Anda di halaman 1dari 9

ERUDIO, Vol. 1, No.

1, Desember 2012 ISSN: 2302-9021

SOSIALISASI “PENGURANGAN RESIKO BENCANA” DI


KECAMATAN TEMPURSARI KABUPATEN LUMAJANG
SEBAGAI UPAYA PENDIDIKAN MITIGASI BENCANA
Akhmad Jufriadi 1,2,3), Hena Dian Ayu2,3), Akhmad Afandi2), M. Rahman2), Raehanayati2), Sandy Vikki Ariyanto2), Ika
Karlina Laila Nur Suciningtyas2)
1)
Fasilitator Pemberdayaan Kecamatan Tempursari PNPM
2)
Program Magister Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya
3)
Departemen Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kanjuruhan

ABSTRAK
Usaha dalam melakukan Pengurangan terhadap resiko bencana belum dilakukan secara optimal. Rendahnya
perhatian terhadap pengurangan resiko bencana, pengetahuan, inovasi, pendidikan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap budaya keselamatan dan ketahanan pada semua lapisan. Dalam hal ini sosialisasi
pengurangan resiko bencana di Kecamatan Tempursari salah satu upaya untuk memberikan pendidikan langsung
secara informal kepada masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan informasi tentang pemahaman
dan kesadaran masyarakat terhadap pengurangan resiko bencana. Penelitian dilakukan dengan pendekatan
deskriptif-kualitatif, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan
sebagai bagian masyarakat dijadikan sebagai sumber data. Penggalian data dilakukan dengan wawancara, diskusi
dan kuestioner. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan menggunakan perhitungan persentase dan
dimaknai secara kualitatif dengan melakukan reduksi dan kategori data, sehingga dapat dipahami secara
komprehensif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa 1) Pemahaman masyarakat tentang kebencanaan relatif
cukup baik dinilai dari aspek sensitivitas dalam merespon bencana, cara merefleksi bencana, kesadaran untuk
mengurangi bencana dan tindakan menghindari yang dilakukan saat terjadi bencana. 2) Pemahaman tentang
pendidikan mitigasi bencana relatif sudah ada. 3) Pendekatan pengetahuan kebencanaan merupakan modal
penting bagi pendidikan mitigasi bencana relatif sudah dimiliki oleh masyarakat. 4) Pelaksanaan sosialisasi
pengurangan resiko bencana dinilai baik sebagai upaya pendidikan mitigasi bencana.

Kata kunci: bencana, mitigasi, ORID, deskriptif, kualitatif

PENDAHULUAN penanganan bencana di Indonesia. Evolusi


paradigma dari tanggap darurat kepada
Bencana adalah peristiwa yang
Pengurangan Resiko Bencana dan
mengancam dan mengganggu kehidupan
Perlindungan masyarakat dari ancaman
masyarakat, disebabkan oleh faktor alam
bencana oleh pemerintah merupakanwujud
maupun manusia, sehingga mengakibatkan
pemenuhan hak asasi rakyat dan bukan
timbulnya korban jiwa dan harta benda.
semata-mata karena kewajibanpemerintah serta
Selama ini tindakan usaha penanggulangan
perubahan pemikiran bahwa penanggulangan
bencana dilakukan oleh Pemerintah untuk
bencana bukan hanya tanggung jawab
mengurangi resiko belum optimal. Akibatnya
pemerintah tetapi menjadi tanggung jawab
pada saat terjadi bencana, masyarakat belum
bersama seluruh elemen masyarakat.
mampu untuk menangani sendiri. Kenyataan
Salah satu upaya pemerintah dalam
ini dikarenakan masyarakat daerah rawan
Pengurangan Resiko Bencana adalah
bencana tidak mempunyai bekal pengetahuan
menerbitkan regulasi yang tertuang dalam UU
terhadap penanganan bencana. Hal tersebut
No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
menunjukkan bahwa Indonesia sebagai daerah
Bencana, PP No. 21 Tahun 2008 tentang
rawan bencana masih memiliki beberapa
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana,
permasalahan, yaitu kinerja penanganan
PP No. 28 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan
bencana dan perhatian terhadap pengurangan
Pengelolaan Bantuan Bencana dan PDN No.
resiko bencana masih rendah. Untuk mengatasi
46 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi
permasalahan tersebut diperlukan perubahan
dan Tata Kerja BPBD (Badan Penanggulangan
pemikiran dan paradigma mendasar terhadap
46 Akhmad Jufriadi, dkk: Sosialisasi Pengurangan Resiko Bencana

