ABSTRAK
Usaha dalam melakukan Pengurangan terhadap resiko bencana belum dilakukan secara optimal. Rendahnya
perhatian terhadap pengurangan resiko bencana, pengetahuan, inovasi, pendidikan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap budaya keselamatan dan ketahanan pada semua lapisan. Dalam hal ini sosialisasi
pengurangan resiko bencana di Kecamatan Tempursari salah satu upaya untuk memberikan pendidikan langsung
secara informal kepada masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan informasi tentang pemahaman
dan kesadaran masyarakat terhadap pengurangan resiko bencana. Penelitian dilakukan dengan pendekatan
deskriptif-kualitatif, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan
sebagai bagian masyarakat dijadikan sebagai sumber data. Penggalian data dilakukan dengan wawancara, diskusi
dan kuestioner. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan menggunakan perhitungan persentase dan
dimaknai secara kualitatif dengan melakukan reduksi dan kategori data, sehingga dapat dipahami secara
komprehensif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa 1) Pemahaman masyarakat tentang kebencanaan relatif
cukup baik dinilai dari aspek sensitivitas dalam merespon bencana, cara merefleksi bencana, kesadaran untuk
mengurangi bencana dan tindakan menghindari yang dilakukan saat terjadi bencana. 2) Pemahaman tentang
pendidikan mitigasi bencana relatif sudah ada. 3) Pendekatan pengetahuan kebencanaan merupakan modal
penting bagi pendidikan mitigasi bencana relatif sudah dimiliki oleh masyarakat. 4) Pelaksanaan sosialisasi
pengurangan resiko bencana dinilai baik sebagai upaya pendidikan mitigasi bencana.
Bencana Daerah) [1]. Dalam konteks inilah, meningkatkan ketahanan terhadap bencana
rencana Aksi Nasional PRB harus dirancang secara sistematik.
secara sistematis, terpadu dan terencana. Hal 3. Kerjasama yang sistematik dalam
ini didukung pula oleh realita bahwa kondisi pengurangan risiko bencana, pelaksanaan
Indonesia mempunyai tingkat kerentanan yang kesiapsiagaan darurat dan program
tinggi terhadap terjadinya bencana. Menurut pemulihan dalam rangka rekonstruksi bagi
International Strategy for Disaster Reduction masyarakat terkena dampak bencana. [2]
2006-2009, Indonesia berada pada urutan ke 7 Substansi dasar yang merupakan prioritas
sebagai negara yang mengalami bencana alam kegiatan sampai dengan tahun 2015 berdasar
dalam tahun 2005. Gambaran kerentanan Konferensi Pengurangan Bencana Dunia
Indonesia terhadap bencana alam yang terjadi tersebut, antara lain:
pada tahun 2004-2007 nampak pada tabel 1, 1. Meletakkan pengurangan resiko bencana
yang menunjukkan bahwa penanganan sebagai prioritas nasional maupun daerah
terhadap resiko bencana masih belum yang pelaksanaannya harus didukung oleh
mendapat perhatian serius, belum terintegrasi kelembagaan yang kuat.
dan tidak terencana. 2. Mengidentifikasi, mengkaji dan memantau
Konferensi Pengurangan Bencana Dunia risiko bencana serta menerapkan sistem
(World Conference on Disaster Reduction) peringatan dini.
yang diselenggarakan pada bulan Januari tahun 3. Memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan
2005 di Kobe, menghasilkan beberapa pendidikan untuk membangun kesadaran
substansi dasar dalam mengurangi kerugian keselamatan diri dan ketahanan terhadap
akibat bencana, baik kerugian jiwa, sosial, bencana pada semua tingkatan masyarakat.
ekonomi dan lingkungan. Substansi dasar 4. Mengurangi faktor-faktor penyebab risiko
tersebut perlu menjadi komitmen pemerintah, bencana.
organisasi-organisasi regional dan 5. Memperkuat kesiapan menghadapi
internasional, masyarakat, swasta, akademisi bencana pada semua tingkatan masyarakat
dan para pemangku kepentingan terkait agar respons yang di lakukan lebih efektif.
lainnya. Strategi yang digunakan untuk Sesuai amanat kesepakatan-kesepakatan
melaksanakan substansi dasar tersebut antara di tingkat internasional dan regional,
lain: pengurangan risiko bencana dijadikan salah
1. Memasukkan risiko bencana dalam satu prioritas pembangunan nasional.
kebijakan, perencanaan dan program- Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk
program pembangunan berkelanjutan segera melaksanakan kesepakatan tersebut
secara terpadu dan efektif, dengan dengan memasukkan upaya pengurangan
penekanan khusus pada pencegahan, risiko bencana ke dalam kerangka
mitigasi, persiapan dan pengurangan pembangunan nasional, yang akan dituangkan
kerentanan bencana. dalam Rencana Pembangunan Jangka
2. Pengembangan dan penguatan institusi, Menengah dan Rencana Kerja Pemerintah.
mekanisme dan kapasitas kelembagaan Pengurangan resiko bencana di Indonesia
pada semua tingkatan, khususnya pada dilakukan dengan mempertimbangkan aspek
masyarakat sehingga masyarakat dapat berkelanjutan dan partisipasi dari semua pihak
terkait.
