Anda di halaman 1dari 159

Pengarah

Idwan Suhardi (RISTEK)


Pariatmono (RISTEK)
Edie Prihantoro (RISTEK)

Penyusun

Harkunti P. Rahayu (TB)


In In Wahdiny dan Aria Mariany (ITB)

Narasumber

I Wayan Sengara (ITB)


Hamzah Latief (ITB)
Teddy W Sudinda (RISTEK)
Mohamad Rasyid (RISTEK)
Arif Rahman (RISTEK)

Kontributor

Mohammad Roem (DEPDAGRI)


Subagio (DEPKOMINFO)
Suhardjono (BMG)
Fauzi (BMG)
Haryadi Permana (LIPI)
Ita Carolita (LAPAN)
Firdaus H. Thalib (DEPDAGRI)
P.P. Purwatmojo (Sekretariat Negara)
Elzia Taher (DEPKOMINFO)
Sukatmi (DEPKOMINFO)

Pendukung

BGR/GITEWS

i
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
BENCANA DI INDONESIA DAN PENANGGULANGANNYA

Penyusun : Harkunti P. Rahayu


In In Wahdiny, Aria Mariany

Desain Sampul : Imam Ch.B.,Wildan Aliviyarda


Layout dan Tata Letak : Harkunti P. Rahayu, Imam Ch. B.
Wildan Aliviyarda, Muthiya Alfah

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.


Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)


Pedoman Pelaksanaan Latihan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Tsunami ( Tsunami Drill )
untuk Kota dan Kabupaten
Penyusun : Harkunti P. Rahayu
In In Wahdiny, Aria Mariany
Cetakan I, Jakarta : Diterbitkan oleh Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KNRT, tahun 2007)
xxi + 109 halaman ; 20 cm x 22 cm
ISBN :

Sangsi Pelanggaran Pasal 44 :


Undang-Undang Nomor 12 tahun 1997 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1987 Tentang Hak Cipta Sebagaimana Telah
Diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987.
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Daftar Kontributor Materi

Pengarah Kontributor
Idwan Suhardi
Mohammad Roem
Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek
Kementerian Negara Riset dan Teknologi Departemen Dalam Negeri

Pariatmono Subagio
Asisten Deputi Urusan Promosi dan Komersialisasi Iptek Departemen Komunikasi dan Informatika
Kementerian Negara Riset dan Teknologi
Suhardjono
Edie Prihantoro Badan Meteorologi dan Geofisika
Asisten Deputi Urusan Analisis Kebutuhan Iptek
Kementerian Negara Riset dan Teknologi
Fauzi
Badan Meteorologi dan Geofisika
Penyusun Pedoman
Haryadi Permana
Harkunti P. Rahayu Geo-teknologi
Institut Teknologi Bandung Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

In In Wahdiny dan Aria Mariany Ita Carolita


Institut Teknologi Bandung Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional

Narasumber
Firdaus H. Thalib
I Wayan Sengara Departemen Dalam Negeri
Institut Teknologi Bandung
P.P. Purwatmojo
Hamzah Latief Sekretariat Negara
Institut Teknologi Bandung
Elzia Taher
Teddy W Sudinda Departemen Komunikasi dan Informatika
Kementerian Negara Riset dan Teknologi

Mohamad Rasyid Sukatmi


Kementerian Negara Riset dan Teknologi Departemen Komunikasi dan Informatika

Sehat Sujarwo
Kementerian Negara Riset dan Teknologi

Edi Santoso
Kementerian Negara Riset dan Teknologi

i
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Kata Pengantar
Menteri Negara Riset dan Teknologi

A s s a l a m u ’ a l a i k u m w a R a h m a t u l l a h i w a B a r a k a t u h

Adanya bencana Tsunami Aceh 26 Desember 2004 dan Tsunami Pangandaran 17 Juli 2005 serta
besarnya potensi bahaya tsunami di Indonesia, menyebabkan Pemerintah Pusat sejak awal tahun 2005
mulai mengadakan Pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia (Indonesian Tsunami
Early Warning Systems, Ina-TEWS) bersama dengan instansi pemerintah lainnya yang terkait , yaitu
MENKOKESRA, RISTEK, DEPDAGRI, DEPLU, BAPPENAS, BAKORNAS PB, Departemen KOMINFO,
DKP, KLH, DEPBUDPAR, Departemen ESDM, BMG, BPPT, LIPI, BAKOSURTANAL, LAPAN dan ITB.

Pengembangan Ina-TEWS, yang terdiri dari Komponen Struktur dan Komponen Kultur, merupakan
upaya yang terpadu antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat dan para pemangku
kepentingan terkait. Komponen Struktur. yang merupakan tanggung jawab Pemerintah Pusat, meliputi
pembangunan dan pengembangan prasarana untuk mendeteksi kejadian gempa dan potensi tsunami
serta menyebarkan peringatan potensi tsunami ke pemerintah daerah dan pemangku kepentingan
terkait. Sedangkan, Komponen Kultur, yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah, mencakup
meneruskan peringatan tersebut ke masyarakat yang diperkirakan akan terkena dampak bencana,
memastikan masyarakat bertindak sesuai dengan yang diharapkan, serta meningkatkan kesiap-siagaan
masyarakat. Dalam peningkatan kapasitas pemerintah daerah untuk memberikan peringatan dini evakuasi
kepada masyarakat, termasuk di dalamnya menyiapkan atau membangun infrastruktur penunjang
peringatan/perintah evakuasi, prosedur evakuasi, dan membangun/meningkatkan secara terintegrasi
kesiapsiagaan aparat pemerintah daerah dan masyarakat untuk proses evakuasi bencana tsunami.

Dalam menghadapi ancaman bencana tsunami pada masa mendatang, diperlukan suatu strategi
peringatan dini yang efektif dan terpadu yang melibatkan kedua komponen tersebut. Oleh
karena itu pemerintah daerah harus memiliki suatu strategi yang efektif dalam penanganan dan
penanggulangan risiko bencana tsunami, mulai dari upaya preventif sampai upaya tanggap darurat
termasuk kesiapan menyampaikan peringatan dini tsunami yang cepat dan tepat sasaran hingga
pada kesiapsiagaan aparat pemerintah daerah dan masyarakat dalam menghadapi bencana.

Agar pemerintah daerah, masyarakat dan pemangku kepentingan terkait siap dan tanggap dalam
menghadapi ancaman bencana tsunami, diperlukan suatu latihan yang rutin dalam menghadapi

ii
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
bencana tsunami melalui penyelenggaraan Latihan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Tsunami
(Tsunami Drill), yaitu latihan evakuasi tsunami skala penuh (full scale) dengan melibatkan 3
unsur utama secara simultan dari pemerintah daerah, masyarakat dan Sistem Peringatan Dini
Tsunami (TEWS). Selain untuk membangun kesiap-siagaan ketiga unsur di atas, Tsunami
Drill sekaligus ditujukan untuk menguji efektivitas peralatan sistem deteksi dan peringatan
dini tsunami yang dikembangkan serta untuk meningkatkan kapasitas dan kesiapsiagaan
aparat pemerintah daerah beserta masyarakatnya dalam menangani peringatan dini tsunami .

Agar pelaksanaan kegiatan tsunami drill di daerah efektif dan tepat sasaran, dibuatlah Buku
PEDOMAN LATIHAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI DRILL UNTUK
UNTUK KOTA DAN KABUPATEN, yang memuat seluruh langkah-langkah atau tahapan-tahapan
yang perlu disiapkan, direncanakan dan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah. Buku panduan ini
dibuat berdasarkan pengalaman dalam penyelenggaraan Tsunami Drill pada tanggal 26 Desember
di Kota Padang tahun 2005, di Kota Denpasar tahun 2006 dan di Kota Cilegon tahun 2007.

Harapan kami dengan adanya buku ini dapat memberikan pedoman bagi kota dan kabupaten di
seluruh Indonesia yang rawan tsunami dalam menyelenggarakan kegiatan tsunami drill untuk
menunjukkan kepedulian pemerintah daerah dalam menghadapi bencana tsunami serta sekaligus
sebagai suatu usaha meningkatkan pengetahuan, kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat,
aparat pemerintah, dan stakeholder terkait dalam menghadapi bencana tsunami. Juga diharapkan
dapat meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam penanganan dan penanggulangan
bencana tsunami. Dengan tsunami drill yang diselenggarakan secara berkala dan teratur, kesiap-
siagaan masyarakat dalam menghadapi bencana akan semakin tinggi, dan pada gilirannya,
dapat menyelamatkan lebih banyak jiwa jika bencana tsunami tersebut benar-benar terjadi

Wassalamu’alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh

Jakarta, April 2008

Menteri Negara Riset dan Teknologi


Kusmayanto Kadiman

iii
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
PRAKATA

Bencana alam gempa dan tsunami yang besar terus terjadi di Indonesia dalam kurun waktu 2 tahun terakhir ini. Belum
selesai upaya-upaya pemulihan, rekonstruksi dan rehabilitasi kerusakan bencana maha dahsyat gempa bumi dan tsunami
yang terjadi di Tanah Rencong Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 yang telah menelan korban tidak kurang dari
150.000 orang meninggal dunia dan kerugian material mencapai Rp.43,2 trilyun, kita dihenyakkan oleh gempa beruntun di
Nias, Alor, Simeuleu, Jogyakarta, dan tsunami Pangandaran. Hasil-hasil pembangunan selama ini hilang sekejap akibat
bencana bencana tersebut yang telah melumpuhkan bahkan menghancurkan kehidupan suatu kota/daerah. Belum
lagi trauma psikologis yang dialami masyarakat akibat kehilangan orang tua, anak dan sanak saudara yang dicintai.

Beberapa faktor mendasar penyebab banyaknya korban jiwa serta kerugian harta benda antara lain adalah kurangnya
pemahaman mengenai bencana serta kemampuan dan kesiapsiagaan pemerintah dan masyarakat dalam mengantisipasi
bencana. Upaya-upaya dalam rangka meningkatkan kesadaran/kepedulian, kemampuan serta kesiapsiagaan untuk
melakukan tindakan pengamanan serta penanganan bencana dirasakan sangat penting, khususnya yang melibatkan
peran aktif masyarakat dan pemerintah.

Belajar dari berbagai kejadian bencana gempa dan tsunami tersebut serta melihat potensi bahaya tsunami di Indonesia,
maka keberadaan suatu sistem peringatan dini tsunami nasional menjadi prioritas utama dalam pembangunan
Indonesia. Selain itu untuk mengantisipasi bencana tsunami di masa mendatang, mulai awal tahun 2005 Pemerintah
Indonesia mulai mengembangkan dan membangun Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Ina-TEWS) yang
diharapkan akan selesai secara keseluruhan pada tahun 2008.

Ina-TEWS ini merupakan upaya yang terintegrasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat dan
stakeholder terkait dalam pembangunan dan pengembangan Komponen Struktur serta peningkatan Komponen Kultur
dari skenario besar sistem peringatan dini Indonesia . Komponen Struktur meliputi pembangunan dan pengembangan
infrastuktur berteknologi tinggi untuk mendeteksi kejadian gempa, potensi tsunami sampai menyebarkan peringatan
potensi tsunami ke stakeholder terkait termasuk diantaranya pemerintah daerah, disamping pengembangan kapasitas
institusi terkait. Pembangunan dan pengembangan komponen ini merupakan tanggung jawab pemerintah pusat
termasuk didalamnya 17 insitusi nasional yang tergabung dalam Ina-TEWS antara lain MENKOKESRA, RISTEK,

iv
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
BMG, DEPDAGRI, DEPHUB, DEPBUDPAR, DEPLU, ESDM, KOMINFO, BAPPENAS, BAKORNAS PB, BPPT,
BAKOSURTANAL, LAPAN, LIPI, DKP, KLH dan ITB serta stakeholder terkait. Komponen Kultur meliputi peningkatan
kapasitas pemerintah daerah untuk memberikan peringatan dini evakuasi kepada masyarakat termasuk didalamnya
menyiapkan atau membangun infrastruktur penunjang peringatan/perintah evakuasi, prosedur evakuasi, dan
membangun/meningkatkan secara terintegrasi kesiapsiagaan aparat pemerintah daerah dan masyarakat untuk proses
evakuasi dan penanganan tanggap darurat.

Agar masyarakat, aparat pemerintah daerah dan stakeholder terkait siap dan tanggap dalam menghadapi ancaman
bencana tsunami, maka diperlukan suatu latihan atau simulasi yang rutin dalam menghadapi bencana tsunami melalui
penyelenggaraan End to End Tsunami Drill yaitu latihan evakuasi tsunami skala besar yang diselenggarakan dengan
melibatkan 3 unsur utama secara simultan. Ketiga unsur tersebut terdiri dari masyarakat, pemerintah daerah dan sistem
peringatan dini tsunami. End to End Tsunami Drill juga menguji efektivitas peralatan system deteksi dan peringatan dini
tsunami yang dibangun dalam program Indonesia Tsunami Early Warning System (Ina-TEWS), sekaligus juga untuk
menguji kapasitas dan Kesiapsiagaan aparat pemerintah daerah beserta masyarakatnya dalam menangani peringatan
dini tsunami yang diterbitkan oleh BMG.

Uji coba pertama End to End Tsunami Drill dilakukan pada tahun 2005 di Kota Padang dan ujicoba kedua di Bali tahun
2006. Belajar dari ujicoba tersebut maka dipandang perlu untuk menyusun suatu pedoman pelaksanaan End to End
Tsunami Simulation (Tsunami Drill) yang memuat seluruh langkah-langkah yang perlu disiapkan, direncanakan dan
dilaksanakan dalam suatu kegiatan End to End Tsunami Simulation (Tsunami Drill) secara lengkap dan sistematis.
Tujuan umum dari penyusunan pedoman ini adalah untuk memberikan pedoman bagi kota dan kabupaten seluruh
Indonesia yang rawan tsunami dalam penyelenggaraan kegiatan tsunami drill, sehingga daerah dapat melaksanakan
kegiatan tersebut.

Dalam penyusunan pedoman ini, banyak pihak yang berperan serta dan memberikan masukan berupa sumbang
saran untuk penyempurnaan materi dan penyelesaiannya. Oleh karena itu, terimakasih yang sebesar-besarnya kami
sampaikan kepada :
1. Menteri Negara Riset dan Teknologi
2. Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek Kementerian Negara Riset dan Teknologi selaku
pengarah

v
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
3. Asisten Deputi Urusan Analisis Kebutuhan Iptek Kementerian Negara Riset dan Teknologi selaku pengarah
4. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)
5. Departemen Dalam Negeri (DEPDAGRI)
6. Departemen Luar Negeri (DEPLU)
7. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
8. Departemen Perhubungan (DEPHUB)
9. Departemen Komunikasi dan Informatika (KOMINFO)
10. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (DEPBUDPAR)
11. Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
12. Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (BAKORNAS PB)
13. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
14. Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL)
15. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
16. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
17. Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP)
18. Kementrian Lingkungan Hidup (KLH)
19. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (DEPBUDPAR)
20. Pusat Mitigasi Bencana - Institut Teknologi Bandung (PMB-ITB)
21. Pemerintah Kota Padang
22. Pemerintah Kota Denpasar
23. dan pihak-pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Akhir kata kami sampaikan semoga pedoman ini dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan kapasitas dan
kesiapsiagaan pemerintah daerah dalam menghadapi bencana khususnya bencana tsunami.
Sekian dan terimakasih.

Agustus 2007

Tim Penyusun

vi
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
DAFTAR ISI
Katalog Dalam Terbitan
Daftar Kontributor Materi i
Kata pengantar ii
Prakata iv
Daftar Isi viii
Daftar Gambar xi
Daftar Tabel xiv
Daftar Istilah xv

BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.1. 1. Potensi Kegempaan dan Tsunami Indonesia 1
1.1. 2. Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Ina-TEWS) 4
1.1. 3. Pentingnya Strategi TEWS yang Efektif 6
1.1. 4. Perlunya Uji Coba Sistem Peringatan Dini Tsunami melalui Tsunami Drill 9

1.2. Tujuan 9
1.3. Luaran (Output) 11
1.4. Ruang Lingkup 11

BAB 2 : PEMBENTUKAN PANITIA


2.1. Pembuatan Panitia 28
2.2. Tim Pengarah dan Penasihat 28
2.3. Ketua Umum 29
2.4. Koordinator Persiapan 29

vii
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
2.5. Koordinator Perencanaan 30
2.6 Koordinator Pelaksanaan 30
2.7 Seksi Gladi dan Hari H 31
2.8 Koordinator Dokumentasi dan Diseminasi 33
2.9 Koordinator Monitoring dan Evaluasi 34
2.10 Anggaran Biaya Persiapan dan Perancanaan 34
2.11 Jadwal Kegiatan 35

BAB 3 : TAHAP PENGEMBANGAN SKENARIO KEBENCANAAN


3.1. Identifikasi Potensi Daerah Yang Terkait Dengan Bencana Tsunami 51
3.1.1. Identifikasi Potensi Bahaya 51
3.1.2. Identifikasi Keberadaan Peralatan Sistem Peringatan Dini Tsunami 52
3.1.3. Identifikasi Potensi Non Fisik 52
a. Identifikasi Kapasitas Pemerintah Daerah 21
b. Identifikasi Kapasitas Masyarakat dan Stakeholder terkait 52
c. Identifikasi Kearifan Lokal 53
d. Identifikasi Peranan Media 53
e. Inventori Data Teknis 53
3.1.4. Identifikasi Potensi Fisik 50
a. Inventori Data Teknis 50
b. Survey 54
3.2. Kajian Awal Risiko Bencana Gempa dan Tsunami 54
3.2.1. Pengantar Kajian Risiko Bencana 54
3.2.2. Kriteria Kajian Risiko Bencana 57
3.3. Pengembangan Skenario Bencana dan Upaya Penanganan dan Penanggulangannya 60
3.4. Keluaran Skenario Bencana Gempabumi dan Tsunami 68

viii
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
BAB 4 : PERENCANAAN
4.1. Umum 77
4.1.1. Penetapan Skenario Risiko Bencana dan Upaya Penanganan dan Penanggulangannya 77
4.1.2. Penetapan Target 79
4.1.3. Penentuan Lokasi Pelaksanaan Gladi dan Hari H 82
4.1.4. Penetapan Skenario Pelaksaan Tsunami Drill/Pengembangan Run Down 82
4.1.5. Penetapan Indikator Keberhasilan Kegiatan 88
4.1.6. Pembuatan Indikator Keberhasilan Kegiatan (Setting Performance Indicator) 88

BAB 5 : PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN


5.1. Pelaksanaan Kegiatan Sebelum Gladi (Pra-gladi) 91
5.1.1. Konsolidasi Panitia 91
5.1.2. Penyiapan Sistem Peringatan Dini Tsunami ( Ina - TEWS ) 91
5.1.3. Penyiapan Aparatur Pemerintah Daerah yang Terkait Penanggulangan Bencana 92
5.1.4. Penyiapan Aparatur Pemerintah Daerah yang Terkait Penanggulangan Bencana 95
5.1.4.1. Workshop/Lokakarya 95
5.1.4.2. TOT 95
5.1.4.3. Table Top Simulation Melalui Pengembangan SOP untuk Penanggulangan Bencana Tsunami 97
5.1.5. Penyiapan Masyarakat 103
5.1.5.1. Peningkatan Kesadaran Masyarakat 103
5.1.5.2. Peningkatan Kesiapsiagaan Masyarakat 106
5.1.5.3. Peningkatan Kapasitas Media 110
5.2. Gladi - Test 110
5.3. Hari H End To End Tsunami Drill 113

ix
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
BAB 6 : DOKUMENTASI, DISEMINASI DAN MONEV (MONITORING DAN EVALUASI)
6.1. Dokumentasi 119
6.1.1. Tahap Persiapan 119
6.1.2. Tahap Perencanaan 121
6.1.3. Tahap Pelaksanaan 122
6.2. Diseminasi 123
6.2.1. Tahap Persiapan 121
6.2.2. Tahap Perencanaan 124
6.2.3. Tahap Pelaksanaan 125
6.3. Monev (Monitoring dan Evaluasi) 127

BAB 7 : OUTPUT
7.1 Masyarakat Siaga 133
7.2 Pemda yang tanggap 133
7.3 Alat yang teruji dan dapat diandalkan 134
7.4 Tersedianya SOP/PROTAP atau Rencana Kontijensi Tsunami yang Handal dan Teruji bagi Satlak PB atau BPBD
(Prosedur Tetap Badan Penanggulangan Bencana Daerah) 134

x
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Peta Sebaran Gempabumi di Indonesia 2


Gambar 1.2. Peta Pantai Rawan Tsunami 2
Gambar 1.3. Kejadian Tsunami Periode 1991-2006 3
Gambar 1.4. Skenario Besar Ina-TEWS 4
Gambar 1.5. Respon Tanggap Darurat untuk Gempa dan Tsunami Lokal 6
Gambar 1.6. Isi Perintah Warning I, II, III dan IV 7
Gambar 1.7. Alur Informasi Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia (Ina-TEWS)
Gambar 1.8. End to Half End Concepts of Ina - TEWS 7
Gambar 1.9. Diagram Alir Pedoman Pelaksanaan Latihan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Tsunami
(Tsunami Drill) untuk Kota/Kabupaten KOTA/KABUPATEN
Gambar 1.10. Detail dari Tahap Awal dan Pengembangan Skenario Kebencanaan
Gambar 1.11. Detail dari Tahap Perencanaan, Persiapan dan Pelaksanaan
Gambar 1.12. Detail Dokumentasi dan Diseminasi pada Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan (2),
Tahap Perencanaan (3), Tahap Persiapan (4) dan Pelaksanaan (5)
Gambar 2.1. Struktur Organisasi Kepanitiaan 31
Gambar 3.1. Kondisi Tektonik Selat Sunda dan sekitarnya 44
Gambar 3.2. Geologi Permukaan Kawasan Banten dan sekitarnya 44
Gambar 3.3. Foto survey yang dilakukan oleh Tim Teknis dalam menentukan tempat evakuasi 46
Gambar 3.4. Daerah Kawasan Industri Cilegon 46
Gambar 3.5. Siklus manajemen bencana 52
Gambar 3.6. Skenario Risiko Bencana Tsunami B2 dan upaya penanganan serta Penanggulangannya 42
Gambar 3.7. Skenario Risiko Bencana Tsunami B3 dan upaya penanganan serta Penanggulangannya 42
Gambar 4.1. Peta Wilayah Gempabumi Indonesia 69
Gambar 4.2. Respon Tanggap Darurat untuk Gempa dan Tsunami Lokal 78

xi
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Gambar 5.1. Local Sirine di Cilegon dan Denpasar 86
Gambar 5.2. Peninjauan Menristek untuk kesiapsiagaan Pelaksanaan Tsunami Drill 87
Gambar 5.3. Contoh Crisis Center Kota Cilegon dan DKI Jakarta 88
Gambar 5.4. TOT Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Gempa dan Tsunami 91
Gambar 5.5. Kegiatan Table Top Simulation 92
Gambar 5.6. Suasana Table Top Simulation 96
Gambar 5.7. Kegiatan Pendidikan kepada Masyarakat 98
Gambar 5.8. Talk Show di TV 99
Gambar 5.9. Suasana Acara Pemberdayaan Masyarakat di sebuah Sekolah Lanjutan Pertama 102
Gambar 5.10. Pemberdayaan Masyarakat di Lingkungan Kampung 102
Gambar 5.11. Sosialisasi Awal dalam kegiatan Pemberdayaan Masyarakat 102
Gambar 5.12. Coaching dalam kegiatan Pemberdayaan Masyarakat 102
Gambar 5.13. Suasana Gladi Tsunami Drill Bali 2006 105
Gambar 5.14. Massa Sedang Berkumpul di Pantai Saat Gladi Bali 2006 105
Gambar 5.15. Kesiapan Tim Kesehatan Saat Gladi Bali 2006 105
Gambar 5.16. Tim Pemadam Kebakaran Saat Gladi Tsunami Drill Banten 2007 105
Gambar 5.17. Evakuasi Korban Saat Gladi Tsunami Drill Banten 2007 106
Gambar 5.18. Suasana Saat Gladi Tsunami Drill Banten 2007 106
Gambar 5.19. Presiden RI hadir Saat Hari H Tsunami Drill 108
Gambar 5.20. Masyarakat Sedang Berkumpul di Pantai Saat Hari H Tsunami Drill 108
Gambar 5.21. Masyarakat Melakukan Evakuasi Berlari Menuju Lokasi Evakuasi 108
Gambar 5.22. Masyarakat Sampai di Tempat Evakuasi 108
Gambar 5.23. Para korban tsunami yang terluka 109
Gambar 5.24. Tim Kesehatan Mendata dan Membantu Korban yang Terluka 109
Gambar 5.25. Demo penanganan kebakaran akibat kebocoran gas 109
Gambar 5.26. Ambulance bergerak memasuki wilayah bencana 110
Gambar 5.27. Keterlibatan NUBIKA Saat Hari H Tsunami Drill Banten 2007 110

xii
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Gambar 5.28. Suasan di tempat pengungsian 110
Gambar 5.29. Baliho Peta Evakuasi Saat Tsunami Drill Banten 2007 110
Gambar 6.1. Pendokumentasian berbagai rambu (Signboard) yang digunakan dalam Tsunami Drill 114
Gambar 6.2. Peliputan kegiatan Tsunami Drill oleh wartawan 115
Gambar 6.3. Berbagai dokumentasi pelaksanaan Tsunami Drill 117
Gambar 6.4. Diseminasi kegiatan Tsunami Drill melalui lokakarya 118
Gambar 6.5. Sosialisasi kegiatanTsunami Drill kepada pejabat pemerintah lokal 119
Gambar 6.6. Diseminasi kegiatanTsurnami Drill melalui surat kabar lokal 121

xiii
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Form Penilaian Potensi Bahaya 49


Tabel 3.2. Form Penilaian Sistem Peringatan Dini 49
Tabel 3.3. Form Penilaian Kerentanan 49
Tabel 3.4. Form Penilaian Kapasitas Daerah 50
Tabel 3.5. Matriks Skenario Risiko Bencana dan Upaya Penanganan serta Penanggulangannya 53
Tabel 3.6. Tabel Kriteria Penilaian Untuk Kajian Cepat Risiko 65
Tabel 4.1. Contoh Run Down Kota Cilegon – Tsunami Drill Banten 2007 81

xiv
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
DAFTAR ISTILAH
1. Bahaya (Hazard) : Suatu fenomena alam atau buatan manusia yang berpotensi
menimbulkan kerugian fisik dan ekonomi atau mengancam jiwa manusia
dan kesejahteraannya, bila terjadi di suatu lingkungan permukiman,
kegiatan budi daya atau industri
a. Primary Hazard : Suatu bahaya primer yang diakibatkan oleh fenomena alam yang
berpotensi menimbulkan kerugian fisik dan ekonomi atau mengancam
jiwa manusia dan kesejahteraannya
b. Collateral Hazard : Suatu bahaya ikutan yang ditimbulkan akibat adanya bahaya primer,
seperti likuifaksi yang diakibatkan oleh gempabumi, bahaya kebakaran
akibat gempabumi, dll
c. Natural Hazard : Suatu fenomena alam yang berpotensi menimbulkan kerugian fisik
dan ekonomi atau mengancam jiwa manusia dan kesejahteraannya,
bila terjadi di suatu lingkungan permukiman, kegiatan budi daya atau
industri
d. Technological / : Suatu bahaya yang ditimbulkan akibat kegagalan teknologi atau
Industrial Hazard hancurnya suatu industri yang disebabkan oleh bahaya alam, seperti
gempabumi, banjir, tsunami, dll
2. Bencana (Disaster) : Suatu gangguan yang hebat yang menyebabkan korban manusia,
kerusakan harta dan lingkungan, yang melebihi kemampuan masyarakat
tersebut untuk mengatasinya hanya dengan mengandalkan kemampuan
sumberdayanya sendiri
3. BNPB : Badan Nasional Penanggulangan Bencana adalah suatu badan yang
khusus menangani penanggulangan bencana di tingkat nasional. Saat
pedoman ini disusun badan penanggulangan bencana di tingkat nasional
adalah BAKORNAS PB - Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan
Bencana – Badan yang bergerak di bidang penanggulangan bencana
di tingkat nasional
4. BPBD : Badan Penanggulangan Bencana Daerah adalah suatu badan yang
khusus menangani penanggulangan bencana di tingkat daerah. Saat
ini badan penanggulangan bencana di tingkat propinsi adalah Satkorlak
PB di tingkat Kota/Kabupaten adalah Satlak PB

xv
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
a. Satkorlak PB : Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana – Badan
yang bergerak di bidang penanggulangan bencana di tingkat propinsi
yang bertugas untuk mengkoordinasikan upaya penanggulangan
bencana dan penanganan pengungsi di wilayahnya sesuai kebijakan
yang ditetapkan oleh Bakornas PB, meliputi kegiatan pencegahan,
penyelamatan, rehabilitasi, dan rekonstruksi
b. Satlak PB : Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana – Badan yang bergerak
di bidang penanggulangan bencana di tingkat kota/kabupaten
yang bertugas melaksanakan kegiatan Penanggulangan Bencana
dan Penanganan Pengungsi yang terjadi di daerahnya dengan
memperhatikan kebijakan dan arahan teknis yang diberikan Bakornas
PB
5. Capacity Building : Suatu prosses jangka panjang dan berkelanjutan untuk meningkatkan
kapasitas dan partisipasi semua pelaku yang terkait terutama dengan
kebencanaan, seperti pemerintah daerah, masyarakat, media, dan lain-
lain
6. Community Based Action : Rencana Tindak yang dibuat oleh masyarakat dalam menghadapi
Plan bencana
7. Community Development : Suatu proses atau upaya untuk membangun masyarakat di tingkat
lokal dengan melibatkan masyarakat secara aktif melalui dialog-dialog
mengenai apa yang harus dilakukan dalam menghadapi masalah
terutama masalah bencana dan melibatkan masyarakat mulai dari
perencanaan hingga pelaksanaannya
8. Diseminasi : Penyebaran informasi. Dalam pedoman ini ditujukan untuk dua hal.
Yang pertama untuk penyebaran informasi peringatan dini tsunami dan
BMG ke Pemerintah Kota dan Kabupaten serta institusi antara. Yang
kedua untuk penyebaran informasi pelaksanaan Tsunami Drill melalui
media massa, media elektronik, internet, dan lain-lain.
9. Duck, Cover, Hold : Upaya perlindungan diri dalam menghadapi goncangan akibat
bahaya gempabumi melalui cara menunduk, melindungi kepala, dan
berpegangan di bawah meja pada kaki meja.

