PERNAFASAN
OLEH
SISWANTO
1
PERNAFASAN
Selama mahluk itu hidup yaitu sejak mereka lahir sampai saat mereka menghembuskan
nafas terakhir mahluk itu melakukan proses pernafasan. Secara umum pernafasan merupakan
pertukaran gas antara organisme (mahluk) dan lingkungan, baik melalui proses kimia maupun
fisika. Pada prinsipnya pernafasan (respirasi) adalah pertukaran antara oxygen (O2) dan karbon
dioksida (CO2), O2 diambil dari udara (atmosfer) atau dari dalam air (bagi binatang yang hidup di
air) dan kemudian disimpan oleh jaringan untuk metabolisme oksidasi. Karbon dioksida
(CO2) adalah hasil akhir metabolisme dan dikeluarkan dari tubuh karena tidak bermanfaat atau
malahan pada dosis tertentu bisa menjadi racun bagi tubuh. Pada hewan yang tingkatnya masih
rendah seperti Amoeba pertukaran gas O2 dan CO2 terjadi pada seluruh permukaan tubuhnya yang
langsung kontak dengan udara/air di sekitarnya. Pertukaran gas di sini terjadi secara diffusi. Pada
binatang yang lebih tinggi tingkatannya pertukaran gas ini dibantu/ diatur dalam sistem respirasi
dan sirkulasi. Respirasi pada hewan yang lebih tinggi tingkatnya (misalnya mammalia) dibedakan
menjadi 2 macam :
1. Respirasi external : pertukaran gas antara darah dalam kapiler paru dengan sekelilingnya yang
berlangsung dalam paru.
2. Respirasi internal : pertukaran gas yang terjadi dalam kapiler darah dan jaringan tubuh
termasuk proses-proses oxidasi fisiologis dalam sel-sel tubuh.
Pada binatang proses respirasi ini berbeda-beda misalnya :
pada sponse (binatang bersilia), dengan menggunakan cilianya air di sekitarnya dapat
bergerak sehingga air tersebut bisa masuk ke rongga tubuhnya dan kemudian terjadi diffusi gas
pernafasan yang terdapat dalam air tadi dengan sel-sel yang terdapat pada rongga tubuhnya.
pada insecta ada alat/organ yang membantu proses respirasi yaitu yang disebut dengan
"Tracheae". Udara yang masuk ke tracheae langsung kontak dengan sel-sel aktif sehingga
terjadi pertukaran gas.
pada vertebrata, paru adalah organ "respirasi externa" yang utama.
Pada kodok di samping paru dia juga menggunakan kulit sebagai alat pernafasan. Udara
langsung kontak dengan kulitnya yang banyak mengandung kapiler-kapiler darah, sehingga
respirasi bisa berlangsung pada kulit.
2
RESPIRASI PADA MAMALIA
7.1 Apparatus Respiratorius (alat pernafasan) pada mammalia
Pada mammalia alat pernafasan ini terdiri dari paru dan saluran udara. Saluran udara
terdiri dari : Cavum nasi, pharynx, larynx, trachea dan bronchi, bronchioli serta cabang-
cabangnya. Cavum nasi(rongga hidung) adalah lubang saluran udara yang membrana
mucosanya selalu basah dan
banyak mengandung pembuluh darah dan kelenjar yang dapat mengatur basahnya udara yang
dihisap. Pharynx merupakan daerah pertemuan jalan nafas dengan jalan makanan. Larynx
merupakan alat utama untuk suara dan pengatur banyaknya udara yang keluar masuk paru.
