Anda di halaman 1dari 8

FILSAFAT ILMU

MODEL BERPIKIR FILSAFAT


UNTUK PENGEMBANGAN DAN APLIKASI
ILMU KEPERAWATAN

I. PENDAHULUAN
A.Pengertian Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia dan philoshophos. Menurut bentuk kata,
philosophia diambil dari kata philos dan shopia atau philos dan sophos. Philos berarti cinta
dan shopia atau shopos berarti kebijaksanaan, pengetahuan, dan hikmah. Dalam pengertian
ini seseorang dapat disebut telah berfilsafat apabila seluruh ucapannya dan perilakunya
mengandung makna dan ciri sebagai orang yang cinta terhadap kebijaksanaan, terhadap
pengetahuan dan terhadap hikmah.Pada awalnya, kata sofia lebih sering diartikan sebagai
kemahiran dan kecakapan dalam suatu pekerjaan, seperti perdagangan dan pelayaran. Dalam
perkembangan selanjutnya, makna dari kata kemahiran ini lebih dikhususkan lagi untuk
kecakapan di bidang sya’ir dan musik. Makna ini kemudian berkembang lagi kepada jenis
pengetahuan yang dapat mengantarkan manusia untuk mengetahui kebenaran murni. Sofia
dalam arti yang terakhir ini, kemudian dirumuskan oleh Pythagoras bahwa hanya Dzat Maha
Tinggi (Allah) yang mampu melakukannya. Oleh karena itu, manusia hanya dapat sampai
pada sifat “pencipta kebijaksanaan”. Pythagoras menyatakan: “cukup seorang menjadi mulia
ketika ia menginginkan hikmah dan berusaha untuk mencapainya.” Harun Hadiwijono
berpendapat bahwa filsafat diambil dari bahasa Yunani, filosofia. Struktur katanya berasal
dari kata filosofien yang berarti mencintai kebijaksanaan. Dalam arti itu, menurut Hadiwijono
filsafat mengandung arti sejumlah gagasan yang penuh kebijaksanaan. Artinya, seseorang
dapat disebut berfilsafat ketika ia aktif memperoleh kebijaksanaan. Kata filsafat dalam
pengertian ini lebih memperoleh kebijaksanaan. Kata filsafat dalam pengertian ini lebih
berarti sebagai “Himbauan kepada kebijaksanaan”. Harun Nasution beranggapan bahwa kata
filsafat bukan berasal dari struktur kata Philos dan shopia, philos dan shophos atau filosofen.
Tetapi kata filsafat berasal dari bahasa Yunani yang struktur katanya berasal dari kata philien
dalam arti cinta dan shofos dalam arti wisdom. Orang Arab menurut Harun memindahkan
kata Philosophia ke dalam bahasa mereka dengan menyesuaikan tabi’at susunan kata-kata
bahasa Arab, yaitu filsafat dengan pola (wajan) fa’lala, fa’lalah, dan fi’la. Berdasarkan wajan
itu, maka penyebutan kata filsafat dalam bentuk kata benda seharusnya disebut falsafat atau
Filsaf. Harun lebih lanjut menyatakan bahwa kata filsafat yang banyak dipakai oleh
masyarakat Indonesia, sebenarnya bukan murni berasal dari bahasa Arab sama seperti tidak
murninya kata filsafat terambil dari bahasa Barat, philosophy. Harun justru membuat
kompromi bahwa filsafat terambil dari dua bahasa, yaitu Fil diambil dari bahasa Inggris dan
Safah dari bahasa Arab. Sehingga kata filsafat, adalah gabungan antara bahasa Inggris dan
Arab. Berfilsafat artinya berpikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada
tradisi, dogma serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar
persoalannya. Atas dasar itu, maka menurut Harun, secara etimologi filsafat dapat
didefinisikan sebagai:
1.Pengetahuan tentang hikmah
2.Pengetahuan tentang prinsip atau dasar
3.mencari kebenaran
4.Membahas dasar dari apa yang dibahas
Ali Mudhafir berpendapat bahwa kata filsafat dalam bahasa Indonesia memiliki padanan kata
Falsafah (Arab), Phyloshophy (Inggris), Philosophie (Jerman, Belanda dan Perancis). Semua
kata itu, berasal dari bahasa Yunani Philosphia. Kata philosophia sendiri terdiri dari dua suku
kata, yaitu Philien, Philos dan shopia. Philien berarti mencintai, philos berarti teman dan
sophos berarti bijaksana, shopia berarti kebijaksanaan. Dengan demikian, menurut Ali
Mudhafir ada dua arti secara etimologi dari kata filsafat yang sedikit berbeda. Pertama,
apabila istilah filsafat mengacu pada asal kata philien dan shopos, maka ia berarti mencintai
hal-hal yang bersifat bijaksana (ia menjadi sifat). Kedua, apabila filsafat mengacu pada asal
kata philos dan shopia, maka ia berarti teman kebijaksanaan (filsafat menjadi kata benda)
B.Pengertian Filsafat Ilmu
Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat
ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat Ilmu, yang disusun oleh Ismaun
(2001)
•Robert Ackerman “philosophy of science in one aspect as a critique of current scientific
opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not a
discipline autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah
suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan
terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi
filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.
•Lewis White Beck “Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific
thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a whole.
(Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba
menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan)
•A. Cornelius Benjamin “That philosopic disipline which is the systematic study of the
nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in
the general scheme of intellectual discipines. (Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan
telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan
praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan
intelektual.)
•Michael V. Berry “The study of the inner logic if scientific theories, and the relations
between experiment and theory, i.e. of scientific methods”. (Penelaahan tentang logika
interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni
tentang metode ilmiah.)
•May Brodbeck “Philosophy of science is the ethically and philosophically neutral analysis,
description, and clarifications of science.” (Analisis yang netral secara etis dan filsafati,
pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu.
•Peter Caws “Philosophy of science is a part of philosophy, which attempts to do for science
what philosophy in general does for the whole of human experience. Philosophy does two
sorts of thing: on the other hand, it constructs theories about man and the universe, and offers
them as grounds for belief and action; on the other, it examines critically everything that may
be offered as a ground for belief or action, including its own theories, with a view to the
elimination of inconsistency and error. (Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang
mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh
pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun
teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan
bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang
dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya
sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan
•Stephen R. Toulmin “As a discipline, the philosophy of science attempts, first, to elucidate
the elements involved in the process of scientific inquiry observational procedures, patens of
argument, methods of representation and calculation, metaphysical presuppositions, and so
on and then to veluate the grounds of their validity from the points of view of formal logic,
practical methodology and metaphysics”. (Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba
pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah
prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode penggantian dan
perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai
landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi
praktis, dan metafisika).
C. Model berfikir filsafat ilmu
Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan
telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau
dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu
merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji
hakikat ilmu, seperti :
•Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut?
Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan
pengetahuan ? (Landasan ontologis)
•Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?
Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan
yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya?
Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa
ilmu? (Landasan epistemologis)
•Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara
penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang
ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang
merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ?
(Landasan aksiologis). (Jujun S. Suriasumantri, 1982)