xvi
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
10. End to End Tsunami Drill : Latihan evakuasi tsunami skala besar yang diselenggarakan dengan
melibatkan 3 unsur utama unsur pemerintah, unsur masyarakat dan
unsur peralatan dan sistem peringatan dini tsunami secara simultan
11. Entry Point : Kunci dari pelaksanaan penyelenggaraan tsunami drill
12. Evakuasi (Evacuation) : Berpindah tempat dari tempat semula yang dianggap tidak aman ke
tempat yang dianggap lebih aman
13. Expert Judgement : Pembobotan yang diberikan terhadap suatu kriteria berdasarkan
penilaian para ahli
14. Five in One Mode : Media komunikasi yang dipergunakan untuk peringatan dini tsunami
dari BMG ke institusi antara (Interface Agency) dan pemerintah daerah,
yang berupa telepon, fax, internet, radio, ranet. Seringkali disebut
sebagai multi-mode.
15. Focus Group Discussion : Suatu kelompok diskusi yang terfokus untuk membahas suatu isu
(FGD) tertentu. Kelompok diskusi ini dapat berasal dari masyarakat ataupun
aparat pemerintah daerah.
16. Gladi (Rehearsal) : Latihan yang dilakukan sebelum pelaksanaan simulasi atau drill untuk
menguji apakah sistem tersebut berjalan atau tidak untuk memastikan
kelancaran pelaksanaan simulasi atau drill
17. Golden Time : Masa-masa kritis yang sangat penting dan berharga untuk
menentukan kelanjutan kehidupan manusia pada saat tanggap darurat
kebencanaan
18. Ina – TEWS : Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia, yaitu Grand Skenario
sistem peringatan dini Indonesia yang berisi hubungan monitoring dan
deteksi gempa, proses analisa potensi tsunami, diseminasi warning,
melalui interface agency dan memanfaatkan moda komunikasi seperti
telepon, fax, email, radio, dll. Serta respon pemerintah daerah melalui
warning evacuation dan kesiapsiagaan pemerintah dan masyarakat
dalam merespon warning evacuation yang diterbitkan oleh pemerintah
daerah tersebut. Ina TEWS ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu struktur
dan kultur.

xvii
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
a. Struktur : Bagian dari proses Ina TEWS yang dimulai dari deteksi gempa oleh
BMG dan analisa potensi tsunaminya hingga warning tsunami ke
pemerintah daerah melalui media komunikasi telepon, fax, internet, dll
atau melalui interface agency

b. Kultur : Bagian dari proses Ina TEWS yang dimulai dari warning evacuation dari
pemerintah daerah hingga respon masyarakat terhadap warning tersebut
melalui penyiapan kapasitas masyarakat dan aparat pemerintah daerah yang
dilakukan melalui pelatihan-pelatihan
19. Interface Agency : Institusi antara yang menjadi jembatan peringatan dini tsunami (tsunami
warning) dari BMG ke pemerintah daerah. Yang menjadi interface agency ini
diantaranya adalah TNI, POLRI, dll
20. Inundation Map : Peta genangan yang menunjukkan luasan dan daerah yang tergenang oleh
tsunami
21. Kajian Kerusakan (Damage : Kajian yang dilakukan untuk menilai kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu
Assessment) bencana
22. Kapasitas (Capacity) : Kemampuan kelompok atau individu untuk menghadapi dampak bencana
yang merugikan dan mengembalikan pada kondisi semula
23. Kerentanan (Vulnerability) : Seberapa besar suatu masyarakat, bangunan, pelayanan atau suatu daerah
akan mendapat kerusakan atau terganggu oleh dampak suatu bahaya
tertentu, yang bergantung pada kondisinya, jenis material bangunan dan
infrastruktur, serta kedekatannya kepada suatu daerah yang berbahaya atau
rawan bencana
24. Kesiapsiagaan (Preparedness) : Tindakan-tindakan yang memungkinkan pemerintahan, organisasi-organisasi,
masyarakat, komunitas, dan individu untuk mampu menanggapi suatu
situasi bencana secara cepat dan tepat guna. Termasuk ke dalam tindakan
kesiapsiagaan adalah penyusunan rencana penanggulangan bencana,
pemeliharaan sumberdaya dan pelatihan personil.
25. Likuifaksi : Amblasan tanah yang diakibatkan oleh goncangan gempa
26. Media Campaign : Suatu media yang dipergunakan untuk mempromosikan kegiatan simulasi
atau drill, dapat berupa brosur, poster, leaflet atau iklan di televisi, radio, dll

xviii
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
27. Media Center : Pusat informasi yang memberikan informasi mengenai kejadian bencana,
jumlah kerusakan, jumlah korban, dll. Media center ini dapat didirikan
ketika tidak sedang terjadi bencana ataupun pada saat tanggap darurat
kebencanaan di dalam tenda evakuasi
28. Mitigasi (Mitigation) : Tindakan yang dilakukan sebelum maupun sesudah terjadi bencana dengan
tujuan untuk mengurangi dampak dari suatu bencana (alam atau ulah-
manusia) terhadap suatu komunitas atau suatu negara. Pada dasarnya,
mitigasi terdiri dari mitigasi struktural dan mitigasi non struktural.
a. Mitigasi Struktural : Upaya-upaya mitigasi yang terkait dengan pembangunan fisik, seperti
bangunan, gedung, dll
b. Mitigasi Non-struktural : Upaya-upaya mitigasi yang terkait dengan upaya-upaya non-fisik, seperti
pengaturan tata ruang, SOP, pelatihan, ToT, dll

29. Monev : Monitoring dan evaluasi adalah suatu proses yang dilakukan untuk
mengawasi proses kegiatan simulasi atau drill mulai dari persiapan hingga
akhir pelaksanaan kemudian di evaluasi dan diperbaiki bagian mana yang
kurang dan perlu diperbaiki
30. Observer : Pengamat dalam kegiatan tsunami drill yang diharapkan dapat memberikan
masukan, evaluasi maupun monitoring terhadap pelaksanaan kegiatan
tersebut
31. Pembangunan (Development) : Suatu kegiatan yang berkelanjutan yang ditujukan untuk meningkatkan atau
menjaga kesejahteraan sosial dan ekonomi dari suatu masyarakat
32. Pengelolaan dan Penanganan : Suatu istilah yang mencakup semua aspek perencanaan untuk menghadapi
Bencana (Disaster dan memberikan tanggapan terhadap bencana, termasuk kegiatan-kegiatan
Management) sebelum (pra-) dan setelah (pasca-) bencana, mencakup baik dari sisi
resikonya maupun dari sisi bencananya
33. Public Education : Pendidikan pada masyarakat yang diberikan melalui penyebaran buku-buku,
leaflet, brosur, poster, dll yang berisikan informasi yang dapat meningkatkan
pengetahuan masyarakat

xix
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
34. Pusdalops : Pusat Pengendalian Operasional, yaitu suatu pusat pengendali yang terkait
dengan kebencanaan, terutama untuk warning, baik warning tsunami
maupun warning evacuation
35. Risk Assessment : Kajian Risiko Bencana yang dilakukan di suatu daerah
a. Rapid Risk Assessment : Kajian Risiko Bencana yang dilakukan secara cepat di suatu daerah
b. Indepth Risk Assessment : Kajian Risiko Bencana yang dilakukan di suatu daerah secara mendalam/
lengkap
36. Rekonstruksi (Reconstruction) : Tindakan untuk memperbaiki atau mengganti tempat tinggal dan prasarana
yang rusak secara permanen dan mengembalikan pertumbuhan ekonomi ke
tingkat semula
37. Rehabilitasi (Rehabilitation) : Kegiatan-kegiatan yang dilakukan setelah terjadinya bencana untuk :
membantu para korban memperbaiki tempat tinggalnya, mengembalikan
fungsi pelayanan penting, menghidupkan kembali kegiatan ekonomi dan
sosial yang vital
38. Risiko Bencana (Disaster Risk) : Besarnya kerugian yang mungkin terjadi termasuk kehilangan nyawa, cedera,
kerusakan harta dan gangguan terhadap kegiatan ekonomi yang disebabkan
oleh suatu fenomena tertentu
39. Run-down : Tahapan pelaksanaan kegiatan yang dibuat secara mendetil dengan
mempertimbangkan waktu datangnya bencana yang akan disimulasikan pada
kegiatan simulasi atau drill
40. Scenario Analysis : Analisis yang dilakukan untuk menentukan skenario risiko bencana yang akan
dipergunakan dalam simulasi atau drill
41. Setting Performance Indicator : Indikator keberhasilan kegiatan
42. Sistem Peringatan Dini (Early : Mata rantai yang spesifik (hubungan yang kritis) antara tindakan-tindakan
Warning System) dalam kesiapsiagaan dengan kegiatan tanggap darurat yang ditujukan
memberikan peringatan tanda bahaya bagi pemerintah dan masyarakat
43. Snow Balling Effect Efek yang berkelanjutan, dari sekelompok kecil masyarakat terus bergulir,
hingga menjadi kelompok besar masyarakat
44. Standard Operational Prosedur tetap (Protap) untuk pelaksanaan tanggap darurat kebencanaan
Procedure (SOP)

xx
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
45. Table Top Simulation : Suatu bentuk simulasi kesiapsiagaan dan tanggap darurat aparat pemerintah
yang terlibat dalam penanganan bencana yang ditujukan untuk peningkatan
kapasitas terutama pemerintah daerah dalam rangkaian sistem peringatan
dini tsunami
46. Tanggap Darurat (Emergency : Kegiatan yang dilakukan segera setelah terjadi dampak bencana bila
Response) diperlukan tindakan-tindakan luar biasa untuk memenuhi kebutuhan dasar
korban bencana yang selamat
47. Tim SAR : Tim pencarian dan penyelamatan korban bencana pada saat tanggap darurat
kebencanaan
48. ToT : Training of Trainer, yaitu pelatihan kepada beberapa perwakilan anggota
masyarakat, yang diharapkan perwakilan yang dilatih tersebut dapat
menyebarluaskan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam
pelatihan pada masyarakat yang lebih luas
49. Tsunami drill atau tsunami : Simulasi evakuasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan/atau
simulation masyarakat di setiap tingkatan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi
bahaya tsunami
50. Tsunami Shelter (Escape : Bangunan atau gedung yang tinggi yang dapat dipergunakan sebagai tempat
Building) evakuasi dari bencana tsunami
51. Tsunami Warning : Penyampaian warning dari BMG hingga ke pemerintah daerah melalui media
Dissemination komunikasi (telepon, fax, internet, dll)

xxi
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pendahuluan
1

P EDOMAN
Pelaksanaan Latihan Kesiapsiagaan
Menghadapi Bencana Tsunami (Tsunami Drill)
untuk Kota dan Kabupaten

BAB 1

PENDAHULUAN

1
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pendahuluan
1

2
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pendahuluan
1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.1.1 Potensi Kegempaan dan Tsunami Indonesia


Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap bencana gempa dan tsunami. Hal ini disebabkan karena
wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi paling aktif di dunia, akibat pertemuan tiga lempeng
tektonik, yaitu lempeng samudera Indo-Australia, Lempeng Benua Eurasia dan Lempeng Samudera
Pasifik.

Berdasarkan peta wilayah kegempaan Indonesia, sekitar 290 kota (60% dari kota-kota yang ada di
Indonesia) terletak pada wilayah rawan gempa dan kurang lebih 11.000 km pantai di Indonesia rawan
terhadap bahaya tsunami. Frekuensi kejadian tsunami di Indonesia cukup tinggi, hampir bisa dikatakan
rata-rata tiap tahun ada kejadian tsunami. Peta sebaran gempa dan tsunami serta sejarah kejadian tsunami
di Indonesia dapat dilihat pada gambar 1.1., Gambar 1.2., dan Gambar 1.3.

Gempa dangkal dengan kekuatan lebih dari 6 SR yang terjadi di dasar laut berpotensi sebagai penyebab
tsunami. Potensi tsunami di Indonesia adalah tsunami lokal dengan waktu penjalarannya yang sangat
singkat, hal ini dikarenakan sumber-sumber gempa terletak tidak jauh dari sebagian besar pantai di
Indonesia.

1
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
1 Pendahuluan

Gambar 1.1. Peta Sebaran Gempabumi di Indonesia (sumber: BMG)

2
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pendahuluan
1

Gambar 1.2. Peta Pantai Rawan Tsunami


(sumber: Hamzah Latief )

Gambar 1.3. Kejadian Tsunami Periode 1991-2006 ( Sumber: Hamzah Latief)

3
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
1 Pendahuluan

Kejadian gempa dan tsunami di Indonesia terbukti banyak menelan korban jiwa dan kerugian materil yang
sangat besar. Bencana tsunami terbesar di dunia dalam kurun waktu 100 tahun terakhir selain Chili 1960
dengan magnitude gempa sebesar 9,5 Mw adalah Aceh 26 Desember 2004 dengan besaran gempa sebesar
9 Mw yang mengakibatkan ratusan ribu masyarakat 7 negara di kawasan Samudera Hindia meninggal
dan hilang serta jumlah kerugian yang sangat besar. Hasil pembangunan hilang dalam sekejap. Korban
meninggal terbanyak (150 ribu orang) berasal dari wilayah Propinsi Aceh dan sekitarnya.

Belajar dari sejarah bencana tsunami, besarnya korban bencana tsunami umumnya disebabkan oleh
beberapa faktor. Selain faktor besaran tsunami (antara lain pusat gempa, tinggi gelombang, kecepatan
penjalaran dan tinggi genangan) juga dipengaruhi oleh faktor ditinggalkannya/dilupakannya pengetahuan
maupun kearifan lokal akan tanda-tanda fenomena tsunami serta lambatnya respon terhadap tsunami
yang diakibatkan oleh rendahnya kesadaraan dan kesiapsiagaan masyarakat akan bahaya tsunami serta
rendahnya kapasitas dan kesiapsiagaan aparat pemerintah daerah dan masyarakat dalam merespon
tanda-tanda tsunami.

1.1.2. Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Ina-TEWS)


Belajar dari kejadian tsunami Aceh 26 Desember 2004, serta melihat sejarah tsunami dan potensi bahaya
tsunami di Indonesia (lihat kembali Gambar 1.2. dan 1.3.), keberadaan suatu sistem peringatan dini tsunami
menjadi prioritas utama dalam pembangunan Indonesia. Untuk mengantisipasi bencana tsunami di masa
mendatang, mulai awal tahun 2005 Pemerintah Indonesia mengembangkan Sistem Peringatan Dini
Tsunami Indonesia (Indonesian Tsunami Early Warning System – Ina TEWS) yang terdiri dari komponen
struktur dan komponen kultur yang diharapkan akan selesai secara keseluruhan pada tahun 2008.

Pada prinsipnya, Ina-TEWS ini merupakan upaya terpadu antara pemerintah pusat, pemerintah daerah,
masyarakat dan stakeholder terkait dalam pembangunan dan pengembangan Komponen Struktur serta
peningkatan Komponen Kultur dari skenario besar sistem peringatan dini Indonesia
(lihat Gambar 1.4.).

4
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pendahuluan
1

Gambar 1.4. Skenario Besar Ina-TEWS

Komponen Struktur meliputi pembangunan dan pengembangan infrastuktur berteknologi tinggi untuk
mendeteksi kejadian gempa yang berpotensi tsunami sampai menyebarkan peringatan potensi tsunami ke
stakeholder terkait termasuk diantaranya pemerintah daerah, disamping pengembangan kapasitas institusi
terkait. Pembangunan dan pengembangan komponen ini merupakan tanggung jawab pemerintah pusat
yang tergabung dalam Ina-TEWS antara lain MENKOKESRA, RISTEK, DEPDAGRI, DEPHUB, BMG,
DEPLU, ESDM, KOMINFO, BAPPENAS, BAKORNAS PB, BPPT, BAKOSURTANAL, LAPAN, LIPI, DKP,
KLH dan ITB.

Komponen Kultur meliputi peningkatan kapasitas dan kesiapsiagaan pemerintah daerah untuk memberikan
peringatan dini evakuasi kepada masyarakat termasuk di dalamnya menyiapkan atau membangun
infrastruktur penunjang peringatan/perintah evakuasi, prosedur evakuasi, dan meningkat secara terpadu
kesiapsiagaan aparat dan masyarakat itu sendiri.

5
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
1 Pendahuluan

Karena pembangunan dan peningkatan Komponen Kultur lebih sejalan dengan pemenuhan kebutuhan
serta pembangunan daerah, komponen ini lebih merupakan tanggung jawab pemerintah daerah.

1.1.3. Pentingnya Strategi Sistem Peringatan Dini yang Efektif


Mengingat waktu penjalaran gelombang tsunami di Indonesia umumnya pendek (Tsunami lokal), berkisar
antara 20 – 45 menit setelah terjadinya gempa, maka dalam menghadapi ancaman bencana tsunami
di masa mendatang diperlukan suatu strategi Sistem Peringatan Dini yang efektif dan terintegratif yang
melibatkan kedua unsur struktur dan kultur. Dalam upaya mengurangi jumlah korban, peranan ketepatan
dan kecepatan peringatan dini tsunami yang dibangun dalam komponen struktur serta kesiapan komponen
kultur sangatlah besar. Gambaran lengkap alur informasi sistem peringatan dini tsunami yang dikeluarkan
BMG dapat dilihat pada gambar Gambar 1.5, 1.6, 1.7, dan 1.8. Gambar 1.5. merupakan gambaran respon
tanggap darurat yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Daerah saat menerima peringatan (warning) I s/d
IV dari BMG seperti yang terlihat pada Gambar 1.6. Gambar 1.7. dan 1.8. merupakan gambaran alur
informasi Sistem Peringatan Dini.

Gambar 1.5. Respon Tanggap Darurat untuk Gempa dan Tsunami Lokal (Sumber : Harkunti P. Rahayu)

6
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pendahuluan
1

8:05 Warning I ”TES UJI COBA WARNING I: POTENSI TSUNAMI BESAR DI PANTAI BRT BANTEN; CIWANDAN, KKTAU STEEL, ANYER,
AKIBAT GEMPA MAG 8.0 JAM 8:00 WIB 180KM BRT DAYA CILEGON : BMG” dikeluarkan berdasarkan data seismometer
dan accelerometer bila terjadi gempa dangkal di laut di atas 6,5 SR.

8:07 Warning II “TES UJI COBA WARNING II POTENSI TSUNAMI BESAR DI PANTAI BRT BANTEN JAM 08:38 ANYER 5M CIWANDAN
5M KKTAU STEEL 4M, GEMPA MAG 8.0 JAM 8:00 WIB 180KM BRT DAYA CILEGON:BMG” dikeluarkan berdasarkan hasil
simulasi tsunami modeling dan kepastian adanya tsunami berasal dari monitoring Tsunameter (Bouy) dan GPS.

8:48 Warning III “TES UJI COBA, WARNING III: TSUNAMI BESAR DI ANYER 08:35 5M CIWANDAN 08:40 5M KKTAU STEEL 08:40
4M AKIBAT GEMPA MAG 8.0 JAM 8:00 WIB 180KM BRT DAYA CILEGON : BMG” dikeluarkan berdasarkan monitoring
tsunameter /bouy dan informasi ketinggian air di pantai didapat dari hasil monitoring di lapangan (informasi Tide
Gauge).

10:00 Warning IV “TEST UJI COBA WARNING IV: TSUNAMI YANG MELANDA KAWASAN PANTAI BANTEN TELAH BERAKHIR : BMG”
dikeluarkan berdasarkan hasil monitoring di lapangan (Tide Gauge dan Tsunameter) yang dibandingkan dengan hasil
tsunami modeling.

Gambar 1.6. Contoh Isi Perintah Warning I, II, III dan IV pada Tsunami Drill Banten, 26 Desember 2007
(Sumber: Suhardjono)

7
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
1 Pendahuluan

INSTITUSI
B MG INTERFACE
terestrial line S.. O. P
IP VPN MPLS
TELKOM
MABES POLRI  POLRI POLDA/POLRES
BUPATI / S. O. P POLDA
V S A T DE P DA G R I S. O.P WALIKOTA/ /POLRES
• INSTALASI 33 GUBERNUR GUB CAMAT
SENSOR Radio link S. O. P
IP VPN MPLS
BUPATI / POLSEK
INDOSAT
W.KOTA
• MONITORING S.O.P
SOP BAKORNAS SATKORLAK / SATLAK
VPN BMG BAKOR
• PENGOLAHAN BMG NAS
PROVIDER GSM
• ANALISA S.O.P
•TELKOMSEL
•INDOSAT 10 STA. TV  SATKORLAK

• INFORMASI KOORD. DEPKOMINFO

terestrial line PROVIDER VSAT


RADIO/RRI 
satelite •TELKOM
•CSM
RADIO PANTAI S.O.P
•CSM
ADPEL
satelite •PSN

Fiber optic INDONESIA


INTERNET
7 PROVIDER M asyarakat
wlan GSM/CDMA
EXCHANGE CSM = Citra Sari Makmur
PSN = Pasific Satelit Nusantara

Gambar 1.7. Alur Informasi Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia (Sumber : BMG)

8
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pendahuluan
1

O B S E R V A T IO N P R O C E S S IN G D IS S E M IN A T IO N
?S eism ograph
N E IT W C E vacuate
?accelerograph R E IT W C W atch
A dvisory
C ancellation

Banda Aceh EMAIL


SERVER
1 Siren
Communication E arthquake
Inform ation SMS
-T im e SERVER
- Location Speaker
- M agnitude
Padang

Denpasar
Phone/fax Phone/fax
BMG HQ
D ecision
Jakarta support
SMS
E picenter
Control System
?T ide G auge
?B uoy/O B U 2 Control System Of Situation
T sunam i Center
?G P S LA N D S T A T IO N Of Situation
W arning
?E arth O bservation Center
Communication

Gambar 1.8. Mekanisme deteksi, observasi, pengambilan keputusan untuk penerbitan Peringatan Tsunami (Sumber : BMG)

9
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
1 Pendahuluan

Dari gambaran di atas, peran serta pemerintah daerah dalam hal ini Pemerintah Kota dan Pemerintah
Daerah sangatlah besar. Berdasarkan deklarasi kesepakatan Pemerintah Kota/Kabupaten saat hari
Peringatan Bumi, ditetapkan bahwa peran serta pemerintah daerah dalam Sistem Peringatan Dini Tsunami
Indonesia (Ina-TEWS) dirumuskan kedalam 10 butir kesepahaman di bawah ini :
1. Ikut mengamankan peralatan deteksi bencana yang ada di wilayahnya
2. Menyiapkan peta resiko (peta genangan) beserta skenario penyelamatan
3. Menyiapkan tempat evakuasi beserta peta pencapaiannya
4. Memasang rambu-rambu petunjuk / arah evakuasi
5. Membangun pusat krisis / pusat komando
6. Melakukan latihan-latihan evakuasi tsunami maupun latihan kesiapsiagaan tsunami (tsunami-drill)
secara berkala
7. Membangun sirine
8. Membangun atau menentukan gedung penyelamat (escape building/tsunami shelter)
9. Memasukkan pertimbangan kebencanaan dalam penyusunan tata-ruang
10. Memasukkan pendidikan kebencanaan dalam muatan lokal kurikulum sekolah

Dalam pelaksanaan butir 6 (Melakukan latihan-latihan evakuasi tsunami maupun latihan kesiapsiagaan
tsunami (tsunami-drill) secara berkala) diperlukan kesiapan komponen kultur antara lain meliputi :
1. Kesiapan infrastruktur penunjang peringatan dini evakuasi yang mampu untuk merespon dengan
efektif peringatan dini tsunami menjadi peringatan dini evakuasi di daerah.
2. Kesiapan aparat pemerintah daerah dalam merespon dengan cepat dan tepat peringatan dini potensi
tsunami dari BMG Pusat, BMG Regional maupun institusi antara (interface agencies) seperti TNI,
POLRI maupun Satkorlak dengan memberikan peringatan evakuasi kepada masyarakat berikut
koordinasi pengaturan proses evakuasi.
3. Kesiapsiagaan yang responsif dari masyarakat beserta stakeholder terkait seperti wartawan, anggota
dewan, LSM, dunia usaha dan lain-lain.

10
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pendahuluan
1
1.1.4. Perlunya Uji Coba Sistem Peringatan Dini Tsunami Melalui Tsunami Drill
Paradigma penanggulangan bencana telah bergeser dari masyarakat yang bergantung pada bantuan
luar menjadi masyarakat yang siap menghadapi bencana. Disamping itu otonomi daerah telah membuat
masyarakat dan pemerintah daerah harus memiliki suatu strategi yang efektif dalam penanganan dan
penanggulangan risiko bencana tsunami, mulai dari upaya preventif sampai upaya tanggap darurat seperti
kesiapan sistem peringatan dini tsunami yang cepat dan tepat sasaran.

Agar masyarakat, aparat pemerintah daerah dan stakeholder terkait siap dan tanggap dalam menghadapi
ancaman bencana tsunami, diperlukan suatu latihan atau simulasi yang rutin dalam menghadapi bencana
tsunami melalui penyelenggaraan End to End Tsunami Drill yaitu latihan evakuasi tsunami skala besar
yang diselenggarakan dengan melibatkan 3 unsur utama secara simultan. Ketiga unsur tersebut adalah
masyarakat, pemerintah daerah dan sistem peringatan dini tsunami Indonesia.

Selain untuk membangun kesiapsiagaan 3 unsur di atas, kegiatan ini sekaligus ditujukan untuk menguji
efektivitas peralatan sistem deteksi dan peringatan dini tsunami Indonesia yang dibangun, sekaligus juga
untuk menguji kapasitas dan kesiapsiagaan aparat pemerintah daerah beserta masyarakatnya dalam
merespon peringatan dini tsunami yang diterbitkan oleh BMG.
Agar pelaksanaan kegiatan tsunami drill di daerah efektif dan tepat sasaran, pemerintah daerah disamping
perlu membangun dan mengembangkan infrastruktur sistem peringatan evakuasi juga perlu membangun
dan meningkatkan kesadaran (awareness) dan kesiapsiagaan (preparedness) masyarakat, aparat
pemerintah daerah dan pemangku kepentingan (stakeholder) melalui berbagai upaya komunikasi. Secara
holistik seperti kampanye pendidikan, TOT, pelatihan masyarakat, lokakarya, diskusi kelompok (FGD =
Focus Group Disscussion) serta Table Top Simulation. Seluruh upaya-upaya tersebut perlu direncanakan
dan dilakukan secara sistematis.

Agar pelaksanaan End to End Tsunami Simulation (Tsunami Drill) lebih efisien dan efektif, pedoman ini
memuat seluruh langkah-langkah yang perlu disiapkan, direncanakan dan dilaksanakan secara lengkap
dan sistematis berdasarkan pengalaman penyelenggaraan Tsunami Drill Nasional ke-1 di Padang, 26

11
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
1 Pendahuluan

Desember 2005, Tsunami Drill Nasional ke-2 di Bali, 26 Desember 2006 dan pelaksanaan Tsunami Drill
Nasional ke 3 di Banten, 26 Desember 2007.

