Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KEWARGANEGARAAN
FUNGSI DAN PERANAN PANCASILA
TAHUN 2013/2014

DISUSUN OLEH:
YENI SURYANI (C12001)
AMALINA CHOIRUN NISA (C12026)

POLITEKNIK INDONUSA
SURAKARTA
JL.KH.SAMANHUDI NO 31
MANGKUYUDAN

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan YME yang mana telah
memberikan rahmat dan kekuatan-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Sebagai generasi bangsa tentulah menjadi ujung tombak kemajuan
negara Indonesia. Oleh karena itu kesadaran akan pancasila dalam
berbagai aspek kehidupan perlu didalami,dimengerti,dan dilaksanakan.
Perlu dimengerti bahwa pancasila bukan sekedar rumus kode etik yang
berisi harapan dan khayalan, melainkan dasar yang harus dilaksanakan
dan diterapkan.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
kewarganegaraan, selain itu sebagai referensi dan informasi bagi
generasi bangsa untuk menjadi manusia pancasila. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi sivitas akademika politeknik Indonusa pada
khususnya dan generasi bangsa indonesia pada umumnya.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Drs. Purwanto selaku dosen
pembimbing, semua pihak yang telah membantu baik tenaga, pikiran
dan waktunya. Penulis menyadari masih ada kesalahan dalam makalah
ini, oleh karena itu kritik dan saran demi perbaikan sangat penulis
harapkan.

Surakarta, 26 Maret 2013

Penulis

BAB 1
SEJARAH PANCASILA
Sebelum Indonesia merdeka, begitu banyak penjajahan yang terjadi.
Rakyat Indonesia harus bekerja keras, mengikuti perang untuk
melawan sekutu dalam rangka membantu Jepang yang telah
menjanjikan kemerdekaan bagi Indonesia.
Pada tanggal 28 Mei 1945 Jepang membentuk BPUPKI yang
diresmikan keanggotaannya di Gedung Cuo Sangi In Jalan Pejambon
Jakarta , beranggotakan 67 orang ( 60 orang mewakili dari berbagai
wilayah Indonesia dan 7 orang Jepang tanpa hak suara ).
A. Sidang BPUPKI
- Sidang Pertama, 29 Mei - 1 Juni 1945
Dr. Radjiman Wedyodiningrat meminta pandangan pada para anggota
mengenai dasar negara Indonesia merdeka yang akan dibentuk.
Ada 3 Pembicara yaitu Mr. Muh Yamin, Prof.Dr. Soepomo dan Ir.
Soekarno
Muh.Yamin berpidato pada sesi (1) tgl. 29 Mei 1945 :

1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Prof.Dr. Soepomo berpidato pada sesi ke-2, tanggal 31 Mei 1945

1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat

Pada sesi (3), 1 Juni 1945 , Ir.Soekarno mengusulkan :

1. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia


2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan.
2 Juni s.d. 9 Juli 1945 Dibentuk Panitia Kecil ( anggota 8 orang )
bertugas menampung dan menyelaraskan usul-usul anggota BPUPKI
yang telah masuk. Persetujuan dari dua golongan ( Islam dan
Nasionalis ) yg dihasilkan Panitia Sembilan merupakan dokumen “
Rancangan Pembukaan Hukum Dasar “ akhirnya dikenal dg “
PIAGAM JAKARTA” atau “ Jakarta Charter” ( berisi : Rancangan
Pembukaan Hukum Dasar dan Pernyataan Kemerdekaan / Declaration
of Independence pada paragraf 1-3,dan rancangan dasar negara
terdapat pada akhir paragraf ke-4 ).
B. Sidang II BPUPKI (10 - 17 Juli 1945)
Dalam sidang kedua ini, BPUPKI membahas tentang
Rancangan undang-undang dasar. Untuk itu dibentuklah Panitia
Perancang Undang-undang Dasar yang diketuai oleh Ir Sukarno. 11
Juli 1945 Panitia tersebut berhasil menyetujui bahwa Isi Pembukaan
undang-undang dasar diambilkan dari naskah Piagam Jakarta.
C. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( PPKI )
PPKI dibentuk pada 8 Agustus 1945 beranggotakan 21 orang mewakili
seluruh lapisan masyarakat Indonesia. (12 Jawa,3 Sumatra, 2 Sulawesi
dan masing-masing seorang dari Kalimantan,Maluku, Sunda Kecil dan
seorang lagi mewakili penduduk Cina)
Akhirnya PPKI dalam sidangnya pada tgl 18 Agustus menghasilkan
keputusan sbb :
a. Mengesahkan dan menetapkan UUD Republik Indonesia yang
kemudian dikenal sebagai UUD 1945.
b. Memilih Ir.Sukarno sbg Presiden dan Drs.Mohammad Hatta sbg
Wakil Presiden.
c. Sebelum terbentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat,
pekerjaan Presiden untuk sementara waktu dibantu oleh Komite
Nasional Indonesia Pusat ( KNIP )
Dari hasil sidang PPKI tsb dapat kita ketahui bahwa “ Rumusan
Pancasila sebagai Dasar Negara yang sah “ tercantum dalam bagian
dari UUD 1945 tepatnya pada alinea ke-4 dari Naskah Pembukaan
UUD 1945 yang sampai sekarang berlaku.
Dan rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut adalah
:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

