Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN TUTORIAL

KASUS II
KEPERAWATAN GERONTIK

Disusun Oleh :

Dosen Pembimbing : Yudi Abdul Majid S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2018/2019
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT karna berkat rahmat dan hidayahnyalah kami semua dapat
menyelesaikan makalah Tutorial Keperawatan Kritis . Kami ucapkan terimakasih kepada
orang tua yang telah memberi motivasi, dan dosen pembimbing yang telah memberi arahan
hingga makalah ini selesai. Semoga apa yang kami tulis dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca makalah.

Palembang, November 2019

Penulis
KASUS TUTORIAL GERONTIK
Seorang perempuan berusia 60 tahun tinggal dipanti werda, mengeluh sakit daerah persendian,
dan sering mengalami kekakuan dan bengkak pada sendi di daerah kaki, otot kaki mengalami
spastic dan terlihat membengkak. Pengkajian didapat tekanan darah 140/90 mmHg, nyeri
sendi skala nyeri 5, disertai bunyi krepitasi pada sendi yang digerakan, sulit berjalan, terlihat
tofus pada sendi pada ekstermitas bawah dextra dan sinistra, kekuatan otot extermitas bawah
dextras dan sinistra 3, terlihat meringis menahan sakit. Berdasarkan hasil pemeriksaan
didapatkan uric acid 8,5 mg/dl, klien mengatakan sudah menapouse sejak usia 58 tahun. Klien
merasakan nyeri bertambah saat malam dan pagi hari, klien hanya mengoleskan balsam pada
bagian yang mengalami nyeri, saat malam hari sering terbangun karena nyeri dan sulit tidur
kembali, klien mengatakan kurang minum, dan menyukai makan jeroan ayam.

1. STEP I – Clarify Unfamiliar Term (Mengklarifikasi Istilah atau Identifikasi Data


Objektif dan Subjektif)
Data subjektif:
1) mengeluh sakit daerah persendian
2) sering mengalami kekakuan
3) sudah menapouse sejak usia 58 tahun
4) Klien merasakan nyeri bertambah saat malam dan pagi hari,
5) klien hanya mengoleskan balsam pada bagian yang mengalami nyeri,
6) saat malam hari sering terbangun karena nyeri dan sulit tidur kembali,
7) klien mengatakan kurang minum,
8) dan menyukai makan jeroan ayam.

data objektif:

1) berusia 60 tahun
2) bengkak pada sendi di daerah kaki,
3) otot kaki mengalami spastic
4) dan terlihat membengkak
5) tekanan darah 140/90 mmHg
6) nyeri sendi skala nyeri 5
7) disertai bunyi krepitasi pada sendi yang digerakan
8) sulit berjalan
9) terlihat tofus pada sendi pada ekstermitas bawah dextra dan sinistra,
10) kekuatan otot extermitas bawah dextras dan sinistra 3,
11) terlihat meringis menahan sakit.
12) Berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan uric acid 8,5 mg/dl

2. STEP II – Define the Problems (Membuat Pertanyaan) 5W1H


1. Apa yang menyebabkan kaki klien mengalami spastic ( ajeng)
2. Bagaimana cara mengatasi nyeri yang muncul pada malam hari( dina)
3. Mengapa nyeri bertambah pada malam dan pagi hari (resty)
4. Mengapa kursng minum dan memakan jeroan merupakan pemicu nyeri yang
dirasakan pasien ( rani)
5. Apa intervensi yang dilakukan pasien tersebut (ulia)
6. Mengapa terdapat bunyi krepitasi pada sendi yang digerakan ? (adit)
7. Berapakah batas normal asam urat yang sebernya?( dwi)
8. Apakah ada hubungan abntara tekanan darah pasien pada asam urat yang
terjadi?(wilda)

Jawaban Sementara
1. Bunyi gemeretak pada sendi saat digerakkan (fera)
2. jika ada obat diminum, dan kompres dingin(es batu)(resty)
Kompres anget kuku, lakukan terapi akupresur, dan terapi aromatik(adit)
Terapi tarik napas dalam (dwi)
Teknik terapi pengakihan, posisi kaki ditinggikan atau sangga dengan
bantal(rani)
3. karena pada malam haru suhu tubuh rendah dan ketika tidur kekerangan oksigen
sehingga bisa menyebabkan asam urat pasien kambuh(wilda)
Faktor usia beriko untuk asam urat osteoatritis wanita lebih rentan terkena dari
pada laki-laki, adanya aktivitas fisik (mengalami penekanan pada titik tertentu
mis, nyeri) (fera)
4. jarang bak sehingga urin tidak bisa dikeluarkan dan menumpuk pada tubuh
(ester)

