di ambil dan sudah dilakukan

intervensi keperawatan pada semua masalah keperawatan yang muncul

dengan dilakukan evaluasi yang mengacu pada kriteria hasil, didapatkan hasil

sebagai berikut :

1. Masalah keperawatan yang teratasi

Hasil evaluasi yang dilakukan pada pasien Ny. “J” dengan CKD, untuk

masalah keperawatan yang sudah teratasi tidak ada karena pasien tidak

memenuhi kriteria hasil yang diharapkan, sehingga untuk masalah yang

teratasi tidak ada.

2. Masalah keperawatan yang teratasi sebagian

Hasil evaluasi yang dilakukan pada pasien Ny. “J” dengan CKD, ada satu

masalah keperawatan yang teratasi sebagian yaitu ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dari lima kriteria hasil yaitu tidak

mual muntah, nutrisi pasien terpenuhi, porsi makan pasien dihabiskan,

tidak ada penurnan BB, IMT dalam batas normal (18,5 – 24,9). Terdapat

tiga kriteria hasil yang tercapai yaitu tidak mual muntah, nutrisi pasien

terpenuhi dan porsi makan pasien dihabiskan dan ada dua kriteria hasil

yang belum tercapai yaitu tidak ada penurunan berat badan, IMT dalam

batas nomal (18,5 – 24,9).

 
 
139 
 

3. Masalah keperawatan yang belum teratasi

Hasil evaluasi yang dilakukan pada pasien Ny. “J” dengan CKD, ada

empat masalah keperawatan yang belum tercapai yaitu :

a. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral dari dua kriteria hasil

belum tercapai yaitu tanda vital dalam batas normal, tidak ada

penurunan kesadaran.

b. Ketidakefektifan perfusi ginjal dari empat kriteria hasil belum

tercapai yaitu membran mukosa lembab, ureum kreatinin dalam

batas normal, tidak ada rasa haus yang abnormal dan tanda-tanda

vital dalam batas normal.

c. Kerusakan integritas kulit dari tiga kriteria hasil belum tercapai

yaitu integritas kulit yang baik bisa dipertahankan, perfusi

jaringan mulai ada peningkatan membaik, adanya peningkatan

perbaikan kulit.

d. Hambatan mobilitas fisik dari tiga kriteria hasil belum tercapai

yaitu klien meningkat dalam aktivitas fisik, mengerti tujuan dari

peningkatan mobilitas, klien mampu melakukan aktivita sehari-

hari dengan bantuan keluarga.

F. Dokumentasi keperawatan

Dalam penyususnan karya tulis ilmiah ini, penulis sudah mendokumentasikan

secara lengkap tentang asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien Ny.

“J” dengan CKD (Chronic Kidney Disease) Stage 5 di Ruang Alamanda 2

 
 
140 
 

RSUD Sleman. Pendokumentasian di mulai dari pengkajian, perumusan

diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksaan keperawatan,

dan evaluasi, dan untuk catatan perkembangan penulis juga menggunakan

format SOAP. Pendokumentasian ini ditulis secara sistematis yang

dilaksanakan selama 3 x 24 jam. Penulis telah mendokumentasikan asuhan

keperawatan menurut Potter & Perry dalam Nursalam (2008), yaitu: penulis

langsung mendokumentasikan setiap rencana tindakan yang telah di

implementasikan dengan mencantumkan tanggal, waktu, jenis pelaksanaan,

tanda tangan, dan nama terang penulis. Hal ini bertujuan untuk menghindari

pengulangan tindakan, mencegah hilangnya informasi, serta sebagai

pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan.

 
 
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam,

mulai tanggal 06 Juli 2017 jam 07.00 sampai dengan 09 Juli 2017 jam

07.00 pada pasien Ny. “J” dengan CKD (Chronic Kidney Disease) Stage 5

di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman Yogyakarta, maka penulis

mendapatkan pengalaman nyata tentang pemberian asuhan keperawatan

pada pasien tersebut. Penulis mendapatkan pengalaman dengan melakukan

proses keperawatan mulai dari pengkajian, menentukan diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi serta

pendokumentasian.