BAB II
FUNGSI DAN PERANAN PANCASILA
Era globalisasi yang sedang melanda masyarakat dunia, cenderung
melebur semua identitas menjadi satu, yaitu tatanan dunia baru.
Masyarakat Indonesia ditantang untuk makin memperkokoh
jatidirinya.
Bangsa Indonesia pun dihadapkan pada problem krisis identitas, atau
upaya pengaburan (eliminasi) identitas. Hal ini didukung dengan fakta
sering dijumpai masyarakat Indonesia yang dari segi perilaku sama
sekali tidak menampakkan identitas mereka sebagai masyarakat
Indonesia. Padahal bangsa ini mempunyai identitas yang jelas, yang
berbeda dengan kapitalis dan komunis, yaitu Pancasila.
Bangsa Indonesia menetapkan Pancasila sebagai azas. Maka, seluruh
perilaku, sikap, dan kepribadian adalah pelaksanaan dari nilai-nilai
Pancasila. Perilaku, sikap, dan kepribadian yang tidak sesuai dengan
Pancasila berarti bukan perilaku, sikap, dan kepribadian masyarakat
Indonesia.

1. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia


Tanpa memiliki pandangan hidup maka sesuatu bangsa akan merasa
terus terombang-ambing dalam menghadapi persoalan-persoalan besar
yang timbul, baik persoalan-persoalan di masyarakat sendiri maupun
persoalan-persoalan besar umat manusia dalam pergaulan masyarakat
bangsa-bangsa di dunia ini. Dengan pandangan hidup yang jelas
sesuatu bangsa akan memiliki pedoman dan pegangan bagaimana ia
memecahkan masalah-masalah politik, ekonomi, sosial budaya yang
timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju. Dengan berpedoman
pada pandangan hidup itu pula sesuatu bangsa akan membangun
dirinya.
Dalam pandangan hidup ini terkandung konsep dasar mengenai
kehidupan yang dicita-citakan oleh sesuatu bangsa, terkandung pikiran
yang dianggap baik. Pada akhirnya pandangn hidup suatu bangsa
adalah suatu kristalisasi nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa itu
sendiri, yang diyakini kebenaranya dan menimbulkan tekad pada
bangsa itu untuk mewujudkanya. Karena itulah dalam melaksanakan
pembangunan misalnya, kita tidak dapat begitu saja mencontoh atau
meniru model yang dilakukan oleh bangsa lain tanpa menyesuaikan
dengan pandangn hidup, dan kebutuhan-kebutuhan yang baik dan
memuaskan bagi suatu bangsa, belum tentu baik dan memuaskan bagi
bangsa lain. Oleh karena itu pandangan hidup suatu bangsa merupakan
masalah yang sangat asasi bagi kekohan dan kelestarian suatu bangsa.
Dengan demikian, pandangan hidup suatu bangsa adalah :
 Cita-cita bangsa;
 Pikiran-pikiran yang mendalam;
 Gagasan mengenai wujud kehidupan yang lebih baik.

2. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia


kepribadian Indonesia yaitu keseluruhan ciri-ciri khas bangsa
Indonesia, yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa
lainnya. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia adalah
pencerminan dari garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa
Indonesia sepanjang masa.

3. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia


Pada saat bangsa Indonesia bangkit untuk hidup sendiri sebagai bangsa
yang merdeka, bangsa Indonesia telah sepakat untuk menjadikan
Pancasila sebagai Dasar Negara. Kesepakatan itu terwujud pada
tanggal 18 Agustus 1945 dengan disahkannya Pancasila sebagai Dasar
Negara oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang
mewakili seluruh bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia. Pada saat
bangsa Indonesia mendirikan negara atau Proklamasi 17 Agustus
1945. Bangsa Indonesia belum mempunyai Undang-undang Dasar
Negara yang tertulis. 18 Agustus 1945 disahkan pembukaan dan batang
tubuh Undang-undang Dasar 1945 oleh PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia). PPKI merupakan penjelmaan atau wakil-
wakil seluruh rakyat Indonesia yang mengesahkan perjanjian luhur itu
untuk membela Pancasila untuk selama-lamanya.
Pancasila sebagai perjanjian luhur rakyat Indonesia
Pancasila merupakan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia itu
ditemukan kembali setelah lama terpendam ada masa penjajahan
bangsa Barat. Kemudian pada saat bangsa Indonesia bangkit akan
hidup mandiri sebagai bangsa yang merdeka,bangsa Indonesia
menemukan kembali Pancasila dalam arti dan makna yang
sesungguhnya. Pada saat akan mendirikan Negara RI,para pemimpin
dan tokoh pendiri negara memusyawarahkan apa yang sebaiknya
dijadikan sebagai dasar negara ,sehingga dirumusah Pancasia sebagai
perjanjian luhur seluruh bangsa Indonesia.

4. Pancasila sebagai Sumber dari segala Sumber Hukum


Kedudukan Pancasila Sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum
Indonesia
Pancasila dalam kedudukannya ini sering disebut sebagai Dasar
Filsafat atau Dasar Falsafah Negara (Philosofische Gronslag) dari
Negara, ideologi Negara atau (Staatsidee). Dalam pengertian ini
pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur
pemerintahan Negara atau dengan kata lain perkataan.
Pancasila merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan
Negara. Konsekuensinya seluruh pelaksanaan dan penyelenggaraan
Negara terutama segala peraturan perundang-undangan termasuk
proses reformasi dalam segala bidang dewasa ini dijabarkan dan
diderivasikan dari nilai-nilai pancasila. Maka pancasila merupakan
Sumber dari segala sumber hukum , pancasila merupakan sumber
kaidah hukum Negara yang secara konstitusional mengatur Negara
Republik Indonesia beserta seluruh unsur-unsurnya yaitu rakyat
wilatah, beserta pemerintah Negara sebagai dasar Negara, Pancasila
merupakan suatu asas kerokhanian yang meliputi suasana kebatinan
atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma
serta kaidah, baik moral maupun hukum Negara, dan menguasai hukum
dasar baik yang tertulis atau Undang-Undang Dasar maupun yang tidak
tertulis atau Dalam kedudukannya sebagai dasar Negara, Pancasila
mempunyai kekuatan mengikat secara hukum.
Sebagai sumber dari segala hukum atau sebagai sumber tertib hukum
Indonesia maka Setiap produk hukum harus bersumber dan tidak boleh
bertentangan dengan Pancasila. Pancasila tercantum dalam ketentuan
tertinggi yaitu Pembukaan UUD 1945, kemudian dijelmakan atau
dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran, yang meliputi
suasana kebatinan dari UUD 1945, yang pada akhirnya
dikongkritisasikan atau dijabarkan dari UUD1945, serta hukum positif
lainnya.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara, pandangan hidup bangsa serta
idiologi bangsa dan negara, bukanlah hanya untuk sebuah rangkaian
kata- kata yang indah namun semua itu harus kita wujudkan dan di
aktualisasikan di dalam berbagai bidang dalam kehidupan
bermasarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam sistem tertib hukum indonesia, penjelasan UUD 1945
menyatakan bahwa Pokok Pikiran itu meliputi suasana kebatinan dari
Undang- Undang Dasar Negara Indonesia serta mewujudkan cita- cita
hukum, menguasai hukum dasar tertulis (UUD) dan hukum dasar
tidak tertulis (convensi), selanjutnya Pokok Pikiran itu di jelmakan
dalam pasal- pasal UUD 1945.
Maka dapatlah disimpulkan bahwa suasana kebatinan UUD 1945
tidak lain di jiwai atau bersumber pada dasar filsafat negara dan
fungsi pancasila sebagai dasar negara RI.
Pembukaan UUD 45 mempunyai kedudukan Lebih tinggi dibanding
Batang Tubuh, alasannya Dalam Pembukaan terdapat :
1. Dasar Negara (Pancasila)
2. Fungsi dan Tujuan Bangsa Indonesia
3. Bentuk Negara Indonesia (Republik)

5. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia


Menurut Dewan Perancang Nasional, yang dimaksudkan dengan
kepribadian Indonesia ialah keseluruhan ciri-ciri khas bangsa
Indonesia, yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa
lainnya. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia adalah
pencerminan dari garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa
Indonesia sepanjang masa.
Garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia yang
ditentukan oleh kehidupan budi bangsa Indonesia dan dipengaruhi oleh
tempat, lingkungan dan suasana waktu sepanjang masa.
Walaupun bangsa Indonesia sejak dahulu kala bergaul dengan
berbagai peradaban kebudayaan bangsa lain (Hindu, Tiongkok,
Portugis, Spanyol, Belanda dan lain-lain) namun kepribadian bangsa
Indonesia tetap hidup dan berkembang. Mungkin di sana-sini,
misalnya di daerah-daerah tertentu atau masyarakat kota kepribadian
itu dapat dipengaruhi oleh unsur-unsur asing, namun pada dasarnya
bangsa Indonesia tetap hidup dalam kepribadiannya sendiri. Bangsa
Indonesia secara jelas dapat dibedakan dari bangsa-bangsa lain.
Apabila kita memperhatikan tiap sila dari Pancasila, maka akan
tampak dengan jelas bahwa tiap sila Pancasila itu adalah pencerminan
dari bangsa kita.

6. Pancasila sebagai Alat Pemersatu Bangsa Indonesia


Akhir-akhir ini muncul kesadaran baru tentang betapa pentingnya
Pancasila digelorakan lagi, yang sudah beberapa lama seperti
dilupakan. Sejak memasuki masa reformasi, maka apa saja
yang berbau orde baru boleh dibuang dan atau dijauhi. Reformasi
seolah-olah mengharuskan semua tatanan kehidupan termasuk
ideologinya agar supaya diubah, menjadi idiologi reformasi. Siapapun
kalau masih berpegang pandangan lama, semisal Pancasila, maka
dianggap tidak mengikuti zaman.

Pancasila pada orde baru dijadikan sebagai tema sentral dalam


menggerakkan seluruh komponen bangsa ini. Maka dirumuskanlah
ketika itu Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau
disinghkat dengan P4. Pedoman itu berupa butir-butir pedoman
berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai yang ada pada butir-butir
P4 tersebut sebenarnya tidak ada sedikitpun yang buruk atau ganjil,
oleh karena itu, menjadi mudah diterima oleh seluruh bangsa
Indonesia.
Hanya saja tatkala memasuki era reformasi, oleh karena pencetus
P4 tersebut adalah orang yang tidak disukai, maka buah pikirannya
pun dipandang harus dibuang, sekalipun baik. P4 dianggap tidak ada
gunanya. Rumusan P4 dianggap sebagai alat untuk memperteguh
kekuasaan. Oleh karena itu, ketika penguasa yang bersangkutan jatuh,
maka semua pemikiran dan pandangannya dianggap tidak ada gunanya
lagi, kemudian ditinggalkan.

Sementara itu, era reformasi belum berhasil melahirkan idiologi


pemersatu bangsa yang baru. Pada saat itu semangatnya adalah
memperbaiki pemerintahan yang dianggap korup, menyimpang, dan
otoriter, dan kemudian haraus diganti dengan semangat demokratis.
Pemerintah harus berubah dan bahkan undang-undang dasar 1945
harus diamandemen. Beberapa hal yang masih didanggap sebagai
identitas bangsa, dan harus dipertahankan adalah bendera merah putih,
lagu kebangsaan Indonesia raya, dan lambang Buirung Garuda. Lima
prinsip dasar yang mengandung nilai-nilai luhur kehidupan berbangsa
dan bernegara, yang selanjutnya disebut Pancasila, tidak terdengar
lagi, dan apalagi P4.

