Anda di halaman 1dari 17

DIKTAT FISIOLOGI VETERINER I

PERNAFASAN

OLEH
SISWANTO

LABORATORIUM FISIOLOGI VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017

1
PERNAFASAN

Selama mahluk itu hidup yaitu sejak mereka lahir sampai saat mereka menghembuskan
nafas terakhir mahluk itu melakukan proses pernafasan. Secara umum pernafasan merupakan
pertukaran gas antara organisme (mahluk) dan lingkungan, baik melalui proses kimia maupun
fisika. Pada prinsipnya pernafasan (respirasi) adalah pertukaran antara oxygen (O2) dan karbon
dioksida (CO2), O2 diambil dari udara (atmosfer) atau dari dalam air (bagi binatang yang hidup di
air) dan kemudian disimpan oleh jaringan untuk metabolisme oksidasi. Karbon dioksida
(CO2) adalah hasil akhir metabolisme dan dikeluarkan dari tubuh karena tidak bermanfaat atau
malahan pada dosis tertentu bisa menjadi racun bagi tubuh. Pada hewan yang tingkatnya masih
rendah seperti Amoeba pertukaran gas O2 dan CO2 terjadi pada seluruh permukaan tubuhnya yang
langsung kontak dengan udara/air di sekitarnya. Pertukaran gas di sini terjadi secara diffusi. Pada
binatang yang lebih tinggi tingkatannya pertukaran gas ini dibantu/ diatur dalam sistem respirasi
dan sirkulasi. Respirasi pada hewan yang lebih tinggi tingkatnya (misalnya mammalia) dibedakan
menjadi 2 macam :

1. Respirasi external : pertukaran gas antara darah dalam kapiler paru dengan sekelilingnya yang
berlangsung dalam paru.
2. Respirasi internal : pertukaran gas yang terjadi dalam kapiler darah dan jaringan tubuh
termasuk proses-proses oxidasi fisiologis dalam sel-sel tubuh.
Pada binatang proses respirasi ini berbeda-beda misalnya :
 pada sponse (binatang bersilia), dengan menggunakan cilianya air di sekitarnya dapat
bergerak sehingga air tersebut bisa masuk ke rongga tubuhnya dan kemudian terjadi diffusi gas
pernafasan yang terdapat dalam air tadi dengan sel-sel yang terdapat pada rongga tubuhnya.
 pada insecta ada alat/organ yang membantu proses respirasi yaitu yang disebut dengan
"Tracheae". Udara yang masuk ke tracheae langsung kontak dengan sel-sel aktif sehingga
terjadi pertukaran gas.
 pada vertebrata, paru adalah organ "respirasi externa" yang utama.

Pada kodok di samping paru dia juga menggunakan kulit sebagai alat pernafasan. Udara
langsung kontak dengan kulitnya yang banyak mengandung kapiler-kapiler darah, sehingga
respirasi bisa berlangsung pada kulit.

