Anda di halaman 1dari 9

Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan mengenai segala

hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari
kehidupan manusia. Filsafat ilmu memberikan spirit bagi perkembangan dan kemajuan ilmu
dan sekaligus nilai-nilai moral yang terkandung pada setiap ilmu baik pada tataran ontologis,
epistemologis maupun aksiologi. Kemudian, dengan mensyaratkan observasi, sains harus
bersifat empiris, baik berhubungan dengan benda-benda fisik, kimia, biologi, dan astronomi
maupun berhubungan dengan psikologi dan sosiologi. Inilah karakter sains yang paling
mendasar dalam pandangan epistemologi konvensional. Sains merupakan produk eksperimen
yang bersifat empiris. Eksperimen dapat dilakukan, baik terhadap benda-benda mati
(anorganik) maupun makhluk hidup sejauh hasil eksperimen dapat diobservasi secara
indrawi. Eksperimen pun dapat dilakukan terhadap manusia, seperti yang dilakukan Waston
dan penganut aliran behaviorisme klasik lainnya.
Salah satu cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber
pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas
dan kebenaran pengetahuan merupakan bagian dari epistimologi sains. Disinilah dasar-dasar
pengetahuan maupun teori pengetahuan yang diperoleh manusia menjadi bahan pijakan.
Konsep-konsep ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dewasa ini beserta aspek-aspek
praktis yang ditimbulkannya dapat dilacak akarnya pada struktur pengetahuan yang
membentuknya. Setiap jenis pengetahuan selalu mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai
apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut
disusun. Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu, maka hal ini harus dikaitkan
dengan ontologi dan aksiologi ilmu. Ketiga landasan ini saling berkaitan; ontologi ilmu
terkait dengan epistemologi ilmu, epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan
seterusnya. Secara jelas, tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari
ontologi dan aksiologi. Dalam membahas dimensi kajian filsafat ilmu didasarkan model
berpikir sistemik, sehingga harus senantiasa dikaitkan. Oleh karena itu maka setiap berbicara
tentang Filsafat Ilmu pastilah salah satunya membicarakan Ontologi, Epistemologi dan
Aksiologi.

Ciri-Ciri Filsafat
Pemikiran kefilsafatan mempunyai ciri-ciri yaitu menyeluruh, mendasar, dan spekulatif.
Lain Halnya dengan menyebutkan ciri-ciri dari berfilsafat yaitu, deskriptif, kritik, atau
analitik, evaluatik atau normatif, spekulatif dan sistematik.
1. Menyeluruh artinya pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri dan bukan
hanya ditinjau dari suatu sudut pandang tertentu, pemikiran kefilsafatan ingin
mengetahui hubungan antara ilmu yang satu dengan ilmu-ilmu lain, hubungan ilmu
dengan moral, seni, dan tuhuan hidup.
2. Mendasar yaitu pemikiran yang dalam samapi kepada hasil yang fundamental atau
esensial objek yang dipelajarinya sehingga dapat dijadikan dasar perpijakan bagi
segenap nilai dan keilmuan.
3. Spekulatif yaitu hasi pemikiran yang didapat dijadikan dasar bagi pemikiran
selanjutnya.

Kegunaan Filsafat
Pada umumnya dapat dikataka bahwa dengan belajar filsafat semakin menjadikan
orang mampu untuk menangani berbagai pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak
dalam wewenang metodis ilmu-ilmu khusus. Kegunaan secara umum filsafat ialah
merasakan bahwa berfikir dan memikirkan itu sebagai suatu nikmat yang luar biasa
sehingga filsafat diberi pridikat sebagai keinginan yang maha bergharga. Sebagai pelopor
filsafat moderen dan plopor pembaharuan dalam abad ke 17 terkenal dengan ucapannya.
Seorang filsuf moderen merumuskan filsafat sebagai berikut: filsafat adalah keinsafan dan
pandangan jauh kedepan dan suatu kesadaran akan hidup pendeknya, kesadaran akan
kepentingan yang memberi semangat kepada seluruh usaha peradapan. Seorang filsuf
moderen exstensialisme mengatakan bahwa jasa dari filssfat baru ialah terletak dalam
sumber penyelidikannya, sumber itu adalah exsitensidan denagan sumber itu kita bisa
berpikir tentang manusia.

