Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH IMUNOLOGI

APLIKASI PERSAINGAN ANTIGENIK DALAM PENYIAPAN VAKSIN YANG


EFEKTIF

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :


4211171006 Alya Citra Putri Trisniaty
4211171013 Intan Renita Silviana
4211171017 Citra Saridewi
4211171024 Sarah Aulia Rahma
4211171030 Aulia Nanda Shafira
4211171035 Sheren Shesar Natashya
4211171038 Hana Fauziyah SH
4211171043 Winda Ananda Putri R
4211171050 Sarah Syarifah
4211171052 Arief Adityo

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

TA 2017/2018
PENDAHULUAN

Antigen adalah sebuah zat yang merangsang respon imun, terutama dalam menghasilkan
antibody. Antigen biasanya berupa protein atau polisakarida, tetapi dapat juga berupa molekul
lainnya. Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel, tetapi dalam keadaan normal, system
kekebalan seseorang yang tidak bereaksi terhadap selnya sendiri. Sehingga dapat dikatakan
antigen merupakan sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun, terutama dalam produksi
antibody. System kekebalan atau system imun adalah system perlindungan pengaruh luar
biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika system kekebalan
bekerja dengan benar, system ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Fungsi antigen sendiri yakni
digunakan untuk menggambarkan suatu molekul yang biasa dimanfaatkan dalam upaya memacu
proses respon imun yang biasanya disebut dengan imunogen. Immunogens menginduksi respon
imun dan sebagian besar antigen juga imunogen. Ada berbagai macam fitur itu sangat
menentukan imunogenisitas. Kemudian bisa digunakan dalam upaya menunjukan suatu molekul
bisa melakukan reaksi dengan antibody atau pun sel T yang sudah melalui proses disestiansi.
Mekanisme pembentukan antigen sendiri tidak lepas dari antibody. Pada bagian tubuh manusia,
antibody bisa diperoleh dari organ limfoid sentral yang tersusun dari sum sum tulang belakang
dan juga kelenjar timur (yang paling utama adalah diperoleh dari sel-sel limfosit). Proses
berikutnya pada molekul antigen dan juga molekul antibody akan saling melakukan ikatan yang
nantinya akan diletakkan pada bagian maghrofag. Dengan berurutan, magrofag akan
menghasilkan antigen yang berada pada limfosit B. selanjutnya sel limfosit B akan melakukan
poliferasi dan tumbuh menjadi dewasa. Dengan itu sel limfosit B akan mampu melakukan
pembentukan antibody yang nantinya bisa digunakan oleh masing-masing antigen.

Antibody adalah glikoprotein dengan struktur tertentu yang disekresi dari pencerap
limfosit-b yang telah teraktivasi menjadi sel plasma, sebagai respon dari antigen tertentu dan
reaktif terhadap antigen tersebut. System imunitas manusia ditentukan oleh kemampuan tubuh
untuk memproduksi antibody untuk melawan antigen. Antibody dapat ditemukan pada darah atau
kelenjar tubuh vertebrata lainnya, dan digunakan oleh system kekebalan tubuh untuk
mengidentifikasi dan menetralisasikan benda asing sepeerti bakteri virus. Antibody juga dapat
dikenal sebagai imunoglobin dengan asumsi selain karna karasteristik globularnya, ternyata juga
karna hubungan yang terjadi dengan respon imun. Pada manusia sendiri ada lima kategori
antibody yang sudah berhasil ditemukan yaitu:

1. Globin gamm (IgG) merupakan kelompok imunolobin yang sering ditemukan.


2. lgM merupakan kelompok antibody yang paling pertama ditemukan pada saat
terjadinya serangan infeksi.
3. lgA merupakan fungsi yakni dalam menjaga kadar pertumbuhan suatu bakteri yang
rendah
4. lgD biasanya sangat cenderung berasosiasi terhadap permukaan limfosit B.
5. lgE biasanya cenderung mendorong proses pelepasan pada histamine yang dilakukan
oleh sel-sel mast pada saat antibody sedang berhubungan dengan antigennya tersebut.

