Anda di halaman 1dari 17

PANDUAN

KOMUNIKASI EFEKTIF UNTUK MENDORONG PARTISIPASI PASIEN DAN


KELUARGA DALAM PROSES ASUHAN

2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatNya
Panduan Komunikasi Efektif untuk Mendorong Keterlibatan Pasien dan Keluarga dalam
Proses Pelayanan RSU Permata Hati dapat disusun sebagaimana mestinya.

Dukungan terhadap partisipasi pasien dalam pelayanan kesehatan merupakan wujud


dari pemenuhan hak-hak pasien dan keluarga yang harus di penuhi pihak rumah sakit.

Buku ini merupakan panduan bagi segenap pegawai Rumah Sakit Umum Permata
Hati yang memberi pelayanan dengan tetap melakukan komunikasi secara efektif sehingga
pasien dapat berpartisipasi dalam pelayanan kesehatannya.

Akhir kata semoga panduan ini dapat digunakan sebagai mana mestinya. Kritik dan
saran sangat diperlukan demi penyempurnaan panduan ini dan peningkatan kualitas
pelayanan rumah sakit khususnya dalam pemenuhan hak pasien dalam mendapatkan
informasi yang di perlukan.

Semarapura, 01 Januari 2018

Penyusun

Pokja Hak Pasien dan Keluarga

ii
SAMBUTAN

DIREKTUR RSU PERMATA HATI

Om Swastyastu,

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yanga Maha Esa yang
telah membrikan karunianya kepada kita sehingga Panduan Komunikasi Efektif untuk
Mendorong Keterlibatan Pasien dan Keluarga dalam Proses Pelayanan RSU Permata Hati.

Rumah Sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sagat strategisdalam mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Oleh kearena itu Rumah Sakit ditunut untuk
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standard yang di tetapkan oleh nasional
maupun internasional untuk seluruh lapisan masyarakat.

Visi RSU Permata Hati adalah Menjadikan RSU Permata Hati sebagai pusat
pelayanan kesehatan yang professional dan unggul di wilayah Bali Timur.Untuk mewujudkan
visi tersebut maka salah satu misi RSU Permata Hati adalah Melakukan pengelolaan rumah
sakit secara professional agar tercapai efesiensi dan efektifitas yang tinggi. Ini berarti
pelayanan yang di berikan pada pasien harus memiliki hak-hak pasien yaitu untuk
memperoleh layanan yang manusiawi, adi, jujur dan tanpa diskriminasi serta hak untuk
mendapatkan informasi tentang hak dan kewajiban, kondisi medis serta tindakan yang akan
dilakukan. Dengan demikian mereka dapat mengambil keputusan yang tepat dalam
perawatannya.

Harapan kami melalui Buku Panduan Komunikasi Efektif untuk Mendorong


Keterlibatan Pasien dan Keluarga dalam Proses Pelayanan yang memuat tntang dasar hukum,
tujuan, ruang lingkup dan tata laksana dapat dijadikan pedoman dan dilaksanakan dengan
sungguh-sungguh oleh semua staf yang terlibat dalam perawatan pasien.

Om Shanti Shanti Shanti om.

Semarapura, 01 Januari 2018

Dr.DN.Januardana,MM
Direktur

iii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................ ii


Sambuatan Direktur RSU Permata hati ............................................................ iii
Daftar Isi .......................................................................................................... iv
BAB I Definisi ................................................................................................ 1
BAB II Ruang Lingkup ................................................................................... 3
BAB III Tata Laksana ..................................................................................... 4
BAB IV Penutup ............................................................................................. 13

iv
BAB I
DEFINISI

1. DEFINISI
Komunikasi adalah Sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang
kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa
yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi". (Komaruddin, 1994;
Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988).
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana
dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima
pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003). Komunikasi efektif adalah:
tepat waktu, akurat, jelas, dan mudah dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi
tingkat kesalahan (kesalahpahaman).
Pasien dan keluarga berpartisipasi dalam proses pelayanan melalui pembuatan
keputusan tentang pelayanan, bertanya tentang pelayanan, dan bahkan menolak prosedur
diagnostik dan pengobatan. Untuk partisipasi pasien dan keluarga mereka membutuhkan
informasi dasar tentang kondisi medis yang ditemukan dalam assesmen, termasuk diagnosis
pasti bila diminta dan usulan pelayanan dan pengobatan.

2. DASAR
Sebagai dasar ditetapkannya Panduan Komunikasi Efektif untuk Mendorong
Keterlibatan Pasien dan Keluarga dalam Proses Pelayanan di Rumah Sakit Umum Permata
Hati yaitu :
a. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
b. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
c. Surat Keputusan Direktur Utama Rumah Sakit Umum Permata Hati Nomor
001.i/U/RSUPH/I/2018 tentang Kebijakan Umum pelayanan Medik.

