Anda di halaman 1dari 6

Kategori kecelakaan kendaraan bermotor

Kecelakaan kendaraan bermotor terdiri dari empat kategori berdasarkan bagaimana terjadinya
kecelakaan tersebut, yakni:

1. Tertabrak dari bagian depan


2. Tertabrak dari bagian samping
3. Terlempar keluar
4. Tertabrak dari bagian belakang

Tertabrak dari bagian depan

Saat dua kendaraan bertabrakan pada bagian depan ataupun bila kendaraan menabrak benda yang
diam, maka sopir dan penumpang akan terlempar ke depan, kecuali pada sopir dan penumpang
yang menggunakan sabuk pengaman. Jika tidak menggunakan sabuk pengaman, lutut sopir akan
tertumbuk pada bagian panel depan, dada akan tertumbuk ke bagian stir dan kepala akan
menghantam bagian kaca depan mobil. Hal yang demikian pun terjadi pada penumpang yang
tidak menggunakan sabuk pengaman. , namun bagian dada penumpang akan menghantam bagian
dashboard dari mobil. Jika kepala dari sopir atau penumpang pada kursi depan menumbuk kaca
depan dari mobil, maka akan terjadi abrasi pada bagian dahi, hidung dan muka dengan luka
yang berorientasi vertical.

Tertabrak dari bagian samping

Bila 2 mobil saling bertabrakan dimana bagian samping sopir yang tertumbuk, maka kecepatan
akan di teruskan dari bahu ke bagian bawah. Kepala akan fleksi ke lateral ke bagian jendela
kearah mobil yang menabrak. Sabuk pengaman dan kantong udara dalam situasi seperti ini tidak
terlalu berguna. Cedera luar yang dapat terjadi yakni abrasi, laserasi dan fraktur, dimana hal ini
lebih cenderung terjadi pada bagian sisi kiri dari tubuh serta tangan dan kaki kiri dapat terjadi
fraktur. Cedera dalam yang dapat terjadi yakni fraktur iga, cenderung terjadi pada sisi kiri.

Terlempar

Kecelakaan yang menyebabkan terlempar keluar lebih menyebabkan kematian daripada tertabrak
dari depan dan samping. Segala sesuatu yang mencegah pasien untuk terlempar ke depan dapat
meningkatkan kemungkinan untuk hidup.
Tertabrak dari belakang

Kecelakaan dimana kendaraan tertabrak dari belakang paling sedikit menyebabkan cedera yang
fatal. Pada kasus ini, penumpang dapat terdorong ke belakang sehingga menumbuk kursi bagian
belakang atau bagian belakang dari mobil ataupun dapat terlempar keluar jendela belakang. Hal
ini dapat menyebabkan cedera serius, namun jarang. Dapat menyebabkan cedera pada kepala dan
atau leher. Ini dapat terjadi walaupun penumpang sudah menggunakan sabuk pengaman.

Sabuk pengaman dan kantong udara

Ada 3 bentuk dari sabuk pengaman mobil yakni sabuk pengaman di paha, di bahu dan gabungan
keduanya. Sabuk pengaman di paha merupakan sabuk pengaman yang pertama kali di
perkenalkan dan menjadi standar pada mobil pada tahun 1964. Sabuk pengaman ini masih
dijumpai pada kendaraan lama dan pada kendaraan baru ditemukan pada kursi di bagian
belakang. Semua kendaraan bermotor sekarang menggunakan sabuk pengaman di paha dan
bahu. Pada Desember tahun 1997 di perkirakan 69 % kendaraan sudah menggunakan sabuk
pengaman.