Data pengkajian didapatkan beberapa data pengkajian yang ada diteori

dan ada dikasus yaitu pengkajian nutrisi, aktivitas, respirasi dan sistem

integumnen, dan didapatkan data pengkajian yang ada diteori tetapi tidak

ada dikasus yaitu eliminasi, nyeri, karena disesuaikan dengan kondisi dan

keluhan pasien saat dilakukan pengkajian. Data yang tidak ada diteori

tetapi ada dikasus yaitu gangguan istirahat tidur.

Diagnosa yang ada di teori dan yang ada di kasus yaitu

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, sedangkan untuk

diagnosa yang ada di kasus tetapi tidak ada di teori ada empat diagnosa

yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral, ketidakefektifan perfusi

renal, kerusakan integritas kulit, hambatan mobilitas fisik.

141 
 
142 
 

Perencanaan keperawatan, penulis menetapkan prioritas masalah

dengan menggunakan pola kebutuhan dasar manusia menurut Hierarki

Abraham Maslow dan keluhan utama serta keadaan pasien. Perencanaan

ada yang mengacu pada teori dan di ambil dari NOC dan NIC. Tindakan

keperawatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah

disusun.

Dari kelima diagnosa yang ada ada kasus pasien Ny. “J” ada satu

diagnosa yang yang tercapai sebagian yaitu ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh dan ada empat diagnosa yang belum tercapai

yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral, ketidakefektifan perfusi

renal,kerusakan integritas kulit, hambatan mobilitas fisik.

Pendokumentasian dilakukan pada semua proses keperawatan mulai

dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi serta dalam format catatan perkembangan.

B. Saran

Berdasarkan pengalaman nyata yang didapatkan penulis selama

melakukan asuhan keperawatan pada pasien Ny. “J” dengan CKD

(Chronic Kidney Disease) Stage 5 di Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman

Yogyakarta, adapun saran di sampaikan penulis sebagai pertimbangan :

1. Bagi Ruang Alamanda 2 RSUD Sleman

Diharapkan perawat ruangan tetap mempertahankan pelayanan

keperawatan yang selalu optimal untuk pasien yang di rawat di

Ruang Alamanda.

 
 
143 
 

2. Bagi Akademi Keperawatan “YKY” Yogyakarta

Diharapkan institusi menambah lebih banyak literature dan

kepustakaan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal

ginjal kronik dengan sumber terbaru.

 
 
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar.


Jakarta.

Doengoes. et all. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 4. Alih
Bahasa Indonesia : Kariasa I Made & Sumarwati. N. M. Jakarta : EGC.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Pedoman Pendokumentasian Proses


Keperawatan. Jakarta : EGC.

Indonesia Renal Registry (IRR). 2013. 5thn Report of Indonesian Renal Registry.
Perhimpunan Nefrologi Indonesia. Kartikasari. 2013.

Molzahn, Anita E. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Buku 8. Jakarta :


Salemba Emban Patria.

Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2011. Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika.

NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2015-2017. Jakarta: EGC.

Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 1. Jakarta :


Salemba Medika.

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis


Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC

Rohmah, Nikmatur. 2013. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta :


Ar-Ruzz Media.

Smeltzer S,C. dan Bare B.G. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Volume 2 (Edisi kedelapan). Jakarta : EGC

Suharyanto, Toto & Madjid, Abdul. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Trans Info Media

Suyono, Slamet. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Syaefudin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan; Alih


Bahasa Monica Ester,Edisi 3. Jakarta : EGC
Syaifuddin. 2016. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawata. Edisi 3.
Jakarta : EGC

Wibowo, D.S & Widjaja, P. 2009. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta : Penerbit
Graha:hlm.4

Wijaya, A.S., dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah : Keperawatan
Dewasa Teori dan Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
LAMPIRAN
7/28/2017

