PENDAHULUAN
a) LATAR BELAKANG
Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya
butuh pertolongan yang cepat dan tepat, untuk itu perlu adanya standar dalam
memberikan pelayanan gawat darurat sesuai dengan kompetensi dan
kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat
dengan respons time yang cepat dan tepat (KepMenKes, 2009). Sebagai salah
satu penyedia layanan pertolongan, dokter dituntut untuk dapat memberikan
pelayanan yang cepat dan tepat agar dapat menangani kasus-kasus
kegawatdaruratan (Herkutanto, 2007; Napitupulu, 2015).
Dalam makalah ini akan dibahas secara detail tentang syok obstruktif.
b) Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari syok obstruktif
2. Apa etiologi dari syok obstruktif
3. Apa patofisiologi syok obstruktif
4. Apa manifestasi klinik syok obstruktif
5. Apa klasifikasi syok obstruktif
6. Apa prognosis syok obstruktif
7. Apa penatalaksanaan syok obstruktif
c) Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Agar mahasiswa/i dapat memahami tentang Asuhan Keperawatan
Kegawatdaruratan pada pasien dengan syok obstruktif.
2. Tujuan Khusus :
a) Agar mahasiswa/i dapat menjelaskan pengertian syok obstruktif
b) Agar mahasiswa/i dapat menjelaskan etiologi syok obstruktif
c) Agar mahasiswa/i dapat menjelaskan patofisiologi syok obstruktif
d) Agar mahasiswa/i dapat menjelaskan manifestasi klinik syok obstruktif
e) Agar mahasiswa/i dapat menjelaskan penatalaksanaan syok obstruktif
f) Agar mahasiswa/i dapat menjelaskan Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,
Intervensi Syok.
Mahasiswa mampu untuk memahami pengertian, etiologi, patofisilogi,
manifestasi klinik , klasifikasi, prognosis, penatalaksanaan medis syok obstruktif
3. Manfaat Penelitian
a) Agar mahasiswa/i keperawatan dapat menerapkan Asuhan Keperawatan Pada
Pasien dengan Syok obstruktif dengan tepat.
b) Bagi perkembangan ilmu pengetahuan Hasil penelitian diharapkan dapat
memberikan informasi mengenai syok Obstruktif dan sumbangan pemikiran
bagi peneliti selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Syok merupakan sindrom gangguan patofisiologik berat yang
berhubungan dengan metabolisme seluler yang abnormal, yang umumnya
disebabkan oleh perfusi jaringan yang buruk. Disebut juga kegagalan sirkulasi
perifer yang menyeluruh dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat
(Tjokronegoro, A., dkk, 2003)
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi jika sirkulasi darah arteri
tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi
jaringan yang adekuat tergantung pada 3 faktor utama yaitu curah jantung,
volume darah, dan tonus vasomotor perifer. Jika salah satu dari ketiga faktor
penentu ini kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi, maka
akan terjadi syok. Awalnya tekanan darah arteri normal sebagai kompensasi
peningkatan isi sekuncup dan curah jantung. Jika syok berlanjut, curah jantung
menurun dan vasokonstriksi perifer meningkat. Jika hipotensi menetap dan
vasokonstruksi berlanjut, hipoperfusi mengakibatkan asidosis laktat, oliguria,
dan ileus. Jika tekanan arteri cukup rendah, terjadi disfungsi otak dan otot
jantung (Mansjoer, 1999).
1. Emboli paru
Emboli Paru adalah penyumbatan arteri pulmonalis (arteri paru-
paru) oleh suatu embolus, yang terjadi secara tiba-tiba. Suatu emboli bisa
merupakan gumpalan darah (trombus), tetapi bisa juga berupa lemak,
cairan ketuban, sumsum tulang, pecahan tumor atau gelembung udara,
yang akan mengikuti aliran darah sampai akhirnya menyumbat pembuluh
darah. (Sudoyo, 2014)
2. Tamponade jantung
Tamponade jantung yaitu pengumpulan cairan di dalam kantong jantung
(kantong perikardium, kantong perikardial), yang menyebabkan penekanan
terhadap jantung dan kemampuan memompa jantung. Tamponade jantung
terjadi secara mendadak jika begitu banyak cairan terkumpul sehingga
jantung tidak dapat berdenyut secara normal. Sebelum timbulnya
tamponade, penderita biasanya merasakan nyeri samar-samar atau
tekanan di dada, yang akan bertambah buruk jika berbaring dan akan
membaik jika duduk tegak. Dasar kelainan : terkumpulnya banyak cairan
dalam kavum perikard.