2
RESPIRASI PADA MAMALIA
7.1 Apparatus Respiratorius (alat pernafasan) pada mammalia
Pada mammalia alat pernafasan ini terdiri dari paru dan saluran udara. Saluran udara
terdiri dari : Cavum nasi, pharynx, larynx, trachea dan bronchi, bronchioli serta cabang-
cabangnya. Cavum nasi(rongga hidung) adalah lubang saluran udara yang membrana
mucosanya selalu basah dan
banyak mengandung pembuluh darah dan kelenjar yang dapat mengatur basahnya udara yang
dihisap. Pharynx merupakan daerah pertemuan jalan nafas dengan jalan makanan. Larynx
merupakan alat utama untuk suara dan pengatur banyaknya udara yang keluar masuk paru.
Trachea adalah saluran seperti pipa yang selalu terbuka dan tersusun oleh tulang rawan yang
berbentuk cincin. Trachea mempunyai kelenjar mucosa dan rambut-rambut getar yang berfungsi
untuk mencegah masuknya kotoran/debu ke paru. Pada akhir trachea terdapat percabangan
trachea yang disebut : bifurcatio tracheii yang melanjut menjadi dua saluran yang masing-
masing disebut bronchus. Bronchi mempunyai susunan sama dengan trachea dan masuk ke
dalam jaringan paru. Paru dapat dipandang sebagai kantung membranosus yang elastis yang
bagian dalamnya berhubungan bebas dengan udara luar melalui saluran pernafasan. Paru itu ringan
dan bagian dalamnya dapat membesar, karena banyaknya alveoli yang merupakan kantung-
kantung hemispheris dari saccus alveolaris yang berhubungan dengan atria yang bersangkutan
dengan ductus alveolaris. Ductus alveolaris merupakan cabang langsung dari brochioli
respiratorius yang berotot polos pada dinding-dindingnya. Bronchioli adalah bagian-bagian kecil
yang dibentuk oleh cabang kompleks dari 2 bronchi utama. Setelah masuk paru bronchi tersebut
tanpa kartilago hanya ada jaringan otot. Bronchiolus besar mempunyai carti
lago dan jaringan otot. Jaringan otot bronchiolus diatur oleh serabut-serabut bronchodilator dan
broncho-constrictor dari saraf vagus dan sympathicus.Dinding alveolus terdiri dari selapis sel
epitel respirasi. Pertukaran gas terjadi antara udara dalam alveolus dan darah melalui sel epitel
tersebut dan endothel kapiler darah. Cavum thoracis berisi paru dan organ mediastinalis. Cavum
ini tidak berhubungan dengan luar tubuh dan dipisahkan dari cavum abdominalis oleh diafragma.
Besar thorax dan besar paru berkembang bervariasi secara ritmis akibat aktivitas otot-otot respira-
si. Pleura adalah membrana serosa pembungkus paru dan di antaranya ada cavum pleura. Pleura
yang melapisi dan membungkus paru disebut pleura visceralis, yang melekat pada cavum

3
thoracis disebut pleura parietalis. Khusus pada ujung pleura visceralis dan pleura parietalis tidak
berpisah sempurna.

7.2 Proses respirasi


Udara yang dihirup melalui lubang hidung masuk terus ke pharynx - larynx - trachea -
bronchus kanan dan kiri - cabang bronchus yang lebih kecil - broncheoli - acini (yang terbentuk
dari selaput endothelium dan selapis epitel alveoler). Diffusi terjadi pada dinding ini. Beberapa
acini bersatu menjadi sebuah lobulus yang terbungkus oleh jaringan ikat elastis serta pembuluh
darah dan serabut saraf. Bebera
pa lobulus membentuk lobus; sebagian besar permukaan lobus terbungkus oleh pleura. Pada
bagian hilus pulmonalis bronchi masuk ke dalam paru bersama serabut saraf serta pembuluh
darah. Pembuluh darah yang menuju ke paru ada 2 macam :
1. arteri.bronchialis yang merupakan cabang dari aorta, kaya oxigen yang berguna untuk
jaringan paru.
2. arteri.pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan (dexter) yang banyak mengandung CO2
(karbon dioksida) yang berasal dari seluruh tubuh. Anyaman dari arteria pulmonalis ini
merupakan anyaman yang membungkus alveoli.
Setelah terjadi pertukaran gas di acini (alveoli), maka darah yang kaya oxygen dari
kapiler-kapiler berkumpul ke dalam vena yang akhirnya terbentuk jadi 4 vena pulmonalis yang
menuangkan isinya ke dalam atrium sinister kemudian ke ventrikel sinister, ke aorta dan terus ke
seluruh tubuh. Oxygen dapat mengalir dari hawa alveoler ke dalam darah karena tekanan O2
dalam alveoli lebih besar daripada tekanan O2 dalam plasma. Sebaliknya tekanan CO2 dalam
plasma mengalir ke hawa alveoler dari plasma darah, bila tekanan CO2 dalam plasma lebih besar
daripada tekanan CO2 dalam alveoli. Pertukaran gas yang terjadi senantiasa diimbangi dengan
gerakan respirasi.

7.3 Kondisi gas dalam darah


Gas O2 sebagian besar diikat oleh haemoglobin, hanya sedikit terdapat dalam plasma.
Dalam 100 ml plasma hanya 0,3 ml O2 yang larut di dalamnya. CO2 dalam darah diikat dalam
bentuk bikarbonat, yang kebanyakan berkombinasi dengan Natrium (NaHCO3). Bentuk ini
bisa dipisahkan dengan jalan elektrolise menjadi Na+ dan HCO3-. (NaHCO3  Na+ + HCO3-).