5. dapat dilakukan diet rendah purin seperti sayuran hijau, kacang dan banyak
minum air putih(ajeng)
Kompres hangat(rani)
Beraktivitas fisik dengan berolahraga (fera)
6. kripitasi disebabkan adanya hilangnya tulang rawan (ulia)
7. normal
Perempuan 6ml/dl
Laki-laki 7ml/dl (ulia)
2,4- 6
3,4-7 (dina)
8. ada hubungan karena hipertensi terjadi dari volume darah yang meningkat yang
disebabkan karena tertahannya air dalam darah akibat gagalnya air terserap oleh
ginjal untuk dikeluarkan oleh urin(resty)

3. STEP III – Brainstorm Possible Hyootesis (menjawab pertanyaan berdasarkan


sumber)
NO Pertanyaan Jawaban Menurut Sumber
P Apa yang menyebabkan kaki klien Bunyi gemeretak pada sendi saat
mengalami spastic ? ( ajeng) digerakkan disebut sebagai krepitasi.
Beberapa krepitasi pada sendi dapat
disebabkan karena pelepasan
gelembung nitrogen di dalam cairan
sendi.
Spastic adalah suatu keadaan dimana
tonus otot lebih tinggi dari normal.
Bersifat atau ditandai dengan otot-
otot kaku dan gerakkan kaku.
Sumber :
Dr. Natasya Kurniawan. 2018
Kamus Kedokteran Doran. 2005
Waluyo,ST. 2010. Pengaruh Mobilisasi
Trunk Terhadap Penurunan Spastisitas
pada Cerbral Palsy Spastik Diplegi.
Jurnal Pena. Volume 19, Nomor 1.
September.

Bagaimana cara mengatasi nyeri  Memberikan colchicine selama

yang muncul pada malam pristiwa akut untuk mengurangi


respon peradangan akibat deposit
hari(dina)
asam urat. Ini akan membantu
mengurangi sakit.
 Memberikan NSAID untuk
mengurangi peradangan guna
membantu menghilangkan rasa sakit.
 Kompres air hangat dengan air
rendaman jahe
Sumber :
Purnamasari, dkk. 2015. Kompres Air
Rendaman Jahe dapat Menurunkan
Nyeri pada Lansia dengan Asam Urat di
Desa Cengkalsewu Kecamatan Sukolilo
Kabupaten Pati. Cendekia Utama. Jurnal
Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat.
STIKes Cendikia Utama Kudus. Volume
1, Nomor 4, Oktober. ISSN : 2252-8865

Bagaimana cara mengatasi Serangan asam urat akut terjadi dua


nyeri yang muncul pada malam kali lebih sering pada malam hari,
hari?( dina) dari pada siang hari. Hal ini diduga
ada kaitannya dengan suhu tubuh.
Suhu inti tubuh akan menurun secara
alami ketika mulai memejamkan
mata dan berusaha tidur di malam
hari. Pada saat bersamaan, kristal-
kristal asam urat dalam tubuh justru
semakin terbentuk dan menempel
pada persendian. Semakin banyak
kristal asam urat yang terbentuk,
maka semakin besar pula resiko
asam urat kambuh pada malam hari.
Lambat laun akan terbangun dengan
rasa nyeri dan panas disekitar
persendian.
Sumber :
Choi, dkk. 2015. Nocturnal Risk of Gout
Attacks. American College of
Rheumatology. Volume 67, Nomor
2, February

Mengapa kurang minum dan Pengaruh asupan cairan terhadap kadar


memakan jeroan merupakan asam urat secara statistik tidak bermakna
pemicu nyeri yang dirasakan (p0,05). Hal ini bertentangan dengan
pasien? (rani) teori. Manusia memenuhi kebutuhan air
dari luar tubuh melalui minuman dan
makanan, minuman memiliki kontribusi
tertinggi dalam pemenuhan kebutuhan
air pada tubuh manusia. Pada penelitian
ini secara statistik tidak menunjukan
adanya hubungan antara asupan cairan
dengan kadar asam urat, walaupan secara
uji statistik cairan terhadap asam urat
tidak bermakna. Ditemukan 2 orang
subjek dengan konsumsi purin dalam
jumlah yang sama, IMT hampir sama
sedangkan asupan cairan mereka berbeda
hasilnya yang mengkonsumsi cairan
lebih dari 200ml kadar asam uratnya
rendah, subjek lainnya yang
mengkonsumsi cairan rendah 1500ml
mempunyai kadar asam urat tinggi kadar
asam urat di pengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya yang berpengaruh
adalah pola makan, terutama konsumsi
makan tinggi zat purin, konsumsi purin
terbilang rendah dan juga konsumsi
cairan cukup menyebabkan kadar asam
urat sebagian besar normal.
Sumber :
Diantari dan Aryu Candra. 2013.
Pengaruh Asupan Purin dan Cairan
Terhadap Kadar Asam Urat Wanita
Usia 50-60 Tahun di Kecamatan
Gajah Mungkur Semarang. Journal
of Nutrition College. Volume 2,
Nomor 1
Q

