Dilema Etik
Dilema Etik
A. Pengertian
Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih landasan moral suatu
tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap
alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini,sukar untuk menentukan
mana yang benar atau salah serta dapat menimbulkan stress pada perawat karena perawat tahu
apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa
timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga
timbul pertentangan dalam mengambil keputusan. Pada saat berhadapan dengan dilema etik
terdapat juga dampak emosional seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat proses pengambilan
keputusan rasional yang harus dihadapi, ini membutuhkan kemampuan interaksi dan komunikasi
yang baik dari seorang perawat.
Menurut Thompson (1985 ) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana
tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak
memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar ataupun yang salah. Untuk
membuat keputusan yang etis, seorang perawat tergantung pada pemikiran yang rasional dan
bukan emosional.
1. Agama/ kepercayaan.
Di rumah sakit pastinya perawat akan bertemu dengan klien dari berbagai jenis agama/
kepercayaan. Perbedaan ini nantinya dapat membuat perawat dan klien memiliki cara pandang
yang berbeda dalam menyelesaikan masalah .
Misalnya ada seorang wanita(non muslim) meminta seorang perawat untuk melakukan
abortus. Dalam ajaran agama wanita itu,tidak ada hukum yang melarang tentang tindak abortus.
Tetapi di satu sisi perawat(muslim) memiliki keyakinan bahwa abortus itu dilarang dalam
agama.
Pastinya dalam kasus ini akan timbul dilema pada perawat dalam pengambilan
keputusan.Masih banyak contoh kasus- kasus lainnya yang pasti muncul di dalam keperawatan.
4. Pengambilan keputusan
Dalam pengambilan keputusan yang etis, seorang perawat tergantung pada pemikiran yang
rasional dan bukan emosional. Terkadang saat berhadapan dengan dilema etik terdapat juga
dampak emosional seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat proses pengambilan keputusan
rasional yang harus dihadapi. Dalam hal ini dibutuhkan kemampuan interaksi dan komunikasi
yang baik dari seorang perawat.
a. Mengusulkan dalam tim yang terlibat dalam masalah yang dihadapi klien untuk
dilakukannya tindakan atau tidak.
b. Mengangkat dilema etik kepada komisi etik keperawatan yang lebih tinggi untuk
mempertimbangkan apakah dilakukan atau tidak suatu tindakan.
http://bkulpenprofil.blogspot.co.id/2013/10/dilema-etik-keperawatan.html
DISUSUN OLEH :
Ns. DODY SETYAWAN, S.Kep.,CWCCA
KATA PENGANTAR
Dody Setyawan
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang berkecimpung untuk kesejahteraan manusia
yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun yang sakit untuk dapat
menjalankan fungsi hidup sehari-harinya. Salah satu yang mengatur hubungan antara perawat
pasien adalah etika. Istilah etika dan moral sering digunakan secara bergantian. Sehingga
perawat perlu mengetahui dan memahami tentang etik itu sendiri termasuk didalamnya prinsip
etik dan kode etik.
Hubungan antara perawat dengan pasien atau tim medis yang lain tidaklah selalu bebas dari
masalah. Perawat profesional harus menghadapi tanggung jawab etik dan konflik yang mungkin
meraka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam praktik profesional. Kemajuan dalam
bidang kedokteran, hak klien, perubahan sosial dan hukum telah berperan dalam peningkatan
perhatian terhadap etik. Standart perilaku perawat ditetapkan dalam kode etik yang disusun oleh
asosiasi keperawatan internasional, nasional, dan negara bagian atau provinsi. Perawat harus
mampu menerapkan prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan mencakup nilai dan
keyakinan dari klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang terlibat. Perawat memiliki
tanggung jawab untuk melindungi hak klien dengan bertindak sebagai advokat klien. Para
perawat juga harus tahu berbagai konsep hukum yang berkaitan dengan praktik keperawatan
karena mereka mempunyai akuntabilitas terhadap keputusan dan tindakan profesional yang
mereka lakukan (Ismaini, 2001)
Dalam berjalannya proses semua profesi termasuk profesi keperawatan didalamnya tidak
lepas dari suatu permasalahan yang membutuhkan berbagai alternative jawaban yang belum
tentu jawaban-jawaban tersebut bersifat memuaskan semua pihak. Hal itulah yang sering
dikatakan sebagai sebuah dilema etik. Dalam dunia keperawatan sering kali dijumpai banyak
adanya kasus dilema etik sehingga seorang perawat harus benar-benar tahu tentang etik dan
dilema etik serta cara penyelesaian dilema etik supaya didapatkan keputusan yang terbaik. Oleh
karena itu penulis menyusun suatu makalah tentang etik dan dilema etik supaya bisa dipahami
oleh para mahasiswa yang nantinya akan berguna ketika bekerja di klinik atau institusi yang lain.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep tentang etik dan dilema etik khususnya dibidang
keperawatan
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi etik
b. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tipe-tipe etika
c. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami teori etik
d. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami prinsip-prinsip etik
e. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi dan kode etik keperawatan
f. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami dilema etik dan cara penyelesainnya
g. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami contoh kasus dilema etik dan penyelesainnya
BAB II
ISI
A DEFINISI ETIK
Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku manusia, baik
secara sendirian maupun bersama-sama dan mengatur hidup ke arah tujuannya ( Pastur scalia,
1971 ). Etika juga berasal dari bahasa yunani, yaitu Ethos, yang menurut Araskar dan David
(1978) berarti ” kebiasaaan ”. ”model prilaku” atau standar yang diharapkan dan kriteria tertentu
untuk suatu tindakan. Penggunaan istilah etika sekarang ini banyak diartikan sebagai motif atau
dorongan yang mempengaruhi prilaku. (Mimin. 2002).
Dari pengertian di atas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana
sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-
prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu : baik dan buruk serta kewajiban dan
tanggung jawab
Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup, sehingga etik
merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang mempengaruhi perilaku profesional.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan istilah yang digunakan
untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa yang seharusnya dilakukan
seseorang terhadap orang lain. Sehingga juga dapat disimpulkan bahwa etika mengandung 3
pengertian pokok yaitu : nilai-nilai atau norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah laku, kumpulan azas atau nilai moral, misalnya kode
etik dan ilmu tentang yang baik atau yang buruk (Ismaini, 2001)
B TIPE-TIPE ETIKA
1. Bioetik
Bioetika merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik, menyangkut
masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetika difokuskan pada pertanyaan etik yang
muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan
theology. Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etika pada moralitas
treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada lingkup
yang lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin membantu atau
bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan nyeri, yang meliputi
semua tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi. Isu dalam bioetik antara lain
: peningkatan mutu genetik, etika lingkungan, pemberian pelayanan kesehatan.
2. Clinical ethics/Etik klinik
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada masalah etik selama
pemberian pelayanan pada klien. Contoh clinical ethics : adanya persetujuan atau penolakan, dan
bagaimana seseorang sebaiknya merespon permintaan medis yang kurang bermanfaat (sia-sia).
3. Nursing ethics/Etik Perawatan
Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan dikembangkan dalam
tindakan keperawatan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik. Etika keperawatan
dapat diartikan sebagai filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari
pelaksanaan praktek keperawatan. Inti falsafah keperawatan adalah hak dan martabat manusia,
sedangkan fokus etika keperawatan adalah sifat manusia yang unik (k2-nurse, 2009)
C TEORI ETIK
Dalam etika masih dijumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan suatu tindakan,
sifat, atau objek perilaku yang sama dari sudut pandang atau perspektif yang berlainan. Beberapa
teori etik adalah sebagai berikut :
1. Utilitarisme
Sesuai dengan namanya Utilitarisme berasal dari kata utility dengan bahasa latinnya utilis
yang artinya “bermanfaat”. Teori ini menekankan pada perbuatan yang menghasilkan manfaat,
tentu bukan sembarang manfaat tetapi manfaat yang banyak memberikan kebahagiaan kepada
banyak orang. Teori ini sebelum melakukan perbuatan harus sudah memikirkan konsekuensinya
terlebih dahulu.
2. Deontologi
Deontology berasal dari kata deon dari bahasa yunani yang artinya kewajiban. Teori ini
menekankan pada pelaksanaan kewajiban. Suatu perbuatan akan baik jika didasari atas
pelaksanaan kewajiban, jadi selama melakukan kewajiban sudah melakukan kebaikan. Teori ini
tidak terpatok pada konsekuensi perbuatan dengan kata lain teori ini melaksanakan terlebih
dahulu tanpa memikirkan akibatnya. (Aprilins, 2010)
D PRINSIP-PRINSIP ETIK
1. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan
membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai
oleh orang lain. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak
klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
2. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan,
terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi
3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek
profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
5. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan
bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif
untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang
sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya
selama menjalani perawatan.
6. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap
orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien.
Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang perawat untuk mempertahankan komitmen
yang dibuatnya kepada pasien.
7. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasinya.
Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam
rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali
jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. (Geoffry hunt. 1994)
E DEFINISI DAN KODE ETIK KEPERAWATAN
Etik keperawatan adalah norma-norma yang di anut oleh perawat dalam bertingkah laku
dengan pasien, keluarga, kolega, atau tenaga kesehatan lainnya di suatu pelayanan keperawatan
yang bersifat professional. Perilaku etik akan dibentuk oleh nilai-nilai dari pasien, perawat dan
interaksi sosial dalam lingkungan. Tujuan dari etika keperawatan adalah :
1. Mengidentifikasi, mengorganisasikan, memeriksa dan membenarkan tindakan-tindakan
kemanusiaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tertentu
2. Menegaskan tentang kewajiban-kewajiban yang diemban oleh perawat dan mencari informasi
mengenai dampak-dampak dari keputusan perawat.
Sedangkan Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif dari profesi
yang memberikan tuntutan bagi anggotanya dalam melaksanakan praktek keperawatan, baik
yang berhubungan dengan pasien, keluarga masyarakat, teman sejawat, diri sendiri dan tim
kesehatan lain. Pada dasarnya, tujuan kode etik keperawatan adalah upaya agar perawat, dalam
menjalankan setiap tugas dan fungsinya, dapat menghargai dan menghormati martabat manusia.
Tujuan kode etik keperawatan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien, teman
sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan maupun
dengan profesi lain di luar profesi keperawatan.
2. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang silakukan oleh praktisi
keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya.
3. Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya diperlakukan
secara tidak adil oleh institusi maupun masyarakat.
4. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan kepoerawatan agar dapat
menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan.
5. Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai / pengguna tenaga
keperawatan akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas praktek
keperawatan. ( PPNI, 2000 )
F DILEMA ETIK
Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan mengenai perilaku
yang layak harus di buat. (Arens dan Loebbecke, 1991: 77). Untuk itu diperlukan pengambilan
keputusan untuk menghadapi dilema etika tersebut. Enam pendekatan dapat dilakukan orang
yang sedang menghadapi dilema tersebut, yaitu:
1. Mendapatkan fakta-fakta yang relevan
2. Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta
3. Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi dilemma
4. Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilema
5. Menentukan konsekwensi yang mungkin dari setiap alternative
6. Menetapkan tindakan yang tepat.
Dengan menerapkan enam pendekatan tersebut maka dapat meminimalisasi atau menghindari
rasionalisasi perilaku etis yang meliputi: (1) semua orang melakukannya, (2) jika legal maka
disana terdapat keetisan dan (3) kemungkinan ketahuan dan konsekwensinya.
Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan
stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk
melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak
lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan. Menurut
Thompson & Thompson (1981 ) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak
ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak
memuaskan sebanding. Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan
pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan / Pemecahan masalah secara ilmiah,
antara lain:
1. Model Pemecahan masalah ( Megan, 1989 )
Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik.
a. Mengkaji situasi
b. Mendiagnosa masalah etik moral
c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan
d. Melaksanakan rencana
e. Mengevaluasi hasil
2. Kerangka pemecahan dilema etik (kozier & erb, 2004 )
a. Mengembangkan data dasar.
Untuk melakukan ini perawat memerukan pengumpulan informasi sebanyak mungkin meliputi :
1) Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya
2) Apa tindakan yang diusulkan
3) Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
4) Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang diusulkan.
b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan yang tepat
e. Mengidentifikasi kewajiban perawat
f. Membuat keputusan
3. Model Murphy dan Murphy
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan
b. Mengidentifikasi masalah etik
c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d. Mengidentifikasi peran perawat
e. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan
f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan
g. Memberi keputusan
h. Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan falsafah umum untuk
perawatan klien
i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan informasi
tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya.
4. Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel ( 1981)
Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik
a. Mengumpulkan data yang relevan
b. Mengidentifikasi dilema
c. Memutuskan apa yang harus dilakukan
d. Melengkapi tindakan
5. Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson ( 1981)
a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang diperlukan, komponen
etis dan petunjuk individual.
b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
c. Mengidentifikasi Issue etik
d. Menentukan posisi moral pribadi dan professional
e. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait.
f. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada
BAB III
KASUS DILEMA ETIK
Suatu hari ada seorang bapak-bapak dibawa oleh keluarganya ke salah satu Rumah Sakit
di kota Surakarta dengan gejala demam dan diare kurang lebih selama 6 hari. Selain itu bapak-
bapak tersebut (Tn. A) menderita sariawan sudah 3 bulan tidak sembuh-sembuh, dan berat
badannya turun secara berangsur-angsur. Semula Tn. A badannya gemuk tapi 3 bulan terakhir ini
badannya kurus dan telah turun 10 Kg dari berat badan semula. Tn. A ini merupakan seorang
sopir truk yang sering pergi keluar kota karena tuntutan kerjaan bahkan jarang pulang, kadang-
kadang 2 minggu sekali bahkan sebulan sekali.
Tn. A masuk UGD kemudian dari dokter untuk diopname di ruang penyakit dalam karena
kondisi Tn. A yang sudah sangat lemas. Keesokan harinya dokter yang menangani Tn. A
melakukan visit kepada Tn. A, dan memberikan advice kepada perawatnya untuk dilakukan
pemeriksaan laboratorium dengan mengambil sampel darahnya. Tn. A yang ingin tahu sekali
tentang penyakitnya meminta perawat tersebut untuk segera memberi tahu penyakitnya setelah
didapatkan hasil pemeriksaan. Sore harinya pukul 16.00 WIB hasil pemeriksaan telah diterima
oleh perawat tersebut dan telah dibaca oleh dokternya. Hasilnya mengatakan bahwa Tn. A positif
terjangkit penyakit HIV/AIDS. Kemudian perawat tersebut memanggil keluarga Tn. A untuk
menghadap dokter yang menangani Tn. A. Bersama dokter dan seijin dokter tersebut, perawat
menjelaskan tentang kondisi pasien dan penyakitnya. Keluarga terlihat kaget dan bingung.
Keluarga meminta kepada dokter terutama perawat untuk tidak memberitahukan penyakitnya ini
kepada Tn. A. Keluarga takut Tn. A akan frustasi, tidak mau menerima kondisinya dan
dikucilkan dari masyarakat.
Perawat tersebut mengalami dilema etik dimana satu sisi dia harus memenuhi permintaan
keluarga namun di sisi lain perawat tersebut harus memberitahukan kondisi yang dialami oleh
Tn. A karena itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan informasi.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Kasus diatas menjadi suatu dilema etik bagi perawat dimana dilema etik itu didefinisikan
sebagai suatu masalah yang melibatkan dua ( atau lebih ) landasan moral suatu tindakan tetapi
tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif tindakan
memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar
atau salah dan dapat menimbulkan kebingungan pada tim medis yang dalam konteks kasus ini
khususnya pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk
melakukannya. Menurut Thompson & Thompson (1981) dilema etik merupakan suatu masalah
yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang
memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Untuk membuat keputusan yang etis, seorang
perawat harus bisa berpikir rasional dan bukan emosional.