KARYA TULIS ILMIAH
BAB 1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. J DENGAN
CKD (Chronic Kidney Disease) STAGE V DI RUANG 
PENDAHULUAN
Berdasarkan data yang diperoleh dari
ALAMANDA 2 RSUD SLEMAN
buku registrasi di Ruang Alamanda 2 LATAR BELAKANG
YOGYAKARTA
RSUD Sleman Yogyakarta, dari
bulan Januari 2017 sampai 8 Juli 2017 Bagaimana asuhan keperawatan
terdapat 761 pasien dengan gangguan pada Ny. “J” Dengan Chronic
penyakit dalam, dan sebanyak 43 Kidney Disease Stage V di
pasien menderita CKD (Chronic ruang Alamanda 2 RSUD
Kidney Disease) dengan prosentase Sleman Yogyakarta yang meliputi
Dwi Ristanti 5,65%. pengkajian, perumusan diagnosa,
20145
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
YAYASAN KEPERAWATAN YOGYAKARTA dan pendokumentasian.
AKADEMI KEPERAWATAN “YKY”
YOGYAKARTA RUMUSAN MASALAH
2017

RUANG LINGKUP MANFAAT METODE PENULISAN


Asuhan keperawatan ini 
termasuk dalam mata ajar 
keperawatan medikal bedah 
Dalam penulisan
yang dilaksanakan  3x24 jam 
karya tulis
dimulai tanggal 06 juli 2017   Bagi penulis dapat menambah wawasan
ilmiah ini
jam 07.00 WIB sampai tanggal  pengetahuan BAB I Pendahuluan menggunakan
09 juli 2017 jam 07.00 WIB  Diharapkan dapat dijadikan referensi yang BAB II Tinjauan Pustaka metode
bermanfaat bagi perawat yang berada di BAB III Tinjauan Teori penulisan
RSUD Sleman Yogyakarta BAB IV Pembahasan
Penulis deskriptif
 Diharapkan dapat dijadikan bahan bacaan BAB V Kesimpulan
Mendapatkan Pengalaman Nyata
Dalam Melakukan Asuhan
dan penambah wawasan bagi mahasiswa Saran
Keperawatan Pada Ny. “J” Akademi Keperawatan “YKY” Yogyakarta
Dengan hronic
C Kidney
Disease tage
S V Di Ruang lamanda
A 2 Sistematika penulisan
RSUD Sleman ogyakarta
Y

TUJUAN  PENULISAN

BAB II BAB III


TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN KASUS
Nama Pasien : Ny. J
CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) Tempat Tgl Lahir : Sleman, 1 januari
didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal 1939
mengalami penurunan fungsi secara Jenis Kelamin : perempuan
lambat, progresif, irreversibel dimana  Kelebihan volume cairan Agama : islam Keluhan utama saat 
kemampuan tubuh gagal dalam berhubungan dengan penurunan Pendidikan : SD pengkajian : keluarga 
keluaran urine, diet berlebih dan Pekerjaan : buruh pasien mengatakan pasien 
mempertahankan metabolisme, cairan, dan
retensi cairan dan natrium Suku / Bangsa : jawa/ indonesia
keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi mengalami penurunan 
 Perubahan nutrisi kurang dari Alamat : grojogan,
uremia (Smeltzer, 2009). kebutuhan tubuh berhubungan
kesadaran, sudah dua hari 
dengan anoreksia, mual, muntah, pandowoharj ini pasien gelisah dan 
pembatasan diet dan perubahan o, sleman susah tidur.
membrane mukosa mulut. Diagnosa Medis : CKD (Chronic
 Intoleransi aktivitas berhubungan Kidney
dengan keletihan, anemia, retensi Disease) stage
produk sampah dan prosedur 5
dialisis. No. RM :328325
 Kurangnya pengetahuan tentang Tanggal Masuk RS : 26 juni 2017
kondisi , prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi.

