PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram .
Nasib janin yang ditolong secara sectio caesaria sangat tergantung dari keadaan
janin sebelum dilakukan operasi. Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian
perinatal umumya dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menilai kemampuan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan suatu bangsa. Selain itu, angka kematian ibu dan
bayi di suatu negara mencerminkan tingginya resiko kehamilan dan persalinan. Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi. Hal tersebut menilik capaian
penurunan AKI di beberapa negara Asean. AKI di negara-negara Asean sudah
menempati posisi 40-60 per 100 ribu kelahiran hidup. Sedangkan di Indonesia
berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 masih menempati posisi 305
per 100 ribu kelahiran hidup. Hal ini berbeda jauh dengan Singapura yang berada 2-3
AKI per 100 ribu kelahiran.
Berbagai permasalahan yang membahayakan ibu hamil saat ini sangat rentan
terjadi, hal ini seiring banyaknya kejadian atau kasus-kasus yang ditemui di dunia
kebidanan terkait dengan tanda-tanda bahaya kehamilan. Yang paling menonjol saat ini
adalah kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) yakni mulai pecahnya ketuban sampai 1 jam
setelah ketuban pecah tidak ada tanda-tanda persalinan (inpartu). Sebagian besar ketuban
pecah dini terjadi di atas usia kehamilan 37 minggu, sedangkan dibawah 36 minggu tidak
terlalu banyak.
B. Tujuan
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah mengetahui dan melaksanakan
asuhan keperawatan perioperatif terhadap Ny. T dengan tindakan sectio caesaria dengan
Diagnosa ketuban pecah dini sesuai dengan standar keperawatan.
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah melakukan pengkajian,
merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun rencana tindakan, melakukan tindakan
1
keperawatan sesuai dengan rencana asuhan keperawatan dan mengevaluasi tindakan
keperawatan pada ibu dengan tindakan caesaria Diagnosa ketuban pecah dini sesuai
dengan standar keperawatan.
C. Ruang Lingkup
Dalam Laporan Asuhan Keperawatan Perioperatif ini, kami hanya membahas tentang
proses asuhan keperawatan perioperatif (pre, intra dan post) di lingkungan RS Islam
Jakarta tentang Sectio Caesarea.
D. Manfaat
a. Bagi Pasien
Dapat mengetahui hasil pemeriksaan sacera lengkap dan diharapkan pasien
lebih meningkatkan mutu kesehatan.
b. Bagi Pelayan Kesehatan
Dapat memberikan informasi atau masukan dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan khususnya terhadap pengetahuan tentang keperawatan
perioperatif pada pasien sectio caesarea.
c. Bagi Mahasiswa Pelatihan
Sebagai penerapan tentang teori yang telah didapat di bangku kuliah dan
menambah wawasan serta informasi tentang keperawatan perioperatif tentang
sectio caesarea .
d. Bagi Pendidikan
Dapat menambah kepustakaan dan sebagai sumber referensi bagi mahasiswa
tentang keperawatan perioperatif sectio caesarea.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Asuhan Keperawatan Perioperatif, disusun sebagai
berikut:
a. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, tujuan, ruang lingkup dan
manfaat penulisan, serta sistematika penulisan.
b. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang definisi, anatomi, patofisiologi, pemeriksaan
penunjang dan askep perioperatif
2
c. BAB III TINJAUAN KASUS
Bab ini menjelaskan Proses asuhan Keperawatan dari pre operasi, intra operasi dan
post operasi.
d. BAB IV PEMBAHASAN KASUS
Bagian ini berisi pembahasan tentang kasus yang sedang di bahas
e. BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisikan beberapa kesimpulan dan saran.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi
pada dinding abdomen dan uterus (Oxorn & William, 2010).
Menurut Amru Sofian (2012) Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan
janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Amin
& Hardhi, 2013).
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan <4 cm (fase laten). Hal ini
dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD
preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang
adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan. (Nugroho,
2012).
B. Anatomi
1. Anatomi dan fisiologi sistem reproduksi
Organ reproduksi wanita terbagi atas organ eksterna dan interna. Organ eksterna
berfungsi dalam kopulasi, sedangkan organ interna berfungsi dalam ovulasi,
sebagai tempat fertilisasi sel telur dan perpindahan blastosis, dan sebagai tempat
implantasi; dapat dikatakan berfungsi untuk pertumbuhan dan kelahiran janin.