Perawat tersebut berusaha untuk memberikan pelayanan keperawatan yang sesuai dengan
etika dan legal yaitu dia menghargai keputusan yang dibuat oleh pasien dan keluarga. Selain itu
dia juga harus melaksanakan kewajibannya sebagai perawat dalam memenuhi hak-hak pasien
salah satunya adalah memberikan informasi yang dibutuhkan pasien atau informasi tentang
kondisi dan penyakitnya. Hal ini sesuai dengan salah satu hak pasien dalam pelayanan kesehatan
menurut American Hospital Assosiation dalam Bill of Rights. Memberikan informasi kepada
pasien merupakan suatu bentuk interaksi antara pasien dan tenaga kesehatan. Sifat hubungan ini
penting karena merupakan faktor utama dalam menentukan hasil pelayanan kesehatan.
Keputusan keluarga pasien yang berlawanan dengan keinginan pasien tersebut maka perawat
harus memikirkan alternatif-alternatif atau solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan
berbagai konsekuensi dari masing-masing alternatif tindakan.
Dalam pandangan Etika penting sekali memahami tugas perawat agar mampu memahami
tanggung jawabnya. Perawat perlu memahami konsep kebutuhan dasar manusia dan bertanggung
jawab dalam memenuhi kebutuhan dasar tersebut tidak hanya berfokus pada pemenuhan
kebutuhan fisiknya atau psikologisnya saja, tetapi semua aspek menjadi tanggung jawab perawat.
Etika perawat melandasi perawat dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut. Dalam pandangan
etika keperawatan, perawat memilki tanggung jawab (responsibility) terhadap tugas-tugasnya.
Penyelesaian kasus dilema etik seperti ini diperlukan strategi untuk mengatasinya karena
tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan pendapat antar tim medis yang terlibat
termasuk dengan pihak keluarga pasien. Jika perbedaan pendapat ini terus berlanjut maka akan
timbul masalah komunikasi dan kerjasama antar tim medis menjadi tidak optimal. Hal ini jelas
akan membawa dampak ketidaknyamanan pasien dalam mendapatkan pelayanan keperawatan.
Berbagai model pendekatan bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah dilema etik ini antara
lain model dari Megan, Kozier dan Erb, model Murphy dan Murphy, model Levine-ariff dan
Gron, model Curtin, model Purtilo dan Cassel, dan model Thompson dan thompson.
Berdasarkan pendekatan model Megan, maka kasus dilema etik perawat yang merawat
Tn. A ini dapat dibentuk kerangka penyelesaian sebagai berikut :
1. Mengkaji situasi
Dalam hal ini perawat harus bisa melihat situasi, mengidentifikasi masalah/situasi dan
menganalisa situasi. Dari kasus diatas dapat ditemukan permasalahan atau situasi sebagai berikut
:
Hal ini bertujuan supaya Tn. A tidak panic yang berlebihan ketika mendapatkan
informasi seperti itu karena sebelumnya telah dilakukan pendekatan-pendekatan oleh perawat.
Selain itu untuk alternatif rencana ini diperlukan juga suatu bentuk motivasi/support sistem yang
kuat dari keluarga. Keluarga harus tetap menemani Tn. A tanpa ada sedikitpun perilaku dari
keluarga yang menunjukkan denial ataupun perilaku menghindar dari Tn. A. Dengan demikian
diharapkan secara perlahan, Tn. A akan merasa nyaman dengan support yang ada sehingga
perawat dan tim medis akan menginformasikan kondisi yang sebenarnya.
Ketika jalannya proses sebelum diputuskan untuk memberitahu Tn. A tentang kondisinya
dan ternyata Tn. A menanyakan kondisinya ulang, maka perawat tersebut bisa menjelaskan
bahwa hasil pemeriksaannya masih dalam proses tim medis.
Alternatif ini tetap memiliki kelemahan yaitu perawat tidak segera memberikan informasi
yang dibutuhkan Tn. A dan tidak jujur saat itu walaupun pada akhirnya perawat tersebut akan
menginformasikan yang sebenarnya jika situasinya sudah tepat. Ketidakjujuran merupakan suatu
bentuk pelanggaran kode etik keperawatan.
b. Perawat akan melakukan tanggung jawabnya sebagai perawat dalam memenuhi hak-hak pasien
terutama hak Tn. A untuk mengetahui penyakitnya, sehingga ketika hasil pemeriksaan sudah ada
dan sudah didiskusikan dengan tim medis maka perawat akan langsung menginformasikan
kondisi Tn. A tersebut atas seijin dokter.
Alternatif ini bertujuan supaya Tn. A merasa dihargai dan dihormati haknya sebagai
pasien serta perawat tetap tidak melanggar etika keperawatan. Hal ini juga dapat berdampak pada
psikologisnya dan proses penyembuhannya. Misalnya ketika Tn. A secara lambat laun
mengetahui penyakitnya sendiri atau tahu dari anggota keluarga yang membocorkan informasi,
maka Tn. A akan beranggapan bahwa tim medis terutama perawat dan keluarganya sendiri
berbohong kepadanya. Dia bisa beranggapan merasa tidak dihargai lagi atau berpikiran bahwa
perawat dan keluarganya merahasiakannya karena ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)
merupakan “aib” yang dapat mempermalukan keluarga dan Rumah Sakit. Kondisi seperti inilah
yang mengguncangkan psikis Tn. A nantinya yang akhirnya bisa memperburuk keadaan Tn. A.
Sehingga pemberian informasi secara langsung dan jujur kepada Tn. A perlu dilakukan untuk
menghindari hal tersebut.
Kendala-kendala yang mungkin timbul :
1) Keluarga tetap tidak setuju untuk memberikan informasi tersebut kepada Tn. A
Sebenarnya maksud dari keluarga tersebut adalah benar karena tidak ingin Tn. A frustasi
dengan kondisinya. Tetapi seperti yang diceritakan diatas bahwa ketika Tn. A tahu dengan
sendirinya justru akan mengguncang psikisnya dengan anggapan-anggapan yang bersifat
emosional dari Tn. A tersebut sehingga bisa memperburuk kondisinya. Perawat tersebut harus
mendekati keluarga Tn. A dan menjelaskan tentang dampak-dampaknya jika tidak
menginformasikan hal tersebut. Jika keluarga tersebut tetap tidak mengijinkan, maka perawat
dan tim medis lain bisa menegaskan bahwa mereka tidak akan bertanggung jawab atas dampak
yang terjadi nantinya. Selain itu sesuai dengan Kepmenkes 1239/2001 yang mengatakan bahwa
perawat berhak menolak pihak lain yang memberikan permintaan yang bertentangan dengan
kode etik dan profesi keperawatan.
2) Keluarga telah mengijinkan tetapi Tn. A denial dengan informasi yang diberikan perawat.
Denial atau penolakan adalah sesuatu yang wajar ketika seseorang sedang mendapatkan
permasalahan yang membuat dia tidak nyaman. Perawat harus tetap melakukan pendekatan-
pendekatan secara psikis untuk memotivasi Tn. A. Perawat juga meminta keluarga untuk tetap
memberikan support sistemnya dan tidak menunjukkan perilaku mengucilkan Tn. A tersebut.
Hal ini perlu proses adaptasi sehingga lama kelamaan Tn. A diharapkan dapat menerima
kondisinya dan mempunyai semangat untuk sembuh.
4. Melaksanakan Rencana
Alternatif-alternatif rencana tersebut harus dipertimbangkan dan didiskusikan dengan tim medis
yang terlibat supaya tidak melanggar kode etik keperawatan. Sehingga bisa diputuskan mana
alternatif yang akan diambil. Dalam mengambil keputusan pada pasien dengan dilema etik harus
berdasar pada prinsip-prinsip moral yang berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah suatu
tindakan dilarang, diperlukan atau diizinkan dalam situasi tertentu ( John Stone, 1989 ), yang
meliputi :
a. Autonomy / Otonomi
Pada prinsip ini perawat harus menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dan
keluarganya tapi ketika pasien menuntut haknya dan keluarganya tidak setuju maka perawat
harus mengutamakan hak Tn. A tersebut untuk mendapatkan informasi tentang kondisinya.
b. Benefesience / Kemurahan Hati
Prinsip ini mendorong perawat untuk melakukan sesuatu hal atau tindakan yang baik dan
tidak merugikan Tn. A. Sehingga perawat bisa memilih diantara 2 alternatif diatas mana yang
paling baik dan tepat untuk Tn. A dan sangat tidak merugikan Tn. A
c. Justice / Keadilan
Perawat harus menerapkan prinsip moral adil dalam melayani pasien. Adil berarti Tn. A
mendapatkan haknya sebagaimana pasien yang lain juga mendapatkan hak tersebut yaitu
memperoleh informasi tentang penyakitnya secara jelas sesuai dengan konteksnya/kondisinya.
d. Nonmaleficience / Tidak merugikan
Keputusan yang dibuat perawat tersebut nantinya tidak menimbulkan kerugian pada Tn.
A baik secara fisik ataupun psikis yang kronis nantinya.
e. Veracity / Kejujuran
Perawat harus bertindak jujur jangan menutup-nutupi atau membohongi Tn. A tentang
penyakitnya. Karena hal ini merupakan kewajiban dan tanggung jawab perawat untuk
memberikan informasi yang dibutuhkan Tn. A secara benar dan jujur sehingga Tn. A akan
merasa dihargai dan dipenuhi haknya.
f. Fedelity / Menepati Janji
Perawat harus menepati janji yang sudah disepakati dengan Tn. A sebelum dilakukan
pemeriksaan yang mengatakan bahwa perawat bersdia akan menginformasikan hasil
pemeriksaan kepada Tn. A jika hasil pemeriksaannya sudah selesai. Janji tersebut harus tetap
dipenuhi walaupun hasilnya pemeriksaan tidak seperti yang diharapkan karena ini
mempengaruhi tingkat kepercayaan Tn. A terhadap perawat tersebut nantinya.
g. Confidentiality / Kerahasiaan
Perawat akan berpegang teguh dalam prinsip moral etik keperawatan yaitu menghargai
apa yang menjadi keputusan pasien dengan menjamin kerahasiaan segala sesuatu yang telah
dipercayakan pasien kepadanya kecuali seijin pasien.
5. Mengevaluasi Hasil
Alternatif yang dilaksanakan kemudian dimonitoring dan dievaluasi sejauh mana Tn. A
beradaptasi tentang informasi yang sudah diberikan. Jika Tn. A masih denial maka pendekatan-
pendekatan tetap terus dilakukan dan support sistem tetap terus diberikan yang pada intinya
membuat pasien merasa ditemani, dihargai dan disayangi tanpa ada rasa dikucilkan.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam upaya mendorong kemajuan profesi keperawatan agar dapat diterima dan dihargai
oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka perawat harus memanfaatkan nilai-nilai
keperawatan dalam menerapkan etika dan moral disertai komitmen yang kuat dalam mengemban
peran profesionalnya. Dengan demikian perawat yang menerima tanggung jawab, dapat
melaksanakan asuhan keperawatan secara etis profesional. Sikap etis profesional berarti bekerja
sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan
bagi keselamatan pasien, penghormatan terhadap hak-hak pasien, dan akan berdampak terhadap
peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Selain itu dalam menyelesaikan permasalahan etik
atau dilema etik keperawatan harus dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip
etik supaya tidak merugikan salah satu pihak.
B. SARAN
Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang keperawatan
harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya nantinya mereka bisa lebih
memahami tentang etika keperawatan sehingga akan berbuat atau bertindak sesuai kode etiknya
(kode etik keperawatan).
DAFTAR PUSTAKA
Aprilins. 2010. Teori Etika. Diakses 26 Desember 2011 pukul 21.00 WIB. Diposkan 23 Februari 2010
pukul 10.02 PM. URL : http://aprillins.com/2010/1554/2-teori-etika-utilitarisme-deontologi/
Carol T,Carol L, Priscilla LM. 1997. Fundamental Of Nursing Care, Third Edition, by Lippicot
Philadelpia, New York.
Geoffry hunt. 1994. Ethical issues in nursing. New york: press (padstow) Ltd.
k_2 nurse. 2009. Etika Keperawatan. Unpad Webblog. Diakses tanggal 13 November 2011. Diposkan
tanggal 16 Januari 2009. http://blogs.unpad.ac.id/k2_nurse/?tag=etika-keperawatan
Kozier B., Erb G., Berman A., & Snyder S.J. 2004. Fundamentals of Nursing Concepts, Process and
Practice 7th Ed., New Jersey: Pearson Education Line
Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC
Rubenfeld, M. Gaie. K. Scheffer, B. 2006. Berpikir Kritis dalam Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EG
http://nersdody.blogspot.co.id/2012/03/etik-dilema-etik-dan-contoh-kasus.html
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nilai-nilai, keyakinan dan filosofi individu memainkan peranan penting pada pengambilan
keputusan etik yang menjadi bagian tugas rutin perawat. Peran perawat ditantang ketika harus
berhadapan dengan masalah dilema etik, untuk memutuskan mana yang benar dan salah, apa
yang dilakukannya jika tak ada jawaban benar atau salah, serta apa yang dilakukan jika semua
solusi tampak salah. Dilema etik dapat bersifat personal ataupun profesional. Dilema sulit
dipecahkan bila memerlukan pemilihan keputusan tepat diantara dua atau lebih prinsip etis.
Sebagai tenaga profesional perawat kadang sulit karena keputusan yang akan diambil
keduanya sama-sama memiliki kebaikan dan keburukan apalagi jika tak satupun keputusan
memenuhi semua kriteria. Pada saat berhadapan dengan dilema etis juga terdapat dampak
emosional seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat proses pengambilan keputusan rasional
yang harus dihadapi, ini membutuhkan kemampuan interaksi dan komunikasi yang baik dari
seorang perawat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana contoh kasus keperawatan sehubungan dengan dilema etik?
2. Bagaimana tindakan keperawatan yang tepat dalam menangani kasus dilema etik?
C. Tujuan
Mahasiswa mampu memahami kasus yang berhubungan dengan dilema etik dalam
keperawatan serta tindakan yang tepat dalam pembuatan keputusan etik.
D. Manfaat
Mahasiswa dapat membuat suatu keputusan yang tepat berhubungan dengan kasus-kasus
dilema etik.
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah pengambilan keputusan sering kali menimbulkan dilema etik karena sangat
berhubungan dengan hak asasi manusia dan pertimbangan tingkat keberhasilan tindakan
sehingga memerlukan pertimbangan yang matang. Oleh karena itu sebagai perawat yang
berperan sebagai konselor dan pendamping harus dapat meyakinkan klien bahwa keputusan
akhir dari komite merupakan keputusan yang terbaik.
B. Saran
Dalam pengambilan keputusan hendaknya perawat memperhatikan segala aspek
termasuk persetujuan dari keluarga pasien yang terkait erat dengan pasien secara langsung.
http://dianfitri89.blogspot.co.id/2017/02/dilema-etik-proses-pengambilan-keputusan.html
Sep
29
Pengambilan Keputusan dan Model
Penyelesaian Masalah Etik dalam Praktek
Keperawatan
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN MODEL PENYELESAIAN
MASALAH ETIK DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN
Kemajuan ilmu dan teknologi terutama dibidang biologi dan kedokteran telah
menimbulkan berbagai permasalahan atau dilema etika kesehatan yang sebagian besar belum
teratasi ( catalona,1991 ).
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku
seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan seseorang dan
merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawab moral ( Nila ismani,2001 ).
Etik merupakan suatu pertimbangan yang sistimatis tentang suatu perilaku benar atau
salah, kebajikan atau kejahatan yang berhubungan dengan perilaku. Etika merupakan aplikasi
atau penerapan teori tentang filosofi moral kedalam situasi nyata dan bertindak dalam
kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianutnya. Banyak pihak yang menggunakan
masalah etik untuk menggambarkan etika suatu profesi dalam hubungannya dalam kode etik
profesional seperti kode etik PPNI atau IBI.