1
7/28/2017

DS :
Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami
penurunan kesadaran, saat diajak berkumikasi tidak
merespon.
Keluarga pasien mengatakan sudah dua hari yang lalu
pasien susah makan dan susah menelan, pada tanggal 5
juli pasien dipasang selang makan.
Keluarga pasien mengatakan ada luka di bagian pantat . DO :
Keluarga pasien mengatakan dalam memenuhi ‐ TD : 130/80 mmHg DIAGNOSA KEPERAWTN
kebutuhan sehari‐hari dibantu keluarga ‐ N : 86 x/menit
‐ RR : 22 x/menit
‐ S : 36,8 ˚C
‐ Terpasang O2 3lpm
‐ Terpasang NGT sejak tanggal 5 • Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral • Kerusakan integritas kulit
juli
DATA FOKUS • Ketidakefektifan perfusi renal • Hambatan mobilitas fisik
‐ KU Lemah, somnolen
‐ GDS : 200 mg/dl • Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
‐ Ureum : 85 mg/dl kebutuhan tubuh
‐ Kreatinin : 2.70 mg/dl
‐ Pasien tampak lemah
‐ Membran mukosa kering dan
bibir pecah‐pecah
‐ IMT : 17,8
‐ Terdapat luka di pantat
‐ Pasien bedrest, skala
ketergantungan 2 (total)

BA IV
PEMBAHSN Pada perencanaan, penulis mengacu 
pada NIC dan NOC untuk menentukan 
rencana tindakan yang akan dilakukan 
ke pasien
PENGKAJIAN
Hasil pengkajian diperoleh, sudah
sesuai dengan kasus pada pasien.
Tetapi ada beberapa pengkajian yang
tidak sesuai dengan teori yang ada PERENCANAAN
yaitu : nyeri, eliminasi. DIAGNOSA
Dalam kasus ini, di temukan 4
diagnosa yang tidak sesuai dengan PELAKSANAAN
teori yaitu :
Ketidakefektifan perfusi jaringan
cerebral, ketidakefektifan perfusi Pada pelaksanaan, penulis 
ginjal, kerusakan integritas kulit, melaksanakan tindakan 
dan hambatan mobilitas fisik keperawatan sesuai dengan apa 
yang ada dalam perencanaan

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. J dengan CKD stage V di Ruang 
Alamanda 2 RSUD Sleman selama 3x24 jam yang dimulai pada tanggal 06 juli 
2017 jam 07.00 sampai dengan tanggal 09 juli 2017 jam 07.00, penulis 
EVALUASI mendapatkan pengalaman nyata mengenai bagaimana pemberian asuhan 
Pada tahap ini, menggunakan  keperawatan kepada pasien CKD yang di mulai pengkajian sampai dengan 
evaluasi proses dan evaluasi hasil.  pendokumentasian
Dari kelima diagnosa terdapat 1 
diagnosa teratasi sebagian yaitu 
ketidakseimbangan nutrisi kurang 
dari kebutuhan tubuh, dan yang 
empat diagnosa belum teratasi. 

2
7/28/2017

Bagi Akper YKY Yogyakarta
Diharapkan institusi menambah lebih banyak
literature dan kepustakaan tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal
kronik dengan sumber terbaru.

SARAN

3
1

YAYASAN KEPERAWATAN YOGYAKARTA


AKADEMI KEPERAWATAN YKY
YOGYAKARTA
===================================

FORMAT PENGKAJIAN KARYA TULIS ILMIAH


KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Hari/Tanggal :
Jam :
Tempat :
Oleh :
Sumber data :
Metode :

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
1) Nama Pasien :…………………………………………………
2) Tempat/Tgl Lahir : …………………………………… (…… Th)
3) Jenis Kelamin : ………………………………………………..
4) Agama : ………………………………………………..
5) Pendidikan : ………………………………………………..
6) Pekerjaan : ………………………………………………...
7) Status Perkawinan : ………………………………………………...
8) Suku / Bangsa : ………………………………………………..
9) Alamat : ………………………………………………...
10) Diagnosa Medis : ………………………………………………...
11) No. RM : ………………………………………………..
12) Tanggal Masuk RS : ………………………………………………..
b. Penanggung Jawab / Keluarga
1) Nama : ………………………………………………...
2) Umur : ………………………………………………...
3) Pendidikan : ………………………………………………..
4) Pekerjaan : ………………………………………………..
5) Alamat : ………………………………………………..
6) Hubungan dengan pasien : …………………………………………….
7) Status perkawinan : ………………………………………………..
2

2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama saat Pengkajian
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Alasan Masuk Rumah Sakit
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
b) Riwayat Kesehatan Pasien ;
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
3

3) Riwayat Kesehatan Dahulu


..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................

b. Riwayat Kesehatan Keluarga


1) Genogram

Keterangan Gambar :

2) Riwayat Kesehatan Keluarga


…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
……………………………………........................................................