Objek Filsafat
Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari suatu penelitian atau pembentukan
pengetahuan. Setiap Ilmu pengetahuan mempunyai objek, yang dibedakan menjadi dua,
yaitu sebagai berikut:
1. Objek Material Filsafat yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu. Boleh juga objek material adalah hal yang
diselidiki, dipandang, atau disorot, oleh suatu disiplin ilmu, objek material
mencakup apa saja, baik hal-hal konkret atau pun hal yang abstrak.
2. Objek Formal Filsafat yaitu sudut pandangan yang ditunjukan pada bahan dari
penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material
itu disorot. Suatu objek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang
sehingga menimbulkan ilmu yang berbeda-beda. Objek forlma filsafat yaitu sudut
pandangan yang meyeluruh, secara umum sehingga dapat mencapai hakikat dari
objek materialnya. Jadi yang dibedakan dari filsafat dengan ilmu-ilmu lain terletak
dalam objek material dan objek formalnya. Dalam ilmu-ilmu lain objek
materialnya membatasi diri, sedangkan pada filsafat tidak membatasi diri.

EPISTEMOLOGI

Epistemologi berasal dari kata yunani, episteme dan logos. Episteme biasa diartikan
pengetahuan atau kebenaran,dan logos diartikan pikiran,kata atau teori. Epistemologi secara
etimologi dapat diartikan teori pengetahuan yang benar dan lazimnya hanya disebut teori
pengetahuan yang dalam bahasa inggrisnya menjadi theory of knowledge.
Istilah-istilah lain yang setara maksudnya dengan ‘epistemologi’ dalam pelbagai
keperpustakaan filsafat kadang kadang disebut juga logika material,criteriology,kritika
pengetahuan,gnosiology dan dalam bahasa indonesia lazim dipergunakan istilah ‘filsafat
pengetahuan’ .

A. LOGIKA MATERIAL
Istilah logika material sudah mengandaikan adanya ilmu pengetahuan lain yang
disebut logika formal. Sesungguhnya istilah logika material ini secara khusus hanya terdapat
pada keperpustakaan kefilsafatan belanda. Apabila logika formal bersangkutan dengan
bentuk-bentuk pemikiran,maka logika material bersangkutan dengan isi pemikiran.
B. KRITERIOLOGIA
Istilah kriterialogia berasal dari kata kriterium yang berarti ukuran. Dalam hal ini
yang dimaksud adalah ukuran untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau
pengetahuan tertentu. Dengan demikian, kriteriologia merupakan suatu cabang filsafat yang
berusaha untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan berdasarkan
ukuran tentang kebenaran.

C. KRITIKA PENGETAHUAN
Istilah kritika pengetahuan sedikit banyak ada sangkut pautnya dengan istilah
kriteriologia. Kritika disini adalah sejenis usaha manusia untuk menetapkan, apakah sesuatu
pikiran atau pengetahuan manusia itu sudah benar atau tidak benar dengan jalan meninjau
nya secara sedalam dalamnya.

D. GNOSEOLOGIA
Istilah gnoseologia berasal dari kata gnosis dan logos. Dalam hal ini gnosis berarti
pengetahuan yang bersifat keilahian,sedangkan logos berarti ilmu pengetahuan. Secara
demikian gnoseologia berarti ilmu pengetahuan atau cabang filsafat yang berusaha untuk
memperoleh pengetahuan mengenai hakikat pengetahuan,khususnya mengenai pengetahuan
yang bersifat keilahian .

E. FILSAFAT PENGETAHUAN
Mengenai batasan epistemologi, seperti istilah-istilah dalam filsafat,istilah inipun
tidak sedikit yang memberikan batasan dan setiap batasan hampir mempunyai corak yang
sedikit berlainan. Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari soal tentang
watak,batas-batas dan berlakunya dari ilmu pengetahuan. Epistemologi ialah pengetahuan
tentang pengetahuan dan pengetahuan yang kita miliki tentang pengetahuan kita sendiri
bukannya pengetahuan orang lain tentang pengetahuan kita,atau pengetahuan yang kita miliki
tentang pengetahuan orang lain.