4
a. Struktur Eksterna
1. Mons Pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk
bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang diatas simfisis
pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak) dan ditumbuhi
Rambut berwarna hitam, kasar dan ikal pada masa pubertas, yakni sekitar satu
sampai dua tahun sebelum awitan haid. Fungsinya sebagai bantal pada saat
melakukan hubungan sex.
5
2. Labia Mayora
Labia mayora ialah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi
lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang
dari mons pubis ke arah bawah mengelilingi labia monora, berakhir di perineum
pada garis tengah. Labia mayora melindungi labia minora, meatus urinarius, dan
introitus vagina (muara vagina).
3. Labia Minora
Labia minora, terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit
yang panjang, sempit dan tidak berambut yang memanjang ke arah bawah dari
bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette. Sementara bagian lateral dan anterior
labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan
mukosa vagina; merah muda dan basah. Pembuluh darah yang sangat banyak
membuat labia berwarna merah kemurahan dan memungkinkan labia minora
membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik.
4. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak
tepat dibawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat
adalah sekitar 6 x 6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris di namai glans dan lebih
sensitif daripada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans dan badan
klitoris membesar. Fungsi klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan
ketegangan seksualitas.
5. Prepusium Klitoris
Dekat sambungan anterior, labia minora kanan dan kiri memisah menjadi
bagian medial dan lateral. Bagian lateral menyatu di bagian atas klitoris dan
membentuk prepusium, penutup yang berbentuk seperti kait. Bagian medial menyatu
di bagian bawah klitoris untuk membentuk frenulum. Kadang-kadang prepusium
menutupi klitoris.
6. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lonjong,
terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara
utetra, kelenjar parauretra (vestibulum minus atau skene), vagina dan kelenjar
paravagina (vestibulum mayus, vulvovagina, atau Bartholin). Permukaan vestibulum
yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia (deodorant semprot,
6
garam- garaman, busa sabun), panas, rabas dan friksi (celana jins yang ketat).
b. Struktur Intenal
1. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, belakang tuba falopii. Dua
ligamen mengikat ovarium dibawah dan di pada tempatnya,yakni bagian mesovarium
ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral
kira-kira setinggi Krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum ovari proprium.
Dua memproduksi fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan
hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung sangat banyak ovum
primordial (primitif). Ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon
seks steroid (estrogen, progesterone, dan androgen) dalam jumlah yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita normal.
7
Menurut Harunyaha,2003 Hormone estrogen adalah hormone seks yang di
produksi oleh rahim untuk merangsang pertumbuhan organ seks seperti payudara
dan rambut pubik serta mengatur sirkulasi manstrubasi. Hormone estrogen juga
menjaga kondisi kesehatan dan elasitas dinding vagina. Hormone ini juga menjaga
teksture dan fungsi payudara. pada wanita hamil hormone estrogen membuat puting
payudara membesar dan merangsang pertumbuhan kelenjar ASI dan memperkuat
dinding rahim saat terjadi kontraksi menjelang persalinan. Hormone progesterone
berfungsi untuk menghilangkan pengaruh hormone oksitoksin yang dilepaskan oleh
kelenjar pituteri. Hormone ini juga melindungi janin dari serangan sel-sel kekebalan
tubuh dimana sel telur yang di buahi menjadi benda asing dalam tubuh ibu.
3. Uterus
Uterus merupakan organ muskular yang sebagian tertutup oleh peritoneum /
serosa. Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng. Uterus wanita nullipara
panjang 6-8 cm, dibandingkan dengan 9-10 cm pada wanita multipara. Berat uterus
wanita yang pernah melahirkan antara 50-70 gram. Sedangkan pada yang belum
pernah melahirkan beratnya 80 gram / lebih.
Uterus terdiri dari:
a) Fundus Uteri
Merupakan bagian uterus proksimal, disitu ke-2 tuba fallopi berinsensi ke
uterus. Di dalam klinik penting diketahui sampai dimana fundus uteris berada
oleh karena tuanya kehamilan dapat diperkirakan dengan perabaan fundus uteri.
