Anda di halaman 1dari 10

Aspek Legal Spasial Reklamasi dan Wilayah Pesisir

Laporan yang diajukan sebagai tugas mata kuliah aspek legal spasial (GD5202)

ADAM IRWANSYAH FAUZI


25117005

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI & GEOMATIKA


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018
I. Pendahuluan
Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam rangka meningkatkan
manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara
pengurugan, pengeringan lahan atau drainase. Reklamasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil dilakukan dalam rangka meningkatkan manfaat dan/atau nilai tambah Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ditinjau dari aspek teknis, lingkungan, dan sosial ekonomi.
Pelaksanaan Reklamasi wajib menjaga dan memperhatikan : keberlanjutan kehidupan dan
penghidupan Masyarakat, keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan
kepentingan pelestarian fungsi lingkungan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, serta persyaratan
teknis pengambilan, pengerukan, dan penimbunan material.Pada dasarnya kegiatan
reklamasi pantai tidak dianjurkan namun dapat dilakukan dengan memperhatikan
ketentuan berikut:
a) Merupakan kebutuhan pengembangan kawasan budi daya yang telah ada di sisi daratan;
b) Merupakan bagian wilayah dari kawasan perkotaan yang cukup padat dan
membutuhkan pengembangan wilayah daratan untuk mengakomodasikan kebutuhan yang
ada;
c) Berada di luar kawasan hutan bakau yang merupakan bagian dari kawasan lindung atau
taman nasional, cagar alam, dan suaka margasatwa;
d) Bukan merupakan kawasan yang berbatasan atau dijadikan acuan batas wilayah dengan
daerah/negara lain.

II. Acuan Normatif


• Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2012 Tentang Reklamasi
di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
• Undang-Undang Nomor. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
• Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 -> UU No. 1 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.40/PRT/M/2007
• Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil
III. Pemanfaatan Wilayah Pesisir
• Kawasan Konservasi merupakan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil dengan ciri
khas tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan pesisir dan pulau-pulau
kecil yang berkelanjutan.
• Kawasan Pemanfaatan Umum merupakan kawasan yang dipergunakan untuk
kepentingan ekonomi, sosial budaya seperti kegiatan perikanan, prasarana
perhubungan laut, industri maritim, pariwisata, permukiman, dan pertambangan.
• Kawasan Alur merupakan perairan yang dimanfaatkan antara lain untuk alur
pelayaran, pipa/kabel bawah laut, dan migrasi biota laut yang perlu dilindungi.
• Kawasan Strategis Nasional Tertentu adalah Kawasan yang terkait dengan kedaulatan
negara, militer, pengendalian lingkungan hidup, dan/atau situs warisan dunia, yang
pengembangannya diprioritaskan bagi kepentingan nasional.

IV. Perencenaan Reklamasi


• Penentuan Lokasi
Penentuan lokasi dilakukan berdasarkan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil (RZWP-3-K) Provinsi, Kabupaten/Kota dan/atau Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota. Penentuan lokasi meliputi
penentuan :
a. Lokasi reklamasi
b. Lokasi sumber material reklamasi. Penentuan
lokasi reklamasi dan lokasi sumber material reklamasi wajib mempertimbangkan
aspek teknis, aspek lingkungan hidup, dan aspek sosial ekonomi. Rencana Zonasi
adalah rencana yang menentukan arah penggunaan sumber daya tiap-tiap satuan
perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang pada Kawasan
perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan
serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin.
• Penyusunan Rencana Induk
Penyusunan rencana induk reklamasi harus memperhatikan:
a. Kajian lingkungan hidup strategis
b. Kesesuaian dengan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(RZWP-3-K) Provinsi, Kabupaten/Kota dan/atau Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota
c. Sarana prasarana fisik di lahan reklamasi dan di sekitar lahan yang di reklamasi
d. Akses publik
e. Fasilitas umum
f. Kondisi ekosistem pesisir
g. Kepemilikan dan/atau penguasaan lahan;
h. Pranata sosial
i. Aktivitas ekonomi
j. Kependudukan
k. Kearifan lokal
l. Daerah cagar budaya dan situs sejarah

• Studi Kelayakan
Aspek teknis meliputi hidro-oceanografi, hidrologi, batimetri, topografi,
geomorfologi, dan/atau geoteknik. Kelayakan ekonomi-finansial meliputi kelayakan
analisis :

a. rasio manfaat dan biaya [(Benefit Cost Ratio (B/C-R)]

b. nilai bersih perolehan sekarang [(Net Present Value (NPV)

c. tingkat bunga pengembalian [(Internal Rate of Return (IRR)]

d. jangka waktu pengembalian investasi [(Return of Investment (ROI)]

e. valuasi ekonomi lingkungan sumber daya alam dan lingkungan hidup

Kelayakan lingkungan hidup didasarkan atas keputusan kelayakan lingkungan hidup


atau rekomendasi UKL-UPL. UKL-UPL adalah surat persetujuan yang dikeluarkan
oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup, gubernur, bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya terhadap usaha dan/atau kegiatan yang wajib UKL-UPL.