4
NaHCO3ini dalam plasma terdapat dalam darah arteri 31,1% dan dalam darah venous 35,2%.
Dalam bentuk KHCO3 terdapat dalam sel
darah merah (erythrocyte) yaitu dalam darah arteri 9,8% dan pada darah venous 10,5%.
Di samping dalam bentuk bikarbonat CO2 ini juga dijumpai dalam bentuk "Carbino
compounds" yaitu Carbino haemoglobin dalam erytrocyte dan Carbino protein (dengan plasma
protein) dalam plasma.
Siklus pengangkutan CO2 dan O2 pada paru dan jaringan

paru
O2 CO2 + H2O

HHb + O2  HHbO2
KHCO3+HHbO2  H2CO3+KHbO2
(kapiler paru)
KHCO3
O2
+ H2CO3 + KHb
HHb

H2O
CO2

CO2 O2
Jaringan

7.3.1 Kurva Disosiasi

Proporsi oxyhaemoglobin sampai haemoglobin tersedia dalam darah tergantung pada


tekanan O2 dalam darah. Hal ini bisa diperlihatkan dengan kurva disosiasi oxyhaemoglobin (lihat
gambar). Dalam kurva ini persentase saturasi dari haemoglobin dengan O2 diambil sebagai ordinat
dan tekanan O2 sebagai
absis.

5
100
90
80
70
60 Kurve disosiasi Hb
50 tanpa garam

40 Kurve disosiasi Hb
30 mengandung garam

20
10
0
0 20 40 60 80 100

Kapasitas pigmen respirasi (Hb) untuk berkombinasi atau jenuh dengan O2 dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti : temperatur, pH dan tersedianya CO2

- Temperatur yang lebih tinggi : jumlah O2 yang berkombinasi dengan haemoglobin pada beberapa
tekanan O2 akan berkurang.
- Tersedianya elektrolit juga mempengaruhi kurva disosiasi oxyhaemoglobin. Kurva yang
diperoleh dengan darah yang sudah dihilangkan garamnya berbeda dengan kurva yang
diperoleh dengan darah normal (lihat kurva di atas). Pada tekanan O2 yang lebih rendah
pemisahan oxyhaemoglobin lebih komplet pada darah yang masih ada garamnya dibandingkan
dengan yang tidak ada garamnya.
Asam juga berpengaruh pada kurva disosiasi. Penambahan ion hidrogen membantu
pemisahan oxyhaemoglobin. Bertambahnya CO2 juga membantu pemisahan O2 dari oxyhaemo-
globin.Efek CO2 pada disosiasi Haemoglobin.

Faktor-faktor yang Menggeser Kurva Disosiasi Oksigen-Hemoglobin


Efektifitas ikatan hemoglobin dan oksigen dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
ini juga yang kemudian mengubah kurva disosiasi. Pergeseran kurva ke kanan disebabkan oleh
peningkatan suhu, peningkatan 2,3-DPG, peningkatan PCO2, atau penurunan pH. Untuk kondisi
sebaliknya, kurva bergeser ke kiri. Pergeseran kurva ke kanan menyebabkan penurunan afinitas
hemoglobin terhadap oksigen. Sehingga hemoglobin sulit berikatan dengan oksigen (memerlukan
tekanan parsial yang tinggi bagi hemoglobin untuk mengikat oksigen). (Nielufar, 2000)

6
Pergeseran kurva ke kiri dan peningkatan afinitas tampak memberikan manfaat bagi pasien
karena hemoglobin dapat mengikat oksigen lebih mudah. Bagaimanapun, hemoglobin telah
tersaturasi 97 % dengan afinitas yang normal,sehingga tidak terdapat penambhan oksigen yang
cukup bermakna dengan adanya pergeseran kurva ke kiri. Bahkan, peningkatan afinitas Hb-O ini
dapat mengganggu pelepasan oksigen ke dalam jaringan dan pada umumnya menimbulkan dampak
yang merugikan. (Malley, 1990)

120

100

80
Kurva dengan
tekanan CO2 5
60 mmHg
Kurva dengan
40 tekanan CO2 20
mmHg
20 Kurva dengan
tekanan CO2 40
0 mmHg
0

15

25

60

0
80

10

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa makin tinggi tekanan CO2nya, maka makin rendah
disosiasi oxyhaemoglobinnya.