3. TUJUAN UMUM
Sebagai acuan bagi Rumah Sakit dapat memenuhi hak pasien dan keluarga dalam hal
mendapatkan informasi tentang tata tertib, hak dan kewajiban kondisi penyakit dan tindakan
yang dilakukan.

1
4. TUJUAN KHUSUS
a. Agar tenaga kesehatan mampu berkomunikasi secara efektif (tepat, akurat jelas dan
mudah dipahami) kepada pasien dan keluarga.
b. Agar pasien dan keluarga mendapatkan informasi dasar tentang kondisi medis yang
ditemukan dalam assesmen, termasuk diagnosis pasti bila diminta dan usulan
pelayanan dan pengobatan.
c. Agar pasien dan keluarga bisa membuat keputusan tentang pelayanan.
d. Agar pasien dan keluarga dapat memutuskan untuk tidak melanjutkan
pelayanan/pengobatan yang direncanakan dan mengetahui alternatif
pelayanan/pengobatan.

2
BAB III
RUANG LINGKUP

Panduan komunikasi ini berlaku di semua jenis pelayanan baik rawat jalan, rawat
inap, dari saat pendaftaran sampai pasien pulang. Panduan ini mencakup proses komunikasi
secara umum, informasi tentang hak dan kewajiban, kondisi medis, rencana pelayanan dan
pengobatan, cara keluarga berpartisipasi, hak dan tanggung jawab pasien an keluarga
berhubungan dengan penolakan atau tidak melanjutkan pengobatan, penolakan resusitasi,
serta partisipasi dalam manajemen nyeri.

3
BAB III
TATA LAKSANA

a. Standar proses komunikasi efektif secara umum


1) Unsur komunikasi
Unsur-unsur komunikasi adalah sumber/komunikator, isi/pesan,
media/saluran dan penerima/komunikan
a) Sumber / komunikator :
Sumber (yang menyampaikan informasi): adalah orang yang menyampaikan
isi pernyataannya kepada penerima. Hal-hal yang menjadi tanggung jawab
pengirim pesan adalah mengirim pesan dengan jelas, memilih media yang
sesuai, dan meminta kejelasan apakah pesan tersebut sudah di terima dengan
baik. (konsil kedokteran Indonesia, hal.8).
Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai materi,
pengetahuannya luas dan dalam tentang informasi yang yang disampaikan,
cara berbicaranya jelas dan menjadi pendengar yang baik saat dikonfirmasi
oleh si penerima pesan (komunikan).
b) Isi Pesan (apa yang disampaikan):
Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan
komunikasi, media penyampaian, penerimanya.
c) Media
Media berperan sebagai jalan atau saluran yang dilalui isi pernyataan yang
disampaikan pengirim atau umpan balik yang disampaikan penerima. Berita
dapat berupa berita lisan, tertulis, atau keduanya sekaligus. Pada kesempatan
tertentu, media dapat tidak digunakan oleh pengirim yaitu saat komunikasi
berlangsung atau tatap muka dengan efek yang mungkin terjadi berupa
perubahan sikap, (konsil kedokteran Indonesia hal.8). Media yang dapat
digunakan: Melalui telepon, menggunakan lembar lipat, buklet, VCD (peraga).
d) Penerima / komunikan
Penerima berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi, peran
pengirim dan penerima bergantian sepanjang pembicaraan. Tanggung jawab
penerima adalah berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan baik dan
memberikan umpan balik kepada pengirim. Umpan balik sangat penting

4
sehingga proses komunkasi berlangsung dua arah. (Konsil Kedokteran
Indonesia, hal.8).
Pada saat melakukan proses umpan balik, diperlukan kemampuan
komunikator dalam hal-hal berikut (Konsil Kedokteran Indonesia, hal 42):
 Cara berbicara (talking), termasuk cara bertanya (kapan menggunakan
pertanyaan tertutup dan kapan memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan,
klarifikasi, paraphrase, intonasi.
 Mendengar (listening), termasuk memotong kalimat.
 Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang tersirat di balik
yang tersurat (bahasa non verbal di balik ungkapan kata/kalimatnya, gerak
tubuh).
 Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa tubuh) agar
tidak menggangu komunikasi, misalnya karena komunikan keliru mengartikan
gerak tubuh, raut tubuh, raut muka, dan sikap komunikator.
2) Sifat Komunikasi
Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (Pelayanan promosi).
a) Komunikasi yang bersifat informasi (asuhan) di dalam rumah sakit adalah :
 Jam pelayanan
 pelayanan yang tersedia
 Cara mendapatkan pelayanan
 Sumber alternative mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika
kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit.
Akses informasi ini dapat di peroleh melalui Customer Service, Admission dan
Website.