Trachea adalah saluran seperti pipa yang selalu terbuka dan tersusun oleh tulang rawan yang
berbentuk cincin. Trachea mempunyai kelenjar mucosa dan rambut-rambut getar yang berfungsi
untuk mencegah masuknya kotoran/debu ke paru. Pada akhir trachea terdapat percabangan
trachea yang disebut : bifurcatio tracheii yang melanjut menjadi dua saluran yang masing-
masing disebut bronchus. Bronchi mempunyai susunan sama dengan trachea dan masuk ke
dalam jaringan paru. Paru dapat dipandang sebagai kantung membranosus yang elastis yang
bagian dalamnya berhubungan bebas dengan udara luar melalui saluran pernafasan. Paru itu ringan
dan bagian dalamnya dapat membesar, karena banyaknya alveoli yang merupakan kantung-
kantung hemispheris dari saccus alveolaris yang berhubungan dengan atria yang bersangkutan
dengan ductus alveolaris. Ductus alveolaris merupakan cabang langsung dari brochioli
respiratorius yang berotot polos pada dinding-dindingnya. Bronchioli adalah bagian-bagian kecil
yang dibentuk oleh cabang kompleks dari 2 bronchi utama. Setelah masuk paru bronchi tersebut
tanpa kartilago hanya ada jaringan otot. Bronchiolus besar mempunyai carti
lago dan jaringan otot. Jaringan otot bronchiolus diatur oleh serabut-serabut bronchodilator dan
broncho-constrictor dari saraf vagus dan sympathicus.Dinding alveolus terdiri dari selapis sel
epitel respirasi. Pertukaran gas terjadi antara udara dalam alveolus dan darah melalui sel epitel
tersebut dan endothel kapiler darah. Cavum thoracis berisi paru dan organ mediastinalis. Cavum
ini tidak berhubungan dengan luar tubuh dan dipisahkan dari cavum abdominalis oleh diafragma.
Besar thorax dan besar paru berkembang bervariasi secara ritmis akibat aktivitas otot-otot respira-
si. Pleura adalah membrana serosa pembungkus paru dan di antaranya ada cavum pleura. Pleura
yang melapisi dan membungkus paru disebut pleura visceralis, yang melekat pada cavum
3
thoracis disebut pleura parietalis. Khusus pada ujung pleura visceralis dan pleura parietalis tidak
berpisah sempurna.
4
NaHCO3ini dalam plasma terdapat dalam darah arteri 31,1% dan dalam darah venous 35,2%.
Dalam bentuk KHCO3 terdapat dalam sel
darah merah (erythrocyte) yaitu dalam darah arteri 9,8% dan pada darah venous 10,5%.
Di samping dalam bentuk bikarbonat CO2 ini juga dijumpai dalam bentuk "Carbino
compounds" yaitu Carbino haemoglobin dalam erytrocyte dan Carbino protein (dengan plasma
protein) dalam plasma.
Siklus pengangkutan CO2 dan O2 pada paru dan jaringan
paru
O2 CO2 + H2O
HHb + O2 HHbO2
KHCO3+HHbO2 H2CO3+KHbO2
(kapiler paru)
KHCO3
O2
+ H2CO3 + KHb
HHb
H2O
CO2
CO2 O2
Jaringan
5
100
90
80
70
60 Kurve disosiasi Hb
50 tanpa garam
40 Kurve disosiasi Hb
30 mengandung garam
20
10
0
0 20 40 60 80 100
Kapasitas pigmen respirasi (Hb) untuk berkombinasi atau jenuh dengan O2 dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti : temperatur, pH dan tersedianya CO2
- Temperatur yang lebih tinggi : jumlah O2 yang berkombinasi dengan haemoglobin pada beberapa
tekanan O2 akan berkurang.
- Tersedianya elektrolit juga mempengaruhi kurva disosiasi oxyhaemoglobin. Kurva yang
diperoleh dengan darah yang sudah dihilangkan garamnya berbeda dengan kurva yang
diperoleh dengan darah normal (lihat kurva di atas). Pada tekanan O2 yang lebih rendah
pemisahan oxyhaemoglobin lebih komplet pada darah yang masih ada garamnya dibandingkan
dengan yang tidak ada garamnya.
Asam juga berpengaruh pada kurva disosiasi. Penambahan ion hidrogen membantu
pemisahan oxyhaemoglobin. Bertambahnya CO2 juga membantu pemisahan O2 dari oxyhaemo-
globin.Efek CO2 pada disosiasi Haemoglobin.
