Anda di halaman 1dari 13

PENGADOPSIAN INTERNATIONAL

FINANCIAL REPORTING STANDARDS


(IFRS)

Disusun oleh :
1. Zena Fitria 1610110114
2. Ilham Maheswara 1610110264
3. Eva Rosani 1610110282

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA)


Surabaya
2019
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum wr.wb
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dimana berkat
rahmat dan hidayahnya kami mampu menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Teori
Akuntansi “Pengadopsian IFRS di Indonesia”.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih terdapat banyak kekurangan,
baik pada teknis penulisan maupun materi. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
bersifat membangun dari semua pihak baik dari dosen pengajar maupun dari teman-
teman saya harapkan demi penyempurnaan makalah ini, dan agar dalam pembuatan
makalah-makalah selanjutnya dan di waktu yang akan datang bisa lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya. Sekian dan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb

Surabaya, 16 September 2019

Kelompok 3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Perusahaan menyusun laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi agar dapat
menghasilkan laporan keuangan yang relevan dan andal. Standar akuntansi
menetapkan aturan pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan dalam
laporan keuangan sehingga memungkinkan pembaca untuk dapat membandingkan
laporan keuangan antar perusahaan yang berbeda. Standar tidak hanya harus dipahami
pihak yang menyusun dan mengaudit laporan keuangan, namun juga harus dipahami
oleh pembaca laporan keuangan. Pembaca perlu memahami asumsi dasar, karakteristik
laporan keuangan agar dapat memahami makna angka-angka dan pengungkapan dalam
laporan keuangan.
Standar penyusunan laporan keuangan yang digunakan di Indonesia adalah IFRS
(International Financial Reporting Standard). Awalnya Indonesia menggunakan
PSAK namun seiring dengan adanya globalisasi dan meningkatnya kebutuhan laporan
keuangan berbasis internasional maka Indonesia mulai mengadopsi IFRS.
Pengadopsian IFRS secara penuh dilakukan pada tahun 2012. Dengan mengadopsi
penuh IFRS, laporan keuangan yang dibuat berdasarkan PSAK (Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan) tidak memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan laporan
keuangan berdasarkan IFRS. Setelah Indonesia mengadopsi penuh IFRS,
PSAK khusus industri dihapus. PSAK industri yang saat ini telah dicabut adalah PSAK
32 Akuntansi Kehutanan, PSAK 35 Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi, dan
PSAK 37 Akuntansi Penyelenggaraan Jalan Tol, PSAK 31 (revisi 2000 Akuntansi
Perbankan dan PSAK 42 Akuntansi Perusahaan Efek). IFRS adalah standar yang
disusun dengan basis transaksi dan perlakukan khusus elemen laporan keuangan bukan
industri, sehingga semua standar yang terkait dengan industri dihapus.
Untuk dapat mengimplementasikan IFRS perusahaan harus menyiapkan sumber
daya manusia dan dana yang cukup untuk melakukan pemutakhiran sistem dan SOP
yang saat ini telah ada. Perusahaan memerlukan sumber daya manusia yang memahami
standar baru tersebut, sehingga pendidikan dan pemutakhiran pengetahuan staf
akuntansi harus dilakukan. Staf harus disiapkan untuk menggunakan
professional judgment, membuat pengungkapan yang lebih banyak sesuai persyaratan
standard dan memahami teknik penilaian dengan menggunakan nilai wajar. IFRS juga
mengharuskan perusahaan melakukan review atas sistem operasi dan prosedur
akuntansi perusahaan.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik membahas mengenai
pengadopsian IFRS di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Singkat IFRS
International Financial Reporting Standards (IFRS) adalah standar, interpretasi,
dan kerangka yang diadopsi oleh badan penyusun standar akuntansi internasional yang
dikenal dengan International Accounting Standards Board (IASB).
Beberapa standar yang membentuk IFRS dulunya dikenal dengan nama
International Accounting Standards (IAS). IAS diterbitkan oleh suatu badan yang
dikenal dengan International Accounting Standards Committee (IASC) pada kurun
waktu antara tahun 1973-2001. Hingga Maret 2002, IASC telah menerbitkan 41 IAS
dan 34 SIC (Standing Interpretations Committee) Interpretations. Beberapa di
antaranya telah diubah atau diganti oleh IASB. Standar yang masih tersisa dipandang
sebagai payung bagi IFRS.
IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan
oleh International Accounting Standard Board (IASB). Standar akuntansi ini disusun
oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional
(IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal
(IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasional (IFAC).
Sepanjang tahun 1999-2000, IASC melakukan restrukturisasi (dengan mengubah
konstitusi, strategi, struktur dan nama). IASC berkeinginan untuk menjadi badan
akuntansi yang lebih independen dan profesional. Pada Maret 2001, IASC Trustees
mengaktifkan Part B dari IASC Constitution yang baru dan menetapkan non-profit
Delaware corporation yang diberi nama International Accounting Standards
Committee Foundation untuk mengawasi IASB. Pada April 2001, IASB yang baru
mengambil alih tanggung jawab IASC dalam menetapkan International Accounting
Standards.
IASB berkeinginan untuk membentuk satu standar pelaporan keuangan global
yang berkualitas. Selama pertemuan pertamanya, badan yang baru tersebut mengadopsi
IAS dan SIC (Standing Interpretation Committee) yang ada. IASB terus
mengembangkan standar yang disebut dengan International Financial Reporting
Standards (IFRS). Jadi IFRS adalah termasuk standar dan interpretasi yang disetujui
oleh IASB serta IAS dan SIC Interpretations yang diterbitkan berdasarkan konstitusi
sebelumnya.