8
b) Korpus Uteri
Merupakan bagian uterus yang terbesar. Rongga yang terdapat pada
korpus uteri disebut kavum uteri. Dinding korpus uteri terdiri dari 3 lapisan:
serosa, muskula & mukosa. Mempunyai fungsi utama sebagai janin berkembang.
c) Serviks Uteri
Serviks merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus, terletak dibawah
isthmus.
d) Dinding Uterus
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: endometrium, miometrium, dan
sebagian lapisan luar peritoneum parietalis
4. Vagina
Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum dan di belakang
kandung kemih dan uretra, memanjang dari introitus (muara eksterna di vestibulum
di antara labia minora vulva) sampai serviks.Vagina adalah suatu tuba berdinding
tipis yang dapat melipat dan mampu meregang secara luas. Karena tonjolan serviks
ke bagian atas vagina, panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 7,5 cm,
sedangkan panjang dinding posterior sekitar 9 cm. Ceruk yang terbentuk di
sekeliling serviks yang menonjol tersebut disebut forniks: kanan, kiri, anterior dan
posterior.
Cairan vagina berasal dari traktus genitalia atas atau bawah. Cairan sedikit
asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman.
Apabila pH naik di atas lima, insiden infeksi vagina meningkat (Bobak,
Lowdermilk, Jensen, 2004).
9
2. Anatomi Dan Fisiologi Abdomen
a. Kulit
10
1) Lapisan Epidermis
Epidermis, lapisan luar, terutama terdiri dari epitel skuamosa bertingkat. Sel-
sel yang menyusunya secara berkesinambungan dibentuk oleh lapisan germinal
dalam epitel silindris dan mendatar ketika didorong oleh sel-sel baru kearah
permukaan, tempat kulit terkikis oleh gesekan. Lapisan luar terdiri dari keratin,
protein bertanduk, Jaringan ini tidak memiliki pembuluh darah dan sel-selnya sangat
rapat.
2) Lapisan Dermis
Dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen jaringan fibrosa dan elastin.
Lapisan superfasial menonjol ke dalam epidermis berupa sejumlah papilla kecil.
Lapisan yang lebih dalam terletak pada jaringan subkutan dan fasia, lapisan ini
mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf.
3) Lapisan subkutan
Lapisan ini mengandung sejumlah sel lemak, berisi banyak pembuluh darah
dan ujung syaraf. Lapisan ini mengikat kulit secara longgar dengan organ-organ
yang terdapat dibawahnya. Dalam hubungannya dengan tindakan Seksio Sesaria,
lapisan ini adalah pengikat organ- organ yang ada di abdomen, khususnya uterus.
Organ-organ di abdomen dilindungi oleh selaput tipis yang disebut peritonium.
Dalam tindakan Seksio Sesaria, sayatan dilakukan dari kulit lapisan terluar
(epidermis) sampai dinding uterus.
b. Fasia
Di bawah kulit fasia superfisialis dibagi menjadi lapisan lemak yang dangkal,
Camper's fasia, dan yang lebih dalam lapisan fibrosa,. Fasia profunda terletak pada otot-
otot perut. menyatu dengan fasia profunda paha. Susunan ini membentuk pesawat antara
Scarpa's fasia dan perut dalam fasia membentang dari bagian atas paha bagian atas
perut. Di bawah lapisan terdalam otot, maka otot abdominis transverses, terletak fasia
transversalis. Para fasia transversalis dipisahkan dari peritoneum parietalis oleh variabel
lapisan lemak.. Fascias adalah lembar jaringan ikat atau mengikat bersama-sama
meliputi struktur tubuh.
11
c. Otot perut
12
abdominis.
C. Etiologi
Menurut Amin & Hardi (2013) etiologi Sectio Caesarea ada dua yaitu sebagai berikut:
a. Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai kelainan letak ada,
disporporsi sefalo pelvik (disproporsi janin/ panggul), ada sejarah kehamilan dan
persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, ketuban pecah dini, placenta previa
terutama pada primigravida, solutsio placenta tingkat I - II, komplikasi kehamilan yaitu
preeklampsi-eklampsia, atas permitaan, kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM),
gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya).
b. Etiologi yang berasal dari janin
Fetal distress/ gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali
pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi.
E. Patofisiologi
Menurut Manuaba (2009) mekanisme terjadinya KPD dimulai dengan terjadi
pembukaan premature serviks, lalu kulit ketuban mengalami devaskularisasi. Setelah kulit
ketuban mengalami devaskularisasi selanjutnya kulit ketuban mengalami nekrosis sehingga
jaringan ikat yang menyangga ketuban makin berkurang. Melemahnya daya tahan ketuban
13
dipercepat dengan adanya infeksi yang mengeluarkan enzim yaitu ensim proteolotik dan
kolagenase yang diikuti oleh ketuban pecah spontan.