1.2. Tujuan
Tujuan umum dari penyusunan pedoman ini adalah untuk memberikan pedoman bagi kota dan kabupaten
seluruh Indonesia yang rawan tsunami dalam penyelenggaraan kegiatan tsunami drill, sehingga daerah
dapat melaksanakan kegiatan tersebut dalam rangka :
1. Meningkatkan pengetahuan, kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat, aparat pemerintah, dan
stakeholder terkait dalam menghadapi bencana tsunami.
2. Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam penanganan dan penanggulangan bencana
tsunami.
3. Melatih kesiapsiagaan masyarakat, aparat pemerintah daerah, serta personnel stakeholder terkait
dalam menghadapi bencana gempabumi dan tsunami
4. Menguji efektifitas sistim peringatan dini tsunami serta sosialisasinya

1.3. Luaran (Output)


Pada akhir pelaksanaan tsunami drill, diharapkan menghasilkan output atau luaran sebagai berikut :
1. Masyarakat siaga terhadap bencana, khususnya tsunami
2. Aparat Pemerintah daerah yang tanggap terhadap ancaman bencana, khususnya tsunami
3. Peralatan sistem peringatan dini tsunami (TEWS) yang teruji dan terandalkan
4. Tersedianya dan terujinya SOP Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), khususnya untuk
bencana tsunami

1.4. Ruang Lingkup


Pedoman Tsunami Drill ini dibuat untuk dapat mengakomodasi berbagai kondisi kemampuan pemerintah
daerah untuk menyelenggarakan Tsunami Drill dengan menggunakan sumber daya yang ada di daerah.
Untuk menyelenggarakan keseluruhan tahapan tersebut ada 3 (tiga) jenis pelaksanaan tsunami drill, yaitu

12
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pendahuluan
1
Jenis I, II, dan III sesuai dengan kemampuan pendanaan daerah. Secara keseluruhan pedoman ini terdiri
dari 6 tahapan seperti yang tergambarkan pada Diagram Alir Penyelenggaraan Tsunami Drill (lihat Gambar
1.8) yaitu :
1. Tahap awal
2. Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan
3. Tahap Perencanaan
4. Tahap Persiapan
5. Tahap Pelaksanaan Tsunami Drill
6. Luaran

I. Tsunami Drill Jenis I


Penyelenggaraan yang lebih ditekankan hanya pada proses evakuasi masyarakat dan kemampuan/
kesiapan pemerintah daerah dalam proses evakuasi massa. Pelaksanaan tsunami drill jenis ini dapat
dilihat dalam diagram Alir pada Gambar 1.9, Dalam hal ini penyelenggaraan tsunami drill meliputi :

1. Tahap Awal yang terdiri dari :


a. pembentukan panitia inti penyelenggaraan Tsunami Drill
b. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
c. Jadwal kegiatan untuk tahap persiapan dan pelaksanaan proses evakuasi (Hari H)
2. Tahap Perencanaan yang meliputi :
a. Penetapan target masyarakat
b. Penetapan lokasi
c. Penetapan skenario pelaksanaan (Run Down)
3. Tahap Persiapan yaitu Gladi Posko
4. Tahap Pelaksanaan (Hari H)
5. Luaran yang diharapkan adalah Masyarakat dan Pemda yang terlatih

13
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
1 Pendahuluan

Gambar 1.9. Diagram Alir Pedoman Pelaksanaan Latihan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Tsunami
(Tsunami Drill) untuk Kota/Kabupaten KOTA/KABUPATEN

14
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pendahuluan
1

15
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
1 Pendahuluan

Gambar 1.10. Detail dari Tahap Awal dan Pengembangan Skenario Kebencanaan

16
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pendahuluan
1
II. Tsunami Drill Jenis II
Penyelenggaraan yang mengikuti seluruh proses End To End Tsunami Drill tetapi dalam bentuk yang
sederhana dan jumlah target masyarakat secukupnya. Pelaksanaan tsunami drill jenis ini dapat dilihat
dalam diagram alir pada Gambar 1.8. Dalam hal ini penyelenggaraan tsunami drill meliputi:
1. Tahap Awal yang terdiri dari :
a. pembentukan panitia inti penyelenggaraan Tsunami Drill
b. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
c. Jadwal kegiatan mulai tahap pengembangan skenario sampai dengan tahap pelaksanaan
proses evakuasi (Hari H)
2. Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan yang dilakukan secara kualitatif
3. Tahap Perencanaan yang meliputi :
a. Penetapan target masyarakat
b. Penetapan lokasi
c. Penetapan skenario pelaksanaan (Run Down)
d. Pengembangan indikator keberhasilan
4. Tahap Persiapan yang meliputi :
a. Konsolidasi panitia
b. Penyiapan Sistem Peringatan Dini (komponen Struktur) berkoordinasi singkat dengan BMG Pusat/
BMG Regional
c. Penyiapan infrastruktur sistem peringatan dini evakuasi : untuk tahap ini disesuaikan dengan
harapan sumber daya daerah dalam penyediannya
d. Penyiapan aparatur pemerintah daerah yang terkait penanggulangan bencana meliputi:
a. Workshop
b. Sosialisasi
c. Pelatihan/TOT
d. Pengembangan SOP penanggulangan bencana tsunami

17
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
1 Pendahuluan

e. Table Top Simulation


f. Gladi posko
e. Penyiapan masyarakat meliputi :
a. Peningkatan kesadaran berupa kampanye melalui media (media campaign)
f. Gladi Bersih
5. Tahap Pelaksanaan (Hari H)
6. Luaran yang diharapkan berupa :
a. Masyarakat siaga
b. Pemda yang tanggap
c. Alat yang teruji dan dapat diandalkan
d. Tersedianya SOP/PROTAP BPBD untuk tsunami yang teruji

III. Tsunami Drill Jenis III


Tsunami drill jenis ini adalah penyelenggaraan End To End Tsunami Drill secara lengkap untuk semua
komponen tahap awal, pengembangan skenario kebencanaan secara kuantitatif, perencanaan, persiapan
dan pelaksanaan.
Secara keseluruhan ”Jenis III” ini terdiri dari :
1. Tahap Awal :
a. Pembentukan panitia inti
b. Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan jadwal kegiatan untuk tahap pengembangan scenario
kebencanaan dan perencanaan
c. Pembuatan jadwal kegiatan
2. Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan yang meliputi :
a. Kegiatan identifikasi potensi daerah terkait bencana tsunami yang terdiri dari :
a. Potensi ancaman bahaya
1. Ancaman Bahaya Utama : Gempa dan Tsunami
2. Ancaman Bahaya Ikutan (Collateral Hazard) :

18
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pendahuluan
1
• Bahaya Ikutan dari Alam
• Bahaya industri dan kegagalan teknologi
b. Keberadaan Sistem Peringatan Dini:
1. Identifikasi sistem
2. Identifikasi infrastruktur
c. Non-Fisik:
1. Identifikasi kapasitas Pemda
2. Identifikasi kapasitas masyarakat dan stakeholder terkait
3. Identifikasi kearifan lokal
4. Identifikasi peranan media
d. Fisik
1. Inventori data teknis :
• peta tata ruang
• peta batas wilayah administrasi
• peta jaringan (infrastruktur + lifelines)
• peta kepadatan penduduk
• peta sebaran kawasan miskin
• peta kawasan kritis/penting
2. Survey kondisi bangunan, sarana, prasarana yang terkait dengan penanganan dan
penanggulangan bencana tsunami
b. Kajian kejadian gempa dan tsunami
1. Penetapan skenario gempa
• Lokasi Gempa
• Besaran (magnitude) gempa
2. Kajian potensi kegempaan di kota/kab yang bersangkutan
Masukan : data geologi, data seismologi, data deterministik, atau data probabilistik

19
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
1 Pendahuluan

luaran : peta sebaran pga dan mmi


3. Pemodelan tsunami :
• Masukan : Besaran dan lokasi gempa, peta batimetri
• Luaran : waktu penjalaran tsunami (tsunami travel time)
• Tinggi gelombang datang (tsunami run – up)
• Peta genangan tsunami (tsunami inundation map)
c. Kajian Ancaman Bahaya Ikutan
1. Ancaman Bahaya Alam :
• Potensi risiko longsor akibat gempa
2. Ancaman Bahaya industri/teknologi
• Masukan : data bahan berbahaya dan beracun (B3), peta kawasan, data angin, peta
genangan
• luaran : sebaran daerah bahaya industri
3. Ancaman bahaya ikutan lainnya kebakaran akibat gempa dll
d. Kajian Risiko
e. Kajian kerusakan akibat gempa dan tsunami
f. Kajian kondisi peringatan dini yang ada
g. Kajian kondisi tanggap darurat serta upaya penanganan dan penanggulangan bencana tsunami

Luaran tahap pengembangan skenario kebencanaan yang berupa skenario bencana berikut intervensi
upaya-upaya yang diperlukan terdiri dari :
1. Skenario A : kondisi kerusakan sedang yaitu sarana dan prasarana sebagian hancur dan sebagian
masih dapat berfungsi.
2. Skenario B : kondisi kerusakan parah yaitu sarana dan prasarana banyak hancur.

Kedua skenario tersebut kemudian dikembangkan lagi untuk skenario kesiapan sistem peringatan dini
tsunami dan sistem peringatan dini evakuasi sebagai berikut :

20
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pendahuluan
1
1. Sistem peringatan dini berjalan efektif
2. Sistem peringatan dini berjalan tidak efektif

Pada skenario A, Sistem Peringatan Dini Tsunami (Warning I s/d IV) dapat berfungsi dari BMG sampai
ke RUPUSDALOPS SATLAK PB atau RUPUSDALOPS BPBD Kota/Kabupaten dan Sistem Peringatan
Evakuasi (sirine, kentongan dll) dan berfungsi efektif mencapai target masyarakat. Skenario B sistem
peringatan berfungsi tetapi tidak bisa mencapai sasaran masyarakat yang luas dan tidak ada mekanisme
yang menunjang sistem yang ada untuk mencapai masyarakat tersebut.

Dengan demikian terdapat empat alternatif skenario bencana yang merupakan luaran (output) dari tahap
pengembangan skenario kebencanaan :
• Skenario A1 : kondisi kerusakan sedang dengan sistem peringatan dini berjalan efektif
• Skenario A2 : kondisi kerusakan sedang dengan sistem peringatan dini berjalan tidak efektif
• Skenario B1 : kondisi kerusakan parah dengan sistem sistem peringatan dini berjalan efektif
• Skenario B2 : kondisi kerusakan parah dengan sistem sistem peringatan dini berjalan tidak efektif

3. Tahap perencanaan yang terdiri dari :


1. Penetapan skenario risiko bencana dan upaya penanganan dan penanggulangannya
2. Penetapan target masyarakat
3. Penentuan lokasi pelaksanaan gladi dan Hari H
4 Penetapan skenario pelaksanaan Tsunami Drill/pengembangan Run Down
5. Pengembangan indikator keberhasilan
6. Pengembangan Kemitraan

4. Tahap persiapan yang terdiri dari :


a. Konsolidasi panitia
b. Penyiapan sistem peringatan dini tsunami, yaitu penyiapan alur informasi dari BMG ke Pusdalops
BPBD/walikota atau bupati

21
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
1 Pendahuluan

c. Pengembangan infrastruktur sistem peringatan dini agar melakukan evakuasi


d. Pengembangan infrastruktur evakuasi
e. Penyiapan aparatur pemerintah daerah yang terkait dengan penanganan dan penanggulangan
bencana, yang terdiri dari :
1. Peningkatan kesiapsiagaan aparat pemerintah daerah dan peningkatan kapasitas BPBD
(workshop, TOT, Table Top Simulation untuk pengembangan SOP penanggulangan bencana
tsunami)
f. Penyiapan masyarakat, yang terdiri dari :
1. Peningkatan kesadaran masyarakat (kampanye media, kampanye pendidikan masyarakat)
2. Peningkatan kesiapsiagaan masyarakat ( pelatihan untuk masyarakat melalui TOT, community
development/ pemberdayaan masyarakat dan
3. Peningkatan kapasitas media)
g. Gladi
5. Tahap pelaksanaan dari proses evakuasi Tsunami Drill

Catatan :
1. Untuk menyelenggarakan tsunami drill jenis I, diharapkan pemerintah daerah dapat melaksanan sendiri
dengan berbekal pedoman ini.
2. Untuk menyelenggarakan tsunami drill Jenis II, pemerintah daerah dapat bekerja sama dengan
perguruan tinggi atau lembaga yang berpengalaman dalam mengembangkan skenario bencana secara
kualitatif. Selebihnya dapat dilakukan sendiri dengan mengikuti pedoman ini.
3. Tsunami drill Jenis III (end-to-end Tsunami drill), dapat bermanfaat tidak hanya untuk keperluan
tsunami drill yang sebenarnya merupakan upaya persiapan tetapi juga dapat dipakai untuk
pengembangan upaya-upaya preventif dan mitigasi baik mitigasi struktural maupun mitigasi non
struktural. Namun perlu dicatat bahwa pada Jenis III ini, kajian risiko bencana dilakukan secara
kuantitatif dapat bersifat rapid risk assessment (kajian risiko cepat) maupun secara mendalam (in
depth). Kajian yang mendalam nantinya dapat menghasilkan suatu kajian risiko bencana yang

22
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pendahuluan
1
menyeluruh dan mendalam yang dapat dipakai untuk keperluan pengembangan/pembangunan Kota/
Kabupaten berbasis mitigasi bencana. Dalam penyelenggaraannya, paket lengkap ini perlu dilakukan
kerjasama antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat dalam hal pendanaan dan dengan
institusi atau perguruan tinggi yang berpengalaman dalam bidang kajian risiko dalam hal bantuan
teknis.

23
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
1 Pendahuluan

Gambar 1.11. Detail dari Tahap Perencanaan, Persiapan dan Pelaksanaan

24
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pendahuluan
1

Gambar 1.12. Detail Dokumentasi dan Diseminasi pada Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan (2), Tahap Perencanaan (3), Tahap Persiapan (4)
dan Pelaksanaan (5)

25
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pembentukan Panitia
2

P EDOMAN
Pelaksanaan Latihan Kesiapsiagaan
Menghadapi Bencana Tsunami (Tsunami Drill)
untuk Kota dan Kabupaten

BAB 2

TAHAP AWAL
PEMBENTUKAN PANITIA

24
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pembentukan Panitia
2
BAB 2
TA H A P AWAL : PEM BENTUKAN PANITIA

2.1. Pembentukan Panitia


Langkah pertama dari pelaksanaan Tsunami Drill adalah pembentukan panitia inti yang terdiri dari :
1. Tim Pengarah dan Penasehat
2. Ketua Umum (dibantu sekretaris umum dan bendahara umum)
3. Koordinator Persiapan
4. Koordinator Perencanaan
5. Koordinator Pelaksanaan
6. Koordinator Dokumentasi dan Diseminasi
7. Koordinator Monitoring Evaluasi

Berdasarkan besarnya ruang lingkup kegiatan dalam paket lengkap (End To End Tsunami Drill), para
koordinator tersebut dibantu oleh sekretaris, bendahara dan seksi-seksi yang terdapat di bawahnya.
Sedangkan untuk tsunami drill jenis I dan jenis II, organisasi dapat lebih sederhana dengan 7 elemen
panitia hanya dibantu tim teknis dan/atau tim pelaksana.

2.2. Tim Pengarah dan Penasehat


Tim ini mempunyai tugas antara lain sebagai berikut :
a. Memberikan pengarahan mengenai berbagai hal dalam rangka kesuksesan penyelenggaraan Tsunami
Drill.
b. Merumuskan konsep-konsep penyelenggaraan Tsunami Drill.
c. Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan setiap tahapan kegiatan Tsunami Drill.

28
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
2 Pembentukan Panitia

2.3. Ketua Umum


Ketua umum dibantu sekretaris umum dan bendahara umum mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan keseluruhan acara kegiatan Tsunami Drill mulai dari persiapan, perencanaan,
pelaksanaan, dokumentasi, diseminasi sampai dengan monitoring dan evaluasi.
b. Melakukan koordinasi dengan seluruh koordinator dalam rangka kesuksesan dan keberhasilan
penyelenggaraan Tsunami Drill.
c. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap seluruh kegiatan yang menyangkut
penyelenggaraan Tsunami Drill.
d. Melakukan koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait dengan penyelenggaraan Tsunami Drill.
e. Mengidentifikasi serta melakukan koordinasi mengenai keterlibatan intansi-instansi dalam rangka
penyelenggaraan Tsunami Drill baik instansi pemerintah maupun swasta dan organisasi kemasyarakatan
lainnya.
f. Mendokumentasikan keseluruhan kegiatan serta melakukan diseminasi yang terkait dengan Tsunami
Drill dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana.
g. Melakukan monitoring dan evaluasi secara terus menerus pada setiap tahapan kegiatan Tsunami Drill
mulai dari persiapan, perencanaan sampai dengan pelaksanaan.

2.4. Koordinator Persiapan


Koordinator pada tahap persiapan tsunami drill dibantu sekretaris, bendahara, dan seksi-seksi yang terdiri
dari :
a. Seksi identifikasi potensi daerah terkait dengan bencana tsunami bertugas melakukan survey dalam
rangka mengidentifikasi potensi daerah yang terkait dengan bencana tsunami baik yang bersifat fisik
maupun non fisik.
b. Seksi kajian risiko bencana gempa dan tsunami bertugas melakukan kajian bahaya, kerentanan dan
risiko bencana sebagai dasar kegiatan selanjutnya yaitu pengembangan skenario bencana.

29
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pembentukan Panitia
2
c. Seksi pengembangan skenario bencana dan upaya penanganan dan penanggulangannya bertugas
mengembangkan skenario bencana dengan melakukan kajian-kajian sebagai berikut :
• Kajian kejadian gempa dan tsunami
• Kajian ancaman bahaya ikutan
• Kajian risiko
• Kajian kerusakan akibat gempa dan tsunami
• Kajian kondisi sistem peringatan dini yang ada
• Kajian kondisi tanggap darurat dan upaya penanganan serta penanggulangan bencana tsunami

2.5. Koordinator Perencanaan


Koordinator tahap pelaksanaan dibantu oleh sekretaris dan bendahara mempunyai tugas untuk
mendesain kegiatan dan merencanakan beberapa hal sebagai berikut :
a. Penetapan skenario risiko bencana dan upaya penanganan dan penanggulangannya
b. Penetapan target kegiatan
c. Penentuan lokasi pelaksanaan gladi dan Hari H
d. Penetapan skenario pelaksanaan Tsunami Drill/Pengembangan run down
e. Pengembangan indikator keberhasilan
f. Pengembangan Kemitraan

2.6. Koordinator Pelaksanaan


Koordinator tahap pelaksanaan dibantu oleh sekretaris, bendahara dan seksi-seksi yang terdiri
dari:
 Seksi Penyiapan Sistem Peringatan Dini Tsunami : Seksi ini mempunyai tugas dalam pelaksanaan
kegiatan yang terkait dengan:
• Penyiapan alur informasi peringatan tsunami dari BMG ke Pusdalops BPBD/walikota atau
Bupati dengan menggunakan mekanisme multi moda baik langsung maupun melalui institusi

30
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
2 Pembentukan Panitia

antara (Polri, Gubernur dll).


• Pengembangan infrastruktur sistem peringatan, penyiapan Rupusdalops, pendataan multi
moda
 Seksi Penyiapan Aparatur Pemerintah Daerah yang terkait dengan Penanggulangan Bencana :
seksi ini mempunyai tugas dalam pelaksanaan kegiatan yang terkait dengan :
• Peningkatan kesiapsiagaan aparat peningkatan kapasitas Badan Penanggulangan Bencana
Daerah melalui kegiatan-kegiatan seperti TOT, Workshop, pengembangan SOP pelaksanaan
ataupun contingency plan, Table Top Simulation dan gladi posko.
 Seksi Penyiapan Masyarakat : seksi ini mempunyai tugas dalam pelaksanaan kegiatan yang
terkait dengan :
• Peningkatan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan lokakarya,
kampanye melalui media (media campaign) dan kampanye pendidikan masyarakat (public
education campaign)
• Peningkatan kesiapsiagaan masyarakat melalui pelatihan (TOT) dan pemberdayaan
masyarakat (community development)
• Peningkatan kapasitas media melalui lokakarya.

2.7. Seksi Gladi dan Hari H


Koordinator pelaksanaan gladi dan Hari H bertanggung jawab dalam hal kelancaran dan kesuksesan
pelaksanaan dengan melakukan gladi untuk kesiapan Hari H Tsunami Drill. Seksi ini terbagi dalam beberapa
subseksi yang antara lain :
a. Monitoring melalui dokumentasi intensif
b. Evaluasi internal melalui rapat koordinasi dan konsolidasi
c. Kuesioner evaluasi pelaksanaan Tsunami Drill
d. Monitoring dan evaluasi melalui media massa
e. Evaluasi dari para ahli

31
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pembentukan Panitia
2

Gambar 2.1. Struktur Kepanitiaan

32
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
2 Pembentukan Panitia

Kepanitiaan tersebut dapat beranggotakan dari unsur pemerintah daerah, perguruan tinggi,
media massa dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) lokal. Untuk beberapa seksi, diperlukan
latar belakang keilmuan tertentu karena memerlukan keahlian dalam melakukannya. Seksi-seksi
yang memerlukan latar belakang keilmuan tertentu antara lain adalah seksi yang berada dibawah
koordinator persiapan dan pelaksanaan.

2.8. Koordinator Dokumentasi dan Diseminasi


Koordinator dokumentasi dan diseminasi dibantu oleh sekretaris, bendahara dan seksi-seksi sebagai
berikut :
 Seksi Dokumentasi : Mendokumentasikan seluruh kegiatan mulai dari persiapan, perencanaan dan
pelaksanaan dalam bentuk :
a. Peta-peta
b. Dokumen-dokumen
c. CCTV (Closed Circuit Television)
d. Foto-foto closed
e. Film-film kegiatan
 Seksi Diseminasi : Mendiseminasikan atau menyebarluaskan berbagai informasi yang terkait dengan
penyelenggaraan Tsunami Drill melalui media-media seperti :
a. Rapat-rapat internal
b. Lokakarya
c. Radio
d. Internet
e. Surat Kabar
f. Siaran Langsung TV

33
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pembentukan Panitia
2
2.9. Koordinator Monitoring dan Evaluasi
Koordinator monitoring dan evaluasi dibantu oleh sekretaris, bendahara mempunyai tugas untuk melakukan
evaluasi dan monitoring dalam bentuk :
a. Monitoring melalui dokumentasi intensif
b. Evaluasi internal melalui rapat koordinasi dan konsolidasi
c. Kuesioner evaluasi pelaksanaan Tsunami Drill yang dilakukan oleh juri/pengamat (observer)
d. Monitoring dan evaluasi melalui media massa
e. Evaluasi dari para ahli

Kepanitiaan tersebut dapat beranggotakan dari unsur pemerintah daerah, perguruan tinggi, media massa
dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) lokal. Untuk beberapa seksi, diperlukan latar belakang keilmuan
tertentu karena memerlukan keahlian dalam melakukannya. Seksi-seksi yang memerlukan latar belakang
keilmuan tertentu antara lain adalah seksi yang berada dibawah koordinator persiapan dan pelaksanaan.
Sebelum melakukan berbagai kegiatan tersebut, penting untuk dilakukan adalah pembuatan anggaran
biaya dan jadwal kegiatan. Penjelasan mengenai anggaran biaya dan jadwal kegiatan pada tahap persiapan
disampaikan di akhir bab ini.

2.10. Anggaran Biaya Persiapan dan Perencanaan


Anggaran biaya persiapan dan perencanaan meliputi komponen-komponen biaya inti sebagai berikut :
a. Honor
b. Peralatan dan perlengkapan survey
c. Transportasi dan Akomodasi
d. Bahan Habis
e. Dokumentasi
f. Komunikasi
g. Biaya Pengumpulan Data
h. Biaya penyelenggaraan rapat

34
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
2 Pembentukan Panitia

Sementara komponen biaya dalam tahap perencanaan lebih sederhana, karena kegiatan pada tahap ini
lebih merupakan desk study. Adapun komponen biaya yang tercakup dalam tahap perencanaan adalah :
a. Honor
b. Biaya penyelenggaraan rapat
c. Akomodasi
d. Komunikasi
e. Bahan habis
f. Dokumentasi

2.11. Jadwal Kegiatan


Tahap persiapan dalam kegiatan tsunami drill akan menentukan tahap-tahap pekerjaan selanjutnya yaitu
perencanaan dan pelaksanaan, oleh karena itu tahap ini harus dilaksanakan pada awal kegiatan dalam
jadwal penyelenggaraan tsunami drill. Jadwal kegiatan tahap persiapan harus disusun sesuai dengan
urutan pekerjaan sebagai berikut :
1. Identifikasi potensi daerah terkait dengan bencana tsunami
2. Kajian awal risiko bencana gempa dan tsunami
3. Pengembangan skenario bencana dan upaya penanganan dan penanggulangannya.

Jangka waktu pelaksanaan kegiatan pada tahap persiapan ini ádalah sekitar dua bulan.
Sementara itu, kegiatan-kegiatan dalam tahap perencanaan dapat dilakukan secara paralel karena hanya
merupakan desk study yang dapat dilakukan dalam rapat-rapat panitia. Jangka waktu tahap perencanaan
ini paling lama adalah satu bulan kegiatan.

35
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pembentukan Panitia
2
Tabel 2.1 : Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab dalam Kepanitiaan Tsunami Drill

NO PERSONEL JABATAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

1 2 3 4
A TIM PENGARAH
1 Walikota / Bupati Ketua Tim • Memberihan masukan yang bersifat kebijakan untuk pelaksanaan Tsunami Drill
Pengarah Tingkat Kota
• Memberikan arahan yang bersifat teknis dan operasional untuk Tsunami Drill
Tingkat Kota
• Mengadakan koordinasi teknis dan operasional untuk Pelaksanaan Tsunami Drill
Tingkat Kota dengan Pemerintah Pusat/Ristek
2 Muspida : Unsur TNI Anggota • Membantu ketua tim pengarah dengan memberikan masukan-masukan baik yang
(Kodim), POLRI (Polres), bersifat kebijakan, teknis dan operasional untuk pelaksanaan Tsunami drill Tingkat
Kejaksaan Negeri Kota
B KETUA PANITIA
1 Sekretaris Daerah Ketua • Mendesain kegiatan End To End Tsunami drill secara keseluruhan
(Sekda) Pelaksana • Mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan Teknis dan Operasional Tsunami
drill dengan mengacu pada Run Down yang dikembangkan oleh Tim Gladi
Lapangan dan Hari H Pelaksanaan Tsunami drill
• Mengidentifikasi keterlibatan instansi pemerintah dan institusi/organisasi
kemasyarakatan (LSM, PMI, Industri,dll) di pusat dan daerah.
• Membentuk partnership dengan instansi dan institusi/organisasi kemasyarakatan
(LSM, PMI, Industri,dll) untuk pembiayaan Tsunami drill
• Melaksanakan monitoring, koordinasi dengan seluruh koordinator seksi
• Menyiapkan questionnaire untuk observer dengan berkoordinasi dengan Tim
Permerintah Pusat
2 Sekretaris • Melaksanakan koordinasi administrasi antara Pemerintah Daerah dengan
Pemerintah Pusat untuk kelancaran pelaksanaan tsunami drill.
• Melakukan tugas-tugas administrasi pelaksanaan tsunami drill.
• Membuat notulensi setiap rapat koordinasi.

3 Bendahara • Melakukan budgeting


Umum • Pembelanjaan dan Pemantauan penggunaan uang pelaksanaan tsunami drill pada
masing-masing seksi
• Menyiapkan laporan keuangan

36
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
2 Pembentukan Panitia

Tabel 2.1 : Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab dalam Kepanitiaan Tsunami Drill (Lanjutan)

NO PERSONEL JABATAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

1 2 3 4
C SEKSI TRANING FOR
TRAINER (TOT)
1 Koordinator • Membuat perencanaan kegiatan TOT antara lain:
• Mencari informasi mengenai kurikulum dan manual yang terkait dengan materi
TOT
• Mencari informasi mengenai institusi yang pernah terlibat dalam pengembangan
materi TOT (misalnya PMB ITB)
• Menentukan bentuk/desain acara TOT serta materi yang akan disampaikan
dalam kegiatan TOT (termasuk desain cara penyampaian materi)
• Menetapkan waktu dan tempat pelaksanaan TOT
• Mengidentifikasi peserta TOT (termasuk jumlah peserta)
• Melakukan persiapan kegiatan TOT antara lain :
• Penentuan instruktur/pembicara serta narasumber dalam TOT
• Penentuan fasilitator yang akan membantu kegiatan TOT
• Melakukan survey tempat pelaksanaan kegiatan
• Melakukan koordinasi dengan pihak pihak terkait termasuk koordinasi intern
• Melaksanakan dan memantau pelaksanaan kegiatan TOT sesuai dengan
perencanaan dan persiapan yang telah dilakukan
• Melaporkan kegiatan pelaksanaan TOT tsunami drill ke Ketua Pelaksana
• Terlibat dalam pelaksanaan gladi lapangan dan pelaksanaan hari H tsunami drill
dengan mengacu pada run down yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan
dan Hari H Pelaksanaan Tsunami drill

2 Anggota • Membantu koordinator dalam segala hal perencanaan, persiapan dan pelaksan-
aan TOT

37
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pembentukan Panitia
2
Tabel 2.1 : Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab dalam Kepanitiaan Tsunami Drill (Lanjutan)

NO PERSONEL JABATAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

1 2 3 4
D SEKSI COMMUNITY
DEVELOPMENT
Koordinator • Membuat perencanaan kegiatan community development antara lain:
• Mengidentifikasi desa pelatihan serta target masyarakat yang akan di bina
• Menentukan bentuk/desain program community development di lapangan
• Mengidentifikasi personel yang akan terlibat dalam Com Dev (com dev specialist
dan trainer)
• Menentukan mekanisme koordinasi antara Com Dev specialist, trainer dan
masyarakat yang dibina
• Menentukan mekanisme evaluasi dan monitoring kegiatan dengan personel
yang ada
• Membuat jadwal kegiatan community development mulai dari perencanaan,
persiapan sampai dengan implementasi di lapangan
• Melakukan persiapan kegiatan community development yang antara lain meliputi :
• Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam rangka pelaksanaan
community development di lapangan
• Melakukan survey terhadap desa binaan dan target masyarakat yang akan
dibina
• Melakukan koordinasi internal termasuk dengan trainer yang akan melakukan
kegiatan di lapangan
• Melaksanakan dan memantau pelaksanaan Com-dev
• Mengevaluasi secara terus menerus pelaksanaan Community Development untuk
memperbaiki mekanisme pelaksanaan di lapangan agar dapat meningkatkan
kepedulian dan kapasitas masyarakat yg diharapakan dapat menjadi penggerak
dan pemandu masyarakat umum dalam Tsunami drill
• Melaporkan kegiatan pelaksanaan Com-Dev Kepada Ketua Pelaksana
• Terlibat dalam pelaksanaan gladi lapangan dan pelaksanaan Hari H tsunami drill
dengan mengacu pada run down yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan
dan Hari H Pelaksanaan Tsunami Drill

38
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
2 Pembentukan Panitia

Tabel 2.1 : Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab dalam Kepanitiaan Tsunami Drill (Lanjutan)

NO PERSONEL JABATAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

1 2 3 4
Sekretaris • Membantu koordinator dalam menentukan target desa pelatihan serta masyarakat
yang akan dibina dalam pelaksanaan community development
• Membantu koordinator dalam pembuatan jadwal pelaksanaan community
development
• Membantu koordinator dalam memonitor dan mengevalausi pelaksanaan
community development
• Membuat notulensi setiap rapat koordinasi internal maupun external
• Mengkoordinasi alumni TOT yang bertugas dalam pelaksanaan community
development
• Membantu koordinator dalam pelaksanaan dan pelaporan kegiatan community
development di lapangan

Pemangku Kepentingan, Anggota • Membantu koordinator dan sekretaris dalam proses perencanaan, persiapan dan
Tohoh Masyarakat, pelaksanaan community development
Tokoh Agama dan Tokoh • Membantu sebagai trainer di lapangan
Pemuda • Membantu memantau dan mengevaluasi pelaksanaan Com-dev di lapangan
• Membantu pelaporan kegiatan pelaksanaan Com-Dev Kepada Ketua Pelaksana
• Terlibat dalam pelaksanaan gladi lapangan dan pelaksanaan Hari H tsunami drill
dengan mengacu pada run down yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan
dan Hari H Pelaksanaan Tsunam drill.
E SEKSI TABLE TOP
SIMULATION
Ketua • Membuat perencanaan kegiatan Table Top Simulation yang antara lain meliputi :
• Menentukan bentuk/desain acara Table Top Simulation serta materi yang akan
disampaikan dalam kegiatan (termasuk desain/mekanisme kegiatan)
• Menetapkan waktu dan tempat pelaksanaan Table Top Simulation
• Mengidentifikasi peserta Table Top Simulation (termasuk jumlah peserta)
• Melakukan persiapan kegiatan Table Top Simulation antara lain :
• Penentuan narasumber dalam kegiatan
• Melakukan survey tempat pelaksanaan kegiatan
• Melakukan koordinasi dengan pihak pihak terkait termasuk koordinasi intern
• Melaksanakan dan memantau pelaksanaan kegiatan Table Top Simulation sesuai
dengan perencanaan dan persiapan yang telah dilakukan
• Melaporkan kegiatan pelaksanaan Table Top Simulation Kepada Ketua Pelaksana
• Terlibat dalam pelaksanaan gladi lapangan dan pelaksanaan Hari H tsunami drill
dengan mengacu pada run down yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan
dan Hari H Pelaksanaan Tsunami drill

39
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pembentukan Panitia
2
Tabel 2.1 : Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab dalam Kepanitiaan Tsunami Drill (Lanjutan)
NO PERSONEL JABATAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