Bencana Daerah) [1]. Dalam konteks inilah, meningkatkan ketahanan terhadap bencana
rencana Aksi Nasional PRB harus dirancang secara sistematik.
secara sistematis, terpadu dan terencana. Hal 3. Kerjasama yang sistematik dalam
ini didukung pula oleh realita bahwa kondisi pengurangan risiko bencana, pelaksanaan
Indonesia mempunyai tingkat kerentanan yang kesiapsiagaan darurat dan program
tinggi terhadap terjadinya bencana. Menurut pemulihan dalam rangka rekonstruksi bagi
International Strategy for Disaster Reduction masyarakat terkena dampak bencana. [2]
2006-2009, Indonesia berada pada urutan ke 7 Substansi dasar yang merupakan prioritas
sebagai negara yang mengalami bencana alam kegiatan sampai dengan tahun 2015 berdasar
dalam tahun 2005. Gambaran kerentanan Konferensi Pengurangan Bencana Dunia
Indonesia terhadap bencana alam yang terjadi tersebut, antara lain:
pada tahun 2004-2007 nampak pada tabel 1, 1. Meletakkan pengurangan resiko bencana
yang menunjukkan bahwa penanganan sebagai prioritas nasional maupun daerah
terhadap resiko bencana masih belum yang pelaksanaannya harus didukung oleh
mendapat perhatian serius, belum terintegrasi kelembagaan yang kuat.
dan tidak terencana. 2. Mengidentifikasi, mengkaji dan memantau
Konferensi Pengurangan Bencana Dunia risiko bencana serta menerapkan sistem
(World Conference on Disaster Reduction) peringatan dini.
yang diselenggarakan pada bulan Januari tahun 3. Memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan
2005 di Kobe, menghasilkan beberapa pendidikan untuk membangun kesadaran
substansi dasar dalam mengurangi kerugian keselamatan diri dan ketahanan terhadap
akibat bencana, baik kerugian jiwa, sosial, bencana pada semua tingkatan masyarakat.
ekonomi dan lingkungan. Substansi dasar 4. Mengurangi faktor-faktor penyebab risiko
tersebut perlu menjadi komitmen pemerintah, bencana.
organisasi-organisasi regional dan 5. Memperkuat kesiapan menghadapi
internasional, masyarakat, swasta, akademisi bencana pada semua tingkatan masyarakat
dan para pemangku kepentingan terkait agar respons yang di lakukan lebih efektif.
lainnya. Strategi yang digunakan untuk Sesuai amanat kesepakatan-kesepakatan
melaksanakan substansi dasar tersebut antara di tingkat internasional dan regional,
lain: pengurangan risiko bencana dijadikan salah
1. Memasukkan risiko bencana dalam satu prioritas pembangunan nasional.
kebijakan, perencanaan dan program- Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk
program pembangunan berkelanjutan segera melaksanakan kesepakatan tersebut
secara terpadu dan efektif, dengan dengan memasukkan upaya pengurangan
penekanan khusus pada pencegahan, risiko bencana ke dalam kerangka
mitigasi, persiapan dan pengurangan pembangunan nasional, yang akan dituangkan
kerentanan bencana. dalam Rencana Pembangunan Jangka
2. Pengembangan dan penguatan institusi, Menengah dan Rencana Kerja Pemerintah.
mekanisme dan kapasitas kelembagaan Pengurangan resiko bencana di Indonesia
pada semua tingkatan, khususnya pada dilakukan dengan mempertimbangkan aspek
masyarakat sehingga masyarakat dapat berkelanjutan dan partisipasi dari semua pihak
terkait.

Tabel 1. Bencana, Korban dan Nilai Kerusakan dan Kerugian


Nilai Kerusakan
Jumlah Korban
Negara Bencana Tanggal & kerugian (juta
Tewas
US $)

Indonesia (Aceh) Tsunami 26-Des-04 165.708 4.747


Indonesia (Yogya-Jawa Tengah) Gempa Bumi 27-M ei-06 5.716 3.134

Indonesia (Pangandaran-Jawa Barat) Tsunami Jul-08 648 130

Sumber: Asia Disaster Preparedness Center, Thailad; ECLAC, EM-DAT, Bank Dunia
Akhmad Afandi: Evakuasi Bencana Banjir …Campus Watching 47