Nilai-nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan suatu standar
atau pegangan yang mengarah pada sikap atau perilaku seseorang. Sistem nilai dalam suatu
organisasi adalah rentang nilai-nilai yang dianggap penting dan sering diartikan sebagai perilaku
personal.
Moral hampir sama dengan etika, biasanya merujuk pada standar personal tentang benar
atau salah. Hal ini sangat penting untuk mengenal antara etika dalam agama, hukum , adat dan
praktek profesional.
Perawat atau bidan memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan yang
berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis dalam praktek asuhan profesional.
Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai dari pendidikan perawat atau bidan dan berlanjut pada
diskusi formal maupun informal dengan sejawat atau teman. Perilaku yang etis mencapai
puncaknya bila perawat atau bidan mencoba dan mencontoh perilaku pengambilan keputusan
yang etis untuk membantu memecahkan masalah etika. Dalam hal ini, perawat atau bidan
seringkali menggunakan dua pendekatan : yaitu pendekatan berdasarkan asuhan
keperawatan/kebidanan.
Pendekatan berdasarkan prinsip
Pendekatan berdasarkan prinsip, sering dilakukan dalam bio etika untuk menawarkan
bimbingan untuk tindakan khusus. Beauchamp Childress (1994) menyatakan 4 pendekatan
prinsip dalam etika biomedik antara lain :
1. Sebaiknya mengarah langsung untuk bertindak sebagai penghargaan terhadap kapasitas otonomi
setiap orang.
2. Menghindarkan berbuat suatu kesalahan
3. Bersedia dengan murah hati memberikan sesuatu yang bermanfaat dengan segala
konsekuensinya.
4. Keadilan menjelaskan tentang manfaat dan resiko yang dihadapi.
Dilema etik muncul ketika ketaatan terhadap prinsip menimbulkan penyebab konflik
dalam bertindak. Cosntoh : seorang ibu yang memerlukan biaya untuk pengobatan progresif bagi
bayi yang lahir tanpa otak dan secara medis dinyatakan tidak akan tapi pernah menikmati
kehidupan bahagia yang paling sederhana skalipun. Disini terlihat adanya kebutuhan untuk tetap
menghargai otonomi si ibu akan pilihan pengobatan bayinya tetapi dilain pihak masyarakat
berpendapat akan lebih adil bila pengobatan diberikan kepada bayi yang masih memungkinkan
mempunyai harapan hidup yang besar . Hal ini dapat mengurangi perhatian perawat atau bidan
terhadap sesuatu yang penting dalam etika.
Terutama kemajuan dibidang biologi dan kedokteran, telah menimbulkan berbagai
permasalahan atau dilema etika kesehatan yang sebagian besar belum teratasi (cakalano,1991).
Kemajuan teknologi saat ini telah meningkatkan kemampuan bidang kesehatan dalam mengatasi
kesehatan dan memperpanjang usia. Jumlah golongan usia lanjut yang semakin banyak,
keterbatasan tenaga perawat, biaya perawatan yang semakin mahal, dan keterbatasan sarana
kesehatan, telah menimbulkan etika perawatan bagi individu perawat atau persatuan perawat
(Mc.Croskey,1990)
A. Beberapa pengertian yang berkaitan dengan dilema etik
1. Etik adalah norma-norma yang menentukan baik buruknya tingkah laku manusia, baik secara
sendirian maupun bersama sama dan mengatur hidup kearah tujuannya (Pastur Scalia,1971)
2. Etik Keperawatan adalah norma-norma yang dianut oleh perawat dalam bertingkah laku dengan
pasien, keluarga, kolega atau tenaga kesehatan lainnya di suatu pelayanan keperawatan yang
bersifat profesional. Perilaku etik akan dibentuk oleh nilai-nilai dari pasien, perawat, dan
interaksi sosial dalam lingkungan.
3. Kode etik keperawatan. Kode etik adalah suatu tatanan tentang prinsip-prinsip imum yang telah
diterima oleh suatu profesi yang memberikan tuntutan bagi anggotanya dalam melaksanakan
praktek keperawatan, baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga masyarakat, teman
sejawat, diri sendiri dan tim kesehatan lain yang berfungsi untuk :
Memberikan dasar dalam mengatur hubungan dalam mengatur hubungan antara perawat,
pasien, tenaga kesehatan lain, masyarakat dan profesi keperawatan.
Memberikan dasar dalam menilai tindakan keperawatan
Membantu masyarakat untuk mengetahui pedoman dalam melaksanakan praktek keperawatan
Menjadi dasar dalam membuat kurikulum pendidikan keperawatan (Kozier & Erb, 1998)
4. Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua (atau lebih) landasan moral suatu
tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan kondisi dimana setiap alternatif
memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar
atau salah dan dapat menimbulkan stres pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan,
tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat,
klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil
keputusan. Menurut Thompson dan Thompson (1985) dilema etik merupakan suatu masalah
yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding.
Didalam dilema etik tidak ada yang benar atau yang salah. Untuk membuat keputusan yang etis,
seorang perawat tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional.
DAFTAR PUSTAKA
Ismani Nila. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta. Widya Medika
Amir amri. 1997. Hukum Kesehatan. Jakarta. Bunga Rampai
Lubis Sofyan. 2009. Mengenal Hak Konsumen dan Pasien. Jakarta. Pustaka Yusticia
Diposting 29th September 2012 oleh Lely jumriani bakti
0
Tambahkan komentar
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
1.
Oct
17
Kau, sosok yang selalu menjadi pemberi rasa nyaman, dalam bentuk apa saja, tetap saja
perlakuan darimu mendamaikan. Aku, perempuan yang katamu kadang kau rindukan,
kau beri perhatian yang entah perhatian itu hanya padaku atau pada semua perempuan
kau begitu, sepertinya tidak. Hanya aku yang kau perlakukan seperti itu, setidaknya
begitu yang kuyakini. Apakah salah? "mungkin" benar.
Lalu, apakah kemudian kita bisa disebut sepasang kekasih ?. Bukan, lebih tepatnya
"seperti sepasang kekasih".
Ya, komunikasi kita lebih sering dari pada dengan siapapun orang-orang disekitarmu
ataupun aku dengan orang disekitarku. Bahasan kita tentu tak sama dengan bahasanmu
dengan orang lain, pun aku juga demikian. kita bisa saja menghabiskan seperempat
malam kita bersama, bermodalkan alat komunikasi yang saya syukuri karena Alexander
grahambell menemukannya, eh, ada yang bilang juga Antonio Meucci penemu yang
sebenarnya, ah, entahlah, saat ini aku sedang tak ingin fokus membahas penemu
telephone, yang ingin kutulis adalah tentang kita saja.
Selama seperempat malam itu apa yang kita bicarakan?. apa saja, apa yang kau lakukan
hari itu, pun apa yang kulakukan, bahkan tak jarang yang kita bahas hanyalah bahasan-
bahasan tak jelas, lalu kemudian kita cekikikan. Arghhhh....... Tak bisakah waktu berhenti
disitu?
Apa yang kemudian kita lakukan setelah seperempat malam itu berlalu? aku
menghabiskannya dengan merindukanmu. Lalu kamu ?
entah, mungkin kau juga merindukanku. Lagi-lagi mungkin.
Aku tak ingin membahas hal-hal menyedihkan di tulisanku kali ini, besok-besoklah lagi.
malam ini, cukup tentang indahnya menjadi "seperti sepasang kekasih".
Lihat komentar
1.
Hal 1 Selesai....
Balas
2.
Balas
2.
Oct
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Istilah radiasi sering dianggap sesuatu yang membahayakan,mengganggu
kesehatan bahkan keselamatan. Padahal di sekitar kita baik di rumah,kantor, maupun
di tempat-tempat umum ternyata banyak sekali radiasi. Radiasi pada dasarnya adalah
sesuatu perambatan energi dari sumber energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan
panas.
Spektrum gelombang elektromagnetik yang kita ketahui mencakup rentang
frekwensi yang lebar. Gelombang radio, sinyal televisi, sinar radar, cahaya tak
terlihat, sinar x, dan sinar gamma merupakan contoh-contoh gelomanag
elektromagnetik. Dalam ruang hampa gelombang ini semuanya meramat dengan
kecepatan yang sama. Sumber elektromagnetik ada dimana-mana, matahari,
bintang,tornado merupakan sumber alamiah dari gelomang elektromagnetik.
Tubuh manusia akan tersinari oleh berbagai frekwensi gelombang magnetik
yang kompleks. Tingkat paparan gelombang elektromagnetik dari berbagai
frekwensi berubah ssecara signifikan sejalan dengan perkembangan tekhnologi, yag
menimbulkan kekhawatiran bahwa paparan dari gelomang elektromagnetik ini dapat
berpengaruh buruk terhadap kesehatan manusia.
Berdasarkan hal di atas akan dijelaskan secara garis besar gelombang
elektromanetik serta pengaruhnya terhadap kesehatan dan bagaimana cara perawat
mengantisipasi diri terhadap efek negatif dari radiasi elektromagnetik pada alat-alat
kesehatan.
B. Tujuan.
PEMBAHASAN
A. Pengertian.
B. Energi Radiasi.
Penting untuk menyadari bahaya yang diakibatkan oleh radiasi. Gelombang
dengan panjang gelombang pendek (frekuensi tinggi) berarti memiliki radiasi energi
tinggi. Jika radiasi diserap oleh tubuh, maka radiasi ini dapat menyebabkan
perubahan kimia yang berbahaya dan tidak diinginkan.
Hal ini terbukti terutama pada gelombang sinar gamma dan sinar x yang
memiliki energi tinggi untuk mengionisasi suatu benda (menyebabkan pembentukan
ion), gelombang ini merupakan contoh radiasi pengion. Sebaliknya, gelombang
radiasi tanpa sifat energi tinggi disebut juga radiasi nonpengion, tetapi dalam
keadaan tertentu radiasi nonpengion ini dapat juga berbahaya karena efek pemanasan
yang terjadi jika diabsorpsi tubuh. Contohnya adalah perdebatan mengenai bahaya
radiasi telepon genggam.
Dengan bertambahnya jarak dari sumber radiasi, terjadi penurunan drastis
intensitas (jumlah) radiasi, sehingga efek negatif radiasi dpat diminimalisasi dengan
menambah jarak antara sumber radiasi dan orang yang terpapar.
Menggandakan jarak akan mengurangi paparan radiasi sebesar
seperempatnya, bila jarak menjadi tiga kali jarak semula, paparan berkurang menjadi
sepersembilan radiasi awal. Hal ini disebut juga hukum kuadrat terbalik, dimana
intensitas radiasi akan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak. Jumlah paparan
radiasi juga berhubungan langsung dengan waktu paparan radiasi, misalnya kulit
yang terbakar jika terlalu lama di bawah matahari.
@. Radiasi Nonpengion.
Penggunaan berbagi jenis radiasi nonpengion secara terkontrol telah
menghasilkan sejumlah terapi dan tekhnik yang berguna dalam bidang
keperawatan.
Beberapa aplikasi radiasi nonpengion dalam bidang keperawatan dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tiga faktor penting dalam membatasi paparan radiasi adalah sebagai berikut:
1. Waktu.
Semakin sedikit waktu di lapangan radiasi akan semakin baik.
2. Jarak.
Aplikasi hukum kuadrat terbalik yaitu: intensitas radiasi yang diterima dari
suatu benda akan berkurang sebanding dengan kuadrat jarak, sehingga tingkat
radiasi akan berkurang jika jarak bertambah.
3. Pelindung.
Zat yang paling sering digunakan adalah timbal. Apron timbal sering
digunakan untuk perlindungan perorangan dan juga dinding timbal untuk
perlindungan umum
4. Ultrasonografi (USG)
Pencitraan ultrasonografi untuk mendapatkan gambaran bagian dalam
tubuh manusia yaitu dengan menggunakan gelombang suara berfrekuensi
tinggi. Gelombang suara yang dipancarkan akan dipantulkan oleh organ
dalam dan gelombang pantulan yang kembali ini dapat digunakan untuk
identifikasi jarak, ukuran, dan keseragaman suatu benda.Gelombang ini
mampu menemukan batas antara berbagai jenis jaringan yang berbeda, seperti
tulang dan otot.
Keuntungan khusus penggunaan ultrasonografi obstetrik pada ibu hamil
yaitu wanita hamil dan janinnya tidak akan terpapar radiasi pengion.
DAFTAR PUSTAKA
Tambahkan komentar
3.
Sep
29
RADIASI ELEKTROMAGNETIK
Pengaruh Radiasi Gelombang Elektromagnetik Terhadap Kesehatan Manusia
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Pembahasan
Karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh radiasi
gelombang elektromagnetik terhadap kesehatan manusia.
II
PEMBAHASAN
Ada dua jenis radiasi, jenis pertama adalah partikel alpha dan beta yang
berasal dari material radioaktif; dan gelombang elektromagnetik atau photon adalah
jenis yang kedua. Disini radiasi yang menjadi pokok bahasan hanya pada gelombang
elektromagnetik.
Secara garis besar, radiasi total yang diserap oleh tubuh manusia adalah
tergantung pada beberapa hal :
Jarak antara badan dan sumber radiasi elektromagnetik dalam hal ini handphone
Keadaan paparan radiasi, seperti adanya benda lain disekitar sumber radiasi
Sifat-sifat elektrik tubuh. Hal ini sangat tergantung pada kadar air didalam tubuh,
radiasi akan lebih banyak diserap pada media dengan konstan dielektri tinggi
seperti otak, otot dan jaringan lainnya dengan kadar air tinggi.
Menurut The National Radiological Protection Boar (NPRB) UK, Inggris.
Efek yang ditimbulkan oleh radiasi gelombang elektromagnetik dari telepon seluler
dibagi menjadi dua yaitu :
Efek Fisiologis
Efek Psikologis
Karena telepon seluler atau unit PCS harus berhubungan dengan substasiun
yang diletakkan beberapa kilometer jauhnya, pancaran dari peralatan ini harus cukup
kuat untuk memastikan sinyalnya bagus. Peralatan ini memancarkan daya sekitar 0,1
sampai dengan 1,0 W. Tingkat daya dari antenna ini aman untuk kesehatan kepala
(fischetti, 1993). Kerapatan daya puncak dari antenna pada telepon seluler ini
mendekati 4,8 W/m2 atau 0,48 mW/cm2 (IEEE C 95.1-1991)
Penelitian mengenai pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh manusia
menyatakan bahwa untuk daya sampai dengan 10 mW/cm2 masih termasuk dalam
nilai ambang batas aman (Wardhana, 2000)
Paling tidak kedepan dengan jumlah penduduk Indonesia sekitar 220 juta
jiwa dan baru 25 juta pelanggan saja yang sudah menggunakan telepon seluler
(ponsel). Hal ini menunjukkan bahwa industri seluler ditanah air semakinmaju.
Seiring semakin populernya telepon genggam ini banyak orang sudah mulai
mempertanyakan sebenarnya seberapa besar pengaruh radiasi ponsel kepada
kesehatan manusia ?
Banyak pengguna ponsel yang mungkin tidak tahu bahwa ponsel yang
mereka gunakan dapat mengirimkan gelombang elektromagnetik kedalam tubuh
mereka. Sesungguhnya setiap ponsel memiliki spesifikasi ukuran banyaknya energi
gelombang mikro yang dapat menembus ke dalam bagian tubuh seseorang
tergantung pada seberapa dekat ponsel dengan kepala.paling tidak kurang lebih
sebanyak 60 persen dari radiasi gelombang mikro yang diserap dan menembus
daerah sekitar kepala.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Adapaun dari pengertian tadi, bahwa untuk mencegah pengaruh gelombang
elektromagnetik terhadap manusia. Maka disarankan :
DAFTAR PUSTAKA
Fischetti, M, 1993. The Cellular Phone Scare, IEEE Spectrum. Juni 1993,hal. 43
PT. PLN., 2006 Pembangunan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV
Menjamin Keberlangsunagn & Kehandalan Pasokan Listrk,
http://www.pln.co.id/, diakses 4 juli 2006
Wardhana. W. A., 2000. Energi Via Satelit Sebuah Gagasan Untuk ABAD 21, Majalah
Energi Edisi No. 7, Yogyakarta.
