Anda di halaman 1dari 7

KACAUNYA PENDIDIKAN DI INDONESIA

Halimatus Syadiyah
Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
diyahlafbie2206@gmail.com

Abstrak
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting guna meningkat sumberdaya
manusia yang ada. Karena melalui pendidikan dapat menciptakan generasi yang unggul dan
kompetitif dalam menghadapi tantangan yang terjadi di masa mendatang. Jika dalam sebuah
lingkungan makin banyak warga yang memperoleh pendidikan, maka di pastikan lingkungan
tersebut dapat lebih unggul dibandingkan lingkungan yang lainnya. Oleh karena itu, sudah
selayaknya seluruh warga masyarakat dapat memperoleh pendidikan dengan layak. Namun
sangat disayangkan masih banyaknya warga yang tidak memperoleh pendidikan
membuktikan masih lemahnya pendidikan di Indonesia. Selain itu satu persatu permasalahan
dalam dunia pendidikan bermunculan kepermukaan. Pemerintah selayaknya memberikan
perhatian lebih terhadap masalah pendidikan tersebut. Karena kesuksesan sebuah negara juga
dapat dilihat dari keberhasilan pendidikan dinegara tersebut.

Key words : pendidikan, lingkungan, masalah

PENDAHULUAN

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting guna meningkatkan sumberdaya


manusia yang ada. Karena melalui pendidikanlah kita mampu untuk meningkatkan
kemampuan yang kita miliki. Selain itu, pendidikan juga dapat menciptakan generasi yang
unggul dan kompetitif dalam upaya untuk menghadapi tantangan yang akan terjadi dimasa
depan. Diperlukan sebuah komitmen dalam membangun kemandirian dan pemberdayaan
yang dapat menopang kemajuan pendidikan dimasa depan demi tercapainya idealisme
pendidikan.
Menurut bahasa pendidikan berasal dari Bahasa Yunani “paedagogik” yang berasal
dari kata “pais” berarti anak dan “again” berarti bimbingan. Jadi “paedagogik” artinya
bimbingan yang diberikan kepada anak. Dalam Bahasa Inggris pendidikan diterjemahkan
menjadi “Eduction. Kata ini berasal dari Bahasa Yunani “educare” berarti membawa keluar
yang tersimpan dalam jiwa anak, untuk dituntun agar dapat tumbuh dan berkemang.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar didik
dan kecerdasan pikiran yang berarti pendidikan merupakan sebuah proses pongubahan sikap
dan perilaku seseorang atau kelompok.
Definisi Pendidikan Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN)
No. 20 tahun 2003 Bab I, pasal 1 menggariskan pengertian: “Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Selama ini kita mengetahui bahwa pendidikan merupakan sebuah sistem. Salah satu
masukan dalam sistem pendidikan ini adalah lingkungan. Lingkungan yang baik akan
menciptakan manusia-manusia yang memiliki budi pekerti luhur, sedangkan lingkungan yang
buruk hanya akan menciptakan manusia-manusia yang berbudi pekerti buruk pula, seperti
sebuah pepatah, “kebo gupak neler-neler” (orang jahat akan mempengaruhi orang lain yang
didekatnya untuk berbuat jahat). Selain itu ada pula pepatah yang mengatakan, “wong kang
alim kumpulono” (berkumpullah dengan orang-orang yang berilmu). Kedua pepatah ini
membuktikan bahwa lingkungan memang sangat mendukung demi terciptanya manusia yang
mampu mengembangkan kemampuannya.
Dalam UU RI No 20/2003 (Bab II pasal 3) Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Menurut Ki Hajar Dewantara, Tokoh Pendidikan Nasional Indonesia, “Pendidikan
umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin,
karakter), pikiran (intelek dan tubuh anak); dalam Taman Siswa tidak boleh dipisah-pisahkan
bagian-bagian itu agar supaya kita mamajukan kesempurnaan hidup, kehidupan dan
penghidupan anak-anak yang kita didik, selaras dengan dunianya”.