Namun setelah melewati sekian lama masa reformasi, dengan


munculnya idiologi baru, semisal NII dan juga lainnya,
maka memunculkan kesadaran baru, bahwa ternyata Pancasila, UUD
1945, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dianggap penting untuk digelorakan
kembali. Pilar kebangsaan itu dianggap sebagai alat pemersatu bangsa
yang tidak boleh dianggap sederhana hingga dilupakan. Pancasila
dianggap sebagai alat pemersatu, karena berisi cita-cita dan gambaran
tentang nilai-nilai ideal yang akan diwujudkan oleh bangsa ini.

Bangsa Indonesia yang bersifat majemuk, terdiri atas berbagai agama,


suku bangsa, adat istiadat, bahasa daerah, menempati wilayah dan
kepulauan yang sedemikian luas, maka tidak mungkin berhasil
disatukan tanpa alat pengikat. Tali pengikat itu adalah cita-cita,
pandangan hidup yang dianggap ideal yang dipahami, dipercaya dan
bahkian diyakini sebagai sesuatu yang mulia dan luhur.

Memang setiap agama pasti memiliki ajaran tentang gambaran


kehidupan ideal, yang masing-masing berbeda-beda. Perbedaan itu
tidak akan mungkin dapat dipersamakan. Apalagi, perbedaan itu
sudah melewati dan memiliki sejarah panjang. Akan tetapi, masing-
masing pemeluk agama lewat para tokoh atau pemukanya, sudah
berjanji dan berekrar akan membangun negara kesatuan berdasarkan
Pancasila itu.

Memang ada sementara pendapat, bahwa agama akan bisa


mempersatukan bangsa. Dengan alasan bahwa masing-masing agama
selalu mengajarkan tentang persatuan, kebersamaan dan tolong
menolong, sebagai dasar hidup bersama. Akan tetapi pada
kenyataannya, tidak sedikit konflik yang terjadi antara penganut
agama yang berbeda. Tidak sedikit orang merasakan bahwa
perbedaan selalu menjadi halangan untuk bersatu. Maka Pancasila,
dengan sila pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, merangkum
dan sekaligus menyatukan pemeluk agama yang berbeda itu. Mereka
yang berbeda-beda dari berbagai aspeknya itu dipersatukan oleh cita-
cita dan kesamaan idiologi bangsa ialah Pancasila.

Itulah sebabnya, maka melupakan Pancasila sama artinya dengan


mengingkari ikrar, kesepakatan, atau janji bersama sebagai bangsa,
yaitu bangsa Indonesia. Selain itu, juga dem ikian, manakala muncul
kelompok atau sempalan yang akan mengubah kesepakatan itu, maka
sama artinya dengan melakukan pengingkaran sejarah dan janji yang
telah disepakati bersama. Maka, Pancasila adalah sebagai tali pengikat
bangsa yang harus selalu diperkukuh dan digelorakan pada setiap saat.
Bagi bangsa Indonesia melupakan Pancasila, maka sama artinya
dengan melupakan kesepakatan dan bahkan janji bersama itu.

Oleh sebab itu, Pancasila, sejarah dan filsafatnya harus tetap


diperkenalkan dan diajarkan kepada segenap warga bangsa ini, baik
lewat pendidikan formal maupun non formal. Pancasila memang
hanya dikenal di Indonesia, dan tidak dikenal di negara lain. Namun
hal itu tidak berarti, bahwa bangsa ini tanpa Pancasila bisa seperti
bangsa lain. Bangsa Indonesia memiliki sejarah, kultur, dan sejarah
politik yang berbeda dengan bangsa lainnya. Keaneka-ragaman bangsa
Indonesia memerlukan alat pemersatu, ialah Pancasila