Tamponade jantung merupakan suatu sindroma klinis akibat
penumpukan cairan berlebihan di rongga perikard yang menyebabkan
penurunan pengisian ventrikel disertai gangguan hemodinamik (Dharma,
2009 : 67).Jumlah cairan yang cukup untuk menimbulkan tamponade
jantung adalah 250 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung cepat,
dan 100 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung lambat, karena
pericardium mempunyai kesempatan untuk meregang dan menyesuaikan
diri dengan volume cairan yang bertambah tersebut
(Sudoyo, 2014)
C. Patofisiologi
Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu (Komite Medik,
2000):
1. Fase Kompensasi
Penurunan curah jantung (cardiac output) terjadi sedemikian
rupa sehingga timbul gangguan perfusi jaringan tapi belum cukup untuk
menimbulkan gangguan seluler. Mekanisme kompensasi dilakukan
melalui vasokonstriksi untuk menaikkan aliran darah ke jantung, otak
dan otot skelet dan penurunan aliran darah ke tempat yang kurang vital.
Faktor humoral dilepaskan untuk menimbulkan vasokonstriksi dan
menaikkan volume darah dengan konservasi air. Ventilasi meningkat
untuk mengatasi adanya penurunan kadar oksigen di daerah arteri. Jadi
pada fase kompensasi ini terjadi peningkatan detak dan kontraktilitas
otot jantung untuk menaikkan curah jantung dan peningkatan respirasi
untuk memperbaiki ventilasi alveolar. Walau aliran darah ke ginjal
menurun, tetapi karena ginjal mempunyai cara regulasi sendiri untuk
mempertahankan filtrasi glomeruler. Akan tetapi jika tekanan darah
menurun, maka filtrasi glomeruler juga menurun.
2. Fase Progresif
Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu
mengkompensasi kebutuhan tubuh. Faktor utama yang berperan adalah
jantung. Curah jantung tidak lagi mencukupi sehingga terjadi gangguan
seluler di seluruh tubuh. Pada saat tekanan darah arteri menurun, aliran
darah menurun, hipoksia jaringan bertambah nyata, gangguan seluler,
metabolisme terganggu, produk metabolisme menumpuk, dan akhirnya
terjadi kematian sel.
Dinding pembuluh darah menjadi lemah, tak mampu
berkonstriksi sehingga terjadi bendungan vena, vena balik (venous
return) menurun. Relaksasi sfinkter prekapiler diikuti dengan aliran
darah ke jaringan tetapi tidak dapat kembali ke jantung. Peristiwa ini
dapat menyebabkan trombosis kecil-kecil sehingga dapat terjadi
koagulopati intravasa yang luas (DIC = Disseminated Intravascular
Coagulation).
Menurunnya aliran darah ke otak menyebabkan kerusakan pusat
vasomotor dan respirasi di otak. Keadaan ini menambah hipoksia
jaringan. Hipoksia dan anoksia menyebabkan terlepasnya toksin dan
bahan lainnya dari jaringan (histamin dan bradikinin) yang ikut
memperjelek syok (vasodilatasi dan memperlemah fungsi jantung).
Iskemia dan anoksia usus menimbulkan penurunan integritas mukosa
usus, pelepasan toksin dan invasi bakteri usus ke sirkulasi.