• Penyusunan Rancangan Detail


▪ Persiapan
▪ Pengumpulan Data
▪ Analisis
▪ Konsepsi Rencana
▪ Diskusi Terbuka
▪ Pengesahan
V. Perizinan Reklamasi
• Pemerintah/Pemda Mengajukan permohonan kepada Menteri dan
Gubernur/Bupati/Walikota
• Gubernur/Bupati/Walikota Mempertimbangkan izin lokasi dan pelaksanaan reklamasi
• Gubernur/Bupati/Walikota Memberi izin lokasi dan pelaksanaan reklamasi

Permohonan izin lokasi wajib dilengkapi dengan:

• identitas pemohon;

• proposal reklamasi;

• peta lokasi dengan koordinat geografis; dan

• bukti kesesuaian lokasi reklamasi dengan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil (RZWP-3-K) dan/atau Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dari
instansi yang berwenang.

20 hari

Permohonan izin pelaksanaan reklamasi wajib dilengkapi dengan:

• izin lokasi;

• rencana induk reklamasi;

• izin lingkungan;

• dokumen studi kelayakan teknis dan ekonomi finansial;

• dokumen rancangan detail reklamasi;

• metoda pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan reklamasi; dan

• bukti kepemilikan dan/atau penguasaan lahan.

45 hari

(1) Izin lokasi reklamasi berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun dan dapat
diperpanjang paling lama 2 (dua) tahun.

(2) Izin pelaksanaan reklamasi berlaku untuk jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun
dan dapat diperpanjang paling lama 5 (lima) tahun dengan mempertimbangkan metode
dan jadwal reklamasi.
VI. Tipologi Reklamasi
• Kawasan Reklamasi Pantai Berdasarkan Fungsi :
▪ Kawasan peruntukan permukiman;
▪ Kawasan perdagangan & jasa;
▪ Kawasan peruntukan industri;
▪ Kawasan peruntukan pariwisata ;
▪ Kawasan pendidikan;
▪ Kawasan pelabuhan laut / penyeberangan ;
▪ Kawasan bandar udara;
▪ Kawasan mixed-use (campuran); dan
▪ Kawasan ruang terbuka
• Kawasan Reklamasi Pantai Berdasarkan Luas :
▪ Reklamasi Besar, yaitu kawasan reklamasi dengan luasan > 500 Ha
▪ Reklamasi Kecil, yaitu kawasan reklamasi dengan luasan < 500 Ha

• Kawasan Reklamasi Pantai Berdasarkan Bentuk Fisik :

A. Menyambung dengan daratan


yaitu berupa kawasan daratan lama yang berhubungan langsung dengan daratan baru.
Penerapan tipologi ini sebaiknya tidak dilakukan pada kawasan dengan karakteristik
khusus seperti:
• Kawasan permukiman nelayan;
• Kawasan hutan bakau;
• Kawasan hutan pantai;
• Kawasan perikanan tangkap;

• Kawasan terumbu karang, padang lamun, biota laut yang dilindungi;


• Kawasan larangan (rawan bencana); dan

• Kawasan taman laut.


B. Terpisah dari daratan
yaitu diterapkan pada kawasan-kawasan yang memiliki karakteristik khusus seperti
yang telah disebutkan di atas. Tipologi ini memisahkan daratan lama yang memiliki
karakteristik khusus dengan kawasan daratan baru dengan tujuan untuk:

• Menjaga keseimbangan tata air yang ada;


• Menjaga kelestarian kawasan lindung (hutan bakau, pantai, hutan pantai);
• Mencegah terjadinya dampak/konflik sosial;
• Menjaga dan menjauhkan kerusakan kawasan potensial (biota laut, perikanan,
minyak); dan

• Menghindari kawasan rawan bencana.


C. Gabungan 2 bentuk fisik (terpisah dan menyambung dengan daratan)
yaitu tipologi reklamasi yang merupakan gabungan dua tipologi reklamasi yaitu
gabungan dari tipologi A dan B.
VII. Ketentuan Teknis
A. Struktur Ruang Kawasan
Disusun dengan memperhatikan:
• Sumbu-sumbu tata ruang kawasan yang memanfaatkan elemen pantai / perairan
sebagai garis poros kawasan secara visual maupun konseptual.
• Struktur ruang kawasan yang melewati di daerah paling tepi dari sekitar batas
garis pantai dgn daratan harus dipertahankan menjadi wilayah publik yang dapat
dinikmati oleh masyarakat umum dgn mudah dimana wilayah Garis Sempadan
Pantai (GSP) dpt dimanfaatkan seperlunya untuk ruang terbuka.
• Pola struktur ruang kawasan yang melewati ruang perairan / pantai dibuat
sealamiah mungkin (linier lurus atau linier lengkung) dgn mempertahankan
morfologi dan elemen-elemen ruang pantai yang ada.