Vaksin berasal dari kata vaccinia, adalah bahan antigenic yang digunakan untuk
menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau
mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alam atau liar. Vaksin dapar berupa galur virus atau
bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit. Vaksin juga merupakan
senyawa yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme untuk menghambat perumbuhan
mikroorganisme lain. Vaksin diproduksi oleh strain mutan pathogen virulen tanpa
menghilangkan antigen yang diperlukan untuk menimbulkan respon imun. Produksi vaksin
antivirus saat ini merupakan sebuah proses rumit bahkan setelah tugas yang berat untuk
membuat vaksin potensial di laboratorium. Beberapa prinsip rekayas genetika dalam pembuatan
vaksin adalah sebagai berikut :

1. Mengisolasi / memisahkan gen-gen dari organisme penyebab sakit yang berperan dalam
menghasilkan antigen yang merangsang limfosit untuk menghasilkan antibody.
2. Menyisipkan gen-gen di atas, ke tubuh organisme yang kekurangan pathogen.

3. Mengulturkan orgamisme hasil rekayasa genetika, sehingga menghasilkan antigen dalam


jumlah banyak.

4. Mengekstraksi antigen, lalu digunakan sebagai vaksin.

Ada bermacam-macam vaksin yang digunakan oleh orang dewasa yaitu:

1. Vaksin Influenza
Di musim penghujan, influenza atau flu adalah penyakit yang paling banyak menyerang.
Influenza merupakan penyakit yang terjadi karena adanya infeksi virus di seputar saluran
pernapasan.

Pemberian vaksin influenza berperan untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit
ini. Pemberian vaksin dilakukan satu tahun sekali sehingga dapat efektif mencegah serangan
maupun penularan flu.

2. Pneumonia

Pemberian vaksin ini bertujuan untuk menurunkan risiko penyakit pneumonia. Yaitu
penyakit radang paru yang dipicu oleh bakteri Streptococcus. Biasanya bagian yang diserang
penyakit ini adalah saluran nafas bagian bawah. Orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah
biasanya akan lebih mudah terserang penyakit ini. Penularan pneumonia terjadi lewat udara,
seperti saat batk, bersin bahkan bicara.

3. Hepatitis A dan Hepatitis B

Orang dewasa perlu mendapatkan perlindungan vaksin hepatitis A dan hepatitis B.


Hepatitis A penting diberikan pada orang-orang yang bekerja di tempat penyajian makanan,
seperti restoran. Pasalnya penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis A yang disebarkan oleh
kotoran pengidap dan biasanya melalui makanan. Kamu disarankan untuk rutin melakukan
vaksinasi hepatitis A. Sementara hepatitis B merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
hepatitis B. Infeksi virus ini bisa menyebabkan peradangan hati akut atau menahun. Kondisi ini
bisa berkembang menjadi sirosis hati atau kanker hati.

4. HPV

Pemberian vaksin HPV bertujuan untuk menghindari serangan dari virus human
papillomavirus (HPV). Virus ini adalah penyebab utama terjadinya kanker serviks pada wanita
dan kutil kelamin pada pria maupun wanita. Saat remaja atau anak-anak adalah waktu terbaik
untuk memberikan vaksin ini. Pasalnya vaksin HPV akan lebih efektif bekerja jika diberikan
sebelum seseorang aktif berhubungan seksual. Namun jika kamu masih belum mendapatkannya,
penting untuk segera melakukan vaksinasi HPV.

5. Tetanus, Difteri, dan Pertusis

Orang dewasa perlu divaksin untuk menghindari penularan penyakit tetanus, difteri dan
pertusis alias batuk rejan. Biasanya paket vaksin ini sudah diberikan jika seorang anak aktif
imunisasis sejak balita. Namun ada baiknya untuk mengulang pemberian vaksin setidaknya satu
kali dalam 10 tahun.

6. Vaksin cacar

Pemberian vaksin ini bertujuan untuk mencegah penyakit cacar air. Penyabab dari
penyakit ini adalah virus varicella zoster. Biasanya vaksin cacar juga masuk dalam paket
imunisasi yang diberikan saat balita. Namun jika kamu belum mendapatkannya, biasanya dokter
akan menganjurkan dosis yang berbeda.

