Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERLINDUNGAN DAN PENGHARGAAN TERHADAP GURU

Dosen Pengampu : Laila Khusnah, M.Pd.

DISUSUN OLEH :

1. Winda Dwi Kusumawati : T201710005


2. Dwi Julia Alvionita : T201710010
3. Siti Murroh : T201710026
4. M. Muhyi Setiawan : T201710008

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM

JEMBER

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat taufiq dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “PERLINDUNGAN
DAN PENGHARGAAN TERHADAP GURU”. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang mana telah menjadi suri tauladan bagi kita
semua. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam
penyelesaian tugas ini. Makalah ini kami buat untuk membantu menambah ilmu pengetahuan
kami serta nilai pelajaran kami, khususnya untuk mata kuliah Etika Profesi Keguruan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi salah satu acuan petunjuk atau pedoman bagi
kami khususnya dan pembaca umumnya. Tugas ini tentunya masih jauh dari kata sempurna
oleh karena itu kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun sangat kami harapkan
untuk kesempurnaan makalah ini.

Jember, 30 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................1

A. Latar Belakang ..........................................................................1


B. Rumusan Masalah .....................................................................1
C. Tujuan ......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................2
A. Konsep Umum Perlindungan Guru ............................................2
B. Pengakuan ................................................................................4
C. Penghargaan dan Imbalan ..........................................................5
BAB III PENUTUP ... ....................................................................................8
A. Kesimpulan ...............................................................................8
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Profesi dalam dirinya mengandung pengertian mengenai adanya penyerahan dan
pengabdian penuh pada status jenis pekerjaan yang mengaplikasikan tanggung jawab
pada diri sendiri, masyarakat dan profesi. Seorang profesional bukan hanya bekerja,
melainkan ia tahu mengapa dan untuk apa ian bekerja serta bertanggung jawab apa yang
melekat dalam pekerjaannya1.
Perlindungan hukum guru adalah perlindungan hak-hak guru dalam melaksanakan
profesinya dalam bentuk jaminan pembebasan guru dari tindak kekerasan, ancaman,
perlakuan diskriminatif, intimidasi atau perlakuan yang tidak adil dari pihak peserta
didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, pemerintah dan para pemangku
kepentingan lainnya2.
Pada dasarnya perlindungan dan penghargaan seorang guru masih memiliki banyak
keganjalan, seperti halnya banyak oknum yang masih mementingkan sebuah jabatan di
banding dengan sebuah aturan. Tidak hanya itu banyak sekali masyarakat yang tidak
mengerti bahwa ada hukum yang sudah menetapkan perlindungan dan penghargaan
kepada profesi guru alhasil memunculkan beberapa kasus yang tidak senonoh.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep perlindungan terhadap guru?
2. Bagaimana pengakuan terhadap guru?
3. Bagaimana penghargaan terhadap guru?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang perlindungan terhadap guru
2. Untuk mengetahuitentang pengakuan terhadap guru
3. Untuk mengetahui tentang penghargaan terhadap guru

1
Udin Syaefudin Saud, Pengembangan Profesi Guru (Bandung: Alfabeta,2017), 90
2
Syahrul Mustofa, Mencari Perlindungan Guru (Mataram: Guepedia,2019), 47
1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Umum Perlindungan Guru


1. Landasan Hukum perlindungan guru
Secara filosofis, landasan hukum perlindungan guru adalah Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), dalam
alinea keempat menegaskan tujuan pembentukan Negara Indonesia “melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abaadi dan keadilan
sosial”3.
Guru dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, berhak memperoleh
perlindungan dari Negara dan harus terbebaskan dari segala macam bentuk pelecehan,
kekerasan, diskriminasi, baik dari peserta didik, orang tua, masyarakat maupun
penguasa. Siapapun puhak yang menghambat cita-cita bangsa, tanpa kecuali adalah
“musuh bangsa”.
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan
nasional untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, melalui pemerataan
kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen
pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan
llokal, nasional, dan global yang dilakukan secara terencana, terarah dan
berkesinambungan. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berlimu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Itulah semangat dihadirkannya UU
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, selanjutnya disebut UU
Sisdiknas.