7.3.2 Quesien Respirasi

Proporsi relatif antara CO2 yang dilepaskan dan O2 yang diabsorpsi pada respirasi
hewan diketahui sebagai Quesien Respirasi (Q.R.).

Q.R. = ml CO2 yang dilepaskan


ml O2 yang diabsorpsi

7
Q.R. dipakai untuk membedakan nilai makanan yang sudah diproses.
misalnya : Q.R. karbohidrat1,0 gram glucose memerlukan 7,5 liter O2 dan juga melepaskan CO2
7,5 liter.
Jadi Q.R. nya = 1.
Q.R. dari oxidasi fat adalah kurang dari 1. 1 gram fat memerlukan 2 liter O2 dan melepaskan
1,42 liter CO2. Sehingga Q.R. = 1,42 = 0,71
2,0
Q.R. dari protein adalah kurang dari 1, sebab protein terdiri dari asam amino, yang memerlukan
lebih banyak O2 untuk oxydasinya dibandingkan dengan karbohidrat (Q.R. protein 0,8). Pada
masing-masing individu hewan Q.R.nya bervariasi tergantung pada makanannya.
Sebagai contoh :
- Q.R. pada manusia yang rata-rata makanannya karbohidrat, fat dan protein adalah kira-kira 0,825.
- pada hewan herbivora Q.R. nya  0,96.
- pada hewan omnivora Q.R. nya  0,8 dan pada carnivora Q.R. nya  6,75.

7.4 Mekanisme respirasi

Cavum thorax (rongga dada) dibatasi sebelah kiri dan kanan oleh Costae dengan otot
respirasi. Sebelah ventral oleh sternum (tulang dada) ; belakang oleh diafragma ; di bagian dorsal
oleh vertebrae thoracalis.
Gerakan respirasi ada 2 macam yaitu inspirasi dan expirasi.Pada waktu inspirasi terjadi
gerakan aktif otot-otot respirasi mengangkat tulang iga ke arah muka dan arah luar, otot
diafragma kontraksi (ingat pertautan tulang iga dengan sternum dan vertebra). Akibatnya rongga
dada membesar, paru mengembang mengisi penuh rongga dada; tekanan dalam paru turun
(dibanding udara luar) sehingga udara masuk melalui trachea; demikian pula tekanan intra-pleural
turun sehingga pleura viceralis ikut mengembang bersama paru.
Pada akhir inspirasi terjadi expirasi yang merupakan suatu gerakan yang pasif. Pada
waktu ini otot-otot inspirasi relaksasi, rongga dada mengecil, paru mengempis. Akibatnya
tekanan dalam paru naik melampaui 1 atmosfer sehingga udara dipompa keluar. Tulang iga

8
kembali pada posisi semula. Diafragma kontraksi sehingga alat-alat viscera dalam perut terdesak
ke belakang pada saat inspirasi, sedangkan pada expirasi waktu diafragma relaksasi, alat-alat
viscera dalam perut kembali ke posisi semula. Jadi akibat gerakan serentak dari otot expirasi,
kembalinya tulang iga ke posisi semula dan diafragma relaksasi, terjadi expirasi. Pada respirasi
terjadi gerakan dada dan gerakan perut sehingga sering respirasi ini dibedakan menjadi 2 macam
yaitu:
1. pernapasan Costal : dalam hal ini rongga dada membesar, tulang iga terangkat ke atas oleh otot
inspirasi pada saat inspirasi dan pada saat expirasi otot expirasi menarik kembali tulang iga ke
belakang.
2. pernapasan Abdominal : di sini diafragma bergerak ke belakang mendesak isi perut sehingga
mendesak dinding perut bergerak ke arah luar.
Dalam keadaan normal respirasi berlangsung kira-kira dengan 50% respirasi abdominal
dan 50% respirasi costalis. Banyaknya udara yang masuk dan keluar dalam satu siklus respirasi
normal disebut dengan udara tidal (tidal volume). Udara maximal yang bisa dikeluarkan pada
waktu expirasi maximal disebut Kapasitas Vital. Udara paru pada waktu expirasi tidak semuanya
dikeluarkan ke alam bebas tetapi ada sebagian yang tetap tinggal dalam paru. Udara yang tetap
tinggal di paru ini disebut dengan udara residual. Di samping itu pada proses respirasi ini juga
ada udara yang tetap tinggal dalam saluran pernapasan (misalnya : pada nasopharynx, trachea,
bronchi). Udara ini disebut dead space (udara mati). Hawa komplemen (Inspiratory Reserve
Volume) adalah sejumlah udara yang masih dapat dihisap oleh paru saat permulaan dari akhir
inspirasi. Untuk mengukur volume udara paru digunakan alat spirometer. Pengukuran dilakukan
pada temperatur kamar, sebelumnya hewan diukur temperatur badannya, juga tekanan udara
dalam kamar diukur untuk disesuaikan dengan Hukum Charles dan Boyle terhadap masing-
masing gas.