1 2 3 4
Anggota • Membantu koordinator dalam perencanaan, persiapan dan pelaksanaan kegiatan
Table Top Simulation
• Membantu pelaporan pelaksanaan Table Top Simulation Kepada Ketua Pelaksana
• Terlibat dalam pelaksanaan gladi lapangan dan pelaksanaan Hari H tsunami drill
dengan mengacu pada run down yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan
dan Hari H Pelaksanaan Tsunami drill
F TIM GLADI KOTOR DAN PELAKSANAAN TSUNAMI DRILL
1 Koordinator • Membuat perencanaan kegiatan yang antara lain meliputi :
• Bersama-sama dengan Tim Pemerintah Pusat mengembangkan Run Down
kegiatan Gladi Lapangan dan Hari H Tsunami drill.
• Menetapkan waktu dan tempat pelaksanaan Gladi dan Hari H Tsunami drill.
• Mengidentifikasi jumlah peserta yang kemungkinan akan terlibat dalam kegiatan
• Melakukan persiapan kegiatan antara lain meliputi :
• Mengadakan Koordinasi dan kerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk lan-
carnya pelaksanaan GLADI lapangan dan Hari H TsunamiI drill.
• Penentuan narasumber dalam kegiatan
• Melakukan survey di titik titik kritis pelaksanaan kegiatan Gladi dan Hari H Tsu-
nami (Starting point, proses evakuasi, finishing point)
• Melakukan koordinasi koordinasi intern untuk menjaga kinerja tim
• Melakukan koordinasi dengan semua seksi kegiatan Tsunami
• Menguasai Run Down Tsunami yang telah disiapkan dalam proses perencanaan
• Melaksanakan dan memantau pelaksanaan kegiatan Table Top Simulation sesuai
dengan perencanaan dan persiapan yang telah dilakukan
• Melaporkan kegiatan pelaksanaan Table Top Simulation Kepada Ketua Pelaksana
• Terlibat dalam pelaksanaan gladi lapangan dan pelaksanaan Hari H tsunami drill
• Memonitor dan mengevaluasi secara intensif proses persiapan dan pelaksanaan
Gladi serta lancarnya Hari H
• Mengantisipasi perubahan Run Down yang dinamis karena kebutuhan di Lapan-
gan dengan berkoordinasi dengan Tim Pemerintah Pusat

2 Sekretaris • Membantu Koordinator dalam hal administrasi dan manajemen persiapan dan
pelaksanaan Gladi dan Hari H
• Menyiapkan Jadwal Kegiatan dalam poster besar di sekretariat
• Membuat notulensi untuk berita acara setiap rapat koordinasi
3 Bendahara • Melakukan budgeting
• Pembelanjaan dan Pemantauan penggunaan uang pelaksanaan gladi dan Hari H
tsunami drill masing-masing seksi
• Menyiapkan laporan keuangan

40
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
2 Pembentukan Panitia

Tabel 2.1 : Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab dalam Kepanitiaan Tsunami Drill (Lanjutan)

NO PERSONEL JABATAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

1 2 3 4
4 Anggota • Membantu seluruh proses perencanaan, persiapan dan pelaksanaan Gladi dan
Hari H sehingga dapat berjalan dengan lancar
G SEKSI PROSES
EVAKUASI
1 Koordinator • Mengadakan koordinasi dan kerjasama dengan Pem Prov Banten, Pemerintah
Daerah serta Pemerintah Pusat/Ristek untuk pelaksanaan mobilisasi masyarakat
pada Gladi dan Hari H
• Identifikasi target masyarakat untuk untuk dimobilisasi.
• Memonitor response massa terhadap kegiatan melalui infrastruktr yang ada seperti
dengan Babinsa, Pendekar, Tokoh adat dll
• Mengantisipasi kondisi terburuk dengan berkoordinasi dengan Babinsa, Pendekar,
Tokoh adat dll
• Melakukan mobilisasi masyarakat untuk Gladi dan Hari H
• Mendesain proses evakuasi dengan mengacu pada Rund Down terakhir termasuk
untuk evakuasi masyarakat, VVIP, VIP dan Observer
• Mengatispasi kondisi terburuk bila yang datang jauh dibawah target harus
berkoordinasi dengan subsie pengerahan massa
• Mengkoordinasi pemandu-pemandu dalam proses evakuasi
• Mendesain proses evakuasi sesuai kenyataan seperti adanya orang hamil, anak
sekolah dll
• Mendesain simulasi korban seperti yang ada dalam skenario untuk ini perlu
koordinasi dengan RISTEK (ITB dan NUBIKA)
• Melakukan quick count jumlah peserta yg berpartisipasi
• Mengkoordinasi dalam proses evakuasi mengenai:
o aspek keselamatan peserta evakuasi dengan subsi kesehatan lapanagan
o aspek keamanan peserta evakuasi dengan sub sie keamanan
• Memonitor jalannya proses evakuasi
2 Pemangku Kepentingan, Anggota • Membantu koordinator dalam berbagai hal terkait proses evakuasi masyarakat
Lurah/Kades dan Tokoh pada saat gladi dan Hari H seperti
Pemuda o Mengkoordinasi pemandu-pemandu dalam proses evakuasi
o Simulasi korban bencana
o Melakukan quick count jumlah peserta yg berpartisipasi
o aspek keselamatan dan keamanan peserta evakuasi
• Membantu koordinator dalam memonitor jalannya proses evakuasi dengan men-
gacu pada run down yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan dan Hari H
Pelaksanaan Tsunami drill

41
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pembentukan Panitia
2
Tabel 2.1 : Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab dalam Kepanitiaan Tsunami Drill (Lanjutan)

NO PERSONEL JABATAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

1 2 3 4
H SEKSI ACARA
1 Koordinator • Merencanakan program acara yang dapat menarik massa pada saat pengumpulan
massa di titik awal (starting point), dan pada tempat pengungsian
• Mendesain kebutuhan panggung dan peralatan soundsystem
• Berkoordinasi dengan subseksi logistik dalam pengadaan panggung
• Melakukan persiapan acara pada titik awal dan titik akhir
• Mengkoordinir pengisi acara pada saat pelaksanaan gladi dan Hari H tsunami drill
dengan mengacu pada run down yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan
dan Hari H Pelaksanaan Tsunami drill
• Melaporkan kegiatan seksi acara pada pelaksanaan gladi dan Hari H tsunami drill
Kepada Ketua Pelaksana.
2 Anggota • Membantu koordinator dalam perencanaan program acara, kebutuhan panggung
dan peralatan soundsystem, persiapan acara pada starting point dan finishing
point dan koordinasi dengan pengisi acara
• Membantu coordinator dalam seluruh rangkaian acara pelaksanaan kegiatan gladi
dan Hari H Tsunami drill dengan mengacu pada run down yang dikembangkan
oleh Tim Gladi Lapangan dan Hari H Pelaksanaan Tsunami drill
• Membantu koordinator dalam pelaporan kegiatan seksi acara pada pelaksanaan
gladi dan Hari H Tsunami drill Kepada Ketua Pelaksana.

I SEKSI KEAMANAN &


PENGATURAN LALU
LINTAS

42
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
2 Pembentukan Panitia

Tabel 2.1 : Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab dalam Kepanitiaan Tsunami Drill (Lanjutan)

NO PERSONEL JABATAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

1 2 3 4
1 Koordinator • Melakukan perencanaan Seksi Keamanan dan Pengaturan Lalu Lintas yang
antara lain meliputi :
o Desain mekanisme keamanan dan pengaturan lalu lintas saat pelaksanaan
Gladi dan Hari H Tsunami drill
o Identifikasi personel serta jumlah personel yang akan dilibatkan dalam
pelaksanaan
o Desain kebutuhan lahan parkir
o Mendesain kebutuhan keamanan baik di lapangan pengumpulan massa (tempat
start), sepanjang rute evakuasi dan pada tempat pengungsi
• Melakukan Persiapan kegiatan yang antara lain meliputi :
o Koordinasi dengan pihak keamanan maupun masyarakat
o Melakukan berbagai persiapan sistem pengamanan
• Mengadakan pengamanan pada lahan parkir, tempat pengumpulan massa,
sepanjang rute evakuasi dan di tempat pengungsi dengan mengacu pada run
down yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan dan Hari H Pelaksanaan
Tsunami drill
• Mengkoordinir pengaturan lalu lintas pada saat pelaksanaan gladi dan Hari H
tsunami drill dengan mengacu pada run down yang dikembangkan oleh Tim Gladi
Lapangan dan Hari H Pelaksanaan Tsunami drill
• Melaporkan hasil kegiatan seksi keamanan dan pengaturan lalu lintas Kepada
Ketua Pelaksana.

2 Unsur TNI, POLRI, Anggota • Membantu koordinator dalam perencanaan, persiapan dan pelaksanaan tugas
Dishub dan Pemuda seksi keamanan dan pengaturan lalu lintas
• Membantu koordinator dalam pelaporan hasil kegiatan seksi kepada Ketua
Pelaksana.
J SEKSI KESEHATAN
LAPANGAN
1 Koordinator • Melakukan perencanaan dengan menentukan mekanisme kegiatan tim kesehatan
lapangan
• Melakukan persiapan sistem kesehatan lapangan (pengadaan alat dan
perlengkapan terkait tugas tim kesehatan lapangan)
• Mengkoordinir pengaturan kesehatan lapangan pada saat pelaksanaan gladi dan
Hari H tsunami drill dengan mengacu pada run down yang dikembangkan oleh Tim
Gladi Lapangan dan Hari H Pelaksanaan Tsunami drill
• Melaporkan kegiatan seksi kesehatan lapangan pada pelaksanaan gladi dan Hari
H Tsunami drill Kepada Ketua Pelaksana.

43
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pembentukan Panitia
2
Tabel 2.1 : Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab dalam Kepanitiaan Tsunami Drill (Lanjutan)

NO PERSONEL JABATAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

1 2 3 4
2 Unsur Pokgas Kesehatan: Anggota • Membantu koordinator dalam perencanaan dan persiapan sistem kesehatan
Dinas Kesehatan, RS, lapangan
Puskesmas, PMI, Tagana • Membantu pengaturan kesehatan lapangan pada saat pelaksanaan gladi dan Hari
dan Pramuka H tsunami drill dengan mengacu pada run down yang dikembangkan oleh Tim
Gladi Lapangan dan Hari H Pelaksanaan Tsunami drill
• Membantu koordinator dalam pelaporan kegiatan seksi kesehatan lapangan
kepada Ketua Pelaksana.
K SEKSI KONSUMSI
MASSA DAN PANITIA
1 Koordinator • Melakukan perencanaan dan persiapan konsumsi massa dan panitia yang antara
lain meliputi :
o Mengidentifikasi jumlah konsumsi yang perlu disiapkan
o Mengatur menu konsumsi yang aman untuk dimakan dimana pengadaannya
dalam jumlah massal (skala ribuan)
o Mengidentifikasi pihak-pihak yang akan menyiapkan konsumsi (ibu-ibu dharma
wanita/komunitas) serta melakukan koordinasi dengan pihak tersebut
o Melakukan koordinasi dengan seksi lainnya dalam rangka mengidentifikasi
jumlah konsumsi yang perlu disiapkan
• Mengkoordinir pengaturan konsumsi untuk massa (skala ribuan), aparat
pemerintah daerah peserta simulasi dan panitia pada saat pelaksanaan gladi dan
Hari H tsunami drill dengan mengacu pada run down yang dikembangkan oleh Tim
Gladi Lapangan dan Hari H Pelaksanaan Tsunami drill
• Melaporkan kegiatan seksi konsumsi pada pelaksanaan gladi dan Hari H tsunami
drill kepada Ketua Pelaksana.
2 Unsur Pokgas Sosial: Anggota • Membantu koordinator dalam pengaturan konsumsi massa dan panitia baik
Dinal Sosial, PMI, perencanaan, persiapan dan pelaksanaan di lapangan dengan mengacu pada
masyarakat maupun PKK run down yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan dan Hari H Pelaksanaan
Tsunami drill
• Membantu pelaporan kegiatan seksi komsumsi pada pelaksanaan gladi dan Hari H
tsunami drill kepada Ketua Pelaksana
L SEKSI DOKUMENTASI/
PUBLIKASI/
PROTOKOLER

44
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
2 Pembentukan Panitia

Tabel 2.1 : Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab dalam Kepanitiaan Tsunami Drill (Lanjutan)

NO PERSONEL JABATAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

1 2 3 4
1 Koordinator • Mengkoordinasi undangan dan sistim protokoler VVIP dengan Paspampres
• Mengkoordinasi undangan dan sistim protokoler VIP dengan Pemerintah Kota
• Mengkoordinasi undangan dan sistim protokoler international dan national
Observer dan Referee dengan Pemerintah Pusat
• Melaksanakan dokumentasi kegiatan Tsunami drill dengan mengacu pada run
down yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan dan Hari H Pelaksanaan
Tsunami drill
• Pemuatan berita Kegiatan dalam bentuk Film dan Website
• Melaporkan kegiatan seksi dokumentasi/publikasi/protokoler pelaksanaan gladi
dan Hari H tsunami drill kepada Ketua Pelaksana.
• Mendesain tempat atau titik pengambilan gambar pada sebelum, sesaat dan
sesudah proses evakuasi dengan mengacu pada run down yang dikembangkan
oleh Tim Gladi Lapangan dan Hari H Pelaksanaan Tsunami drill
• Mengadakan koordinasi dengan pengambil dokumen professional maupun panitia
internal
• Memonitor proses pengambilan dokumentasi
2 Unsur Humas Anggota • Membantu koordinator dalam hal sistem protokoler untuk undangan (nasional dan
internasional), VIP, VVIP
• Membantu koordinator dalam melaksanakan dokumentasi kegiatan Tsunami Dril
baik dalam bentuk dokumentasi tertulis, (media cetak), film, website dll dengan
mengacu pada run down yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan dan Hari H
Pelaksanaan Tsunami drill
• Membantu pelaporan kegiatan seksi dokumentasi/publikasi/protokoler pada
pelaksanaan gladi dan Hari H tsunami drill kepada Ketua Pelaksana.
• Membantu koordinator dalam mengidentifikasi titik pengambilan gambar pada
sebelum, sesaat dan sesudah proses evakuasi dengan mengacu pada run down
yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan dan Hari H Pelaksanaan Tsunami
drill
• Membantu koordinator dalam memonitor proses pengambilan dokumentasi baik
panitia internal maupun pengambil dokumentasi profesional dengan mengacu
pada run down yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan dan Hari H
Pelaksanaan Tsunami drill

45
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pembentukan Panitia
2
Tabel 2.1 : Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab dalam Kepanitiaan Tsunami Drill (Lanjutan)

NO PERSONEL JABATAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

1 2 3 4
M SEKSI LOGISTIK/
PEMBANTU UMUM
1 Koordinator • Berkordinasi dengan seksi lain dalam mendesain kebutuhan logistik di lapangan
dengan mengacu pada run down yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan
dan Hari H Pelaksanaan Tsunami drill
• Penyediaan peralatan untuk pelaksanaan gladi dan Hari H tsunami drill
• Membantu subsie lain dalam pengadaan logistik
• Mendata kebutuhan logistik
• Menjaga peralatan pinjaman
• Melaporkan kegiatan seksi logistik/pembantu umum kepada Ketua Pelaksana

2 Unsur Bagian Anggota • Membantu koordinator dalam mendata, menyiapkan (termasuk peminjaman)
Perlengkapan, Bagian peralatan logistik untuk keperluan pelaksanaan gladi dan Hari H tsunami drill
Umum, Dinas PU dengan mengacu pada run down yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan
dan Hari H Pelaksanaan Tsunami drill
• Membantu menjaga peralatan pinjaman
• Membantu pelaporan kegiatan seksi logistik/pembantu umum kepada Ketua
Pelaksana
N SEKSI DAPUR UMUM

1 Koordinator • Melakukan perencanaan melalui berkoordinasi dengan seksi lainnya dalam rangka
mengidentifikasi kebutuhan perencanaan dan persiapan seksi dapur umum
• Mendesain mekanisme pelaksanaan kegiatan seksi dapur umum pada saat gladi
dan Hari H Tsunami drill dengan mengacu pada run down yang dikembangkan
oleh Tim Gladi Lapangan dan Hari H Pelaksanaan Tsunami drill
• Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam rangka penyediaan dan
menyiapkan perlengkapan dapur umum
• Menyelenggarakan kegiatan demo dapur umum dengan mengacu pada run down
yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan dan Hari H Pelaksanaan Tsunami
drill
• Melaporkan kegiatan seksi dapur umum kepada Ketua Pelaksana

46
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pembentukan Panitia
2
Tabel 2.1 : Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab dalam Kepanitiaan Tsunami Drill (Lanjutan)

NO PERSONEL JABATAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

1 2 3 4
2 Unsur Pokgas Sosial: Anggota • Membantu koordinator dalam perencanaan, penyediaan/penyiapan perlengkapan
Dinsos, PMI, Pramuka, dapur umum
PKK, Tagana • Menyelenggarakan kegiatan demo dapur umum dengan mengacu pada run down
yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan dan Hari H Pelaksanaan Tsunami
drill
• Membantu pelaporan kegiatan seksi dapur umum kepada Ketua Pelaksana
O SEKSI KOMUNIKASI

1 Unsur RAPI / ORARI Koordinator • Melakukan perencanaan dan persiapan kegiatan yang antara lain meliputi :
o Mendesain kebutuhan peralatan komunikasi dengan mengacu pada run down
yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan dan Hari H Pelaksanaan Tsunami
drill, misalnya peralatan HT termasuk antena transmitter dan repeater untuk
koordinator serta kepala subseksi dan personnel penting dalam pelaksanaan
simulasi
o Pengadaan peralatan komunikasi yang dibutuhkan
• Menjaga peralatan yang dipinjam
• Melaporkan kegiatan seksi komunikasi kepada Ketua Pelaksana
• Catatan: bisa dikoordinir oleh RAPI atau ORARI

P PENYIAPAN LAPANGAN
TEMPAT PENGUNGSI
1 Koordinator • Melakukan perencanaan dengan mengacu pada run down yang dikembangkan
oleh Tim Gladi Lapangan dan Hari H Pelaksanaan Tsunami drill antara
lain membuat desain dari camp pengungsi yang mengacu pada SPHERE
(Humanitarian Charter and Minimum Standards in Disaster Response)
• Melakukan persiapan –persiapan sebagai berikut :
o Menyediakan infrastruktur camp pengungsi seperti: Watsan, tempat sampah,
jalan masuk ke camp
o Menyediakan tenda besar untuk: unit kesehatan lapangan, media center,
poskotis, trauma relief, tempat bermain anak-anak, tempat berkumpul/makan
o Menyediakan tenda keluarga
o Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk penyediaan tenda
• Melaporkan kegiatan seksi penyiapan lapangan tempa pengungsi kepada Ketua
Pelaksana

47
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i ( T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
2 Pembentukan Panitia

Tabel 2.1 : Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab dalam Kepanitiaan Tsunami Drill (Lanjutan)

NO PERSONEL JABATAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

1 2 3 4
2 Unsur Dinas PU, Dishub, Anggota • Membantu koordinator dalam perencanaan, persiapan dan pelaksanaan dengan
Tagana, PMI, Pramuka, mengacu pada run down yang dikembangkan oleh Tim Gladi Lapangan dan Hari
Kodim H Pelaksanaan Tsunami drill yang antara lain meliputi desain dan penyediaan
infrastruktur dan sarana camp pengungsi seperti :
o Watsan, tempat sampah, jalan masuk ke camp
o Tenda besar untuk: unit kesehatan lapangan, media center, poskotis, trauma
relief, tempat bermain anak-anak, tempat berkumpul/makan
o Tenda keluarga
• Membantu pelaporan kegiatan seksi penyiapan lapangan tempat pengungsi
kepada Ketua Pelaksana

Q MANAGEMENT CAMP
PENGUNGSI
1 Koordinator • Melakukan perencanaan kegiatan antara lain meliputi :
o Mengindentifikasi jumlah pengungsi
o Mendesain mekanisme pengaturan pengungsi
o Mendesain mekanisme pengamanan pengungsi
• Melakukan persiapan kegiatan dengan berkoordinasi dengan seksi-seksi terkait
untuk kepentingan pengaturan pengungsi serta menyiapkan tenda poskotis
• Melakukan pelaksanaan tugas management camp pengungsi dengan mengatur
dan mengarahkan pengungsi ke tenda terkait pada saat pelaksanaan gladi dan
Hari H Tsunami drill dengan mengacu pada run down yang dikembangkan oleh
Tim Gladi Lapangan dan Hari H Pelaksanaan Tsunami drill
• Melaporkan kegiatan seksi management camp pengungsi kepada Ketua
Pelaksana
2 Unsur Dinas, PMI, RAPI/ Anggota • Membantu koordinator dalam perencanaan, persiapan dan pelaksanaan dengan :
ORARI, dll o mengindentifikasi, mengatur dan mengarahkan pengungsi yang masuk
o melakukan pengamanan tempat pengungsi serta menyiapkan Poskotis
• Membantu pelaporan kegiatan seksi management camp pengungsi kepada Ketua
Pelaksana

48
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n Ke s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan
3

P EDOMAN
Pelaksanaan Latihan Kesiapsiagaan
Menghadapi Bencana Tsunami (Tsunami Drill)
untuk Kota dan Kabupaten

BAB 3

TAHAP PENGEMBANGAN
SKENARIO KEBENCANAAN

47
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan
3

48
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan
3
BAB 3
TA H A P P E N GE MBANGAN SKENARIO KEBENCANAAN

Tahap persiapan meliputi beberapa kegiatan yang terdiri dari :


1. Identifikasi potensi daerah
2. Kajian awal risiko bencana gempabumi dan tsunami
3. Pengembangan Skenario Bencana dan upaya penanganan dan penanggulangannya
4. Keluaran yang berupa Skenario Bencana

Sebelum melakukan berbagai kegiatan tersebut, penting untuk dilakukan adalah pembuatan anggaran
biaya dan jadwal kegiatan. Penjelasan mengenai anggaran biaya dan jadwal kegiatan pada tahap persiapan
disampaikan di akhir bab ini.

3.1. Identifikasi Potensi Daerah Yang Terkait Dengan Bencana Tsunami


Kegiatan identifikasi potensi daerah yang terkait dengan bencana tsunami dilakukan untuk mengidentifikasikan
potensi bahaya gempa dan tsunami di daerah dan kondisi kerentanan maupun kemampuan daerah baik
yang bersifat fisik dan non-fisik terhadap risiko bencana gempabumi dan tsunami.

3.1.1. Identifikasi Potensi Bahaya


Potensi bahaya yang dilihat adalah sebagai berikut :
1. Bahaya primer (Primary Hazard) yaitu gempa dan tsunami
2. Bahaya susulan (collateral hazard) berupa bahaya alam (natural hazard) seperti liquifaksi, longsor
maupun bahaya lain seperti bahaya teknologi dan bahaya industri (technological/industrial hazard)

Identifikasi bahaya dapat dilihat dari kondisi fisik alamiah seperti kondisi topografi dan morfologi suatu
daerah, kondisi geologi, kondisi hidrometeorologi dan sebagainya.

51
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
3 Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan

3.1.2. Identifikasi Keberadaan Peralatan Sistem Peringatan DIni Tsunami


Identifikasi keberadaan Peringatan Dini Tsunami yang dibangun Pemerintah Pusat dapat dilihat dari dua
sisi yaitu sistem seperti alur informasi dari BMG ke Rupusdalop Satlak PB atau BPBD serta infrastruktur
pendukung Sistem Peringatan Evakuasi seperti sirine dan rambu-rambu evakuasi.

3.1.3. Identifikasi Potensi Non Fisik


Identifikasi potensi non-fisik adalah upaya untuk mengetahui potensi kerentanan dan kemampuan daerah
dilihat dari unsur kapasitas dan peranan dari pemerintah daerah, masyarakat dan media dalam penanganan
dan penanggulangan bencana secara umum, khususnya gempabumi dan tsunami.

a. Identifikasi Kapasitas Pemerintah Daerah


Kapasitas pemerintah daerah dapat dilihat terutama dari tersedianya organisasi kebencanaan di
tingkat kota/kabupaten (Badan Penanggulangan Bencana Daerah-BPBD) yang memiliki sumber
daya manusia yang terlatih serta sarana dan prasarana yang menunjang upaya-upaya penanganan
dan penanggulangan bencana secara umum, khususnya yang terkait dengan upaya tanggap darurat
tsunami. Selain itu kapasitas pemerintah daerah dapat dilihat dari ada atau tidaknya peraturan daerah
(perda) yang sudah memasukkan unsur-unsur penanganan dan penanggulangan bencana dan ada
tidaknya sarana prasarana yang menunjang bagian kultur sistem peringatan dini. Sarana dan prasarana
tersebut antara lain pusat kendali operasi penanganan dan penanggulangan bencana (Pusdalops
BPBD) serta prasarana penunjang, seperti Fax, telepon, internet, dll.

b. Identifikasi kapasitas masyarakat dan stakeholder terkait


Kapasitas masyarakat dan stakeholder dapat dilihat dari tingkat kewaspadaan (level of awareness)
terhadap bencana gempa dan tsunami serta tingkat kesiapsiagaan (level of preparedness) dalam
menghadapi bencana.

52
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan
3
c. Identifikasi kearifan lokal
Kearifan lokal dan pengetahuan lokal dalam menghadapi bencana, merupakan indikator kapasitas
masyarakat, sebagai contoh apakah masyarakat memiliki pengetahuan lokal mengenai tanda-tanda
akan terjadinya bencana tsunami ataukah tidak serta kebiasaan-kebiasaan adat masyarakat yang
dipergunakan untuk menghadapi bencana gempabumi dan tsunami.

d. Identifikasi peranan media


Peranan media sangat penting sebagai sarana penyebaran informasi dan pengetahuan serta promosi
dari rangkaian kegiatan Tsunami Drill. Keberadaan media lokal maupun nasional, baik cetak maupun
elektronik dapat dipakai pula sebagai alat dokumentasi, yang nantinya dapat dipergunakan sebagai
sarana untuk melakukan evaluasi dan monitoring bagi seluruh rangkaian kegiatan.

e. Inventori data teknis


Inventori data teknis yang terkait dengan identifikasi potensi non fisik adalah berupa peta demografi
atau kependudukan yang terkait dengan informasi seperti jumlah penduduk, angka kelahiran, kematian,
ratio penduduk, sebaran penduduk, mata pencaharian, jumlah penghasilan dan sebagainya.

3.1.4. Identifikasi Potensi Fisik


a. Inventori Data teknis
Identifikasi potensi fisik yang terkait dengan penanganan dan penangulangan bencana tsunami
mencakup inventori data teknis yang didapat melalui peta-peta :
1. peta topografi dan peta batimetri dengan skala 1:25.000;
2. peta tata guna lahan/peta tata ruang,
3. peta citra,
4. peta batas wilayah administrasi,
5. peta kepadatan penduduk,
6. serta peta jaringan prasarana (infrastructure/lifelines map) dengan skala minimum 1:25.000;
7. peta geologi dengan skala 1:50.000.

53
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
3 Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan

b. Survey
Identifikasi potensi fisik juga mencakup survey kondisi fisik bangunan, infrastruktur dan sarana di
wilayah kajian, lifelines atau jaringan di wilayah kajian yang menunjang upaya tanggap darurat bencana
gempabumi dan tsunami.

3.2. Kajian Awal Risiko Bencana Gempa dan Tsunami

3.2.1. Pengantar Kajian Risiko Bencana


Penilaian awal suatu risiko bencana gempabumi dan tsunami dapat dibuat berdasarkan :
1. Kajian bahaya gempabumi dan tsunami (seismic and tsunami hazard assessment)
2. Kajian kerentanan gempabumi dan tsunami (seismic and tsunami vulnerability assessment).
3. Kajian Risiko bencana (disaster risk assessment)

1. Kajian bahaya gempabumi dan tsunami (seismic and tsunami hazard assessment)
Kajian bahaya didasarkan atas kajian aspek :
• Sejarah kejadian bencana
• Kondisi topografi dan morfologi pada saat ini
• Kondisi fisik alami
• Kondisi geologi
Melalui kajian bahaya ini, akan memberikan gambaran besarnya bahaya alam yang dapat terjadi
pada suatu kota/daerah serta bahaya-bahaya susulan (collateral hazard) yang mungkin terjadi akibat
bahaya alam tersebut apakah itu bahaya susulan alami (longsor, liquifaksi dsb) atau bahaya teknologi/
industri (penyebaran Bahan Beracun Berbahaya).

2. Kajian kerentanan gempabumi dan tsunami (seismic and tsunami vulnerability assessment)
Kajian kerentanan dilakukan secara kualitatif yang nantinya dapat memberikan indikasi penting
terhadap potensi bencana. Komponen-komponen yang dikaji secara kualitatif adalah :

54
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan
3
• Penduduk (kondisi sosial ekonomi)
• Bangunan
• Prasarana umum dan infrastruktur

Untuk dapat melakukan kajian kerentanan, data-data yang diperlukan antara lain :
• Data kepadatan penduduk secara umum
• Data bangunan
• Data prasarana dan sistem utilitas yang ada (jaringan pipa air bersih, jaringan pipa gas, jaringan
listrik, jaringan telepon dan jalan termasuk jalan kereta api dan jembatan.
• Data aktivitas sosial ekonomi

55
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
3 Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan

Gambar 3.3. Foto survei yang dilakukan oleh Tim Teknis dalam Gambar 3.4.Daerah Kawasan Industri Cilegon
menentukan tempat evakuasi.

Aspek yang terkait dengan kerentanan adalah kapasitas yaitu kekuatan atau sumber daya yang
ada pada individu, rumah tangga, dan komunitas yang dapat membantu mereka dalam menghadapi
kejadian bencana, melakukan upaya mitigasi atau memulihkan kembali dari kondisi bencana.

Kapasitas dapat dikategorikan kedalam :


• Fisik atau materi, yang berarti bahwa manusia dengan sumber daya ekonomi dan materi yang
memadai dapat bertahan lebih baik.
• Sosial atau organisasi yang membantu mereka untuk dapat menghadapi, tahan dan mampu
menangani ancaman yang mungkin ada.
• Tingkah laku atau motivasi, yaitu angota masyarakat yang peduli dengan kemampuan yang
dimilikinya sendiri dan tingkat kepercayaan untuk menghadapi tantangan bencana.

Hasil dari kajian kerentanan (termasuk kapasitas) akan memberikan gambaran tingkat risiko dari
komponen-komponen yang ditinjau, yaitu berupa gambaran umum tingkat kerusakan bangunan,
infrastruktur, fasilitas-fasilitas umum dan sosial, fasilitas-fasilitas produksi dan perumahan penduduk.

3. Kajian Risiko bencana (disaster risk assessment)


Risiko bencana adalah kerugian (jiwa dan harta benda) yang mungkin timbul akibat dari terjadinya
bencana. Melalui kajian risiko bencana akan diperoleh gambaran mengenai potensi bahaya alam yang
dapat terjadi pada suatu kota/daerah sehingga dapat diidentifikasi secara umum prioritas-prioritas
bahaya dan kerentanan bencana serta besaran risikonya dengan cepat. Risiko bencana ini dapat
berupa korban jiwa, kemungkinan kerusakan-kerusakan bangunan dan prasarana vital dan infrastruktur
yang dapat menyebabkan kerugian dan terhentinya kegiatan ekonomi.