Menurut Sujiyatini, Muflidah, dan Hidayat (2009) menjelaskan bahwa KPD biasanya
terjadi karena berkurangnya kekuatan membran dan peningkatan tekanan intra unterine
ataupun karena sebab keduanya . Kemungkinan tekanan intrauterine yang kuat adalah
penyebab dari KPD dan selaput ketuban yang tidak kuat dikarenakan kurangnya jaringan
ikat dan vaskularisasi akan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban. Hubungan
serviks inkompeten dengan kejadian KPD adalah bahwa cervik yang inkompeten adalah leher
rahim yang tidak mempunyai kelenturan, sehingga tidak kuat menahan kehamilan.
Selain karena infeksi dan tekanan intra uterin yang kuat, hubungan sexual pada
kehamilam tua berpengaruh terhadap terjadinya KPD karena pengaruh prostaglandin yang
terdapat dalam sperma dapat menimbulkan kontraksi, tetapi bisa juga karena faktor trauma
saat hubungan seksual. Pada kehamilan ganda dapat menyebabkan KPD karena uterus
meregang berlebihan yang disebabkan oleh besarnya janin, dua plasenta dan jumlah air
ketuban yang lebih banyak (Oxorn, 2003).
Gambar 2.6 pathway KPD
14
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk mendeteksi KPD adalah Tes
lakmus/nitrazin (jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya air
ketuban). Selain dengan kertas lakmus dapat dilakukan dengan pemerikasaan Ultrasonografi
(USG). Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri.
Menurut Sujiyatini, Muflidah, dan Hidayat (2009) pada kasus KPD terlihat jumlah
cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.
Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya, namun pada
umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana.
G. Therapi
15
7. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi.
8. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin).
b. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini Pada Kehamilan Aterm
Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada kehamilan aterm berupa penanganan aktif, antara
lain:
1. Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal lakukan seksio sesaria.
Dapat pula diberikan misoprostol 50 µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
2. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi, dan persalinan di akhiri :
- bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak
berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesaria.
- bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.
- Informed Consent
- Menerima Pasien
- Memberikan Pre Medikasi: Mengecek nama pasien sebelum memberikan obat dan
16
memberikan obat pre medikasi
- Memasang drapping
- Memeriksa TTV secara berkala sampai pasien sadar sepenuhnya setiap 15 menit
atau paling tidak dalam 1 atau 2 jam.
- Menganjurkan pasien untuk nafas dalam jika pasien tidak berkemih dalam 12 jam
setelah operasi.
17
- Mencatat setiap keadaan pasien dan seluruh obat yang diberikan pada status pasien.
b. Diagnosa yang sering muncul
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi
(Doenges, 2001).
sekunder terhadap anestesi, kurang masukan, nyeri perineal / rektal (Doenges, 2001).
18
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas OS
- Nama : Ny. T
- Umur : 24 Tahun
- No RM : 01025348
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Status Psikososial : Cemas dan Ekspresi wajah tegang
4. Tanda-Tanda Vital
- TD : 110/70 mm/Hg
- Nadi : 84 x/mnt
- Suhu : 36,0 oC
- Pernafasan : 20 x/mnt
5. BB dan TB : 62 kg dan 159 cm
6. Riwayat Penyakit : Tidak ada riwayat penyakit asma dan tidak ada Alergi
7. Diagnosa : Ketuban Pecah Dini
8. Tindakan : Sectio Caesarea
9. Operator :dr. Taskiroh
10. Informed Consent : Sudah ada dan lengkap
11. Laboratorium :
19
B. Pre-Operasi
1. Analisa Data
Hari/ Tgl/
Data Fokus Etiologi Problem
jam
04-10-2019 DS: krisis situasi, Ansietas
09.10 WIB Ps mengatakan cemas akan dilakukan akan dilakukan
pembedahan (operasi SC) tindakan operasi
DO :
Wajah Pasien tampak tegang, tampak
berdoa
TD : 110/70 mmHg
RR : 20 x/mnt,
Nadi : 84 x/mnt
S : 36.0o C
2. Diagnosa Keperawatan
Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan/ancaman kematian
3. Rencana Keperawatan
20
menggunakan teknik nafas
dalam
e. Menstimulasi lingkungan
yang nyaman agar pasien
tenang
4. Implementasi Keperawatan
Tgl/jam Implementsi
-Mengkaji tingkat kecemasan pasien
-monitor TTV
Menjelaskan informasi tentang
04-10- 2019
prosedur ketika operasi
09.15 WIB
Memberikan informasi yang faktual terkait diagnosis dan
tindakan operasi yang dilakukan
5. Evaluasi
S : Pasien mengatakan mengerti prosedur dan siap untuk operasi
O : Wajah tampak tenang,
- TD : 110/70 mm/Hg
- Nadi : 84 x/mnt
- Suhu : 36,0 oC
- Pernafasan : 20 x/mnt
A : Masalah Teratasi
P : Hentikan Intervensi
21
C. Intra Operasi
1. Persiapan Operasi
Pelaksanaan Asisten/Instrumen
22
Pemasangan klem
9. Pencer Klem 4 dan kassa
diarea insisi uterus
Nallpuder, jarum, benang Polysob 1.0
10. Hecting Uterus
, pinset sirugis,gunting, kasa.