7.4.1 Frekuensi Pernapasan

Kecepatan bernafas dalam keadaan normal pada hewan berbeda tergantung pada spesies
hewan tersebut misal :

Hewan Frekuensi

9
Kuda 10 - 14 kali/menit
Sapi 10 - 30 kali/menit
Domba/kambing 20 - 30 kali/menit
Babi 8 - 18 kali/menit
Anjing 15 - 30 kali/menit
Kucing 20 - 30 kali/menit
Kelinci 50 - 60 kali/menit
Ayam 15 - 45 kali/menit

7.5 Pengaturan Pernafasan

Sel-sel saraf dalam otak bagian tengah, pons dan medulŠla merupakan sel saraf yang
mengkontrol gerakan paru (pernafasan). Kelompok sel-sel saraf ini merupakan pusat respirasi
(Respiration Centre). Respiration Centre ini mempunyai kemampuan mengeluarkan irama-irama
impuls secara spontan. Pengaturan pernafasan dibagi dalam 2 bagian :

1. pengaturan oleh saraf.


2. pengaturan oleh zat kimia.

7.5.1 Pengaturan oleh Saraf (nervous regulation)

Sifat otomasi dari pusat-pusat pernafasan diatur oleh faktor-faktor yang bervariasi, untuk ini
bisa diperlihatkan 2 hal :
a. Secara langsung
b. Secara reflex

Efek langsung
Faktor-faktor berikut memberikan efek pada pusat-pusat respirasi dengan kerja secara
langsung.
1. Impuls-impuls dari pusat-pusat yang lebih tinggi misalnya: ketawa/gembira dapat menstimulasi
pernafasan (pernafasan lebih cepat).
2. Naiknya temperatur tubuh langsung merangsang pusat pernafasan sehingga pernafasan akan
bertambah frekuensinya.

10
Pengaruh reflex
1. Reflex batuk. Batuk adalah expirasi yang kuat yang terjadi tiba-tiba. Batuk terjadi karena adanya
rangsangan pada selaput mukosa larynx.
2. Bersin terjadi karena rangsangan mukosa hidung.
3. Reflex menelan.
4. Reflex paru.
Irama pernafasan dikontrol oleh reflex paru karena adanya nervus vagus. Reflex ini
disebut "Hering Breuer Reflex". Jika n. vagus dipotong, pernafasan menjadi lambat dan dalam.
Kemudian jika ujung-ujung n. vagus yang terpotong tadi dirangsang maka pernafasan akan
mengarah ke keadaan normal kembali. Hal ini menunjukkan bahwa pada pernafasan normal
beberapa impuls sensoris melewati nervus vagus sehingga n. vagus merangsang dan rangsangan
ini dapat membantu membuat respirasi normal.

7.5.2 Pengaturan oleh zat kimia

Pusat pernafasan sangat sensitif terhadap komposisi zat kimia darah. Perubahan-perubahan
tekanan CO2, tekanan O2 dan konsentrasi ion H mempengaruhi pusat-pusat pernafasan.
1. Perubahan tekanan CO2
Bila tekanan CO2 naik dalam udara inspirasi maka akan banyak menambah frekuensi respirasi
(pernafasan meningkat). Dalam keadaan kandungan CO2 dalam udara pernafasan 5%,
pernafasan masih berjalan normal. Jika lebih dari 5% maka akan menambah jumlah CO2
dalam alveoli sehingga tekanan CO2 bertambah, hal ini dapat meningkatkan respirasi. Jika
terjadi sebaliknya, tekanan CO2 rendah, akibat kurangnya CO2 maka respirasi berkurang.
2. Konsentrasi ion H.
Perubahan ion H dalam darah juga dapat mengubah pernafasan. Selama acidosis pernafasan
meningkat dan dalam keadaan alkalosis pernafasan turun.
3. Perubahan tekanan O2
a. Pengaruh kekurangan O2.