56
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan
3
Kajian awal risiko menghasilkan gambaran risiko bencana yang didapatkan dari penggabungan kajian
bahaya dan kajian kerentanan, sesuai dengan rumus sebagai berikut:

Risiko (R ) = Bahaya (H) x Kerentanan (V)

Lebih lanjut, rumus ini dapat dikembangkan untuk menghitung Risiko Total (R(t)):

R(t) = E X Rs = (E) X (H) X (V)

Dimana:
Resiko Element (E) menunjukkan elemen-elemen yang berisiko bencana yang tingkat kehilangan/
kerusakan perlu ditinjau. Elemen-elemen ini dapat berupa elemen non fisik suatu daerah seperti
penduduk, dan elemen fisik suatu daerah seperti bangunan, infrastruktur dan lain-lain.

Risiko Total (Rt) menunjukkan jumlah korban jiwa, jumlah korban cedera, kerusakan bangunan,
infrastruktur atau kehilangan nilai ekonomi akibat gangguan aktifitas ekonomi paska gempabumi.

Hasil kajian awal risiko bencana dengan menggunakan rumus-rumus di atas akan digunakan dalam
pengembangan skenario bencana, pembuatan peta bencana serta peta rute evakuasi. Peta-peta ini
dibuat dalam skala 1:25.000 untuk tingkat kota dan skala 1:10.000 untuk tingkat kecamatan.

3.2.2. Kriteria Kajian Risiko Bencana


Untuk kajian risiko Bencana secara cepat (Rapid Risk Assessment), perlu dilakukan perhitungan kajian
bahaya, kajian kerentanan, kajian sistem peringatan dini, dan kajian kapasitas. Untuk tahapan-tahapan
tersebut, diperlukan justifikasi para ahli dalam memberikan bobot penilaian yang berkisar antara 1 sampai

57
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
3 Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan

5. Untuk potensi bahaya, nilai 1 berarti potensi bahaya di suatu daerah sangat rendah, sedangkan nilai 5
berarti potensi bahaya di suatu daerah sangat tinggi. Nilai 2 sampai 4 berada diantaranya.
Begitu juga untuk sistem peringatan dini tsunami dan kerentanan, angka 1 untuk tingkat sistem peringatan
dini dan tingkat kerentanan yang sangat rendah, dan nilai 5 untuk yang sangat tinggi. Kerentanan meliputi
kerentanan bangunan, infrastruktur (jalan, jembatan, jaringan utlitas), kependudukan, dan perekonomian.
Sementara itu, untuk kapasitas, nilai yang diberikan adalah 1 untuk kapasitas yang rendah dan 5 untuk
kapasitas yang paling tinggi.

Tabel-tabel berikut ini menunjukkan format penilaian yang dapat digunakan para ahli dalam memberikan
penilaian berdasarkan kriteria dan indikator tertentu. Contoh kriteria dan indikator diberikan pada akhir
bab 3 (sumber: Pusat Mitigasi Bencana ITB, 2006), dan dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan
kebutuhan.

Tabel 3.1 Form Penilaian Potensi Bahaya


A. POTENSI BAHAYA
No Jenis Potensi Bahaya Nilai Potensi Bahaya

A Geological Hazard + Collateral Hazard

1 Gempabumi

2 Tsunami

3 Tanah Longsor (Landslide)

B Technological/Industrial Hazard

58
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan
3
Tabel 3.2 Form Penilaian Sistem Peringatan Dini
B. SISTEM PERINGATAN DINI
No Jenis Nilai
1 Sistem Diseminasi
2 Infrastruktur

Tabel 3.3 Form Penilaian Kerentanan


C. KERENTANAN
Nilai Kerentanan Terhadap Potensi Bahaya:
No Jenis Kerentanan Geological Hazard Bahaya Teknolog/ Bahaya Lain

Gempa Tsunami Landslide Industri

1 Bangunan/Gedung          
2 Jaringan Infrastruktur :          
  2.a. Jalan dan Jembatan          
  2.b. PDAM          
  2.c. Listrik (PLN)          
  2.d. Telekomunikasi (Telkom)          
3 Kepadatan Penduduk          
4 Perekonomian          

Tabel 3.4 Form Penilaian Kapasitas Daerah


D. KAPASITAS DAERAH
No Jenis Kapasitas Nilai
1 Identifikasi Kapasitas Pemda  
2 Identifikasi Kapasitas Masyarakat  
3 Identifikasi Kapasitas Stakeholder Terkait  
4 Identifikasi Kearifan Lokal  
5 Identifikasi Peranan Media  

59
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
3 Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan

3.3. Pengembangan Skenario Bencana dan Upaya Penanganan dan


Penanggulangannya
Setelah melakukan identifikasi potensi daerah yang terkait dengan bencana tsunami serta kajian awal
risiko, tahap selanjutnya adalah mengembangkan skenario bencana gempa dan tsunami serta upaya
penanganan dan penanggulangannya. Pengembangan skenario bencana meliputi :
1. Kejadian gempa dan tsunami
2. Kerusakan akibat gempa dan tsunami
3. Sistem peringatan dini tsunami dan kondisi tanggap darurat
4. Upaya penanganan dan penanggulangan bencana tsunami
Skenario bencana disajikan dalam bentuk grafis dan matriks.

(1) Kejadian Gempa dan Tsunami


Skenario kejadian gempa dan tsunami dilakukan melalui tsunami modeling dan simulation yang meliputi
informasi mengenai besaran gempa yang terjadi, pusat gempa (epicentrum), waktu kejadian, tsunami run
up (tinggi gelombang tsunami di pantai), travel time (waktu penjalaran tsunami), durasi tsunami dan tinggi
genangan.
Dengan adanya skenario kejadian gempa dan tsunami, dapat disusun skenario kerusakan, skenario sistem
peringatan dini tsunami serta bagaimana upaya penanggulangannya mulai dari gempa, pembangkitan
tsunami, tsunami mendekati pantai, tsunami mencapai daratan dan menghantam secara berulang sampai
dengan akhir serangan tsunami.

(2) Kerusakan Akibat Gempa dan Tsunami


Kajian kerusakan akibat gempa dan tsunami dibuat berdasarkan skenario kejadian gempa dan tsunami
yang terjadi. Skenario kerusakan yang terjadi dapat meliputi :
1. Kerusakan fisik (sarana dan prasarana) baik yang terjadi di daerah pantai maupun daerah laut.
2. Kerusakan non fisik (manusia dan lainnya) baik yang terjadi di daerah pantai maupun daerah laut.

60
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan
3
(3) Sistem Peringatan Dini Tsunami dan Kondisi Tanggap Darurat
Saat bencana gempa dan tsunami terjadi, merupakan saat-saat dan situasi dimana kondisinya sangat
darurat yang perlu ditangani dengan segera dan tanggap terutama bila terjadi korban jiwa manusia
(meninggal dan cedera) dan kerusakan berbagai sarana dan prasarana fisik. Oleh karena itu diperlukan
suatu pengembangan skenario mengenai sistem peringatan dini tsunami dan kondisi tanggap darurat yang
dapat dikembangkan berdasarkan skenario berikut :
1. Sistem peringatan dini tsunami berfungsi efektif
2. Sistem peringatan dini tsunami berfungsi tidak efektif

(4) Upaya Penanganan dan Penanggulangan Bencana Tsunami


Upaya penanganan dan penanggulangan bencana tsunami idealnya dimulai jauh hari sebelum kejadian
bencana. Upaya ini yang dikenal dengan upaya mitigasi yaitu semua tindakan untuk mengurangi dampak
dari suatu bencana yang dapat dilakukan sebelum bencana itu terjadi termasuk kesiapan dan tindakan-
tindakan pengurangan risiko jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Mitigasi bencana
merupakan bagian dari siklus manajemen bencana (lihat Gambar 3.5) yang dapat pula dilakukan untuk
antisipasi keadaan tanggap darurat paska bencana tsunami.

61
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
3 Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan

Disaster
Impact
Preparedness

Response

Pasca Bencana
Mitigation
Recovery
Pra Bencana

Prevention
Development
Gambar 3.5. Siklus Manajemen Bencana

Mitigasi dapat dikelompokkan ke dalam mitigasi struktural dan mitigasi non-struktural. Mitigasi struktural
berhubungan dengan usaha-usaha rekayasa bangunan-bangunan untuk menahan kekuatan-kekuatan
getaran gempa, memperkuat bangunan-bangunan yang sudah ada yang diketahui rentan terhadap bahaya
gempa dan tsunami serta usaha meredam laja tsunami dengan penanaman vegetasi di pantai. Sementara
mitigasi nonstruktural upayanya bersifat non fisik seperti perencanaan tata guna lahan yang disesuaikan
dengan kerentanan wilayahnya, regulasi, pemberlakuan peraturan pembangunan dan penegakannya (law
enforcement) seperti penggunaan standar dan peraturan-peraturan bangunan yang efektif, peningkatan
kesadaran dan kesiapan masyarakat (kampanye pendidikan, TOT, pelatihan masyarakat (community
development), dan lain-lain).

62
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan
3
Secara lengkap, gambaran skenario bencana A1, A2, B1, dan B2 dapat dilihat sebagai berikut:

SKENARIO KERUSAKAN MEDIUM (SEBAGIAN HANCUR) – SKENARIO A


Skenario A1 = TEWS Efektif Skenario A2 = TEWS Berfungsi Tidak Efektif
GEMPA KUAT TERJADI DIIKUTI LIQUIFAKSI DAN LONGSOR :

Kondisi fisik : • Rumah dan gedung sebagian hancur • Rumah dan gedung sebagian hancur
• Bangunan pelindung (shelter) tidak hancur • Bangunan pelindung (shelter) tidak hancur
• Jalan dan jembatan tidak hancur hanya mengalami kerusakan • Jalan dan jembatan tidak hancur hanya mengalami kerusakan
• Jaringan listrik, air minum dan sarana komunikasi tidak hancur • Jaringan listrik, air minum dan sarana komunikasi tidak hancur
• Infrastruktur Sistim Peringatan Dini Tsunami berfungsi efektif • Infrastruktur Sistim Peringatan Dini Tsunami berfungsi namun tidak
efektif

Kondisi manusia : • Manusia tidak bisa keluar dari sebagian gedung & bangunan yang • Manusia tidak bisa keluar dari sebagian gedung & bangunan yang
rusak rusak
• Masyarakat tidak terisolasi karena akses transportasi tidak hancur • Karena akses transportasi tidak hancur, masyarakat tidak terisolasi
• Masyarakat sudah memiliki pengetahuan apa yang harus mereka • Hanya sebagian masyarakat sudah memiliki pengetahuan apa yang
lakukan saat goncangan gempa terjadi harus mereka lakukan saat goncangan gempa terjadi

A. Mitigasi Non-Struktural • Perlindungan diri saat goncangan gempa : gerakan duck, cover, • Perlindungan diri saat goncangan gempa : gerakan duck, cover, hold
Pelatihan kesiapsiagaan masyarakat : hold • Setelah goncangan reda, “Evakuasi Gempa” ke tempat terbuka
• Setelah goncangan reda, “Evakuasi Gempa” ke tempat terbuka hindari bangunan yang membahayakan
hindari bangunan yang membahayakan • Antisipasi gempa susulan dengan menghindari bangunan maupun
• Antisipasi gempa susulan dengan menghindari bangunan maupun infrastruktur yang membahayakan
infrastruktur yang membahayakan • Mencari informasi potensi tsunami bila gempa dirasakan cukup kuat
• Mencari informasi potensi tsunami bila gempa dirasakan cukup ke Institusi terkait (Pusdalops BPBD)
kuat ke Institusi terkait (Pusdalops BPBD)

Capacity Building aparat pemerintah • Mencari informasi potensi tsunami ke institusi yang terkait (BMG),
daerah : dengan sistem peringatan dini yang berfungsi tapi tidak efektif
• Pelatihan mengenai bagaimana cara menyampaikan peringatan dini
tsunami ke masyarakat
• Tim Reaksi Cepat (TRC) perlu dilatih
• Pembentukan Kelompok Tugas-kelompok tugas yang terkait dengan
penanggulangan bencana

63
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
3 Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan

SKENARIO KERUSAKAN MEDIUM (SEBAGIAN HANCUR) – SKENARIO A


Skenario A1 = TEWS Efektif Skenario A2 = TEWS Berfungsi Tidak Efektif
SAAT TERJADI FENOMENA YANG MENANDAI TERJADINYA TSUNAMI :
Laut mendadak surut, bunyi gemuruh, angin kuat

Kondisi fisik : • Tembok laut dan tidal gate hancur • Tembok laut dan tidal gate hancur
• Bangunan terendam dan hancur • Bangunan terendam dan hancur
• Kilang minyak di daerah pesisir hancur • Kilang minyak di daerah pesisir hancur
• Mobil dan benda berat lainnya terbawa tsunami • Mobil dan benda berat lainnya terbawa tsunami
• Pondasi tererosi • Pondasi tererosi
• Penjalaran melalui sungai • Penjalaran melalui sungai
• Fasilitas bawah tanah terendam • Fasilitas bawah tanah terendam
• Minyak dan gas tumpah • Minyak dan gas tumpah
• Kebakaran, menyebabkan kerusakan • Kebakaran, menyebabkan kerusakan
• Perahu dan kapal rusak • Perahu dan kapal rusak
• Kerusakan budidaya perikanan dan pepohonan • Kerusakan budidaya perikanan dan pepohonan
• Kerusakan fasilitas pelabuhan • Kerusakan fasilitas pelabuhan
• Kerusakan bangunan pemecah gelombang • Kerusakan bangunan pemecah gelombang
• Sampah dan benda terapung berpengaruh pada dinding dan • Sampah dan benda terapung berpengaruh pada dinding dan
bangunan pantai bangunan pantai
• Tempat keluar oli dan gas • Tempat keluar oli dan gas
• Transportasi laut terhenti • Transportasi laut terhenti
• Perahu dan kapal kandas • Perahu dan kapal kandas
• Kebocoran minyak dan gas • Kebocoran minyak dan gas

Kondisi Manusia : • Beberapa kerusakan terjadi di pesisir pantai dan sejumlah kecil • Beberapa kerusakan terjadi di pesisir pantai dan sejumlah kecil
manusia yang terlambat melakukan evakuasi terbawa arus manusia yang terlambat melakukan evakuasi terbawa arus tsunami
tsunami • Tsunami kedua menimbulkan kerusakan
• Tsunami kedua menimbulkan kerusakan • Beberapa ikut terbawa ke lautan oleh tsunami
• Beberapa ikut terbawa ke lautan oleh tsunami • Jalur evakuasi manusia tidak terhalang, sehingga banyak orang yang
• Jalur evakuasi manusia tidak terhalang, sehingga banyak orang berhasil melakukan evakuasi
yang berhasil melakukan evakuasi • Beberapa ada di atas kapal dan perahu yang rusak
• Beberapa ada di atas kapal dan perahu yang rusak • Banyak pengunjung, penyelam, perenang selamat
• Banyak pengunjung, penyelam, perenang selamat

Mitigasi Struktural: • Penyediaan Tenda darurat • Penyediaan Tenda darurat


• Penyediaan barang-barang yang diperlukan pada kondisi darurat • Penyediaan barang-barang yang diperlukan pada kondisi darurat

SAAT TSUNAMI BERAKHIR

Kondisi Fisik : • Penyebaran api • Penyebaran api


• Kerusakan pada pertanian • Kerusakan pada pertanian
• Pencemaran air • Pencemaran air

Mitigasi Non-struktural: • Pelatihan untuk persiapan menghadapi bencana, sehingga proses • Pelatihan untuk persiapan menghadapi bencana, sehingga proses
A. Community Preparedness pemulihan lebih cepat dilaksanakan pemulihan lebih cepat dilaksanakan

B. Capacity Building Aparat Pemda • Table top simulation untuk peringatan tsunami berakhir • Table top simulation untuk peringatan tsunami berakhir
• Pelatihan penyelamatan untuk orang-orang yang hilang dan • Pelatihan penyelamatan untuk orang-orang yang hilang dan
terapung terapung
• Mendata kerusakan yang terjadi • Mendata kerusakan yang terjadi

64
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan
3
SKENARIO KERUSAKAN BERAT (HANCUR TOTAL) - SKENARIO B
Skenario B1 = TEWS Efektif Skenario B2 = TEWS Berfungsi Tidak Efektif
GEMPA KUAT TERJADI DIIKUTI LIQUIFAKSI DAN LONGSOR :

Kondisi fisik : • Rumah dan gedung hancur, sehingga jalan dipenuhi runtu- • Rumah dan gedung hancur, sehingga jalan dipenuhi runtuhan
han material material
• Bangunan pelindung hancur • Bangunan pelindung hancur
• Jalan dan jembatan hancur • Jalan dan jembatan hancur
• Listrik, air minum dan sarana komunikasi hancur • Listrik, air minum dan sarana komunikasi hancur
• Infrastruktur Sistim Peringatan Dini Tsunami berfungsi • Infrastruktur Sistim Peringatan Dini Tsunami masih berfungsi
efektif tapi tidak efektif

Kondisi manusia : • Hanya sedikit manusia yang terperangkap pada gedung & • Hanya sedikit manusia yang terperangkap pada gedung &
bangunan yang rusak bangunan yang rusak
• Hanya sedikit manusia yang panik karena jalan-jalan tertu- • Hanya sedikit manusia yang panik karena jalan-jalan tertutup
tup runtuhan bangunan roboh runtuhan bangunan roboh
• Masyarakat menjadi terisolasi karena putusnya akses jalan • Masyarakat menjadi terisolasi karena putusnya akses jalan
dan jembatan dan jembatan

A. Mitigasi Non-Struktural • Perlindungan diri saat goncangan gempa : gerakan duck, • Perlindungan diri saat goncangan gempa : gerakan duck,
Pelatihan kesiapsiagaan cover, hold cover, hold
masyarakat : • Setelah goncangan reda, “Evakuasi Gempa” ke tempat • Setelah goncangan reda, “Evakuasi Gempa” ke tempat
terbuka hindari bangunan yang membahayakan terbuka hindari bangunan yang membahayakan
• Antisipasi gempa susulan dengan menghindari bangunan • Antisipasi gempa susulan dengan menghindari bangunan
maupun infrastruktur yang membahayakan maupun infrastruktur yang membahayakan
• Mencari informasi potensi tsunami bila gempa dirasakan • Mencari informasi potensi tsunami bila gempa dirasakan
cukup kuat ke Institusi terkait (Pusdalops BPBD) cukup kuat ke Institusi terkait (Pusdalops BPBD)

Capacity Building aparat pemerin- • Mencari informasi potensi tsunami ke institusi yang terkait
tah daerah : (BMG), dengan sistem peringatan dini yang berfungsi tapi
tidak efektif
• Pelatihan mengenai bagaimana cara menyampaikan perin-
gatan dini tsunami ke masyarakat
• Tim Reaksi Cepat (TRC) perlu dilatih
• Pembentukan Kelompok Tugas-kelompok tugas yang terkait
dengan

SAAT TERJADI FENOMENA YANG MENANDAI ADANYA TSUNAMI: Laut mendadak surut, bunyi gemuruh, angin kuat

Kondisi Fisik • Terdapat dua kemungkinan kondisi, yang pertama adalah • Terdapat dua kemungkinan kondisi, yang pertama adalah den-
dengan hancurnya infrastruktur sistem peringatan dini tsu- gan hancurnya infrastruktur sistem peringatan dini tsunami,
nami, namun sirinenya tetap berbunyi. Kondisi yang kedua namun sirinenya tetap berbunyi. Kondisi yang kedua adalah
adalah dengan hancurnya sistem peringatan dini tsunami, dengan hancurnya sistem peringatan dini tsunami, maka
maka sirine ikut hancur dan tidak berbunyi sirine ikut hancur dan tidak berbunyi

Kondisi manusia & lingkungan : • Puing-puing dan sisa reruntuhan masih menutup jalan Puing-puing dan sisa reruntuhan masih menutup jalan evakuasi
evakuasi tsunami tsunami
• Alur kehidupan terhenti • Alur kehidupan terhenti
• Mulai ada kebakaran • Mulai ada kebakaran

65
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
3 Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan

SKENARIO KERUSAKAN BERAT (HANCUR TOTAL) - SKENARIO B


Skenario B1 = TEWS Efektif Skenario B2 = TEWS Berfungsi Tidak Efektif
GEMPA KUAT TERJADI DIIKUTI LIQUIFAKSI DAN LONGSOR :

1. Mitigasi Non-Struktural • Adanya upaya mitigasi yang efektif, seperti pelatihan • Adanya upaya mitigasi yang efektif, seperti pelatihan kepada
A. Pelatihan Kesiapsiagaan kepada masyarakat sehingga mereka memiliki pengetahuan masyarakat sehingga mereka memiliki pengetahuan men-
Masyarakat : mengenai tanda sirene tersebut menandakan bahaya, genai tanda sirene tersebut menandakan bahaya, sehingga
sehingga masyarakat memiliki kesadaran yang tinggi untuk masyarakat memiliki kesadaran yang tinggi untuk bersiap-siap
bersiap-siap melakukan evakuasi ke tempat yang lebih melakukan evakuasi ke tempat yang lebih aman dan juga
aman dan juga mereka meneruskan kepada masyarakat lain mereka meneruskan kepada masyarakat lain dengan menggu-
dengan menggunakan media tradisional seperti kentongan, nakan media tradisional seperti kentongan, bedug, kulkul dsb
bedug, kulkul dsb

B. Capacity Building Aparat • Table top simulation, yaitu penyampaian informasi • Table top simulation, yaitu penyampaian informasi setelah
Pemda : setelah menerima tanda peringatan dini dari BMG menerima tanda peringatan dini dari BMG
• Memberikan bantuan kepada korban dengan cepat kar- • Memberikan bantuan kepada korban dengan cepat karena
ena jalan menuju tempat evakuasi tidak terhalang oleh jalan menuju tempat evakuasi tidak terhalang oleh rerun-
reruntuhan puing tuhan puing
• Sarana pelayanan publik dan swasta dikontrol oleh • Sarana pelayanan publik dan swasta dikontrol oleh tsunami
tsunami warning warning
• Aparat pemerintah daerah diberikan pelatihan dan • Aparat pemerintah daerah diberikan pelatihan dan penge-
pengetahuan beberapa jalur evakuasi alternatif yang ter- tahuan beberapa jalur evakuasi alternatif yang terdekat,
dekat, untuk berjaga-jaga apabila jalur evakuasi terdekat untuk berjaga-jaga apabila jalur evakuasi terdekat terha-
terhalang oleh reruntuhan puing-puing lang oleh reruntuhan puing-puing
• Adanya table top simulation apabila sirine tidak berbungi • Adanya table top simulation apabila sirine tidak berbungi
dengan memanfaatkan interface agency, seperti TNI, dengan memanfaatkan interface agency, seperti TNI,
POLRI, dll untuk diteruskan ke bupati/walikota. Kemu- POLRI, dll untuk diteruskan ke bupati/walikota. Kemudian
dian walikota meneruskannya ke masyarakat. walikota meneruskannya ke masyarakat.

Mitigasi Struktural : • Membangun infrastruktur sistem peringatan dini tsunami • Membangun infrastruktur sistem peringatan dini tsunami yang
yang tahan gempa, sehingga kemungkinan hancurnya tahan gempa, sehingga kemungkinan hancurnya infrastruktur
infrastruktur tersebut kecil dan sirine tetap dapat berfungsi tersebut kecil dan sirine tetap dapat berfungsi
• Menyiapkan alat-alat untuk sistem peringatan dini dari • Menyiapkan alat-alat untuk sistem peringatan dini dari
pemerintah daerah ke masyarakat, seperti tower sirine, pemerintah daerah ke masyarakat, seperti tower sirine,
kentongan/kul kul di tingkat masyarakat, loud speakder di kentongan/kul kul di tingkat masyarakat, loud speakder di
mesjid, dll mesjid, dll
• Menyiapkan alat-alat penyampaian informasi dari pusat • Menyiapkan alat-alat penyampaian informasi dari pusat (BMG)
(BMG) ke pemerintah daerah melalui five in one mode, ke pemerintah daerah melalui five in one mode, seperti
seperti telepon, fax, internet/e-mail, dll telepon, fax, internet/e-mail, dll

66
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan
3
SKENARIO KERUSAKAN BERAT (HANCUR TOTAL) - SKENARIO B
Skenario B1 = TEWS Efektif Skenario B2 = TEWS Berfungsi Tidak Efektif
GEMPA KUAT TERJADI DIIKUTI LIQUIFAKSI DAN LONGSOR :

SAAT TERJADI SECARA BERULANG DAN MENGGENANGI KAWASAN PANTAI DAN AKHIRNYA SURUT

Kondisi Fisik : • Tembok laut dan tidal gate hancur • Tembok laut dan tidal gate hancur
• Bangunan terendam dan hancur • Bangunan terendam dan hancur
• Kilang minyak di daerah pesisir hancur • Kilang minyak di daerah pesisir hancur
• Mobil dan benda berat lainnya terbawa tsunami • Mobil dan benda berat lainnya terbawa tsunami
• Pondasi tererosi • Pondasi tererosi
• Penjalaran melalui sungai • Penjalaran melalui sungai
• Fasilitas bawah tanah terendam • Fasilitas bawah tanah terendam
• Material terapung atau debris yang terbawa tsunami menin- • Material terapung atau debris yang terbawa tsunami mening-
gkatkan potensi kerusakan katkan potensi kerusakan
• Minyak dan gas tumpah • Minyak dan gas tumpah
• Jalan-jalan terhalangi oleh debris • Jalan-jalan terhalangi oleh debris
• Kebakaran, menyebabkan kerusakan • Kebakaran, menyebabkan kerusakan
• Perahu dan kapal rusak • Perahu dan kapal rusak
• Kerusakan budidaya perikanan dan pepohonan • Kerusakan budidaya perikanan dan pepohonan
• Kerusakan fasilitas pelabuhan • Kerusakan fasilitas pelabuhan
• Kerusakan bangunan pemecah gelombang • Kerusakan bangunan pemecah gelombang
• Sampah dan benda terapung berpengaruh pada dinding dan • Sampah dan benda terapung berpengaruh pada dinding dan
bangunan pantai bangunan pantai
• Tempat keluar oli dan gas • Tempat keluar oli dan gas
• Transportasi laut terhenti • Transportasi laut terhenti
• Perahu dan kapal kandas • Perahu dan kapal kandas
• Kebocoran minyak dan gas • Kebocoran minyak dan gas
• Debris dan material terapung menghentikan fungsi pelabu- • Debris dan material terapung menghentikan fungsi pelabuhan
han

Kondisi Manusia : • Banyak kerusakan terjadi di pesisir pantai dan manusia • Banyak kerusakan terjadi di pesisir pantai dan manusia
terbawa arus terbawa arus
• Tsunami kedua menimbulkan kerusakan dan kematian yang • Tsunami kedua menimbulkan kerusakan dan kematian yang
lebih besar lebih besar
• Beberapa ikut terbawa ke lautan oleh tsunami • Beberapa ikut terbawa ke lautan oleh tsunami
• Jalur evakuasi manusia terhalangi dan menyebabkan keru- • Jalur evakuasi manusia terhalangi dan menyebabkan kerusa-
sakan yang lebih besar tsunami kan yang lebih besar tsunami
• Beberapa ada di atas kapal dan perahu yang rusak • Beberapa ada di atas kapal dan perahu yang rusak
• Beberapa pengunjung, penyelam, perenang ikut terkena • Beberapa pengunjung, penyelam, perenang ikut terkena

Mitigasi Non-Struktural: • Terdapat pembagian peran dari enam kelompok tugas. • Terdapat pembagian peran dari enam kelompok tugas. Mer-
A. Capacity Building Aparat Pemda Mereka dibagi ke dalam ke dua bagian, yaitu menolong eka dibagi ke dalam ke dua bagian, yaitu menolong korban
korban dan mengkaji serta memprediksi kerusakan dan mengkaji serta memprediksi kerusakan
• Pelatihan dalam pendirian tenda darurat dan pengadaan • Pelatihan dalam pendirian tenda darurat dan pengadaan
dapur umum yang efektif, sehingga di tempat pengung- dapur umum yang efektif, sehingga di tempat pengungsian,
sian, dapur umum dapat dengan cepat berfungsi dapur umum dapat dengan cepat berfungsi
• Pelatihan kelompok tugas kesehatan dalam pertolongan • Pelatihan kelompok tugas kesehatan dalam pertolongan
kedaruratan, sehingga korban dapat tertolong pada kedaruratan, sehingga korban dapat tertolong pada golden
golden time time

Mitigasi Struktural : • Penyediaan Tenda darurat • Penyediaan Tenda darurat


• Penyediaan barang-barang yang diperlukan pada kondisi • Penyediaan barang-barang yang diperlukan pada kondisi
darurat darurat

67
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
3 Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan

SKENARIO KERUSAKAN BERAT (HANCUR TOTAL) - SKENARIO B


Skenario B1 = TEWS Efektif Skenario B2 = TEWS Berfungsi Tidak Efektif
GEMPA KUAT TERJADI DIIKUTI LIQUIFAKSI DAN LONGSOR :

SAAT TSUNAMI BERAKHIR

Kondisi fisik : • Penyebaran api • Penyebaran api


• Kerusakan pada pertanian • Kerusakan pada pertanian
• Pencemaran air • Pencemaran air

Mitigasi Non-struktural: • Pelatihan untuk persiapan menghadapi bencana, sehingga • Pelatihan untuk persiapan menghadapi bencana, sehingga
A. Kesiapsiagaan Masyarakat proses pemulihan lebih cepat dilaksanakan proses pemulihan lebih cepat dilaksanakan

B. Peningkatan Kapasitas • Table top simulation untuk peringatan tsunami berakhir • Table top simulation untuk peringatan tsunami berakhir
• Pelatihan penyelamatan untuk orang-orang yang hilang dan • Pelatihan penyelamatan untuk orang-orang yang hilang dan
terapung terapung
• Mendata kerusakan yang terjadi • Mendata kerusakan yang terjadi

Tabel 3.5 Matriks Skenario Risiko Bencana Tsunami dan Upaya Penanganan dan Penanggulangannya Terkait dengan Peringatan Dini Tsunami

3.4. Keluaran Skenario Bencana Gempabumi dan Tsunami

Keluaran dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap pengembangan scenario bencana adalah
skenario bencana yang terdiri dari empat skenario yaitu:

SKENARIO A1 Gempabumi yang terjadi tidak menyebabkan kerusakan yang parah, sehingga jaringan
komunikasi, listrik, air, sarana dan prasarana transportasi dan infrastruktur lainnya masih dapat berfungsi.
Pada skenario A1 ini, sistem peringatan dini tsunami berfungsi efektif.