Upaya ini dilakukan dengan komitmen Kecamatan Tempursari terletak di ujung


yang kuat dan mengedepankan tindakan- selatan Lumajang, berada pada posisi 08o16,54
tindakan yang harus diprioritaskan. LS dan 112o58,27 BT. Dengan kondisi
Penyusunan prioritas ini perlu dilakukan untuk geografis yang berada pada daerah perbukitan,
membangun dasar yang kuat dalam pantai dan kali glidik yang merupakan jalur
melaksanakan upaya pengurangan risiko aliran lahar dingin Gunung Semeru, maka
bencana yang berkelanjutan serta menjadikan Kecamatan Tempursari menjadi
mengakomodasikan kesepakatan internasional daerah rawan bencana, yang dapat dilihat pada
dan regional dalam rangka mewujudkan upaya tabel 2.
bersama yang terpadu. Dengan berdasarkan kepada prioritas
Substansi dasar tersebut sangat pelaksanaan pengurangan resiko bencana dan
dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia yang kerangka berpikir dalam upaya mitigasi
mempunyai tingkat kerentanan tinggi dalam bencana maka upaya dan rencana aksi yang
bencana alam. Keberhasilan Rencana Aksi dilakukan meliputi: meletakkan pengurangan
Nasional Pengurangan Resiko Bencana akan risiko bencana sebagai prioritas nasional
sangat dipengaruhi oleh komitmen seluruh maupun daerah yang pelaksanaannya harus
lapisan masyarakat, komitmen politik, didukung oleh kelembagaan yang kuat dan
komitmen birokrasi untuk terus terlibat aktif memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan
dalam rencana aksi yang dimaksud. Dua dari pendidikan untuk membangun kesadaran
lima substansi dasar pengurangan resiko keselamatan diri dan ketahanan terhadap
bencana adalah pentingnya memanfaatkan bencana pada semua tingkatan masyarakat.
pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk Kondisi Kecamatan Tempursari yang
membangun kesadaran keselamatan diri dan merupakan daerah rawan bencana, sehingga
ketahanan terhadap bencana pada semua sosialisasi “Pengurangan Resiko Bencana”
tingkatan masyarakat dan memperkuat terhadap masyarakat dapat dijadikan sebagai
kesiapan menghadapi bencana pada semua salah satu upaya alternatif untuk meningkatkan
tingkatan masyarakat agar respons yang di kualitas pendidikan mitigasi bencana terhadap
lakukan lebih efektif. Peran masyarakat masyarakat Kecamatan Tempursari.
pendidikan sangat strategis untuk untuk dapat Dari kondisi diatas, dihasilkan rumusan
mensukseskan semua agenda pengurangan masalah penelitian yaitu bagaimanakah
resiko bencana yang dicanangkan pemerintah. pemahaman masyarakat Kecamatan
Dalam hal ini mereka mampu mengembangkan Tempursari tentang kesadaran akan resiko
program pembelajaran berbasis masyarakat bencana?. Adapun tujuan penelitian adalah
yang diperlukan dalam upaya mitigasi menghasilkan informasi tentang pemahaman
bencana. Hal ini sesuai dengan kerangka dan kesadaran masyarakat tentang
berpikir yang dikembangkan dalam upaya pengurangan resiko bencana. Hasil dari
pengurangan resiko bencana atau mitigasi penelitian ini akan memberikan pemahaman
yaitu : (1) Awareness, (2) Knowledge masyarakat dan kesadaran akan pengurangan
development, (3) Public Commitment, (4) Risk resiko bencana.
assessment. [3]