Apa Intervensi yang dilakukan Intervensi Keperawatan pasien pad kasus :


pasien tersebut? (ulia)  Minta pasien untuk minum 3 liter cairan
setiap hari untuk menghindari kristalisasi
asam urat di dalam ginjal. Meningkatkan
cairan membantu meluruhkan asam urat
melalui ginjal.
 Monitor kadar asam urat di dalam serum
 Membantu posisi untuk kenyamanan
 Hindari menyentuh sendi yang radang.
Mungkin harus menjauhkan pakaian linen
dari area
 Jelaskan ke pasien :
 Makanan mana yang tinggi protein
purin kalkun, jeroan, ikan sarden,
smelt, mackerel, ikan hering kecil,
ikan hering, lemak babi
 Hindari alcohol, yang menghalangi
ginjal mengeluarkan asam urat.
Sumber :
DiGiulio, dkk. 2014. Buku Keperawatan
Medical Bedah. Rapha
Publishing. Kotanyo, Yogyakarta.

Mengapa terdapat bunyi krepitasi


Krepitasi atau suara gemertak pada
pada sendi yang digerakan ? (adit)
sendi, kripitasi disebabkan oleh
hilangnya tulang rawan, kontraktur
kapsul dan kelamahan otot.
Sumber :
Putra Aswedi, dkk. 2018. Gambaran
Klinis Osteoarthritis Primer pada
Usia 40-60 pada Laki-laki dan
Perempuan di RSUD DR. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal
Ilmu Kedokteran dan Kesehatan.
Volume 5, Nomor 3, Juli.

Berapakah batas normal asam


urat yang sebernya?( dwi)

Secara teori menjelaskan hubungan


Apakah ada hubungan antara
hiperurisemia dengan hipertensi,
tekanan darah pasien pada
hipertensi akan berakhir dalam
asam urat yang terjadi?(wilda)
penyakit mikrovaskuler dengan hasil
akhirnya berupa iskemi jaringan
yang akan meningkatkan sintesis
asam urat melalui degradasi ATP
menjadi adenine dan xantin. Peneliti
lain menyimpulkan bahwa
peningkatan tekanan darah akan
menyebabkan iskemi. Hiperurisemia
yang berlangsung lama dapat
menyebabkan penyakit ginjal kronis
dengan perubahan tubuler. Pada
hewan percobaan dengan
hiperurisemia ringan, hipertensi
terjadi setelah beberapa minggu.
Sumber :
Mansur, dkk. 2015. Hubungan Antara
Kadar Asam Urat Dengan Tekanan
Darah pada Mahasiswa Pria
Obesitas Sentral Fakultas
Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado. Jurnal e-Clinic
(eCI). Volume 3, Nomor 1. Januari-
Apri.
4. Step IV Main Mapping/Pathway

Trauma intrinsik Proses penuaan

Ekstrinsik

Perubahan komponen sendi : Perubahan fungsi


- Kolagen Proses degeneratif
sendi
- Progteogtikasi
- Jaringan sub kondrial
Deformitas sendi
Kurang kemampuan
Mengingat

Perubahan metabolisme mobilitas


sendi Kesalahan Fisik, hambatan
interpretasi

Kerusakan matrik
Kartilago
Kurang pengetahuan Hipertopi

Penebalan tulang sendi Distensi cairan

Nyeri akut
Penyempitan rongga
sendi

Penurunan kekuatan

Keletihan

Intoleransi aktivitas
5. Step V Defining Learning Objectives (LO/ Merumuskan Tujuan Pembelajaran
1) Memahami konsep Osteoartritis pada lansia
A. DEFINISI

Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia
lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada
usia diatas 60 tahun.

Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis


(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan
dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne,
2002 hal 1087)

Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang


menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit
ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia
di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan
frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).