Ki Hajar Dewantara adalah tokoh sebagai peletak dasar yang kuat pendidikan
Nasional yang progresif untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang. Beliau juga
dikenal sebagai tokoh pelopor dasar Perguruan Taman Siswa. Dasar ini kemudian dikenal
dengan “Panca Darma,” dasar-dasar ini adalah dasar kemerdekaan, dasar kebangsaan, dasar
kemanusiaan, dasar kebudayaan dan dasar kodrat alam. Dasar kemerdekaan ini dalam
pelaksanaannya dimaksudkan agar pendidik mampu untuk memberikan kebebesan kepada
anak didik untuk mengatur dirinya sendiri dan mampu mengembangkan individunya sendiri.
Namun kebebasan ini harus berdasarkan nilai hidup yang tinggi, sehingga dapat mewujudkan
keseimbangan dan keselarasan baik secara individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Melelui konsepsi ini Ki Hajar Dewantara meletakkan dasar kodrat anak sebagai faktor
utama yang terkenal dengan semboyan “Marilah kita berhamba kepada sang anak”. Cita-cita
ini dapat terlaksana jika kepada anak diberikan kebebasan dan kemerdakaan untuk menjadi
manusia yang beradab sesuai dengan kebudayaan dan menghormati bangsanya sendiri.
Kemudian Ki Hajar Dewantara membagi lingkungan pendidikan menjadi tiga
macam, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Ketiga
lingkungan ini lebih dikenal sebagai tripusat pendidikan. Ki Hajar Dewantara sendiri
menyebut ketiga lingkungan ini sebagai perkumpulan pemuda.
Berbeda dengan Ki Hajar Dewantara, Philip H. Coombs merancu ketiga lingkungan
tersebut dengan pemilihan pendidikan yang sudah dikembangkannya. Pemilihan tersebut
antara lain pendidikan formal, pendidikan infromal dan pendidikan non formal. Menurutnya
pendidikan formal adalah pendidikan berprogram, berstruktur yang berlangsung di
persekolahan. Pendidikan informal adalah pendidikan yang tidak terprogram dan tidak
berstruktur. Serta pendidikan non fromal adalah pendidikan yeng berstruktur, berprogram
yang berlangsung di luar sekolahan.
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama yang dialami oleh
anak. Keluarga termasuk dalam lembaga pendidikan yang bersifat informal, selain itu
lembaga ini juga bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat,
melindungi, dan mendidik anak agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Disinilah
peran orang tua terutama ibu akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak tersebut.
Disebut pendidikan utama karena di dalam lingkungan keluarga segenap potensi yang
dimiliki manusia terbentuk dan sebagaian dikembangkan. Bahkan seringkali ada beberapa
potensi yang telah berkembang dalam pendidikan keluarga.
Perlu kita ketahui bahwa lingkungan keluarga yang harmonis dapat membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebaliknya, lingkungan keluarga yang sering ada
masalah baik dari dalam maupun dari luar akan menghambat pertumbuhan dan
perkembangan anak. Darisinilah kita bisa melihat bahwa peran serta orang tua dalam
membimbing dan mengarahkan anak-anaknya agar menjadi insan yang cerdas dan mandiri
memang sangat diperlukan.
Kita pasti mengetehui dengan jelas bahwa tidak semua tugas mendidik dapat
dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan
berbagai macam keterampilan. Untuk itulah orang tua membutuhkan sebuah lembaga khusus
yang mampu mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan
pada anak. Dengan alasan inilah dibentuk ebuah lembaga formal yang dikenal dengan
sebutan sekolah, yang kemudian tercipta dari adanya pertimangan pemikiran efisiensi dan
efeektivitas terhadap pemberian pendidikan dalam lingkungan masyarakat.
Sekolah memang diciptakan dari, oleh dan untuk warga masyarakat itu sendiri.
Sekolah tentunya harus mampu untuk bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama
mereka diserahkan kepadanya. Untuk itulah sudah selayaknya jika sekolah mengikuti haluan
dari masyarakat bersangkutan, yang tercermin dalam falsafah dan tujuan pendidikan,
kurikulum hingga pengelolaannya.