2.2 Tujuan IFRS


Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keuangan dan laporan keuangan
interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksud dalam laporan keuangan
tahunan, mengandung informasi berkualitas:
1. Transparan bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang
disajikan.
2. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS.
3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.
IFRS digunakan di banyak bagian dunia, termasuk Uni Eropa, Hong Kong,
Australia, Malaysia, Pakistan, negara-negara GCC, Rusia, Afrika Selatan, Singapura,
dan Turki. Sejak 27 Agustus 2008, lebih dari 113 negara di seluruh dunia, termasuk
seluruh Eropa, saat ini membutuhkan atau mengizinkan pelaporan berdasarkan IFRS.
Sekitar 85 negara-negara membutuhkan IFRS pelaporan untuk semua, perusahaan
domestik yang terdaftar. Sedangkan di Indonesia sendiri baru akan diadopsi mulai
tahun 2012 mendatang.
International Financial Reporting Standards (IFRS) dijadikan sebagai referensi
utama pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia karena IFRS
merupakan standar yang sangat kokoh.
Penyusunannya didukung oleh para ahli dan dewan konsultatif internasional dari
seluruh penjuru dunia. Mereka menyediakan waktu cukup dan didukung
dengan masukan literatur dari ratusan orang dari berbagai displin ilmu di seluruh
dunia. Dengan telah dideklarasikannya program konvergensi terhadap IFRS ini, maka
pada tahun 2012 seluruh standar yang dikeluarkan oleh Dewan
Standar Akuntansi Keuangan IAI akan mengacu kepada IFRS dan diterapkan oleh
entitas.
2.3 Struktur IFRS
Secara keseluruhan IFRS mencakup:
1. International Financial Reporting Standard (IFRS). Standar yang diterbitkan setelah
tahun 2001.
2. International Accounting Standard (IAS). Standar yang diterbitkan sebelum tahun
2001.
3. Interpretations yang diterbitkan oleh International Financial Reporting
Interpretations Committee (IFRIC) setelah tahun 2001.
4. Interpretations yang diterbitkan oleh Standing Interpretations Committee (SIC)
sebelum tahun 2001.