Penyakit Sendi Degeneratif (osteoarthritis) adalah penyakit kerusakan tulang


rawan sendi yang berkembang lambat dan penyebabnya belum diketahui (Kalim,
IPD,1997). Atau gangguan pada sendi yang bergerak ( Price & Wilson,1995).
Osteoarthritis yang juga dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau
osteoarthritis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling
sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas).
Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) osteoartritis
merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang dapat digerakkan,
terutama sendi penumpu badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa
buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial
dan tepi-tepi tulang yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan
biokimia, metabolisme, fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan hialin
rawan, jaringan subkondrial dan jaringan tulang yang membentuk persendian. (R.
Boedhi Darmojo & Martono Hadi ,1999)
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :

1. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan
dengan osteoartritis
2. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur
(Long, C Barbara, 1996 hal 336)

B. ETIOLOGI

Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa
faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :

1. Umur.

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang
terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada
umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.

Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur
dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk
pigmen yang berwarna kuning.

2. Jenis Kelamin.

Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering
terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan
dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita
tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada
pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.

3. Genetic

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari
seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat
dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya
perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak
perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan
pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita, hanya
salah satu dari orang tuanya yang terkena.

4. Suku.

Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat


perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih
jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis
lebih sering dijumpai pada orang – orang Amerika asli dari pada orang kulit putih.

Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada
frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.

5. Kegemukan

Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata
tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi
juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).

6. Cedera sendi, pekerjaan dan olah raga (trauma)


Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.
7. Kepadatan tulang dan pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi
melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang
harus dikandungnya.
8. Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran
sinovial dan sel-sel radang.

9. Joint Mallignment

Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan
membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil / seimbang sehingga
mempercepat proses degenerasi.
10. Penyakit endokrin

Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang


berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan
sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan
menyebabkan produksi proteaglikan menurun.

11. Deposit pada rawan sendi

Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat


mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal
monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.

C. PATOFISIOLOGI
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang,
dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi
mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru
pada bagian tepi sendi.
Osteoarthritis dapat dianggap sebagai hasil akhir banyak proses patologi yang
menyatu menjadi suatu predisposisi penyakit yang menyeluruh. Osteoarthritis
mengenai kartiloago artikuler, tulang subkondrium ( lempeng tulang yang menyangga
kartilago artikuler) serta sinovium dan menyebabkan keadaan campuran dari proses
degenerasi, inflamasi, serta perbaikan. Proses degeneratif dasar dalam sendi telah
berkembang luas hingga sudah berada diluar pandangan bahwa penyakit tersebut
hanya semata-mata proses “aus akibat pemakaian” yang berhubungan dengan
penuaaan.
Faktor resiko bagi osteoarthritis mencakup usia, jenis kelamin wanita,
predisposisi genetic, obesitas, stress mekanik sendi,trauma sendi, kelainan sendi atau
tulang yang dialami sebelumnya, dan riwayat penyakit inflamasi, endokrin serta
metabolik. Unsur herediter osteoarthritis yang dikenal sebagai nodal generalized
osteoarthritis ( yang mengenal tiga atau lebih kelompoksendi) telah dikomfirmasikan.
Tipe osteoarthritis ini meliputi proses inflamasi primer. Wanita pascamenopause
dalam keluarga yang sama ternyata memiliki tipe osteoarthritis pada tangan yang
ditandai dengan timbulnya nodus pada sendi interfalang distal dan proksimal tangan.
Gangguan congenital dan perkembangan pada koksa sudah diketahui benar
sebagai predisposisi dalam diri seseorang untuk mengalami osteartritis koksa.
Gangguan ini mencakup sublokasi-dislokasi congenital sendi koksa,displasia,
asetabulum, penyakit Legg-Calve-Perthes dan pergeseran epifise kaput femoris.
Obesitas memiliki kaitan dengan osteoarthritis sendi lutut pada wanita. Meskipun
keadaan ini mungkin terjadi akibat stress mekanik tambahan, dan ketidaksejajaran
sendi lulut terhadap bagian tubuh lainnya karena diameter paha, namun obesitas dapat
memberikan efek metabolik langsung pada kartilago. Secara mekanis,obesitas
dianggap meningkatkan gaya sendi dan arena itu menyebabkan generasi kartilago.
Teori faktor metabolik yang berkaitan dengan dan menyebabkan osteoarthritis.
Obesitas akan disertai dengan peningkatan masa tulang subkondrium yang dapat
menimbulkan kekakuan pada tulang sehingga menjadi kurang lentur terhadap dampak
beban muatan yang akan mentrasmisikan lebih besar gaya pada kartilago artikuler
yang melapisi atasnya dan dengan demikian memuat tulang tersebut lebih rentan
terhadap cidera.
Faktor-faktor mekanis seperti trauma sendi, aktivitas olahraga dan pekerjaan
juga turut terlibat. Factor-faktor ini mencakup kerusakan pada ligamentum krusiatum
dan robekan menikus, aktivitas fisik yang berat dan kebiasaan sering berlutut.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang
merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress
biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya
polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga
mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah
sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna

Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-


peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan
penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang
bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau
adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang
rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan
rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi
atau nodulus. ( Soeparman ,1995)
D.MANIFESTASI KLINIK

Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama
waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku,
kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada
pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya
berjalan.