11
Alat atau organ-organ pernafasan kurang sensitif terhadap kekurangan O2 bila dibandingkan
dengan ekses CO2. Kekurangan O2 akan menstimulasi respirasi jika tingkat
pengurangannya cukup banyak (tekanan O2 berkurang lebih dari 13%).
b. Pengaruh kelebihan O2.
60% O2 yang terdapat pada udara pernafasan belum mengganggu pernafasan. Tetapi jika
kadar O2 75% dalam udara pernafasan bisa ditoleransi selama beberapa hari, setelah itu
akan kelihatan gejala sakit dan hewan kemudian akan mati. Pada tekanan 1 atmosfer
pernafasan bisa berjalan beberapa jam tanpa adanya efek sakit, jika tekanan O2 ini dinaikkan
beberapa atmosfer hewan akan menggeliat dan mati dengan cepat. (Pada manusia : pada
tekanan O2 4 atmosfer efek ini berlangsung lebih kurang selama 1 jam).
Anaerobiosis adalah pernafasan tanpa menggunakan O2 sebagai gas pernafasan. Jadi
bertentangan dengan respirasi aerobik. Kehidupan tanpa O2 bisa berlangsung dalam waktu yang
singkat, tetapi kadang-kadang juga bisa dalam waktu yang lebih lama, misalnya : pemecahan
karbohidrat (glucose) tanpa O2 akan menghasilkan asam laktat dalam jaringan.

C6H12O6  2C3H6O3 (asam laktat) + energi.

Bila asam laktat yang terbentuk ini tidak dioksidasi oleh O2 maka dia akan banyak tertimbun dalam
jaringan sehingga dapat menimbulkan efek racun bagi jaringan tubuh.
Energi yang dihasilkan di sini lebih sedikit jika dibandingkan dengan pernafasan aerobik.
Ini disebabkan karena molekul-molekul glucose tidak dioxidasi secara sempurna. Selain asam
laktat pada proses anaerobiosis ini juga terbentuk asam acetat, asam propionat, asam formiat, asam
butirat dan asam valerat.

7.6 Pernafasan pada unggas


Alat pernafasan pada unggas terbagi atas : paru dan saluran pernafasan. Saluran
pernafasan terdiri dari lubang hidung, pharynx, trachea, syrinx, bronchi dengan cabang-
cabangnya, kantong (saku) hawa dan pneumatic bones. Paru unggas kecil dan melebar pada
tulang-tulang iga. Paru tersebut bekerja secara pasif dan dapat mengembang karena
bergeraknya tulang iga dan diafragma, jadi tidak seaktif paru mammalia

12
7.6.1 Susunan paru dan kantong hawa (air saccs)
Bifurcatio tracheai membentuk mesobronchi (= bronchi primarius). Masing-masing
bronchus primarius masuk ke dalam jaringan paru menjadi bronchi accundinarius ( = ecto dan
ento bronchi = dorso dan ventro bronchi) kemudian bercabang-cabang lagi menjadi bronchi tertier
(= para bronchi). Para-bronchi bercabang-cabang yang berhubungan bebas dengan jaringan
alveolus dan kapiler darah
Kantong-kantong udara berhubungan dengan paru melalui mesobronchi dan bronchi
secundinarius. Bronchi recurrent juga menghubungkan paru dengan kantong hawa dari ujung
preximal (kecuali kantong hawa cervicalis) yang kemudian bersatu dengan bronchi tertier. Jadi
ada pendapat bahwa : kantong hawa adalah perluasan reservoir dari aliran udara bronchial.
Paru pada unggas yang biasa terbang misalnya burung merpati, mempunyai bronchi
tertier yang lebih banyak jumlahnya dibanding dengan paru pada ayam. Ayam mempunyai 9
kantong hawa yaitu : sepasang kantong hawa cervicalis, sepasang abdominalis, sepasang
thoracalis, dan sebuah kan
tong hawa clavicularis (McLeod dan Wagers 1939). Menurut Rigdon et al (1958) kalkun
mempunyai 7 kantong hawa termasuk sebuah kantong hawa cervicalis (= Clavicularis), 2 pasang
kantong thoracalis, 2 pasang kantong abdominalis. Menurut Cover (1953), kalkun mempunyai 9
buah kantong hawa, ayam
mempunyai 8 buah, sedangkan merpati mempunyai 9 buah. Kantong hawa interclavicularis
mempunyai banyak divertikulum (= divertikula), di antaranya yaitu divertikulum suprahumeral
inilah yang memegang peranan "pneumacity" dari tulang bahu (= humerus) pada beberapa spesies
burung.