6
Pergeseran kurva ke kiri dan peningkatan afinitas tampak memberikan manfaat bagi pasien
karena hemoglobin dapat mengikat oksigen lebih mudah. Bagaimanapun, hemoglobin telah
tersaturasi 97 % dengan afinitas yang normal,sehingga tidak terdapat penambhan oksigen yang
cukup bermakna dengan adanya pergeseran kurva ke kiri. Bahkan, peningkatan afinitas Hb-O ini
dapat mengganggu pelepasan oksigen ke dalam jaringan dan pada umumnya menimbulkan dampak
yang merugikan. (Malley, 1990)
120
100
80
Kurva dengan
tekanan CO2 5
60 mmHg
Kurva dengan
40 tekanan CO2 20
mmHg
20 Kurva dengan
tekanan CO2 40
0 mmHg
0
15
25
60
0
80
10
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa makin tinggi tekanan CO2nya, maka makin rendah
disosiasi oxyhaemoglobinnya.
Proporsi relatif antara CO2 yang dilepaskan dan O2 yang diabsorpsi pada respirasi
hewan diketahui sebagai Quesien Respirasi (Q.R.).
7
Q.R. dipakai untuk membedakan nilai makanan yang sudah diproses.
misalnya : Q.R. karbohidrat1,0 gram glucose memerlukan 7,5 liter O2 dan juga melepaskan CO2
7,5 liter.
Jadi Q.R. nya = 1.
Q.R. dari oxidasi fat adalah kurang dari 1. 1 gram fat memerlukan 2 liter O2 dan melepaskan
1,42 liter CO2. Sehingga Q.R. = 1,42 = 0,71
2,0
Q.R. dari protein adalah kurang dari 1, sebab protein terdiri dari asam amino, yang memerlukan
lebih banyak O2 untuk oxydasinya dibandingkan dengan karbohidrat (Q.R. protein 0,8). Pada
masing-masing individu hewan Q.R.nya bervariasi tergantung pada makanannya.
Sebagai contoh :
- Q.R. pada manusia yang rata-rata makanannya karbohidrat, fat dan protein adalah kira-kira 0,825.
- pada hewan herbivora Q.R. nya 0,96.
- pada hewan omnivora Q.R. nya 0,8 dan pada carnivora Q.R. nya 6,75.
Cavum thorax (rongga dada) dibatasi sebelah kiri dan kanan oleh Costae dengan otot
respirasi. Sebelah ventral oleh sternum (tulang dada) ; belakang oleh diafragma ; di bagian dorsal
oleh vertebrae thoracalis.
Gerakan respirasi ada 2 macam yaitu inspirasi dan expirasi.Pada waktu inspirasi terjadi
gerakan aktif otot-otot respirasi mengangkat tulang iga ke arah muka dan arah luar, otot
diafragma kontraksi (ingat pertautan tulang iga dengan sternum dan vertebra). Akibatnya rongga
dada membesar, paru mengembang mengisi penuh rongga dada; tekanan dalam paru turun
(dibanding udara luar) sehingga udara masuk melalui trachea; demikian pula tekanan intra-pleural
turun sehingga pleura viceralis ikut mengembang bersama paru.
Pada akhir inspirasi terjadi expirasi yang merupakan suatu gerakan yang pasif. Pada
waktu ini otot-otot inspirasi relaksasi, rongga dada mengecil, paru mengempis. Akibatnya
tekanan dalam paru naik melampaui 1 atmosfer sehingga udara dipompa keluar. Tulang iga
8
kembali pada posisi semula. Diafragma kontraksi sehingga alat-alat viscera dalam perut terdesak
ke belakang pada saat inspirasi, sedangkan pada expirasi waktu diafragma relaksasi, alat-alat
viscera dalam perut kembali ke posisi semula. Jadi akibat gerakan serentak dari otot expirasi,
kembalinya tulang iga ke posisi semula dan diafragma relaksasi, terjadi expirasi. Pada respirasi
terjadi gerakan dada dan gerakan perut sehingga sering respirasi ini dibedakan menjadi 2 macam
yaitu:
1. pernapasan Costal : dalam hal ini rongga dada membesar, tulang iga terangkat ke atas oleh otot
inspirasi pada saat inspirasi dan pada saat expirasi otot expirasi menarik kembali tulang iga ke
belakang.