B. Pola Ruang Kawasan


Disusun dengan memperhatikan:
• Keseimbangan antara rencana pemanfaatan lahan untuk fungsi budi daya dan
lahan untuk fungsi lindung dgn memperhatikan kelestarian lingkungan hidup
yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
• Keseimbangan komposisi lahan pemanfaatan ruang antara ruang di daratan
dengan perairan / pantai.
• Peruntukan kawasan reklamasi pantai harus dimanfaatkan secara efektif,
menghargai signifikasi ruang perairan, ada kesinergisan pola ruang kawasan budi
daya dengan lingkungan alami di sekitarnya.
• Pola ruang di sepanjang garis pantai yang merupakan wilayah Garis Sempadan
Pantai (GSP) harus diarahkan menjadi ruang publik (jalan tepian pantai atau
ruang terbuka) yang dapat diakses dan dinikmati publik.
• Pola ruang kawasan diarahkan untuk mengakumulasi beberapa fungsi kawasan
yang menghargai, menyatu dan memanfaatkan potensi pantai.

C. Pengelolaan Lingkungan
Pengelolan lingkungan dalam penataan ruang kawasan reklamasi harus
mempertimbangkan aspek lingkungan terutama dalam hal penggunaan energi,
sumber daya alam, pembukaan lahan, penanganan limbah yang bertujuan untuk
meminimalkan dampak terhadap lingkungan

D. Sarana dan Prasarana


Jaringan dan sistem infrastruktur/prasarana sarana dasar (PSD) dirancang mengikuti
pola struktur ruang kawasan reklamasi. Rencana Induk Sistem (RIS) kawasan
reklamasi pantai tersebut harus terintegrasi dengan sistem kota.
• Penyediaan jaringan jalan, jembatan dan transportasi yang meliputi jaringan
jalan dan jembatan, terminal, dan pelabuhan/dermaga yang dibutuhkan untuk
menunjang aktivitas kawasan, termasuk penyediaan sarana angkutan umum
untuk penumpang dan barang yang harus memperhatikan:
▪ Kebutuhan transportasi dan pola pergerakan lalu lintas;
▪ Jenis moda dan intensitas yang diperlukan; dan
▪ Tingkat pelayanan dan fasilitas pelengkap yang dibutuhkan.
• Penyediaan sistem drainase kawasan meliputi: saluran air saluran kolektor,
bangunan pengendali banjir, polder dan pompa;
• Penyediaan jaringan prasarana pengairan (jaringan air bersih, pemadam
kebakaran, air kotor dan air baku untuk keperluan kawasan);
• Penyediaan jaringan prasarana energi untuk menunjang kebutuhan tenaga
listrik kawasan;
• Penyediaan jaringan prasarana telekomunikasi untuk meningkatkan
kemudahan aktivitas kawasan; dan
• Penyediaan jaringan persampahan

E. Fasilitas Umum dan Sosial


Fasilitas umum dan sosial di kawasan reklamasi pantai meliputi
▪ Pendidikan;
▪ Kesehatan;
▪ Perbelanjaan dan niaga;
▪ Pemerintahan dan pelayanan umum;
▪ Peribadatan;
▪ Rekreasi;
▪ Kebudayaan;
▪ Olahraga dan lapangan terbuka; serta
▪ Fasilitas penunjang kegiatan umum dan sosial lainnya.
Besaran / standar penyediaan fasilitas umum dan sosial tersebut mengacu pada SNI
03-6981-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan sederhana tidak
bersusun di daerah perkotaan

F. Kriteria, Struktur, Pola, dan Amplop Ruang di Kawasan Reklamasi Pantai


Secara umum jenis kawasan lindung yang dapat dikembangkan pada kawasan
reklamasi pantai adalah ruang terbuka hijau. Sedangkan kawasan budi daya yang
dapat dikembangkan pada kawasan reklamasi pantai meliputi:
▪ Kawasan peruntukan permukiman;
▪ Kawasan perdagangan dan jasa;
▪ Kawasan peruntukan industri;
▪ Kawasan peruntukan pariwisata;
▪ Kawasan pendidikan;
▪ Kawasan pelabuhan laut/penyeberangan;
▪ Kawasan bandar udara; dan
▪ Kawasan campuran.

VIII. Contoh Kasus


A. Reklamasi Teluk Jakarta
Pelanggaran :
▪ Peraturan Menteri PU No. 40/PRT/M/2007 tentang Pedoman Perencanaan Tata
Ruang Kawasan Reklamasi Pantai dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.
5 Tahun 2013 tentang Jenis Rencana Usaha dan Kegiatan yang Wajib Memiliki
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
▪ Keppres 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta yang menjadi
dasar adanya proyek reklamasi di Teluk Jakarta bertentangan dengan Perda DKI
Jakarta No. 5 Tahun 1984 tentang Rencana Umum Tata Ruang Jakarta Tahun 1985-
2005

B. Reklamasi Teluk Benoa


▪ Perpres No 45 Thn 2011 tentang tata ruang kawasan perkotaan Sarbagita
(Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan), kawasan Teluk Benoa termasuk kawasan
konservasi.
▪ Dalam studi kelayakan atas rencana reklamasi Teluk Benoa oleh PT. TWBI
dinyatakan tidak layak. Ketidaklayakan itu berdasakan penelitian dan kajian dari
4 aspek yaitu: aspek teknis, aspek lingkungan, aspek sosial budaya dan aspek
ekonomi finansial.

Anda mungkin juga menyukai