Benang Chromic (2/0), nalpuder,
11. Hecting Uterus Double
jarum, gunting, kasa
Cek pendarahan dan proses Depper ( Kohel tang + kassa) ,Aqua
pencucian Steril , Suction dan Kassa
Klem bengkok 4, nalpuder, jarum,
12. Hecting peritoneum
chromic (2/0), pinset, gunting, kasa
Nalpuder, jarum, chromic (2/0),
13. Hecting otot
gunting, kasa
Kocher 2, nalpuder,jarum, polysob 1.0,
14. Hecting fasia
pinset sirugis, gunting, Kassa
Nalpuder, jarum, chromic (2/0), Pinset
15. Hecting subcutis
Sirugis,gunting, kassa
Nalpuder, jarum,Monosyn 3/0, pinset
16. Hecting Subkutikuler
sirugis, Gunting, kasa
17. Desinfeksi area jahitan Betadine, kassa, kom
Framycetin Sulfate, kassa kering 2,
18 Penutupan area operasi
hipafix
Pemasangan gurita dan
19. pembalut, serta pemindahan Gurita, Pembalut 3 atau diapers, Bed
pasien ke ruang RR
2. Analisa Data
3. Diagnosa Keperawatan
Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
23
4. Rencana Keperawatan
5. Implementasi Keperawatan
Tgl/jam Implementsi
04-10- 2019
Sudah memastikan alat dan bahan tidak ada yang kadaluarsa
10.19 WIB
Menutup luka dengan kassa steril
6. Evaluasi
S : -
O : Teknik Aseptic dan Antiseptic di pertahankan
A : Masalah Teratasi
P : Hentikan Intervensi
24
D. Post Operasi
1. Analisa Data
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko Cedera / jatuh berhubungan dengan efek pembiusan (General Anastesi)
3. Rencana Keperawatan
25
4. Implementasi Keperawatan
Tgl/jam Implementsi
04-10- 2019 Tempat tidur di pastikan sudah terkunci dan pengaman tempat
tidur sudah terpasang
09.50 WIB
5. Evaluasi
P : Lanjutkan Intervensi
26
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal untuk melakukan suatu keperawatan yang
berguna untuk mengumpulkan data sebagai dasar untuk mengetahui kebutuhan klien
sehingga dapat menentukan asuhan keperawatan yang akan dilakukan. Dalam
pengumpulan data kami menggunakan metode wawancara atau Tanya jawab dengan
keluarga pasien dan klien serta observasi dengan menggunakan pemeriksaan fisik dan
menggunakan studi dokumentasi pada status pasien.
Pada pemerikasaan, kami menemukan indikasi khas yang sesuai dengan teoritis
yaitu: pemeriksaan jumlah ketuban yang sudah berkurang .
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tinjauan pustaka asuhan keperawatan pada kasus SC kami
mendapat hasil diagnosa keperawatan yaitu :
1. Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan/ancaman kematian
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
3. Risiko Cedera / jatuh berhubungan dengan efek pembiusan (General Anastesi)
C. Intervensi Keperawatan
27
dipindahkan ke ruang RR (recovery room), disini pasien dinilai apakah sudah
boleh dipindahkan dan dirawat di bangsal dengan cek respon pasien melalui
Bromage Score. Dimana nilai normal untuk bromage score < 2.
28
BAB V
A. KESIMPULAN
B. SARAN
1. Sebaiknya si ibu mengkonsumsi makanan yang tinggi protein hewani untuk
mempercepat proses penyembuhan luka.
29
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Oleh :
FANI MAULITA NABILA
FITRAH CANIAGO
RS ISLAM JAKARTA
CEMPAKA PUTIH