Tabel 2. Desa Rawan Bencana Kecamatan Tempursari


Kecamatan Nama Desa Nama Dusun Jenis Bencana

Bulurejo Karangmenjangan Gelombang Pasang/ Tsunami

Purorejo Pasirejo/ Wareng Banjir Kali Glidik

Tegal Banteng Gelombang Pasang/ Tsunami


Tegalrejo
Tempursari Tegalsari Banjir Kali Glidik

Pundungsari Sukosari Tanah Longsor

Rojopolo Tanah Longsor


Kaliuling
Tamansari Tanah Longsor

Sumber: Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Lumajang


48 Akhmad Jufriadi, dkk: Sosialisasi Pengurangan Resiko Bencana

METODE PENELITIAN memberikan kesadaran terhadap masyarakat


akan pentingnya memahami mitigasi bencana.
Lokasi penelitian di daerah Kecamatan
Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa,
Tempursari Kabupaten Lumajang yang
Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan
merupakan daerah rawan bencana Banjir,
(TKSK), mempunyai peran yang cukup berarti
Gelombang Pasang/Tsunami dan Longsor.
bagi sosialisasi mitigasi bencana kepada
Sampel penelitian adalah masyarakat yang
masyarakat daerah rawan bencana.
merupakan kader pemberdayaan masyarakat
Salah satu substansi dasar yang
desa dan Tenaga Kesejahteraan Sosial
merupakan prioritas kegiatan sampai dengan
Kecamatan (TKSK).
tahun 2015 berdasar Konferensi Pengurangan
Jenis penelitian adalah deskirptif
Bencana Dunia adalah penerapan system
kuantitatif yang ingin menggambarkan tentang
peringatan dini yang harus terus di teliti dari
perubahan perilaku, pemahaman dan
segi teknologi ataupun kebudayaan masyarakat
kemampuan melakukan tindakan masyarakat
yang secara turun temurun telah mempunyai
tentang mitigasi bencana. Penelitian ini
tata cara penyelamatan. Ketika masyarakat
dirancang dalam sebuah kegiatan sosialisasi
mendapat peringatan dini, maka minimal ada
pengurangan resiko bencana yang diadakan di
dua hal penting yang bias di lakukan, yaitu :
Aula Kantor PNPM MPd Kecamatan
(1) Bagaimana bertindak setelah mendapat
Tempursari, pada tanggal 13 September 2012,
peringatan dan system yang mendukung
dengan mengundang kader pemberdayaan
pelaksanaan yang efektif para pengambil
masyarakat desa dan Tenaga Kesejahteraan
keputusan di masyarakat? (2) Memastikan
Sosial Kecamatan (TKSK). Adapun jumlah
bahwa tindakan yang cepat dan terkoordinir
yang hadir adalah 22 orang. Pengumpulan data
diambil pada waktu keadaan darurat [4]. Oleh
dilakukan dengan interview, wawancara,
karena itu maka peningkatan kapasitas
observasi, focus group discussion serta
masyarakat untuk lebih memahami konsep
partisipasi aktif.
tentang mitigasi bencana serta memadukan
Analisis data dilakukan secara deskriptif
pemahaman pengurangan resiko bencana
kuantitatif dengan menggunakan perhitungan
dalam sosialisasi terhadap masyarakat sangat
persentase. Langkah selanjutnya, data
diperlukan.
dianalisis secara kualitatif dengan memaknai
Masyarakat memerlukan sumber
atas temuan-temuan yang penting dengan
informasi yang melandasi pentingnya
melakukan reduksi dan kategori data, sehingga
pendidikan mitigasi bencana. Oleh karena itu,
dapat dipahami secara komprehensif.
sosialisasi pengurangan resiko bencana yang
efektif dan komunikatif sangat diperlukan oleh
Rancangan Penelitian
masyarakat. Dalam penelitian ini, masyarakat
Pengelolaan penanggulangan bencana
diminta untuk memberikan penilaian tentang
terdiri dari empat tahapan, yaitu:
kelayakan isi dan kelayakan penyajian
pencegahan/mitigasi, kesiapsiagaan pada tahap
sosialisasi pengurangan resiko bencana terkait
sebelum bencana, tanggap darurat, rehabilitasi
dengan pendidikan mitigasi bencana. Di
dan rekonstruksi pada tahap setelah bencana.
samping itu, dalam pendidikan mitigasi
Kajian ini terfokus pada pengurangan resiko
bencana diperlukan kesadaran masyarakat
bencana yang berusaha menurunkan tingkat
tentang peristiwa kebencanaan. Untuk
kerentanan masyarakat maupun personal
memahami kesadaran masyarakat dari
terhadap bahaya bencana alam. Sosialisasi
perspektif psikososial, maka penelitian ini
pengurangan resiko bencana diperlukan
diawali dengan upaya memahami kondisi
sebagai upaya pendidikan mitigasi bencana
masyarakat secara kognitif sampai dengan
agar masyarakat dapat merespon dengan cepat
tindakan/decision dalam merespon bencana.
dan proaktif terhadap peristiwa bencana.
Mekanisme pikiran, tanggapan dan respon
Sosioalisasi pengurangan resiko bencana dapat
terhadap bencana tersebut diharapkan dapat
dilakukan dengan memberikan pengetahuan
menjadi indikator pemahamannya secara
yang bersifat kognitif kepada masyarakat
cermat dan utuh dalam arti seberapa tingkat
rawan bencana. Dalam hal ini, Pemerintahan
kesadaran akan resiko bencana maupun respon
Desa mempunyai peran penting dalam
serta mitigasi yang telah menjadi pengetahuan
Akhmad Jufriadi, dkk: Sosialisasi Pengurangan Resiko Bencana 49