Susunan IFRS meliputi :


1. Penyajian laporan keuangan
2. Pengakuan pendapatan
3. Biaya penggajian
4. Biaya pinjaman
5. Pajak penghasilan
6. Investasi pada perusahaan asosiasi
7. Persediaan
8. Aktiva tetap
9. Aktiva tidak berwujud
10. Sewa
11. Pensiun
12. Penggabungan usaha
13. Kurs valuta asing
14. Operasi segmen
15. Kejadian setelah tanggal neraca

2.4 Manfaat Penerapan IFRS


Manfaat penerapan IFRS diantaranya :
1. Meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan (SAK)
2. Mengurangi biaya SAK
3. Meningkatkan kredibilitas pelaporan keuangan
4. Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan
5. Meningkatkan transparansi keuangan
6. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang pengjimpun dana melalui pasar
modal
7. Meningkatkan efisiensi penyusun laporan keuangan

2.5 Konsep Pokok IFRS


1. Tanggal pelaporan (reporting date) adalah tanggal neraca untuk laporan keuangan
pertama yang secara eksplisit menyatakan bahwa laporan keuangan tersebut sesuai
dengan IFRS (sebagai contoh 31 Desember 2006).
2. Tanggal transisi (transition date) adalah tanggal neraca awal untuk laporan keuangan
komparatif tahun sebelumnya (sebagai contoh 1 Januari 2005, jika tanggal pelaporan
adalah31 Desember 2006). Pengecualian untuk penerapan retrospektif IFRS terkait
dengan hal-hal berikut: (1) Penggabungan usaha sebelum tanggal transisi (2) Nilai
wajar jumlah penilaian kembali yang dapat dianggap sebagai nilai terpilih.

2.6 Konvergensi IFRS di Indonesia


Di Indonesia, standar akuntansi yang digunakan untuk menyusun laporan
keuangan yang memiliki akuntabilitas publik signifikan adalah PSAK (Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan). Standar ini merupakan kumpulan dari berbagai standar
Akuntansi di dunia dan telah disesuaikan untuk digunakan di Indonesia. Praktik
akuntansi di setiap negara berbeda-beda, ini dikarenakan adanya pengaruh lingkungan,
ekonomi, sosial dan politis di masing-masing negara tersebut. Adanya tuntutan
globalisasi atau tuntutan untuk menyamakan persepsi akuntansi di setiap negara
mengakibatkan munculnya Standar Akuntansi Internasional yang lebih dikenal dengan
IFRS (International Financial Reporting Standards). Ini bertujuan untuk memudahkan
proses rekonsiliasi bisnis dalam bisnis lintas negara.
Konvergensi dapat berarti harmonisasi atau standardisasi, namun harmonisasi
dalam konteks akuntansi dipandang sebagai suatu proses meningkatkan kesesuaian
praktik akuntansi dengan menetapkan batas tingkat keberagaman. Jika dikaitkan
dengan IFRS maka konvergensi dapat diartikan sebagai proses menyesuaikan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) terhadap IFRS.

Pada tahun 2008, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada hari


Selasa, 23 Desember 2008 dalam rangka Ulang tahunnya ke-51 mendeklarasikan
rencana Indonesia untuk convergence terhadap International
Financial Reporting Standards (IFRS) dalam pengaturan standar akuntansi
keuangan. Pengaturan perlakuan akuntansi yang konvergen
dengan IFRS akan diterapkan untuk penyusunan laporan keuangan entitas yang
dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012. Hal ini
diputuskan setelah melalui pengkajian dan penelaahan yang mendalam dengan
mempertimbangkan seluruh risiko dan manfaat konvergensi terhadap IFRS.