Pendidikan yang dialami dalam lingkungan masyarakat, telah dimulai ketika anak-
anak sudah mulai lepas dari asuhan kelurga dan berada di luar lingkungan pendidikan
sekolah. Namun orang tua tidak sepenuhnya melepasnya begitusaja, mereka tetap mengontrol
perkembangan atau pendidikan yang didapatkan anak-anak mereka. Kerena pengaruh yang
didapat dari lingkungan masyarakat lebih luas di banding dengan lingkungan pendidikan
yang lain. Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat ada begitu
banyak, ini meliputi berbagai bidang yang ada, baik pembentukan kebiasaan-kebisaan,
pembentukan pengetahuan, sikap dan minat, bahkan pembentukan kesusilaan dan kegamaan.
Seperti yang kita ketahui, kualitas pendidikan di Indonesia saat ini semakin
memburuk. Hal ini dapat kita lihat dari rendahnya kualitas guru, sarana belajar, dan murid-
muridnya. Bisa dikatakan guru-guru saat ini kurang berkompeten. Banyak guru muda yang
masuk ke jurusan keguruan hanya kerena tidak diterima di jurusan lain atau bahkan karena
alasan kekurangan dana saat kuliah. Pemandangan ini sangat berbeda dengan guru-guru yang
memang sudah lama mendidikasikan dirinya untuk mengajar. Mereka sudah memiliki banyak
pengalaman mengajar murid dan pengalaman mengenai pelajaran yang mereka ajarkan.
Selain itu ada pula masalah gaji guru yang menjadi penghambat guru untuk bekerja secara
kompeten. Jika fenomena ini dibiarka begitu saja, sudah dapat dipastikan pendidikan di
Indonesia akan hancur, mengingat sebentar lagi akan ada banyak guru berpengalam yang
pensiun.
Faktor lainnya yang menjadikan pendidikan di Indonesia semakin terpuruk khususnya
bagi penduduk di daerah terbelakang adalah permasalahan yang menyangkut sarana
pembelajaran. Meskipun begitu bagi penduduk di daerah terbelakang tersebut yang terpenting
adalah ilmu terapan yang benar-benar dipakai untuk hidup dan kerja. Ada banyak penyebab
yang menjadikan mereka tidak dapat memperoleh pendidikn secara normal layaknya
kebanyakan siswa pada umumnya, antara lain masalah kekurangan pendidik dan jarak rumah
ke sekolah yang jauh.
Presiden Susio Bambang Yudhoyono mengungkapkan, “Pendidikan ini menjadi
tanggung jawab pemerintah sepenuhnya.” Selain itu Presiden juga memaparkan berbagai
langkah praktis yang akan diambil oleh pemerintah guna meningkatkan kualitas pendidikan
di Indonesia, yaitu :
Langkah pertama adalah meningkatkan akses terhadap masyarakat untuk bisa
menikmati pendidikan di Indonesia yang diukur berdasarkan angka partisipasi.
Langkah kedua adalah menghilangkan ketidak merataan dalam akses pendidikan,
seperti ketidakmerataan yang terjadi di desa dan antar gender.
Langkah ketiga adalah meningkatkan kualifikasi guru dan dosen, serta meningkatkan
nilai rata-rata kelulusan dalam ujian nasional.
Langkah keempat adalah pemerintah nantinya akan menambah jenis pendidikan di
bidang kompetensi atau profesi sekolah kejuruan demi terciptanya tenaga siap pakai yang
dibutuhkan.
Langkah kelima adalah pemerintah berencana membangun infrastruktur seperti
menambah jumlah komputer dan perpustakaan di sekolah-sekolah.
Langkah keenam adalah pemerintah akan meningkatkan annggaran pendidikan.
Langkah ketujuh adalah penggunaan teknologi informasi dalam aplikasi pendidikan
akan ditingkatkan.
Langkah kedelapan adalah pembiayaan bagi masyarakat miskin agar dapat menikati
fasilitas pendidikan yang ada.
Penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia yang pertama adalah masalah
rendahnya efektifitas pendidikan di Indonesia yang disesbabkan karena tidak adanya tujuan
pendidikan yang jelas sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Padahal pendidikan yang
efektif dapat memungkinkan peserta didik untuk belajar dengan mudah, menyenangkan dan
dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Maka dari itu seorang pendidik dituntut
untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran yang berlangsung dapat
berguna.