7.6.2 Pneumatic bones


Groebbels (1932) menyatakan bahwa pada umumnya kebanyakan jenis burung kecil
hanya sedikit atau tidak mempunyai pneumatic bones, sedangkan jenis burung yang besar
mempunyai
banyak pneumatic bones. Jadi ternyata bahwa ada tidaknya pneumatic bones hanya berperan
kecil dalam kemampuan terbang. Ada pendapat yang menyangkal bahwa humerus pada ayam
itu pneumatic bones, tetapi King (1957) menyatakan bahwa pneumatic bones pada ayam
meliputi hampir semua vertebrae cervicalis, 2 tulang iga yang pertama, tulang dada, humerus,

13
bagian setengah bawah coracoid. Semua pneumatic bones tidak berhubungan dengan kantong
hawa, tetapi humerus berhubungan dan beberapa burung dapat bernafas melalui humerus pada
kondisi tertentu.

7.6.3 Mekanisme respirasi


Selama respirasi terjadi gerakan thorax dan perut. Pada inspirasi sternum, coracoid, furcula
dan rusuk-rusuk sternal bergerak ke depan dan ke bawah. Rusuk vertebral ditarik ke depan dan ke
dalam, jadi pada inspirasi diameter vertikal thorax bertambah besar dan diameter melintang
bertambah sedikit. Paru membesar pada inspirasi dengan menarik tulang rusuk dan dada.

7.6.4 Kecepatan bernafas (frekuensi pernafasan)


Kecepatan bernafas pada bangsa burung tergantung pada ukuran badan, sex, rangsangan dan
faktor-faktor lain. Pada umumnya binatang (bangsa burung) yang lebih kecil mempunyai frekuensi
pernafasan yang lebih tinggi.
Kecepatan pernafasan dari beberapa spesies per menit
Seks
Hewan
Jantan Betina Tanpa dilihat Sex
Merpati 25 - 30
Itik 42 110 60 - 70
Angsa 20 40 -
Kalkun 28 49 -
Anak ayam 12 - 20 20 - 36 -

Kecepatan bernafas bertambah bila temperatur badan meningkat. Pada anak ayam yang
temperatur badannya 43.50C sampai 44,50C, frekuensinya bisa mencapai 140 sampai 170 per
menit.

7.6.5 Sirkulasi udara dalam sistem respirasi


Udara masuk ke dalam tubuh jika volume thorax bertambah, rusuk bergerak ke arah luar,
dan sternum bergerak ke arah bawah. Tekanan yang lebih rendah dalam rongga thoracico-
abdominal menyebabkan udara mengalir ke dalam sistem yang melewati paru melalui salurannya
ke kantung udara. Pada expirasi udara dipaksa keluar dari kantung udara posterior ke para-bronchi
kemudian ke ventro-bronchi, meso-bronchi dan ke trachea. Pada inspirasi, udara juga mengalir ke

14
arah para bronchi. Pada sistem respirasi ini hampir tidak ada "dead space". Oksigen bisa berdifusi
dengan cepat dari para-
bronchi ke dalam kapiler-kapiler udara.

7.6.5 Respirasi selama terbang


Persediaan dan kecepatan oksigen berdifusi dalam paru sangat diperlukan oleh bangsa burung
pada waktu terbang. Pada waktu terbang konsumsi oksigen bisa 10 - 15 kali lebih banyak dibanding
pada keadaan istirahat, tergantung pada kecepatan terbang misalnya :
- pada kecepatan terbang 35 km/jam, oksigen yang diperlukan rata-rata 21,9 ml/gram/jam atau
12,8 kali lebih banyak dibanding dengan keadaan tidak terbang.
- pada kecepatan terbang 20 km/jam konsumsi oksigen 32 ml/gram/jam.