International Financial Reporting Standards (IFRS) dijadikan sebagai referensi


utama pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia karena IFRS
merupakan standar yang sangat kokoh.
Penyusunannya didukung oleh para ahli dan dewan konsultatif internasional dari
seluruh penjuru dunia. Mereka menyediakan waktu cukup
dan didukung dengan masukan literatur dari ratusan
orang dari berbagai displin ilmu dan dari berbagai macam jurisdiksi di seluruh
dunia. Dengan telah dideklarasikannya program konvergensi terhadap
IFRS ini, maka pada tahun 2012 seluruh standar yang dikeluarkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI akan mengacu kepada IFRS dan
diterapkan oleh entitas.
Lembaga profesi akuntansi IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) menetapkan bahwa
Indonesia melakukan adopsi penuh IFRS pada 1 Januari 2012. Penerapan ini bertujuan
agar daya informasi laporan keuangan dapat terus meningkat sehingga laporan
keuangan dapat semakin mudah dipahami dan dapat dengan mudah digunakan baik
bagi penyusun, auditor, maupun pembaca atau pengguna lain.
Dalam melakukan konvergensi IFRS, terdapat dua macam strategi adopsi,
yaitu big bang strategy dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh
IFRS sekaligus, tanpa melalui tahapan-tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh
negara-negara maju. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara
bertahap. Strategi ini digunakan oleh negara – negara berkembang seperti Indonesia.
Terdapat 3 tahapan dalam melakukan konvergensi IFRS di Indonesia, yaitu:
1. Tahap Adopsi (2008 – 2011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS diadopsi ke
PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi terhadap PSAK yang
berlaku.
2. Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian terhadap
persiapan infrastruktur yang diperlukan. Selanjutnya, dilakukan penerapan secara
bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS.
3. Tahap Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK IFRS
secara bertahap. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap dampak penerapan PSAK
secara komprehensif.

2.7 Kendala Konvergensi PSAK ke dalam IFRS


Kendala yang dihadapi saat diterapkannya IFRS di Indonesia sebagai berikut:
1. Dewan Standar Akuntansi yang kekurangan sumber daya
2. IFRS berganti terlalu cepat sehingga ketika proses adopsi suatu standar IFRS masih
dilakukan, pihak IASB sudah dalam proses mengganti IFRS tersebut.
3. Kendala bahasa, karena setiap standar IFRS harus diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia dan acapkali ini tidaklah mudah.
4. Infrastuktur profesi akuntan yang belum siap. Untuk mengadopsi IFRS banyak metode
akuntansi yang baru yang harus dipelajari lagi oleh para akuntan.
5. Kesiapan perguruan tinggi dan akuntan pendidik untuk berganti kiblat ke IFRS.
6. Support pemerintah terhadap issue konvergensi.

BAB III
KESIMPULAN
Awalnya Indonesia menggunakan PSAK sebagai standar penyusunan laporan
keuangan, namun seiring dengan adanya globalisasi dan meningkatnya kebutuhan
laporan keuangan berbasis internasional maka Indonesia mulai mengadopsi IFRS pada
tahun 2012. Hal ini bertujuan untuk memudahkan proses rekonsiliasi bisnis dalam
bisnis lintas negara. IFRS memiliki tujuan untuk memastikan bahwa laporan keuangan
dan laporan keuangan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksud dalam
laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas.
Indonesia melakukan konvergensi IFRS. Konvergensi disini dimaksudkan sebagai
proses menyesuaikan Standar Akuntansi Keungan (SAK) terhadap IFRS. Dalam
melakukan konvergensi IFRS, terdapat dua macam strategi adopsi, yaitu big bang
strategy dan gradual strategy. Indonesia menggunakan gradual strategy, dimana dalam
pengadopsiaannya dilakukan secara bertahap. Dalam pelaksanaan IFRS di Indonesia
masih ditemukan kendala-kendala seperti kendala dalam sumber daya, bahasa,
infrastruktur, dan juga support pemerintah terhadap konvergensi.
Selain kendala yang dihadapi, IFRS juga memberikan dampak yang beragam baik
itu dampak positif maupun dampak negative dibeberapa bidang seperti dibidang
pendidikan dan di perusahaan. Dampak IFRS bagi perusahaan tergantung jenis
industri, jenis transaksi, elemen laporan keuangan yang dimiliki, dan juga pilihan
kebijakan akuntansi.

DAFTAR PUSTAKA
Purba, Marisi P., International Financial Reporting Standards : Konvergensi
& Kendala Aplikasinya di Indonesia, Graha Ilmu, 2010.

Epstein, Barry dan Eva K. Kermakowicz, Interpretation and Application of


International. Financial Reporting Standards (IFRS), John Wiley & Sons, Inc, 2007.

Anda mungkin juga menyukai