3
Ibid.,9
2
UU Sisdiknas sejarah awal lahirnya perlindungan hokum, perlindungan
profesi, perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja, serta perlindungnan hak
kekayaan intelektual bagi guru yang sebelumnya tidak pernah diatur dalam Undang-
Undang.
Kebijakan ini kemudian diperkuat dengan hadirnya Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen selanjutnya disebut UUGD. UUGD bertujuan
untuk: (1) mengangkat martabat guru dan dosen; (2) menjamin hak dan kewajiban
guru dan dosen; (3) meningkatkan kompetensi guru dan dosen; (4) memajukan profesi
serta karir guru dan dosen; (5) meningkatkan mutu pembelajaran; (6) meningkatkan
mutu pendidikan nasional; (7) mengurangi kesenjangan ketersediaan guru dan dosen
antar daerah dari segi jumlah, mutu, kualifikasi akademik, dan kompetensi; (8)
mengurangi kesenjangan mutu pendidikan antar daerah; (9) meningkatkan pelayanan
pendidikan yang bermutu4.
UUGD juga mengatur tentang perlindungan guru mencakup:
1. Perlindungan Hukum yang mencakup perlindungan terhadap tindak kekerasan,
ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi atau perlakuan tidak adil dari
pihak peserta didik, orang tua eserta didik, masyarakat, birokrasi atau pihak
lain.
2. Perlindungan Profesi yang mencakup perlindungan terhadap pemutusan
hubungan kerja yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
pemeberian imbalan tidak wajar, pembatasan/pelarangan lain yang dapat
menghambat guru dalam melaksanakan tugas.
3. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang mencakup perlindungan
terhadap risiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, bencana alam,
kesehatan lingkungan kerja, dan/atau risiko lain.
4. Perlindungan terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI). Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI menerbitkan Peraturan 10 Tahun 2017 tentang
Perlindungan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang disebut
Permendikbud. Permendikbud ini sebagai petunjuk pelaksanaan perlindungan
guru, diatur mengenai bentuk/jenis bantuan perlindungan terhadap guru, antara
lain; bentuk advokasi nonlitigasi, yaitu konsultasi hokum, mediasi, dan
pemenuhan dan/atau pemulihan hak pendidik dan tenaga kependidikan.
Sehingga dari aspek instrument hukum dalam rangka membentengi guru dari
berbagai tindakan kekerasan, perlakuan yang diskriminatif dan lainnya cukup
lengkap.
Ada empat jenis perlindungan bagi guru yakni: (1) perlindungan hukum; (2)
perlindungan profesi; (3) perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja; (3)
perlindungan profesi; (4) perlindungan Ha katas Kekayaan Intelektual (HaKI/HKI).

4
Ibid.,18
3
2. Tujuan Umum Perlindungan Guru
Secara umum tujuan perlindungan guru:
Pertama, melindungi HAM guru. Meliputi: perlindungan terhadap hak-hak
yang dimiliki oleh guru, baik yang bersifat kodrati maupun hak-hak yang diberikan
oleh Undang-Undang. Contohnya untuk memperoleh kedudukan sama dihadapan
hokum (equality before the law), hak untuk memperoleh akses keadilan hokum (acces
to justice).
Kedua, agar guru dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yakni
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab
Ketiga, menjaga dan mengawal agar harkat dan martabat profesi guru sebagai
profesi yang mulia dan terhormat (officium nobillium) tidak dilecehkan atau dengan
kata lain agar profesi guru tetap dihargai dan dihormati oleh semua pihak.
Keempat, membarikan kepastian, kemanfaatan dan keadilan hokum bagi guru.
Kelima, menjamin keselamatan guru dalam menjalankan profesinya, guru
terbebas dari pelecehan, penghinaan, ancaman, penganiyayaan, baik yang dilakukan
oleh pemerintah maupun masyarakat.
Keenam, menjamin terpenuhinya hak-hak guru, antara lain; hak ekonomi, hak
politik, hak kesehatan, hak keselamatan kerja, hak untuk memperoleh HaKI.
Ketujuh, menjaga agar pelaksanaan pendidikan berjalan sesuai dengan koridor
hokum yang berlaku, memastikan pemenuhan hak dan kewajiban para pihak. Sehingga
perlindungan kepada guru juga pada akhirnya menciptakan keseimbangan dalam
penyelenggaraan pendidikan,, para pihak memiliki proporsi hak dan kewajiban yang
harus ditaati, dan menghindari tindakan yang dapat melanggar hak-hak pihak lain.

B. Pengakuan (Recognition)
Secara sosiologis, kehadiran suatu profesi itu ada dasarnya merupakan suatu fenomena
sosialatau kemasyarakatan. Hal itu berarti bahwa keberadaan suatu profesi di masyarakat
bukan diakui dan di yakini oleh para pengemban profesinya itu semata, justru diakui dan
dirasakan manfaat dan kepentingannya oleh masyarakat yang bersangkutan. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Langfrod (1978:9) berikut.
The members of a profession not only see themselves as members of a
profession but are also seen as a profession by the rest of the community; and recognition
as a profession is desired by its members. They think that they have something of value to
offers to be community; and in recognizing them as a profession the community is
agreeing that this is so.
Untuk berkembangnya peran dan fungsi suatu profesi guru membutuhkan pengakuan dari
bidang-bidang profesi lain yang telah berada di masyarakat, terutama yang wilayah
bidang garapan pelayanannya sangat mirip dab bertautan. Karena itu, para pengemban
suatu profesi seyogianya sangat memahami dan menyadari batas dan keunikan bidang
profesinya serta menghindari sikap aroganis (an antidote for arrogance). Pengakuan dan
penghormatan antar bidang profesi akan tercipta dan terjamin, jika masing-masing

4
pengemban berbagai bidang profesi mematuhi kode etiknya. Dalam banyak hal, perinsip
dasar saling menghormati antar bidang profesi itu justru akan merpakan landasan bagi
terwujudnya kerjasama secara kesejawatan dalam menghadapi dan memecahkan berbagai
permasalahan di masyarakat yang membutuhkan pendekatan secara interdisipliner yang
inklusif interprofesi, sebagaimana halnya dijumpai mengenai permasalahan
kependidikan, kesehatan, kesejahteraan, dan sebagainya. Untuk menjamin kehadiran,
perkembangan dan kemantapan peran dan fungsi suatu profesi itu jugamembutuhkan
adanya pengakuan dan perlindungan hukum dari pemerintah yang bersangkutan. Dalam
berbagai hal terkadang sulit terhindari terjadinya permasalahan keprilakuan atau
kepribadian dan kinerja praktek pelayanan profesi yang dipandang menyimpang atau
melanggar ketentuan-ketentuan kode etik atau norma hukum yang berlaku di masyarakat,
yang berakibat banyak pihak pengguna jasa layanan profesi tertentu yang merasa
dirugikan. Karenanya, tidak jarang terjadi pengaduan secara hukum terhadap para
pengemban profesi tersebut. Untuk melindungi kepentingan semua pihak, dengan
demikian, sangat logis adanya pengakuan resmi pemerintah atas suatu profesi
(jurisdiction).
Suatu profesi dibidang kependidikan, khususnya yang termasuk kategori sebagai guru
atau pengajar hingga saat sekarang ini baik secara nasional (di Indonesia) maupun secara
internasional (di manapun di seluruh dunia), pada dasarnya baru memperoleh pengakuan
(recognition) sebagai jenis kategori profesi bayaran yang diangkat oleh pemerintah atau
lembaga/oerganisasi yang memerlukannya. Dengan demikian, profesi keguruan masih
belum memperoleh pengakuan sebagai suatu profesi yang bersifat mandiri (seperti
notaries, dokter, psikologi, dsb). Secara internasional, pengakuan termasuk telah
dirumuskan dan dinyatakan secara resmi dalam suatu deklarasi resmi Konferensi
Internasional antar Pemerintah yang diselenggarakan oleh UNESCO (PBB) bersama ILO
tertanggal 21 septembar sampai 5 Oktober 1966 di Paris. Namun demikian,
sesungguhnya secara defakto juga peluang kearah itu sudah terbuka dengan mulai
maraknya permintaan pelayanan privat-les dalam berbagai bidang atau mata
pembelajaran tertentu. Hal ini merupakan embrio individual secara professional 5.