SKENARIO A2 Gempabumi yang terjadi tidak menyebabkan kerusakan yang parah, sehingga jeringan
komunikasi, listrik, air, sarana dan prasarana transportasi dan infrastruktur lainnya masih dapat berfungsi.
Pada skenario A2 ini, sistem peringatan dini tsunami berfungsi tapi tidak efektif.

SKENARIO B1 Tsunami terjadi akibat gempabumi yang merusak yang terjadi dengan skala yang tinggi.
Akibatnya adalah semua infrastruktur dan jaringan baik komunikasi, listrik, air, sarana dan prasarana
transportasi, dsb mengalami kerusakan yang parah. Pada skenario B1 ini, sistem peringatan dini tsunami berfungsi

68
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan
3
efektif.

SKENARIO B2 Tsunami terjadi akibat gempabumi yang merusak yang terjadi dengan skala yang tinggi. Akibatnya
adalah semua infrastruktur dan jaringan baik komunikasi, listrik, air, sarana dan prasarana transportasi, dsb mengalami
kerusakan yang parah. Pada skenario B2 ini, sistem peringatan dini tsunami berfungsi tapi tidak efektif.

Matriks dari keempat skenario tersebut dapat dilihat pada tabel 3.5.

Tabel 3.6 Tabel Kriteria Penilaian untuk Kajian Cepat Risiko ( Sumber : I Wayan Sengara )

A. KRITERIA PENILAIAN/PEMBOBOTAN POTENSI BAHAYA

Penilaian Potensi Bahaya Gempabumi

Nilai Kriteria

5 Berada pada zona 5 dan zona 6, peta wilayah Gempa Indonesia, SNI-2002

4 Berada pada zona 4, peta wilayah Gempa Indonesia, SNI-2002

3 Berada pada zona 3, peta wilayah Gempa Indonesia, SNI-2002

2 Berada pada zona 2, peta wilayah Gempa Indonesia, SNI-2002

1 Berada pada zona 1, peta wilayah Gempa Indonesia, SNI-2002

Penilaian Potensi Bahaya Tsunami

Nilai Kriteria

5 Berada sangat dekat zona-zona gempa subduksi di laut yang berpotensi menimbulkan tsunami, dengan bathimetri laut dan topografi
sangat landai. Jarak kota terhadap pantai (< 5 km) dan kelandaian < 10%

4 Berada cukup dekat zona-zona gempa subduksi yang berpotensi menimbulkan tsunami, dan kedalaman laut relatif landai, 5-10 km, 20%

3 Berada cukup dekat zona-zona gempa subduksi yang berpotensi menimbulkan tsunami,Potensi tsunami sedang, 10-15 km, 30%

2 Berada cukup dekat zona-zona gempa subduksi yang berpotensi menimbulkan tsunami,Potensi tsunami rendah, 15-25 km, 40%

1 Berada cukup dekat zona-zona gempa subduksi yang berpotensi menimbulkan tsunami,Potensi tsunami sangat rendah, > 25 km, > 40%

69
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
3 Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan

A. KRITERIA PENILAIAN/PEMBOBOTAN POTENSI BAHAYA (Lanjutan)

Penilaian Potensi Bahaya Tanah Longsor (Landslide)

Nilai Kriteria

Sangat sering terjadi bahaya kelongsoran, topografi wilayah sangat bervariasi, sebagian besar wilayah merupakan tebing-tebing dengan
5
kondisi tanah yang cendrung lunak dengan sistem drainase air hujan yang tidak optimal, serta kondisi tata guna lahan.

Sering dilanda kelongsoran, topografi wilayah bervariasi dan banyak terdapat tebing-tebing terjal dengan kondisi tanah yang cederung
4
lunak.

3 Tanah longsor yang terjadi pada kondisi-kondisi iklim tertentu, topografi cukup bervariasi………

2 Jarang dilanda bahaya tanah lonsor


1 Potensi bahaya tanah longsor sangat rendah

Penilaian Potensi Bahaya Teknologi

Nilai Kriteria

5 Industri mengandung bahan kimia yang sangat berbahaya, baik yang dapat menyebar maupun yang dpat meledak, lokasi sangat dekat
dengan perumahan

4 Industri mengandung bahan kimia yang berbahaya, baik yang dapat menyebar maupun yang dpat meledak, lokasi dekat dengan
perumahan

3 Industri mengandung bahan kimia yang cukup berbahaya, baik yang dapat menyebar maupun yang dpat meledak, lokasi cukup dekat
dengan perumahan

2 Industri mengandung bahan kimia yang kurang berbahaya, baik yang dapat menyebar maupun yang dpat meledak, lokasi jauh dengan
perumahan

1 Industri mengandung bahan kimia yang tidak terlalu berbahaya, baik yang dapat menyebar maupun yang dpat meledak, lokasi sangat
jauh dengan perumahan

70
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan
3
B. KRITERIA PENILAIAN/PEMBOBOTAN PERINGATAN DINI
Penilaian Peringatan Dini Sistem dan Prasarana Peringatan Dini

Nilai Kriteria

5 Apabila di suatu daerah terdapat sistem dan Prasarana Peringatan Dini dan berfungsi efektif
4 Apabila di suatu daerah terdapat sistem dan Prasarana Peringatan Dini dan berfungsi efektif
3 Apabila di suatu daerah terdapat sistem dan Prasarana Peringatan Dini dan berfungsi tidak efektif
2 Apabila di suatu daerah terdapat sistem dan Prasarana Peringatan DIni, tetapi tidak berfungsi
1 Apabila di suatu daerah tidak terdapat sistem sistem dan Prasarana Peringatan Dini

C. KRITERIA PENILAIAN/PEMBOBOTAN KERENTANAN


Penilaian Kerentanan BANGUNAN

Nilai Kriteria

  Gempa: Lebih dari 80% bangunan didesain dan dikonstruksi tanpa perkuatan

 5 Tsunami: Lebih dari 80% bangunan berada di pingiran pantai dengan topografi yang landai

  Landslide: Lebih dari 80% bangunan berada di dekat lereng-lereng yang tinggi dan curam

  Gempa: 60-80% bangunan didesain dan dikonstruksi tanpa perkuatan

 4 Tsunami: 60-80% bangunan berada di pingiran pantai dengan topografi yang landai

  Landslide: 60-80% bangunan berada di dekat lereng-lereng yang tinggi dan curam

  Gempa: 40-60% bangunan didesain & dikonstruksi tanpa perkuatan (tahan gempa)

3  Tsunami: 40-60% bangunan berada di pingiran pantai dengan topografi yang landai

  Landslide: 40-60% bangunan berada di dekat lereng-lereng yang tinggi dan curam

  Gempa: 60-80% bangunan didesain & dikonstruksi dengan perkuatan (tahan gempa)

71
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
3 Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan

C. KRITERIA PENILAIAN/PEMBOBOTAN KERENTANAN (Lanjutan)

 2 Tsunami: 60-80% bangunan berada jauh dari pingiran pantai dengan topografi yang landai

  Landslide: 60-80% bangunan berada jauh dari lereng-lereng yang tinggi dan curam

  Gempa: 80-100% bangunan didesain & dikonstruksi dengan perkuatan (tahan gempa)

 1 Tsunami: 80-100% bangunan berada jauh dari pingiran pantai dengan topografi yang landai

  Landslide: 80-100% bangunan berada jauh dari lereng-lereng yang tinggi dan curam

Penilaian Kerentanan INFRASTUKTUR

Nilai Kriteria

Infrastruktur jalan/jembatan, jaringan pipa air PDAM, jaringan listrik PLN, dan jaringan telokomunikasi Telkom SANGAT RENTAN
5 terhadap masing-masing potensi bahaya: (a) Gempabumi, ((b) Tsunami), (c) Tanah longsor.

Infrastruktur jalan/jembatan, jaringan pipa air PDAM, jaringan listrik PLN, dan jaringan telokomunikasi Telkom RENTAN terhadap
4 masing-masing potensi bahaya: (a) Gempabumi, ((b) Tsunami), (c) Tanah longsor.

3 Infrastruktur jalan/jembatan, jaringan pipa air PDAM, jaringan listrik PLN, dan jaringan telokomunikasi Telkom CUKUP RENTAN
terhadap masing-masing potensi bahaya: (a) Gempabumi, ((b) Tsunami), (c) Tanah longsor.

2 Infrastruktur jalan/jembatan, jaringan pipa air PDAM, jaringan listrik PLN, dan jaringan telokomunikasi Telkom TAHAN/AMAN
terhadap masing-masing potensi bahaya: (a) Gempabumi, ((b) Tsunami), (c) Tanah longsor.

1 Infrastruktur jalan/jembatan, jaringan pipa air PDAM, jaringan listrik PLN, dan jaringan telokomunikasi Telkom SANGAT TAHAN/AMAN
terhadap masing-masing potensi bahaya: (a) Gempabumi, ((b) Tsunami), (c) Tanah longsor.

72
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan
3
C. KRITERIA PENILAIAN/PEMBOBOTAN KERENTANAN (Lanjutan)

Penilaian Kerentanan KEPADATAN PENDUDUK

Nilai Kriteria

5 Populasi penduduk sangat padat (>750 jiwa/km2) dan sangat rentan terhadap masing-masing potensi bahaya: (a) Gempabumi, ((b)
Tsunami), (c) Tanah longsor.

4 Populasi penduduk padat (501-750 jiwa/km2) dan rentan terhadap masing-masing potensi bahaya: (a) Gempabumi, ((b) Tsunami), (c)
Tanah longsor.

3 Populasi penduduk cukup padat (251-500 jiwa/km2) dan cukup rentan terhadap masing-masing potensi bahaya: (a) Gempabumi, ((b)
Tsunami), (c) Tanah longsor.

2 Populasi penduduk jarang (100-250 jiwa/km2) dan cukup aman terhadap masing-masing potensi bahaya: (a) Gempabumi, ((b)
Tsunami), (c) Tanah longsor.

1 Populasi penduduk sangat jarang (< 100 jiwa/km2) dan aman terhadap masing-masing potensi bahaya: (a) Gempabumi, ((b) Tsunami),
(c) Tanah longsor.

Penilaian Kerentanan PEREKONOMIAN

Nilai Kriteria

5 Perekonomian (diidentifikasi dari rata-rata mata pencaharian penduduk) sangat terganggu akibat dampak dari masing-masing potensi
bahaya: (a) Gempabumi, ((b) Tsunami), (c) Tanah longsor.

4 Perekonomian (diidentifikasi dari rata-rata mata pencaharian penduduk) terganggu akibat dampak dari masing-masing potensi
bahaya: (a) Gempabumi, ((b) Tsunami), (c) Tanah longsor.

3 Perekonomian (diidentifikasi dari rata-rata mata pencaharian penduduk) cukup terganggu akibat dampak dari masing-masing potensi
bahaya: (a) Gempabumi, ((b) Tsunami), (c) Tanah longsor.

2 Perekonomian (diidentifikasi dari rata-rata mata pencaharian penduduk) sedikit terganggu akibat dampak dari masing-masing potensi
bahaya: (a) Gempabumi, ((b) Tsunami), (c) Tanah longsor.

1 Perekonomian (diidentifikasi dari rata-rata mata pencaharian penduduk) tidak terganggu akibat dampak dari masing-masing potensi
bahaya: (a) Gempabumi, ((b) Tsunami), (c) Tanah longsor.

73
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
3 Tahap Pengembangan Skenario Kebencanaan

D. KAPASITAS DAERAH
Penilaian KAPASITAS DAERAH

Nilai Kriteria

Apabila pemerintah daerah, masyarakat, stakeholder terkait dan media sangat tidak siap menghadapi bencana
1
terutama gempabumi dan tsunami; kearifan lokal belum mengadopsi mengenai mitigasi bencana
Apabila pemerintah daerah, masyarakat, stakeholder terkait dan media tidak siap menghadapi bencana terutama
2
gempabumi dan tsunami; kearifan lokal belum mengadopsi mengenai mitigasi bencana
Apabila pemerintah daerah, masyarakat, stakeholder terkait dan media siap menghadapi bencana terutama
3 gempabumi dan tsunami tetapi belum memperoleh pelatihan-pelatihan penanggulangan bencana; kearifan lokal
sudah mengadopsi mengenai mitigasi bencana
Apabila pemerintah daerah, masyarakat, stakeholder terkait dan media siap menghadapi bencana terutama
4 gempabumi dan tsunami melalui indikator telah adanya pelatihan-pelatihan mengenai penanggulangan bencana;
kearifan lokal sudah mengadopsi mengenai mitigasi bencana
Apabila pemerintah daerah, masyarakat, stakeholder terkait dan media telah sangat siap menghadapi bencana
5 terutama gempabumi dan tsunami melalui indikator telah adanya pelatihan-pelatihan mengenai penanggulangan
bencana; kearifan lokal sudah mengadopsi mengenai mitigasi bencana

74
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Perencanaan
4

P EDOMAN
Pelaksanaan Latihan Kesiapsiagaan
Menghadapi Bencana Tsunami (Tsunami Drill)
untuk Kota dan Kabupaten

BAB 4

PERENCANAAN

75
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Perencanaan
4

74
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Perencanaan
4
BAB 4
PERENCANAAN

4.1. Umum
Tahap perencanaan secara garis besar terdiri dari :
1. Penetapan skenario risiko bencana dan upaya penanganan dan penanggulangannya
2. Penetapan skenario pelaksanaan tsunami drill target
3. Penetapan target
4. Penentuan lokasi pelaksanaan gladi dan Hari H
5. Penetapan skenario pelaksanaan tsunami drill target/ Pengembangan Run Down
5. Pembuatan indikator keberhasilan kegiatan
6. Pengembangan kemitraan

4.1.1. Penetapan Skenario Risiko Bencana dan Upaya Penanganan dan Penanggulangannya

Sebelum pelaksanaan tsunami drill, setiap kota/kabupaten harus menentukan dan menetapkan skenario
bencana mana yang akan dipakai dalam melakukan tsunami drill. Terdapat enam skenario yang
dikembangkan dalam pedoman ini yang dapat dilihat pada matriks 3.1 yang pada intinya terdiri dari :
• Skenario A1 : kondisi kerusakan sedang dengan sistem peringatan dini berjalan efektif
• Skenario A2 : kondisi kerusakan sedang dengan sistem peringatan dini berjalan tidak efektif
• Skenario B1 : kondisi kerusakan buruk dengan sistem sistem peringatan dini berjalan efektif
• Skenario B2 : kondisi kerusakan buruk dengan sistem sistem peringatan dini berjalan tidak efektif

77
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
4 Perencanaan

Pertimbangan-pertimbangan yang dapat digunakan dalam penetapan skenario antara lain adalah :
1. Disesuaikan dengan lokasi kota/kabupaten dengan mengacu kepada Gambar 4.1. Peta Wilayah/Zonasi
Kegempaan Indonesia apakah termasuk daerah yang rawan atau tidak terhadap bencana gempa dan
tsunami pada peta kegempaan dan peta rawan tsunami Indonesia. Apabila kota termasuk daerah
yang rawan dengan risiko tinggi terjadinya gempa dan tsunami maka skenario sedang atau buruk
dapat digunakan dalam pelaksanaan tsunami drill. Sedangkan bila kota/kabupaten terletak di lokasi
yang relatif sedang risikonya terhadap bencana gempa dan tsunami maka skenario kondisi kerusakan
sedang saja yang digunakan.
2. Disesuaikan dengan kondisi infrastruktur kota. Apabila infrastruktur yang ada mempunyai tingkat
kerentanan yang tinggi maka skenario yang dapat digunakan adalah skenario terburuk dimana
infrastruktur yang ada hancur semua akibat bencana gempa.

Gambar 4.1. Peta Wilayah gempabumi Indonesia (SNI, 1726-2002)

78
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Perencanaan
4
4.1.2 . Penetapan Target
Penentuan atau penetapan target masyarakat akan menentukan peranan masing-masing dalam tsunami
drill yang didasarkan pada kejadian bencana sesungguhnya. Target masyarakat ini dilibatkan dalam
keseluruhan kegiatan tsunami drill sehingga peran mereka tidak hanya sebagai pelaku pasif tetapi juga
pelaku aktif ataupun stakeholder yang menentukan dalam keseluruhan kegiatan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan sampai dengan keberlanjutan kegiatan tsunami drill pada masa-masa selanjutnya.
Minimum target masyarakat yang dapat dilibatkan dalam tsunami drill tingkat kota/kabupaten antara lain
terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut :

1. Pemerintah Daerah
2. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
3. Masyarakat umum
4. Masyarakat sekolah
5. Lembaga Swadaya Masyarakat - Non-government Organization
6. Media Massa
7. Dunia usaha (Corporate)

Masing-masing unsur masyarakat tersebut mempunyai tugas dan fungsi masing-masing dalam tsunami
drill.

(1) Pemerintah daerah : Sebagai penentu kebijakan di tingkat kota/kabupaten, pemerintah daerah dapat
bertindak sebagai fasilitator dalam penyelenggaraan berbagai upaya pengurangan risiko bencana antara
lain dalam tsunami drill. Dalam tsunami drill, elemen-elemen pemerintah daerah dapat menjalankan
berbagai fungsi dan perannya sebagai aparat yang bertanggung jawab dalam penanggulangan bencana
khususnya tsunami. Selain itu, pemerintah daerah berfungsi sebagai penyelenggara kegiatan mulai dari
tahap persiapan sampai dengan pelaksanaan tsunami drill.

79
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
4 Perencanaan

(2) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah : Sebagai lembaga legislatif, DPRD secara umum mempunyai
peran untuk mendorong unsur pemerintah memasukkan unsur-unsur pengurangan risiko bencana dalam
berbagai program-program pembangunan yang akan dilaksanakan di tingkat kota/kabupaten. Selain itu,
sebagai pembuat berbagai peraturan daerah, anggota DPRD dapat memasukkan elemen-elemen mitigasi
bencana antara lain tsunami drill sebagai salah satu bagian dalam pasal-pasal peraturan daerah termasuk
menyediakan dana pendukung. Dalam tsunami drill, anggota DPRD dapat terlibat sebagai peserta ataupun
observer yang menilai betapa pentingnya latihan tsunami dalam rangka meningkatkan kesiapan kota
menghadapi bencana.

(3) Masyarakat umum : sebagai anggota masyarakat suatu kota/kabupaten, masyarakat umum merupakan
target utama dalam pelaksanaan tsunami drill. Tokoh adat, tokoh agama dan tokoh masyarakat yang berada
di masyarakat umum dapat dilibatkan dalam pelaksanaan tsunami drill tokoh perantara untuk mengajak
peran serta masyarakat biasa dalam tsunami drill. Dengan pelibatan masyarakat umum dalam kegiatan
tsunami drill, mereka dapat menjadi meningkat kemampuannya dalam menghadapi bencana sehingga
pada akhirnya dapat mengurangi kerugian serta korban dalam kejadian bencana khususnya tsunami.

(4) Masyarakat sekolah : masyarakat sekolah yang terdiri dari pelajar/mahasiswa, guru/dosen, komite
sekolah dan lain lain perlu pula dilibatkan dalam kegiatan tsunami drill. Masyarakat sekolah terutama
pelajar merupakan salah satu elemen masyarakat yang sangat rentan menjadi korban dalam berbagai
kejadian bencana. Selain masyarakat umum, masyarakat sekolah merupakan unsur masyarakat dengan
jumlah yang paling banyak di tingkat kota/kabupaten. Maka suatu keharusan bahwa masyarakat sekolah
menjadi target dalam kegiatan tsunami drill.

(5) Lembaga Swadaya Masyarakat - Non-Government Organization : Lembaga Swadaya Masyarakat di


kalangan masyarakat kita merupakan bagian penting yang perlu dijadikan target dalam tsunami drill. LSM
dapat menjadi perpanjangan tangan pemerintah untuk mengadakan berbagai upaya pengurangan risiko

80
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Perencanaan
4
bencana di tingkat yang lebih kecil seperti kecamatan, kelurahan dan tingkat desa. Kemampuan LSM
untuk bergerak di akar rumput menjadi salah satu kekuatan yang dapat dimanfaatkan dalam menggerakan
masyarakat untuk terlibat dalam tsunami drill.

(6) Media massa : media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai peranan kuat dalam
mempengaruhi pengetahuan dan tingkah laku masyarakat. Dengan melibatkan media massa, dampak
berbagai upaya penanggulangan bencana menjadi lebih luas dan menjangkau ke pelosok-pelosok wilayah.
Pemanfaatan media massa sebagai sarana penyebarluasan informasi sangat efektif dari segi waktu
dan jumlah masyarakat yang dituju. Informasi pengurangan risiko bencana yang disebarluaskan melalui
berbagai saluran media massa secara tepat dan benar merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
kesadaran dan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana khususnya tsunami.

(7) Dunia Usaha (Corporate) : kalangan ini merupakan target penting dalam tsunami drill terutama karena
kemampuan kalangan ini dalam hal keuangan (financial). Dengan melibatkan kalangan bisnis, berbagai
kendala dalam hal keuangan dalam penyelenggaraan tsunami drill diharapkan dapat diminimalisir.
Kalangan ini juga penting untuk ditingkatkan kemampuannya dalam menghadapi bencana karena elemen
masyarakat ini bisa jadi dekat dengan berbagai hal yang dapat memicu kejadian bencana, seperti berbagai
industri yang menggunakan berbagai bahan kimia.

Selain penentuan target masyarakat yang dituju, penting untuk ditentukan dalam tsunami drill adalah
jumlah peserta yang akan dilibatkan. Penentuan jumlah peserta tergantung dari kesanggupan panitia dalam
menyelenggarakan tsunami drill yang erat kaitannya dengan ketersediaan dana dalam penyelenggaraan
tsunami drill. Semakin banyak penduduk yang dilibatkan dalam kegiatan, maka semakin baik pula
peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana khususnya tsunami.

81
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
4 Perencanaan

Dalam menentukan jumlah ini yang harus diperhatikan adalah :


1. Peserta mewakili unsur-unsur target masyarakat yang telah ditetapkan
2. Unsur Pemerintah Daerah terutama ditujukan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD)
3. Unsur masyarakat umum dan sekolah mencapai jumlah yang berimbang yaitu sebesar 50% masyarakat
umum dan 50% masyarakat sekolah.

4.1.3. Penentuan Lokasi Pelaksanaan Gladi dan Hari H


Dalam menentukan lokasi pelaksanaan kegiatan gladi dan Hari H, kriteria –kriteria yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut :
(1) Aspek teknis :
a. Lokasi yang dipilih merupakan salah satu lokasi yang tergenang pada peta
genangan/inundation map
b. Merupakan daerah rawan terhadap bahaya gempa
c . Merupakan daerah rawan tsunami
(2) Memberikan impact luas (ekonomi, sosial, lingkungan dan pariwisata),
(3) Mempertimbangkan aspek keamanan.

4.1.4. Penetapan Skenario Pelaksanaan Tsunami Drill/Pengembangan Run Down


Pelaksanaan tsunami drill ditetapkan berdasarkan skenario berikut ini :
1. Penyiapan sistem peringatan dini tsunami, dengan menyiapkan alur informasi dari BMG ke Pusdalops
BPBD/walikota atau bupati melalui five in one mode.
2. Penyiapan infrastruktur sistem peringatan dini evakuasi yang terdiri dari infrastruktur peringatan
evakuasi dan infrastruktur evakuasi.

82
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Perencanaan
4
3. Penyiapan aparatur pemerintah daerah yang terkait dengan penanganan dan penanggulangan bencana
dengan kegiatan yang dapat meningkatkan kesiapsiagaan aparat pemerintah daerah dan kapasitas
BPBD yang antara lain dalam bentuk lokakarya, TOT, Pengembangan SOP dan Contingency Plan
(TTS) dan Gladi Posko.
4. Penyiapan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
seperti kampanye media, kampanye pendidikan masyarakat serta kegiatan yang dapat meningkatkan
kesiapsiagaan masyarakat, seperti TOT, community development/pemberdayaan masyarakat dan
peningkatan kapasitas media

Pengembangan Run Down Tsunami Drill ditentukan berdasarkan golden time, yaitu saat-saat genting
penerbitan warning (peringatan) tsunami mulai terjadinya gempa sampai dengan saat akan terjadinya
tsunami. Golden time ini memerlukan waktu 30-35 menit yaitu mulai terjadinya gempa sampai dengan
terjadinya tsunami dimana diantara waktu-waktu tersebut BMG menerbitkan warning-warning (peringatan-
peringatan) yang akan menentukan response yang harus dilakukan terhadap gempa dan tsunami.

Selain golden time, dalam pengembangan run-down harus mempertimbangkan skenario bencana yang
akan dipilih apakah skenario A (A1, A2) atau skenario B (B1, B2).

Berdasarkan golden time dan skenario bencana yang telah ditetapkan, maka run down kegiatan pada
pelaksanaan hari H tsunami drill dapat dikembangkan. Desain run down yang merupakan acara keseluruhan
tsunami drill dapat dilakukan beberapa penyesuaian berdasarkan masukan dan kebutuhan di lapangan
sesuai kota/kabupaten bersangkutan. Rationale bahwa gempa dan tsunami dapat terjadi kapan saja
tanpa melihat waktu, dipakai sebagai acuan perencanaan desain acara terutama untuk acara pra tsunami.
Pelaksanaan hari H Tsunami Drill didesain berdasarkan beberapa fase kejadian yaitu :
1. Pra tsunami
2. Saat gempa dan tsunami
3. Pasca tsunami

83
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
4 Perencanaan

(1) Pra Tsunami


Aktivitas atau kegiatan pra tsunami dapat dilakukan pada beberapa titik/tempat dimana pengerahan massa/
masyarakat diadakan. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam acara pra tsunami adalah
sebagai berikut :
a. Penentuan Lokasi pusat kegiatan pengumpulan massa : kriteria untuk penentuan lokasi pusat kegiatan
pengumpulan massa, antara lain (1) dapat menampung massa/masyarakat dalam jumlah yang sangat
banyak, (2) berada di lokasi yang mudah dijangkau dan dikenal luas oleh masyarakat lokal, (3)
merupakan daerah/titik yang rawan terkena bencana tsunami. Pengumpulan massa dapat dilakukan
pada beberapa titik untuk menunjukkan berbagai aktivitas masyarakat dalam kenyataan sehari-hari.
b. Jenis acara untuk pengumpulan massa : penentuan jenis acara pra tsunami akan menentukan
keberhasilan dalam pengumpulan/pengerahan massa untuk mengikuti kegiatan tsunami drill. Jenis
acara yang dapat dilakukan untuk mengumpulkan massa antara lain : (1) bersifat menghibur masyarakat,
(2) memberikan insentif (antara lain berupa doorprize) kepada masyarakat karena rela datang untuk
mengikuti kegiatan tsunami drill, (3) meskipun merupakan latihan, desain acara pada saat kegiatan pra
tsunami dilakukan sealamiah mungkin mendekati kehidupan sehari-hari masyarakat setempat.

(2) Saat Gempa dan Tsunami


Pada saat terjadi gempa, maka penting untuk diinformasikan kepada masyarakat adalah apa yang harus
dilakukan saat terjadi gempa. Informasi mengenai duck, cover, hold perlu disampaikan baik pada saat
pelaksanaan acara pra tsunami maupun melalui media-media informasi yang yang digunakan dalam
sosialisasi dan kampanye untuk masyarakat yang dilaksanakan sebelumnya. Simulasi gempa dengan
menggunakan sound effect dapat membuat kejadian gempa seolah-olah benar-benar terjadi.

Warning (Peringatan) Tsunami (I s/d IV) : warning (peringatan) tsunami yang diterbitkan oleh BMG mulai
terjadi gempa sampai dengan terjadinya tsunami terdiri dari empat warning (peringatan). Warning-warning
(peringatan-peringatan) ini disampaikan kepada masyarakat melalui berbagai media baik modern (TV,
radio, saluran komunikasi RAPI) sampai dengan media tradisional (seperti kul kul di Bali, kentongan di
Jawa, bedug dsb). Penyampaian pesan warning (peringatan) dari BMG akan menentukan response yang

84
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Perencanaan
4
akan diambil baik oleh pemerintah daerah maupun masyarakat dalam menghadapi bencana gempa dan
tsunami. Sehingga keakuratan data dan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar merupakan hal
yang penting dalam penerbitan warning (peringatan) oleh BMG. Standar penerbitan warning (peringatan)
tsunami oleh BMG adalah terdiri dari empat warning (peringatan).
Setelah warning (peringatan I) dari BMG muncul dimana tsunami akan datang, maka harus dilakukan proses
evakuasi. Proses evakuasi dilakukan dari lokasi/titik-titik pengumpulan massa menuju tempat evakuasi
yang telah ditentukan sebelumnya. Diharapkan pada saat proses evakuasi, masyarakat melakukan dengan
serius dan berlari menuju tempat evakuasi untuk menghitung waktu evakuasi yang diperlukan bila tsunami
melanda.

Pada saat tsunami datang melanda suatu kota/kabupaten, masyarakat yang berada di lokasi-lokasi yang
berpotensi terkena tsunami diharapkan telah selesai melakukan proses evakuasi menuju tempat yang
aman. Masyarakat melakukan kegiatan di tempat evakuasi (tempat pengungsian) berupa aktivitas tanggap
darurat (emergency response) di berbagai tenda yang ada seperti tenda Poskotis, tenda media center,
dapur umum, tenda kesehatan (Pemberdayaan PMI), tenda darurat dan tenda keluarga, sanitasi lapangan
dan trauma relief. Melalui berbagai aktivitas ini, diharapkan Kelompok-kelompok tugas (Pokgas) dalam
Badan Penanggulangan Bencana Daerah dapat memahami dan mempraktekkan tugas dan tanggung
jawabnya saat terjadi bencana sementara masyarakat umum dapat lebih mengenal dan mengerti berbagai
kegiatan yang terkait dengan penanggulangan dan penanganan bencana.

(3) Pasca Tsunami


Kegiatan pasca tsunami dalam tsunami drill difokuskan pada pencarian dan penyelamatan korban di
daerah bencana yang dilakukan oleh Pokgas pencarian dan penyelamatan. Dapat pula dilakukan demo
triase dan evakuasi korban ke rumah sakit rujukan/terdekat yang dilakukan oleh Pokgas kesehatan. Run
Down Pelakasanaan hari H Tsunami Drill Banten 2007 dapat dilihat pada tabel 4.1.