dan perspektifnya. Keutuhan dalam berpikir yang bisa kita perbuat dengan bencana
untuk memahami bencana atau khususnya itu.
resiko bencana melalui dinamika berpikir dan c. Mensosialisasikanpengurangan resiko
bertindak dalam ORID (Objective, Reflektive, bencana kepada masyarakat.
Interpretatif, and Decision)[5]. Indikator d. Mewaspadai kejadian bencana alam.
tersebut diungkap dengan pertanyaan- e. Menumbuhkan pemahaman bahwa
pertanyaan pada proses mengingat kembali: Kecamatan Tempursari adalah daerah
1. Sejauh mana tingkat sensitivitas rawan bencana sehingga perlu
masyarakat dalam merespon bencana diberikan wawasan mengenai
melalui kemampuan sensorinya (O); pengurangan resiko bencana.
2. Sejauh mana tingkat reflektif 2. Cara merefleksi persitiwa bencana
masyarakat dalam menghayati a. Simulasi dan pengalaman nyata yang
pengalaman bencana mereka atau dikemas dalam bentuk kegiatan
reaksi internal masyarakat/persepsi bercerita.
(membandingkan dengan kondisi b. Masyarakat harus menjadi makhluk
sebelum dan sesudah terjadi bencana, sosial yang sebenarnya, mau
ketakutan, dan mungkin pengalaman menolong, bersikap tenang dan perlu
positif masyarakat (R); belajar dari peristiwa.
3. Sejauh mana kesadaran realitas yang c. Identifikasikan hal apa saja yang perlu
dialami masyarakat, ini membutuhkan dilakukan untuk meminimalisir korban
kemampuan interpretatif masyarakat, dan bencana.
sehingga pengaruh langsung tidak d. Membuat jalur evakuasi.
langsung terhadap masyarakat, e. Berpartisipasi dalam kegiatan dan
keluarga dan masa depan menjadi sosialisasi terhadap pengurangan
penting untuk diungkapkan (I); resiko bencana.
Dengan tahap-tahap pikiran dan respon f. Cara merefleksi peristiwa bencana,
yang dialami pada 1-3 tersebut, kemudian kita amati akibat yang ditimbulkan
masyarakat akan membangun komitmen untuk dari longsor, penyebabnya apa,
menghadapi bencana dan adaptasi terhadap kemudian kita berusaha mengurangi
berbagai perubahan yang dialami oleh masing- dampak bencana dengan belajar
masing masyarakat sebagai keputusan peristiwa longsor yang pernah dialami.
pribadinya (D). 3. Membangun kesadaran untuk mengurangi
resiko bencana
HASIL DAN PEMBAHASAN a. Memahami bahwa bencana tidak dapat
diprediksi sehingga kita perlu
Secara umum masyarakat yang menjadi menghindarinya.
peserta sosialisasi adalah masyarakat yang b. Bagaimana masyarakat dapat terhindar
sudah pernah mengetahui kejadian bencana, dari bencana? Setelah itu ditayangkan
terutama longsor dan banjir. Berdasarkan cara mengatasi bencana.
jawaban dari interview/ wawancara yang c. Menjelaskan kepada masyarakat
berhubungan dengan respon terhadap bencana, tentang geologi Kecamatan
cara merefleksi bencana, kesadaran resiko Tempursari.
bencana, tindakan terhadap bencana,dapat d. Menjelaskan cara dalam menghadapi
disimpulkan sebagai berikut: bencana dan usaha untuk
1. Sensitivitas dalam merespon bencana menghindarinya.
a. Memahami bahwa wilayah Kecamatan 4. Tindakan yang dilakukan saat terjadi
Tempursari mempunyai potensi bencana
sumber bencana alam sehingga a. Tidak histeris/tidak takut/tidak panik.
dibutuhkan pengelolaan b. Mengikuti petunjuk yang ada.
penanggulangan resiko bencana c. Mengurangi akibat yang mungkin
dengan baik. terjadi.
b. Penayangan film bencana yang d. Bersikap tenang, bertindak sesuai
dilanjutkan dengan pertanyaan apa prosedur penyelamatan diri.
50 Akhmad Jufriadi, dkk: Sosialisasi Pengurangan Resiko Bencana