1. ARTI PENGETAHUAN
Semua pengetahuan hanya dikenal dan ada didalam pikiran manusia, tanpa pikiran
pengetahuan tidak akan eksis.

a. Mengamati (observes);pikiran berperan dalam mengamati objek-objek


mengandung kesadaran.
b. Menyelidiki (inquires); ketertarikan pada objek dikondisikan oleh jenis jenis
objek yang tampil.
c. Percaya (believes); manakala suatu objek muncul dalam kesadaran, biasanya
objek-objek itu diterima sebagai objek yang menampak.
d. Hasrat (desires); kodrat hasrat ini mencakup kondisi biologis dan interaksi
dialektik antara tubuh dan jiwa.
e. Maksud (intends); kendatipun memiliki maksud maksud ketika akan
mengobservasi, menyelidiki,mempercayai,dan berhasrat,namun sekaligus
perasaannya tidak beerbeda atau bahkan terdorong ketika melakukannya.
f. Mengatur (organizes); setiap pikiran adalah suatu organisme yang teratur dalam
diri seseorang.
2. TERJADINYA PENGETAHUAN
Masalah terjadinya pengetahuan adalah masalah yang amat penting dalam
epistemologi,sebab jawaban terhadap terjadinya pengetahuan maka seseorang akan berwarna
pandangan atau paham filsafatnya. Pengetahuan a priori adalah pengetahuan yang terjadi
tanpa adanya atau melalui pengalaman,baik pengalaman indra maupun pengalaman batin.
Adapun pengetahuan a posteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena adanya
pengalaman.

3. PENGALAMAN INDRA (sense experience)


Memang dalam hidup manusia tampaknya pengindaran adalah satu-satunya alat untuk
menyerap segala sesuatu objek yang ada diluar diri manusia. Karena terlalu menekankan
pada kenyataan, paham demikian dalam filsafat disebut ‘realisme’.

4. NALAR (Reason)
Nalar adalah salah satu corak berpikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau
lebih dengan maksud untuk mendapat pengetahuan baru.
Principium Contradictionis, maksudnya bila terdapat dua pendapat yang
bertentangan,tidak mungkin kedua-duanya benar dalam waktu yang bersamaan atau dengan
kata lain pada subjek yang sama tidak mungkin terdapat dua predikat yang bertentangan pada
satu waktu. Principium Tertii Exluci,yaitu pada dua pendapat yang berlawanan tidak
mungkin keduanya benar dan tidak mungkin keduanya salah.

5. OTORITAS (Authority)
Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh
kelompoknya.

6. INTUISI (intuition)
Intuisi adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang berupa proses kejiwaan
dengan tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu untuj membuat pernyataan yang berupa
pengetahuan.

7. WAHYU (Revelation)
Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh tuhan kepada Nabi-Nya untuk
kepentingan umatnya. Kita mempunyai pengetahuan melalui wahyu,karena ada kepercayaan
tentang suatu yang disampaikan itu.

8. KEYAKINAN (faith)
Keyakinan adalah suatu kemampuan yang ada pada dirj manusia dan diperoleh
melalui kepercayaan. Sesungguhnya antara sumber pengetahuan yang berupa wahyu dan
keyakinan ini sangat sukar untuk dibedakan secara jelas,karena keduanya menetapkan bahwa
alat lain yang dipergunakan nya adalah kepercayaan.

F. JENIS-JENIS PENGETAHUAN
Jenis-jenis pengetahuan juga dapat dilihat pada pendapat plato dan Aristoteles.

1. Pengetahuan Eikasia (Khayalan)


Tingkatan yang paling rendah disebut pengetahuan Eikasia,ialah pengetahuan yang
objeknya berupa bayangan atau gambaran. Pengetahuan ini isinya adalah hal-hal yang
berhubungan dengan kesenangan atau kesukaan serta kenikmatan manusia yang
berpengetahuan.
2. Pengetahuan Pistis (Substansial)
Suatu tingkat diatas eikasia adalah tingkatan pistis atau pengetahuan substansial.
Pengetahuan ini adalah pengetahuan mengenai hal-hal yang tampak dalam dunia
kenyataan atau hal-hal yang dapat diindrai secara langsung.
3. Pengetahuan Dianoya (Matematik)
Pengetahuan dalam tingkatan ketiga adalah pengetahuan dianoya. Plato menerangkan
tingkat pengetahuan ini ialah tingkatan yang ada didalam nya sesuatu yang tidak hanya
terletak pada fakta atau objek yang tampak, tetapi juga terletak pada bagian cara
berpikirnya.
4. Pengetahuan Noesis (filasafat)
Pengetahuan tingkat tinggi disebut noesis, pengetahuan yang objeknya adalah arche
ialah prinsip-prinsip utama yang mencakup epistemologik dan metafisik. Prinsip utama
ini biasa disebut “IDE”.