2. pernapasan Abdominal : di sini diafragma bergerak ke belakang mendesak isi perut sehingga
mendesak dinding perut bergerak ke arah luar.
Dalam keadaan normal respirasi berlangsung kira-kira dengan 50% respirasi abdominal
dan 50% respirasi costalis. Banyaknya udara yang masuk dan keluar dalam satu siklus respirasi
normal disebut dengan udara tidal (tidal volume). Udara maximal yang bisa dikeluarkan pada
waktu expirasi maximal disebut Kapasitas Vital. Udara paru pada waktu expirasi tidak semuanya
dikeluarkan ke alam bebas tetapi ada sebagian yang tetap tinggal dalam paru. Udara yang tetap
tinggal di paru ini disebut dengan udara residual. Di samping itu pada proses respirasi ini juga
ada udara yang tetap tinggal dalam saluran pernapasan (misalnya : pada nasopharynx, trachea,
bronchi). Udara ini disebut dead space (udara mati). Hawa komplemen (Inspiratory Reserve
Volume) adalah sejumlah udara yang masih dapat dihisap oleh paru saat permulaan dari akhir
inspirasi. Untuk mengukur volume udara paru digunakan alat spirometer. Pengukuran dilakukan
pada temperatur kamar, sebelumnya hewan diukur temperatur badannya, juga tekanan udara
dalam kamar diukur untuk disesuaikan dengan Hukum Charles dan Boyle terhadap masing-
masing gas.
Kecepatan bernafas dalam keadaan normal pada hewan berbeda tergantung pada spesies
hewan tersebut misal :
Hewan Frekuensi
9
Kuda 10 - 14 kali/menit
Sapi 10 - 30 kali/menit
Domba/kambing 20 - 30 kali/menit
Babi 8 - 18 kali/menit
Anjing 15 - 30 kali/menit
Kucing 20 - 30 kali/menit
Kelinci 50 - 60 kali/menit
Ayam 15 - 45 kali/menit
Sel-sel saraf dalam otak bagian tengah, pons dan medulŠla merupakan sel saraf yang
mengkontrol gerakan paru (pernafasan). Kelompok sel-sel saraf ini merupakan pusat respirasi
(Respiration Centre). Respiration Centre ini mempunyai kemampuan mengeluarkan irama-irama
impuls secara spontan. Pengaturan pernafasan dibagi dalam 2 bagian :
Sifat otomasi dari pusat-pusat pernafasan diatur oleh faktor-faktor yang bervariasi, untuk ini
bisa diperlihatkan 2 hal :
a. Secara langsung
b. Secara reflex
Efek langsung
Faktor-faktor berikut memberikan efek pada pusat-pusat respirasi dengan kerja secara
langsung.
1. Impuls-impuls dari pusat-pusat yang lebih tinggi misalnya: ketawa/gembira dapat menstimulasi
pernafasan (pernafasan lebih cepat).
2. Naiknya temperatur tubuh langsung merangsang pusat pernafasan sehingga pernafasan akan
bertambah frekuensinya.
10
Pengaruh reflex
1. Reflex batuk. Batuk adalah expirasi yang kuat yang terjadi tiba-tiba. Batuk terjadi karena adanya
rangsangan pada selaput mukosa larynx.
2. Bersin terjadi karena rangsangan mukosa hidung.
3. Reflex menelan.
4. Reflex paru.
Irama pernafasan dikontrol oleh reflex paru karena adanya nervus vagus. Reflex ini
disebut "Hering Breuer Reflex". Jika n. vagus dipotong, pernafasan menjadi lambat dan dalam.
Kemudian jika ujung-ujung n. vagus yang terpotong tadi dirangsang maka pernafasan akan
mengarah ke keadaan normal kembali. Hal ini menunjukkan bahwa pada pernafasan normal
beberapa impuls sensoris melewati nervus vagus sehingga n. vagus merangsang dan rangsangan
ini dapat membantu membuat respirasi normal.