Invasi bakteri dan penurunan fungsi detoksikasi hepar
memperjelek keadaan. Dapat timbul sepsis, DIC bertambah nyata,
integritas sistim retikuloendotelial rusak, integritas mikro sirkulasi juga
rusak. Hipoksia jaringan juga menyebabkan perubahan metabolisme
dari aerobik menjadi anaerobik. Akibatnya terjadi asidosis metabolik,
terjadi peningkatan asam laktat ekstraseluler dan timbunan asam
karbonat di jaringan.
3. Fase Irevesibel
Karena kerusakan seluler dan sirkulasi sedemikian luas
sehingga tidak dapat diperbaiki. Kekurangan oksigen mempercepat
timbulnya ireversibilitas syok. Gagal sistem kardiorespirasi, jantung tidak
mampu lagi memompa darah yang cukup, paru menjadi kaku, timbul
edema interstisial, daya respirasi menurun, dan akhirnya anoksia dan
hiperkapnea.
Syok obstruktif
Hiperventilasi
E. ManifestasiKlinis
Gejala Obyektif
1. Pernapasan cepat & dangkal
2. Nadi capat dan lemah
3. Akral pucat, dingin &lembab
4. Sianosis : bibir, kuku, lidah & cuping hidung
5. Pandangan hampa & pupil melebar
Gejala Subyektif
1. Mual dan mungkin muntah
2. Rasa haus
3. Badan lemah
4. Kepala terasa pusing (Purwadianto, 2017)
F. KLASIFIKASI
Berikut ini adalah ada empat tanda syok yang paling penting :
Pasien di letakkan dalam posisi Tren delenburg atau telentang dengan kaki
di tinggikan. Untuk syok yang tidak terdiagnosis :
H. Komplikasi
1. Kegagalan multi organ akibat penurunan alilran darah dan hipoksia jaringan
yang berkepanjangan.
2. Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus
kapiler karena hipoksia.
3. DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan kematian
jaringan yang luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang
koagulasi.
BAB III
PEMBAHASAN
2. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan volume
sekuncup
3. Intervensi keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
NOC :
1) Airway management :
a) Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw trust bila perlu
b) Posisikan klien untuk memeksimalkan ventilasi
c) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
d) Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan
e) Monitor respirasi dan status O2
2) Oxygen therapy :
a) Atur peralatan oksigenasi
b) Monitor aliran oksigen
c) Pertahankan posisi pasien
3) Vital sign monitoring :
a) Monitor TD, nadi dan RR
b) Catat adanya fluktuasi tekanan darah
c) Monitor vital sign saat pasien duduk, berbaring dan berdiri
d) Monitor TD, nadi, RR sebelum, selam dan sesudah aktivitas
e) Monitor kualitas dari nadi
f) Monitor frekuensi dan irama nafas
g) Monitor suara paru
h) Monitor pola pernafasan abnormal
i) Monitor suhu, warna dan kelembapan kulit
j) Monitor sianosis perifer
k) Monitor adanya chusing triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
l) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
PENUTUP
A. Kesimpulan
Syok obstruktif merupakan gangguan kontraksi jantung akibat dari luar atau
gangguan aliran balik menuju jantung terhambat, akibatnya berkurangnya preload
sehingga Cardiac output berkurang. Syok obstruktif ini bisa disebabkan oleh
emboli paru dan tamponade jantung. Syok obstruktif ini bisa ditandai dengan :
pernapasan cepat & dangkal, nadi capat dan lemah, akral pucat, dingin &
lembab, sianosis : bibir, kuku, lidah & cuping hidung, mual dan mungkin muntah,
rasa haus, badan lemah, kepala terasa pusing.
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, maka kami menerima
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton A.C., Hall J.E.(1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta.
Bakta I Made., Suastika I Ketut.( 1987), Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam .
EGC .Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah : Brunner Suddarth, Vol. 1. EGC : Jakarta.
Mansjoer, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ke-3 Jilid 1, Media Aesculapius,
Jakarta Purwadianto, Agus. 2017.
SudoyoAru. 2014. Buku Ajar Penyakit Dalam Edisi Keenam Jilid III. Jakarta :Interna
Publishing