85
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
4 Perencanaan

Tabel 4.1. Contoh Run Down Kota Cilegon – Tsunami Drill Banten 2007

NO WAKTU AKTIVITAS

1 06:00:00 – 07:00 PERSIAPAN KEGIATAN DI EMPAT LOKASI STARTING POINT (PANTAI LAPANGAN PT SELAGO, KAWASAN
INDUSTRI CIWANDAN, SMP NEGERI 9 CILEGON, DAN PEMUKIMAN DI KELURAHAN GUNUNG SUGIH)
2 07:00 – 08:00 DI PANTAI LAPANGAN PT SELAGO:
• Upacara Mengenang Detik-detik Bencana Gempa dan Tsunami Aceh 2004 dimulai (mengheningkan
cipta)
• Demo Teknologi Buoy Tsunami
3 08:00:00 TERJADI GEMPA:
Di lokasi: 6.5 LS dan 105.4 BT (sekitar Pulau Panaitan) dengan kekuatan 8.0 Mw (Skala Richter) &
kedalaman 20 km di bawah dasar laut.
4 08:00:15 – 08:00:45 GONCANGAN PADA SKALA VI - VII MMI DIRASAKAN OLEH MASAYARAKAT CIWANDAN SELAMA 30 DETIK
DENGAN 2 KALI GONCANGAN
5 08:01:45 SIMULASI KEBOCORAN DAN KEBAKARAN INDUSTRI SERTA RESPON INTERNAL EMERGENCY LEVEL II
INDUSTRI (TANPA BUNYI SIRENE)

6 08:05:00 BMG MENERBITKAN WARNING I UNTUK DIKIRIM KE INSTITUSI INTERFACE


“TES UJI COBA WARNING I: POTENSI TSUNAMI BESAR DI PANTAI BRT BANTEN; CIWANDAN, KKTAU
STEEL, ANYER, AKIBAT GEMPA MAG 8.0 JAM 8:00 WIB 180KM BRT DAYA CILEGON : BMG”
7 08:07:00 RESPON KETUA SATLAK UNTUK OPERASIONAL 24/7 RUPUSDALOP SATLAK KOTA CILEGON
1. Respon dari Satlak PB Kota Cilegon: Ruspusdalop 24/7  Pimpinan Satlak Cilegon (Walikota) 
Perintah Aktivasi Sirene + Crisis Center  Cordinator Zona 1, 2 dan 3 + Incident Commander 
Respon Pokgas Satlak sesuai dengan SOP RENKON

8 08:07:00 BMG MENERBITKAN WARNING II UNTUK DIKIRIM KE INSTITUSI INTERFACE


“TES UJI COBA WARNING II POTENSI TSUNAMI BESAR DI PANTAI BRT BANTEN JAM 08:38 ANYER 5M
CIWANDAN 5M KKTAU STEEL 4M, GEMPA MAG 8.0 JAM 8:00 WIB 180KM BRT DAYA CILEGON:BMG”

9 08:09 SIRENE EVAKUASI BERBUNYI


• VVIP, Tamu undangan beserta masyarakat dari PT Selago, Kawasan Industri Ciwandan, Desa Gunung
Sugih dan SMP 9 melakukan evakuasi menuju ke tempat evakuasi (assembly point) - Lapangan Panca
Puri, dengan difasilitasi oleh petugas Satgas terkait dalam rangka menjalankan SOP.
10 08:09 – 09:38 RESPON SATLAK PB CILEGON:
1. Kordinasi antara koordinator Pokgas dengan anggotanya dalam melaksanakan SOP tanggap
darurat
Tabel 4.1. Contoh RunRENKON
Down Kota Cilegon – Tsunami Drill Banten 2007 (Lanjutan)
2. Koordinasi incident commander dengan kordinator Pokgas, camp manager, crisis center serta
walikota.
3. Penetapan INNER CORDON AREA

86
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Perencanaan
4
Tabel 4.1. Contoh Run Down Kota Cilegon – Tsunami Drill Banten 2007 (Lanjutan)

NO WAKTU AKTIVITAS

11 08:38:00 TERJADI TSUNAMI :


GELOMBANG PERTAMA TSUNAMI MULAI MASUK DARATAN PANTAI CIWANDAN
12 08:48:00 BMG MENERBITKAN WARNING III UNTUK DIKIRIM KE INSTITUSI INTERFACE
“TES UJI COBA, WARNING III: TSUNAMI BESAR DI ANYER 08:35 5M CIWANDAN 08:40 5M KKTAU STEEL
08:40 4M AKIBAT GEMPA MAG 8.0 JAM 8:00 WIB 180KM BRT DAYA CILEGON : BMG”
13. 08:38:00 – 10:00:00 RESPON OPERASIONAL 24/7 CRISIS CENTER SATLAK KOTA CILEGON SETELAH TERJADI TSUNAMI
• COD di Crisis center
• INCIDENT COMMANDER MEMERINTAHKAN DANDIM 0623/CILEGON DAN KOORDINATOR ZONA II
UNTUK MENDIRIKAN POSKOTIS (POSKO TAKTIS)
• AKTIVITAS DI LOKASI EVAKUASI / ASSEMBLY POINT (LAPANGAN SEPAK BOLA PANCA PURI)
1. Pembentukan tempat evakuasi berdasarkan damage dan need assesment
2. Pembentukan camp pengungsi:
o Pengaturan dan pendataan pengungsi, pendirian tenda darurat, pendirian Rumah Sakit
lapangan, dll
o Simulasi tanggap darurat dari satgas kebencanaan (Perencanaan, Kesehatan, Sosial,
Rehabilitasi dan SAR)
14 10:00:00 BMG MENERBITKAN WARNING IV
”TEST UJI COBA WARNING IV: TSUNAMI YANG MELANDA KAWASAN PANTAI BANTEN TELAH BERAKHIR
: BMG”

15 10:10:00 - Selesai PROSES PENCARIAN & PERTOLONGAN KORBAN


1. PROSES TAGGING DAN DEKONTAMINASI OLEH NUBIKA AD
2. LAND CLEARING OLEH POKGAS REHABILITASI REKONSTRUKSI: ALAT BERAT PU
3. PROSES PENCARIAN DAN PERTOLONGAN KORBAN OLEH SATGAS SAR
4. PROSES TRIAGE OLEH POKGAS KESEHATAN  RUJUK KE RS

KEGIATAN DI TEMPAT PENGUNGSI: OLEH CAMP MANAGEMEN


1. PENDATAAN, POSKOTIS, TRAUMA RELIEF, TENDA PENGUNGSI
2. DAPUR UMUM, LOGISTIK, PENGADAAN WATSAN, AIR BERSIH
16 12:00:00 KEGIATAN TSUNAMI DRILL SELESAI
• Sambutan penutupan tuan rumah
• Sambutan VVIP
• Hiburan seni tradisional
• Door Prize
• Penutup

PRESS RELEASE VVIP DI: MEDIA CENTER DI PANCA PURI

87
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Perencanaan
4
4.1.5. Penetapan Indikator Keberhasilan Kegiatan
Untuk menentukan keberhasilan suatu kegiatan tsunami drill, maka perlu dibuat indikator-indikator
keberhasilan kegiatan. Berhasil tidaknya kegiatan tsunami drill akan dijadikan sebagai suatu evaluasi bagi
penyelenggara dalam rangka memperbaiki kegiatan sejenis pada masa-masa selanjutnya.

Beberapa aspek yang dapat dijadikan sebagai indikator dalam keberhasilan tsunami drill adalah:
a. Aspek peringatan dan pengambilan keputusan
b. Aspek Evakuasi dan bantuan tanggap darurat
c. Aspek Pencarian dan penyelamatan

4.1.6. Pembuatan Indikator Keberhasilan Kegiatan (Setting Performance Indicator)


Kegiatan Tsunami drill merupakan kegiatan yang sangat kompleks mulai dari persiapan, perencanaan
sampai dengan pelaksanaan. Oleh karena itu, kemitraan merupakan langkah yang sangat penting
harus dilakukan. Membangun kemitraan dilakukan dengan berbagai stakeholder yang terkait dengan
penyelenggaraan mulai dari intern Pemerintah Kota/Kabupaten yang terdiri dari Dinas-Dinas, DPRD, LSM,
masyarakat umum sampai dengan dunia usaha (corporate).

88
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pelaksanaan
5

P EDOMAN
Pelaksanaan Latihan Kesiapsiagaan
Menghadapi Bencana Tsunami (Tsunami Drill)
untuk Kota dan Kabupaten

BAB 5

PERSIAPAN DAN
PELAKSANAAN

89
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pelaksanaan
5

90
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pelaksanaan
5
BAB 5
P E R S IAPAN DAN PELAKSANAAN

Dalam tahap pelaksanaan, semua hal yang telah dibuat dan dikembangkan dalam tahap perencanaan
dilakukan. Tahap pelaksanaan ini terdiri dari :
1. Pelaksanaan kegiatan sebelum gladi (Pra- Gladi)
2. Gladi – tes
3. Hari-H

5.1. Pelaksanaan Kegiatan Sebelum Gladi (Pra-Gladi)

Sebelum pelaksanaan Gladi, ada tiga kegiatan yang dilakukan yaitu :


1. Konsolidasi panitia inti
2. Penyiapan Sistem Peringatan Dini Tsunami (TEWS)
3. Penyiapan Infrastruktur Sistem Peringatan Dini Evakuasi
4. Penyiapan Aparatur Pemerintah Daerah yang terkait Penanggulangan Bencana
5. Penyiapan Masyarakat

5.1.1. Konsolidasi Panitia

Pada tahap ini, kepanitiaan khususnya bagian pelaksanaan harus sudah mulai melakukan koordinasi dan
konsolidasi untuk keperluan pelaksanaan tsunami drill. Berbagai rapat koordinasi dan pembuatan check
list kegiatan perlu dilakukan untuk setiap tahap pelaksanaan kegiatan secara detail.

5.1.2. Penyiapan Sistem Peringatan Dini Tsunami (Ina-TEWS)

Penyiapan sistem peringatan dini tsunami merupakan bagian struktur dari komponen kultur skenario besar
(grand design) Ina-TEWS. Beberapa infrastruktur dasar yang diperlukan dalam sistem peringatan dini

91
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
5 Pelaksanaan

tsunami dan perlu dimiliki oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah diantaranya adalah penyiapan
alur informasi peringatan tsunami dari BMG ke Rupusdalops Satlak PB atau BPBD Kota dan Kabupaten.
Alur informasi menggunakan multi moda akan menentukan pengambilan keputusan oleh walikota atau
bupati serta menentukan keberhasilan penyebaran warning (peringatan) ke masyarakat.

5.1.3. Penyiapan Aparatur Pemerintah Daerah Yang Terkait Penanggulangan Bencana

Pengembangan infrastruktur sistem peringatan dini evakuasi terdiri dari :


• Standard infrastruktur peringatan evakuasi :
1. Rupusdalops/Crisis Center
2. Sirine
3. Alat komunikasi 5 in 1 mode: (dari BMG ke Ketua Pusdalops BPBD yakni komputer/internet (email),
fax, telepon, SMS, alarm
4. Rambu dan baliho (sign board)
5. Peta dan rute evakuasi
6. Tempat pengungsi dan/atau penampungan sementara (Evacuation area/shelter)

Gambar 5.1.Local Sirine di Cilegon 2007 dan di Denpasar 2006

92
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pelaksanaan
5
• Pendukung Infrastruktur evakuasi seperti kulkul, bedug dsb.

Dalam hal penyiapan rambu dan baligo, tahapan kegiatan untuk hal ini adalah sebagai berikut :
• Pembuatan rambu dan baliho : dibuat sesuai dengan desain yang telah direncanakan yaitu menggunakan
standar standar yang meliputi ukuran, warna, simbol, jumlah dan isi pesan dalam rambu. Sementara
dalam desain baliho yang harus diperhatikan adalah ukuran yang harus besar, dan pesan/informasi
yang akan disampaikan harus mudah dimengerti.

Gambar 5.2. Peninjauan Menristek untuk kesiapsiagaan Pelaksanaan Tsunami Drill

93
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
5 Pelaksanaan

• Survey lokasi pemasangan rambu dan baliho berdasarkan peta jalur evakuasi : Melalui survey dapat
ditentukan titik-titik pemasangan rambu untuk keperluan pelaksanaan Tsunami Drill. Penempatan
rambu harus mengikuti persyaratan antara lain harus berada di daerah genangan, di pinggir pantai
dan di sepanjang rute evakuasi. Penempatan rambu di sepanjang rute evakuasi antara lain di jalan-
jalan perempatan, mudah dilihat, di daerah padat penduduk. Sementara penempatan baliho adalah di
tempat-tempat strategis yang mudah dilihat oleh masyarakat.
• Penetapan dan pemasangan rambu dan baliho : setelah dilakukan survey, penetapan dan pemasangan
rambu dan baliho dapat dilakukan.

Gambar 5.3. Contoh Crisis Center Kota Cilegon dan DKI Jakarta

94
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pelaksanaan
5
Sebelum pelaksanaan gladi dan Hari H, semua infrastruktur fisik tersebut harus dicek ulang dan diuji
apakah bisa berjalan atau tidak.

Uji coba/test sistem peringatan dini tsunami perlu dilakukan secara simultan dengan kesiapan
masyarakat dan aparat pemerintah daerah.

Selain itu perlu pula dilakukan pemeliharaan dari berbagai komponen struktur yang telah disiapkan
dalam rangka penyelenggaraan Tsunami Drill.

5.1.4. Penyiapan Aparatur Pemerintah Daerah Yang Terkait Penanggulangan Bencana

5.1.4.1. Workshop/Lokakarya
Workshop atau lokakarya di kalangan pemerintah daerah dilakukan sebagai langkah awal untuk persiapan
pelaksanaan dan sosialisasi berbagai kegiatan terkait Tsunami Drill. Workshop/lokakarya ini penting
dilakukan karena peran ganda pemerintah daerah dalam kegiatan Tsunami Drill yaitu :
1. Sebagai pelaku dalam Tsunami Drill : ditujukan terutama kepada Pokgas-Pokgas dalam BPBD yang
mempunyai peran penting dalam situasi atau kondisi tanggap darurat bencana
2. Sebagai penyelenggara/panitia : bertanggung jawab dalam keseluruhan kegiatan tahap demi tahap
Tsunami Drill sehingga dapat berjalan lancar dan sukses.

5.1.4.2. TOT
TOT (Training for Trainer) untuk aparat pemerintah daerah dilakukan bersama-sama dengan unsur
masyarakat lainnya.

TOT merupakan kesempatan bagi aparat pemerintah meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan
kesiapsiagaan dalam merespon warning tsunami yang diterbitkan oleh BMG sampai memobilisasi

95
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
5 Pelaksanaan

massa untuk evakuasi serta tindak tanggap darurat pada saat dan paska tsunami. Dalam TOT diajarkan
berbagai pengetahuan mengenai kebencanaan dan penanganan bencana gempa dan tsunami.

Secara umum, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan TOT adalah sebagai berikut :
1. Melibatkan peserta yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat yaitu masyarakat umum,
masyarakat sekolah, anggota DPRD, LSM dan institusi lainnya yang terkait dengan penanggulangan
bencana.
2. Melibatkan ahli dibidangnya dalam penyampaian materi-materi dalam TOT
3. Materi pelatihan didesain melingkupi pengenalan dan pemahaman gejala alam yang dapat
menimbulkan gempa bumi dan tsunami, pengenalan lingkungan sekitar terhadap potensi gempabumi
dan tsunami, pemahaman konsep kebencanaan serta penanggulangan dan penanganan bencana,
pemahaman peran serta masyarakat beserta pemerintah dalam penanganan bencana dan
peningkatan kapasitas masyarakat dan aparat pemerintah dalam meningkatkan kesiapsiagaan untuk
antisipasi bencana gempa bumi dan tsunami di masa mendatang
4. Metode penyampaian informasi dalam TOT tidak hanya dilakukan melalui ceramah namun disertai
pula dengan diskusi kelompok, role play serta melakukan praktek secara langsung melalui berbagai
percobaan-percobaan yang terkait dengan bencana gempa dan tsunami serta penanganannya
termasuk didalamnya pembuatan peta bencana, jalur dan tempat evakuasi, serta latihan simulasi
evakuasi gempa dan tsunami.

96
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pelaksanaan
5

Gambar 5.4. TOT Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Gempa dan Tsunami

5.1.4.3. Table Top Simulation Melalui Pengembangan SOP untuk Penanggulangan Bencana
Tsunami
Kegiatan ini melibatkan aparat pemerintah daerah yang bergabung dalam Pokgas-Pokgas Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) didampingi unsur masyarakat/stakeholder masyarakat.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Table Top Simulation adalah :
1. Dilakukan dalam situasi informal dan didesain melalui diskusi yang konstruktif diantara peserta.
2. Para peserta menentukan dan berupaya menyelesaikan permasalahan yang ada terkait dengan
bencana dimana penyelesaian didasarkan pada perencanaan dan prosedur yang sudah ada.
3. Setiap peserta diharapkan dapat mengemukakan serta mendiskusikan permasalahan dan penyelesaian
masalah secara mendalam.
4. Table Top Simulation harus memiliki maksud dan tujuan yang khusus serta menggunakan skenario
bencana dalam menentukan dan menyelesaikan permasalahan yang ada.

97
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
5 Pelaksanaan

Gambar 5.5. Kegiatan Table Top Simulation

Tujuan dari diselenggarakannya kegiatan Table Top Simulation adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengidentifikasi kapasitas yang ada dari institusi pemerintah daerah yang terkait dengan
penanganan dan penanggulangan bencana (BPBD) khususnya terhadap bencana gempa dan
tsunami.
2. Untuk mengidentifikasi kesiapsiagaan yang ada dari aparat pemerintah daerah dalam BPBD dan
kesiapsiagaan masyarakat dalam mengantisipasi bencana gempa dan tsunami.
3. Untuk meningkatkan kapasitas institusi pemerintah daerah yang berada dalam masing-masing Pokgas
BPBD dengan pembagian tugas dan peran yang jelas (who is doing what) dalam penanganan dan
penanggulangan bencana gempa dan tsunami khususnya dari sisi tanggap darurat (emergency
response).
4. Untuk meningkatkan kapasitas personel-personel dari institusi yang berada dalam masing-masing
Pokgas BPBD dengan pembagian tugas dan peran yang jelas dalam penanganan dan penanggulangan
bencana gempa dan tsunami khususnya dari sisi tanggap darurat (emergency respons).
5. Tercapainya kesinergian antara aparat pemerintah dan masyarakat dalam upaya penanganan dan
penanggulangan bencana gempa dan tsunami khususnya dari sisi tanggap darurat (emergency
respon).

98
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pelaksanaan
5
6. Terbentuknya kesinergian antara aparat pemerintah daerah dan masyarakat dalam penyelenggaraan
Tsunami Drill melalui penyelenggaraan simulasi gladi lapangan untuk upaya penanganan dan
penanggulangan bencana gempa dan tsunami khususnya dari sisi tanggap darurat (emergency
respon).

Salah satu bagian penting dari kegiatan atau proses yang dihasilkan dalam Table Top Simulation adalah
pengembangan SOP (Standard Operation Procedur) atau PROTAP (Prosedur Tetap) Tanggap Darurat
atau Rencana Kontijensi (Contingency Plan) dari Satlak PB atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) untuk tanggap darurat bencana. Prosedur tetap ( Protap) adalah petunjuk tata cara bertindak baku
sesuai dengan fungsi masing-masing yang telah ditetapkan dalam PROTAP secara terkordinir sehingga
tindakan yang dilakukan dapat mencapai sasaran yang maksimal secara berdaya guna dan berhasil
guna.

Tahap awal dari pengembangan SOP/Protap adalah melalui analisis SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity and Threat) untuk dasar penyusunan matriks tanggung jawab.

Dengan bantuan audio visual, benang dan lain-lain penyusunan SOP dilakukan dengan prosedur sebagai
berikut :
1. Analisis SWOT
2. Penyusunan matriks Tanggung Jawab
3. Table Top Simulation

(1) Analisis SWOT


Bertujuan untuk mengidentifikasi stakeholder dan peranan masing-masing. Adapun materi yang
didiskusikan dalam tahap ini antara lain adalah :
1. Perumusan bentuk organisasi yang dapat mengakomodasi tsunami warning

99
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
5 Pelaksanaan

2. Perumusan tugas, pokok dan fungsi dari masing-masing anggota Pokgas yang tergabung dalam Badan
Penanggulangan Bencana Daerah
3. Simulasi Gladi Posko anggota Badan Penanggulangan Bencana Daerah
4. Koordinasi anggota dalam persiapan pelaksanaan Gladi

Adapun stakeholder yang terlibat dalam pengembangan SOP/PROTAP adalah institusi-institusi yang
tergabung dalam Satlak PB atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah berdasarkan PERPRES No.
8 Tahun 2008 dari pemerintahan daerah tingkat kota/kabupaten. Berdasarkan PERPRES 83 Tahun 2005
tentang Bakornas PB, Unsur Satlak PB biasanya terdiri dari beberapa Pokgas (kelompok tugas) yang
antara lain adalah :
1. Pokgas Pencarian, Pertolongan dan Penyelamatan ; Tugas utama dari Pokgas ini adalah bertanggung
jawab dalam pencarian, pertolongan dan penyelamatan pada korban bencana di lokasi dimana kejadian
bencana terjadi. Anggota Pokgas ini terdiri dari Kodim, Asisten Pemerintahan Sekretaris Daerah,
Poltabes Kota c/q Kasubag. Binmas, Kesbang dan Linmas Kota, Trantib dan Satpol PP Kota, Kantor
SAR Kota, Dinas Kebakaran Kota, Kantor KPDE Kota, Bag. Humas Setda Kota, Dinas Perhubungan,
Satgas Hansip Desa/Kelurahan, Masyarakat setempat, ORARI, PMI, Kantor BMG Wilayah Kota, dan
Perusahaan Daerah PAM.
2. Pokgas Kesehatan; Pokgas ini bertugas untuk menangani korban dan evakuasi korban bencana.
Anggota Pokgas ini terdiri dari Dinas Kesehatan, Asisten Administrasi Sekretaris Kota, PMI, R.S.U.D,
Puskesmas-Puskesmas dan Kelompok awam terlatih.
3. Pokgas Rehabilitasi, Rekonsiliasi dan Relokasi; pada saat bencana Pokgas ini bertanggung jawab
dalam pendirian tenda, pengangkutan/evakuasi korban ke area evakuasi dan melakukan pendataan
dan inventarisasi yang meliputi kerusakan sarana dan prasarana yang ada setelah terjadi bencana.
Pokgas ini juga menyediakan data ketersediaan alat-alat berat yang menunjang dalam penanganan
bencana serta kepemilikan alat tersebut sehingga dapat dengan mudah untuk dimanfaatkan ketika

100
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pelaksanaan
5
diperlukan. Sementara data kerusakan yang diinventarisasi meliputi prasarana berupa jalan dan
jembatan, perkantoran, fasilitas perdagangan/pasar, prasarana pendidikan, tempat ibadah, permukiman,
jaringan utilitas, sarana dan prasarana pertanian dan kelautan serta rehabilitasi fisik yang diperlukan
untuk masing-masing sarana dan prasarana tersebut. Anggota Pokgas ini terdiri dari Dinas Pekerjaan
Umum, Asisten Administrasi Pembangunan Sekretaris, Poltabes Kota c/q Kabag Bina Mitra, Kodim,
Dinas Perhubungan, Bag. Perlengkapan Setda, Bag. Keuangan Setda, BAPPEDA, Dinas Pendidikan,
Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Camat se- Kota, Kepala
Desa/Lurah pada lokasi bencana, Satgas Hansip Desa/Kelurahan se-Kota.
4. Pokgas Sosial; dengan anggota-anggota terdiri dari Dinas Kesejahteraan Sosial, Bag. Kesra Setda
Kota, PMI Kota, Organisasi Kewanitaan, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Kantor Agama,
Pramuka, Organisasi Kepemudaan, Forum Kerukunan Antar Umat Beragama ( FKUB ), Bag. Umum
Setda Kota, Kadin Kota.

(2) Penyusunan matriks Tanggung Jawab


Untuk dapat mendeskripsikan peran, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing kelompok-
kelompok tugas yang ada dalam Satlak PB dilakukan identifikasi dan simulasi mengenai peran, wewenang
dan tanggung jawab mereka dalam menangani bencana gempa bumi dan tsunami untuk kepentingan
kegiatan Tsunami Drill sebagai dasar pembuatan SOP Tanggap Darurat Tsunami atau Rencana Kontijensi
Tsunami.

Untuk dapat memperoleh bagaimana peran, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing kelompok-
kelompok tugas, tahapan simulasi di bagi dalam beberapa waktu kejadian yang kritis sesuai dengan Run
Down implementasi Tsunami Drill yang telah dikembangkan/dibuat pada tahapan sebelumnya. Hasil ini
diperoleh melalui diskusi yang dilakukan di antara personel-personel yang ada dalam Kelompok-Kelompok
Tugas masing-masing. Run Down merupakan urutan rentetan acara yang akan dilaksanakan dalam
kegiatan Tsunami Drill.

101
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
5 Pelaksanaan

Dalam proses ini, Kelompok-kelompok tugas yang ada bisa diperluas sesuai dengan kebutuhan di tingkat
kota/kabupaten masing-masing. Sebagai contoh pada saat pelaksanaan Tsunami Drill 26 Desember
2006 di Bali, Pokgas yang tadinya berjumlah 4 diperluas menjadi 6 Pokgas dengan penambahan Pokgas
Kesiapsiagaan dan Pokgas Masyarakat.

Gambar 5.6. Suasana Table Top Simulation

(3) Table Top Simulation


Kegiatan ini merupakan tahap uji coba pembuatan matriks tanggung jawab atau draft SOP dimana tahap
ini perlu dilakukan sebelum gladi lapangan. Adapun materi yang didiskusikan dalam Table Top Simulation
adalah sebagai berikut:
1. Penyempurnaan bentuk organisasi yang dapat mengakomodasi tsunami warning
2. Penyempurnaan tugas, pokok dan fungsi dari masing-masing anggota Pokgas yang tergabung dalam
Satlak PB Kota
3. Penyempurnaan simulasi Gladi Posko anggota Satlak PB Kota
4. Koordinasi anggota dalam persiapan pelaksanaan Gladi dan Hari H

102
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pelaksanaan
5
Table Top Simulation melibatkan seluruh anggota Pokgas-Pokgas Satlak PB untuk mengantisipasi bencana
gempa dan tsunami. Diskusi yang dilakukan pada waktu pelaksanaan Table Top Simulation kedua lebih
memfokuskan pada penjabaran prosedur-prodesur tetap dalam penanganan bencana yang telah ada di
masing-masing Kelompok Tugas untuk draft SOP atau Rencana Kontijensi.
Table Top Simulation dapat dilakukan beberapa kali sampai dirasakan SOP yang dikembangkan cukup
mapan dan siap dilaksanakan. Bila perlu dapat ditambah dengan kegiatan gladi posko untuk memperkuat
pengembangan institusi kelompok-kelompok tugas.

5.1.5 Penyiapan Masyarakat


5.1.5.1. Peningkatan Kesadaran Masyarakat

Kegiatan peningkatan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat berupa sosialisasi dan kampanye dalam
bentuk :
1. Kampanye melalui Media (Media Campaign)
2. Kampanye Pendidikan Masyarakat (Public Education Campaign)

(1) Kampanye melalui Media (Media Campaign)

Penyebarluasan informasi mengenai hal-hal terkait Tsunami Drill perlu pula dilakukan melalui berbagai
media seperti leaflet, flyer, poster, spanduk, baliho peta evakuasi, advertisement dan PSA.
Penyebaran serta pemasangan media campaign tersebut dilakukan diberbagai tempat umum dimana
masyarakat berpotensi datang dan membaca pesan-pesan (informasi) yang disampaikan dalam berbagai
media campaign tersebut.

Media campaign dalam bentuk leaflet dan flyer disebarluaskan di tempat-tempat seperti di perempatan
lampu merah, kampus, pasar, supermarket, mal dan sebagainya. Poster, spanduk, advertisement dan
PSA ditempel di tempat-tempat strategis yang memungkinkan masyarakat untuk membaca informasi yang
disampaikan. Sementara baliho peta evakuasi dipasang di sepanjang jalur evakuasi yang akan dilalui
dalam pelaksanaan Tsunami Drill.

103
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
5 Pelaksanaan

(2) Kampanye Pendidikan Masyarakat (Public Education campaign)

Dalam rangka peningkatan pengetahuan masyarakat, sebagai rangkaian kegiatan Tsunami Drill juga
perlu dilakukan pengembangan dan penyebarluasan informasi dalam rangka kampanye pendidikan untuk
masyarakat. Kegiatan ini dilakukan melalui berbagai media seperti :

Gambar 5.7. Kegiatan Pendidikan kepada Masyarakat

i. Buku, booklet, panduan: disebarluaskan secara terbatas melalui kegiatan TOT (training for trainer),
Community Development, workshop dan sosialisasi ke berbagai lembaga dan sebagainya. Materi
dalam buku, booklet dan panduan lebih mendalam dan informatif serta dilengkapi dengan gambar dan
warna yang membantu masyarakat dalam memahami informasi/pesan yang disampaikan.

104
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pelaksanaan
5

Gambar 5.8. Talk Show di TV

ii. Talkshow : TV dan/atau Radio


Media massa yang cukup banyak dilihat dan didengar oleh masyarakat umum adalah televisi dan
radio. Maka melalui media massa ini, kegiatan Tsunami Drill dapat disebarluaskan dalam bentuk
talkshow yang merupakan upaya penyebarluasan informasi kegiatan kepada publik/masyarakat yang
lebih luas. Dengan kemampuan media massa seperti TV dan Radio, diharapkan masyarakat umum
dapat mengetahui dan terlibat dalam kegiatan Tsunami Drill. Selain itu, melalui pemaparan berbagai
informasi yang terkait dengan kebencanaan lewat talkshow dapat meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat akan pentingnya kesiapan terhadap bencana dan masyarakat dapat memahami
akan manfaat dari mengikuti kegiatan Tsunami Drill.

105
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
5 Pelaksanaan

iii. Pameran
Dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat menghadapi bencana gempa
dan tsunami, dapat pula dilakukan pameran mengenai kebencanaan sebagai salah satu rangkaian
kegiatan Tsunami Drill. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan pameran adalah
sebagai berikut :
• Tema : penentuan tema adalah dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat
(raising awareness)
• Waktu : pelaksanaan pameran diupayakan sebelum gladi sampai dengan Hari-H agar pada saat
gladi/latihan masyarakat mengetahui benar apa manfaat dari kegiatan Tsunami Drill bukan karena
sekedar ikut-ikutan
• Material : pameran yang dilaksanakan difokuskan pada Photo dan film tentang bencana tsunami
di Indonesia dan atau Negara lain
• Tempat : tempat pelaksanaan pameran yang ideal adalah di lokasi Tsunami Drill dalam rangka
memobilisasi / mengerahkan masyarakat dalam jumlah yang lebih banyak

5.1.5.2. Peningkatan Kesiapsiagaan Masyarakat


Pelatihan kepada masyarakat dilaksanakan dalam bentuk TOT dan pemberdayaan masyarakat (Community
Development).