Sumber: Asia Disaster Preparedness Center, Thailad; ECLAC, EM-DAT, Bank Dunia
Akhmad Afandi: Evakuasi Bencana Banjir …Campus Watching 47
dan perspektifnya. Keutuhan dalam berpikir yang bisa kita perbuat dengan bencana
untuk memahami bencana atau khususnya itu.
resiko bencana melalui dinamika berpikir dan c. Mensosialisasikanpengurangan resiko
bertindak dalam ORID (Objective, Reflektive, bencana kepada masyarakat.
Interpretatif, and Decision)[5]. Indikator d. Mewaspadai kejadian bencana alam.
tersebut diungkap dengan pertanyaan- e. Menumbuhkan pemahaman bahwa
pertanyaan pada proses mengingat kembali: Kecamatan Tempursari adalah daerah
1. Sejauh mana tingkat sensitivitas rawan bencana sehingga perlu
masyarakat dalam merespon bencana diberikan wawasan mengenai
melalui kemampuan sensorinya (O); pengurangan resiko bencana.
2. Sejauh mana tingkat reflektif 2. Cara merefleksi persitiwa bencana
masyarakat dalam menghayati a. Simulasi dan pengalaman nyata yang
pengalaman bencana mereka atau dikemas dalam bentuk kegiatan
reaksi internal masyarakat/persepsi bercerita.
(membandingkan dengan kondisi b. Masyarakat harus menjadi makhluk
sebelum dan sesudah terjadi bencana, sosial yang sebenarnya, mau
ketakutan, dan mungkin pengalaman menolong, bersikap tenang dan perlu
positif masyarakat (R); belajar dari peristiwa.
3. Sejauh mana kesadaran realitas yang c. Identifikasikan hal apa saja yang perlu
dialami masyarakat, ini membutuhkan dilakukan untuk meminimalisir korban
kemampuan interpretatif masyarakat, dan bencana.
sehingga pengaruh langsung tidak d. Membuat jalur evakuasi.
langsung terhadap masyarakat, e. Berpartisipasi dalam kegiatan dan
keluarga dan masa depan menjadi sosialisasi terhadap pengurangan
penting untuk diungkapkan (I); resiko bencana.
Dengan tahap-tahap pikiran dan respon f. Cara merefleksi peristiwa bencana,
yang dialami pada 1-3 tersebut, kemudian kita amati akibat yang ditimbulkan
masyarakat akan membangun komitmen untuk dari longsor, penyebabnya apa,
menghadapi bencana dan adaptasi terhadap kemudian kita berusaha mengurangi
berbagai perubahan yang dialami oleh masing- dampak bencana dengan belajar
masing masyarakat sebagai keputusan peristiwa longsor yang pernah dialami.
pribadinya (D). 3. Membangun kesadaran untuk mengurangi
resiko bencana
HASIL DAN PEMBAHASAN a. Memahami bahwa bencana tidak dapat
diprediksi sehingga kita perlu
Secara umum masyarakat yang menjadi menghindarinya.
peserta sosialisasi adalah masyarakat yang b. Bagaimana masyarakat dapat terhindar
sudah pernah mengetahui kejadian bencana, dari bencana? Setelah itu ditayangkan
terutama longsor dan banjir. Berdasarkan cara mengatasi bencana.
jawaban dari interview/ wawancara yang c. Menjelaskan kepada masyarakat
berhubungan dengan respon terhadap bencana, tentang geologi Kecamatan
cara merefleksi bencana, kesadaran resiko Tempursari.
bencana, tindakan terhadap bencana,dapat d. Menjelaskan cara dalam menghadapi
disimpulkan sebagai berikut: bencana dan usaha untuk
1. Sensitivitas dalam merespon bencana menghindarinya.
a. Memahami bahwa wilayah Kecamatan 4. Tindakan yang dilakukan saat terjadi
Tempursari mempunyai potensi bencana
sumber bencana alam sehingga a. Tidak histeris/tidak takut/tidak panik.
dibutuhkan pengelolaan b. Mengikuti petunjuk yang ada.
penanggulangan resiko bencana c. Mengurangi akibat yang mungkin
dengan baik. terjadi.
b. Penayangan film bencana yang d. Bersikap tenang, bertindak sesuai
dilanjutkan dengan pertanyaan apa prosedur penyelamatan diri.
50 Akhmad Jufriadi, dkk: Sosialisasi Pengurangan Resiko Bencana