Diposting 29th September 2012 oleh Lely jumriani bakti
Lihat komentar
4.
Sep
29
INTERAKSI SOSIAL
2. Interaksi sosial selalu menyangkut komunikasi diantara dua pihak yaitu pengirim
(sender) dan penerima (receiver).
4. Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut. Interaksi
sosial menekankan juga pada tujuan mengubah tingkah laku orang lain yang meliputi
perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan dari penerima.
2. Komunikasi keatas (up ward communication) adalah komunikasi yang mengalir dari
tingkat bawah ke tingkat atas sebuah organisasi seperti kotak saran, pertemuan kelompok
dan prosedur keluhan.
2.1 Imitasi
Imitasi dapat diartikan sebagai suatu perbuatan atau tindakan seseorang untuk meniru
sesuatu yang ada pada orang lain.
2.2 Identifikasi
Merupakan kecenderungan/keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan
pihak lain.
2.3 Sugesti
Merupakan cara pemberian suatu pandangan/pengaruh oleh seseorang kepada orang lain
dengan cara tertentu sehingga seseorang tersebut mengikuti pandangan atau pengaruh
yang diberikan tanpa berpikir panjang.
2.4 Simpati
Merupakan sikap keterkaitan terhadap orang lain. Sikap ini timbul karena adanya
kesesuaian antara nilai yang dianut oleh kedua belah pihak.
2.5 Empati
Merupakan proses sosial yang hampir sama dengan simpati, hanya perbedaannya adalah
bahwa empati lebih melibatkan emosi atau lebih menjiawai dalam diri seoang yang lebih
daripada simpati.
2.6 Motivasi
Adalah suatu dorongan atau rangsangan yang diberikan seseorang kepada orang lain
sedemikian rupa sehingga orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau
melaksanakan yang dimotivasikan kepadanya.
15. Komunikasi
Merupakan pengiriman pesan dan penerimaan pesan dengan maksud untuk dapat
dipahami. Proses komunikasi terjadi pada saat kontak sosial berlangsung.
1.2 Asimilasi
Proses asimilasi terjadi apabila dalam masyarakat terdapat perbedaan kebudayaan
diantara kedua belah pihak, ada proses saling menyesuaikan, ada interaksi intensif antara
kedua belah pihak.
1.4 Akomodasi
Sebagai proses usaha-usaha yang dilakukan manusia untuk meredakan atau memecahkan
konflik dalam rangka mencapai kestabilan.
.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan tahap-tahap yang kami tempuh melalui pembahasan dan penjelasan yang
bertujuan untuk mengembangkan, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut.
1. Pentingnya sebuah sosialisasi dalam kehidupan sehari-hari untuk menciptakan
komunikasi yang baik dan benar.
2. Komunikasi dapat membuat kesejahteraan hidup bagi setiap individu.
3. Interaksi sosial yang baik dan benar dapat mempererat tali persaudaraan antar umat
beragama.
4. Interaksi sosial antar individu sangat dibutuhkan dalam menjalin sebuah hubungan
seperti dalam menjalin hubungan kekeluargaan.
Saran
Hendaknya berinteraksi sosial dengan lingkungan atau masyarakat dalam kehidupan kita.
Semoga karya ilmiah ini menambah wawasan dan pengetahuan kita juga bermanfaat bagi
kita semua.
MOTTO
Like this:
Suka
Tinggalkan Balasan
Tambahkan komentar
5.
Sep
29
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi
perilaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan
seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawab moral ( Nila ismani,2001
).
Etik merupakan suatu pertimbangan yang sistimatis tentang suatu perilaku benar
atau salah, kebajikan atau kejahatan yang berhubungan dengan perilaku. Etika merupakan
aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral kedalam situasi nyata dan bertindak
dalam kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianutnya. Banyak pihak yang
menggunakan masalah etik untuk menggambarkan etika suatu profesi dalam
hubungannya dalam kode etik profesional seperti kode etik PPNI atau IBI.
Moral hampir sama dengan etika, biasanya merujuk pada standar personal tentang
benar atau salah. Hal ini sangat penting untuk mengenal antara etika dalam agama,
hukum , adat dan praktek profesional.
Perawat atau bidan memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan
yang berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis dalam praktek asuhan
profesional. Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai dari pendidikan perawat atau
bidan dan berlanjut pada diskusi formal maupun informal dengan sejawat atau teman.
Perilaku yang etis mencapai puncaknya bila perawat atau bidan mencoba dan mencontoh
perilaku pengambilan keputusan yang etis untuk membantu memecahkan masalah etika.
Dalam hal ini, perawat atau bidan seringkali menggunakan dua pendekatan : yaitu
pendekatan berdasarkan asuhan keperawatan/kebidanan.
Pendekatan berdasarkan prinsip
3. Bersedia dengan murah hati memberikan sesuatu yang bermanfaat dengan segala
konsekuensinya.
Prinsip moral merupakan masalah umum dalam melakukan sesuatu sehingga membentuk
suatu sistem etik. Prinsip moral berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah suatu
tindakan dilarang, diperlukan atau diijinkan dalam situasi tertentu. (Jhon Stone, 1989)
1. Otonomi
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan memutuskan. Orang dewasa dianggap kompoten dan memiliki
kekuatan sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang
dihargai. Prinsip otonomi ini adalah bentuk respek terhadap seseorang, juga
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
2. Benefisiensi
Benefisiensi berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik. Kebaikan juga
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kesalahan atau kejahatan
kebaikan menjadi konflik dengan otonomi.
3. Keadilan (justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang
lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam praktek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi
yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
4. Nonmalefisien
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera secara fisik dan
psikologik. Segala tindakan yang dilakukan kepada pasien adalah aman.
5. Veracity (kejujuran)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap
pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti. Prinsip veracity
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
Informasi harus ada agar menjadi akurat komprehensif dan obyektif untuk
memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan
yang sebenarnya kepada pasien tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.
6. Fidelity
Prinsip fidelity individu untuk menghargai janji dan komitmennnya terhadap
orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia pasien.
7. Kerahasiaan (confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang klien
harus dijaga privacynya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan
klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tak ada satu
orangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh
klien diluar area pelayanan, menyampaikannya pada teman atau keluarga
tentang klien dengan tenaga kesehatan yang lain harus dicegah.
Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada dasarnya
menggunakan kerangka proses keperawatan/pemecahan masalah secara ilmiah, antara
lain :
Dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan etis, antara perawat dan dokter tidak
menutup kemungkinan terjadi perbedaan pendapat. Bila ini berlanjut dapat menyebabkan
masalah komunikasi dan kerjasama, sehingga menghambat perawatan pada pasien dan
kenyamanan kerja. (Mac Phail,1988)
Salah satu cara menyelesaikan masalah etis adalah dengan melakukan rounde (Bioetics
Rounds) yang melibatkan perawat dengan dokter. Rounde ini tidak difokuskan untuk
menyelesaikan masalah etis tetapi untuk melakukan diskusi secara terbuka tentang
kemungkinan terdapat permasalahan etis.
DAFTAR PUSTAKA
Tambahkan komentar
6.
Sep
29
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Filsafat kerap kali dipandang sebagai ilmu yang abstrak, padahal filsafat itu
sangat dekat sekali dengan kehidupan kita. Filsafat bagi sebagian orang merupakan
disiplin ilmu yang kurang diminati, karena dianggap sebagai ilmu yang
membingungkan. Memang untuk para pembelajar filsafat tingkat pemula biasanya
mereka merasa sangat cemas ketika mulai memasuki bidang studi ini. Keraguan dan
kecemasan ini biasanya pelan-pelan pudar ketika sudah mulai menekuni bidang ini
dan akan terasa lebih menarik lagi ketika sadar bahwa filsafat adalah bagian yang tak
terpisahkan dari hidup kita.
Faktor lain yang menyebabkan orang beranggapan bahwa filsafat itu ilmu yang
membingungkan, karena dalam mempelajari filsafat kita diarahkan untuk
menggunakan metode berpikir dalam memahami bidang kajian ilmu tersebut.
Berbicara tentang berpikir sesungguhnya erat kaitannya dengan penggunaan sebuah
potensi terpenting yang dianugerahkan Allah SWT. kepada satu-satunya makhluk
yang disebut manusia. Potensi terpenting yang dimaksud di sini adalah akal.
Dalam Al-Qur’an kata akal (Al’ alqlu) di ungkapkan dalam kata kerja, yaitu
aqaluh 1 ayat, ta’qilun 24 ayat, na’qilun 1 ayat, ya’qiluha 1 ayat dan ya’qilun 22 ayat.
Semua diungkap dalam bentuk kata kerja (fi’il) yang mengandung arti memahami
dan mengerti. Selain itu penggunaan kata akal dalam maknanya sebagai sifat berpikir
yang terdapat pada manusia di dalam Al-Qur’an sering juga disamakan dengan kata
ulul albab (orang berpikir), ulul abshar(orang berpandangan) dan kata-kata lainnya
yang mengandung arti sama yaitu berpikir. (Sofyan Sauri,2006:23-26).
Melihat ayat diatas, sebagai manusia yang telah dianugerahi rahmat oleh Allah
SWT. potensi yang berharga yaitu akal, kita seyogyanya dapat mengoptimalkan
potensi akal tersebut adalah dengan mempelajari salah satu bidang ilmu yang
memang banyak melibatkan akal sebagai alat untuk berpikr yaitu filsafat. Kajian
filsafat itu sendiri sebetulnya bertujuan untuk menemukan kebenaran yang
sebenarnya. Jika kebenaran yang sebenarnya itu disusun secara sistematis, jadilah ia
sistematika filsafat. Sistematika filsafat itu yang kemudian biasanya mempermudah
kita untuk mempelajari filsafat secara rinci.
BAB II
ISI
A. Pengertian filsafat
Apakah filsafat itu? Bagaimana definisinya? Demikianlah pertanyaan pertama
yang kita hadapi tatkala akan mempelajari ilmu filsafat. Istilah “filsafat” dapat
ditinjau dari dua segi, yakni:
Segi semantik:
Perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab (falsafah), yang berasal dari bahasa
Yunani, (philosophia), yang berarti “philos” = cinta, suka (loving), dan
“Sophia” = pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi ‘philosophia’ berarti cinta
kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang
yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan
disebut ‘philosopher’, dalam bahasa Arabnya ‘failasuf”. Pecinta pengetahuan
ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya, atau
perkataan lain, mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.
Segi praktis :
Dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti alam pikiran atau alam
berpikir. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir bererti
berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh.
Sebuah semboyan mengatakan bahwa “setiap manusia adalah filsuf”. Semboyan
ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi secara umum
semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah
filsuf. Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan
sungguh-sungguh dan mendalam.
Tegasnya: Filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan
suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: Filsafat adalah ilmu
yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.
Beberapa definisi
Coba perhatikan definisi-definisi ilmu filsafat dari filsuf Barat dan Timur di bawah
ini:
1. Plato (427SM – 347SM), seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid Socrates
dan guru Aristoteles, mengatakan filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang
ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
2. Aristoteles (384 SM – 322SM) mengatakan, Filsafat adalah ilmu pengetahuan
yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika,
logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab
dan asas segala benda).
3. Marcus Tullius Cicero (106 SM – 43SM) politikus dan ahli pidato Romawi
merumuskan, filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang mahaagung dan
usaha-usaha untuk mencapainya.
4. Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina
mengatakan, filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan
menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
5. Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir Barat,
mengatakan, filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang
mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu:
Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan: Filsafat adalah
suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari
akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang
radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang
universal.
Drs H. Hasbullah Bakry merumuskan: ilmu filsafat adalah ilmu yang
menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan
manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya
sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia itu
seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
Hakikat Tuhan,
Hakikat manusia,
serta sikap manusia sebagai konsekuensi dari paham tersebut. Perlu ditambah
bahwa definisi-definisi itu sebenarnya tidak bertentangan, hanya cara
mengesahkannya saja yang berbeda.
Objek material dari filsafat ini adalah suatu kajian penelaahan atau
pembentukan pengetahuan itu,yaitu segala sesuatu yang ada dan mungkin
ada,mencakup segala hal,baik hal-hal yang kongkret / nyata maupun hal-hal yang
astrak / tak tampak.Tenang objek materiil filsafat ini banyak kesamaan dengan objek
materiil sains.Hanya terdapat dua perbedaan ,yaitu pertama sains menyelidiki objek
materiil yang empiris,sementara filsafat ilmu menyelidiki bagian objek yang
abstrak.Kedua,ada objek materiil filsafat yang memang tidak dapat diteliti oleh
sains,seperti Tuhan,Hari kiamat ,yaitu objek materiil yang selamanya tidak empiris.
a. Obyek material filsafat yaitu segala sesuatu yang ada dan mungkin ada, baik
materi konkret, psisik, maupun yang material abstrak, psikis. Termasuk pula
pengertian abstrak-logis, konsepsional, spiritual, nilai-nilai. Dengan demikian
obyek filsafat tak terbatas, yakni segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada
b. Obyek formal filsafat yaitu menyelidiki segala sesuatu itu guna mengerti sedalam
dalamnya, atau mengerti obyek materia itu secara hakiki, mengerti kodrat segala
sesuatu itu secara mendalam (to know the nature of everything). Obyek formal
inilah sudut pandangan yang membedakan watak filsafat dengan pengetahuan.
Karena filsafat berusaha mengerti sesuatu sedalam dalamnya.
Tetapi sesungguhnya, tiap ilmu pengetahuan pun mempunyai kedua obyek itu,
obyek material dan obyek formal. Hanya saja, obyek material ilmu pengetahuan amat
terbatas, tertentu. Demikian pula obyek formal ilmu pengetahuan, sudut pandang ilmu
pengetahuan, tujuan ilmu pengetahuan tertentu pula. Misalnya obyek material ilmu
jiwa, ilmu ekonomi, sosiologi, ilmu kesehatan, ilmu pendidikan, dan sebagainya.
Adalah sama yaitu manusia. Dan karena obyek formal masing-masing ilmu tersebut
berbeda, maka dengan mudah dapat dibedakan ilmu yang satu dengan yang
lain.Obyek material suatu ilmu dapat saja sama, indentik. Tetapi obyek formal ilmu
tidak sama. Sebab subyek formal ialah sudut pandang, tujuan penyelidikan.
Sebagai contoh tentang konsep evolusi mendorong kita untuk meninjau kembali
pemikiran kita hampir dalam segala bidang.
Kesimpulannya kontribusi yang lebih jauh yang diberikan filsafat terhadap ilmu
pengetahuan adalah kritik tentang asumsi, postulat ilmu dan analisa kritik tentang
istilah-istilah yang dipakai. Ilmu dan filsafat kedua-duanya memberikan penjelasan-
penjelasan dan ari-arti dari objeknya masing-masing. Banyak filsuf yang mendapat
pendidikan tentang metode ilmiah dan meraka saling memupuk perhatian dalam
beberapa disiplin ilmu.
Dalam perjalanannya filsafat dengan ilmu juga terkadang memiliki pertentangan
pada kecondongan atau titik penekanan, bukan pada penekanan yang mutlak.
Penekanan itu dapat dilihat dari perbedaan-perbedaan berikut ini, yaitu :
1. Fakta (Kenyataan)
2. Kebenaran
E. Cabang-cabang Filsafat
Telah kita ketahui bahwa filsafat adalah sebagai induk yang mencakup semua
ilmu khusus. Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya ilmu-ilmu khusus itu satu
demi satu memisahkan diri dari induknya, filsafat. Mula-mula matematika dan fisika
melepaskan diri, kemudian diikuti oleh ilmu-ilmu lain. Adapun psikologi baru pada
akhir-akhir ini melepaskan diri dari filsafat, bahkan di beberapa insitut, psikologi
masih terpaut dengan filsafat.