Pusat pernafasan sangat sensitif terhadap komposisi zat kimia darah. Perubahan-perubahan
tekanan CO2, tekanan O2 dan konsentrasi ion H mempengaruhi pusat-pusat pernafasan.
1. Perubahan tekanan CO2
Bila tekanan CO2 naik dalam udara inspirasi maka akan banyak menambah frekuensi respirasi
(pernafasan meningkat). Dalam keadaan kandungan CO2 dalam udara pernafasan 5%,
pernafasan masih berjalan normal. Jika lebih dari 5% maka akan menambah jumlah CO2
dalam alveoli sehingga tekanan CO2 bertambah, hal ini dapat meningkatkan respirasi. Jika
terjadi sebaliknya, tekanan CO2 rendah, akibat kurangnya CO2 maka respirasi berkurang.
2. Konsentrasi ion H.
Perubahan ion H dalam darah juga dapat mengubah pernafasan. Selama acidosis pernafasan
meningkat dan dalam keadaan alkalosis pernafasan turun.
3. Perubahan tekanan O2
a. Pengaruh kekurangan O2.
11
Alat atau organ-organ pernafasan kurang sensitif terhadap kekurangan O2 bila dibandingkan
dengan ekses CO2. Kekurangan O2 akan menstimulasi respirasi jika tingkat
pengurangannya cukup banyak (tekanan O2 berkurang lebih dari 13%).
b. Pengaruh kelebihan O2.
60% O2 yang terdapat pada udara pernafasan belum mengganggu pernafasan. Tetapi jika
kadar O2 75% dalam udara pernafasan bisa ditoleransi selama beberapa hari, setelah itu
akan kelihatan gejala sakit dan hewan kemudian akan mati. Pada tekanan 1 atmosfer
pernafasan bisa berjalan beberapa jam tanpa adanya efek sakit, jika tekanan O2 ini dinaikkan
beberapa atmosfer hewan akan menggeliat dan mati dengan cepat. (Pada manusia : pada
tekanan O2 4 atmosfer efek ini berlangsung lebih kurang selama 1 jam).
Anaerobiosis adalah pernafasan tanpa menggunakan O2 sebagai gas pernafasan. Jadi
bertentangan dengan respirasi aerobik. Kehidupan tanpa O2 bisa berlangsung dalam waktu yang
singkat, tetapi kadang-kadang juga bisa dalam waktu yang lebih lama, misalnya : pemecahan
karbohidrat (glucose) tanpa O2 akan menghasilkan asam laktat dalam jaringan.
Bila asam laktat yang terbentuk ini tidak dioksidasi oleh O2 maka dia akan banyak tertimbun dalam
jaringan sehingga dapat menimbulkan efek racun bagi jaringan tubuh.
Energi yang dihasilkan di sini lebih sedikit jika dibandingkan dengan pernafasan aerobik.
Ini disebabkan karena molekul-molekul glucose tidak dioxidasi secara sempurna. Selain asam
laktat pada proses anaerobiosis ini juga terbentuk asam acetat, asam propionat, asam formiat, asam
butirat dan asam valerat.
12
7.6.1 Susunan paru dan kantong hawa (air saccs)
Bifurcatio tracheai membentuk mesobronchi (= bronchi primarius). Masing-masing
bronchus primarius masuk ke dalam jaringan paru menjadi bronchi accundinarius ( = ecto dan
ento bronchi = dorso dan ventro bronchi) kemudian bercabang-cabang lagi menjadi bronchi tertier
(= para bronchi). Para-bronchi bercabang-cabang yang berhubungan bebas dengan jaringan
alveolus dan kapiler darah
Kantong-kantong udara berhubungan dengan paru melalui mesobronchi dan bronchi
secundinarius. Bronchi recurrent juga menghubungkan paru dengan kantong hawa dari ujung
preximal (kecuali kantong hawa cervicalis) yang kemudian bersatu dengan bronchi tertier. Jadi
ada pendapat bahwa : kantong hawa adalah perluasan reservoir dari aliran udara bronchial.