e. Mencari tempat yang aman. Berdasarkan tabel 3 dapat disimpulkan


Tahap-tahap yang terkait dengan bahwa secara obyektif, masyarakat cenderung
kesadaran akan kebencanaan meliputi 4 tahap, sangat setuju dan setuju dengan keadaan
yakni obyektif (O), reflektif (R), intepretatif bahwa Tanah longsor akan menyebabkan
(I), dan decision (D). Pemahaman lebih lanjut banyak warga harus mengungsi; aktivitas tidak
tentang tahap kesadaran masyarakat tentang berjalan normal; mendorong warga tolong
kebencanaan tanah longsordalam pendekatan menolong; banyak berdoa.
ORID seperti tabel 3, 4, 5 dan 6.

Tabel 3. Tahap Obyektif tentang Kebencanaan Tanah Longsor


TS KS S SS
No Pernyataan Jml
f % F % f % f %

1 Tanah longsor menyebabkan warga mengungsi 0 0 2 9 6 27 14 64 22

2 Tanah longsor membuat aktivitas sekolah berhenti total 0 0 1 5 8 36 13 59 22

3 Tanah longsor membuat banyak anak kehilangan teman 0 0 6 27 7 32 9 41 22

4 Tanah longsor membuat lingkungan menjadi kotor 0 0 2 9 11 50 9 41 22

5 Tanah longsor membuat banyak warga ketakutan 2 9 2 9 5 23 13 59 22

6 Tanah longsor membuat banyak warga mengalami shock 1 5 3 14 9 41 9 41 22

7 Tanah longsor membuat banyak warga sakit 4 18 3 14 7 32 8 36 22

8 Tanah longsor membuat banyak warga kehilangan pekerjaan 0 0 1 5 13 59 8 36 22

9 Tanah longsor mendorong warga untuk saling tolong menolong 2 9 1 5 7 32 12 55 22

10 Tanah longsor membuat saya lebih banyak berdoa 1 5 2 9 8 36 11 50 22

M asyarakat belum sadar akan bahaya terjadinya Tanah longsor


11 4 18 3 14 5 23 10 45 22
dan cara penyelamatan diri ketika terjadi Tanah longsor
Keterangan : TS = tidak sesuai S = sesuai KS = kurang sesuai SS = sangat sesuai. ( Instrumen angket 1)

Tabel 4. Tahap Reflektif tentang Kebencanaan Tanah longsor


TS KS S SS
No Pernyataan Jml
F % F % f % F %

1 Saya sedih saat tanah longsor terjadi 3 14 4 18 10 45 5 23 22

2 Saya takut tidak bisa menyelamatkan diri 4 18 4 18 12 55 2 9 22


Saya sedih tanah longsor membuat hidup saya semakin
3 3 14 5 23 9 41 5 23 22
terpuruk
Saya sedih tanah longsor membuat kegiatan sekolah tidak
4 2 9 2 9 10 45 8 36 22
dapat berlangsung
Saya sedih banyak warga belum sadar akan menjaga
5 1 5 2 9 13 59 6 27 22
konservasi lingkungannya

6 Saya sedih tanah longsor menelan banyak korban 3 14 4 18 8 36 7 32 22


Saya sedih tanah longsor menyebabkan banyak warga
7 3 14 1 5 14 64 4 18 22
kehilangan harta benda

8 Saya sedih banyak warga menebang pohon sembarangan 4 18 5 23 9 41 4 18 22

9 Saya takut saat tanah longsor terjadi 2 9 3 14 15 68 2 9 22


Saya takut tanah longsor akan membuat saya kehilangan
10 5 23 5 23 9 41 3 14 22
anggota keluarga

11 Saya khawatir anak-anak banyak yang terserang penyakit 2 9 4 18 9 41 7 32 22

Keterangan : TS = tidak sesuai S = sesuai KS = kurang sesuai SS = sangat sesuai


(Sumber: Instrumen angket 2)
Akhmad Jufriadi, dkk: Sosialisasi Pengurangan Resiko Bencana 51