Setelah filsafat ditinggalkan oleh ilmu-ilmu khusus, ternyata ia tidak mati, tetapi
hidup dengan corak baru sebagai ‘ilmu istimewa’ yang memecahkan masalah yang
tidak terpecahkan oleh ilmu-ilmu khusus. Yang menjadi pertanyaan ialah : Persoalan
ini membawa kita kepada pembicaraan tentang cabang-cabang filsafat.
Ahli filsafat biasanya mempunyai pembagian yang berbeda-beda. Coba
perhatikan sarjana-sarjana filsafat di bawah ini:
” metafisika,
” logika,
” filsafat alam
” filsafat sejarah
” etika,
” estetika, dan
” antropologi.
” masalah teologis
” masalah metafisika
” masalah epistomologi
” masalah etika
” masalah sejarah
3 Dr. Richard H. Popkin dan Dr Avrum Astroll dalam buku mereka, Philosophy
Made Simple, membagi pembahasan mereka ke dalam tujuh bagian, yaitu:
” Section I Ethics
” Section VI Logics
4. Dr. M. J. Langeveld mengatakan: Filsafat adalah ilmu Kesatuan yang terdiri atas
tiga lingkungan masalah:
”lingkungan masalah keadaan (metafisika manusia, alam dan seterusnya)
”lingkungan masalah nilai (teori nilai etika, estetika yangb ernilai berdasarkan
religi)
” ilmu fisika yang mempersoalkan dunia materi dari alam nyata ini,
1. Metafisika: filsafat tentang hakikat yang ada di balik fisika, hakikat yang bersifat
transenden, di luar jangkauan pengalaman manusia.
2. Logika: filsafat tentang pikiran yang benar dan yang salah.
3. Etika: filsafat tentang perilaku yang baik dan yang buruk.
4. Estetika: filsafat tentang kreasi yang indah dan yang jelek.
5. Epistomologi: filsafat tentang ilmu pengetahuan.
6. Filsafat-filsafat khusus lainnya: filsafat agama, filsafat manusia, filsafat hukum,
filsafat sejarah, filsafat alam, filsafat pendidikan, dan sebagainya.
Dalam referensi lain, cabang-cabang filsafat ini dibicarakan lebih spesifik oleh para
pemerhati filsafat, diantara ada yang membagi filsafat ini kedalam :
1. Filsafat Alam, Obyeknya alam kehidupan dan alam bukan kehidupan. Tujuannya:
menjelaskan fenomena alam dari aspek eksistensi fenomena tersebut dan
menelusuri syarat-syarat kemungkinan.
2. Filsafat Analitis, yaitu Ilmu memusatkan perhatian pada bahasa dan upaya untuk
menganalisis pernyataan (konsep, atau ungkapan kebahasaan aatau bentuk-bentuk
logis. Tujuannya ialah untuk menemukan pernyataan-pernyataan yang berbentuk
logis dan ringkas dan yang terbaik, yang cocok dengan fakta atau arti yang
disajikan,
3. Filsafat Bahasa Sehari-hari, yaitu yang berpandangan bahwa dengan menganalisis
bahasa biasa (makna, implikasi, bentuk dan fungsinya) kita dapat memperlihatkan
kebenaran mengenai kenyataan. Dengan analisis bahasa biasa kita dapat
memahami masalah pokok filsafat dan sekaligus dapat memecahkannya.
4. Filsafat Gestalt, yaitu salah satu pandangan filsafat ini berpandangan bahwa
realitas merupakan dunia tempat organisme fisik memberikan tanggapan dalam
proses mengatur struktur-struktur atau keseluruhan yang diamati.
5. Filsafat Kebudayaan, yaitu filsafat yang memberikan gambaran keseluruhan
mengenai gejala kebudayaan (bentuk, nilai dan kreasinya). Tugasnya untuk
menyelidiki hakekat kebudayaan, memahaminya berdasarkan sebab-sebab dan
kondisi-kondisinya yang esensial. Filsafat ini juga bertugas untuk menjabarkan
pada tujuan-tujuannya yang paling mendasar dan karena itu juga menemukan arah
dan luas perkembangan budaya.
6. Filsafat Kehidupan, yaitu filsafat kehidupan dalam bahasa sehari-hari yang berarti
(1) cara tau pandangan hidup. Dan ini bertujuan mengatur segalanya secara
praktis. (2) Etika sebagai ilmu yang berbicara mengenai tujuan dan kaidah-kaidah
kehidupan dapat juga disebut sebagai filsafat kehidupan.
1. Objek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu
yang ada (realita) sedangkan objek material ilmu itu bersifat khusus dan empiris. Artinya
ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secara kaku dan terkotak-kotak,
sedangkan kajian filsafat secara keseluruhan.
2. Objek formal filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala
sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat
fragmentaris, spesifik, dan intensif.
3. Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi,
kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial
and error. Oleh karena itu nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis sedangkan
kegunaan filsafat timbul dari nilainya.
4. Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada
pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan
secara logis yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.
Disamping adanya perbedaan diatas, ada pula persamaan antara keduanya yaitu
:
(5) Metode ilmiah yang merupakan gabungan antara aliran rasialisme dan
empirisme.
Aliran Empirisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa sumber pengetahuan itu
adalah pengalaman inderawi. Tokoh aliran ini adalah John Locke (1632-1704),
analogi dari aliran ini menyebutkan bahwa es itu membeku dan dingin, karena
secara pengalaman inderawi es itu dapat dilihat bentuknya beku dan rasanya
dingin. Dari disinilah dapat disimpulkan bahwa menurut aliran empirisme
pengetahuan itu didapat dengan perantaraan inderawi atau pengalaman-
pengalaman inderawi yang sesuai, tetapi aliran ini mempunyai kelamahan karena
sebetulnya inderawi memiliki keterbatasan dan terkadang menipu. Dari
kelemahan ini muncul aliran kedua yatiu aliran Rasionalisme.
Aliran Rasionalisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa akal adalah dasar dari
kepastian pengetahuan. Tokoh aliran ini adalah Rene Descartes (1596 – 1650).
Aliran ini muncul karena koreksi dari aliran Empirisme menurut kacamata aliran
ini manusia akan sampai pada kebenaran semata-mata karena akal, inderawi
menurut aliran Rasionalisme hanyalah merupakan bahan yang belum jelas, akal-
lah yang kemudian mengatur bahan tersebut sehingga membentuk pengetahuan
yang benar. Analogi menurut aliran ini adalah kenapa benda yang jauh akan
kelihatan kecil ?, karena secara akal bayangan yang jatuh dimata akan kecil atau
contoh analogi lain kenapa gula terasa pahit bagi orang yang demam, karena lidah
orang yang sakit demam itu tidak normal.
Aliran Fenomenalisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan
didasarkan pada sebab akibat yang merupakan hubungan yang bersifat niscaya
dan ditampakan oleh sebuah gejala (Pehenomenon). Tokoh aliran ini adalah
Imanuel Kant yaitu seorang filosof Jerman ( abad ke-18) analogi dari aliran ini
adalah tetang bagaimana memperoleh pengetahuan bahwa kuman itu
menyebabkan penyakit tifus, orang yang menderita demam tifus disebabkan oleh
kuman yang masuk dalam diri orang tersebut.
Selanjutnya dari teori hakikat atau muncul yang disebut dengan ontologi.
Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan hakikat sesuatu yang
ada. Dari cabang ini muncul empat macam aliran filsafat, yaitu :
1.Aliran Materialisme, adalah aliran yang beranggapan bahwa hakikat benda adalah
benda itu sendiri, hakikat kayu adalah kayu itu sendiri, hakikat air adalah air itu
sendiri, begitu pula yang lainnnya. Jadi menurut aliran ini materilah yang hakikat;
2.Aliran Idealisme, adalah suatu pandangan dunia atau metafisika yang mengatakan
bahwa realitas dasar terdiri atas atau sangat erat hubungannya dengan ide, pikiran,
atau jiwa. Dunia menurut aliaran ini dipahami dan ditafsirkan oleh penyelidikan
tentang hukum-hukum pikiran dan kesadaran, dan tidak hanya oleh metode ilmu
objek semata-mata. Prinsip pokok dari idealisme adalah kesatuan organik, jadi
kesimpulannya menurut aliran ini yang hakikat itu adalah ruh atau ide sedangkan
materi bukan hakikat;
3.Aliran Dualisme, adalah aliran filsafat yang mencoba memadukan antara dua
paham yang saling bertentangan, yaitu materialisme dan idealisme. Menurut aliran
dualisme materi maupun ruh sama-sama merupakan hakikat.materi muncul bukan
karena adanya ruh, begitu pun ruh muncul bukan karena materi. Tetapi dalam
perkembangan selanjutnya aliran ini masih memiliki masalah dalam
menghubungkan dan menyelaraskan kedua aliran tersebut di atas. Sebuah analogi
dapat kita ambil misalnya tentang jika jiwa sedang sehat, maka badan pun akan
sehat kelihatannya. Sebaliknya jika jiwa seseorang sedang penuh dengan duka dan
kesedihan biasanya badanpun ikut sedih, terlihat dari murungnya wajah orang
tersebut.
4.Aliran Agnoticisme, adalah alirn yang mengatkan bahwa manusia tidak mungkin
mengetahui hakikat sesuatu dibalik kenyataannya. Manusia tidak
mungkinmengetahui hakikat batu, air, api dan sebagainya. Sebab menurut aliran ini
kemampuan manuisa sangat terbatas dan tidak mungkin tahu apa hakikat tentang
sesuatu yang ada, baik oleh inderanya maupun oleh pikirannya.
Di samping aliran-aliran di atas, masih banyak aliran yang lain dalam filsafat.
Aliran-aliran itu antara lain ialah:
1. Eksistensialisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa filsafat harus bertitik tolak
pada manusia yang kongkret, yaitu manusia sebagai eksistensi, dan sehubungan
dengan titik tolak ini. maka bagi manusia eksistensi itu mendahului esensi.
2. Pragmatisme, yaitu aliran yang beranggapan bahwa benar dan tidaknya sesuatu
ucapan, dalil, atau teori, semata-mata bergantung pada berfaedah atau tidaknya
ucapan, dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak di dalam
kehidupannya.
3. Fenomenologi, yaitu aliran yang berpendapat bahwa hasrat yang kuat untuk
mengerti yang sebenarnya dan keyakinan bahwa pengertian itu dapat dicapai jika
kita mengamati fenomena atau pertemuan kita dengan realitas.
4. Positivisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa filsafat hendaknya semata-mata
berpangkal pada peristiwa yang positif, artinya peristiwa-peristiwa yang dialami
manusia.
5. Aliran filsafat hidup, yaitu aliran yang berpendapat bahwa berfilsafat barulah
mungkin jika rasio dipadukan dengan seluruh kepribadian sehingga filsafat itu
tidak hanya hal yang mengenai berpikir saja, tetapi juga mengenai ada, yang
mengikutkan kehendak, hati, dan iman, pendeknya seluruh hidup.
1. Bersifat sangat umum, artinya persoalan kefilsafatan tidak bersangkutan dengan objek-
objek khusus tetapi berkaitan dengan ide-ide dasar.
2. Tidak menyangkut fakta, dengan kata lain persoalan filsafat lebih bersifat spekulatif.
Persoalan-persoalan yang dihadapi melampaui batas-batas pengetahuan ilmiah.
3. Bersangkutan dengan nilai-nilai (values), artinya persoalan-persoalan kefilsafatan
bertalian dengan penilaian baik moral, estetis, agama maupun nilai social.
4. Bersifat kritis, artinya filsafat merupakan analisis secara kritis terhadap konsep-konsep
dan arti-arti yang biasanya diterima dengan begitu saja oleh suatu ilmu tanpa
pemeriksaan secara kritis.
5. Bersifat sinoptik, artinya persoalan filsafat mencakup struktur kenyataan secara
keseluruhan. Filsafat merupakan ilmu yang membuat susunan kenyataan sebagai
keseluruhan.
6. Bersifat implikatif, artinya jika sesuatu kefilsafatan sudah dijawab, dari jawaban tersebut
akan memunculkan persoalan baru yang saling berhubungan. Suryo Ediyono (2010).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian tersebut di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa :
Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti dunia dalam hal makna
dan nilai-nilai. Pengertian filsafat disederhanakan sebagai proses dan produk, yang
mencakup pengertian filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep dan para filsuf
pada zaman dahulu, teori, sistem tertentu yang merupakan hasil dan proses berfilsafat
dan yang mempunyai ciri-ciri tertentu, dan filsafat sebagai problema yang dihadapi
manusia.
Filsafat adalah sebuah ilmu yang sebenarnya bisa dipelajari oleh semua orang.
Walaupun memang sedikit rumit bagi sebagian anggapan orang tentang filsafat, tetapi
apabila kita dapat mempelajarinya secara sistematik, maka akan didapat pemahaman
yang komprehensif mengenai filsafat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Tambahkan komentar
2.
Sep
29
contoh sp
Umur : 27 thn
Pertemuan : III
Ruangan : Mawar
Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Klien dirawat di RS hari ke-1 post partum dengan keadaan umum lemah. Klien
mengatakan masih banyak darah yang keluar dari vagina, sehingga klien takut
bergerak dan tidak tahu cara merawat kemaluannya agar tidak terinfeksi. Hasil
pemeriksaan TTV : TD 120/70 mmHg, nadi 88x/mnt, suhu 37oC, dan pernapasan
20x/mnt.
2. Diagnosa keperawatan
Risiko terjadinya infeksi b/d kurang informasi tentang cara perawatan vulva.
3. Tujuan
Setelah dilakukan perawatan, klien mengerti tentang cara perawatan vulva.
4. Tindakan keperawatan
Melakukan vulva hygiene dengan teknik septic.
1. Salam terapeutik
Selamat pagi Bu ! sesuai dengan janji kita kemarin, pagi ini saya akan membersihkan
kemaluan ibu.
2. Evaluasi / validasi
Bagaimana keadaan ibu pagi ini ? Apakah masih banyak keluar darahnya ?
3. Kontrak
Topic : karena ibu masih banyak keluar darah, maka kemaluan ibu harus dibersihkan
dengan larutan desinfektan, agar tidak terjadi infeksi.
Waktu : saya akan membantu membersihkan kemaluan ibu selama 10 menit
Tempat : sekarang ibu tidur setengah duduk di tempat tidur.
Fase kerja
Perhatikan ya bu cara saya bekerja, agar ibu dapat melakukannya sendiri. Angkat
bokongnya ibu, saya akan meletakkan pispot dan pengalas di bawah bokong ibu, bagus.
Renggangkan pahanya bu, betul. Sekarang saya akan membersihkan kemaluan ibu bagian
luar dengan kapas savlon sampai bersih, kemudian ganti kapasnya, bersihkan bagian
dalamnya juga sampai bersih, agak perih sedikit ya bu. Selanjutnya angkat bokong ibu,
bagus. Kemudian memakai celana dalam dengan pembalut 2-3 buah agar darahnya tidak
tembus. Sekarang sudah selesai, saya akan bereskan alat-alatnya dahulu.
Terminasi
Tambahkan komentar
Memuat
Tema Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.
Sep
29
Kemajuan ilmu dan teknologi terutama dibidang biologi dan kedokteran telah
menimbulkan berbagai permasalahan atau dilema etika kesehatan yang sebagian besar belum
teratasi ( catalona,1991 ).
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku
seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan seseorang dan
merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawab moral ( Nila ismani,2001 ).