Paru pada unggas yang biasa terbang misalnya burung merpati, mempunyai bronchi
tertier yang lebih banyak jumlahnya dibanding dengan paru pada ayam. Ayam mempunyai 9
kantong hawa yaitu : sepasang kantong hawa cervicalis, sepasang abdominalis, sepasang
thoracalis, dan sebuah kan
tong hawa clavicularis (McLeod dan Wagers 1939). Menurut Rigdon et al (1958) kalkun
mempunyai 7 kantong hawa termasuk sebuah kantong hawa cervicalis (= Clavicularis), 2 pasang
kantong thoracalis, 2 pasang kantong abdominalis. Menurut Cover (1953), kalkun mempunyai 9
buah kantong hawa, ayam
mempunyai 8 buah, sedangkan merpati mempunyai 9 buah. Kantong hawa interclavicularis
mempunyai banyak divertikulum (= divertikula), di antaranya yaitu divertikulum suprahumeral
inilah yang memegang peranan "pneumacity" dari tulang bahu (= humerus) pada beberapa spesies
burung.
13
bagian setengah bawah coracoid. Semua pneumatic bones tidak berhubungan dengan kantong
hawa, tetapi humerus berhubungan dan beberapa burung dapat bernafas melalui humerus pada
kondisi tertentu.
Kecepatan bernafas bertambah bila temperatur badan meningkat. Pada anak ayam yang
temperatur badannya 43.50C sampai 44,50C, frekuensinya bisa mencapai 140 sampai 170 per
menit.
14
arah para bronchi. Pada sistem respirasi ini hampir tidak ada "dead space". Oksigen bisa berdifusi
dengan cepat dari para-
bronchi ke dalam kapiler-kapiler udara.
Konsumsi oksigen paling tinggi pada waktu terbang menaik dan paling rendah pada waktu
terbang menurun. Beberapa peneliti mengasumsikan bahwa respirasi (aliran udara paru) ada
hubungan (sinkronisasi) dengan gerakan-gerakan sayap waktu terbang. Waktu sayap bergerak ke
bawah akan
terjadi expirasi
15
Paru 8 - 68 33
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa volume kantung udara kira-kira 5-7 kali lebih besar
daripada volume paru. Paru bangsa burung relatif agak kaku dan tidak dapat mengembang,
tetapi kantung udara dapat mengembang.
Kantung udara menambah ventilasi paru dan pertukaran gas dalam paru serta menambah
volume tidal paru. Perusakan kantung-kantung udara secara operasi dapat menurunkan volume tidal
dan ventilasi paru kira-kira setengah dari normal, tetapi burung masih bisa berfungsi
seperti kondisi agak normal (waktu istirahat). Di samping itu kantung udara juga berfungsi
mengkontrol temperatur tubuh dengan mendinginkan atau memanaskan udara inspirasi. Kantung
udara juga dapat mengurangi spesific gravity terutama pada waktu terbang.
Pertukaran gas pada paru bangsa burung adalah seperti pada paru mammalia yaitu dengan
cara diffusi dan diatur oleh hukum-hukum physica. Hanya ada beberapa perbedaan dalam cara
mengangkut dan menangani gas tersebut, namun perbedaan ini tidaklah besar. Pada umumnya
unggas
sangat efisien dalam penggunaan oxygen dan ini direfleksikan dalam derajat saturasi darah dengan
oxygen dan pelepasan oxygen dari darah ke jaringan. Udara expirasi pada unggas mengandung
oxygen dan carbondioxida hampir sama dengan mammalia. Jumlah oxygen dan CO2 (dalam
volume persen) dalam
kantung udara bervariasi. O2 yang terdapat pada kantung abdominal lebih banyak daripada yang
terdapat pada kantung intraclavicular, thoracic, cervical, dan anterior thoracic.
16
Antreior Thoracic 15,4 - 16,6 3,2 - 4,8
Post- thoracic 14,9 - 17,4 3,0 - 5,3
Abdomen sac 18,0 - 19,0 2,0 - 2,3
Cervical sac 15,6 3,2
Udara Expirasi 13,5 - 15,8 3,0 - 6,5
17