Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DASAR PENYAKIT


2.1.1 DEFINISI SCABIES
Scabies merupakan penyakit yang terdapat pada kulit disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes Scabiei Var. Hominis dan produknya. (Arief, M, Suproharta,
Wahyu J.K. Wlewik S. 2000)
Skabies merupakan suatu penyakit kulit yang dapat diakibatkan oleh infestisasi 1 dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes Scabiei varian hominis dan produknya. Sebutan lain dari
penyakit ini merupakan kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo. ( Handoko, 2007)
Scabies adalah penyakit yang disebabkan zoonosis yang menyerang kulit. Dimana penyakit
menular yang disebabkan oleh seekor tungau (kutu/ mite) yang disebut Sarcoptes Scabiei,
filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamily Sarcoptes. Pada manusia
oleh Sarcoptes Scabiei Var. Hominis, pada babi oleh Sarcoptes Scabiei Var. Suis, pada
kambing oleh Sarcoptes Scabiei Var. Caprae, pada biri-biri oleh Sarcoptes Scabiei Var. Ovis.
(Sacharin, R.M, 2001)
Penyakit skabies di Indonesia sering disebut kudis, penyakit gudik wesi (jawa timur,
jawa tengah), budug (jawa barat), katala kubusu (sulawesi selatan). Disebut juga agogo atau
disko, hal ini kemungkinan karena penderita menggaruk badanya yang gatal menyerupai
orang menari (Hamzah, 1981)

2.1.2 ETIOLOGI
Kutu atau kuman Sarcoptes Scabei Varian Hominis dapat menyebabkan Scabies.
Sarcoptes Scabiei ini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili
Sarcoptes. Jika pada manusia dinamakan Sarcoptes Scabiei Var. Hominis. Kecuali itu
terdapat Sercoptes Scabiei yang lainnya pada kambing dan babi. Secara morfologik
merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata.
Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. (Arief, M, Suproharta, Wahyu
J.K. Wlewik S. 2000)
1. Klasifikasi Sarcoptes Scabies
Sarcoptes Scabies terbentuk Filum Arthropoda, kelas Arachida, Ordo Akrarina, super
famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes Scabies Var Hominis. Selain
Sarcoptes Scabies, misalnya pada kambing dan sapi.
2. Kebiasaan Hidup
Tempat yang paling disukai oleh kutu betina adalah bagian kulit yang tipis dan
lembab, yaitu daerah sekitar sela jari tangan, siku, pergelangan tangan, bahu dan
daerah kemaluan. Pada bayi yang memeliki kulit serba tipis, telapak tangan, kaki,
muka dan kulit kepala sering diserang kutu tersebut. (Republika on-line, 26-12-2009)
3. Siklus Hidup
Kopulasi (perkawinan) dapat terjadi dipermukaan kulit, yang jantan mati setelah
membuai tungau betina. Tungau betina yang telah dibuai menggali terowongan dalam
startum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan
telurnya 2-4 butir sehari mencapai 40-50. Bentuk betina yang dibuhai dapat hidup
selamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva
yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan dan dapat
juga diluar. Setelah 2-3 larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan
dan betina dengan 4 pasang kaki, 2 pasang kaki didepan sebagai alat untuk melekat
dan 2 pasang kaki kedua padabetina terakhir dengan rambut, sedangkan pada yang
jantan pasangan ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat
perekat. Ukuran bentuk betina berkisar antara 330-450 mikron kali 250-350 mikro.
Ukuran jantan lebih kecil 200-240 mikro kali 150-200 mikro. Seluruh siklusnya mulai
dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8- 12 hari (Juanda, 2001).
Kurang lebih 10% telur yang dapat menjadi bentuk dewasa, yang dapat menularkan
penyakitnya (Howard, 1999).