Nyeri pada osteoarthritis disebabkan oeh inflamasi sinova,peregangan kapsula


dan ligamentum sendi, iritasi ujung-ujung saraf dalam periosteum akibat pertumbuhan
osteofit, mikrofraktur, trabekulum, hipertensi intraoseus, bursitis, tendonitis, dan
spasme otot. Gangguan fungsional disebabkan oleh rasa nyeri ketika sendi digerakkan
dan keterbatasan gerakan yang terjadi akibat perubahan structural dalam sendi.
Meskipun osteoarthritis terjadi paling sering pada sendi penyokong berat badan (
panggul, lutut, servikal, dan tulag belakang), sendi tengah dan ujung jari juga sering
terkena. Mungkin ada nodus tulanh yang khas, pada inspeksi dan palpasi ini biasanya
tidak ada nyeri, kecuali ada inflamasi.
Gejala khas pada penderita OA :

1. Rasa nyeri pada sendi

Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila


sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.

2. Kekakuan dan keterbatasan gerak

Biasanya akan berlangsung 15 - 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat
memulai kegiatan fisik.

3. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang
sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang
semua ini akan menimbulkan rasa nyeri.
4. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan
berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan
penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya
berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada
osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan
tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum
dapat diketahui penyebabnya.
5. Pembengkakan Sendi

Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan


dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.

6. Deformitas

Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.

7. Gangguan Fungsi

Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

E. KOMPLIKASI

1. Gangguan/kesulitan gerak
2. Kelumpuhan yang menurunkan kualitas hidup penderita.
3. Resiko jatuh
4. Patah tulang

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Sinar-X.
Gambar sinar X pada engsel akan menunjukkan perubahan yang terjadi pada tulang
seperti pecahnya tulang rawan.
2. Tes darah.
Tes darah akan membantu memberi informasi untuk memeriksa rematik.
3. Analisa cairan engsel
Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk kemudian
diketahui apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok atau infeksi.
4. Artroskopi
Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan engsel tulang.
Dokter akan mengamati ketidaknormalan yang terjadi.
5. Foto Rontgent
Foto rintgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai
penyempitan rongga sendi
6. Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal

G. PENATALAKSANAAN

1. Medikamentosa

Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis,
oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk
mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan.
Obat-obat anti inflamasinon steroid (OAINS) bekerja sebagai analgetik dan
sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau
menghentikan proses patologis osteoartritis.

a. Analgesic yang dapatdipakai adalah asetaminofen dosis 2,6-4,9 g/hari atau


profoksifen HCL. Asam salisilat juga cukup efektif namun perhatikan efek
samping pada saluran cerna dan ginjal
b. Jika tidak berpengaruh, atau tidak dapat peradangan maka OAINS seperti
fenofrofin, piroksikam,ibuprofen dapat digunakan. Dosis untuk osteoarthritis
biasanya ½-1/3 dosis penuh untuk arthritis rematoid. Karena pemakaian
biasanya untuk jangka panjang, efek samping utama adalahganggauan mukosa
lambung dan gangguan faal ginjal.
c. Injeksi cortisone.
Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid pada engsel yang mempu mengurangi
nyeri/ngilu.
d. Suplementasi-visco.
Tindakan ini berupa injeksi turunan asam hyluronik yang akan mengurangi
nyeri pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya dilakukan jika osteoarhtritis pada
lutut.
2. Perlindungan sendi

Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang


kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu
diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).

3. Diet

Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali
dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.

4. Dukungan psikososial

Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya


yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien
ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain
turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk
memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.

5. Persoalan Seksual

Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada


tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari
dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.

6. Fisioterapi

Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi


pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas
yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan.
Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan
dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti
Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi
dari pancuran panas.

Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat


otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometrik lebih
baik dari pada isotonik karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan
sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena
berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot
periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari
beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.

7. Operasi

Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi


yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang
dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau
ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan
sendi, pebersihan osteofit.

a. Penggantian engsel (artroplasti).