7. Pancasila sebagai Landasan Ideal Bangsa Indonesia


Perjalanan bangsa Indonesia sendiri sangat lah panjang. Ada beberapa
tahapan sebelum mencapai kemerdekaan seperti saat ini. Proses
penjajahan oleh bangsa Belanda maupun Jepang merupakan salah satu
wujud nyata perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai
kemerdekaan. Kemerdekaan Indonesia diikrarkan pada 17 Agustus
1945 merupakan sebagai landasan historis terbentuknya bangsa
Indonesia itu sendiri. Sedangkan berhubungan dengan pemuda yang
dibahas dalam makalah ini, pemuda memiliki landasan utama hari
Sumpah Pemuda yaitu 28 Oktober 1928.
Perjalanan sejarah pada masa pergerakan kebangsaan sampai men
jelang kemerdekaan, dapat dipetik beberapa hal penting, yaitu; p
ertama, pentingnya pencerahan disegenap kalangan bangsa untuk me
mbuka wawasan baruyang semakin luas (nasional) dan demokratis;
kedua, perlunya mengembangkan dan mendayagunakan setiap po
tensi masyarakat sebagai kekuatan perjuangan untuk tercapainya se
buah cita‐
cita yang dalam hal ini adalah pembebasan diri dari penjajahan; ketiga
, perlunya elemen‐
elemen pemersatu disertai kerelaan berkorban atas kepentingan‐
kepentingan yang bersifat individual, kelompok/golongan ataupun
kedaerahan.

8. Pancasila sebagai moral Pembangunan


Pembangunan Nasional dilaksanakan dalam rangka mencapai
masyarakat adil dan makmur. Pembangunan nasional merupakan
perwujudan nyata dalam meningkatkan harkat dan martabat manusia
indonesia sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan tujuan negara
yang tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 dengan
rincian sebagai berikut:
• Tujuan negara hukum formal, adalah melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah indonesia
• Tujuan negara hukum material dalam hal ini merupakan tujuan
khusus atau nasional, adalah memajukan kesejahteraan
umum,dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
• Tujuan Internasional, adalah ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial. Yang perwujudanya terletak pada tatanan pergaulan
masyarakat internasional.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional mengandung
suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional
kita harus berdasar pada hakikat nilai sila-sila Pancasila yang didasari
oleh ontologis manusia sebagai subjek pendukung pokok negara. Dan
ini terlihat dari kenyataan obyektif bahwa pancasila dasar negara dan
negara adalah organisasi (persekutuan hidup) manusia. Dalam
mewujudkan tujuan negara melalui pembangunan nasional yang
merupakan tujuan seluruh warganya maka dikembalikanlah pada dasar
hakikat manusia “monopluralis” yang unsurnya meliputi : kodrat
manusia yaitu rokhani (jiwa) dan raga, sifat kodrat manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial, dan kedudukan kodrat manusia
sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk
TuhanYME. Kedudukan Pancasila sebagai paradigma pembangunan
nasional harus mmperlihatkan konsep berikut ini :
• Pancasila harus menjadi kerangka kognitif dalam identifikasi diri
sebagai bangsa
• Pancasila sebagai landasan pembangunan nasional
• Pancasila merupakan arah pembangunan nasioanl
• Pancasila merupakan etos pembangunan nasional
• Pancasila merupakan moral pembangunan
Masyarakat Indonesia yang sedang mengalami perkembangan yang
amat pesat karena dampak pembangunan nasional maupun rangsangan
globalisasi, memerlukan pedoman bersama dalam menanggapi
tantangan demi keutuhan bangsa. Oleh sebab itu pembangunan
nasional harus dapat memperlihatkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
• Hormat terhadap keyakinan religius setiap orang
• Hormat terhadap martabat manusia sebagai pribadi atau subjek
(manusia seutuhnya)
Sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia maka
pembangunan nasional harus meliputi aspek jiwa, seperti akal, rasa dan
kehendak, raga (jasmani), pribadi, sosial dan aspek ketuhanan yang
terkristalisasi dalam nilai-nilai pancasila. Selanjutnya dijabarkan dalam
berbagai bidang pembangunan antara lain politik, ekonomi, hukum,
pendidikan, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
bidang kehidupan agama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
hakikatnya Pancasila sebagai paradigma pembangunan mengandung
arti atas segala aspek pembangunan yang harus mencerminkan nilai-
nilai pancasila.

PENUTUP
Begitu pentingnya pancasila dalam kehidupan bangsa indonesia.
Namun pada kenyataan di era ini tentulah harus membutuhkan
penekanan agar butir – butir sila dapat dilaksanakan. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Anda mungkin juga menyukai