b) Komunikasi yang bersifat Edukasi (Pelayanan Promosi):


 Edukasi tentang obat
 Edukasi tentang penyakit
 Edukasi pasien tentang apa yang harus di hindari.
 Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk
meningkatkan kualitas hidupnya pasca dari rumah sakit.
 Edukasi tentang Gizi

5
Akses untuk mendapatkan edukasi ini bisa melalui medical information dan
nantinya akan menjadi sebuah unit PKRS (Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit).
3) Komunikasi yang efektif.
Komunikasi efektif adalah : tepat waktu, akurat, jelas, dan mudah dipahami oleh
penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan (kesalahpahaman).
Prosesnya adalah:
a) Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, setelah itu dituliskan secara
lengkap isi pesan tersebut oleh si penerima pesan.
b) Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima pesan.
c) Penerima pesan mengkonfirmasi isi pesan kepada pemberi pesan.
d) Dalam menuliskan kalimat yang sulit, maka komunikan harus menjabarkan
hurufnya satu persatu dengan menggunakan alfabeth.
4) Komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien
Prosesnya:
a) Tahap asesmen pasien:
Sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu kebutuhan edukasi pasien
& keluarga berdasarkan: (data ini didapatkan dari RM):
 Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.
 Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan.
 Hambatan emosional dan motivasi, (emosional: Depresi, senang dan
marah).
 Keterbatasan fisik dan kognitif.
 Ketersediaan pasien untuk menerima informasi.
b) Tahap cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif. Setelah melalui
tahap asesmen pasien, di temukan :
 Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses
komunikasinya mudah disampaikan.
 Jika pada tahap asesmen pasien di temukan hambatan fisik (tuna rungu dan
tuna wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet
kepada pasien dan keluarga sekandung (istri, anak, ayah, ibu, atau saudara
sekandung) dan menjelaskannya kepada mereka.
 Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien
(pasien marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah

6
memberikan materi edukasi dan menyarankan pasien membaca leaflet.
Apabila pasien tidak mengerti materi edukasi, pasien bisa menghubungi
medical information.
c) Tahap cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami
edukasi yang diberikan:
 Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi,
kondisi pasien baik dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah:
menanyakan kembali eduksi yang telah diberikan. Pertanyaannya adalah:
" Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang
bpk/ibu bisa pelajari ?".
 Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi,
pasiennya mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan
pihak keluarganya dengan pertanyaan yang sama: "Dari materi edukasi
yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bapak/ibu bisa pelajari ?".
 Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada
hambatan emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah
dengan tanyakan kembali sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi
edukasi yang diberikan dan pahami. Proses pertanyaan ini bisa via telepon
atau datang langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.
Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi
yang disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Dengan pasien
mengikuti semua arahan dari rumah sakit, diharapkan mempercepat proses
penyembuhan pasien.

b. Standar Khusus di RSU Permata Hati


1) Pemberian informasi tentang hak dan kewajiban pasien
 Pada saat pasien mendaftar di bagian registrasi untuk rawat jalan atau di
bagian admission untuk rawat inap, pasien atau keluarga diberitahu tentang
hak dan kewajiban mereka.
 Saat penerimaan pasien baru di ruangan, pasien diberikan orientasi ruangan
yang mencakup juga tentang hak dan kewajiban pasien serta tata tertib rumah
sakit.
 Informasi hak dan kewajiban pasien dipasang di seluruh unit pelayanan.

7
Selengkapnya dapat dilihat pada SPO Pemberian Informasi Hak dan Kewajiban
Pasien (terlampir).
2) Pemberian informasi tentang kondisi medis
a) Pemberian informasi dilakukan dengan mengidentifikasi dahulu pasien dan
keluarga yang berhak memperoleh informasi pelayanan dan tindakan medis
kemudian mempersiapkan proses pemberian edukasi dengan memperhatikan
privacy pasien.
b) Informasi terkait pelayanan dan tindakan medis menyangkut hal-hal sebagai
berikut:
 Kondisi pasien
 Usulan pengobatan
 Nama individu yang memberikan pengobatan
 Potensi manfaat maupu kekurangannya
 Kemungkinan alternatif lain
 Kemungkinan keberhasilan termasuk grade/prosentase keberhasilan
 Kemungkinan timbulnya masalah atau gejala lain yang menyertai
pengobatan
 Kemungkinan yang terjadi apabila tidak diobati
c) Memastikan pasien/keluarga mengerti penjelasan yang diberikan.
d) Pada saat pasien akan diperiksa oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat,
petugas laboratorium, petugas radiologi), mereka diberitahukan kapan mereka
akan mendapatkan informasi tentang hasil pemeriksaan /perawatan yang
dilakukan dan siapa yang akan memberitahukan.
e) Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter atau perawat
diberitahukan sesegera mungkin setelah pemeriksaan itu dilakukan.
f) Hasil penunjang diagnostic (hasil laboratorium dan radiologi) dijelaskan oleh
Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP).
g) DPJP wajib menjelaskan tentang rencana pelayanan dan pengobatan
selanjutnya setelah melakukan pemeriksaan fisik awal, setelah visite harian
dan setelah ada hasil penunjang diagnostic.
h) DPJP wajib menjelaskan apabila selama dalam perawatan rumah sakit ada
hasil pelayanan yang tidak terduga.