D. Fungsi Filsafat Ilmu


Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu
kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :
•Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
•Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat
lainnya.
•Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
•Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
•Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan
itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Disarikan dari Agraha Suhandi
(1989)
Sedangkan Ismaun (2001) mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan
landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan
membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa
filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theories yaitu berupaya
mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation
yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.

II. PEMBAHASAN
A. Apa ilmu Keperawatan ( Ontologi Ilmu Keperawatan )
1. Pengertian perawat
Pada lokakarya nasional 1983 telah disepakati pengertian keperawatan sebagai berikut,
keperawatan adalah pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio psiko sosio
spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat baik
sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Florence Nightingale (1895) mendefinisikan keperawatan sebagai berikut, keperawatan
adalah menempatkan pasien alam kondisi paling baik bagi alam dan isinya untuk bertindak.
Calilista Roy (1976) mendefinisikan keperawatan merupakan definisi ilmiah yang
berorientasi kepada praktik keperawatan yang memiliki sekumpulan pengetahuan untuk
memberikan pelayanan kepada klien.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keperawatan adalah upaya pemberian
pelayanan/asuhan yang bersifat humanistic dan professional, holistic berdasarkan ilmu dan
kiat, standart pelayanan dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi perawat
professional secara mandiri atau memalui upaya kolaborasi.
2. Definisi perawat
Definisi perawat menurut UU RI. No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, perawat adalah
mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan
berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui pendidikan keperawatan.
Tyalor C Lillis C Lemone (1989) mendefinisikan perawat adalah seseorang yang berperan
dalam merawat atau memelihara, membantu dengan melindungi seseorang karena sakit, luka
dan proses penuaan.
Definisi perawat menurut ICN (international council of nursing) tahun 1965, perawat adalah
seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang memenuhi syarat serta
berwenang di negeri bersangkutan untuk memberikan pelayanan keperawatan yan
bertanggung jawab untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan
penderita sakit.
Pohon ilmu dari keperawatan adalah ilmu keperawatan itu sendiri. Pendidikan keperawatan
sebagai pendidikan profesi harus dikembangkan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu dan
profesi keperawatan, yang harus memiliki landasan akademik dan landasan professional yang
kokoh dan mantap.
Pengembangan pendidikan keperawatan bertolak dari pengertian dasar tentang ilmu
keperawatan seperti yang dirumuskan oleh Konsorsium Ilmu kesehatan (1991) yaitu : “ Ilmu
keperawatan mencakup ilmu-ilmu dasar seperti ilmu alam, ilmu social, ilmu perilaku, ilmu
biomedik, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu dasar keperawatan, ilmu keperawatan komunitas
dan ilmu keperawatan klinik, yang apluikasinya menggunakan pendekatan dan metode
penyelesaian masalah secara ilmiah, ditujukan untuk mempertahankan, menopang,
memelihara dan meningkatkan integritas seluruh kebutuhan dasar manusia “.
Wawasan ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu yang mempelajari bentuk dan sebab tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, melalui pengkajian mendasar tentang hal-hal yang
melatar belakangi, serta mempelajari berbagai bentuk upaya untuk mencapai kebutuhan dasar
tersebut melalui pemanfaatan semua sumber yang ada dan potensial.
Bidang garapan dan fenomena yang menjadi objek studi keperawatan adalah penyimpangan
dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosio-spiritual), mulai dari
tingkat individu tang utuh (mencakup seluruh siklus kehidupan), sampai pada tingkat
masyarakat, yang juga tercermin pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat
system organ fungsional sampai sub seluler atau molekuler.
Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa hakikat dari ilmu keperawatan adalah mempelajari
tentang respon manusia terhadap sehat dan sakit yang difokuskan pada kepedulian perawat
terhadap tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pasien atau disebut dengan care. Hal ini berbeda
dengan hakikat kedokteran adalah pengobatan atau disebut cure.
B. Bagaimana lahirnya ilmu keperawatan (Epistemologi ilmu keperawatan)
Keperawatan lahir sejak naluriah keperawatan lahir bersamaan dengan penciptaan manusia.
Orang-orang pada zaman dahulu hidup dalam keadaan primitive. Namun demikian mereka
sudah mampu sedikit pengetahuan dan kecakapan dalam merawat atau mengobati. Pekerjaan
"merawat" dikerjakan berdasarkan naluri (instink) à naluri binatang à "mother instinct"
(naluri keibuan) yang merupakan suatu naluri dalam yang bersendi pada pemeliharaan jenis
(melindungi anak, merawat orang lemah).
Perkembangan keperawatan dipengaruhi dengan semakin maju peradaban manusia maka
semakin berkembang keperawatan. Diawali ole seorang Florence Nigtingale yang mengamati
fenomena bahwa pasien yang dirawat dengan keadaan lingkungan yang bersih ternyata lebih
cepat sembuh dibanding pasien yang dirawat dalam kondisi lingkungan yang kotor. Hal ini
membuahkan kesimpulan bahwa perawatan lingkungan berperan dalam keberhasilan
perawatan pasien yang kemudian mejadi paradigma keperawatan berdasar lingkungan.
Semenjak itu banyak pemikiran baru yang didasari berbagai tehnik untuk mendapatan
kebenaran baik dengan cara Revelasi (pengalaman pribadi), otoritas dari seorang yang ahli,
intusisi ( diluar kesadaran), common sense (pengalaman tidak sengaja), dan penggunaan
metode ilmiah dengan penelitian-peneltian dalam bidang keperawatan. Sehingga muncullah
paradigma lain diantaranya:
1. Peplau (1952) : Teori interpersonalsebagai dasar perawatan
2. Orlando (1961) : Teori komunikasi sebagai dasar perawatan
3. Johnson (1961) : Stabilitas sebagai tujuan perawatan
4. Roy (1970) : Teori adaptasi sebagai dasar perawatan
5. Rogers (1970) : konsep manusia yang unik
6. King (1971) : Proses transaksi perawat-klien
7. Orem (1971) : Kemandirian pasien untuk merawat dirinya sebagai tujuan perawatan
C. Untuk apa Ilmu keperawatan ( Aksiologi ilmu keperawatan )
Menurut konsorsium Ilmu-ilmu Kesehatan (1992) praktik keperawatan adalah tindakan
mandiri perawat professional / ners melalui kerjasama yang bersifat kolaboratif baik dengan
klien maupun tenaga kesehatan lain dalam upaya memberikan asuhan keperawatan yang
holistic sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan,
termasuk praktik keperawatan individu dan berkelompok.
Sementara praktik keperawatan profesional adalah tindakan mandiri perawat professional
dengan menggunakan pengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh mencakup ilmu dasar dan
ilmu keperawatan sebagai landasan dan menggunakan proses keperawatan sebagai
pendekatan dalam melakukan asuhan keperawatan (pokja keperwatan CHS,2002).
Sedangkan pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko- soiso- spiritual yang komprehensif (holistic ),
di tujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang
mencagkup seluruh proses kehidupan manusia.
Pelayanan keperawatan yang di berikan berupa bantuan karena adanya kelemahan fisik dan
mental, keterbatasan pengetahuan dan kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.
Praktik keperawatan sudah di atur dalam surat keputusan Menteri Kesehatan No.1239 tentang
registrasi dan praktik keperawatan yang mengatur hak, kewajiban, dan kewajiban perawat,
tindakan-tindakan keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat dalam menjalankan
praktiknya, dan persyaratan praktik keperawatan dan mekanisme pembinaan dan
pengawasan. Sekarang rancangan undang-undang tentang praktik keperawatan sudah di
usulkan ke DPR untuk Mendapatkan pengesahan.