Engsel yang rusak akan diangkat dan diganti dengan alat yang terbuat dari
plastik atau metal yang disebut prostesis.
b. Pembersihan sambungan (debridemen).
Dokter bedah tulang akan mengangkat serpihan tulang rawan yang rusak dan
mengganggu pergerakan yang menyebabkan nyeri saat tulang bergerak.
c. Penataan tulang.
Opsi ini diambil untuk osteoatritis pada anak dan remaja. Penataan dilakukan
agar sambungan/engsel tidak menerima beban saat bergerak.
8. Terapi konservatif
Terapi Konservatif mencakup penggunaan kompres hangat, penurunan berat
badan, upaya untuk menhistirahatkan sendi serta menghindari penggunaan sendi
yang berlebihan pemakaian alat-alat ortotail. Untuk menyangga sendi yang
mengalami inflamasi ( bidai penopang) dan latihan isometric serta postural.
Terapi okupasioanl dan fisioterapi dapat membantu pasien untuk mengadopsi
strategi penangan mandiri.

H. PROGNOSIS
Umumnya baik, sebagian besar nyeri dapat diatasi dengan obat-obat konservatif.
Hanya kasus-kasus berat yang memerlukan operasi.
I. PENCEGAHAN
Untuk mencegah osteoarthritis, lakukan hal-hal berikut:
1. Konsumsi makanan sehat seperti buah-buahan, sayur dan kacang-kacangan.
2. Minum obat yang direkomendasikan dokter.
3. Pertimbangkan untuk menggunakan alat bantu saat beraktivitas untuk mengurangi
bahaya.
4. Jaga gerakan yang dapat menyebabkan cidera tulang.
5. Jika mengangkat benda, usahakan beban terbagi merata pada seluruh sambungan
tulang.
6. Pilih sepatu yang tepat.
7. Ketahui batas kemampuan gerakan dan kemampuan mengangkat beban.
8. Teknik relaksasi juga dapat membantu, seperti mengambil napas dalam dan
hipnosis.

2) Asuhan keperawatan pada lansia dengan kasus Osteoartritis pada lansia

PENGKAJIAN

1. Aktivitas/Istirahat
Gejala:
a. Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress pada sendi :
kekakuan pada pagi hari.

b. Keletihan
c. Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi
dan otot.
Tanda:
a. Malaise
b. Keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur atau kelainan pada
sendi dan otot
2. Kardiovaskuler

Gejala : Jantung cepat, tekanan darah menurun

Tanda : Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
3. Integritas Ego

a. Faktor-faktor stress akut atau kronis : Misalnya finansial, pekerjaan,


ketidakmampuan, factor-faktor hubungan
b. Keputusasaan dan ketidak berdayaan
c. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya ketergantungan
pada orang lain

4. Makanan Atau Cairan


a. Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat :
mual.
b. Anoreksia
c. Kesulitan untuk mengunyah
d. Kekeringan pada membran mukosa

5. Higiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan pada orang
lain.

6. Neurosensori
Gejala: kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan
Tanda: Pembengkakan sendi
7. Nyeri / Kenyamanan
a. Fase akut dari nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan jaringan
lunak pada sendi).
b. Terasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pada pagi hari).
8. Keamanan
a. Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
b. Kekeringan pada mata dan membran mukosa
c. Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus
d. Lesi kulit, ulkas kaki
e. Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
f. Demam ringan menetap
g. Kekeringan pada mata dan membran mukosa
9. Interaksi Sosial
Gejala: kerusakan interaksi dan keluarga / orang lsin : perubahan peran: isolasi

10. Penyuluhan/Pembelajaran

a. Riwayat rematik pada keluarga


b. Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan penyakit tanpa pengujian
c. Riwayat perikarditis, lesi tepi katup. Fibrosis pulmonal, pkeuritis.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik


2. Hambatan berjalan berhubungan dengan gangguan muskuloskeletas
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kuranganya pemahaman/ meningkat
kesalahan interpretasi informasi
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
2. Mobilitas fisik , hambatan berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot
INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN DAN KTERTERIA INTERVENSI