2.1.3 PENGKLASIFIKASIAN SKABIES


Ada beberapa jenis skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga
dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain (Sungkar, S,
1995) :
1. Skabies pada Orang Bersih (Scabies Of Cultivated)
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya
sehingga sangat sukar ditemukan.
2. Skabies Incognito
Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala
dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi.
Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi
atipik, lesi luas.
3. Skabies Nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus cokelat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya
terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila.
Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus
yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat
menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan
anti scabies dan kortikosteroid.
4. Skabies yang ditularkan melalui hewan.
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan
skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan
genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak
atau memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa
inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 –
8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. Scabiei Var. binatang tidak dapat
melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
5. Skabies Norwegia (Krustosa)
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta,
skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit
kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat
disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies
Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau
yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi
imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat
berkembang biak dengan mudah.
6. Skabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher,
telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo ,
ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka. (Harahap. M,
2000).
7. Skabies terbaring ditempat tidur (Bed Ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur
dapat menderita skabies yang lesinya terbatas. (Harahap. M, 2000)

2.1.4 PATOFISIOLOGI
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi
kontak kulit yang kuat, menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi
disebabkan oleh sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-
kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemuannya papul, vesikel, dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi ,
krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi
tungau. (Handoko, R, 2001).

2.1.5 MANIFESTASI KLINIS


Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal berikut :
1. Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada
suhu yang lembab dan panas.
2. Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh anggota
keluarga.
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih
atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada
ujung menjadi polimorfi (pustul, ekskoriasi). Tempat predileksi biasanya daerah
dengan stratum korneum tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian
volar , siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae dan lipat glutea,
umbilicus, bokong, genitalia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat
menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit.
Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostk. Dapat ditemukan satu atau
lebih stadium hidup tungau ini. Pada pasien yang selalu menjaga hygiene, lesi yang
timbul hanya sedikit sehingga diagnosis kadang kala sulit ditegakkan. Jika penyakit
berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi , impetigo, dan furunkulosis. (Arief, M,
Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000)
2.1.6 KOMPLIKASI
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis
akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, dan furunkel. Infeksi
bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang skabies dapat menimbulkan komplikasi pada
ginjal yaitu glomerulonefritis. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti
skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang terlalu sering. Salep
sulfur, dengan konsentrasi 15% dapat menyebabkan dermatitis bila digunakan terus menerus
selama beberapa hari pada kulit yang tipis. Benzilbenzoat juga dapat menyebabkan iritasi bila
digunakan 2 kali sehari selama beberapa hari, terutama di sekitar genetalia pria. Gamma
benzena heksaklorida sudah diketahui menyebabkan dermatitis iritan bila digunakan secara
berlebihan.

2.1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Cara menemukan tungau :
1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papul atau
vesikel. Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca obyek, lalu tutup dengan
kaca penutup dan lihat dengan mikroskop cahaya.
2. Dengan cara menikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas putih dan
dilihat dengan kaca pembesar
3. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya: jepit lesi dengan 2 jari kemudian buat irisan
tipis dengan pisau dan periksa dengan mikroskop cahaya
4. Dengan biopsy oksisional dan diperiksa dengan pewarnaan HE. (Arief, M,
Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000)

2.1.8 PENATALAKSANAAN
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak
menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai
pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah. Jenis obat topical :
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi
dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan efektif.
Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif
terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat menimbulkan iritasi.
2. Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap
malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-
kadang makin gatal setelah dipakai.
3. Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% daam bentuk krim atau losio, termasuk
obat pilihan arena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang
memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah umur 6 tahun dan
wanta hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali
dalam 8 jam. Jika masih ada gejala, diulangi seminggu kemudian.
4. Krokamiton 10% dalam krim atau losio mempunyaidua efek sebagai anti skabies dan
antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim (eurax) hanya efetif
pada 50-60% pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dibersihkan
setelah 24 jam pemakaian terakhir.
5. Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman karena sangat
mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.
6. Pemberian antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah
di area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan. (Arief, M,
Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000)

Anda mungkin juga menyukai