Etik merupakan suatu pertimbangan yang sistimatis tentang suatu perilaku benar atau
salah, kebajikan atau kejahatan yang berhubungan dengan perilaku. Etika merupakan aplikasi
atau penerapan teori tentang filosofi moral kedalam situasi nyata dan bertindak dalam
kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianutnya. Banyak pihak yang menggunakan
masalah etik untuk menggambarkan etika suatu profesi dalam hubungannya dalam kode etik
profesional seperti kode etik PPNI atau IBI.
Nilai-nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan suatu standar
atau pegangan yang mengarah pada sikap atau perilaku seseorang. Sistem nilai dalam suatu
organisasi adalah rentang nilai-nilai yang dianggap penting dan sering diartikan sebagai perilaku
personal.
Moral hampir sama dengan etika, biasanya merujuk pada standar personal tentang benar
atau salah. Hal ini sangat penting untuk mengenal antara etika dalam agama, hukum , adat dan
praktek profesional.
Perawat atau bidan memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan yang
berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis dalam praktek asuhan profesional.
Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai dari pendidikan perawat atau bidan dan berlanjut pada
diskusi formal maupun informal dengan sejawat atau teman. Perilaku yang etis mencapai
puncaknya bila perawat atau bidan mencoba dan mencontoh perilaku pengambilan keputusan
yang etis untuk membantu memecahkan masalah etika. Dalam hal ini, perawat atau bidan
seringkali menggunakan dua pendekatan : yaitu pendekatan berdasarkan asuhan
keperawatan/kebidanan.
Pendekatan berdasarkan prinsip
Pendekatan berdasarkan prinsip, sering dilakukan dalam bio etika untuk menawarkan
bimbingan untuk tindakan khusus. Beauchamp Childress (1994) menyatakan 4 pendekatan
prinsip dalam etika biomedik antara lain :
1. Sebaiknya mengarah langsung untuk bertindak sebagai penghargaan terhadap kapasitas otonomi
setiap orang.
2. Menghindarkan berbuat suatu kesalahan
3. Bersedia dengan murah hati memberikan sesuatu yang bermanfaat dengan segala
konsekuensinya.
4. Keadilan menjelaskan tentang manfaat dan resiko yang dihadapi.
Dilema etik muncul ketika ketaatan terhadap prinsip menimbulkan penyebab konflik
dalam bertindak. Cosntoh : seorang ibu yang memerlukan biaya untuk pengobatan progresif bagi
bayi yang lahir tanpa otak dan secara medis dinyatakan tidak akan tapi pernah menikmati
kehidupan bahagia yang paling sederhana skalipun. Disini terlihat adanya kebutuhan untuk tetap
menghargai otonomi si ibu akan pilihan pengobatan bayinya tetapi dilain pihak masyarakat
berpendapat akan lebih adil bila pengobatan diberikan kepada bayi yang masih memungkinkan
mempunyai harapan hidup yang besar . Hal ini dapat mengurangi perhatian perawat atau bidan
terhadap sesuatu yang penting dalam etika.
Terutama kemajuan dibidang biologi dan kedokteran, telah menimbulkan berbagai
permasalahan atau dilema etika kesehatan yang sebagian besar belum teratasi (cakalano,1991).
Kemajuan teknologi saat ini telah meningkatkan kemampuan bidang kesehatan dalam mengatasi
kesehatan dan memperpanjang usia. Jumlah golongan usia lanjut yang semakin banyak,
keterbatasan tenaga perawat, biaya perawatan yang semakin mahal, dan keterbatasan sarana
kesehatan, telah menimbulkan etika perawatan bagi individu perawat atau persatuan perawat
(Mc.Croskey,1990)
A. Beberapa pengertian yang berkaitan dengan dilema etik
1. Etik adalah norma-norma yang menentukan baik buruknya tingkah laku manusia, baik secara
sendirian maupun bersama sama dan mengatur hidup kearah tujuannya (Pastur Scalia,1971)
2. Etik Keperawatan adalah norma-norma yang dianut oleh perawat dalam bertingkah laku dengan
pasien, keluarga, kolega atau tenaga kesehatan lainnya di suatu pelayanan keperawatan yang
bersifat profesional. Perilaku etik akan dibentuk oleh nilai-nilai dari pasien, perawat, dan
interaksi sosial dalam lingkungan.
3. Kode etik keperawatan. Kode etik adalah suatu tatanan tentang prinsip-prinsip imum yang telah
diterima oleh suatu profesi yang memberikan tuntutan bagi anggotanya dalam melaksanakan
praktek keperawatan, baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga masyarakat, teman
sejawat, diri sendiri dan tim kesehatan lain yang berfungsi untuk :
Memberikan dasar dalam mengatur hubungan dalam mengatur hubungan antara perawat,
pasien, tenaga kesehatan lain, masyarakat dan profesi keperawatan.
Memberikan dasar dalam menilai tindakan keperawatan
Membantu masyarakat untuk mengetahui pedoman dalam melaksanakan praktek keperawatan
Menjadi dasar dalam membuat kurikulum pendidikan keperawatan (Kozier & Erb, 1998)
4. Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua (atau lebih) landasan moral suatu
tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan kondisi dimana setiap alternatif
memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar
atau salah dan dapat menimbulkan stres pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan,
tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat,
klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil
keputusan. Menurut Thompson dan Thompson (1985) dilema etik merupakan suatu masalah
yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding.
Didalam dilema etik tidak ada yang benar atau yang salah. Untuk membuat keputusan yang etis,
seorang perawat tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional.
DAFTAR PUSTAKA
Tambahkan komentar
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
1.
Oct
17
SEPERTI SEPASANG KEKASIH
Kita, sepasang walau belum tentu kelak berpasangan. Mungkin tepatnya kita adalah
sepasang hati yang "mungkin" saling menginginkan. bukankah demikian ? Ah, aku
sebenarnya paling tak suka mengucapkan kata mungkin, walau pada kisah kita aku harus
mengucapkannya berkali-kali.
Kau, sosok yang selalu menjadi pemberi rasa nyaman, dalam bentuk apa saja, tetap saja
perlakuan darimu mendamaikan. Aku, perempuan yang katamu kadang kau rindukan,
kau beri perhatian yang entah perhatian itu hanya padaku atau pada semua perempuan
kau begitu, sepertinya tidak. Hanya aku yang kau perlakukan seperti itu, setidaknya
begitu yang kuyakini. Apakah salah? "mungkin" benar.
Lalu, apakah kemudian kita bisa disebut sepasang kekasih ?. Bukan, lebih tepatnya
"seperti sepasang kekasih".
Ya, komunikasi kita lebih sering dari pada dengan siapapun orang-orang disekitarmu
ataupun aku dengan orang disekitarku. Bahasan kita tentu tak sama dengan bahasanmu
dengan orang lain, pun aku juga demikian. kita bisa saja menghabiskan seperempat
malam kita bersama, bermodalkan alat komunikasi yang saya syukuri karena Alexander
grahambell menemukannya, eh, ada yang bilang juga Antonio Meucci penemu yang
sebenarnya, ah, entahlah, saat ini aku sedang tak ingin fokus membahas penemu
telephone, yang ingin kutulis adalah tentang kita saja.
Selama seperempat malam itu apa yang kita bicarakan?. apa saja, apa yang kau lakukan
hari itu, pun apa yang kulakukan, bahkan tak jarang yang kita bahas hanyalah bahasan-
bahasan tak jelas, lalu kemudian kita cekikikan. Arghhhh....... Tak bisakah waktu berhenti
disitu?
Apa yang kemudian kita lakukan setelah seperempat malam itu berlalu? aku
menghabiskannya dengan merindukanmu. Lalu kamu ?
entah, mungkin kau juga merindukanku. Lagi-lagi mungkin.
Aku tak ingin membahas hal-hal menyedihkan di tulisanku kali ini, besok-besoklah lagi.
malam ini, cukup tentang indahnya menjadi "seperti sepasang kekasih".
Lihat komentar
1.
Hal 1 Selesai....
Balas
2.
Balas
2.
Oct
3
http//: www.lely jumriani
bakti.blogspot.com/radiasi
elektromagnetik
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Istilah radiasi sering dianggap sesuatu yang membahayakan,mengganggu
kesehatan bahkan keselamatan. Padahal di sekitar kita baik di rumah,kantor, maupun
di tempat-tempat umum ternyata banyak sekali radiasi. Radiasi pada dasarnya adalah
sesuatu perambatan energi dari sumber energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan
panas.
Spektrum gelombang elektromagnetik yang kita ketahui mencakup rentang
frekwensi yang lebar. Gelombang radio, sinyal televisi, sinar radar, cahaya tak
terlihat, sinar x, dan sinar gamma merupakan contoh-contoh gelomanag
elektromagnetik. Dalam ruang hampa gelombang ini semuanya meramat dengan
kecepatan yang sama. Sumber elektromagnetik ada dimana-mana, matahari,
bintang,tornado merupakan sumber alamiah dari gelomang elektromagnetik.
Tubuh manusia akan tersinari oleh berbagai frekwensi gelombang magnetik
yang kompleks. Tingkat paparan gelombang elektromagnetik dari berbagai
frekwensi berubah ssecara signifikan sejalan dengan perkembangan tekhnologi, yag
menimbulkan kekhawatiran bahwa paparan dari gelomang elektromagnetik ini dapat
berpengaruh buruk terhadap kesehatan manusia.
Berdasarkan hal di atas akan dijelaskan secara garis besar gelombang
elektromanetik serta pengaruhnya terhadap kesehatan dan bagaimana cara perawat
mengantisipasi diri terhadap efek negatif dari radiasi elektromagnetik pada alat-alat
kesehatan.
B. Tujuan.
PEMBAHASAN
A. Pengertian.
B. Energi Radiasi.
Penting untuk menyadari bahaya yang diakibatkan oleh radiasi. Gelombang
dengan panjang gelombang pendek (frekuensi tinggi) berarti memiliki radiasi energi
tinggi. Jika radiasi diserap oleh tubuh, maka radiasi ini dapat menyebabkan
perubahan kimia yang berbahaya dan tidak diinginkan.
Hal ini terbukti terutama pada gelombang sinar gamma dan sinar x yang
memiliki energi tinggi untuk mengionisasi suatu benda (menyebabkan pembentukan
ion), gelombang ini merupakan contoh radiasi pengion. Sebaliknya, gelombang
radiasi tanpa sifat energi tinggi disebut juga radiasi nonpengion, tetapi dalam
keadaan tertentu radiasi nonpengion ini dapat juga berbahaya karena efek pemanasan
yang terjadi jika diabsorpsi tubuh. Contohnya adalah perdebatan mengenai bahaya
radiasi telepon genggam.
Dengan bertambahnya jarak dari sumber radiasi, terjadi penurunan drastis
intensitas (jumlah) radiasi, sehingga efek negatif radiasi dpat diminimalisasi dengan
menambah jarak antara sumber radiasi dan orang yang terpapar.
Menggandakan jarak akan mengurangi paparan radiasi sebesar
seperempatnya, bila jarak menjadi tiga kali jarak semula, paparan berkurang menjadi
sepersembilan radiasi awal. Hal ini disebut juga hukum kuadrat terbalik, dimana
intensitas radiasi akan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak. Jumlah paparan
radiasi juga berhubungan langsung dengan waktu paparan radiasi, misalnya kulit
yang terbakar jika terlalu lama di bawah matahari.
@. Radiasi Nonpengion.
Penggunaan berbagi jenis radiasi nonpengion secara terkontrol telah
menghasilkan sejumlah terapi dan tekhnik yang berguna dalam bidang
keperawatan.
Beberapa aplikasi radiasi nonpengion dalam bidang keperawatan dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tiga faktor penting dalam membatasi paparan radiasi adalah sebagai berikut:
1. Waktu.
Semakin sedikit waktu di lapangan radiasi akan semakin baik.
2. Jarak.
Aplikasi hukum kuadrat terbalik yaitu: intensitas radiasi yang diterima dari
suatu benda akan berkurang sebanding dengan kuadrat jarak, sehingga tingkat
radiasi akan berkurang jika jarak bertambah.
3. Pelindung.
Zat yang paling sering digunakan adalah timbal. Apron timbal sering
digunakan untuk perlindungan perorangan dan juga dinding timbal untuk
perlindungan umum
4. Ultrasonografi (USG)
Pencitraan ultrasonografi untuk mendapatkan gambaran bagian dalam
tubuh manusia yaitu dengan menggunakan gelombang suara berfrekuensi
tinggi. Gelombang suara yang dipancarkan akan dipantulkan oleh organ
dalam dan gelombang pantulan yang kembali ini dapat digunakan untuk
identifikasi jarak, ukuran, dan keseragaman suatu benda.Gelombang ini
mampu menemukan batas antara berbagai jenis jaringan yang berbeda, seperti
tulang dan otot.
Keuntungan khusus penggunaan ultrasonografi obstetrik pada ibu hamil
yaitu wanita hamil dan janinnya tidak akan terpapar radiasi pengion.
DAFTAR PUSTAKA
Tambahkan komentar
3.
Sep
29
RADIASI ELEKTROMAGNETIK
Pengaruh Radiasi Gelombang Elektromagnetik Terhadap Kesehatan Manusia
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Pembahasan
Karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh radiasi
gelombang elektromagnetik terhadap kesehatan manusia.
II
PEMBAHASAN
Ada dua jenis radiasi, jenis pertama adalah partikel alpha dan beta yang
berasal dari material radioaktif; dan gelombang elektromagnetik atau photon adalah
jenis yang kedua. Disini radiasi yang menjadi pokok bahasan hanya pada gelombang
elektromagnetik.
Secara garis besar, radiasi total yang diserap oleh tubuh manusia adalah
tergantung pada beberapa hal :
Jarak antara badan dan sumber radiasi elektromagnetik dalam hal ini handphone
Keadaan paparan radiasi, seperti adanya benda lain disekitar sumber radiasi
Sifat-sifat elektrik tubuh. Hal ini sangat tergantung pada kadar air didalam tubuh,
radiasi akan lebih banyak diserap pada media dengan konstan dielektri tinggi
seperti otak, otot dan jaringan lainnya dengan kadar air tinggi.
Menurut The National Radiological Protection Boar (NPRB) UK, Inggris.
Efek yang ditimbulkan oleh radiasi gelombang elektromagnetik dari telepon seluler
dibagi menjadi dua yaitu :
Efek Fisiologis
Efek Psikologis
Karena telepon seluler atau unit PCS harus berhubungan dengan substasiun
yang diletakkan beberapa kilometer jauhnya, pancaran dari peralatan ini harus cukup
kuat untuk memastikan sinyalnya bagus. Peralatan ini memancarkan daya sekitar 0,1
sampai dengan 1,0 W. Tingkat daya dari antenna ini aman untuk kesehatan kepala
(fischetti, 1993). Kerapatan daya puncak dari antenna pada telepon seluler ini
mendekati 4,8 W/m2 atau 0,48 mW/cm2 (IEEE C 95.1-1991)
Penelitian mengenai pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh manusia
menyatakan bahwa untuk daya sampai dengan 10 mW/cm2 masih termasuk dalam
nilai ambang batas aman (Wardhana, 2000)
Paling tidak kedepan dengan jumlah penduduk Indonesia sekitar 220 juta
jiwa dan baru 25 juta pelanggan saja yang sudah menggunakan telepon seluler
(ponsel). Hal ini menunjukkan bahwa industri seluler ditanah air semakinmaju.
Seiring semakin populernya telepon genggam ini banyak orang sudah mulai
mempertanyakan sebenarnya seberapa besar pengaruh radiasi ponsel kepada
kesehatan manusia ?