7. Measles, Mumps, dan Rubella (MMR)

Mencegah penyakit measles atau campak mumps atau gondong, dan rubella atau campak jerman
dilakukan dengan pemberian vaksin MMR. Tak hanya orang dewasa, anak kecil juga dianjurkan
untuk mendapat vaksin ini.

Selain ketujuh vaksin tersebut, ada juga beberapa vaksin yang diberikan pada saat-saat
tertentu. Seperti saat akan bepergian ke negara tertentu, contohnya vaksin meningitis yang
diberikan bagi jamaah calon haji. Ada pula vaksin yellow fever dan japanese encephalitis yang
diberikan jika Anda bepergian ke negara Afrika Selatan. Jika seseorang memiliki kontak tinggi
dengan hewan, maka penting untuk mendapatkan vaksin rabies.
Isi

Antigen adalah zat asing atau kompleks, mungkin organik, anorganik atau agen biologis
dan antigen tersebut dapat meningkatkan/ memprovokasi/ memunculkan respon kekebalan tubuh
ketika memasuki tubuh yang nantinya akan bereaksi dengan antibodi.

Klasifikasi antigen:

Antigen dapat diklasifikasikan menjadi antigen lengkap dan tidak lengkap.

a) Antigen lengkap: ketika antigen memasuki tubuh membangkitkan respon imun tanpa asisten
atau molekul pembawa mereka adalah imunogenik dan antigenik juga.

b) Antigen tidak lengkap/hapten : adalah zat asing yang mereka butuhkan molekul pembawa
untuk bertindak sebagai antigen lengkap. Antigen semacam ini disebut antigen tidak
lengkap/haptens. Haptens adalah senyawa dengan berat molekul rendah yang memiliki sifat
antigenik tetapi tidak memiliki sifat imunogenik. Sifat imunogenik atau produksi antibody diatur
oleh molekul pembawa. Molekul pembawa adalah komponen non-antigenik yang bereaksi
dengan antigen membantu dalam provokasi respon imun

sebuah hapten dilengkapi dengan rantai samping yang secara kimia reaktif seperti azine,
sulfonate, asornasi, dan karboksi, dan lain-lain.

Immunogens menginduksi respon imun dan sebagian besar antigen juga imunogen. Ada
berbagai macam fitur itu sangat menentukan imunogenisitas. Mereka termasuk tindaking:

a) Pengakuan benda asing: Umumnya, molekul Dikenal sebagai "diri" tidak imunogenik. Untuk
menjadi imunogenik, molekul harus diakui sebagai asing ("bukan-diri").

b) Ukuran: Imunogens yang paling kuat biasanya besar dan kompleks. teins. Molekul dengan
berat molekul kurang dari 10.000 molekul imunogenik lemah, dan seperti yang diharapkan
sangat kecil adalah nonimmunogenic. Beberapa molekul kecil, yang disebut haptens, menjadi
imunogenik hanya ketika dihubungkan dengan protein. Contohnya terlihat dengan lipid dan asam
amino yang ada haptens nonimmunogenic. Mereka membutuhkan konjungsi dengan protein
pembawa atau polisakarida sebelum mereka bisa menjadi immunogenic atau menghasilkan
respon imun.
c) Kimia dan kompleksitas struktural: Kompleksitas kimia adalah kunci lain fitur imunogenisitas.
Misalnya, asam amino homo- polimer kurang imunogenik dibandingkan heteropolimer itu
mengandung dua atau lebih asam amino yang berbeda.

d) Ketentuan genetik stitution dari host: Karena perbedaan dalam alel MHC, dua strain dari
spesies hewan yang sama dapat merespon berbeda ently ke antigen yang sama.

e) Dosis, rute, dan waktu

Administrasi antigen:

Faktor-faktor lain yang memengaruhi imuno- genicity termasuk konsentrasi antigen yang
diberikan, rute administrasi, dan waktu pemberian antigen. Namun, metode untuk mengurangi
imunogenisitas juga pertimbangan dalam desain obat protein. Ini bisa dilihat di individu yang
dapat menanggapi obat dan produk tertentu antibodi anti-obat. Antibodi anti-obat ini dapat
menghambat kemanjuran obat. Akhirnya, perlu dicatat bahwa itu mungkin untuk ditingkatkan
imunogenisitas suatu zat dengan mengkombinasikannya dengan a adjuvant. Adjuvant adalah zat
yang menstimulasi respons imun dengan memfasilitasi serapan ke dalam APC. Molekul
Pengenalan Antigen Selama respon imun, sistem pengenalan mampu membedakan diri dari non-
diri adalah penting untuk efektif kekebalan. Bagian bab ini berkonsentrasi pada molekul yang
digunakan untuk mengenali antigen asing. Molekul dari MHC dan presentasi antigen ditinjau
lebih dulu, direndahkan oleh gambaran struktur dan fungsi anti- tubuh dan terakhir, garis besar
reseptor-spesifik untuk pengenalan antigen (yaitu, reseptor sel B [BCR] dan TCR untuk antigen)
disajikan.

Kompleks Histocompatibility Utama Secara historis, major histocompatibility complex (MHC)


pertama kali ditemukan sebagai lokus genetik yang menyandikan suatu kelompok antigen
bertanggung jawab atas penolakan cangkok tumor. Saya t sekarang diketahui bahwa produk gen
dari wilayah ini adalah antigen utama yang diakui dalam penolakan transplantasi. ini juga jelas
bahwa molekul MHC mengikat antigen peptida dan menyajikannya ke sel T. Oleh karena itu,
molekul-molekul ini bertanggung jawab. Sible untuk pengenalan antigen sel-T dan memainkan
peran penting dalam mengendalikan berbagai fungsi dasar imunologi. Saya t juga harus dicatat
bahwa TCR berbeda dari antibodi. Molekul antibodi mengikat antigen secara langsung,
sedangkan TCR hanya mengenali antigen peptida yang disajikan dalam konteks molekul MHC
pada APC. TCR khusus untuk anti- gen, tetapi antigen harus disajikan pada self-MHC ecule.
TCR juga spesifik untuk molekul MHC. Harus antigen ini disajikan oleh bentuk alelik lain dari
MHC molekul in vitro, TCR tidak mengenali kompleks. Ini dikenal sebagai pembatasan MHC.
MHC adalah sekelompok gen yang dipelajari dengan baik secara seksama. berhubungan dengan
manusia pada kromosom 6. Telah dicatat bahwa lebih dari 300 varian alel yang berbeda telah
didefinisikan di beberapa lokus HLA. Saat ini, gen MHC adalah gen yang paling polimorfik
dikenal. Setiap individu mewarisi kumpulan alel yang terbatas dari orang tuanya. Sekelompok
gen MHC yang terkait erat diwariskan sebagai blok atau haplotype. Pada tahun 1987, struktur
tiga dimensi dari MHC protein kelas I dan II diungkapkan menggunakan x-ray crystal- lography.
Karya elegan ini memberikan informasi penting Pengolahan dan Presentasi Antigen Pengolahan
dan presentasi antigen merupakan ciri khas dari respon imun adaptif. Mekanisme yang rumit ini
pengenalan antigen dimulai dengan antigen yang menjadi asso- berhubungan dengan molekul
MHC diri untuk presentasi ke sel T dengan reseptor yang tepat. Protein dari anti-eksogen Gens,
seperti bakteri, diinternalisasi oleh APC (dendritik sel atau makrofag) dan menjalani denaturasi