Kedua adalah kurangnya efisiensi pengajaran di Indonesia. Efisiensi adalah
bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang lebih ‘murah’.
Dalam sebuah proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan lebih teliti
lagi untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal ini
pulalah yang kurang dalam pendidikan di Indonesia, kurang dalam mempertimbangkan
prosesnya hanya memikirkan bagaimana caranya dapat meraih standar hasil yang telah
disepakati. Selain itu adapula masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, waktu yang
digunakan dalam proses pendidikan, mutu pengajar dan masalah-masalah lainnya yang
menyebabkan kurangnya efisiensi proses pendidikan di Indonesia. Masalah-masalah ini akan
berpengaruh terhadap peningkatan sumber daya manusia Indonesia ke jalur yang lebih baik.
Berbicara tentang mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, kita tidak hanya akan
berbicara tentang biaya sekolah, training, kursus ataupun lembaga pendidikan formal atau
informal lain, namun kita juga akan berbicara mengenai properti pendukung seperti buku dan
biaya transportasi yang dikeluarkan. Di Sekolah Dasar Negeri saat ini sudah diberlakukan
pembebasan biaya pengajaran, namun dibeberapa SD Negeri masih di temui kasus tentang
para peserta didik yang tetap dituntut untuk memenuhi perlengkapan belajar mereka sendiri
seperti buku teks pelajaran, seragam, alat tulis dan lain sebagainya. Selain itu ada pula
pendidik yang mewajibkan peserta didiknya mengikuti les dengan pendidik tersebut yang
tentu dengan bayaran dan nantinya bayaran tersebut untuk sang pendidik ini sungguh
mengejutkan.
Waktu pengajaran di Indonesia jika kita bandingkan dengan negara lainnya relative
lebih lama. Dalam pendidikan formal di sekolah menengah, misalnya ada sekolah yang
memulai jam belajar mengajarnya dari pukul 07.00 dan berakhir pada pukul 16.00. Hal ini
sangatlah tidak efisien, karena jika kita amati lagi banyak peserta didik yang kemudian
mengikuti jam tambahan di lembaga-lembaga pendidikan informal padahal mereka
sebelumnya telah menghabiskan banyak faktu untuk menikuti pendidikan formal di sekolah.
Ini benar-benar terlihat sangat tidak efektif, karena peserta didik pada akhirnya mengikuti
pendidikan informal demi melengkapi pendidikan formal yang dinilai masih sangat kurang.
Kurangnya mutu mengajar juga menjadi masalah dalam efisiensi pendidikan. Karena
dari kurangnya mutu pengajar inilah yang menyebabkan peserta didik akhirnya kurang
mencapai hasil yang diharapkan dan akhirnya mengambil pendidikan tambahan yang juga
mengeluarkan banyak biaya. Masalah ini disebabkan karena pengajar yang mengajar tidak
pada kompetensinya. Sebagai contoh saja seorang yang mempunyai pendidikan dasar di
bidang bahasa, namun mengajarkan teknologi, yang sebenarnya bukan kompetensinya. Hal
ini bisa kita lihat dalam kondisi pendidikan di lapangan yang memang nyata adanya.
Penyebab lainnya juga bisa diakibatkan karena pendidik kurang mampu untuk
mengkomunikasikan bahan pengajaran dengan baik, hingga mudah dimengerti dan menarik
perhatian peserta didik.
Konsep efisiensi dapat tercipta jika produk yang diinginkan dapat dihasilkan secara
optimal dengan hanya mengandalkan masukan yang relative tetap, atau bisa juga masukan
kecil namun mampu untuk menghasilkan keluaran yang optimal. Konsep ini terdiri dari
efisiensi teknologis dan efisiensi ekonomis. Efesiensi teknologis penerapannya dalam
pencapaian kuantitas keluaran secara fisik sesuai dengan ukuran hasil yang telah ditetapkan.
Sedangkan untuk efisiensi ekonomis tercipta ketika ukuran nilai kepuasan atau harga yang
sudah diterapkan terhadap keluaran atau hasil produk.