Banyak pengguna ponsel yang mungkin tidak tahu bahwa ponsel yang
mereka gunakan dapat mengirimkan gelombang elektromagnetik kedalam tubuh
mereka. Sesungguhnya setiap ponsel memiliki spesifikasi ukuran banyaknya energi
gelombang mikro yang dapat menembus ke dalam bagian tubuh seseorang
tergantung pada seberapa dekat ponsel dengan kepala.paling tidak kurang lebih
sebanyak 60 persen dari radiasi gelombang mikro yang diserap dan menembus
daerah sekitar kepala.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Adapaun dari pengertian tadi, bahwa untuk mencegah pengaruh gelombang
elektromagnetik terhadap manusia. Maka disarankan :
DAFTAR PUSTAKA
Fischetti, M, 1993. The Cellular Phone Scare, IEEE Spectrum. Juni 1993,hal. 43
PT. PLN., 2006 Pembangunan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV
Menjamin Keberlangsunagn & Kehandalan Pasokan Listrk,
http://www.pln.co.id/, diakses 4 juli 2006
Wardhana. W. A., 2000. Energi Via Satelit Sebuah Gagasan Untuk ABAD 21, Majalah
Energi Edisi No. 7, Yogyakarta.
Diposting 29th September 2012 oleh Lely jumriani bakti
Lihat komentar
4.
Sep
29
INTERAKSI SOSIAL
2. Interaksi sosial selalu menyangkut komunikasi diantara dua pihak yaitu pengirim
(sender) dan penerima (receiver).
4. Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut. Interaksi
sosial menekankan juga pada tujuan mengubah tingkah laku orang lain yang meliputi
perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan dari penerima.
2. Komunikasi keatas (up ward communication) adalah komunikasi yang mengalir dari
tingkat bawah ke tingkat atas sebuah organisasi seperti kotak saran, pertemuan kelompok
dan prosedur keluhan.
2.1 Imitasi
Imitasi dapat diartikan sebagai suatu perbuatan atau tindakan seseorang untuk meniru
sesuatu yang ada pada orang lain.
2.2 Identifikasi
Merupakan kecenderungan/keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan
pihak lain.
2.3 Sugesti
Merupakan cara pemberian suatu pandangan/pengaruh oleh seseorang kepada orang lain
dengan cara tertentu sehingga seseorang tersebut mengikuti pandangan atau pengaruh
yang diberikan tanpa berpikir panjang.
2.4 Simpati
Merupakan sikap keterkaitan terhadap orang lain. Sikap ini timbul karena adanya
kesesuaian antara nilai yang dianut oleh kedua belah pihak.
2.5 Empati
Merupakan proses sosial yang hampir sama dengan simpati, hanya perbedaannya adalah
bahwa empati lebih melibatkan emosi atau lebih menjiawai dalam diri seoang yang lebih
daripada simpati.
2.6 Motivasi
Adalah suatu dorongan atau rangsangan yang diberikan seseorang kepada orang lain
sedemikian rupa sehingga orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau
melaksanakan yang dimotivasikan kepadanya.
15. Komunikasi
Merupakan pengiriman pesan dan penerimaan pesan dengan maksud untuk dapat
dipahami. Proses komunikasi terjadi pada saat kontak sosial berlangsung.
1.2 Asimilasi
Proses asimilasi terjadi apabila dalam masyarakat terdapat perbedaan kebudayaan
diantara kedua belah pihak, ada proses saling menyesuaikan, ada interaksi intensif antara
kedua belah pihak.
1.4 Akomodasi
Sebagai proses usaha-usaha yang dilakukan manusia untuk meredakan atau memecahkan
konflik dalam rangka mencapai kestabilan.
.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan tahap-tahap yang kami tempuh melalui pembahasan dan penjelasan yang
bertujuan untuk mengembangkan, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut.
1. Pentingnya sebuah sosialisasi dalam kehidupan sehari-hari untuk menciptakan
komunikasi yang baik dan benar.
2. Komunikasi dapat membuat kesejahteraan hidup bagi setiap individu.
3. Interaksi sosial yang baik dan benar dapat mempererat tali persaudaraan antar umat
beragama.
4. Interaksi sosial antar individu sangat dibutuhkan dalam menjalin sebuah hubungan
seperti dalam menjalin hubungan kekeluargaan.
Saran
Hendaknya berinteraksi sosial dengan lingkungan atau masyarakat dalam kehidupan kita.
Semoga karya ilmiah ini menambah wawasan dan pengetahuan kita juga bermanfaat bagi
kita semua.
MOTTO
Like this:
Suka
Tinggalkan Balasan
Tambahkan komentar
5.
Sep
29
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi
perilaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan
seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawab moral ( Nila ismani,2001
).
Etik merupakan suatu pertimbangan yang sistimatis tentang suatu perilaku benar
atau salah, kebajikan atau kejahatan yang berhubungan dengan perilaku. Etika merupakan
aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral kedalam situasi nyata dan bertindak
dalam kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianutnya. Banyak pihak yang
menggunakan masalah etik untuk menggambarkan etika suatu profesi dalam
hubungannya dalam kode etik profesional seperti kode etik PPNI atau IBI.
Moral hampir sama dengan etika, biasanya merujuk pada standar personal tentang
benar atau salah. Hal ini sangat penting untuk mengenal antara etika dalam agama,
hukum , adat dan praktek profesional.
Perawat atau bidan memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan
yang berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis dalam praktek asuhan
profesional. Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai dari pendidikan perawat atau
bidan dan berlanjut pada diskusi formal maupun informal dengan sejawat atau teman.
Perilaku yang etis mencapai puncaknya bila perawat atau bidan mencoba dan mencontoh
perilaku pengambilan keputusan yang etis untuk membantu memecahkan masalah etika.
Dalam hal ini, perawat atau bidan seringkali menggunakan dua pendekatan : yaitu
pendekatan berdasarkan asuhan keperawatan/kebidanan.
Pendekatan berdasarkan prinsip
3. Bersedia dengan murah hati memberikan sesuatu yang bermanfaat dengan segala
konsekuensinya.
Prinsip moral merupakan masalah umum dalam melakukan sesuatu sehingga membentuk
suatu sistem etik. Prinsip moral berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah suatu
tindakan dilarang, diperlukan atau diijinkan dalam situasi tertentu. (Jhon Stone, 1989)
1. Otonomi
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan memutuskan. Orang dewasa dianggap kompoten dan memiliki
kekuatan sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang
dihargai. Prinsip otonomi ini adalah bentuk respek terhadap seseorang, juga
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
2. Benefisiensi
Benefisiensi berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik. Kebaikan juga
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kesalahan atau kejahatan
kebaikan menjadi konflik dengan otonomi.
3. Keadilan (justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang
lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam praktek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi
yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
4. Nonmalefisien
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera secara fisik dan
psikologik. Segala tindakan yang dilakukan kepada pasien adalah aman.
5. Veracity (kejujuran)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap
pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti. Prinsip veracity
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
Informasi harus ada agar menjadi akurat komprehensif dan obyektif untuk
memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan
yang sebenarnya kepada pasien tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.
6. Fidelity
Prinsip fidelity individu untuk menghargai janji dan komitmennnya terhadap
orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia pasien.
7. Kerahasiaan (confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang klien
harus dijaga privacynya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan
klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tak ada satu
orangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh
klien diluar area pelayanan, menyampaikannya pada teman atau keluarga
tentang klien dengan tenaga kesehatan yang lain harus dicegah.
Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada dasarnya
menggunakan kerangka proses keperawatan/pemecahan masalah secara ilmiah, antara
lain :
Dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan etis, antara perawat dan dokter tidak
menutup kemungkinan terjadi perbedaan pendapat. Bila ini berlanjut dapat menyebabkan
masalah komunikasi dan kerjasama, sehingga menghambat perawatan pada pasien dan
kenyamanan kerja. (Mac Phail,1988)
Salah satu cara menyelesaikan masalah etis adalah dengan melakukan rounde (Bioetics
Rounds) yang melibatkan perawat dengan dokter. Rounde ini tidak difokuskan untuk
menyelesaikan masalah etis tetapi untuk melakukan diskusi secara terbuka tentang
kemungkinan terdapat permasalahan etis.
DAFTAR PUSTAKA
Tambahkan komentar
6.
Sep
29
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Filsafat kerap kali dipandang sebagai ilmu yang abstrak, padahal filsafat itu
sangat dekat sekali dengan kehidupan kita. Filsafat bagi sebagian orang merupakan
disiplin ilmu yang kurang diminati, karena dianggap sebagai ilmu yang
membingungkan. Memang untuk para pembelajar filsafat tingkat pemula biasanya
mereka merasa sangat cemas ketika mulai memasuki bidang studi ini. Keraguan dan
kecemasan ini biasanya pelan-pelan pudar ketika sudah mulai menekuni bidang ini
dan akan terasa lebih menarik lagi ketika sadar bahwa filsafat adalah bagian yang tak
terpisahkan dari hidup kita.
Faktor lain yang menyebabkan orang beranggapan bahwa filsafat itu ilmu yang
membingungkan, karena dalam mempelajari filsafat kita diarahkan untuk
menggunakan metode berpikir dalam memahami bidang kajian ilmu tersebut.
Berbicara tentang berpikir sesungguhnya erat kaitannya dengan penggunaan sebuah
potensi terpenting yang dianugerahkan Allah SWT. kepada satu-satunya makhluk
yang disebut manusia. Potensi terpenting yang dimaksud di sini adalah akal.
Dalam Al-Qur’an kata akal (Al’ alqlu) di ungkapkan dalam kata kerja, yaitu
aqaluh 1 ayat, ta’qilun 24 ayat, na’qilun 1 ayat, ya’qiluha 1 ayat dan ya’qilun 22 ayat.
Semua diungkap dalam bentuk kata kerja (fi’il) yang mengandung arti memahami
dan mengerti. Selain itu penggunaan kata akal dalam maknanya sebagai sifat berpikir
yang terdapat pada manusia di dalam Al-Qur’an sering juga disamakan dengan kata
ulul albab (orang berpikir), ulul abshar(orang berpandangan) dan kata-kata lainnya
yang mengandung arti sama yaitu berpikir. (Sofyan Sauri,2006:23-26).
Melihat ayat diatas, sebagai manusia yang telah dianugerahi rahmat oleh Allah
SWT. potensi yang berharga yaitu akal, kita seyogyanya dapat mengoptimalkan
potensi akal tersebut adalah dengan mempelajari salah satu bidang ilmu yang
memang banyak melibatkan akal sebagai alat untuk berpikr yaitu filsafat. Kajian
filsafat itu sendiri sebetulnya bertujuan untuk menemukan kebenaran yang
sebenarnya. Jika kebenaran yang sebenarnya itu disusun secara sistematis, jadilah ia
sistematika filsafat. Sistematika filsafat itu yang kemudian biasanya mempermudah
kita untuk mempelajari filsafat secara rinci.
BAB II
ISI
A. Pengertian filsafat
Apakah filsafat itu? Bagaimana definisinya? Demikianlah pertanyaan pertama
yang kita hadapi tatkala akan mempelajari ilmu filsafat. Istilah “filsafat” dapat
ditinjau dari dua segi, yakni:
Segi semantik:
Perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab (falsafah), yang berasal dari bahasa
Yunani, (philosophia), yang berarti “philos” = cinta, suka (loving), dan
“Sophia” = pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi ‘philosophia’ berarti cinta
kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang
yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan
disebut ‘philosopher’, dalam bahasa Arabnya ‘failasuf”. Pecinta pengetahuan
ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya, atau
perkataan lain, mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.
Segi praktis :
Dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti alam pikiran atau alam
berpikir. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir bererti
berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh.
Sebuah semboyan mengatakan bahwa “setiap manusia adalah filsuf”. Semboyan
ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi secara umum
semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah
filsuf. Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan
sungguh-sungguh dan mendalam.
Tegasnya: Filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan
suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: Filsafat adalah ilmu
yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.
Beberapa definisi
Coba perhatikan definisi-definisi ilmu filsafat dari filsuf Barat dan Timur di bawah
ini:
1. Plato (427SM – 347SM), seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid Socrates
dan guru Aristoteles, mengatakan filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang
ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
2. Aristoteles (384 SM – 322SM) mengatakan, Filsafat adalah ilmu pengetahuan
yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika,
logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab
dan asas segala benda).
3. Marcus Tullius Cicero (106 SM – 43SM) politikus dan ahli pidato Romawi
merumuskan, filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang mahaagung dan
usaha-usaha untuk mencapainya.
4. Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina
mengatakan, filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan
menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
5. Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir Barat,
mengatakan, filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang
mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu:
Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan: Filsafat adalah
suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari
akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang
radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang
universal.
Drs H. Hasbullah Bakry merumuskan: ilmu filsafat adalah ilmu yang
menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan
manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya
sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia itu
seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
Hakikat Tuhan,
Hakikat manusia,
serta sikap manusia sebagai konsekuensi dari paham tersebut. Perlu ditambah
bahwa definisi-definisi itu sebenarnya tidak bertentangan, hanya cara
mengesahkannya saja yang berbeda.
Objek material dari filsafat ini adalah suatu kajian penelaahan atau
pembentukan pengetahuan itu,yaitu segala sesuatu yang ada dan mungkin
ada,mencakup segala hal,baik hal-hal yang kongkret / nyata maupun hal-hal yang
astrak / tak tampak.Tenang objek materiil filsafat ini banyak kesamaan dengan objek
materiil sains.Hanya terdapat dua perbedaan ,yaitu pertama sains menyelidiki objek
materiil yang empiris,sementara filsafat ilmu menyelidiki bagian objek yang
abstrak.Kedua,ada objek materiil filsafat yang memang tidak dapat diteliti oleh
sains,seperti Tuhan,Hari kiamat ,yaitu objek materiil yang selamanya tidak empiris.
a. Obyek material filsafat yaitu segala sesuatu yang ada dan mungkin ada, baik
materi konkret, psisik, maupun yang material abstrak, psikis. Termasuk pula
pengertian abstrak-logis, konsepsional, spiritual, nilai-nilai. Dengan demikian
obyek filsafat tak terbatas, yakni segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada
b. Obyek formal filsafat yaitu menyelidiki segala sesuatu itu guna mengerti sedalam
dalamnya, atau mengerti obyek materia itu secara hakiki, mengerti kodrat segala
sesuatu itu secara mendalam (to know the nature of everything). Obyek formal
inilah sudut pandangan yang membedakan watak filsafat dengan pengetahuan.
Karena filsafat berusaha mengerti sesuatu sedalam dalamnya.
Tetapi sesungguhnya, tiap ilmu pengetahuan pun mempunyai kedua obyek itu,
obyek material dan obyek formal. Hanya saja, obyek material ilmu pengetahuan amat
terbatas, tertentu. Demikian pula obyek formal ilmu pengetahuan, sudut pandang ilmu
pengetahuan, tujuan ilmu pengetahuan tertentu pula. Misalnya obyek material ilmu
jiwa, ilmu ekonomi, sosiologi, ilmu kesehatan, ilmu pendidikan, dan sebagainya.
Adalah sama yaitu manusia. Dan karena obyek formal masing-masing ilmu tersebut
berbeda, maka dengan mudah dapat dibedakan ilmu yang satu dengan yang
lain.Obyek material suatu ilmu dapat saja sama, indentik. Tetapi obyek formal ilmu
tidak sama. Sebab subyek formal ialah sudut pandang, tujuan penyelidikan.
Sebagai contoh tentang konsep evolusi mendorong kita untuk meninjau kembali
pemikiran kita hampir dalam segala bidang.
Kesimpulannya kontribusi yang lebih jauh yang diberikan filsafat terhadap ilmu
pengetahuan adalah kritik tentang asumsi, postulat ilmu dan analisa kritik tentang
istilah-istilah yang dipakai. Ilmu dan filsafat kedua-duanya memberikan penjelasan-
penjelasan dan ari-arti dari objeknya masing-masing. Banyak filsuf yang mendapat
pendidikan tentang metode ilmiah dan meraka saling memupuk perhatian dalam
beberapa disiplin ilmu.
Dalam perjalanannya filsafat dengan ilmu juga terkadang memiliki pertentangan
pada kecondongan atau titik penekanan, bukan pada penekanan yang mutlak.