3. Kesehatan Fungsional
a. Aspek Fisik – Biologis
1) Kebutuhan Nutrisi
a) Sebelum Sakit
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
4

b) Selama Sakit
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
….......................................................................................................

2) Kebutuhan Eliminasi
a) Sebelum
………………………………………………………………...……
………………………………………………………………...……
…………………………………………………………...…………
………………………………………………………...……………
b) Selama Sakit
………………………………………………………………...……
………………………………………………………………...……
…………………………………………………………...…………
………………………………………………………...……………
3) Kebutuhan Aktivitas
a) Sebelum Sakit
(1) Keadaan aktivitas sehari – hari
………………………………………………………………...
…………………………………………………………………
…...……………………………………………………………
…...……………………………………………………………
(2) Keadaan pernafasan
………………………………………………………………...
…………………………………………………………………
…...……………………………………………………………
…...……………………………………………………………
(3) Keadaan Kardiovaskuler
………………………………………………………………......
…………………………………………………………………..
.……………………………………………………………….....
…………………………………………………………………..
.………………………………………………………………….
5

b) Selama Sakit
(1) Keadaan aktivitas sehari – hari
………………………………………………………………...
…………………………………………………………………
…...……………………………………………………………
…...……………………………………………………………
……...…………………………………………………………
(2) Keadaan pernafasan
………………………………………………………………...
…………………………………………………………………
…...……………………………………………………………
…...……………………………………………………………
……...…………………………………………………………
(3) Keadaan kardiovaskuler
………………………………………………………………...
…………………………………………………………………
…...……………………………………………………………
…...……………………………………………………………
……...…………………………………………………………
6

(4) Skala ketergantungan


Tabel 3.1 Penilaian Status Fungsional (Barthel Index)
Pasien....... di Ruang ............................ RS ……………….. Tanggal .......................

Nilai Skor
No Fungsi Skor Uraian Hari I Hari II Hari III
1. Mengendalikan 0 Tak terkendali/tak teratur
rangsang defekasi (perlu pencahar)
(BAB) 1 Kadang-kadang tak
terkendali
2 Mandiri
2. Mengendalikan 0 Tak terkendali/pakai
rangsang berkemih kateter
(BAK) 1 Kadang-kadang tak
terkendali (1x24 jam)
2 Mandiri
3. Membersihkan dir 0 Butuh pertolongan orang
(cuci muka,sisisr lain
rambut,sikat gigi) 1 Mandiri
4.. Penggunaan jamban, 0 Tergantung pertolongan
masuk dan keluar orang lain
(melepaskan 1 Perlu pertolongan pada
,memakai beberapa kegiatan tetapi
celana,membersihkan dapat mengerjakan
,menyiram) sendiri kegiatan yang
lain
2 Mandiri
5. Makan 0 Tidak mampu
1 Perlu ditolong memotong
makanan
2 Mandiri
6. Berubah sikap dari 0 Tidak mampu
berbaring ke duduk 1 Perlu banyak bantuan
untuk bisa duduk (2
orang)
2 Bantuan (2 orang)
3 Mandiri
7. Berpindah/berjalan 0 Tidak mampu
1 Bisa (pindah) dengan
kursi roda
2 Berjalan dengan bantuan
1 orang
3 Mandiri
8. Memakai Baju 0 Tidak mampu
1 Sebagai dibantuan (misal
mengancingkan baju)
2 Mandiri
9. Naik turun tangga 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
10. Mandi 0 Tergantung orang lain
1 Mandiri
Total Skor
Tingkat Ketergantungan
Paraf & Nama Perawat
(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)
KETERANGAN:

20 : Mandiri 5-8 : Ketergantungan berat


12-19 : Ketergantungan ringan 0-4 : Ketergantungan total
9-11 : Ketergantungan Sedang
7

(5) Tabel Pengkajian Resiko Jatuh

Tabel 3.2 Pengkajian Resiko Jatuh


Pasien...... di Ruang......................… RS ……………………Tanggal....................