Ketiga adalah masalah standarisasi pendidikan di Indonesia. Apabila kita ingin
meningkatkan mutu pendidikan Indonesia, kita nantinya juga akan membicarakan tentang
standarisasi pengajaran yang akan kita terapkan seiring dengan perubahan yang terjadi dalam
dunia pendidikan yang terus berubah mengikuti perkembangan zaman. Kompetensi yang
dibutuhkan masyarakat juga ikut berubah sesuai dengan modernisasi dan globalisasi. Kualitas
pendidikan juga dapat diukur dari standar kompetensi di dalam berbagai versi, sehinga di
bentuklah badan-badan baru untuk melaksanakan standarisasi dan kompetensi tersebut.
Contohnya Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP).
Standarisasi dan kompetensi untuk meningkatkan mutu pendidikan ini dapat memicu
munculnya kemungkinan terburuk yakni dengan adanya pendidikan yang terkukung oleh
standarisasi dan kompetensi saja hingga dapat menghilangkan makna dan tujuan pendidika
yang ada. Nantinya peserta didik hanya akan memikirkan bagaimana agar dapat tercapainya
standar pendidikan, bukan bagaimana agar pendidikan tersebut dapat berjalan dengan efektif
dan dapat digunakan. Mereka cenderung tidak memperdulikan bagaimana cara meraih hasil
atau lebih spesifiknya nilai yang diperoleh, yang dipentingkan adalah bagaimana memenuhi
nilai di atas standar saja.
Kita juga dapat mempertanyakan kembali apakah standar pendidikan di Indonesia
sudah sesuai atau belum. Kasus pelaksanaan UAN hampir selalu menjadi kontrofesi, padahal
sistem evaluasi UAN sudah cukup baik. Namun sangat disayangkan evaluasi seperti itu
digunakan untuk menentukan lulus tidaknya peserta didik mengikuti pendidikan. Pelaksanaan
yang hanya dilakukan satu kali saja tanpa melihat proses yang dilalui oleh peserta didik
selama beberapa tahun menempuh proses pendidikan. Selain daripada itu evalusi seperti ini
hanya mengevaluasi tiga bidang studi saja tanpa mengevaluasi bidang studi lainnya yang
telah diikuti oleh peserta didik. Hal inilah yang menjadi pertimbangan banyak orang tentang
keberhasilan pelaksanaan UAN selama beberapa tahun ini.
Ada banyak hal lainnya yang dapat kita lihat sebagai penyebab rendahnya mutu
pendidikan di Indonesia lebih jauh lagi. Penyebab-penyebab ini dapat kita temukan jika kita
menggali lebih dalam lagi pada akar permasalahan yang ada. Dan apabila kita nantinya sudah
menemukan akar permasalahannya niscaya kita dapat memperbaiki mutu pendidikan di
Indonesia sehingga menjadi lebih baik lagi.
Dengan adanya langkah-langkah yang diambil oleh Presiden pada pembahasan diatas,
diharapkan dapat segera menuntaskan segala permasalahan pendidikan yang ada di
Indonesia. Mengingat pendidikan memiliki arti yang sangat penting bagi masa depan. Selain
itu sebagai manusia yang berpendidikan kita juga dituntut untuk lebih kritis lagi terhadap
perkembangan pendidikan di Indonesia ini. Jika nantinya kita masih menemui permasalahn
dalam dunia pendidikan selayaknya kita dapat menemukan solusi terbaik untuk memcahkan
masalah tersebut dan bukan hanya mempersalahkan masalah yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Munib, Achmad., dkk. 2012. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT MKK UNNES.
Tirtarahardja, Umar., La Sulo, S L. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Asdi
Mahasatya.
Setiawan, Benni. 2008. Agenda Pendidikan Nasional. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Sukrisno Santoso. 2012. Makalah Masalah Pendidikan di Indonesia. http://meilanikasim.
wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia.
Ibnu Hamad. 2013. Mari, Memerdekakan Pendidikan Kita! Kompas Online Jumat,
18 Oktober 2013. http://edukasi.kompas.com.
Ibrahim Bafadal. 2013. Pendidikan Berkualitas untuk Generasi Emas. Kompas Online Jumat, 18 Oktober
2013. http://edukasi.kompas.com/read/2013/10/18/1053115/Pendidikan.
Berkualitas.untuk.Generasi.Emas

Anda mungkin juga menyukai