Sabuk pengaman di paha efektif untuk menurunkan cedera dan kematian dan dominan untuk
mencegah sopir dan penumpang untuk terlempar ke depan pada waktu kecelakaan. Bila terjadi
tabrakan dari depan sabuk pengaman ini dapat mencegah kepala sopir dari pecahan kaca dan
menurunkan kecederaan yang bisa disebabkan efek dari stir mobil. Namun kekurangannya bila
tabrakan dari depan, kepala dan dada tidak akan terlindungi sehingga dapat terlempar ke depan,
kepala sopir akan terkena pada bagian stir dan kepala penumpang bagian depan dapat terkena
papan dashboard. Keduanya dapat menyebabkan cedera yang serius dan fatal. Sabuk pengaman
di paha juga dapat mencegah penumpang di belakang terlempar ke depan.

Selain itu sabuk pengaman di paha juga dapat menimbulkan cedera, jika sabuk di ikat terlalu
tinggi (di atas pelvis), tubuh dapat terlempar dengan keras sehingga menyebabkan fraktur
kompresi dari vertebra lumbalis, fraktur dari corpus vertebra, serta fraktur dari pedikel. Sabuk
pengaman ini juga dapat menyebabkan cedera pada jaringan lunak seperti kontusio dan laserasi
dari duodenum, jejunum, ileum dan laserasi dari limpa dan pancreas. Kebanyakan cedera pada
organ dalam abdomen dan cedera pada vertebra disebabkan karena penggunaan sabuk pengaman
paha yang terlalu tinggi. Cedera pada usus halus, colon dan vertebra lumbalis oleh karena
penggunaan sabuk pengaman di pesawat disebut sebagai “seat belt syndrome”. Kontusio dan
abrasi pada dinding abdomen dan kumpulan beberapa gejala yang disebabkan sabuk pengaman
disebut “seat belt sign”.

Penggunaan sabuk pengaman di bahu tanpa sabuk pengaman di paha dapat mengakibatkan
fraktur vertebra cervical, thorakalis dan lumbalis, fraktur dari costa dan sternum, serta cedera
pada laring, hepar,, limpa dan ginjal.

Kantong udara

Kantong udara di perkenalkan untuk menurunkan kematian dan cedera yang serius pada
kecelakaan khususnya pada mereka yang tidak menggunakan sabuk pengaman. Sepertinya sabuk
pengaman, kantong udara juga dapat menimbulkan cedera bahkan kematian. Kematian biasanya
terjadi pada wanita yang berbadan kecil dan anak di bawah umur 13 tahun, khususnya pada anak
pada anak yang tidak menggunakan sabuk pengaman atau pada posisi yang salah.

Cedera yang fatal yang disebabkan oleh karena penggunaan kantong udara dapat menyebabkan
dislokasi atau fraktur dari vertebra cervical, fraktur basis crania, dan cedera pada organ dalam
rongga thoraks dan abdomen

Gambar 9.12 abrasi pada bagian bawah dagu dan pada bagian leher yang disebabkan karena
penggunaan kantong udara. Menyebabkan kematian karena terjadi fraktur cervical.

Kebakaran kendaraan bermotor

Kecelakaan kendaraan bermotor yang menyebabkan kebakaran jarang terjadi., namun bila terjadi
dan menimbulkan cedera berat dapat menimbulkan tindakan hukum terhadap pihak yang
memproduksi kendaraan tersebut. Oleh karena itu bila terjadi kecelakaan kendaraan bermotor
dan terjadi kebakaran, maka mayat harus dikeluarkan dari kendaraan dan dilakukan otopsi.
Pemeriksaan leher, bagian depan dan belakang juga dilakukan apalagi bila tidak ditemukan bukti
trauma yang dapat menyebabkan kematian. Analisis gas karbon monoksida juga perlu dilakukan.
Jika tidak didapatkan darah, dapat digunakan limpa, sum-sum tulang, hepar atau otot.