C. Penghargaan Dan Imbalan


Secara sosiologi pula, adanya pengakuan (recognition) terhadap suatu profesi itu pada
dasarnya secara implicit mengimpilkasikan adanya penghargaan, meskipun tidak selalu
berarti financial (uang) melainkan dapat juga bahkan terutama mengandung makna status
sosial. Tidak mengerahkan karenanya, banyak warga masyarakat, terutama golongan
menegah, yang memandang bahwa menjadi seorang professional itu merupakan dambaan
yang menjanjikan.
Wujud dan derajat besarnya imbalan sebagai manifestasi dari penghargaan tersebut
ternyata bervariasi, tergantung kepada derajat kepuasan yang dirasakan oleh para
pengguna jasa pelayanan yang bersangkutan. Wujudnya mungkin ada yang hanya berupa
sebuah piagam atau pernyataan terima kasih saja, namun ada juga yang berupa bayaran
financial atau bentuk lainnya. Dalam hal ini jenis bidang pekerjaan kedinasan yang

5
Dedi Supriadi, Mengankat Citra Dan Martabat Guru (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa,1999)
5
diselenggarakan oleh pemerintah (Negara), imbalan pokoknya lazimnya berupa gaji
(salaries) di samping keprofesian (yang lazim disebut sebagai tunjangan keahlian atau
tunjangan jabatan fungsional) yang besarnya sesuai dengan status dan peringkat
jabatannya. Sedangkan dalm hal jenis bidang pekerjaannya merupakan sesuatu yang
bersifat mandiri (independen) seperti notaries, akuntan, pengacara, dokter, dsb. Lazimnya
asosiasi profesi yang bersangkutan dan/atau berdasarkan suatu perjanjian/ kontrak yang
disepakati oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Tenaga professional yang diangkat oleh pemerintah pda dasarnya mengenal batas
waktu pension (akhir masa baktinya), sedangkan sebagai penyandang profesi mandiri
pada dasrnya terbatas sampai semampunya bertugas saja. Jadi meskipun telah menjalani
pension sebagi PNS, seorang pengemban profesi dapat terus menjalani pension sebagai
PNS, seorang pengemban professional dapat terus menjalankan fungsinya sebagai
pelayan masyarakat sepanjang memerlukannya.
Penghargaan dan imbalan yang diperoleh tenaga guru sudah barang tentu sesuai dan
seirama dengan pengakuan terhadap statusnya. Sebagi tenaga yang diangkat (PNS atau
lainnya) mereka memperoleh imbalan gaji seperti pegawai pada umumnya serta
tunjangan jabatan fungsionalnya. Akan tetapi pada umumnya imbalan penghargaan
termaksud hanya diperoleh selama dinas (setelah pension tidak berpraktek seperti profesi
lainnya). Di Negara-negara maju, meskipun status tenaga profesi kependidikan itu
sebagai tenaga bayaran yang diangkat (belum mandiri), masih banyak jenis imbalan lain
yang menunjang kesejahteraan dan pengembangan diri dan kemampuan profesionalnya,
seperti kesempatan belajar atau bekerja di Negara lain (sabtical live) dengan hak imbalan
gaji penuh, dsb.
Berdasarkan Unddang-Undang Guru dan Dosen No, 14 Tahun 2005 pada Bagian
Kedua tentang Hak dan Kewajiban, Pasal 14 disebutkan bahwa, dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan, guru berhak.
1. Memeperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan menjamin
kesejahteraan sosial;
2. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;
3. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan
intelektual;
4. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;
5. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang
kelancaran tugas keprofesionalan;
6. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan,
penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan,
kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan;
7. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamtan dalam melaksanakan tugas
8. Memiliki kebebasab untuk berserikat dalam berorganisasi profesi;
9. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penetuan kebijakan pendidikan;
10. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi
akademik dan kompetensi, dan/atau
11. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.

