Pengetahuan, Ilmu, Ilmu Pengetahuan, Dan Filsafat Ilmu: Harry Firman
Pengetahuan, Ilmu, Ilmu Pengetahuan, Dan Filsafat Ilmu: Harry Firman
FILSAFAT ILMU
Harry Firman
FPMIPA UPI
Manusia bersifat ingin tahu. Melalui pengamatan terhadap lingkungan dan pengalaman
berinteraksi dengan lingkungan, manusia mengkonstruksi pengetahuan (knowledge) dalam
benaknya, untuk memuaskan keingintahuannya. Dengan pengetahuan itu selanjutnya manusia
dapat membuat keputusan-keputusan yang menguntungkan. Sebagai contoh, manusia
menggunakan bahan aluminium untuk rangka jendela, karena tahu bahwa aluminium relatif
ringan dan sukar berkarat.
Terdapat dua jenis pengetahuan, yakni pengetahuan khusus dan pengetahuan umum
(Poedjawijatna, 1991). Pengetahuan khusus ialah berkenaan dengan satu fakta, misalnya
logam tembaga menghantarkan panas, yang berlaku hanya untuk tembaga. Sementara itu
terdapat pengetahuan yang berlaku umum sebagai kesimpulan dari sejumlah faka, misalnya
logam menghantar panas, yang berlaku untuk semua logam tidak mempersoalkan jenis logam
apa.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) mendefinisikan ilmu sebagai pengetahuan tentang
suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu pula. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa ilmu ialah susunan berbagai pengetahuan secara berstruktur untuk satu bidang
tertentu. Ilmu (science) mengorganisasikan pengetahuan-pengetahuan ilmiah (konsep,
prinsip, hukum, prosedur, dan teori) ke dalam struktur yang logis dan sistematis.
Semakin lama fenomena yang disadari menarik dan penting untuk dikaji semakin
beragam. Situasi ini mendorong pengkhususan kajian yang dilakukan para ilmuwan, dalam
disiplin ilmu spesifik. Setiap disiplin ilmu selanjutnya menfokuskan kajian pada wilayah
kajian spesifik dan mengembangkan asumsi, pola pikir, dan pendekatan yang spesifik pula.
Oleh karenanya cabang-cabang ilmu semakin terspesialisasi, dan semakin sukar berinteraksi
satu sama lain (Bakhtiar, 2004).
Pada dasarnya ilmu mempunyai “obyek material” dan “obyek formal”. Obyek material
merujuk pada sasaran penyelidikan. Sasaran penyelidikan dalam pelbagai disiplin ilmu dapat
saja sama, seperti misalnya manusia yang menjadi sasaran penyelidikan psikologi,
pendidikan, biologi, ilmu sosial, dll. Namun demikian, sudut pandang, pendekatan dan
metode penyelidikan disiplin ilmu-ilmu tersebut terhadap manusia berbeda-beda. Setiap
disiplin ilmu mempunyai obyek formal tertentu, yang membedakan satu sama lain dalam
melakukan kajian terhadap obyek material yang sama. Obyek formal suatu disiplin ilmu
berhubungan dengan sudut pandang, pendekatan, metode khas yang dilakukan oleh ilmuwan
dalam disiplin itu. Perbedaan obyek formal psikologi, biologi, ilmu sosial terhadap manusia,
membedakan pengetahuan-pengetahuan yang dikumpulkan dan diorganisir dalam masing-
masing disiplin tersebut. Ilmu-ilmu berbeda-beda bukan terutama karena obyek material
berbeda, tetapi khususnya karena masing-masing berbeda menurut obyek formalnya (Van
Melsen, 1985).
Ungkapan “ilmu pengetahuan” lazim digunakan yang wacana sehari-hari. Ungkapan ini
digunakan juga dalam memberi nama fakultas di perguruan tinggi. Dalam konteks ini
Suriasumantri (2009) berpendapat bahwa ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh dengan
menerapkan metode keilmuan (metode ilmiah), sehingga ilmu dapat disebut sebagai
pengetahuan ilmiah. Lebih lanjut ia menyatakan bahwa agar tidak terjadi kekacauan antara
pengertian “ilmu (science)” dan pengetahuan (knowledge) maka lebih menguntungkan
apabila kita menggunakan istilah “ilmu” daripada “ilmu pengetahuan”.
Suriasumantri (2010) menyatakan bahwa filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafat
yang hendak menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, baik ditinjau dari sudut ontologi,
epistemologi, dan aksiologi. Telaahan filsafat ilmu dilakukan melalui proses dialektika secara
mendalam (radikal), sistematis, dan spekulatif. Pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat
ilmu menyangkut obyek apa yang ditelaah ilmu (landasan ontologi), bagaimana memperoleh
pengetahuan (landasan epistemologi), dan bagaimana ilmu digunakan (landasan aksiologi).
Aspek ontologi ilmu meliputi bagaimana wujud hakiki dari obyek itu dan hubungan antara
obyek tersebut dengan daya tangkap manusia (berpikir dan mengidera) yang membuahkan
pengetahuan. Aspek epistemologi ilmu mencakup sumber pengetahuan, prosedur menggali
pengetahuan secara ilmiah, kriteria kebenaran ilmiah. Aspek aksiologi ilmu bertalian dengan
kaidah moral dalam penggunaan ilmu.
Filsafat ilmu ialah salah satu cabang filsafat. Sesuai dengan kekhasan filsafat, kajian
filsafat ilmu pun bersifat mendasar, universal, konseptual, dan spekulatif. Kini filsafat ilmu
telah berkembang sebagai suatu ilmu (Latif, 2014), yang mempunyai obyek material
pengetahuan ilmiah (scientific knowledge), dan obyek formal problem-problem mendasar dari
ilmu.
Problem-problem mendasar dari ilmu antara lain: Hakikat ilmu (the nature of science),
metode ilmiah (scientific method), kebenaran ilmiah (scientific truth), penalaran ilmiah
(scientific reasoning), eksplanasi ilmiah (scientific explanation), teori ilmiah (scientific
theory), revolusi pengetahuan ilmiah (scientific revolution), realisme sains (scientific
realism), keterbatasan sains (limitation of science), dan implikasi moral-etis dari aplikasi
pengetahuan ilmiah (social-moral implication of science). Aspek-aspek filsafat ilmu ini
menjadi bahan kajian (subject matter) utama dalam matakuliah filsafat ilmu.
Rujukan