BAB I
PENDAHULUAN
1
2
pada saat hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin, berat bayi lahir rendah,
dan peningkatan kematian perinatal.4,5
Penyebab utama anemia pada obstetri adalah defisiensi besi, yang
memiliki prevalensi di seluruh dunia antara sekitar 20-80% dari populasi wanita.
Tahapan defisiensi besi adalah menipisnya simpanan besi, eritropoiesis yang
kekurangan zat besi tanpa anemia dan anemia defisiensi besi, bentuk defisiensi
besi yang paling menonjol. Anemia defisiensi besi terjadi karena kurangnya zat
besi dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan zat besi ibu yang hamil,
kebutuhan zat besi untuk janin dan plasenta, dan pendarahan post partum. 1,6
Penilaian status zat besi sangat sulit, terutama pada kehamilan. Pada
kehamilan, perubahan fisiologi ibu meliputi peningkatan volume plasma,
peningkatan erythropoiesis dan meningkatnya kebutuhan zat besi unit
fetoplasenta. Hal ini terjadi sepanjang masa kehamilan dan dapat sangat berbeda
antara individu. Perubahan yang dihasilkan dalam kadar serum dari penanda
biokimiawi untuk status zat besi membuatnya perlu menentukan nilai batas untuk
diagnosis kekurangan zat besi.2,3
Secara umum, pada saat kehamilan, pengujian kadar serum iron dan
transferrin tidak dapat menentukan adanya suatu defisiensi zat besi karena kadar
besi serum, khususnya, dipengaruhi oleh banyak faktor seperti fluktuasi diurnal,
intra-individu dan antar-individu. Untuk menentukan defisiensi besi pra-laten
dapat dibuat hanya dalam hubungannya dengan nilai transferrin, yaitu dengan
menentukan saturasi transferrin. Kadar feritin serum dalam kisaran normal tetapi
saturasi transferrin kurang dari 15% merupakan tanda defisiensi zat besi laten,
karena lebih banyak zat besi sekarang dilepaskan dari transferrin yang bersirkulasi
untuk mempertahankan erythropoiesis.4,5,6 Penelitian Raza dkk mengenai
pemeriksaan defisiensi besi pada ibu hamil berdasarkan status besi menyatakan
bahwa terdapat penurunan kadar Hb, ferritin, serum iron, dan transferrin serta
peningkatan kadar TIBC pada trimester 2 dan 3 dibandingkan pada trimester 1.6
Pada pasien yang sehat, penentuan kadar feritin serum dapat
menggambarkan simpanan zat besi, sebagai "standar emas" saat ini untuk
mendeteksi anemia defisiensi besi. Kadar feritin serum kurang dari 15 μg / L
mengkonfirmasi adanya defisiensi besi, terlepas dari kadar hemoglobin, namun
3
jika terdapat infeksi, defisiensi zat besi mungkin ada meskipun kadar serum feritin
normal4,5,6
Menurut Lintang pada 2018, rata-rata kadar ferritin pada ibu hamil
trimester 2 di RSUP H Adam Malik Medan adalah sebesar 17.5 ± 19.09.7
Berdasarkan penelitian Adediran dkk mengenai kadar Hb dan ferritin pada ibu
hamil dengan usia kehamilan aterm, mayoritas 88.8% memiliki kadar ferritin yang
normal (≥10 µg/L), sementara hanya 11.2% memiliki kadar ferritin yang rendah
(<10 µg/L).8 Pada penelitian Kurhade et al prevalensi ibu hamil dengan nilai
ferritin dibawah normal sebanyak 17%9 sedangkan peningkatan TIBC pada ibu
hamil sebanyak 15%.10
Mengetahui kadar Serum Besi, Ferritin, TIBC, dan Status Gizi pada Ibu Hamil di
RS Pendidikan FK USU
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Epidemiologi
Frekuensi anemia dalam kehamilan di seluruh dunia cukup tinggi yaitu
berkisar antara 10-20%. Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara berkembang
berkaitan dengan anemia dalam kehamilan yang penyebabnya merupakan
defisiensi zat besi. Di Indonesia angka anemia menunjukkan nilai yang cukup
tinggi yaitu 63,5% Karena defisiensi gizi memegang peranan yang sangat penting
dalam timbulnya anemia maka dapat dipahami bahwa frekuensi anemia dalam
kehamilan lebih tinggi di negara berkembang dibandingkan dengan negara maju.
2,4
5
6
2.1.2 Patofisiologi
Kehamilan berhubungan dengan perubahan fisiologis yang berakibat pada
peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan konsentrasi
protein pengikat zat gizi dalam sirkulasi darah, termasuk penurunan zat gizi
mikro. Peningkatan produksi sel darah merah ini terjadi sesuai dengan proses
perkembangan dan pertumbuhan masa janin yang ditandai dengan pertumbuhan
tubuh yang cepat dan penyempurnaan susunan organ tubuh. Adanya kenaikan
volume darah pada saat kehamilan akan meningkatkan kebutuhan zat besi. Pada
trimester 1 kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena peningkatan
produksi eritropoetin sedikit, oleh karena tidak terjadi menstruasi dan
pertumbuhan janin masih lambat. Sedangkan pada awal trimester 2 pertumbuhan
janin sangat cepat dan janin bergerak aktif, yaitu menghisap dan menelan air
ketuban sehingga lebih banyak kebutuhan oksigen yang diperlukan. Akibatnya,
kebutuhan zat besi semakin meningkat untuk mengimbangi peningkatan produksi
eritrosit dan karena itu rentan untuk terjadinya anemia terutama anemia defisiensi
besi. 6,15
Konsentrasi Hb normal pada wanita hamil berbeda pada wanita yang tidak
hamil. Hal ini disebabkan karena pada kehamilan terjadi proses hemodilusi atau
pengenceran darah, yaitu terjadi peningkatan volume plasma dalam proporsi yang
lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit. Dalam hal ini, oleh
karena peningkatan oksigen dan perubahan sirkulasi yang meningkat terhadap
plasenta dan janin, serta kebutuhan suplai darah untuk pembesaran uterus, terjadi
peningkatan volume darah yaitu peningkatan volume plasma dan sel darah merah.
Namun, peningkatan volume plasma ini terjadi dalam proporsi yang lebih besar
yaitu sekitar tiga kali lipat jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit
sehingga terjadi penurunan konsentrasi Hb akibat hemodilusi. Hemodilusi
berfungsi agar suplai darah untuk pembesaran uterus terpenuhi, melindungi ibu
dan janin dari efek negatif penurunan venous return saat posisi terlentang, dan
melindungi ibu dari efek negatif kehilangan darah saat proses melahirkan. 4,14,15
Hemodilusi dianggap sebagai penyesuaian diri yang fisiologis dalam
kehamilan dan bermanfaat pada wanita untuk meringankan beban jantung yang
harus bekerja lebih berat semasa hamil karena sebagai akibat hipervolemi cardiac
7
output meningkat. Kerja jantung akan lebih ringan apabila viskositas darah rendah
dan resistensi perifer berkurang sehingga tekanan darah tidak meningkat. Secara
fisiologis, hemodilusi ini membantu si ibu mempertahankan sirkulasi normal
dengan mengurangi beban jantung. 4,14,15
Ekspansi volume plasma dimulai pada minggu ke-6 kehamilan dan
mencapai maksimum pada minggu ke-24 kehamilan, namun dapat terus
meningkat sampai minggu ke-37. Volume plasma meningkat sebesar 45-65 %
dimulai pada trimester 2 kehamilan dan mencapai maksimum pada bulan ke-9
yaitu meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali
normal dalam tiga bulan setelah persalinan. Stimulasi yang meningkatkan volume
plasma seperti laktogen plasenta yang menyebabkan peningkatan sekresi
aldosteron. 4,14
Volume plasma yang bertambah banyak ini menurunkan Ht, konsentrasi
Hb darah, dan hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan jumlah absolut Hb atau
eritrosit dalam sirkulasi. Penurunan hematokrit, konsentrasi hemoglobin, dan
hitung eritrosit biasanya tampak pada minggu ke-7 sampai ke-8 kehamilan dan
terus menurun sampai minggu ke-16 hingga ke-22 ketika titik keseimbangan
tercapai. Oleh sebab itu, apabila ekspansi volume plasma yang terus-menerus
tidak diimbangi dengan peningkatan produksi eritropoetin sehingga menurunkan
kadar Ht, Hb, atau hitung eritrosit di bawah batas “normal”, timbullah anemia. 15
2.1.3 Etiologi
Etiologi anemia dalam kehamilan terbagi menjadi dua yaitu :
1) Didapatkan (acquired)
Anemia defisiensi besi
Anemia karena kehilangan darah secara akut
Anemia karena inflamasi atau keganasan
Anemia megaloblastik
Anemia hemolitik
Anemia aplastik 12
8
2) Herediter
Thalasemia
Hemoglobinopati lain
Hemoglobinopati sickle cell
Anemia hemolitik herediter 12
Gambar 2.1 : Grafik menunjukkan kekurangan asam folat, protein dan zat besi
dapat menyebabkan kekurangan oksigen jaringan dan mengakibatkan terjadinya
anemia.5
Gejala klinis dari anemia bervariasi bergantung pada tingkat anemia yang
diderita. Berdasarkan gejala klinisnya anemia dapat dibagi menjadi anemia ringan,
sedang dan berat. Tanda dan gejala klinisnya adalah :
a) Anemia ringan : adanya pucat, lelah, anoreksia, lemah, lesu, dan sesak.
9
b) Anemia sedang : adanya lemah dan lesu, palpitasi, sesak, edema kaki, dan
tanda malnutrisi seperti anoreksia, depresi mental, glossitis,
ginggivitis, emesis atau diare.
c) Anemia berat : adanya gejala klinis seperti anemia sedang dan ditambah
dengan tanda seperti demam, luka memar, stomatitis,
koilonikia, pika, gastritis, termogenesis yang terganggu,
penyakit kuning, rambut halus dan rapuh, hepatomegali
dan splenomegali. 3,17,18
2.1.5 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis anemia dalam kehamilan dibutuhkan
anamnesis yang akan diperoleh keluhan berupa pucat, lelah, anoreksia, lemah,
lesu, sesak, berdebar-debar, muntah-muntah, diare. Selain itu dari pemeriksaan
fisis dapat ditemukan edema kaki, tanda malnutrisi seperti anoreksia, depresi
mental, glossitis, ginggivitis, stomatitis, koilonikia, pika, gastritis, termogenesis
yang terganggu, penyakit kuning, hepatomegali dan splenomegali sesuai dengan
derajat anemia yang diderita. 1,3,17,18
Pemeriksaan penunjang dan pengawasannya dapat dilakukan dengan alat
sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut:
a) Anemia ringan : Hb 10 – 11 gr%
b) Anemia sedang : Hb 7 – 10 gr%
c) Anemia berat : Hb < 7 gr%. 1
Pada pemeriksaan laboratorium berupa indeks sel darah merah membantu
menentukan ada tidaknya kelainan abnormal pada sel darah merah seperti
defisiensi zat besi (MCV yang rendah) atau makrositosis (MCV yang tinggi).
Pemeriksaan hemoglobin atau hematokrit harus diulang saat trimester ketiga
(lebih kurang 28 sampai 32 minggu) dan lebih sering jika diindikasikan. Ras
tertentu harus mempunyai tes skrining untuk kondisi tertentu seperti pada pasien
kulit hitam harus menjalani tes Sickledex atau elektroforesis hemoglobin untuk
melihat sickle cell trait disease dan menentukan defisiensi glucose 6-phosphate
dehydrogenase. 1
10
Terapi zat besi oral telah terbukti efektif dalam menanggulangi anemia
defisiensi besi pada banyak kasus. Kemanjurannya mungkin, namun bergantung
pada tingkat kepatuhan pasien dan penyerapan zat besi yang cukup di duodenum.
14
Perlu dicatat bahwa meskipun ada bukti yang mendukung perbaikan parameter
status hematologi dan besi dengan suplementasi besi oral, data terjadinya
peningkatan berat lahir dan berkurangnya angka kelahiran prematur masih kurang.
2,6
Pemberian suplementasi besi setiap hari pada ibu hamil sampai minggu
ke-28 kehamilan pada ibu hamil yang belum mendapat zat besi dan nonanemik
(Hb <11g/dl dan ferritin > 20 µg/l) menurunkan prevalensi anemia dan bayi berat
lahir rendah. 4
Menurut Depkes RI (1999), tablet zat besi diberikan pada ibu hamil sesuai
dengan dosis dan cara yang ditentukan yaitu: 20
Dosis Pencegahan
Diberikan pada kelompok sasaran tanpa pemeriksaan Hb. Dosisnya yaitu 1
tablet (60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat) berturut-turut selama
minimal 90 hari masa kehamilan mulai pemberian pada waktu pertama kali ibu
memeriksa kehamilannya. 20 Obat yang sering digunakan adalah tablet Fe sulfat,
furamat, atau glukonat secara oral dengan dosis 1x200mg.
Dosis Pengobatan
Diberikan pada sasaran (Hb < ambang batas) yaitu bila kadar Hb < 11gr%
pemberian menjadi 3 tablet sehari selama 90 hari kehamilannya. 20
Pada beberapa orang, pemberian tablet zat besi dapat menimbulkan gejala-
gejala seperti mual, nyeri di daerah lambung, kadang terjadi diare dan sulit buang
air besar, serta pusing. Selain itu, setelah mengonsumsi tablet tersebut tinja dapat
berwarna hitam, namun hal ini tidak membahayakan. Frekuensi efek samping
tablet zat besi ini bergantung pada dosis zat besi dalam tablet tersebut, bukan pada
bentuk campurannya. Semakin tinggi dosis yang diberikan maka kemungkinan
efek samping akan semakin besar. Tablet zat besi yang diminum saat perut dalam
keadaan terisi akan mengurangi efek samping yang ditimbulkan namun hal ini
juga menurunkan tingkat penyerapannya. 20
Terapi parenteral zat besi diberikan hanya apabila terdapat kontraindikasi
dengan terapi oral. Zat besi parenteral diberikan dalam bentuk ferri secara
15
a. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi
asam folat (pterolyglutamic acid) dan jarang sekali oleh karena defisiensi vitamin
B12 (cyanocobalamin). Asam folat merupakan vitamin larut air yang bersumber
dari daging, hati, kacang-kacangan, dan sayuran hijau. Penyimpanan asam folat
pada tubuh yaitu di hepar. Berbeda dari negara-negara Eropa dan Amerika
Serikat, frekuensi anemia megaloblastik dalam kehamilan cukup tinggi di Asia.
Hal ini erat hubungannya dengan defisiensi gizi di negara yang berkembang.
Anemia megaloblastik sering ditemukan pada multipara yang berusia lebih dari 30
tahun atau individu dengan diet tidak adekuat (intake asam folat yang kurang).
Faktor lain yang menyebabkan terjadinya anemia megaloblastik adalah pasien
yang mempunyai riwayat penyakit seperti preeklampsia, eklampsia, sickle cell
anemia, dan pasien yang masih dalam pengobatan epilepsi (primidone atau
fenitoin). 4,17,19
Asam folat diperlukan untuk sintesis DNA di dalam tubuh dan karena itu
diperlukan kebutuhan asam folat maksimum saat jaringan janin dibentuk.
Defisiensi asam folat terjadi disebabkan oleh :
16
a) Intake yang kurang : diet yang kurang asam folat, muntah dalam kehamilan
b) Penggunaan asam folat meningkat : kebutuhan saat hamil bertambah,
kecepatan pertumbuhan janin, plasenta dan jaringan uterus. 16
Turunnya kadar hemoglobin tidak terjadi sampai habisnya simpanan folat yaitu
sekitar 90 hari. Gejala klinis termasuk lesu, anoreksia, depresi mental, glossitis,
ginggivitis, emesis atau diare biasa terjadi. 17
Efek defisiensi folat pada janin akan dapat menyebabkan kelainan berat
yang mengenai jaringan non hemopoietik, yaitu neural tube defect (NTD) dan
yang dapat terjadi merupakan isolate NTD (tanpa disertai kelainan kongenital
lain) yang kekambuhannya dapat dicegah dengan pemberian folat. NTD adalah
suatu kelainan kongenital yang terjadi akibat kegagalan penutupan lempeng saraf
(neural plate) yang terjadi pada minggu ketiga hingga keempat masa gestasi. 17
Diagnosis anemia megaloblastik ditegakkan apabila ditemukan megaloblas
atau promegaloblas dalam darah atau sumsum tulang. Sifat khas anemia
megaloblastik dari apusan darah tepi adalah makrositik dan hiperkrom yang tidak
selalu dijumpai kecuali apabila anemianya sudah berat. Perubahan-perubahan
dalam leukopoesis seperti hipersegmentasi granulosit dan polimorfonuklear
merupakan petunjuk bagi defisiensi asam folat. Defisiensi asam folat sering
berdampingan dengan defisiensi zat besi dalam kehamilan. Standar baku emas
untuk penegakan diagnosis anemia megaloblastik adalah dengan pemeriksaan
kadar serum folat absorption test dan clearance test asam folat. 4,11
Pengobatan untuk anemia megaloblastik dalam kehamilan sebaiknya
diberikan terapi oral asam folat bersama-sama dengan zat besi. Tablet asam folat
diberikan dalam dosis 1-5 mg/hari pada anemia ringan dan sedang dan dapat
mencapai 10 mg/hari pada anemia berat. Anemia megaloblastik jarang disebabkan
oleh defisiensi vitamin B12. Apabila anemia megaloblastik disebabkan oleh
defisiensi vitamin B12 maka dapat diberikan secara parentral 1000µg/minggu
selama 6 minggu atau sampai kadar hemoglobin kembali normal. Oleh karena
anemia megaloblastik dalam kehamilan pada umumnya berat maka transfusi darah
kadang-kadang diperlukan pada kehamilan yang masih preterm atau apabila
pengobatan dengan berbagai obat penambah darah biasa tidak berhasil. 4,11,19
17
Guna pemeriksaan apusan darah: 1. Evaluasi morfologi dari sel darah tepi
(eritrosit, trombosit, dan leukosit) 2. Memperkirakan jumlah leukosit dan
trombosit 3. Identifikasi parasit (misal : malaria. Microfilaria, dan Trypanosoma).
Morfologi normal dan abnormal dari sel darah merah seorang pasien sangat
membantu para dokter dalam mendeteksi suatu penyakit. Saat ini, analitis tentang
morfologi sel darah merah yang dilakukan oleh para dokter dan pihak
laboratorium masih dengan cara konvensional, sehingga tidak selalu sama antara
dokter yang satu dengan yang lainnya. Kondisi fisik, pengetahuan, ketelitian dan
konsentrasi dokter sangat menentukan hasil analisis, karena dilakukan dengan
pengamatan langsung12
Morfologi sel darah merah terdiri dari bentuk, warna dan ukuran yang
dapat diamati menggunakan mikroskop dengan pewarnaan giemsa, wright, atau
lainnya. Bentuk, warna, dan ukuran sel darah merah pada keadaan tertentu dalam
mengalami abnormaliltas. Variasi bentuk sel darah merah disebut poikilositosis.
Setiap sel yang berbentuk tidak normal disebut poikilosit.12
Indeks Eritrosit atau Mean Cospuscular Value adalah suatu nilai rata-rata
yang dapat memberikan keterangan rata rata eritrosit dan banyak haemoglobin per
eritrosit. Pemeriksaan Indeks Eritrosit digunakan sebagai pemeriksaan penyaring
untuk mendiagnosis terjadinya anemia dan mengetahui anemia berdasarkan
morfologinya12
18
Adalah volume rata rata sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan satuan
femtoliter (fl). Rumus perhitungan :
Nilai normal MCV adalah 82 – 92 fl. Penurunan MCV terjadi pada pasien
anemia mikrositik, defisiensi besi, Thallasemia, Artritis Rheumatoid, Anemia Sel
Sabit, Hemogloblin C, Keracunan Timah dan Radiasi. Peningkatan MCV terjadi
pada pasien anemia apalastik, anemia hemolitik, hipotirodisme, efek obat vitamin
B12 dan antikonvulsan.12
2.1.8 Komplikasi
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik
dalam kehamilan, persalinan maupun dalam nifas dan masa selanjutnya. Berbagai
penyulit dapat timbul akibat anemia seperti berikut :
1) Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan
a) Abortus (keguguran)
b) Persalinan prematur
c) Gangguan pertumbuhan janin
d) Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%)
e) Mudah terjadi infeksi
f) Hyperemesis gravidarum
g) Perdarahan sebelum persalinan
h) Ketuban pecah dini.
2) Pengaruh Anemia terhadap Persalinan
a) Gangguan his
b) Kala II dapat berlangsung lama dan partus lama
c) Kala uri dapat diikuti retensio plasenta dan kelemahan his.
3) Pengaruh Anemia pada saat Nifas
a) Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan post partum
b) Memudahkan infeksi puerpuerium
c) Pengeluaran ASI berkurang
d) Terjadinya dekompensasi kordis.
4) Pengaruh Anemia terhadap Janin
a) Kematian janin dalam kandungan
b) Berat bayi lahir rendah
c) Kelahiran dengan anemia
d) Cacat bawaan
e) Mudah terinfeksi hingga kematian perinatal
f) Inteligensi yang rendah. 1
20
2.1.9. Prognosis
Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan pada umumnya baik
bagi ibu dan anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa pendarahan
banyak atau adanya komplikasi lain. Anemia berat meningkatkan morbiditas dan
mortalitas wanita hamil. Walaupun bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita
anemia defisiensi besi tidak menunjukkan Hb yang rendah, namun cadangan zat
besinya kurang sehingga baru beberapa bulan kemudian akan tampak sebagai
anemia infantum. 4,19
Anemia megaloblastik dalam kehamilan mempunyai prognosis cukup baik
tanpa adanya infeksi sistemik, preeklampsi atau eklampsi. Pengobatan dengan
asam folat hampir selalu berhasil. Apabila penderita mencapai masa nifas dengan
selamat dengan atau tanpa pengobatan maka anemianya akan sembuh dan tidak
akan timbul lagi. Hal ini disebabkan karena dengan lahirnya anak, kebutuhan
asam folat jauh berkurang. Anemia megaloblastik berat dalam kehamilan yang
tidak diobati mempunyai prognosis buruk. 4,17
setiap molekul transferin mengandung 2 atom Fe. Zat besi yang berikatan dengan
transferin akan terukur sebagai kadar besi serum yang dalam keadaan normal
hanya 20-45% transferin yang jenuh dengan zat besi, sedangkan kapasitas daya
ikat transferin seluruhnya disebut TIBC. Kadar TIBC : 250-420 µg/dL. 24
Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah
merah (hemoglobin). Selain itu, mineral ini juga berperan sebagai komponen
untuk membentuk mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot), kolagen
(protein yang terdapat di tulang, tulang rawan, dan jaringan penyambung), serta
enzim. Zat besi juga berfungsi dalam sistim pertahanan tubuh.25
2.2.1 Feritin
Feritin merupakan bentuk utama simpanan besi di dalam tubuh. Terhitung
sekitar 15-30% dari seluruh besi dalam tubuh dan kedua paling banyak setelah
hemoglobin sebagai protein besi di dalam tubuh. Lokasi utama ditemukannya
feritin adalah pada hepar, limpa, sumsum tulang, jantung, usus kecil, plasenta,
ginjal, dan otot skeletal. Feritin tidak hanya berfungsi sebagai cadangan besi
dalam tubuh namun juga memainkan peran yang penting dalam transportasi besi
dan absorpsi dalam usus. Kadar feritin seimbang dengan kadar besi plasma. Kadar
feritin serum menjadi salah satu indikator dalam penentuan defisiensi besi dan
keberhasilan terapi besi.26
Feritin memiliki bentuk sferis dimana di bagian tengah sferis terdapat besi
dalam bentuk oksidasi ferri menjadi mineral ferrihidrat. Struktur dari feritin
sangatlah penting terhadap kemampuan protein untuk menyimpan dan
melepaskan besi sebagai mekanisme kontrol.27 Feritin terdiri dari sebuah selubung
protein, apoprotein, yang melapisi inti pusat dari pospat oksida ferri hidrosa.
Bagian apoprotein memiliki berat molekul sekitar 450000 dalton dan mengandung
sekitar 24 subunit peptida serupa dengan setiap unit memiliki berat molekul
sekitar 18000 dalton. Kanal dalam sferis dibentuk pada permukaan antara 3-4
subunit peptida. Setiap molekul feritin memiliki sampai sekitar 5000 atom besi.
Feritin merupakan bagian dari kelompok isoferitin. Heterogenisitas dari feritin
merupakan akibat dari spektrum molekul hibrid yang mengandung proporsi yang
berbeda dari berbagai tipe subunit yang bervariasi. Karena subunit memiliki
22
dalam sel darah adalah 0,025 pada sel darah merah, 6,6 pada leukosit
polimorfonuklear, 8 pada limfosit, dan 54,6 pada monosit.26
Salah satu fungsi feritin adalah sebagai reservoir besi primer dimana besi
dapat dimobilisasi dan digunakan untuk memproduksi Hb. Fungsi lain dari feritin
adalah sebagai bagian dari sistem pertahanan penyimpan besi. Besi bebas yang
merupakan suatu oksidan poten dapat merusak jaringan dan mengganggu DNA.
Dalam fungsinya sebagai modus pertahanan, feritin mencegah besi diambil oleh
sel penginvasi seperti sel kanker dan mikroorganisme patogen sebab sel
penginvasi memerlukan besi untuk bermultiplikasi dan bertumbuh. Karena alasan
tersebut maka feritin akan meningkat ketika terjadi inflamasi walaupun
hemoglobin ataupun besi serum sedikit menurun.30
Feritin serum dapat meningkat pada kondisi-kondisi kelebihan besi atau
hemokromatosis, penyakit Wilson, porfiria kutanea tarda, siderosis Afrikan,
penyakit perlemakan hepar, penyakit hepar akibat alkohol, atau kelebihan
konsumsi suplemen besi. Pada kondisi-kondisi abnormalitas produksi eritrosit
seperti talasemia, sickle cell anemia, dan anemia sideroblastik kadar feritin serum
juga dapat meningkat. Kondisi-kondisi lain yang dapat menyebabkan peningkatan
kadar feritin serum adalah gangguan fungsi ginjal kronik, infeksi, inflamasi
kronik, leukimia, malignansi, sebagai respon terhadap terapi sulih hormon atau
penggunaan permen nikotin kronik, penyakit inflamasi usus, penyakit tiroid,
rheumatoid arthritis, dan sindrom katarak hiperferitinemia herediter.30
Untuk meningkatkan kadar feritin serum, dapat dilakukan beberapa gaya
hidup sehat seperti mengkonsumsi diet yang kaya akan vitamin C dan daging
merah, menghindari suplemen kalsium, menghindari konsumsi kopi atau teh dua
jam sebelum dan setelah makan daging, dan mengkonsumsi suplemen besi
bersamaan dengan makanan yang kaya akan vitamin C. Untuk menurunkan kadar
feritin serum, dapat dilakukan beberapa cara seperti donor darah, terapi kelasi
besi, mengkonsumsi makanan yang kaya akan kalsium, mengkonsumsi kopi dan
teh pada saat makan, dan membatasi konsumsi vitamin C saat makan.30
25
Serum Besi (Serum Iron = SI) peka terhadap kekurangan zat besi ringan,
serta menurun setelah cadangan besi habis sebelum tingkat Hb menurun.
Keterbatasan besi serum karena variasi diurnal yang luas dan spesitifitasnya yang
kurang. Serum besi yang rendah ditemukan setelah kehilangan darah maupun
donor, pada kehamilan, infeksi kronis, syok, pireksia, rhematoid artritis, dan
malignansi. Serum besi dipakai kombinasi dengan parameter lain, dan bukan
ukuran mutlak status besi yang spesifik. Nilai normal pada laki-laki: 65-176
μg/dL dan perempuan: 50-170 μg/dL.
Pada defisiensi zat besi pada wanita tidak hamil, Kadar besi serum
menurun 350 mg/dl, dan saturasi transferin < 15%. 34
jaringan tubuh.34
Rata-rata kadar besi dalam tubuh sebesar 3-4 gram. Sebagian besar (± 2
gram) terdapat dalam bentuk hemoglobin dan sebagian kecil (± 130 mg) dalam
bentuk mioglobin. Simpanan besi dalam tubuh terutama terdapat dalam hati dalam
bentuk feritin dan hemosiderin.23,35 Dalam plasma, transferin mengangkut 3 mg
besi untuk dibawa ke sumsum tulang untuk eritropoesis dan mencapai 24 mg per
hari. Sistem retikuloendoplasma akan mendegradasi besi dari eritrosit untuk
dibawa kembali ke sumsum tulang untuk eritropoesis.35
2.3 Kebutuhan Fe/Zat Besi dan Suplementasi Zat Besi Pada Masa
Kehamilan
Kebutuhan zat besi selama hamil yaitu rata-rata 800 mg – 1040 mg.
Kebutuhan ini diperlukan untuk :
• ± 300 mg diperlukan untuk pertumbuhan janin.
• ± 50-75 mg untuk pembentukan plasenta.
• ± 500 mg digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal/
sel darah merah.
• ± 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit.
• ± 200 mg lenyap ketika melahirkan
Perhitungan makan 3 x sehari atau 1000-2500 kalori akan menghasilkan
sekitar 10–15 mg zat besi perhari, namun hanya 1-2 mg yang di absorpsi.16 jika
ibu mengkonsumsi 60 mg zat besi, maka diharapkan 6-8 mg zat besi dapat
diabsropsi, jika dikonsumsi selama 90 hari maka total zat besi yang diabsropsi
adalah sebesar 720 mg dan 180 mg dari konsumsi harian ibu. Besarnya angka
kejadian anemia ibu hamil pada trimester I kehamilan adalah 20%, trimester 2
sebesar 70%, dan trimester 3 sebesar 70%.36
Hal ini disebabkan karena pada trimester 1 kehamilan, zat besi yang
dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih
lambat. Menginjak trimester kedua hingga ketiga, volume darah dalam tubuh
wanita akan meningkat sampai 35%, ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk
memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah harus mengangkut oksigen
lebih banyak untuk janin. Sedangkan saat melahirkan, perlu tambahan besi
28
300 – 350 mg akibat kehilangan darah. Sampai saat melahirkan, wanita hamil
butuh zat besi sekitar 40 mg per hari atau dua kali lipat kebutuhan kondisi tidak
hamil.37
Masukan zat besi setiap hari diperlukan untuk mengganti zat besi yang
hilang melalui tinja, air kencing dan kulit. Kehilangan basal ini kira-kira 14 ug per
Kg berat badan per hari atau hampir sarna dengan 0,9 mg zat besi pada laki-laki
dewasa dan 0,8 mg bagi wanita dewasa. 5,9 Kebutuhan zat besi pada ibu hamil
berbeda pada setiap umur kehamilannya, pada trimester I naik dari 0,8 mg/hari,
menjadi 6,3 mg/hari pada trimester 3. Kebutuhan akan zat besi sangat menyolok
kenaikannya. Dengan demikian kebutuhan zat besi pada trimester 2 dan 3 tidak
dapat dipenuhi dari makanan saja, walaupun makanan yang dimakan cukup baik
kualitasnya dan bioavailabilitas zat besi tinggi, namun zat besi juga harus disuplai
dari sumber lain agar supaya cukup.21,35
Penambahan zat besi selama kehamilan kira-kira 1000 mg, karena mutlak
dibutuhkan untuk janin, plasenta dan penambahan volume darah ibu. Sebagian
dari peningkatan ini dapat dipenuhi oleh simpanan zat besi dan peningkatan
adaptif persentase zat besi yang diserap. Tetapi bila simpanan zat besi rendah atau
tidak ada sama sekali dan zat besi yang diserap dari makanan sangat sedikit maka,
diperlukan suplemen preparat besi.21,35
Untuk itu pemberian suplemen Fe disesuaikan dengan usia kehamilan atau
kebutuhan zat besi tiap semester, yaitu sebagai berikut :
1. Trimester 1 : kebutuhan zat besi ±1 mg/hari, (kehilangan basal 0,8
mg/hari) ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan janin dan sel darah merah.
2. Trimester 2 : kebutuhan zat besi ±5 mg/hari, (kehilangan basal 0,8
mg/hari) ditambah kebutuhan sel darah merah 300 mg dan conceptus 115
mg.
3. Trimester 3 : kebutuhan zat besi 5 mg/hari,) ditambah kebutuhan sel darah
merah 150 mg dan conceptus 223 mg.
Besi dalam bentuk fero lebih mudah diabsorbsi maka preparat besi untuk
pemberian oral tersedia dalam berbagai bentuk berbagai garam fero seperti fero
sulfat, fero glukonat, dan fero fumarat. Ketiga preparat ini umumnya efektif dan
tidak mahal. Di Indonesia, pil besi yang umum digunakan dalam suplementasi zat
29
besi adalah ferrosus sulfat, senyawa ini tergolong murah dan dapat diabsorbsi
sampai 20%.34
Memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Nafero
bisirat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/
bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50
nanogram asam folat untuk profilaksis anemia.38
Dosis zat besi yang paling tepat untuk mencegah anemia ibu masih belum
jelas, tetapi untuk menentukan dosis terendah dari zat besi untuk pencegahan
defisiensi besi dan anemia defisiensi besi pada kehamilan telah dilakukan
penelitian Pada wanita Denmark, suplemen 40 mg zat besi ferrous / hari dari 18
minggu kehamilan tampaknya cukup untuk mencegah defisiensi zat besi pada
90% perempuan dan anemia kekurangan zat besi pada setidaknya 95% dari
perempuan selama kehamilan dan postpartum. Prevalensi anemia defisiensi besi
pada 39 minggu kehamilan secara signifikan lebih tinggi pada kelompok 20 mg
(10%) dibanding kelompok 40 mg (4,5%), kelompok 60 mg (0%), dan kelompok
80 mg (1,5%) (p = 0,02). Pada 32 minggu kehamilan, berarti Hb pada kelompok
20 mg lebih rendah dibanding kelompok 80 mg (p = 0,06). Tidak ada perbedaan
yang signifikan dalam status besi (feritin, sTfR, dan Hb) antara kelompok 40, 60,
dan 80 mg. Postpartum, kelompok 20 mg memiliki feritin serum rata-rata secara
signifikan lebih rendah dibanding kelompok 40, 60 dan 80 mg (p <0,01).
sedemikian jauh, ambang batas yang digunakan untuk menentukan seorang ibu
hamil berisiko KEK adalah 23,5 cm46.
Pada ibu hamil, LiLA yang digunakan pada pengukuran KEK dengan
metode IMT tidak dapat dilakukan. Nilai LiLA relatif statis sehingga interpretasi
LiLA lebih rendah daripada nilai rekomendasi yang mengindikasikan status KEK
sehingga dinyatakan bukan KEK. LiLA terutama bermanfaat untuk mengetahui
risiko KEK pada awal kehamilan karena berat badan prahamil tidak diketahui.
KEK merupakan prediktor penting prognosis ibu hamil. Di Indonesia, para ibu
tidak biasa menimbang berat badan sebelum hamil sehingga penggunaan LiLA
sebagai indikator risiko KEK menjadi sangat penting. LiLA dapat lebih mudah
mendeteksi KEK daripada IMT sehingga dapat dilakukan oleh masyarakat
awam.1,11
LiLA merupakan pengukuran status gizi yang lebih mudah dan praktis
karena hanya menggunakan satu alat ukur yaitu pita pengukur LiLA. Namun,
LiLA hanya dapat digunakan untuk keperluan skrining, tidak untuk pemantauan.
Khusus pada wanita hamil, LiLA digunakan untuk mengetahui risiko KEK karena
pada umumnya wanita Indonesia tidak mengetahui berat badan pralahir, sehingga
IMT prahamil tidak dapat diukur. Pengukuran IMT membutuhkan 2 alat yaitu
timbangan dan pengukur tinggi badan yang membutuhkan persyaratan tertentu
yang harus dipenuhi seperti kalibrasi alat timbang serta lantai yang keras dan datar
untuk pengukuran tinggi badan. Namun, IMT tidak dapat digunakan sebagai
indikator KEK ibu hamil karena perubahan berat badan yang terjadi selama
kehamilan. Oleh sebab itu, LiLA bermanfaat untuk pengukuran risiko KEK pada
ibu hamil karena LiLA relatif stabil. 11,13
Selain itu, penentuan ambang batas 23,5 cm lebih ditujukan pada risiko dan
mortalitas bayi, bukan ibu.42
Perubahan Fisiologis pada ibu Cadangan besi Asupan zat besi Status
hamil sebelum hamil selama hamil gizi
Hemodelusi
Defisiensi zat besi
Ferritin
Profil besi:
Serum Besi
Ferritin
TIBC
Usia
Status Nutrisi
Derajat Anemia
Status Besi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Subjek penelitian adalah sebagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive total sampling
34
35
Status Nutrisi
e. Definisi
Hasil Keseimbangan antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh dan
penggunaannya
f. Cara Ukur
Mengukur Lingkar Lengan Atas (LiLA) ibu hamil dengan menggunakan
meteran
g. Alat ukur
Meteran dengan hasil dalam centimeter (cm)
h. Skala ukur
a) Gizi kurang : LiLA < 22,5 cm
b) Gizi Baik : LiLA > 22,5 cm
Kadar TIBC
a. Definisi
kapasitas daya ikat transferin seluruhnya
b. Alat Ukur
Alat pemeriksaan radioimmunoassay (RIA) ferritin quantitative test
system-sensitive
c. Cara Ukur
38
Status Anemia
a. Definisi
39
Subyek penelitian
Serum Besi
Ferritin
Pencatatan Data
TIBC
Hb
MCV
Pengambilan darah
MCH
MCHC
Analisis Data