KEPERAWATN HASIL KEPERAWATAN
(Nursing Outcome) (Nursing Intervention
classiaction)
Label: Toleransi aktivitas Daya Label : Terapi Aktivitas
1.Intoleransi aktivitas Tahan 1. Bantu klien untuk
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan mengeksplorasi tujuan
imobilitas keperawatan selama 1x24 jam personal dari aktivitas-
diharapakan pasien dapat aktivitas yang dilakukan
menyelesaikan aktivitas (misalnya,bekerja) dan
kehidupan sehari-hari yang aktivitas-aktivitas yang
dilakuakan disukai
Kriteria hasil : 2. Bantu dengan aktivitas
INDIKATOR A T fisik secara teratur
1.Melakukan 2 5 (misalnya,
aktivitas 2 5 ambulansi,transfer/
rutin berpindah, berputar dan
2.Aktivitas fisik 2 5 kebersihan diri), sesuai
3.Daya tahan otot kebutuhan
4.Konsentrasi 2 5 3. Ciptakan lingkungan
5.Pemulihan yang aman untuk
energi setelah 2 5 melakukan pergerakan
istirahat otot secara berkala sesui
dengan indikasi
Keterangan : 4. Tingkatkan keterlibatan
1.Sangat terganggu dalam aktivitas rekreasi
2. Banyak terganggu dan deversional yang
3.Cukup terganggu bertujuan untuk
4.Sedikit terganggu mengurangi kecemasan
5.Tidak terganggu (misalnya,aktivitas
relegius tertentu) untuk
klien dimensia, dengan
cara yang tepat
5. Bantu klien dan keluarga
memantau
perkembangan klien
terhadap pencapaian
tujuan ( yang
diharapkan)

Diagnoa TUJUAN DAN KTERTERIA INTERVENSI


keperawatan HASIL KEPERAWATAN
(Nursing Outcome) (Nursing Intervention
classiaction)
2.Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Cardiac care
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24
kurangnya pemahaman/ jam, pasien diharapkan 1. Kaji tanda-tanda awal
mengingat kesalahan dapat seimbang (normal). hipotermia dan
interpretasi informasi Kriteria Hasil : hipertermia

INDIKATOR A T 2. Untuk orang dewasa,


1. gaya hidup 2 4 lakukan pemeriksaan
yang suhu oral
konsisten
dengan 2 4 3. Regulai suhu pantau dan
mobilitas laporkan tanda atau
dan atau gejala hipotermia serta
pembatasan 2 4 hipertermia
aktivitas.
2 4 4. Sesuaikan suhu
lingkungan untuk
2. Penurunan kebutuhan pasien
suhu tubuh
5. Monitor suhu dan warna
3.Hipertermia kulit

4.Hipotermia

Keterangan :
1.gangguan ekstrim
2.berat
3.sedang
4.ringan
5.tidak ada gangguan

Diagnoa TUJUAN DAN KTERTERIA INTERVENSI


keperawatan HASIL KEPERAWATAN
(Nursing Outcome) (Nursing Intervention
classiaction)
3.Nyeri akut Label: Tingkat Nyeri Label : Manajemen nyeri
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian
Agen cidera fisik keperawatan selama 1x24 jam, nyeri komperhensif yang
pasien diharapkan berkurangnya meliputi lokasi,
rasa nyeri(normal). karakteristik,onset/durasi,
Kriteria Hasil : frekuansi,kualitas,
intesitas, atau beratnya
INDIKATOR A T nyeri dan faktor pencetus
1.Nyeri yang 2 5 2. Bantu keluarga dalam
dilaporkan mencari dan
2. Panjangnya 2 5 menyediakan dukungan
episode nyeri 3. Berikan informasi
3. Ekspresi nyeri 2 5 mengenai nyeri, seperti
wajah penyebab nyeri, beberapa
4.Mengerang dan 2 5 lama nyeri akan
menangis dirasakan, dan antisipasi
5.Tidak bisa 2 5 dari ketidaknyamanan
beristirahat akibat prosedur
6.Ketegangan otot 2 5 4. Ajarkan prinsip-prinsip
nyeri
5. Dukung istirahat/ tidur
Keterangan : yang adekuat untuk
1.berat membantu penurunan
2.cukup berat nyeri
3.sedang 6. Ajarkan penggunaan
4.ringan teknik non farmakologi
5.tidak ada (seperti biofeedback,
TENS,hyponosis,
relaksasi, bimbingan
antisipatif,terapi musik,
terapi bermain, terapi
aktivitas,akupresur,
aplikasi panas/dingin
dengan pijatan, sebelum
,sesudah dan jika
memungkinkan, ketika
melakukan aktivitas yang
menimbulkan nyeri;
sebelum nyeri terjadi
atau menngkat; dan
bersamaan dengan
tindakan penurunan rasa
nyari lainnya

Diagnose TUJUAN DAN KTERTERIA INTERVENSI


keperawatan HASIL KEPERAWATAN
(Nursing Outcome) (Nursing Intervention
classiaction)
4. Mobilitas fisik , Label : Pergerakan Label : terapi latihan :
hambatan berhubungan Setelah dilakukan tindakan peningkatan latihan
dengan deformitas keperawatan selama 1x24 jam, 1. Gali hambatan untuk
skeletal, nyeri, diharapkan keterbatasan pada melakukan latihan
2.
ketidaknyamanan, pergeraakan fisik tubuh atau satu
3. Regulai suhu pantau dan
penurunan kekuatan otot atau lebih ekstermitas secara
laporkan tanda atau
mandiri dan terarah.
gejala hipotermia serta
Kriteria Hasil :
hipertermia