Skoring Skoring Skoring


No Risiko Skala 1 2 3
Tgl..... Tgl.... Tgl....
1. Riwayat jatuh, yang baru atau Tidak 0
dalam 3 bulan terakhir Ya 25
2. Diagnosa medis sekunder >1 Tidak 0
Ya 15
3. Alat bantu jalan:
0
Bed rest/diabntu perwat
Penopang/tongkat/walker 15
Furniture 30
4. Menggunakan infus Tidak 0
Ya 25
5. Cara berjalan/berpindah:
0
Normal/bed rest/imobilisasi
Lemah 15
Terganggu 30
6. Status mental:
Orientasi sesuai kemampuan 0
diri
Lupa keterbatasan 15
Jumlah skor
Tingkat Resiko Jatuh
Paraf & Nama Perawat
(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)

Tingkat Risiko : Tidak berisiko bila skor 0-24 → lakukan perawatan yang baik
: Risiko rendah bila skor 25-50 → lakukan intervensi jatuh
standar (lanjutkan formulir pencegahan)
: Risiko Tinggi bila skor ≥ 51 lakukan intervensi jatuh resiko
tinggi (lanjutkan dengan pencegahan jatuh pasien dewasa)
8

(6) Tabel Pengkajian Resiko Luka Dekubitus


Tabel 3.3 Tabel Resiko Luka Dekubitus (Skala Norton)
Pasien ....... di Ruang ........................ RS …………………… Tanggal.................

Tangal PENILAIAN 4 3 2 1

Kondisi fisik Baik Sedang Buruk Sangat


buruk

Status mental Sadar Apatis Bingung Stupor

Aktifitas Jalan Jalan Kursi roda Ditempat


sendiri dengan tidur
bantuan

Mobilitas Bebas Agak Sangat Tidak


bergerak terbatas terbatas mampu
brgerak

Inkontensia Kadang- Selalu Inkontinen


kadang inkontinen sia urin &
Kontinen int/kontinen sia urin Alvi
sia

Skor

Total Skor

Paraf & Nama Perawat .......

Kondisi fisik Baik Sedang Buruk Sangat


buruk

Status mental Sadar Apatis Bingung Stupor

Aktifitas Jalan Jalan Kursi roda Di tempat


sendiri dengan tidur
bantuan

Mobilitas Bebas Agak Sangat Tidak


bergerak terbatas terbatas mampu
brgerak

Inkontensia Kontinen Kadang- Selalu Inkontinen


kadang inkontinen sia urin &
int/kontinen sia urine Alvi
sia

Skor

Total Skor

Paraf & Nama Perawat


9

Kondisi fisik Baik Sedang Buruk Sangat


buruk

Status mental Sadar Apatis Bingung Stupor

Aktifitas Jalan Jalan Kursi roda Di tempat


sendiri dengan tidur
bantuan

Mobilitas Bebas Agak Sangat Tidak


bergerak terbatas terbatas mampu
bergerak

Inkontinensia Kontinen Kadang – Selalu Inkontinen


kadang int/ inkontinen sia urin &
kontinensia sia urine Alvi

Skor

Total Skor

Paraf & Nama Perawat

(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)

KETERANGAN:
16-20 : risiko rendah terjadi dekubitus
12-15 : risiko sedang terjadi dekubitus
<12 : risiko tinggi terjadi dekubitus