atau parsial proteolisis dalam vesikel endositik dalam APC. Sementara di kompartemen
endosomal, fragmen peptida ini berfusi dengan vesikel eksosit yang mengandung molekul MHC
kelas II. langkah ini memperlihatkan garis lurus yang tepat fragmen peptida yang akhirnya
diekspresikan pada permukaan APC (sebagai kompleks peptida-MHC). Molekul MHC kelas II
disintesis dalam endoplasmic reticulum kasar (ER) dan kemudian mereka melanjutkan keluar
melalui aparat Golgi. Rantai invarian, sebuah poli- peptida yang membantu mengangkut molekul
MHC, kompleks dengan kompleks MHC kelas II di endosome. Vesikel ini disebut kompartemen
MHC kelas II. Rantai invarian ini berguna dan memblokir pengikatan sel self-endogenous
peptida ke kompleks MHC kelas II. Rantai invarian sekarang secara enzimatik dihilangkan.
Melalui serangkaian langkah, itu MHC kelas II mengikat antigen eksogen (fragmen peptida), dan
diangkut ke membran sel untuk presentasi. Interaksi antigen endogen dalam virus- sel yang
terinfeksi dan molekul MHC kelas I, protein sitosol dipecah oleh proteo- kompleks litik disebut
proteasome. Peptida cytosolic dapatkan akses ke molekul MHC kelas I yang baru lahir di ER
kasar melalui sistem transporter peptida (TAP). Gen TAP juga dikodekan dalam MHC. Di dalam
lumen ER, antigen peptida sekitar 8–10 residu dalam panjang kompleks dengan protein kelas I
MHC yang baru lahir dan bekerja sama β2 -microglobulin untuk membuat kelas MHC yang
stabil dan sepenuhnya terlipat Kompleks antigen I-peptida yang kemudian diangkut ke sel
permukaan untuk tampilan dan pengenalan oleh sel T sitotoksik CD8. Alur pengikatan molekul
kelas I lebih terbatas dibandingkan dengan molekul kelas II, dan karena itu, pepp lebih pendek
pasang surut ditemukan di kelas I daripada di kelas II MHC molekul. Sekali sel T sitotoksik
mengenali peptida MHC kelas I anti- gen, sekarang dapat membunuh sel yang terinfeksi virus.
Beberapa virus berusaha untuk mengalahkan respons kekebalan dengan mengganggu jalur
pemrosesan antigen. Untuk Misalnya, protein HIV Tat mampu menghambat ekspresi molekul
MHC kelas I. Protein herpesvirus berikatan dengan TAP, mencegah pengangkutan peptida virus
ke UGD, di mana molekul kelas I sedang disintesis. Sebuah konsekuensi mekanisme
penghambatan ini adalah bahwa sel yang terinfeksi tidak diakui oleh limfosit sitotoksik.
Beberapa antigen bakteri dan virus dapat diaktifkan sejumlah besar sel T melalui jalur khusus.
Ini protein disebut superantigen. Superantigens tidak membutuhkan pemrosesan dan oleh karena
itu dapat mengikat MHC molekul di luar celah peptida-mengikat). Dibandingkan dengan respon
sel T yang diinduksi antigen standar di mana sejumlah kecil sel T diaktifkan, superantigen dapat
menstimulasi jumlah yang jauh lebih besar (~ 25% lebih) dari sel T. Contoh klasik superantigen
termasuk bakteri tertentu racun, termasuk enterotoxin staphylococcal, syok toksik toksin
sindrom, dan kelompok A pyrogenic streptococcal exo- toksin A. Konsekuensi dari aktivasi
besar-besaran sel T ini kelebihan produksi sitokin, khususnya, IFN-γ. IFN-γ pada gilirannya
mengaktifkan makrofag untuk menghasilkan IL-1, IL-6, dan TNF-α, semua yang dapat
berkontribusi terhadap "cytokine storm" caus- gejala syok berat dan kegagalan organ ganda.