Konsumsi oksigen paling tinggi pada waktu terbang menaik dan paling rendah pada waktu
terbang menurun. Beberapa peneliti mengasumsikan bahwa respirasi (aliran udara paru) ada
hubungan (sinkronisasi) dengan gerakan-gerakan sayap waktu terbang. Waktu sayap bergerak ke
bawah akan
terjadi expirasi

7.6.6 Volume paru dan kantung udara


Volume total respiratory bangsa burung bisa diukur dengan metode yang menggunakan
larutan gas. Cara ini tidak bisa mengukur volume udara secara langsung pada paru atau kantung
udara. Tetapi volume paru dan kantung udara bisa diukur pada burung yang mati dengan mengisi
paru dan kantung udara dengan parafin cair, dengan cocoa butter atau dengan substansi lain.

Volume udara dalam paru dan kantong udara.


AYAM
ORGAN MERPATI ITIK
JANTAN BETINA
Kantung udara :
Inter clavicular - 53 79 42
Cervical 2 - 26 18
Anterior thoracic 10 24 88 48
Posterior 4 57 29 22
thoracic
Abdominal 20 145 181 112

15
Paru 8 - 68 33

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa volume kantung udara kira-kira 5-7 kali lebih besar
daripada volume paru. Paru bangsa burung relatif agak kaku dan tidak dapat mengembang,
tetapi kantung udara dapat mengembang.

7.6.7 Peranan kantung udara pada pernafasan

Kantung udara menambah ventilasi paru dan pertukaran gas dalam paru serta menambah
volume tidal paru. Perusakan kantung-kantung udara secara operasi dapat menurunkan volume tidal
dan ventilasi paru kira-kira setengah dari normal, tetapi burung masih bisa berfungsi
seperti kondisi agak normal (waktu istirahat). Di samping itu kantung udara juga berfungsi
mengkontrol temperatur tubuh dengan mendinginkan atau memanaskan udara inspirasi. Kantung
udara juga dapat mengurangi spesific gravity terutama pada waktu terbang.

7.6.8 Transportasi gas dalam darah

Pertukaran gas pada paru bangsa burung adalah seperti pada paru mammalia yaitu dengan
cara diffusi dan diatur oleh hukum-hukum physica. Hanya ada beberapa perbedaan dalam cara
mengangkut dan menangani gas tersebut, namun perbedaan ini tidaklah besar. Pada umumnya
unggas
sangat efisien dalam penggunaan oxygen dan ini direfleksikan dalam derajat saturasi darah dengan
oxygen dan pelepasan oxygen dari darah ke jaringan. Udara expirasi pada unggas mengandung
oxygen dan carbondioxida hampir sama dengan mammalia. Jumlah oxygen dan CO2 (dalam
volume persen) dalam
kantung udara bervariasi. O2 yang terdapat pada kantung abdominal lebih banyak daripada yang
terdapat pada kantung intraclavicular, thoracic, cervical, dan anterior thoracic.

Oxigen dan carbon dioxida kantung udara


Kandungan (volume%)
Ogan
Oksigen Carbondioksida
Interclavi cularis 14,6 - 15,5 9,5 - 5,0

16
Antreior Thoracic 15,4 - 16,6 3,2 - 4,8
Post- thoracic 14,9 - 17,4 3,0 - 5,3
Abdomen sac 18,0 - 19,0 2,0 - 2,3
Cervical sac 15,6 3,2
Udara Expirasi 13,5 - 15,8 3,0 - 6,5

Beberapa istilah dalam respirasi :

1. Eupnea : pernafasan biasa


2. Dyspnea : pernafasan yang sesak dan berat (misalnya : asthma)
3. Hyperpnea : pernafasan yang cepat dan dalam
4. Polypnea : pernafasan yang cepat dan dangkal
5. Tachypnea : pernafasan yang cepat sekali
6. Apnea : pernafasan waktu hewan hampir mati (tak ada pernafasan).
7. Anoxia : ialah keadaan jaringan, yang karena suatu sebab, tak dapat memakai cukup O2
untuk pekerjaannya.
8. Anoxemia : ialah darah kekurangan O2
9. Anoxic anoxia : anoxia yang disebabkan oleh gangguan oxygenasi darah di dalam paru.
10. Anemic anoxia : anoxia yang disebabkan O2 darah rendah.
11. Stagnant anoxia : anoxia yang disebabkan karena gangguan peredaran darah (terhenti).
12. Histotoxic anoxia: anoxia yang disebabkan oleh keracunan dalam sel (jaringan).

17

Anda mungkin juga menyukai