6
Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum sebagaimana dimaksud dalam
pasal 14 ayat (1) huruf a, meliputi.
1. Gaji pokok
2. Tunjangan yang melekat pada gaji.
3. Penghasilan lain berupa.
a. Tunjangan fungsional.
b. Tunjangan khusus.
c. Maslahat tambahan.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kehadiran suatu profesi itu pada dasarnya merupakan suatu fenomena sosial atau
kemasyarakatan. Hal itu berarti bahwa keberadaan suatu profesi di masayarakat bukan
diakui dan diyakini oleh para pengemban profesinya itu semata, justri diakui dan
dirasakan manfaat dan kepentingannya oleh masayrakat yang bersangkutan.
Pengakuan terhadapa suatu profesi itu pada dasarnya secara implicit mengaplikasikan
adanya penghargaan, meskipun tidak selalu berarti financial (uang) melainkan dapat juga
bahkan terutama mengandung makna status social. Tidak mengherankan karennya,
banyak dari warga masyarakat, terutama golongan menengah, yang memandang bahwa
menjadi seorang professional itu merupakan dambaan yang menjanjikan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Mustofa, Syahrul. 2019. Mencari Pelindungan Guru. Mataram: Guepedia.

Saud, Udin Syaefudin.2017.Pengembangan Profesi Guru.Bandung: Alfabeta.

Supriadi, Dedi.1999.Mengankat Citra Dan Martabat Guru.Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

9
LAMPIRAN

1. Identitas
Sugeng Muslimin.2014.SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN
PROFESI. Edunomic volume 2 no. 1 tahun.2014.
2. Tujuan Penulisan
Tujuan peneliti, untuk memastikan masyarakat mengetahui bahwasanya guru memiliki
pelayanan dengan adanya sertifikasi oleh lembaga terkait.
3. Fakta- Fakta Unik
a. Guru memiliki peranan yang strategis dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan
dan bertanggung jawab terhadap mutu pendidikan.
b. Kualitas rendah guru renda di sebabkan ketidak adanya kesejahteraan guru, yang
kurang di perhatikan oleh sebagian pihak.
c. Pemerintah melaksanakan proram sertifikasi guru (merupakan pengakuan guru
sebagai tenaga profesional) sebagai upaya meningkatkan kualitas guru dengan
tujuan meningkatkan mutu pendidikan.
d. Terdapat dua jalur dalam penetapan sertifikasi yaitu penilaian fortofolio
berdasarkan prioritas masa kerja dan presentasi kerja.
4. Pertanyaan-Pertanyaan Yang Dapat Mucul
a. Bagaimana jika seorang guru dikatakan lulus dan tidak saat sertifikasi?
b. Bagaimana dengan guru ikatan dinas, apakah sertifikasi masih di perlukan?
c. Siapa penilai dalam sertifikasi guru dan bagaimana konsep penilainnya?
d. Perlikah kopetensi guru dalam sertifikasi?
5. Refleksi
Jurnal ini ini memberikan informasi penting mengenai upaya perbaikan mutu
pendidikan yang telah banyak dilakukan. Terutama pada mutu guru, dengan demikian
sertifikasi guru merupakan perlindungan profesi dan peningkatan kesejahteraan guru.
Ini semua akan berdampak terhadap mutu pendidikan karena guru dalam bekerja lebih
senang dan semangat. Semoga pendidikan menjadi maju dan berkualitas.. Sehingga
lebih mudah untuk di pahami oleh siswa.

10

Anda mungkin juga menyukai