Berdasarkan tabel 4 dapat disimpulkan mendorong untuk terus belajar; mengingat


bahwa secara reflektif, masyarakat cenderung kuasa Allah SWT; termotivasi menjaga
menyatakan sangat sesuai dengan keadaan lingkungan; menggalakkan penghijauan; tidak
bahwa saat terjadi gunung meletus menebang pohon sembarangan.
menyebabkan perasaan sedih; banyak korban; Berdasarkan tabel 6 dapat disimpulkan
banyak warga belum sadar menjaga konservasi bahwa pada tahap decision, masyarakat
lingkungan; merasa takut; kehilangan anggota cenderung menyatakan sangat sesuai dan
keluarga; sedikit khawatir anak-anak terserang sesuai dengan keadaan bahwa pada saat terjadi
penyakit. gunung meletus, yaitu membantu warga untuk
Berdasarkan tabel 5 dapat disimpulkan menyelamatkan diri; menyelamatkan barang-
bahwa secara reflektif, masyarakat cenderung barang penting; perlunya pendidikan bencana;
menyatakan sangat sesuai/sesuai dengan membuat bunker penyelamatan diri;
keadaan bahwa saat terjadi gunung meletus mengevakuasi warga; segera pengungsi,
membuat masyarakat semakin kuat; menyelematkan diri.

Tabel 5. Tahap Interpretatif tentang Kebencanaan Tanah longsor


TS KS S SS
No Pernyataan Jml
F % f % f % f %

Tanah longsor membuat saya semakin


1 3 14 8 36 10 45 1 5 22
kuat

Tanah longsor membuat saya malas


2 12 55 6 27 4 18 0 0 22
untuk bangkit

Tanah longsor membuat saya banyak


3 0 0 5 23 12 55 5 23 22
belajar

Tanah longsor membuat hidup saya


4 8 36 7 32 4 18 3 14 22
semakin sengsara

Tanah longsor membuat saya belajar


5 1 5 1 5 18 82 2 9 22
mandiri

Tanah longsor mengingatkan kita


6 semua untuk lebih mendekatkan diri 0 0 0 0 17 77 5 23 22
kepada Allah SWT

Tanah longsor mengingatkan kita


7 semua akan pentingnya menjaga 1 5 5 23 11 50 5 23 22
lingkungan

Tanah longsor mengingatkan kita


8 1 5 5 23 13 59 3 14 22
untuk menggalakkan penghijauan

Tanah longsor mengingatkan kita


9 untuk tidak menebang pohon 2 9 5 23 11 50 4 18 22
sembarangan
Saya pasrah menghadapi bencana
10 3 14 8 36 9 41 2 9 22
karena hidup mati ditangan Tuhan

Tanah longsor mengingatkan kita akan


11 0 0 0 0 5 23 17 77 22
kebesaran Allah SWT

Keterangan : TS = tidak sesuai S = sesuai KS = kurang sesuai SS = sangat sesuai


(Sumber: Instrumen angket 3)
52 Akhmad Jufriadi, dkk: Sosialisasi Pengurangan Resiko Bencana

Tabel 6. Tahap Decision tentang Kebencanaan Tanah longsor


TS KS S SS
No Pernyataan Jml
F % f % F % f %
Saya banyak membantu warga menyelamatkan diri saat
1 0 0 1 5 19 86 2 9 22
tanah longsor terjadi
Saya ikut menyelamatkan barang-barang penting saat
2 1 5 1 5 15 68 5 23 22
tanah longsor terjadi
Saya banyak terlibat dalam kegiatan gerakan cinta
3 0 0 0 0 17 77 5 23 22
lingkungan
Saya ikut menjaga kelestariaan lingkungan dengan
4 0 0 0 0 17 77 5 23 22
melakukan penghijauan
Saya ikut membantu menyiapkan tempat pengungsian saat
5 0 0 1 5 19 86 2 9 22
terjadi tanah longsor
6 Pendidikan tentang bencana perlu segera diberikan 1 5 1 5 19 86 0 0 22
Warga perlu diberi simulasi tentang bencana alam, jenis-
7 1 5 0 0 18 82 3 14 22
jenis bahaya dan cara tindakan penyelamatannya
Perlu segera mengevakuasi warga yang bermukim di lereng
8 1 5 1 5 17 77 2 9 22
gunung rawan longsor
9 Perbaikan jalan segera dilakukan 0 0 0 0 14 64 8 36 22
Tetap memilih tinggal di daerah rawan bencana karena
10 5 23 6 27 10 45 1 5 22
tempat kelahiran
Saat terjadi tanah longsor semua warga dalam
11 penyelamatan diri harus mengikuti petunjuk yang 0 0 1 5 15 68 6 27 22
berwenang
Keterangan : TS = tidak sesuai S = sesuai KS = kurang sesuai SS = sangat sesuai (Sumber: Instrumen angket 4)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan dilaksanakannya pelatihan tentang mitigasi