Pengertian Etika Keilmuan

Etika berasal dari dari kata Yunani ‘Ethos’ (jamak – ta etha), berarti adat istiadat.
Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada
suatu masyarakat. Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tatacara hidup yg baik, aturan hidup yg
baik dan segala kebiasaan yg dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau
dari satu generasi ke generasi yg lain.

Etika secara umum dapat dibagi menjadi:

1. Etika Umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak


secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-
prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur
dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan dengan
ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
2. Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan
yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil keputusan dan
bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari
oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat juga
berwujud : Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan
dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia
bertindak etis. Cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tidanakn, dan
teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.
Ilmu Bebas Nilai atau Tidak Bebas Nilai

Bebas nilai merupakan tuntutan agar ilmu pengetahuan dikembangkan hanya demi
ilmu pengetahuan dan karena itu ilmu pengetahuan tidak boleh dikembangkan dengan
didasarkan pada pertimbangan lain di luar ilmu pengetahuan. Namun tuntutan bebas nilai ini
tidak mutlak karena tuntutan ini hanya berlaku bagi nilai lain di luar nilai yang menjadi
taruhan utama dan perjuangan ilmu pengetahuan bahwa ilmu pengetahuan harus tetap peduli
akan nilai kebenaran dan kejujuran.
a. Teori Tentang Nilai
Perkembangan yang terjadi dalam pengetahuan ternyata melahirkan sebuah polemik
baru karena kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa kita sebut sebagai
netralitas pengetahuan (value free). Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang
didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value baound.
Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan
yang didasarkan pada keterikatan nilai? Bagi ilmuwan yang menganut faham bebas
nilai kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan akan lebih cepat terjadi. Karena
ketiadaan hambatan dalam melakukan penelitian. Baik dalam memilih objek
penelitian, cara yang digunakan maupun penggunaan produk penelitian. Sedangkan
bagi ilmuwan penganut faham nilai terikat, perkembangan pengetahuan akan terjadi
sebaliknya. karena dibatasinya objek penelitian, cara, dan penggunaan oleh nilai.
Kendati demikian paham pengetahuan yang disandarkan pada teori bebas nilai
ternyata melahirkan sebuah permasalahan baru. Dari yang tadinya menciptakan
pengetahuan sebagai sarana membantu manusia, ternyata kemudian penemuannya
tersebut justru menambah masalah bagi manusia. Meminjam istilah carl Gustav Jung
“bukan lagi Goethe yang melahirkan Faust melainkan Faust-lah yang melahirkan
Goethe”.