Persaingan antigenik adalah globulin dalam serum yang menghambat pembentukan antibody
terhadap albumin.

Pada tahun 1902, Leonor Michaelis Melakukan Pengamatan menyuntikkan serum asing
terhadap kelinci. Antibodi yang dihasilkan kelinci mempunyain spesifisitas terhadap globulin,
bukan albumin yang merupakan protein utama dalam serum.

1.Aspek teoretik

2.Aspek implikasi (yang akan di bahas)

Persaingan campuran

Terjadi persaingan antarmolekul pada saat pemaparan yang sama


Taussig et al pada tahun 1973 melakukan percobaan menggunakan molekul
immunoglobulin kelinci yang telah dipisahkan dalam fraksi Fc dan Fab. Fraksi Fc dan Fab
immunoglobulin kelinci disuntikkan pada mencit galur BABL/c. Hewan coba dibagi dalam
kelompok berdasarkan pada perbandingan campuran dosis fab dan fc. kelompok pertama
diberikan campuran antigen fc dan fab dengan perbandingan 3:1 sedangkan kelompok kedua
diberikan campuran antigen fc dan fab mempunyai perbandingan yang sama.

Efek dosis relative tersebut dapat ditunjukkan pada sejumlah campuran antigen lain.

Taussig menyimpulkan bahwa kelebihan dosis dari salah satu antigen akan menghambat respons
imun terhadap antigen lain yang lebih sedikit. campuran antigen tersebut dapat “di-
seimbangkan”sedemikian rupa dengan cara menyesuaikan perbandingan dosis agar tidak terjadi
persaingan antigenik.

Mekanisme persaingan

Radovich dan Talmage pada tahun 1967 melakukan penelitiannya dengan pendekatan
system transfer. persaingan lebih nyata apabila sel-sel yang ditransfer berjumlah
sedikit,dibandingkan apabila sel sel yg ditransfer lebih banyak jumlahnya.

Persaingan antigenic tidak melibatkan sel sel multipotensial,sehingga diusulka hipotesis


alternative.Hipotesis alternative tersebut menyatakan bahwa sebagai akibat adanya substansi
penghambat yang dilepaskan dalam respons pertama yang berefek menekan untuk sementara
respon imun terhadap antiken berikutnya.
Kesimpulan

Vaksin mengandung antigen yang sama atau bagian dari antigen yangmenyebabkan penyakit, tet
api antigen dalam vaksin adalah dalam keadaan sudah dibunuh atau sangat lemah. Ketika mereka
yang disuntikkan ke dalam jaringan lemak atau otot, antigen vaksin tidak cukup kuat untuk
menghasilkan gejala dantanda-tanda penyakit, tetapi cukup kuat bagi sistem imun untuk
menghasilkan antiboditerhadap mereka. Sel-sel memori yang menetap akan mencegah infeksi
ulang ketikamereka kembali lagi berhadapan dengan antigen penyebab penyakit yang sama
diwaktu-waktu yang akan datang. Dengan demikian, melalui vaksinasi, anak-
anak mengembangkan kekebalan tubuh terhadap penyakit yang mestinya bisa
dicegah. Namun perlu juga diingat bahwa karena vaksin berupa antigen, walaupun sudahdilemah
kan, jika daya tahan anak atau host sedang lemah, mungkin bisa juga menyebabkan penyakit.
Karena itu pastikan anak/host dalam keadaan sehat ketika akan di vaksinasi. Jika sedang demam
atau sakit, sebaiknya ditunda dulu untuk imunisasi/vaksinasi.

Daftar Pustaka ?

PENJELASAN

Untuk modul Imunobiologi, para Mahasiswa diberi tugas agar mempersiapkan uraian tertulis yang
dipresentasikan pada forum Seminar tanggal 03 Agustus 2018. Setiap kelompok dalam pembelajaran
Diskusi Kelompok mendapat tugas berbeda (lihat Tabel terlampir). Bahan yang dipresentasikan dengan
powerpoint berdasarkan uraian yang diketik dengan huruf Calibri font 11 sebanyak 10 halaman.

Uraian diketik dalam format: Pendahuluan, Uraian Utama, dan Penutup.

Uraian yang disampaikan dapat diperoleh dari Buku Imunobiologi edisi 3 Penerbit Sagung Seto oleh Prof.
Subowo, dr., MSc., PhD. atau dari sumber lain yang dapat dipertanggung jawabkan kadar ilmiahnya.

Tugas tersebut harus selesai tanggal 31 Juli 2018 dalam bentuk printout. Soft copy dikirim kepada
subowo.unjani12@yahoo.com sebagai laporan.

Dalam setiap makalah cantumkan alamat e-mail dan nama penanggung jawab kelompok.

CATATAN:
1. Sebelum mulai menulis, renungkan apakah maksud judul yang diberikan,
uraian jangan menyimpang dari maksud judul.
2. Hindari tulisan yang tidak dipahami oleh penulis.
3. Tulisan selain dimengerti oleh Penulis, juga harus mudah dimengerti oleh
Pembaca.
4. Tulisan hanya yang tercakup dalam Sasaran Belajar pada pembelajaran.
5. Gunakan bahasa Indonesia yang benar.