bahwa dalam pendekatan ORID tentang bencana.
kesadaran masyarakat terhadap kebencanaan, KESIMPULAN
secara umum sudah cukup kuat pada setiap
tahapan. Artinya, masyarakat yang dalam hal Dari pembahasan pada penelitian ini dapat
ini diwakili oleh Kader Pemberdayaan disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
Masyarakat Desa dan Tenaga Kesejahteraan 1. Pemahaman masyarakat tentang
Sosial Kecamatan secara personal sudah kebencanaan relatif cukup baik dinilai
memiliki pengetahuan yang terkait dengan dari aspek sensitivitas dalam merespon
mitigasi bencana. Masalah yang dihadapi oleh bencana, cara merefleksi bencana,
masyarakat tentang pengetahuan mitigasi kesadaran untuk mengurangi bencana dan
bencana adalah belum adanya kegiatan rutin tindakan menghindari yang dilakukan saat
untuk terus meningkatkan kewaspadaan terjadi bencana.
terhadap bencana. Pada kesempatan diskusi 2. Pemahaman tentang pendidikan mitigasi
kelompok terungkap bahwa pendidikan bencana relatif sudah ada, karena dari
mitigasi bencana sangat diperlukan oleh tahap kesadaran akan kebencanaan
masyarakat, sehingga masyarakat dapat masyarakat sudah memiliki kesadaran
mengurangi resiko bencana yang terjadi. yang tinggi, artinya masyarakat sudah
Pengetahuan masyarakat tentang mitigasi menyadari tentang pentingnya
bencana diperoleh secara informal dari media pengetahuan akan kebencanaan.
televisi. Kedalaman tentang pengetahuan 3. Pendekatan pengetahuan kebencanaan
mitigasi bencana belum dipahami secara benar merupakan modal penting bagi
dan lengkap sehingga sebagian besar pendidikan mitigasi bencana relatif sudah
masyarakat menghendaki bahwa pendidikan dimiliki oleh masyarakat. Hal ini dapat
mitigasi bencana perlu ditingkatkan di tengah dinilai dari pendekatan ORID rata-rata
masyarakat, dengan meningkatkan jumlah masyarakat menyatakan jawaban relatif
partisipasi masyarakat dalam sosialisasi sangat sesuai/sesuai dengan pengetahuan
ataupun pelatihan. Mayoritas masyarakat yang yang diperlukan dalam pendidikan
mengikuti sosialisasi menginginkan mitigasi bencana.
Akhmad Jufriadi, dkk: Sosialisasi Pengurangan Resiko Bencana 53

4. Pelaksanaan sosialisasi pengurangan DAFTAR PUSTAKA


resiko bencana dinilai baik sebagai upaya
[1] UU RI No. 24 Tahun 2007 Tentang
pendidikan mitigasi bencana.
Penanggulangan Bencana.
[2] Badan Koordinasi Penaggulangan
Bencana (2006), Rencana Aksi
Nasional Pengurangan Risiko Bencana
UCAPAN TERIMA KASIH 2006-2009, Perum Percetakan RI.
Dalam kesempatan ini, penulis [3] Irene, S. (2010). Peran Sekolah Dalam
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Sukir Pembelajaran Mitigasi Bencana.
Maryanto, Ph.D yang telah mendorong untuk Jurnal Dialog Penanggulangan
mempublikasikan kegiatan sosialisasi Bencana Volume 1 Nomor 1. 2010.
pengurangan resiko bencana yang telah [4] Wuryanti & Theresia (2007).
dilakukan di Kecamatan Tempursari. Kepada Kerangka Aksi Hyogo: Pengurangan
Kasie Pemberdayaan Kecamatan Tempursari Resiko Bencana 2005-2015:
Drs. MZ. Syamsi yang telah terlibat dalam Membangun Ketahanan Bangsa dan
pelaksanaan sosialisasi. Kepada Kader Komunitas Terhadap Masyarakat
Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Tenaga Penanggulan Bencana Indonesia.
Kerja Sosial Kecamatan Tempursari yang [5] Lazan, G.B. & Sarmiento, D. M. M
terlibat dalam penelitian ini. (2003), Facilitating Psychological
Reconstruction, International
Association of Facilitator.

Anda mungkin juga menyukai