b. ILMU, Antara Bebas atau Terikat Nilai


Perkembangan ilmu pengetahuan dalam sejarahnya tidak selalu melalui logika
penemuan yang didasarkan pada metodologi objektivisme yang ketat. Ide baru bisa
saja muncul berupa kilatan intuisi atau refleksi religius, di mana netralitas ilmu
pengetahuan kemudian rentan permasalahan di luar objeknya. Yaitu terikat dengan
nilai subjektifitasnya seperti hal yang berbau mitologi. Dengan demikian netralitas
ilmu semakin dipertanyakan. Setiap buah pikiran manusia harus kembali pada aspek
ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Hal ini sangat penting bahwa setelah tahap
ontologi dan epistimologi suatu ilmu dituntut pertanyaan yaitu tentang nilai kegunaan
ilmu (aksiologi). Dari sudut epistemologi, sains (ilmu pengetahuan) terbagi dua, yaitu
sains formal dan sains empirikal. Sains formal berada di pikiran kita yang berupa
kontemplasi dengan menggunakan simbol, merupakan implikasi-implikasi logis yang
tidak berkesudahan. Sains formal netral karena berada di dalam pikiran kita dan diatur
oleh hukum-hukum logika. Adapun sains empirical tidak netral. Sains empirikal
merupakan wujud kongkret jagad raya ini, isinya ialah jalinan-jalinan sebab akibat.
Sains empirikal tidak netral karena dibangun oleh pakar berdasarkan paradigma yang
menjadi pijakannya, dan pijakannya itu merupakan hasil penginderaan terhadap jagad
raya. Pijakan ilmuwan tersebut tentulah nilai. Tetapi sebaliknya pada dasar ontologi
dan aksiologi bahwa ilmuwan harus menilai antara yang baik dan buruk pada suatu
objek, yang hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap.
Objek ilmu memiliki nilai intrinsik sementara di luar itu terdapat nilai-nilai lain yang
mempengaruhinya. Objek tidak dapat menghindari nilai dari luar dirinya karena tidak
akan dikenal sebagai ilmu pengetahuan apabila hanya berdiri sendiri dan sibuk dengan
nilainya sendiri. Dengan kata lain ilmu bukan hanya untuk kepentingan ilmu sendiri
tetapi ilmu juga untuk kepentingan lainnya, sehingga tidak dapat diabaikan kalau ilmu
terikat dengan lainnya seperti nilai. Paradigmalah yang menentukan jenis eksperimen
dilakukan para ilmuwan, jenis-jenis pertanyaan yang mereka ajukan, dan masalah
yang mereka anggap penting dan manfaatnya. Ketidaknetralan ilmu disebabkan
karena ilmuwan berhubungan dengan realitas bukan sebagai sesuatu yang telah ada
tanpa interpretasi, melainkan dibangun oleh skema konseptual, ideologi, permainan
bahasa, ataupun paradigma.

Sikap Ilmiah Yang Harus Dimiliki Ilmuwan

Ilmu bukanlah merupakan pengetahuan yang datang demikian saja sebagai barang
yang sudah jadi dan datang dari dunia khayal. Akan tetapi ilmu merupakan suatu cara
berpikir yang demikian dalam tentang sesuatu obyek yang khas dengan pendekatan yang khas
pula sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang berupa pengeta-huan yang ilmiah. Ilmiah
dalam arti bahwa sistem dn struktur ilmu dapat dipertanggungjawabkan seca-ra terbuka.
Disebabkan oleh karena itu pula ia terbuka untuk diuji oleh siapapun.

Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang di dalam dirinya memiliki karakteristik


kritis, rasional, logis, obyektif, dan terbuka. Hal ini merupakan suatu keharusan bagi seorang
ilmuwan untuk melakukannya. Namun selain itu juga masalah mendasar yang dihadapi
ilmuwan setelah ia membangun suatu bangunan yang kokoh kuat adalah masalah kegunaan
ilmu bagi kehidupan manusia. Memang tak dapat disangkal bahwa ilmu telah membawa
manusia kearah perubahan yang cukup besar. Akan tetapi dapatkah ilmu yang kokoh, kuat,
dan mendasar itu menjadi penyelamat manusia bukan sebaliknya. Disinilah letak tang-gung
jawab seorang ilmuwan, moral dan akhlak amat diperlukan. Oleh karenanya penting bagi
para ilmuwan memiliki sikap ilmiah.

Manusia sebagai makhluk Tuhan berada bersama-sama dengan alam dan berada di
dalam alam itu. Manusia akan menemukan pribadinya dan membudayakan dirinya bilamana
manusia hidup dalam hubungannya dengan alamnya. Manusia yang merupakan bagian alam
tidak hanya merupakan bagian yang terlepas darinya. Manusia senantiasa berintegrasi dengan
alamnya. Sesuai dengan martabatnya maka manusia yang merupakan bagian alam harus
senantiasa merupakan pusat dari alam itu. Dengan demikian, tampaklah bahwa diantara
manusia dengan alam ada hubungan yang bersifat keharusan dan mutlak. Oleh sebab itulah,
maka manusia harus senantiasa menjaga keles-tarian alam dalam keseimba-ngannya yang
bersifat mutlak pula. Kewajiban ini merupakan kewajiban moral tidak saja sebagai manusia
biasa lebih-lebih seorang ilmuwan dengan senantiasa menjaga kelesta-rian dan keseimbangan
alam yang juga bersifat mutlak.