(1) TOT (Training for Trainer) untuk Pemangku Kepentingan dan masyarakat

TOT (Training for Trainers) merupakan langkah awal dari program penyiapan masyarakat dan pemangku
kepentingan. Mengingat pengetahuan kebencanaan dan penanganan bencana gempa dan tsunami pada
umumnya masih merupakan hal baru baik bagi masyarakat, maka idealnya pemberdayaan masyarakat
perlu pula mencakup seluruh stakeholder dari ‘masyarakat’ yaitu mulai dari pemerintah daerah, anggota
DPRD, dunia usaha (corporate), wartawan (media massa), LSM sampai masyarakat umum dan sekolah.

106
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pelaksanaan
5
Hal ini dilakukan untuk dapat mengakomodasi adanya pergeseran paradigma dalam penanganan dan
penanggulangan bencana dimana penanganan bencana adalah bukan semata-semata tanggung jawab
pemerintah daerah tetapi adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat beserta
stakeholder terkait.
Melalui kegiatan TOT, diharapkan masyarakat dapat :
1. Meningkat pengetahuannya tentang gejala alam yang seringkali menimbulkan bencana, khususnya
gempa bumi dan tsunami.
2. Meningkat pengetahuannya tentang cara-cara mengurangi dampak bencana dan menyiagakan diri.
3. Meningkat pengetahuannya dalam pembuatan Action Planning berbasis masyarakat untuk menghadapi
bencana tsunami.
4. Menggali kearifan lokal dalam menghadapi bencana.
5. Menjadi para trainer yang siap melatih dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat (Community
Development).
6. Bersinergi dengan aparat pemerintah daerah yang mewakili unsur BPBD dalam pemahamannya
terhadap penanggulangan dan penanganan bencana yang berbasis masyarakat.

(2) Pemberdayaan Masyarakat (Community Development)

Pemberdayaan masyarakat (Community Development) merupakan upaya pelatihan langsung kepada


masyarakat mengenai antisipasi yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam menghadapi bencana
tsunami. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan ini adalah :
1. Adanya fasilitator di masyarakat yang menjadi trainer dan merupakan alumni TOT yang dilakukan
sebelumnya.
2. Fasilitator/trainer diupayakan merupakan tokoh adat, agama atau tokoh masyarakat setempat yang
didengar oleh masyarakat sehingga memudahkan dalam melakukan pelatihan langsung kepada
masyarakat.

107
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
5 Pelaksanaan

3. Adanya pendampingan fasilitator/trainer oleh Community Development Specialist agar penyampaian


materi pelatihan langsung kepada masyarakat terarah.
4. Selain masyarakat umum, salah satu target dalam kegiatan Community Development adalah
masyarakat sekolah yang terdiri dari pelajar, guru, komite sekolah dan sebagainya.
Pada akhir kegiatan pemberdayaan masyarakat (Community Development) diharapkan dapat terjadi :
a. Peningkatan kesiapsigaaan masyarakat umum dalam menghadapi bencana gempa dan tsunami melalui
proses community learning dimana “masyarakat” belajar membuat Rencana Tindak (Community Action
Plan) sebagai langkah awal persiapan menghadapi bencana.
b. Peningkatan kesiapsiagaan masyarakat sekolah terutama murid-murid/anak-anak sekolah dari tingkat
SD, SMP hingga tingkat SMA dalam menghadapi bahaya gempa dan tsunami melalui direct learning
dan learning by doing di sekolah masing-masing sebelum gladi lapangan dan acara puncak di Hari H.
c. Terjadinya snow balling effect di masyarakat dalam pembelajaran mengenai bencana gempa dan
tsunami dengan melibatkan alumni TOT yang menjadi trainer di masyarakat maka terjadi peningkatan
jumlah masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang kesiapsiagaan terhadap bencana Gempa dan
Tsunami.
d. Tersosialisasikannya kepada masyarakat yang lebih luas tentang program dan kegiatan Tsunami Drill
sehingga Tsunami Drill dapat berjalan lancar dan sukses tanpa menimbulkan kepanikan yang tidak
perlu.
Adapun jumlah masyarakat terlatih yang diharapkan dapat mengikuti kegiatan Tsunami Drill adalah 10%
dari jumlah peserta yang ditargetkan oleh penyelenggara.

108
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pelaksanaan
5

Gambar 5.9. Suasana Acara Pemberdayaan Masyarakat Gambar 5.10. Pemberdayaan Masyarakat di Lingkungan Kampung
di sebuah Sekolah Lanjutan Pertama

Gambar 5.11. Sosialisasi Awal dalam kegiatan Pemberdayaan Gambar 5.12. Coaching dalam kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
Masyarakat

109
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
5 Pelaksanaan

Penentuan Lokasi Pemberdayaan Masyarakat (Community Development)


Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Tsunami Drill, pemberdayaan masyarakat merupakan upaya
untuk mengerahkan massa dalam kegiatan. Karena kegiatan ini akan menentukan jumlah peserta
yang terlibat, maka perlu pula dibuat kriteria dalam memilih lokasi kegiatan pemberdayaan masyarakat
(Community Development) yaitu :
1. Mewakili lokasi yang berpotensi tergenang tsunami.
2. Mewakili kepadatan penduduk dan strata.
3. Adanya azas pemerataan untuk beberapa lokasi.

5.1.5.3. Peningkatan Kapasitas Media

Peningkatan kapasitas media dilakukan melalui penyelenggaraan semacam training atau pencerahan
kepada wartawan untuk dapat menulis berita dengan baik tanpa memunculkan ketakutan atau salah
persepsi di masyarakat.

Training untuk wartawan ini antara lain dapat diisi mengenai materi yang lebih didasarkan pada manajemen
bencana secara umum serta bagaimana peran media pada sebelum, saat dan setelah bencana. Selain
itu mengenai hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam penulisan berita mengenai bencana serta
bagaimana tips meliput dan menuliskan/menayangkan berita bencana serta mewawancarai dalam kondisi
bencana. Materi-materi tersebut diharapkan dapat memberikan pencerahan kepada para wartawan
terutama pada aspek peningkatan pengetahuan mengenai manajemen bencana.

5.2. Gladi – Test


Gladi merupakan uji coba dari berbagai tahap persiapan yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam
pelaksanaan gladi ini akan terlihat sejauhmana kelancaran berbagai hal yang telah direncanakan dan
dipersiapkan untuk kemudian dievaluasi dalam rangka pelaksanaan Hari H. Pelaksanaan gladi lapangan
merupakan implementasi run-down yang telah dibuat dari menit ke menit mulai kegiatan pra tsunami, saat
tsunami sampai dengan pasca tsunami.

110
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pelaksanaan
5
Berdasarkan pelaksanaan gladi, evaluasi dapat dilakukan mulai dari pelaksanaan evakuasi, bagaimana
response masyarakat sampai pada pelaksanaan peran dan tugas berbagai kelompok kerja BPBD. Dari
hasil evaluasi ini dilakukan berbagai revisi agar pelaksanaan hari H berjalan lancar dan sesuai dengan
tujuan yang diharapkan.

Gambar 5.13. Suasana Gladi Tsunami Drill Bali 2006 Gambar 5.14. Massa Sedang Berkumpul di Pantai Saat Gladi Bali 2006

Gambar 5.15. Kesiapan Tim Kesehatan Saat Gladi Bali 2006 Gambar 5.16. Tim Pemadam Kebakaran Saat Gladi Tsunami Drill Banten
2007

111
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
5 Pelaksanaan

Gambar 5.17. Evakuasi Korban Saat Gladi Gambar 5.18. Suasana Saat Gladi
Tsunami Drill Banten 2007 Tsunami Drill Banten 2007

Bagaimana kinerja, peran dan tugas kelompok-kelompok kerja BPBD dapat berjalan dapat dilihat dalam
pelaksanaan gladi. Sejauhmana Pokja-Pokja dapat menjalankan perannya dievaluasi sebagai bahan
masukan dalam melakukan revisi SOP (Protap/Prosedur Tetap) kegiatan Tsunami Drill. Revisi ini dilakukan
dalam kegiatan table top simulasi 2 dimana peserta secara aktif mengevaluasi berbagai pelaksanaan tugas
dalam pelaksanaan gladi untuk kemudian merumuskan penyempurnaan SOP (Protap/Prosedur Tetap)
untuk keperluan Hari H Tsunami Drill.

Revisi juga dilakukan terhadap Run-Down kegiatan Tsunami Drill. Dalam pelaksanaan gladi, berbagai
kegiatan mulai dari kegiatan pra tsunami, saat tsunami dan pasca tsunami dilihat dan diamati untuk
kemudian disempurnakan dan direvisi pada hal-hal yang perlu perbaikan dan penyempurnaan terutama
pada hal-hal yang tidak dapat dilaksanakan sesuai run down.

Gladi lapangan dapat dilakukan lebih dari sekali (gladi kotor dan gladi bersih), namun apabila tidak
memungkinkan, gladi dapat dilakukan hanya satu kali dengan waktu pelaksanaan yang tidak terlalu lama
dengan pelaksanaan Hari H.

112
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pelaksanaan
5
5.3. Hari H End To End Tsunami Drill
Pelaksanaan Hari H Tsunami Drill merupakan representasi dari semua tahapan yang ada dalam run-down.
Dalam pelaksanaan Hari H Tsunami Drill, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Penanganan tamu-tamu VIP atau VVIP yang datang sebagai observer untuk mengamati sejauhmana
pelaksanaan kegiatan Hari H Tsunami Drill. Para tamu ini dapat terlibat sebagai peserta aktif (bukan
penonton) dalam kegiatan Tsunami Drill bersama-sama dengan masyarakat umum lainnya.
2. Penanganan media massa : Media massa yang meliput pelaksanaan kegiatan diharapkan dapat
menunjang keberhasilan dalam rangka mensosialisasikan kegiatan Tsunami Drill dan menyampaikan
kepada khalayak umum pentingnya kesiapan menghadapi bencana tsunami melalui kegiatan Tsunami
Drill.
3. Starting point : Titik awal pelaksanaan latihan akan menentukan kesuksesan dan kelancaran rangkaian
kegiatan selanjutnya dalam Hari H Tsunami Drill.
4. Dokumentasi : Dokumentasi pelaksanaan Hari H juga sangat penting untuk diperhatikan sebagai bahan
evaluasi untuk pelaksanaan Tsunami Drill selanjutnya.
Hari H Tsunami Drill merupakan implementasi run-down yang telah direvisi setelah pelaksanaan gladi
lapangan. Seperti juga dalam pelaksanaan gladi, Hari H Tsunami Drill merupakan sequense pelaksanaan
latihan mulai dari aktivitas pra tsunami, saat tsunami sampai dengan pasca tsunami. Run down yang telah
direvisi dari menit ke menit dilaksanakan dalam Hari H tsunami drill.
Meskipun Hari H merupakan puncak dari kegiatan tsunami drill, namun penting untuk terus menerus
melakukan evaluasi. Evaluasi pelaksanaan Hari H dilakukan baik secara internal maupun oleh observer
eksternal melalui penyebaran kuesioner evaluasi yang telah dibuat dalam tahapan sebelumnya. Evaluasi
yang diadakan baik secara internal maupun eksternal akan sangat bermanfaat dalam perbaikan kegiatan
tsunami drill selanjutnya maupun sebagai model bagi pelaksanaan tsunami drill di kota/kabupaten lain
yang ingin melakukan kegiatan ini.

113
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
5 Pelaksanaan

Gambar 5.19. Presiden RI hadir Gambar 5.20. Masyarakat Sedang Berkumpul


Saat Hari H Tsunami Drill di Pantai Saat Hari H Tsunami Drill

Gambar 5.21. Masyarakat Melakukan Evakuasi Berlari Gambar 5.22. Masyarakat Sampai di Tempat Evakuasi
Menuju Lokasi Evakuasi

114
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Pelaksanaan
5

Gambar 5.23. Para korban tsunami yang terluka Gambar 5.24. Tim Kesehatan Mendata dan
Membantu Korban yang Terluka

Gambar 5.25. Demo penanganan kebakaran akibat kebocoran gas

115
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
5 Pelaksanaan

Gambar 5.26. Ambulance bergerak memasuki wilayah bencana Gambar 5.27. Keterlibatan NUBIKA Saat Hari H
Tsunami Drill Banten 2007

Gambar 5.28. Suasana di tempat pengungsian Gambar 5.29. Baliho Peta Evakuasi Saat Tsunami Drill Banten 2007

116
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Dokumentasi, Diseminasi dan Monev (Monitoring dan Evaluasi)
6

P EDOMAN
Pelaksanaan Latihan Kesiapsiagaan
Menghadapi Bencana Tsunami (Tsunami Drill)
untuk Kota dan Kabupaten

BAB 6

DOKUMENTASI, DISEMINASI DAN


MONEV (MONITORING DAN
EVALUASI)

117
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Dokumentasi, Diseminasi dan Monev (Monitoring dan Evaluasi)
6

118
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Dokumentasi, Diseminasi dan Monev (Monitoring dan Evaluasi)
6
BAB 6
DOKUMENTASI, DISEMINASI DAN
MON E V (M ONITORING DAN EVALUASI)

Bagian penting lainnya dari kegiatan Tsunami Drill adalah dokumentasi dan diseminasi yang perlu dilakukan
dalam setiap tahap kegiatan baik persiapan, perencanaan maupun pelaksanaan. Sementara MONEV
(monitoring dan evaluasi) dilakukan melalui mekanisme :
1. Monitoring melalui dokumentasi intensif
2. Evaluasi internal melalui rapat koordinasi dan konsolidasi
3. Masukan/evaluasi para ahli
4. Kuesioner evaluasi pelaksanaan
5. Monev melalui media massa

6.1. Dokumentasi

6.1.1. Tahap Persiapan


Pada tahap persiapan, dokumentasi kegiatan dilakukan dalam bentuk :
(1) Peta-peta
(2) Dokumen
(3) Foto dan film kegiatan

1) Peta-Peta
Dokumentasi dalam bentuk peta-peta penting dikumpulkan untuk keperluan kajian awal risiko bencana
gempa dan tsunami. Adapun jenis peta yang dapat dijadikan dokumentasi adalah peta peta topografi dan
peta batimetri dengan skala 1:25.000; peta tata guna lahan, peta citra, peta batas wilayah administrasi,
peta kependudukan, serta peta jaringan (infrastructure/lifelines map) dengan skala minimum 1:25.000;
serta peta geologi dengan skala 1:50.000.

119
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
6 Dokumentasi, Diseminasi dan Monev (Monitoring dan Evaluasi)

2) Dokumen
Dokumentasi dalam bentuk dokumen pada tahap persiapan terutama terkait dengan data dan informasi
mengenai :
1. Kondisi yang ada mengenai bangunan, sarana, prasarana yang terkait dengan penanganan dan
penanggulangan bencana tsunami
2. Kondisi yang ada mengenai institusi-institusi terkait dengan penanganan dan penanggulangan bencana
tsunami

3) Foto dan Film Kegiatan


Pengambilan foto dan film kegiatan pada tahap persiapan merupakan salah satu cara internal dokumentasi
intensif yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi.

Gambar 6.1. Pendokumentasian berbagai rambu (Signboard) yang digunakan dalam Tsunami Drill

120
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Dokumentasi, Diseminasi dan Monev (Monitoring dan Evaluasi)
6
6.1.2. Tahap Perencanaan
(1) Dokumen
Berbagai dokumen seperti catatan-catatan rapat yang terkait dengan proses perencanaan (penetapan
skenario risiko bencana dan upaya penanganan dan penanggulangannya, penetapan skenario pelaksanaan
Tsunami Drill, penetapan target dan sebagainya) perlu dikumpulkan untuk dokumentasi yang dapat dipakai
sebagai bahan evaluasi dalam penyelenggaraan kegiatan Tsunami Drill berikutnya.

(1) Foto dan film kegiatan


Pengambilan foto dan film kegiatan pada tahap perencanaan terutama pada kegiatan rapat-rapat internal
untuk merencanakan berbagai hal terkait penyelenggaraan Tsunami Drill.

Gambar 6.2. Peliputan kegiatan Tsunami Drill oleh wartawan

121
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
6 Dokumentasi, Diseminasi dan Monev (Monitoring dan Evaluasi)

6.1.3 Tahap Pelaksanaan


Pada tahap pelaksanaan, dokumentasi kegiatan dilakukan dalam bentuk :
1. Dokumen
2. Foto dan film kegiatan
3. CCTV

(1) Dokumen
Berbagai dokumen seperti buku, leaflet, poster dan sebagainya yang terkait dengan informasi mengenai
bencana tsunami dan cara penanggulangannya perlu dikumpulkan untuk dokumentasi sebagai salah satu
rujukan bahan/materi dalam penyelenggaraan kegiatan Tsunami Drill berikutnya. Selain itu dokumen berupa
artikel dalam surat kabar, internet atau rekaman radio dan televisi yang meliput penyelenggaraan Tsunami
Drill juga dapat menjadi dokumentasi bagi penyelenggara yang dapat bermanfaat untuk pelaksanaan
Tsunami Drill selanjutnya.

(2) Foto dan film kegiatan


Foto dan film kegiatan : dokumentasi kegiatan Tsunami Drill yang dilaksanakan melalui pengambilan foto
dan film kegiatan oleh profesional dapat menjadi internal dokumentasi yang intensif dan dijadikan sebagai
model visual Tsunami Drill yang diselenggarakan di kota/kabupaten masing-masing. Melalui dokumentasi
ini dapat dilihat juga sejauhmana kelancaran implementasi run down serta evaluasi SOP (Protap/Prosedur
Tetap) yang telah dibuat apakah dapat berjalan dengan baik atau tidak.

122
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Dokumentasi, Diseminasi dan Monev (Monitoring dan Evaluasi)
6

Gambar 6.3. Berbagai dokumentasi pelaksanaan Tsunami Drill

(3) CCTV
Alat yang sebenarnya untuk mengontrol keamanan kota ini dapat dijadikan salah satu media dokumentasi
yang baik karena melalui CCTV dapat terlihat bagaimana partisipasi masyarakat baik dilihat dari jumlah
maupun respon masyarakat. Dokumentasi melalui media CCTV ini juga dapat dijadikan sebagai media
monitoring pelaksanaan proses evakuasi masyarakat dalam Tsunami Drill serta bahan evaluasi bagi
penyelenggara Tsunami Drill.

6.2 Diseminasi

6.2.1 Tahap Persiapan


Lokakarya
Diseminasi atau penyebarluasan informasi pada tahap persiapan dapat dilakukan melalui lokakarya
dimana peserta dibatasi pada aparat pemerintah daerah yang terkait dengan keperluan kajian risiko awal
bencana gempa dan tsunami dan pengembangan skenario risiko bencana dan upaya penanganan dan
penanggulangannya.

123
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
6 Dokumentasi, Diseminasi dan Monev (Monitoring dan Evaluasi)

Gambar 6.4. Diseminasi kegiatan Tsunami Drill melalui lokakarya

6.2.2. Tahap Perencanaan


Rapat Internal Panitia
Berbagai informasi pada tahap perencanaan masih terbatas untuk keperluan panitia. Diseminasi atau
penyebarluasan informasi mengenai perencanaan kegiatan dilakukan melalui rapat-rapat internal panitia
sehingga setiap anggota dapat mengetahui berbagai perencanaan kegiatan dan dapat menjalankan
tugasnya sesuai jabatannya dalam kepanitiaan.

124
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Dokumentasi, Diseminasi dan Monev (Monitoring dan Evaluasi)
6

Gambar 6.5. Sosialisasi kegiatanTsunami Drill


kepada pejabat pemerintah lokal

6.2.3. Tahap Pelaksanaan


Pada tahap pelaksanaan, diseminasi atau penyebarluasan informasi baik mengenai kebencanaan maupun
kegiatan Tsunami Drill dapat dilakukan melalui :
1. Siaran langsung TV
2. Radio
3. Internet
4. Surat kabar/koran

(1) Siaran langsung TV


Dalam rangka menyebarluaskan pelaksanaan Hari-H Tsunami Drill kepada masyarakat yang lebih luas
baik di tingkat lokal maupun nasional, dapat digunakan media TV melalui siaran langsung. Hal-hal yang

125
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
6 Dokumentasi, Diseminasi dan Monev (Monitoring dan Evaluasi)

perlu diperhatikan dalam siaran langsung TV ini adalah :


• Jumlah dan lokasi titik pengambilan,
• Durasi siaran langsung dan
• Pemutaran kembali rekaman kegiatan (waktu siaran ulangan).
(2) Radio
Selain televisi, media massa lainnya yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah radio. Maka media
radio ini juga dapat dimanfaatkan dalam rangka diseminasi/penyebarluasan informasi mengenai kegiatan
dan himbauan untuk mengajak masyarakat terlibat dalam Tsunami Drill.

(3) Internet
Internet saat ini merupakan salah satu media yang mulai banyak digunakan masyarakat meskipun dengan
target masyarakat tertentu dan masih terbatas pada kalangan terpelajar. Jangkauan (Coverage) internet
yang sangat luas dapat menjangkau khalayak/masyarakat yang luas pula. Selain masyarakat di dalam
negeri, melalui internet dapat dijangkau masyarakat yang berada di luar negeri. Berita/informasi yang
disebarluaskan lewat internet dapat dijadikan pembelajaran untuk negara-negara lain bagaimana Tsunami
Drill dilaksanakan di negara berkembang seperti Indonesia. Berita/informasi di internet dapat pula dijadikan
sebagai dokumentasi kegiatan.

(4) Koran/Surat Kabar


Koran atau surat kabar merupakan salah satu media diseminasi dan dokumentasi yang penting dan dapat
digunakan dalam kegiatan Tsunami Drill. Berbagai artikel mengenai kegiatan Tsunami Drill dan hal lain
yang terkait dengan bencana yang ditulis dalam surat kabar oleh para wartawan dapat dijadikan sebagai
lesson learned (pembelajaran) untuk penyelenggaraan Tsunami Drill di kota/kabupaten yang belum
melaksanakan kegiatan Tsunami Drill. Komentar-komentar yang disampaikan dalam surat kabar dapat
pula dijadikan evaluasi dan masukan untuk penyempurnaan kegiatan Tsunami Drill.

126
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Dokumentasi, Diseminasi dan Monev (Monitoring dan Evaluasi)
6

Gambar 6.6. Diseminasi kegiatanTsurnami Drill melalui surat kabar lokal

6.3. MONEV (Monitoring dan Evaluasi


(1) Monitoring melalui dokumentasi intensif
Melalui dokumentasi yang intensif dapat diketahui berbagai kekurangan dan kelebihan dalam
penyelenggaraan Tsunami Drill. Dokumentasi dilakukan mulai dari tahapan awal kegiatan Tsunami Drill
yaitu pembentukan panitia inti sampai dengan tahapan pelaksanaan kegiatan Tsunami Drill. Dari sini dapat
terekam dan teramati berbagai hal seperti misalnya perkiraan jumlah massa yang terlibat dalam kegiatan
Tsunami Drill, proses evakuasi yang dilakukan oleh massa saat latihan, ada tidaknya korban dalam kegiatan
latihan dan sebagainya

127
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
6 Dokumentasi, Diseminasi dan Monev (Monitoring dan Evaluasi)

(2) Evaluasi internal melalui rapat koordinasi dan konsolidasi


Evaluasi internal melalui rapat koordinasi dan konsolidasi dilakukan secara berkala dalam setiap tahapan
kegiatan Tsunami Drill mulai dari persiapan sampai dengan pelaksanaan. Evaluasi ini memberikan
masukan yang bermanfaat bagi perjalanan kegiatan untuk memperbaiki berbagai kekurangan yang ada
dan mengantisipasi berbagai hal yang mungkin terjadi pada saat pelaksanaan Hari-H. Kearifan untuk
mengakui berbagai kekurangan serta kelebihan dalam penyelenggaraan Tsunami Drill akan memperbaiki
penyelenggaraan Tsunami Drill pada masa mendatang terutama di kota/kabupaten lainnya di Indonesia.

(3) Masukan/Evaluasi Dari Para Ahli


Dalam rangka mengevaluasi pelaksanaan kegiatan, diperlukan masukan para ahli untuk memperbaiki
berbagai kekurangan dan kendala yang dihadapi dalam kegiatan.

(4) Kuesioner Evaluasi Pelaksanaan


Evaluasi pelaksanaan kegiatan Hari-H Tsunami Drill dilakukan melalui penyebaran kuesioner yang
menekankan kepada 3 aspek pertanyaan yaitu :
a. Aspek peringatan dan pengambilan keputusan
b. Aspek Evakuasi dan bantuan tanggap darurat
c. Aspek Pencarian dan penyelamatan

Masing-masing ketiga aspek tersebut mempunyai unsur-unsur yang dapat diamati untuk dinilai
keberhasilannya. Ada tiga hal yang dinilai dalam masing-masing aspek yaitu aspek itu sendiri (Aspek
peringatan dan pengambilan keputusan, Aspek Evakuasi dan bantuan tanggap darurat atau Aspek
Pencarian dan penyelamatan ), aspek-aspek umum dan pencapaian tujuan.
Penilaian menggunakan kisaran angka 1-5 yang menunjukkan angka 1 untuk penilaian terendah dan
angka 5 untuk penilaian tertinggi. Semakin tinggi skor yang didapat maka semakin baik keberhasilan
penyelenggaraan kegiatan Tsunami Drill.

128
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Dokumentasi, Diseminasi dan Monev (Monitoring dan Evaluasi)
6
Kuesioner disebarluaskan kepada para observer baik internal dan eksternal yang berasal dari institusi-
institusi baik tingkat nasional, lokal maupun internasional. Mekanisme penyebaran dan pengumpulan
kuesioner dilakukan secara langsung kepada observer yang terpilih. Kuesioner disebarluaskan beberapa
saat sebelum pelaksanaan Hari-H Tsunami Drill dan dikumpulkan kembali kepada panitia setelah
penyelenggaraan Tsunami Drill selesai. Melalui penyebaran kuesioner, dapat diperoleh masukan mengenai
penyelenggaraan kegiatan Tsunami Drill dari berbagai aspek.

Contoh kuesioner evaluasi yang disebarluaskan kepada internal maupun eksternal observer dapat dilihat
pada lampiran Contoh Pelaksanaan Tsunami Drill Bali 2006.

(5) Monev melalui media massa


Monitoring dan evaluasi melalui media massa dapat diamati melalui sejauhmana media memberitakan
informasi-informasi terkait penyelenggaraan Tsunami Drill. Hal ini merupakan salah satu cara untuk
mengevaluasi kegiatan. Apakah berita yang diliput oleh media massa bernada miring atau positif dapat
memberikan gambaran bahwa Tsunami Drill berhasil atau tidak.

Berikut ini adalah mekanisme proses monitoring dan evaluasi yang diperlukan untuk setiap tahapan
kegiatan penyelenggaraan Tsunami Drill :

Tahap persiapan
• Monitoring melalui dokumentasi intensif
• Evaluasi internal melalui rapat koordinasi dan konsolidasi
• Masukan dari para ahli
Tahap Perencanaan
• Monitoring melalui dokumentasi intensif
• Evaluasi internal melalui rapat koordinasi dan konsolidasi
• Masukan dari para ahli

129
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
6 Dokumentasi, Diseminasi dan Monev (Monitoring dan Evaluasi)

Tahap Pelaksanaan
• Monitoring melalui dokumentasi intensif
• Evaluasi internal melalui rapat koordinasi dan konsolidasi
• Kuesioner evaluasi pelaksanaan
• Monev melalui media massa

130
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Output
7

P EDOMAN
Pelaksanaan Latihan Kesiapsiagaan
Menghadapi Bencana Tsunami (Tsunami Drill)
untuk Kota dan Kabupaten

BAB 7

OUTPUT

131
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Output
7

132
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
Output
7
BAB 7
OUTPUT

Keluaran atau output dari kegiatan Tsunami Drill adalah :


1. Masyarakat siaga :
2. Pemda yang tanggap
3. Alat yang teruji dan dapat diandalkan
4. Tersedianya SOP/PROTAP BPBD untuk yang teruji

7.1 Masyarakat Siaga


Dengan Tsunami Drill, masyarakat menjadi terlatih dalam menghadapi bencana gempa dan tsunami serta
siaga dalam mengantisipasi kejadian bencana yang bisa terjadi kapan saja. Masyarakat siaga mempunyai
ciri diantaranya :
1. Mengetahui apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana,
2. Tingkat risiko kerugian yang dialami rendah,
3. Tingkat pemulihan pasca bencana cepat,
4. Memiliki jaringan yang dapat dimanfaatkan untuk pemulihan.

7.2 Pemda yang tanggap


Tsunami Drill merupakan sarana bagi Pemerintah Daerah tingkat kota/kabupaten berlatih menjadi
pemerintah daerah yang tanggap dalam mengantisipasi berbagai kejadian bencana terutama bencana
gempa dan tsunami. Memiliki respon yang cepat ketika terjadi bencana, mengetahui apa yang harus
dilakukan sesuai dengan SOP/PROTAP yang ada, memiliki keahlian untuk mengoperasikan alat.

133
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n
7 Output

7.3 Alat yang teruji dan dapat diandalkan


Berbagai sarana dan infrastruktur fisik yang diadakan dalam rangka kegiatan Tsunami Drill seperti sirine,
five in one mode dan sebagainya menjadi teruji dan dapat diandalkan apabila kejadian bencana benar-
benar terjadi.

7.4 Tersedianya SOP/PROTAP atau Rencana Kontijensi Tsunami yang Handal dan Teruji bagi Satlak
PB atau BPBD (Prosedur Tetap Badan Penanggulangan Bencana Daerah)
Melalui kegiatan Tsunami Drill, Satlak PB atau Badan Penanngulangan Bencana (BPBD) memiliki suatu
Standard Operation Prosedur (PROTAP/Prosedur Tetap) atau Rencana Kontijensi yang telah dikembangkan
oleh berbagai stakeholder masyarakat dalam kegiatan table top simulation serta teruji dalam pelaksanaan
Hari H Tsunami Drill.

134
P e d o m a n P e l a k s a n a a n L a t i h a n K e s i a p s i a g a a n M e n g h a d a p i
B e n c a n a T s u n a m i (T s u n a m i D r i l l ) u n t u k K o t a d a n K a b u p a t e n

Anda mungkin juga menyukai