Penekanan itu dapat dilihat dari perbedaan-perbedaan berikut ini, yaitu :
1. Fakta (Kenyataan)
2. Kebenaran
E. Cabang-cabang Filsafat
Telah kita ketahui bahwa filsafat adalah sebagai induk yang mencakup semua
ilmu khusus. Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya ilmu-ilmu khusus itu satu
demi satu memisahkan diri dari induknya, filsafat. Mula-mula matematika dan fisika
melepaskan diri, kemudian diikuti oleh ilmu-ilmu lain. Adapun psikologi baru pada
akhir-akhir ini melepaskan diri dari filsafat, bahkan di beberapa insitut, psikologi
masih terpaut dengan filsafat.
Setelah filsafat ditinggalkan oleh ilmu-ilmu khusus, ternyata ia tidak mati, tetapi
hidup dengan corak baru sebagai ‘ilmu istimewa’ yang memecahkan masalah yang
tidak terpecahkan oleh ilmu-ilmu khusus. Yang menjadi pertanyaan ialah : Persoalan
ini membawa kita kepada pembicaraan tentang cabang-cabang filsafat.
Ahli filsafat biasanya mempunyai pembagian yang berbeda-beda. Coba
perhatikan sarjana-sarjana filsafat di bawah ini:
” metafisika,
” logika,
” filsafat alam
” filsafat sejarah
” etika,
” estetika, dan
” antropologi.
” masalah teologis
” masalah metafisika
” masalah epistomologi
” masalah etika
” masalah sejarah
3 Dr. Richard H. Popkin dan Dr Avrum Astroll dalam buku mereka, Philosophy
Made Simple, membagi pembahasan mereka ke dalam tujuh bagian, yaitu:
” Section I Ethics
” Section VI Logics
4. Dr. M. J. Langeveld mengatakan: Filsafat adalah ilmu Kesatuan yang terdiri atas
tiga lingkungan masalah:
”lingkungan masalah keadaan (metafisika manusia, alam dan seterusnya)
”lingkungan masalah nilai (teori nilai etika, estetika yangb ernilai berdasarkan
religi)
” ilmu fisika yang mempersoalkan dunia materi dari alam nyata ini,
1. Metafisika: filsafat tentang hakikat yang ada di balik fisika, hakikat yang bersifat
transenden, di luar jangkauan pengalaman manusia.
2. Logika: filsafat tentang pikiran yang benar dan yang salah.
3. Etika: filsafat tentang perilaku yang baik dan yang buruk.
4. Estetika: filsafat tentang kreasi yang indah dan yang jelek.
5. Epistomologi: filsafat tentang ilmu pengetahuan.
6. Filsafat-filsafat khusus lainnya: filsafat agama, filsafat manusia, filsafat hukum,
filsafat sejarah, filsafat alam, filsafat pendidikan, dan sebagainya.
Dalam referensi lain, cabang-cabang filsafat ini dibicarakan lebih spesifik oleh para
pemerhati filsafat, diantara ada yang membagi filsafat ini kedalam :
1. Filsafat Alam, Obyeknya alam kehidupan dan alam bukan kehidupan. Tujuannya:
menjelaskan fenomena alam dari aspek eksistensi fenomena tersebut dan
menelusuri syarat-syarat kemungkinan.
2. Filsafat Analitis, yaitu Ilmu memusatkan perhatian pada bahasa dan upaya untuk
menganalisis pernyataan (konsep, atau ungkapan kebahasaan aatau bentuk-bentuk
logis. Tujuannya ialah untuk menemukan pernyataan-pernyataan yang berbentuk
logis dan ringkas dan yang terbaik, yang cocok dengan fakta atau arti yang
disajikan,
3. Filsafat Bahasa Sehari-hari, yaitu yang berpandangan bahwa dengan menganalisis
bahasa biasa (makna, implikasi, bentuk dan fungsinya) kita dapat memperlihatkan
kebenaran mengenai kenyataan. Dengan analisis bahasa biasa kita dapat
memahami masalah pokok filsafat dan sekaligus dapat memecahkannya.
4. Filsafat Gestalt, yaitu salah satu pandangan filsafat ini berpandangan bahwa
realitas merupakan dunia tempat organisme fisik memberikan tanggapan dalam
proses mengatur struktur-struktur atau keseluruhan yang diamati.
5. Filsafat Kebudayaan, yaitu filsafat yang memberikan gambaran keseluruhan
mengenai gejala kebudayaan (bentuk, nilai dan kreasinya). Tugasnya untuk
menyelidiki hakekat kebudayaan, memahaminya berdasarkan sebab-sebab dan
kondisi-kondisinya yang esensial. Filsafat ini juga bertugas untuk menjabarkan
pada tujuan-tujuannya yang paling mendasar dan karena itu juga menemukan arah
dan luas perkembangan budaya.
6. Filsafat Kehidupan, yaitu filsafat kehidupan dalam bahasa sehari-hari yang berarti
(1) cara tau pandangan hidup. Dan ini bertujuan mengatur segalanya secara
praktis. (2) Etika sebagai ilmu yang berbicara mengenai tujuan dan kaidah-kaidah
kehidupan dapat juga disebut sebagai filsafat kehidupan.
1. Objek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu
yang ada (realita) sedangkan objek material ilmu itu bersifat khusus dan empiris. Artinya
ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secara kaku dan terkotak-kotak,
sedangkan kajian filsafat secara keseluruhan.
2. Objek formal filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala
sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat
fragmentaris, spesifik, dan intensif.
3. Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi,
kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial
and error. Oleh karena itu nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis sedangkan
kegunaan filsafat timbul dari nilainya.
4. Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada
pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan
secara logis yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.
Disamping adanya perbedaan diatas, ada pula persamaan antara keduanya yaitu
:
(5) Metode ilmiah yang merupakan gabungan antara aliran rasialisme dan
empirisme.
Aliran Empirisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa sumber pengetahuan itu
adalah pengalaman inderawi. Tokoh aliran ini adalah John Locke (1632-1704),
analogi dari aliran ini menyebutkan bahwa es itu membeku dan dingin, karena
secara pengalaman inderawi es itu dapat dilihat bentuknya beku dan rasanya
dingin. Dari disinilah dapat disimpulkan bahwa menurut aliran empirisme
pengetahuan itu didapat dengan perantaraan inderawi atau pengalaman-
pengalaman inderawi yang sesuai, tetapi aliran ini mempunyai kelamahan karena
sebetulnya inderawi memiliki keterbatasan dan terkadang menipu. Dari
kelemahan ini muncul aliran kedua yatiu aliran Rasionalisme.
Aliran Rasionalisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa akal adalah dasar dari
kepastian pengetahuan. Tokoh aliran ini adalah Rene Descartes (1596 – 1650).
Aliran ini muncul karena koreksi dari aliran Empirisme menurut kacamata aliran
ini manusia akan sampai pada kebenaran semata-mata karena akal, inderawi
menurut aliran Rasionalisme hanyalah merupakan bahan yang belum jelas, akal-
lah yang kemudian mengatur bahan tersebut sehingga membentuk pengetahuan
yang benar. Analogi menurut aliran ini adalah kenapa benda yang jauh akan
kelihatan kecil ?, karena secara akal bayangan yang jatuh dimata akan kecil atau
contoh analogi lain kenapa gula terasa pahit bagi orang yang demam, karena lidah
orang yang sakit demam itu tidak normal.
Aliran Fenomenalisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan
didasarkan pada sebab akibat yang merupakan hubungan yang bersifat niscaya
dan ditampakan oleh sebuah gejala (Pehenomenon). Tokoh aliran ini adalah
Imanuel Kant yaitu seorang filosof Jerman ( abad ke-18) analogi dari aliran ini
adalah tetang bagaimana memperoleh pengetahuan bahwa kuman itu
menyebabkan penyakit tifus, orang yang menderita demam tifus disebabkan oleh
kuman yang masuk dalam diri orang tersebut.
Selanjutnya dari teori hakikat atau muncul yang disebut dengan ontologi.
Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan hakikat sesuatu yang
ada. Dari cabang ini muncul empat macam aliran filsafat, yaitu :
1.Aliran Materialisme, adalah aliran yang beranggapan bahwa hakikat benda adalah
benda itu sendiri, hakikat kayu adalah kayu itu sendiri, hakikat air adalah air itu
sendiri, begitu pula yang lainnnya. Jadi menurut aliran ini materilah yang hakikat;
2.Aliran Idealisme, adalah suatu pandangan dunia atau metafisika yang mengatakan
bahwa realitas dasar terdiri atas atau sangat erat hubungannya dengan ide, pikiran,
atau jiwa. Dunia menurut aliaran ini dipahami dan ditafsirkan oleh penyelidikan
tentang hukum-hukum pikiran dan kesadaran, dan tidak hanya oleh metode ilmu
objek semata-mata. Prinsip pokok dari idealisme adalah kesatuan organik, jadi
kesimpulannya menurut aliran ini yang hakikat itu adalah ruh atau ide sedangkan
materi bukan hakikat;
3.Aliran Dualisme, adalah aliran filsafat yang mencoba memadukan antara dua
paham yang saling bertentangan, yaitu materialisme dan idealisme. Menurut aliran
dualisme materi maupun ruh sama-sama merupakan hakikat.materi muncul bukan
karena adanya ruh, begitu pun ruh muncul bukan karena materi. Tetapi dalam
perkembangan selanjutnya aliran ini masih memiliki masalah dalam
menghubungkan dan menyelaraskan kedua aliran tersebut di atas. Sebuah analogi
dapat kita ambil misalnya tentang jika jiwa sedang sehat, maka badan pun akan
sehat kelihatannya. Sebaliknya jika jiwa seseorang sedang penuh dengan duka dan
kesedihan biasanya badanpun ikut sedih, terlihat dari murungnya wajah orang
tersebut.
4.Aliran Agnoticisme, adalah alirn yang mengatkan bahwa manusia tidak mungkin
mengetahui hakikat sesuatu dibalik kenyataannya. Manusia tidak
mungkinmengetahui hakikat batu, air, api dan sebagainya. Sebab menurut aliran ini
kemampuan manuisa sangat terbatas dan tidak mungkin tahu apa hakikat tentang
sesuatu yang ada, baik oleh inderanya maupun oleh pikirannya.
Di samping aliran-aliran di atas, masih banyak aliran yang lain dalam filsafat.
Aliran-aliran itu antara lain ialah:
1. Eksistensialisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa filsafat harus bertitik tolak
pada manusia yang kongkret, yaitu manusia sebagai eksistensi, dan sehubungan
dengan titik tolak ini. maka bagi manusia eksistensi itu mendahului esensi.
2. Pragmatisme, yaitu aliran yang beranggapan bahwa benar dan tidaknya sesuatu
ucapan, dalil, atau teori, semata-mata bergantung pada berfaedah atau tidaknya
ucapan, dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak di dalam
kehidupannya.
3. Fenomenologi, yaitu aliran yang berpendapat bahwa hasrat yang kuat untuk
mengerti yang sebenarnya dan keyakinan bahwa pengertian itu dapat dicapai jika
kita mengamati fenomena atau pertemuan kita dengan realitas.
4. Positivisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa filsafat hendaknya semata-mata
berpangkal pada peristiwa yang positif, artinya peristiwa-peristiwa yang dialami
manusia.
5. Aliran filsafat hidup, yaitu aliran yang berpendapat bahwa berfilsafat barulah
mungkin jika rasio dipadukan dengan seluruh kepribadian sehingga filsafat itu
tidak hanya hal yang mengenai berpikir saja, tetapi juga mengenai ada, yang
mengikutkan kehendak, hati, dan iman, pendeknya seluruh hidup.
1. Bersifat sangat umum, artinya persoalan kefilsafatan tidak bersangkutan dengan objek-
objek khusus tetapi berkaitan dengan ide-ide dasar.
2. Tidak menyangkut fakta, dengan kata lain persoalan filsafat lebih bersifat spekulatif.
Persoalan-persoalan yang dihadapi melampaui batas-batas pengetahuan ilmiah.
3. Bersangkutan dengan nilai-nilai (values), artinya persoalan-persoalan kefilsafatan
bertalian dengan penilaian baik moral, estetis, agama maupun nilai social.
4. Bersifat kritis, artinya filsafat merupakan analisis secara kritis terhadap konsep-konsep
dan arti-arti yang biasanya diterima dengan begitu saja oleh suatu ilmu tanpa
pemeriksaan secara kritis.
5. Bersifat sinoptik, artinya persoalan filsafat mencakup struktur kenyataan secara
keseluruhan. Filsafat merupakan ilmu yang membuat susunan kenyataan sebagai
keseluruhan.
6. Bersifat implikatif, artinya jika sesuatu kefilsafatan sudah dijawab, dari jawaban tersebut
akan memunculkan persoalan baru yang saling berhubungan. Suryo Ediyono (2010).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian tersebut di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa :
Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti dunia dalam hal makna
dan nilai-nilai. Pengertian filsafat disederhanakan sebagai proses dan produk, yang
mencakup pengertian filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep dan para filsuf
pada zaman dahulu, teori, sistem tertentu yang merupakan hasil dan proses berfilsafat
dan yang mempunyai ciri-ciri tertentu, dan filsafat sebagai problema yang dihadapi
manusia.
Filsafat adalah sebuah ilmu yang sebenarnya bisa dipelajari oleh semua orang.
Walaupun memang sedikit rumit bagi sebagian anggapan orang tentang filsafat, tetapi
apabila kita dapat mempelajarinya secara sistematik, maka akan didapat pemahaman
yang komprehensif mengenai filsafat tersebut.
Tambahkan komentar
2.
Sep
29
contoh sp
Umur : 27 thn
Pertemuan : III
Ruangan : Mawar
Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Klien dirawat di RS hari ke-1 post partum dengan keadaan umum lemah. Klien
mengatakan masih banyak darah yang keluar dari vagina, sehingga klien takut
bergerak dan tidak tahu cara merawat kemaluannya agar tidak terinfeksi. Hasil
pemeriksaan TTV : TD 120/70 mmHg, nadi 88x/mnt, suhu 37oC, dan pernapasan
20x/mnt.
2. Diagnosa keperawatan
Risiko terjadinya infeksi b/d kurang informasi tentang cara perawatan vulva.
3. Tujuan
Setelah dilakukan perawatan, klien mengerti tentang cara perawatan vulva.
4. Tindakan keperawatan
Melakukan vulva hygiene dengan teknik septic.
1. Salam terapeutik
Selamat pagi Bu ! sesuai dengan janji kita kemarin, pagi ini saya akan membersihkan
kemaluan ibu.
2. Evaluasi / validasi
Bagaimana keadaan ibu pagi ini ? Apakah masih banyak keluar darahnya ?
3. Kontrak
Topic : karena ibu masih banyak keluar darah, maka kemaluan ibu harus dibersihkan
dengan larutan desinfektan, agar tidak terjadi infeksi.
Waktu : saya akan membantu membersihkan kemaluan ibu selama 10 menit
Tempat : sekarang ibu tidur setengah duduk di tempat tidur.
Fase kerja
Perhatikan ya bu cara saya bekerja, agar ibu dapat melakukannya sendiri. Angkat
bokongnya ibu, saya akan meletakkan pispot dan pengalas di bawah bokong ibu, bagus.
Renggangkan pahanya bu, betul. Sekarang saya akan membersihkan kemaluan ibu bagian
luar dengan kapas savlon sampai bersih, kemudian ganti kapasnya, bersihkan bagian
dalamnya juga sampai bersih, agak perih sedikit ya bu. Selanjutnya angkat bokong ibu,
bagus. Kemudian memakai celana dalam dengan pembalut 2-3 buah agar darahnya tidak
tembus. Sekarang sudah selesai, saya akan bereskan alat-alatnya dahulu.
Terminasi
Tambahkan komentar
Memuat
Tema Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.
http://lelyjumrianibakti.blogspot.co.id/2012/09/pengambilan-keputusan-dan-model.html