INDIKATOR A T 4. Sesuaikan suhu


1.keseimbangan 2 4 lingkungan untuk
2.cara berjalan 2 4 kebutuhan pasien
3. gerakan otot 2 4
4.gerakan sendi 2 4 5. Monitor suhu dan warna
5.kinerja 2 4 kulit
pengaturan tubuh
6. berjalan 2 4
Keterangan :
1.sangat terganggu
2.banyak terganggu
3.cukup tergangu
4.sedikit terganggu
5.tidak terganggu
DAFTAR PUSTAKA

Amelio, P., & Isaiya, G, C. (2015). Male osteoporosis in elderly. International Journal of
Endocrinology. Vol. 15 (9)
Arenson, C., et al. (2009). Reichel’s care of the elderly. (6th Ed). United States: Cambridge
University Press.
Arthritis Care. (2016). Understanding Arthritis. London: Arthritis Care retrieved by
https://www.arthritiscare.org.uk/assets/000/001/820/Understanding_FINAL_100516_
web_original.pdf?1502875508 on Monday, 16 April 2018.
Arthritis Research UK. (2011). Clinical assessment of the musculoskeletal system: A
guide for
medical students and healthcare professionals. Registered Charity England
and Wales
No. 207711, ISBN 978 1 901815 17 7.
Berg, K., Wood-Dauphinee, S., Williams, J. L., and Maki, B. Measuring balance in the
elderly: Validation of an instrument. Can. J. Pub. Health, July/August supplement
2:S7-11, 1992
Cary, M. and Lyder, C. H. (2011). Geriatric assessment: Essential skills for nurses.
American Nurses Today [July, 2011] Vol. 6 No. 7
CDC. (2017). Assessment timed up & go (TUG). Retrieved from www.cdc.gov/steadi
Colón, C. J., Molina-Vicenty, I. L., Frontera-Rodríguez, M., García-Ferré, A., Rivera, B. P.,
Cintrón-Vélez, G., & Frontera-Rodríguez, S. (2018). Muscle and Bone Mass Loss in
the Elderly Population: Advances in diagnosis and treatment (Vol. 3). doi:
10.7150/jbm.23390
Fillit, H., Rockwood, K., & Young, J. (2017). Brocklehurst's textbook of geriatric medicine
and gerontology (8th ed., p. 120). Philadelphia: Elsevier.
Herdman, T., & Kamitsuru, S. (2014). NANDA international nursing diagnoses: Definitions
& classification, 2015–2017. Oxford: Wiley Blackwell.
Kurnianto, D. (2015). Menjaga kesehatan usia lanjut. Jurnal Olahraga Prestasi. 11 (2): 19-30
Marquis, D., Foreman, Milisen, K., & Fulmer, T. (2010). Critical care nursing of older
adults: Best Practices. New York: Springer Publishing Company, LLC
Mauk, K. L. (2006). Gerontological nursing: Competencies for care. London: Jones and
Bartlett Publishers, Inc.
Miller, C.A. (2012). Nursing for wellness in older adults: Theory and practice. (6th Ed).
Philadephia: Wolters Kluwer / Lippincott Williams & Wilkins.

Phelan, E., Mahoney, J., Voit, J., & Stevens A, J. (2016). Assessment and management of
fall risk in primary care settings. Diakses pada
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4707663/
Pusdatin Kemenkes RI. (2015). Data dan kondisi penyakit osteoporosis di indonesia.
Jakarta:
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Ragab, G., Elshahaly, M., & Bardin, T. (2017). Gout: An old disease in new perspective –
A
review. Journal of Advanced Research. Vol. 8 (5) p. 495-511
Stanley & Beare, P G. (2007). Gerontological nursing: A health promotion or protection
Approach. Philadephia: Lippincott Williams & Wilkins.
Stanley, M. & Beare, P. G. (2007). Buku ajar keperawatan gerontik. Edisi 2. Terj. Nety
Juniarti & Sari Kurnianingsih. Jakarta: EGC.
Sihombing, I., Wangko S., & Kalanggi, S, J. (2012). Peran estrogen pada remodeling
tulang.
Jurnal Biomedik. Vol 4 (3)
Tabloski, P. (2014). Gerontological nursing third edition. USA: Pearson.
Touhy, T.A., & Jett, K. (2014). Ebersole and hess: Gerontological nursing and
healthy aging. USA: Elsevier Mosby.

Anda mungkin juga menyukai