Ontologi

Ontologi adalah bagian filsafat yang paling umum, atau merupakan bagian dari
metafisika, dan metafisika merupakan salah satu bab dari filsafat. Obyek telaah ontologi
adalah yang ada tidak terikat pada satu perwujudan tertentu, ontologi membahas tentang yang
ada secara universal, yaitu berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi
segala realitas dalam semua bentuknya. Setelah menjelajahi segala bidang utama dalam ilmu
filsafat, seperti filsafat manusia, alam dunia, pengetahuan, kehutanan, moral dan sosial,
kemudian disusunlah uraian ontologi. Maka ontologi sangat sulit dipahami jika terlepas dari
bagian-bagian dan bidang filsafat lainnya.

Dan ontologi adalah bidang filsafat yang paling sukar.10 Metafisika membicarakan
segala sesuatu yang dianggap ada, mempersoalkan hakekat. Hakekat ini tidak dapat
dijangkau oleh panca indera karena tak terbentuk, berupa, berwaktu dan bertempat. Dengan
mempelajari hakikat kita dapat memperoleh pengetahuan dan dapat menjawab pertanyaan
tentang apa hakekat ilmu itu. Ditinjau dari segi ontologi, ilmu membatasi diri pada kajian
yang bersifat empiris.

Objek penelaah ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca
indera manusia. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa hal-hal yang sudah berada diluar
jangkauan manusia tidak dibahas oleh ilmu karena tidak dapat dibuktikan secara metodologis
dan empiris, sedangkan ilmu itu mempunyai ciri tersendiri yakni berorientasi pada dunia
empiris. Berdasarkan objek yang ditelaah dalam ilmu pengetahuan dua macam:

1. Obyek material (obiectum materiale, material object) ialah seluruh lapangan atau
bahan yang dijadikan objek penyelidikan suatu ilmu.

2. Obyek Formal (obiectum formale, formal object) ialah penentuan titik pandang
terhadap obyek material.

Epistemologi

Epistemologi adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari tentang asal, sifat,
metode, dan batasan pengetahuan manusia. Epistemologi sendiri dinamakan sebagai teori
pengetahuan. Kata epistemologi berakar dari bahasa Yunani. Kata ini terdiri dari dua
gabungan kata yaitu episteme yang artinya cara dan logos yang artinya ilmu. Jika diartikan
secara keseluruhan, epistemologi adalah ilmu tentang bagaimana seorang ilmuwan
membangun ilmunya.

Di dalam kajian epistemologi, ilmu komunikasi dititikberatkan pada berita yang


sesuai dengan bukti dan fakta untuk menjadi berita yang bernilai tinggi. Sehingga pesan yang
disampaikan cenderung bersifat netral tanpa memihak siapapun dengan sifat yang obyektif.
Kunci standar penulisan yang menggunakan pendekatan ketepatan pelaporan faktualisasi
peristiwa, yaitu akurat, seimbang, obyektif, jelas dan singkat serta mengandung waktu
kekinian.

Aksiologi

Aksiologi berasal dari bahasa Yunani. Istilah ini terdiri dari dua gabungan kata
yaitu axios dan logos. Axios berarti nilai, sedangkan logos bermakna ilmu atau teori. Jika
diartikan keseluruhan maka artinya adalah “teori tentang nilai”. Aksiologi adalah teori nilai
yang berhubungan dengan kegunaan dari pengetahuan yang didapatkan. Ilmu ini terbagi
menjadi tiga bagian yaitu: pertama, moral conduct, yaitu tindakan moral yang melahirkan
etika. Kedua, esthetic expression, atau ekspresi keindahan, Ketiga, sosio-political life, atau
kehidupan sosial politik. Dari bahasan ketiga inilah lahir filsafat sosio-politik. Aksiologi
merubakan cabang filsafat yang berkaitan dengan etika, estetika, dan agama. Aksiologis
merupakan bidang kajian filosofis yang membahas value (Litle John).

Ilmu komunikasi khususnya berita, dalam kajian aksiologis bahwa fungsi berita dilihat dan
dititikberatkan pada suatu hiburan masyarakat. Sehingga para redaksi berita harus mampu
menarik audiens dengan menampilkan sesuatu yang ringan seperti halnya artike feature.

Anda mungkin juga menyukai