4) Kebutuhan istirahat – tidur


a) Sebelum sakit
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
b) Selama sakit
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
10

b. Aspek Psiko-Sosial-Spiritual
1) Pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
2) Pola hubungan
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………...................................................................
3) Koping atau toleransi stres
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
4) Kognitif dan persepsi tentang penyakitnya
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
………………………………................................................................
5) Konsep diri
a) Gambaran Diri
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
……………………….............................................................
b) Harga Diri
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
………………………..............................................................
11

c) Peran Diri
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
……………………….............................................................
d) Ideal Diri
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
………………………..............................................................
e) Identitas Diri
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
……………………………….................................................
6) Seksual dan menstruasi
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
………………………................................................................
7) Nilai
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
……………………...................................................................
c. Aspek Lingkungan Fisik
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
………………………………………..................................................
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran :…………………………………………………………
2) Status Gizi :TB = cm
BB = Kg
12

IMT = BB = (……………………..)
TB2
3) Tanda Vital : TD = mmHg Nadi = x/mnt
Suhu = °C RR = x/mnt

4) Skala Nyeri
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

P : ……………………………………………………………….
Q : ………………………………………………………………..
R : ………………………………………………………………..
S : ………………………………………………………………..
T : ………………………………………………………………..

b. Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo – Caudal)


1) Kulit
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
2) Kepala
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
3) Leher
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
13

4) Tengkuk
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………

5) Dada
a) Inspeksi
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
………………………..............................................................
b) Palpasi
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
c) Perkusi
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
d) Auskultasi
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
6) Payudara
a) Inspeksi
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
14

b) Palpasi
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
7) Punggung
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
…………………………………………….....................................
8) Abdomen
a) Inspeksi
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
b) Auskultasi
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
c) Perkusi
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
……………………….............................................................
d) Palpasi
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
………………………..............................................................
9) Panggul
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
15

10) Anus dan Rectum


………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
…………………………………………………………...................
11) Genetalia
a) Pada Wanita
……………………………………………………………………
…….……………………………………………………………..
…………………………………................................................
b) Pada Pria
……………………………………………………………………
…….………………………………………………….................
12) Ekstremitas
a) Atas
……………………………………………………………………
…….……………………………………………………………..
……………………………………………………………………
Bawah
……………………………………………………………………
…….……………………………………………………………
……………………………………………………………………
………………….........................................................................
16

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 3.4 Pemeriksaan laboratorium Tn............... di Ruang .......................
di RS ………………………………… Tanggal...................

Tanggal Jenis Hasil (satuan) Normal Interpretasi


Pemeriksaan Pemeriksaan

(Sumber Data Sekunder : RM Pasien )


17

Tabel 3.5 Hasil Pemeriksaan Radiologi


Pasien........ di Ruang ............................ RS ……………………… Tanggal................

Hari/ Jenis Pemeriksaan Kesan/Interpretasi


Tanggal

(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)


18

6. Terapi
Tabel 3.6 Pemberian Terapi Pasien...... di Ruang ...............................
RS ……………………………………….. Tanggal ................

Hari / Obat Dosis dan Satuan Rute


Tanggal

(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)


19

7. ANALISA DATA
Tabel 3.7 Analisa Data
Pasien ...... di Ruang .......................... RS ……………………Tanggal................

NO DATA PENYEBAB MASALAH


20

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
(Sesuai Prioritas Masalah)

1. …………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
2. …………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
3. …………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………....
4. …………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
5. …………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………….................................................................................
6. …………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………….................................................................................
21

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama Pasien / NO CM : ………………………………../……………………………… Ruang :..................................................................


Hari/ PERENCANAAN
Tgl/ Jam DIAGNOSA TANGGAL
KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA TINDAKAN PELAKSANAAN EVALUASI
TERATASI
22

D. CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien/No. C.M :…………………/……..Ruang :…………………………….


Diagnosa Keperawatan : ….................................................................................................

HR/TGL/ EVALUASI TGL


PELAKSANAAN
JAM (S O A P) TERATASI
23

7. RINGKASAN PENGKAJIAN POST OPERASI


a. Jenis Operasi : …………………………………………………………....
b. Waktu Operasi : ……………………………………………………………
c. Data Fokus :
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

Anda mungkin juga menyukai