APLIKASI PERSAINGAN ANTIGENIK DALAM PENYIAPAN VAKSIN YANG


EFEKTIF

KOMENTAR:

1. Dalam suatu naskah uraian apapun bentuknya memelukann judul yang memberikan petunjuk apa isi
uraian tersebut. Pada makalah ini berjudul: APLIKASI PERSAINGAN ANTIGENIK DALAM PENYIAPAN
VAKSIN YANG EFEKTIF

2. Maka uraian harus sesuai dengan judul. Agar terjadi keterkaitan uraian dengan judul dimulai dengan
membaca Judul dengan memahami makna dari judul tersebut. Kata-kata yang mana dari judul yang
mempunyai arti utama, Aplikasi ? Persaingan antigenik? Vaksin? Ketepatan dalam menentukan yang
utama akan memberikan arahan isi dari uraian utamanya (Bab 2).

3. Sebelum masuk kedalam Bab 2, didahului uraian dalam Bab 1 yang seharusnya pengantar arti judul
kedalam Bab2. Misalnya menjelaskan apa yang dimaksudkan dengan aplikasi persaingan antigenik.
Adanya kata aplikasi seharusnya aspek teori aplikasi dijelaskan.

4. Kalau kita baca dalam Bab 2, terutama membahas mengenai berbagai jenis vaksin. Apakah ini uraian
tentang Judul. Kalau Bab 2 banyak menguraikan tentang vaksin, seharusnya kata yang utama dalam
judul adalah vaksin. Bagaimana Bab 3 yang merupakan kesimpulan uraian dalam Bab 2? Dimulai
dengan kandungan antigen.

5. Dari tinjauan yang dimulai dari judul ? Bab 1  Bab 2 (uraian utama)  Bab 3 tidak jelas rangkaian
gagasan yang mudah diikuti, yang biasanya dinamakan “benang merah”.

6. Terlepas dari masalah substansi uraian tersebut, seluruh uraian sulit dipahami gagasan apa yang
dimaksud oleh penulis. Hal ini menimbulkan kesan bahwa penulis tidak mengerti apa yang ditulis.
Penulisan dilakukan mencuplik berbagai narasi dari sumber yang kemudian dituangkan sebagai
tulisan yang membingungkan.
7. Dapat diduga bahwa penulis tidak memahami apa yang ditulis, melainkan meng”copy” dari sumber,
kemudian penggal-penggal cuplikan disusun bersambung tanpa memperhatikan apakah cuplikan-
cuplikan tersebut merupakan gagasan yang utuh.

8. Mungkin ketika kalian “terpaksa” membuat makalah yang merupakan tugas, timbul berbagai
pikiran: Untuk apa ini? Apa yang bermanfaat? Kami masih banyak yang harus dikerjakan
untuk menghadapi ujian? Benar: Banyak yang harus diselesaikan sebelum ujian,
bagaimanakah mengatasi ini? Kondisi demikianlah saya mencarikan jalan yang lebih efektif.

9. Apa hubungan antara tugas dengan ujian? Pertanyaan inilah yang penting. Perhatikan! Untuk
membuat makalah perlu membaca dari Sumber sebelum ditulis sebagai makalah.

10. Kalian telah mengerjakan kedua kegiatan tersebut. Tetapi yang belum kalian kerjakan
mengevaluasi dua kegiatan tersebut. Apakah kalian sudah membaca dengan benar? Apakah
kalian sudah menulios dengan benar?

11. Pertanyaan berikut: Apa hubungan kegiatan membaca & menulis dengan persiapan ujian?
Selama ini kami belajar dengan Membaca saja.

12. Perhatikan! Membaca dan Menulis merupakan moda bepikir dan belajar membutuhkan
bepikir!

13. Pertanyaan Berikut: Mengapa harus presentasi? Presentasi adalah kegiatan berbicara
yang juga merupakan kegiatan yang melibatkan pikiran. Sehingga presentasi akan melengkapi
moda berpikir.

14. Kesimpulan: Membaca, menulis dan bebicara yang benar akan merupakan kegiatan
berpikir yang benar untuk mendorong belajar yang efektif.

Anda mungkin juga menyukai