Kecelakaan bermotor

Kecelakaan bermotor dapat menimbulkan cedera minor bila menggunakan mobil, namun bisa
menimbulkan kematian bila menggunakan motor. Pada kecelakaan termasuk mobil, hal yang
paling berbahaya dapat terjadi pada orang yang terlempar keluar dari kendaraan. Kecelakaan
bermotor selalu mengakibatkan terlemparnya pengendara dan atau penumpang. Seorang dapat
meninggal pada kecelakaan bermotor dengan terdapat cedera pada kepala dan leher dan dapat
terjadi cedera yang lebih banyak, namun yang paling sering terjadi fraktur kepala yang hebat
terutama fraktur basis cranii.

Pada saat mengendara bila pengendara tidak melihat adanya kabel yang melintasi jalan atau
digunakan untuk menopang tiang atau menara, sehingga menabraknya, dapat mengakibatkan
terputusnya kepala dan lengan.

Gambar 9.13

a. Terputus total tangan kanan karena menabrak kabel. tepi tajam


b. Kepala terputus tidak sempurna
c. Tepi tajam dari luka, mirip dengan luka Karen terpotong pisau

Kecelakaan kereta api.

Kecelakaan kereta api biasanya terjadi dari samping. Luka yang timbul pun bervarisai yani luka
pada bagian samping maupun depan, paling sering model luka tidak spesifik karena dapat
menimbulkan luka di seluruh tubuh. Penyebab kecelakaan ini biasanya karena pengemudi dalam
pengaruh alcohol.

Kematian pejalan kaki

Saat pejalan kaki ditabrak oleh kendaraan bermotor model luka dan keparahan luka tergantung
pada 4 faktor yakni

1. Kecepatan kendaraan bermotor


2. Karakteristik fisik dari kendaraan bermotor
3. Pengereman
4. Korban anak atau dewasa
Hubungan antara kecepatan dan cedera

Kecepatan kendaraan bermotor merupakan hal yang penting dalam menentukan parahnya cedera.
Pada kecepatan 20km/jam sampai 40km/jam cedera yang terjadi dapat menjadi parah, namun
bukan berarti pada kecepatan rendah tidak dapat menimbulkan cedera. Terdapat 4 tipe cedera
yang terjadi jika dikorelasikan dengan kecepatan kendaraan bermotor, yakni :

1. Fraktur vertebra
2. Rupture aorta thoracic
3. Rupture kulit bagian inguinal
4. Terputusnya ekstremitas

Fraktur vertebra dapat terjadi pada kecepatan 27,5 km/jam, sering terjadi pada kecepatan lebih
dari 45 km/jam dan selalu terjadi pada kecepatan lebih dari 65 km/jam.

Rupture aorta thoracic dapat terjadi pada kecepatan 63 km/jam, dan selalu terjadi pada kecepatan
lebih dari 85 km/jam dan terjadi fraktur dari vertebra thorakalis.

Rupture dari kulit pada inguinal dapat terjadi pada kecepatan 66 km/jam dan selalu terjadi pada
kecepatan 95 km/jam atau lebih sedangkan terputusnya ekstremitas dapat terjadi pada kecepatan
98 km/jam

Pejalan kaki anak-anak

Pada anak yang tertabrak oleh mobil yang tidak mengerem atau terlambat melalukan
pengereman, gravitasi pada bagian depan mobil lebih besar daripda pada bagian badan mobil,
sehingga korban akan terbanting dan tergilas, namun bila mobil melakukan pengereman maka
gravitasi bagian mobil lebih rendah daripada gravitasi korban sehingga korban akan terlempar.

Pejalan kaki dewasa

Bila orang dewasa tertabrak, sama halnya dengan anak-anak. Bila orang dewasa yang tertabrak
oleh mobil yang tidak mengerem atau terlambat melalukan pengereman, gravitasi pada bagian
depan mobil lebih besar daripda pada bagian badan mobil, sehingga korban akan terbanting dan
tergilas, namun bila mobil melakukan pengereman maka gravitasi bagian mobil lebih rendah
daripada gravitasi korban sehingga korban akan terlempar ke bagian atas mobil.

Anda mungkin juga menyukai