3. KESIMPULAN
a. Hakikat dari ilmu keperawatan adalah kepedulian perawat pada respon pasien terhadap
sehat dan sakit yang berfokus pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia.
b. Pada awalnya Ilmu keperawatan lahir secara naluri yang dikenal dengan mother instinc dan
berkembang sejalan dengan perkembangan peradaban manusia dengan mengguanakan
metode ilmiah untuk mendapat kebenaran dalam ilmu keperawatan
c. Pemanfaatan ilmu keperawatan dituangkan dalam asuhan keperawatan untuk menangani
respon pasien terhadap sehat dan sakit terutama memenuhi kebutuhan dasar manusia yang
dilandasi kode etik keperawatan dalam batas kewenagan perawat yang diatur dalam
kepmenkes 1239 dan RUU praktek Keperawatan.
4. PERSPEKTIF
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, pada tahun
2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional keluar dan
masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola
kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi
masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek
kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi,
pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang
berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk.
Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat juga
menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit
degeneratif.
Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan kesempatan untuk
meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan meningkatnya
kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu
berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang kritis menghendaki
pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang profesional. Keadaan ini
memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat memenuhi
standart global internasional dalam memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki
kemampuan professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka terhadap aspek social
budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasi perkembangan Iptek.
Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di Indonesia masih
belum menggembirakan, banyak factor yang dapat menyebabkan masih rendahnya peran
perawat professional, diantaranya :
1. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun 1985
pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di negara barat pada tahun
1869.
2. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.
3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan., ( standart, bentuk praktik keperawatan,
lisensi )
Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan akan
berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi tercapainya tujuan kesehatan “
sehat untuk semua pada tahun 2010 “, maka solusi yang harus ditempuh adalah :
1. Pengembangan pendidikan keperawatan.
Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam pengembangan perawatan
professional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi dan pendidikan
keperawatan berkelanjutan. Akademi Keperawatan merupakan pendidikan keperawatan yang
menghasilkan tenaga perawatan professional dibidang keperawatan. Sampai saat ini jenjang
ini masih terus ditata dalam hal SDM pengajar, lahan praktik dan sarana serta prasarana
penunjang pendidikan.
2. Memantapkan system pelayanan perawatan professional
Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan sertifikasi
praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik keperawatan professional
dalam memberikan asuhan keperawatan harus segera di lakukan untuk menjamin kepuasan
konsumen/klien.
3. Penyempurnaan organisasi keperawatan
Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis serta
kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi kepentingan organisasi dan
mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya.
Restrukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan tepat guna menciptakan suatu
organisasi profesi yang mandiri dan mampu menghidupi anggotanya melalui upaya jaminan
kualitas kinerja dan harapan akan masa depan yang lebih baik serta meningkat.
Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik secara
mandiri ataupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat penting dalam
terwujudnya pelayanan keperawatan professional. Nilai professional yang melandasi praktik
keperawatan dapat di kelompokkan dalam :
1. Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.
2. Nilai komitmen moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan kode etik
keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional terhadap
masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.
Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :
a. Beneficience
selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan melakukan yang terbaik dan
tidak merugikan klien. (Johnstone, 1994)
b. Fair
Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan ekonomi
dan sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan
dengan keunikan yang dimiliki.
c. Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu berusaha
menepati janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral serta memperhatikan
kebutuhan spiritual klien.
3. Otonomi, kendali dan tanggung gugat
Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan tindakan secara mandiri.
Hak otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan diri sendiri yang berarti bahwa
perawat memiliki kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi melibatkan kemandirian,
kesedian mengambil resiko dan tanggung jawab serta tanggung gugat terhadap tindakannya
sendiribegitupula sebagai pengatur dan penentu diri sendiri.
Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau seseorang.
Bagi profesi keperawatan, harus ada kewenangan untuk mengendalikan praktik, menetapkan
peran, fungsi dan tanggung jawab anggota profesi.
Tanggung gugat berarti perawat bertanggung jawab terhadap setiap tindakan yang
dilakukannya terhadap klien.

Daftar Rujukan
Adib, Mohammad, 2007, Bahan Ajar: Filsafat Ilmu dan Logika. Surabaya: Laboratorium
Humaniora Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Universitas Airlangga.
Assyalbany omar mohammad at- toumy(1979), falsafah pendidikan islam,Jakarta : bulan
bintang
Harjanto JM(2000), Filsafat Ilmu Kedokteran, Surabaya : GRAMIK FK UNAIR
Hidayat A aziz alimul(2002), pengantar dokumentasi proses keperawatan, EGC, Jakarta
:salemba medika
Suriasumantri, Jujun, 2000, Pengantar Filsafat Ilmu, Jakarta: Yayasan Obor
Soemowinoto,sawoko, 2008, Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan, Jakarta : Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai