Anda di halaman 1dari 18

IMPELEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG ADMINISTRASI

KEPENDUDUKAN DI DESA PAWINDAN KECAMATAN CIAMIS


KABUPATEN CIAMIS

ARTIKEL ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Menempuh Ujian Sidang Sarjana

Oleh
YUSEP RAHMAT MULIANA
NIM. 3504140092

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Artikel ini telah disahkan pada hari ...............tanggal .................................

Oleh

Ketua Program Studi Administrasi Publik,

WAWAN RISNAWAN, S.E., S.IP., M.Si.


NIDN. 0431107401
IMPELEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG ADMINISTRASI
KEPENDUDUKAN DI DESA PAWINDAN KECAMATAN CIAMIS
KABUPATEN CIAMIS

Oleh:
YUSEP RAHMAT MULIANA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS GALUH
JL. RE Martadinata Nomor 150 Ciamis
yusep2109199567@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini difokuskan pada impelementasi kebijakan tentang administrasi


kependudukan di Desa Pawindan Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis.
Permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini meliputi: 1) Bagaimana
implementasi kebijakan tentang administrasi kependudukan di Desa Pawindan
Kecamatan Ciamis Kebupaten Ciamis?; 2) Apa saja faktor penunjang dan
penghambat dalam implementasi kebijakan tentang administrasi kependudukan di
Desa Pawindah Kecamtan Ciamis Kabupaten Ciamis?; 3) Bagaimana upaya-
upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan implementasi kebijakan tentang
administrasi kependudukandiDesa Pawindan Kecamatan Ciamis Kabupaten
Ciamis?.
Penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif dimana pengumpulan
data untuk mengetes pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan keadan dan
kejadian sekarang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara; 1) Studi
kepustakaan, 2) Studi lapangan, berupa: a) Angket, 1) Wawancara, 2)
Pengamatan (observation). Teknik Pengolahan dan Analisis Data dengan cara;
1) Reduksi Data, 2) Penyajian Data, 3) Triangulasi, 4) Menarik Kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa impelementasi kebijakan tentang
administrasi kependudukan di Desa Pawindan Kecamatan Ciamis Kabupaten
Ciamis mengacu pada pendapat Edward III dalam Nugroho (2014: 673) bahwa
implementasi kebijakan akan berhasil apabila didukung 4 (empat) variable
pendukung, yaitu: 1) Komunikasi. 2) Sumberdaya. 3) Disposisi. Dan 4) Struktur
birokrasi. Pelaksana implementasi kebijakan administrasi kependudukan di Desa
Pawindan telah sesuai dengn tugas pokok dan fungsi masing-masing organisasi.
Hambatan berupa tingkat kepatuhan pelaksana dalam implementasi kebijakan
yang belum sepenuhnya optimal. Upaya untuk mengatasi hambatan dengan
perbaikan dalam pemberian informasi yang sesuai kepada masyarakat tentang
waktu pelayanan pelayanan kebijakan administrasi kependudukan.
Dalam mewujudkan impelementasi kebijakan tentang administrasi kependudukan
sebaiknya lebih meningkatkan lagi kemampuan perangkat desa untuk membuat
solusi pemecahan masalah keterbatasan sumber daya manusia yang dimiliki.
Kata Kunci: Implemetasi, Kebijakan Publik, Administrasi Kependudukan
A. Pendahuluan
Dalam proses kegiatan politik didalamnya terdapat proses kegiatan
administrasi yaitu proses menggerakan, menghidupkan dan mengembangkan
Negara dalam mengembangkan ciri-ciri bangsa dan Negara, maka kebijakan-
kebijakan yang merupakan reaksi respon atau tanggapan-tanggapan keinginan
rakyat, kemauan bangsa dan kehendak Negara itu diwujudkan dalam sikap-sikap,
langkahlangkah, dan perbuatan-perbuatan yang di terapkan dan dilakukan oleh
pemerintah. Dye (Waluyo, 2007:42) mengemukakan bahwa ‘kebijakan publik
adalah apa saja yang dipilih oleh pemerintah untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu (public policy is whatever government choose to do or not to
do)’.
Pemerintah telah menjadi lokomotif dalam kegiatan bernegara, ataupun
yang dipilih oleh pemerintah adalah kebijakan yang selalu bernaung dibalik
otoritasnya dan kewenangannya, karena sistem perumusan kebijakan sutu Negara
terdapat beraneka ragam model, tergantung pada situasi dan kondisi serta sistim
pemerintahan yang berlaku pada suatu Negara Peristiwa-peristiwa tersebut bagitu
penting, oleh sebab itu maka demi terciptanya keadaan masyarakat yang tertib dan
teratur serta demi terjaminnya kepastian hukum, maka diperlukan suatu peraturan
untuk mengaturnya. Peraturan yang dimaksud adalah peraturan dibidang
kependudukan yang disebut dengan Administrasi Kependudukan yang
dilaksanakan oleh lembaga pencatatan sipil yaitu Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil serta sebagian dilakukan oleh desa atau kelurahan. Administrasi
kependudukan memuat tentang Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting,
yang dimaksud dengan Peristiwa Kependudukan antara lain perubahan alamat,
pindah datang untuk menetap, tinggal terbatas, serta perubahan status orang asing
tinggal terbatas menjadi tinggal tetap. Sedangkan Peristiwa Penting antara lain
kelahiran, kematian, perkawinan, dan perceraian, termasuk pengangkatan,
pengakuan, dan pengesahan anak, serta perubahan status kewarganegaraan, ganti
nama dan peristiwa penting lainnya yang dialami oleh seseorang merupakan
kejadian yang harus dilaporkan kepada instansi terkait melalui pemerintah desa
sebagai instansi yang paling dekat dengan masyarakat, karena membawa
implikasi perubahan data identitas atau surat keterangan kependudukan.
Desa Pawindan merupakan salah satu desa di Kabupaten Ciamis yang
melakukan kegiatan administrasi kependudukan. Dalam pengimplementasian
kebijakan tentang Administrasi Kependudukan yang dilakukan oleh Desa
PawindanKecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis masih terdapat beberapa
permasalahan dalam penyelenggaraannya.
Sehubungan dengan observasi dan wawancara awal yang peneliti lakukan
bahwa terdapat beberapa permasalahan dalam pelaksanaan kebijakan tentang
administrasi kependudukan, hal tersebut dibuktikan dengan beberapa indikator-
indikator sebagai berikut :
1. Masih lemahnya koordinasi pelaksana kebijakan dalam implementasi
kebijakan administrasi kependudukan di Desa Pawindan. Hal ini terlihat dari
masih lemahnya komunikasi antara kepala desa dengan pegawai desa yang lain
dalam pelaksanaan implementasi kebijakan di Desa Pawindan.
2. Adanya beberapa pegawai desa sebagai pelaksana kebijakan yang belum
optimal dalam pelaksanaan implementasi kebijakan administrasi
kependudukan. Hal ini terlihat dari masih ada beberapa pegawai desa yang
lemah dalam komunikasi dengan masyarakat pada implementasi kebijakan
administrasi kependudukan di Desa Pawindan.
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka rumusan
permasalahannya adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana implementasi kebijakan
tentang administrasi kependudukan di Desa Pawindan Kecamatan Ciamis
Kebupaten Ciamis? 2) Apa saja faktor penunjang dan penghambat dalam
implementasi kebijakan tentang administrasi kependudukan di Desa Pawindah
Kecamtan Ciamis Kabupaten Ciamis? 3)Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan
untuk mengatasi hambatan implementasi kebijakan tentang administrasi
kependudukandiDesa Pawindan Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis?
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Implementasi Kebijakan Publik
Dalam konsep yang sederhana, pada intinya pengertian kebijakan publik
adalah konsep yang mendasari rencana organisasi publik atau rencana pemerintah
dalam mengatur kepentingan orang banyak atau kepentingan umum. Menurut
James E Anderson sebagaimana dikutip Islamy (2009 : 17) mengungkapkan
bahwa kebijakan adalah “a purposive course af action followed by an actor or set
of actors in dealing with a problem or matter of concern”(serangkaian tindakan
yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang
pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu).
Pendapat lainnya dikemukakan menurut Friederich (hamdi 2014 : 36) yang
memandang kebijakan sebagai :
Suatu tindakan yang disarankan mengenai perorangan, kelompok atau
pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yang berisikan hambatan dan
kesempatan yang akan diatasi atau dimanfaatkan melalui kebijakan yang
disarankan dalam upaya mencapai suatu tujuan atau mewujudkan suatu
maksud.

Kebijakan publik lahir dari adanya tuntutan kebijakan (policy demonds)


suatu tuntutan yang ditujukan kepada para pejabat oleh para pelaku dalam sistem
politik, untuk bertindak atau tidak bertindak, dalam suatu kondisi atau situasi yang
menghasilkan kebutuhan manusiawi, ketidakpuasan, atau perampasan. Menurut
Pandji Santosa (2008:40) model perumusan kebijakan yang berorientasi pada
tujuan dapat dirinci susunan kegiatannya sebagai berikut :
1. Tetapkan tujuan yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu.
2. Periksa kecukupan sumberdaya yang tersedia, khususnya waktu,
manusia, sistem dan dana.
3. Susunlah kebijakan yang mendukung pengelolaan sumber daya
tersebut untuk mencapai tujuan.

Mengenai implementasi kebijakan, Menurut Meter dan Horn (Agustino,


2008 : 139), mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai : ‘tindakan-tindakan
yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-
kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan
yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan’.
Pendapat lain dikemukakan oleh Mazmanian dan Sabastier (Agustino,
2008 : 139) yang mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai berikut :
Pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk
undang-undang, namun pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan
eksekutif yang penting atau keputusan peradilan lazimnya, keputusan
tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan
secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara
untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya.

Dari beberapa takrifan seperti tertuang diatas dapat diketahui bahwa


implementasi kebijakan berkaitan dengan tiga hal, yakni (i) Adanya tujuan atau
sasaran (ii) Adanya aktivitas atau, dan (iii) Adanya hasil. Namun ini saja belum
cukup . ini karena implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, dimana
pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan sehingga pada
akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran
kebijakan itu sendiri. Hal ini sesuai pula dengan apa yang diungkapkan oleh
Lester &Stewart Jr (Leo Agustino, 2016 : 129)‘...in terms of output, or the axtent
to which programmatic goals are supported, such as the level of expenditures
committed to a program or the number of violations issued for failure to comply
with the implementation directive’.
Menurut Riant Nugroho (2014 : 686-688) prinsip-prinsip pokok dalam
implementasi kebijakan yang efektif pada dasarnya terdapat “Lima tepat” yang
perlu dipenuhi dalam hal keefektivan implementasi kebijakan. Kelima tepat
dimaksud adalah :
Pertama, adalah apakah kebijakannya sendiri sudah tepat. Ketepatan
kebijakan ini dinilai dari sejauhmana kebijakan yang ada telah bermuatan
hal-hal yang memang memecahkan masalah yang hendak dipecahkan.
“Tepat” yang kedua adalah “tepat pelaksananya”. Aktor implementasi
kebijakan tidaklah hanya pemerintah. Ada tiga lembaga yang dapat
menjadi pelaksana, yaitu pemerintah, kerjasama antar pemerintah,
masyarakat/swasta atau implementasi kebijakan yang diswastakan.
“Tepat” ketiga adalah “tepat target”. Ketepatan berkenaan dengan tiga hal.
Pertama, apakah target yang diintervensi sesuai dengan yang
direncanakan, apakah tidak ada tu mpang tindih dengan intervensi lain,
atau tidak bertentangan dengan intervensi kebijakan lain.
“Tepat” keempat adalah “tepat lingkungan”. Ada dua lingkungan yang
paling menentukan, yaitu lingkungan kebijakan, yaitu interaksi di antara
lembaga perumus kebijakan dan pelaksana kebijakan dengan lembaga lain
yang terkait.
Tepat kelima adalah “Tepat proses”. Riant Nugroho (2014:688) secara
umum, implementasi kebijakan publik terdiri dari tiga proses, yaitu :
1. Policy acceptance. Disini publik memahami sebagai sebuah “aturan
main” yang diperlukan untuk masa depan, di sisi lain pemerintah
memahami sebagai tugas yang harus dilaksanakan.
2. Policy adoption. Di sini publik menerima sebagai sebuah “aturan main”
yang diperlukan untuk masa depan, disisi lain pemerintah harus
menerima sebagai tugas yang harus dilaksanakan.
3. Strategic readiness. Di sini publik siap melaksanakan atau menjadi
bagian dari kebijakan, disisi lain birokrat on the street (atau birokrat
pelaksana) siap menjadi pelaksana kebijakan.

Model implementasi kebijakan yang dikembangkan oleh Edward III


(Nugroho, 2014 : 673) menyarankan untuk memperhatikan empat isu pokok agar
implementasi kebijakan menjadi efektif, yaitu:
1. Dimensi Komunikasi
Menurut Edward III dalam Widodo (2010 :97), komunikasi diartikan
sebagai “proses penyampaian informasi komunikator kepada
komunikan”. Informasi mengenai kebijakan publik menurut Edward III
dalam Widodo (2010:97) perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan
agar para pelaku kebijakan dapat mengetahui apa yang harus mereka
persiapkan dan lakukan untuk menjalankan kebijakan tersebut
sehingga tujuan dan sasaran kebijakan dapat dicapai sesuai dengan
yang diharapkan.
2. Dimensi Sumberdaya
Sumber Daya berkenaan dengan ketersediaan sumberdaya pendukung,
khususnya sumberdaya manusia, dimana hal ini berkenaan dengan
kecakapan dari pelaksanaan kebijakan publik untuk carry out kebijakan
secara efektif. Menurut Edward III dalam Widodo (2010:98) bahwa
sumberdaya tersebut meliputi sumberdaya manusia, sumberdaya anggaran,
dan sumberdaya peralatan dan sumberdaya kewenangan
3. Dimensi Disposisi
Disposisi menurut Edward III dalam Widodo (2010:104) dikatakan
sebagai “kemauan, keinginan dan kecenderungan para perlaku kebijakan
untuk melaksanakan kebijakan tadi secara sungguh sungguh sehingga apa
yang menjadi tujuan kebijakan dapat diwujudkan. Disposisi berkenaan
dengan kesediaan dari para implementor untuk carry out kebijakan public
tersebut. Kecakapan saja tidak mencukupi, tanpa kesediaan dan komitmen
untuk meaksanaakan kebijakan.
4. Dimensi Struktur Birokrasi
Struktur Birokrasi berkenaan dengan kesesuaian organisasi birokrasi yang
menjadi penyelenggara implementasi kebijakan publik. Struktur birokrasi
ini menurut Edward III dalam Widodo (2010:106) mencangkup aspek-
aspek seperti struktur birokrasi, pembagian kewenangan, hubungan antara
unit-unit organisasi dan sebagainya. Selanjutnya Menurut Edwards III
dalam Winarno (2005:152) terdapat dua karakteristik utama dari birokrasi
yakni:
a. Membuat standar operating procedures (SOP) yang lebih fleksibel,
SOP adalah suatu prosedur atau aktivitas terencana rutin yang
memungkinkan para pegawai (atau pelaksana kebijakan seperti
aparatur, administratur, atau birokrat) untuk melaksanakan kegiatan –
kegiatannya pada setiap harinya sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan (atau standar minimum yang dibutuhkan warga).
b. Melaksanakan fragmentasi, tujuannya untuk menyebar tanggung
jawabberbagai aktivitas, kegiatan, atau program pada beberapa unit
kerja yang sesuai dengan bidangnya masing-masing, dengan
terfragmentasinya struktur birokrasi, maka implementasi akan lebih
efektif karena dilaksanakan oleh organisasi yang kompeten dan
kapabel.

4. Administrasi Kependudukan
Dalam Undang-Undang No 23 tahun 2014 tentang Administrasi
Kependudukan disebutkan bahwa:
Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan
penertiban dalam penerbitan dokumen dan Data Kependudukan melalui
Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, pengelolaan informasi
Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk
pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.

Selanjutnya dalam Undang-Undang No 23 tahun 2014 tentang


Administrasi Kependudukan disebutkan juga bahwa: “Dokumen Kependudukan
adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang mempunyai
kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil”.
Terdapat beberapa jenis dokumen kependudukan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang No 23 tahun 2014 tentang Administrasi
Kependudukanpada dasarnya meliputi :
1. Biodata Penduduk
2. Kartu Keluarga (KK);
3. Kartu Tanda Penduduk (KTP);
4. Surat Keterangan Kependudukan
5. Akta Pencatatan Sipil

Data perseorangan menurut UU No. 24 Tahun 2013, pasal 58 ayat 2,


meliputi nomor Kartu Keluarga; Nomor Induk Kependudukan; nama lengkap;
jenis kelamin; tempat lahir; tanggal/bulan/tahun lahir; golongan darah;
agama/kepercayaan; status perkawinan; status hubungan dalam keluarga; cacat
fisik dan/atau mental; pendidikan terakhir; jenis pekerjaan; NIK ibu kandung;
nama ibu kandung; NIK ayah; nama ayah; alamat sebelumnya; alamat sekarang;
kepemilikan akta kelahiran/surat kenal lahir; nomor akta kelahiran/nomor surat
kenal lahir; kepemilikan akta perkawinan/buku nikah; nomor akta
perkawinan/buku nikah; tanggal perkawinan; kepemilikan aktaperceraian; nomor
akta perceraian/surat cerai; tanggal perceraian; sidik jari; iris mata; tanda
tangan; dan elemen data lainnya yang merupakan aib seseorang.

C. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriftif kualitatif yang
bertujuan untuk memahami dan menafsirkan makna suatu fenomena – fenomena
yang terjadi, kemudian berusaha untuk menganalisis, dan menjelaskan fenomena–
fenomena tersebut yang selanjutnya penulis berusaha untuk memberikan
penilaian. Dengan menggunakan model penelitian deskriftif kualitatif ini akan
lebih memberikan penganalisaan secara mendalam, sehingga penulis dapat
menggambarkan permasalahan–permasalahan yang terjadi terkait dengan
Implementasi Kebijakan Tentang Administrasi Kependudukan di Desa Pawindan
Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiono
(20016: 6), yang mengatakan bahwa :
Metode yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat yang alamiah
(bukan buatan, tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan
data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara, terstruktur
dan sebagainya (perlakuan tidak seperti dalam eksperimen).

Adapun sumber data yang dipakai oleh peneliti untuk melengkapi data
tersebut adalah informan dengan jumlah sebanyak 3 orang, yang terdiri dari
Kepala Desa 1 Orang, Sekretasi Desa non PNS 1 Orang, Kaur Umum 1 Orang.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu wawancara, observasi
dan studi dokumentasi. Adapun teknik pengolahan data dalam penelitian kali ini,
meliputi:
a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan dengan hal ini diberi kode
agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri
b. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan,
membuat ikhtisar dan membuat indeksnya
c. Berfikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai
makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan
membuat temuan-temuan umum.
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berikut penulis sajikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
Impelementasi Kebijakan Tentang Administrasi Kependudukan Di Desa
Pawindan Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis.
1. Pembahasan Mengenai Implementasi Kebijakan tentang Administrasi
Kependudukan di Desa Pawindan Kecamatan Ciamis Kabupaten
Ciamis
Untuk mengetahui Impelementasi Kebijakan Tentang Administrasi
Kependudukan Di Desa Pawindan Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis,
pembahasan hasil penelitian dari setiap dimensi dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Dimensi Komunikasi
Setelah dilakukan penelitian melalui wawancara dan observasi, diperoleh
hasil bahwa adanya komunikasi yang baik antara pelaksana kebijakan dengan
penerima kebijakan dalam implementasi kebijakan administrasi kependudukan di
Desa Pawindan diketahui bahwa komunikasi antara pelaksana kebijakan dengan
penerima kebijakan pada pemerintah Desa Pawindan dalam mewujudkan tugas
dan fungsinya adalah mengadakan berbagai kegiatan penataan, pengelolaan dan
pengembangan, salah satunya adalah bidang administrasi kependudukan.
Informasi kebijakan tentang administrasi kependudukan di Desa Pawindan dapat
dengan jelas diterima oleh masyarakat. Penyampaian informasi melalui acara
keagamaan dan acara hajatan. Metode-metode tersebut efektif digunakan karena
informasi yang disampaikan langsung dapat diterima oleh masyarakat.
b. Dimensi Sumberdaya
Setelah dilakukan penelitian melalui wawancara dan observasi, diperoleh
hasil bahwa sumber daya manusia yang dimiliki oleh aparat Desa Pawindan masih
belum optimal. Terlihat dari kinerja aparatur kedisiplinan masuk di jam kerja dan
kesigapan dalam melayani masyarakat. Ketersediaan sumberdaya pendukung,
khususnya sumberdaya manusia, dimana hal ini berkenaan dengan kecakapan dari
pelaksanaan kebijakan publik untuk carry out kebijakan secara efektif, yang mana
dalam pelaksanaan administrasi memiliki berbagai kendala. Diantaranya yaitu
kurangnya pegawai pada saat proses pendaftaran adaministrasi kependudukan
berupa e-ktp, KK, Akte kelahiran dan surat pindah. karena tidak sesuai dengan
jumlah masyarakat yang bertambah dengan pegawai yang ada pada pengurusan
penerbitan dokumen administrasi kependudukan. Hal ini memicu penuntutan dari
masyarakat sekitar dalam hal peningkatan kualitas pelayanan.
c. Dimensi Disposisi
Setelah dilakukan penelitian melalui wawancara dan observasi, diperoleh
hasil bahwa semangat kerja yang dimiliki perangkat Desa Pawindan masih
tergolong belum maksimal. Terlihat dari ketidak tepatan waktu saat jam masuk
dan jam pulang kerja, hal ini mempengaruhi terhadap pelayanan publik dalam hal
pengadaan administrasi kependudukan.
Penerapan komitmen kebijakan administrasi kependudukan oleh Kepala
Desa Pawindan Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis sudah dilakukan sesuai
dengan peraturan atau tata tertib yang sudah ditetapkan dan masih berlaku. Prinsip
ini selalu diingatkan oleh Kepala Desa Pawindan Kecamatan Ciamis Kabupaten
Ciamis dalam setiap rapat koordinasi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan
responsifitas kebutuhan masyarakat dalam hal pelayanan administrasi
kependudukan.
d. Dimensi Struktur Birokrasi
Setelah dilakukan penelitian melalui wawancara dan observasi, diperoleh
hasil bahwa standar operasional prosedur (SOP) pelayanan tentang administrasi
kependudukan di Desa Pawindan melalui ruang pelayanan. Kemudian warga
menyerahkan kelengkapan dokumen kepada bagian administrasi kependudukan
untuk kemudian di tandatangani oleh Kepala Desa sebelum melanjutkan ke Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten.
2. Faktor Penunjang dan Penghambat Implementasi Kebijakan tentang
Administrasi Kependudukan di Desa Pawindan Kecamatan Ciamis
Kabupaten Ciamis
Faktor penunjang dan penghambat Implementasi Kebijakan tentang
Administrasi Kependudukan di Desa Pawindan Kecamatan Ciamis Kabupaten
Ciamis, yaitu sebagai berikut:
a. Faktor Penunjang
Faktor Penunjang dalam Implementasi Kebijakan tentang Administrasi
Kependudukan di Desa Pawindan Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis,
yaitu sebagai berikut:
1. Kedekatan aparat desa dengan masyarakat, sehingga lebih mudah
dalam melakukan sosialisasi pentingnya Administrasi Kependudukan.
2. Memiliki kompetensi mengenai pelayanan administrasi kependudukan.
Hal tersebut didukung oleh latar belakang pendidikan pelaksana
pelayanan administrasi kependudukan yang memiliki syarat minimal
S1.
3. Adanya perbaikan sistem pelayanan yang terus dilakukan oleh
pemerintah desa Pawindan, diantaranya dengan merefisi aturan kerja
yang berlaku. Pengawasan dari kepala desa Pawindan dan norma-
norma yang berlaku di masyarakat.
4. Desa Pawindan telah memiliki standar operasional prosedur (SOP)
pelayanan tentang administrasi kependudukan. Kemudian Kepala Desa
telah membagi wewenang dan tugas setiap bagian organisasi
pemerintahan di Desa Pawindan.
b. Faktor Penghambat
Faktor Penghambat dalam Implementasi Kebijakan tentang
Administrasi Kependudukan di Desa Pawindan Kecamatan Ciamis
Kabupaten Ciamis, yaitu sebagai berikut:
1. Masih terbatasnya petugas yang memiliki kompetensi khusus
dalam pelayanan administrasi kependudukan.
2. Masih kurangnya jumlah anggota perangkat desa khusus pada
bagian administrasi kependudukan.
3. Masih kurang semangat kerja aparat pemerintah Desa Pawindan.
4. Keengganan masyarakat dalam mengurus dokumen kependudukan,
dan keengganan petugas untuk mengikuti standar operasional
prosedur (SOP) yang telah ada.
5. Pemahaman masyarakat akan alur pengurusan dokumen
administrasi kependudukan yang masih kurang.
6. Keenganan dari para aparat desa untuk ditempatkan pada posisi
yang memerlukan kompetensi khusus
3. Pembahasan mengenai Upaya-Upaya untuk Mengatasi Hambatan-
Hambatan Implementasi Kebijakan tentang Administrasi
Kependudukan di Desa Pawindan Kecamatan Ciamis Kabupaten
Ciamis
Berdasarkan hasil penelitian mengenai upaya-upaya yang dilakukan untuk
mengatasi hambatan Implementasi Kebijakan tentang Administrasi
Kependudukan di Desa Pawindan Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis, yaitu
sebagai berikut:
1. Meningkatkan komunikasi dan informasi kepada masyarakat desa
Pawindan.
2. Menjelaskan kepada masyarakat mengenai alur pengurusan dokumen
administrasi kependudukan.
3. Meningkakan sumber daya manusia yang dimiliki pemerintah Desa
Pawindan khususnya bagian administrasi kependudukan yang kompeten
dengan cara pelatihan.
4. Melakukan berbagai pendekatan sesuai dengan latar belakang budaya
masyarakat setempat agar dapat diterima dengan baik, bisa dengan
melibatkan ketua RW dan RT masing-masing.
5. Mengikutsertakan aparat desa dalam berbagai pelatihan dan workshop
tentang administrasi kependudukan.
6. Menyediakan sarana dan prasana yang mendukung untuk melaksanakan
kebijakan publik tentang administrasi kependudukan, seperti blanko surat
pengantar.
7. Memberikan semangat kerja dengan motivasi dari kepala desa kepada para
aparat desa.
8. Melakukan pengawasan yang ketat dari Bapak Kepala Desa dan BPD
Desa. Aparatur desa bekerja bersama membangun sistem pelayanan yang
dapat memuaskan masyarakat.
9. Menekankan pada setiap perangkat desa untuk melaksanakan prosedru
SOP yang telah ada, serta menghimbau pada masyarakat dalam mengurus
administrasi kependudukan agar mengikuti prosedur yang ada.
10. Memilih aparatur yang paham mengoperasikan komputer tentunya dapat
menguasai dan memahami komputer untuk menjadi pertugas operator
pelayanan administrasi kependudukan.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan informasi yang diperoleh dari hasil
penelitian serta dengan memperhatikan rumusan masalah yang telah ditetapkan,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa Implementasi Kebijakan tentang
Administrasi Kependudukan di Desa Pawindan Kecamatan Ciamis Kabupaten
Ciamis dapat dikatakan telah dilakukan dengan baik walaupun hasilnya belum
optimal. Terlihat pada kemampuan perangkat desa yang masih rendah, sehingga
produktivitas kerja juga masih rendah. Hal ini dikarenakan pada beberapa
indikator ditemukan hambatan dalam pelaksanaanya diantaranya adalah
kemampuan perangkat desa dari segi pendidikan yang belum merata dan jumlah
penduduk Desa Pawindan masih ada yang belum memiliki kelengkapan
administrasi kependudukan. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan
pelaksanaan Implementasi Kebijakan tentang Administrasi Kependudukan di
Desa Pawindan Perbaikan dalam pemberian informasi yang sesuai kepada
masyarakat, meningkatkan pelayanan administrasi kependudukan kepada
masyarakat, Menganjurkan perangkat Desa Pawindan agar memberikan perhatian
kepada masyarakat secara individual.
2. Saran
Dengan memperhatikan hasil penelitian yang telah dilakukan pada bagian
ini diajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Dalam mewujudkan impelementasi kebijakan tentang administrasi
kependudukan di Desa Pawindan Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis,
sebaiknya lebih meningkatkan lagi kemampuan perangkat desa untuk
membuat solusi pemecahan masalah keterbatasan sumber daya manusia
yang dimiliki. Serta mencari alteranatif sistem kebijakan administrasi
kependudukan agar semua penduduk di Desa Pawindan memiliki
identitas kependudukan.
2. Untuk menghindari terulang kembalinya hambatan-hambatan yang
ditemukan dalam impelementasi kebijakan tentang administrasi
kependudukan di Desa Pawindan Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis
dapat dilakukan dengan cara pengawasan atau monitoring secara tidak
langsung misalkan laporan-laporan permasalahan yang terjadi dalam
proses implementasi kebijakan administrasi kependudukan
3. Perlu meningkatkan langkah-langkah yang dapat mempengaruhi,
mengubah dan mengarahkan masyarakat diantaranya berupa sosialisasi
akan kebijakan adminsitrasi yang berlaku di Desa Pawindan Kecamatan
Ciamis Kabupaten Ciamis.

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo. (2008). Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung:

Alfabeta.
_______________(2014). Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung:

Alfabeta.

Islamy, Irfan. 2009. Prinsip- prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara.

Bumi Aksara: Jakarta.

Nugroho, Riant. 2014. Public Policy. Jakarta: PT. Elex Media

Komputindo.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Waluyo. 2007. Manajemen Publik (Konsep, Aplikasi Dan

Implementasinya Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah),

Bandung: Mandar Maju.

Widodo, Joko.2010. Analisis Kebijakan Publik. Malang: Bayumedia.

Winarno, Budi. 2005. Terori dan Proses Kebijakan public. Yogyakarta :

Media Presindo.

Dokumen Lain :

Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2014 Tentang Administrasi

Kependudukan.

Anda mungkin juga menyukai

  • Kartu Soal
    Kartu Soal
    Dokumen13 halaman
    Kartu Soal
    Dika Noer Setiadi
    Belum ada peringkat
  • BAB IV YAYAT
    BAB IV YAYAT
    Dokumen24 halaman
    BAB IV YAYAT
    Dika Noer Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Makala H
    Makala H
    Dokumen23 halaman
    Makala H
    Dika Noer Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Laporan Penelitian
    Laporan Penelitian
    Dokumen37 halaman
    Laporan Penelitian
    Dika Noer Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Laporan Akhir KKN
    Laporan Akhir KKN
    Dokumen135 halaman
    Laporan Akhir KKN
    Dika Noer Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Wahyu
    Skripsi Wahyu
    Dokumen40 halaman
    Skripsi Wahyu
    Dika Noer Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Pengadaan
    Pengadaan
    Dokumen39 halaman
    Pengadaan
    Dika Noer Setiadi
    Belum ada peringkat
  • RPP UPAH Pertemuan Ke 5
    RPP UPAH Pertemuan Ke 5
    Dokumen26 halaman
    RPP UPAH Pertemuan Ke 5
    Dika Noer Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Pengembangan
    Pengembangan
    Dokumen59 halaman
    Pengembangan
    Dika Noer Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Laporan Hasil Observasi
    Laporan Hasil Observasi
    Dokumen30 halaman
    Laporan Hasil Observasi
    Dika Noer Setiadi
    Belum ada peringkat