8
i) Perawat penanggung jawab pasien wajib menjelaskan tentang asuhan
keperawatan yang akan diberikan sesuai dengan perkembangan pasien.
Selengkapnya dapat dilihat pada SPO Pemberian Informasi Medis dan SPO
Uraian tugas DPJP (terlampir).
3) Pemberian Informasi Rencana pelayanan dan pengobatan
 Rencana pelayanan medis awal diberitahukan setelah pemeriksaan fisik awal
dan rencana pelayanan medis selanjurnya diberitahukan saat visite harian
sesuai perkembangan kondisi pasien.
 Rencana asuhan keperawatan awal diberitahukan setelah dokter menentukan
rencana awal dan untuk rencana perawatan selanjutnya diberitahukan saat
kunjungan harian ke pasien.
4) Pemberian informasi cara keluarga berpartisipasi dalam keputusan
pelayanan
 Pada saat pendaftaran di registrasi atau di bagian admission, petugas
menjelaskan bahwa pasien/keluarga berhak mendapatkan informasi tentang
kondisi medis dan rencana pengobatan dari DPJP atau melalui perawat yang
bertugas.
 Saat menerima pasien baru, perawat di ruangan wajib memberikan orientasi
ruangan. Orientasi ruangan yang diberikan antara lain mencakup hak
pasien/keluarga untuk mengetahui/menanyakan kondisi medis pasien serta
rencana asuhan medis atau keperawatan yang akan diberikan. Apabila DPJP
tidak ada di ruangan maka pertanyaan boleh disampaikan melalui perawat
yang bertugas dan selanjutnya perawat akan menyampaikan kepada DPJP.
 Setelah diberikan penjelasan, pasien atau keluarga diberikan kesempatan
untuk bertanya hal-hal yang tidak dimengerti. Setelah pasien atau keluarga
menyatakan mengerti maka pasien atau keluarga diberi kesempatan untuk
memutuskan apakah mereka menyetujui atau menolak asuhan yang diberikan.
Bila mereka menyatakan persetujuan maka diminta untuk menandatangani
form informed consent.
 Apabila ada pasien yang tidak mau diberitahu tentang diagnosis pasti atau
berpartisipasi dalam keputusan tentang pelayanannya, mereka diberi
kesempatan dan dapat memilih berpartisipasi melalui keluarga, teman atau
wakil yang dapat mengambil keputusan.

9
 Pasien juga mempunyai hak untuk mencari second opinion/ pendapat kedua
tanpa takut untuk berkompromi dalam pelayanan baik di dalam maupun di
luar Rumah Sakit dan petugas Rumah Sakit memfasilitasi pasien untuk itu.
Selengkapnya bisa dibaca di SPO Hak Pasien untuk Mendapatkan Second
Opinion (terlampir).
5) Pemberian informasi bila pasien atau keluarga mau turut serta dalam
penelitian yang relevan dengan kebutuhan pengobatan
Bila pasien diminta untuk berpartisipasi maka penjelasan yang harus diberikan
meliputi :
a) Manfaat yang diharapkan
b) Potensi ketidaknyamanan dan risiko
c) Alternatif yang dapat menolong mereka
d) Prosedur/protokol yang harus diikuti
Penjelasan juga diberikan bahwa mereka boleh menolak /mengundurkan
diri. Penolakan /pengunduran diri tersebut tidak akan menutup akses mereka
terhadap pelayanan Rumah Sakit. Bila mereka menyetujui untuk ikut dalam
penelitian klinis maka mereka harus menandatanagani surat persetujuan.

c. Standar tentang hak dan tanggung pasien dan keluarga berhubungan dengan
penolakan atau tidak pengobatan
Apabila pasien atau keluarga menyatakan menolak rencana pengobatan atau
memutuskan untuk tidak melanjutkan pengobatan setelah kegiatan pengobatan
dilaksanakan maka yang harus dilakukan oleh DPP adalah :
1) Menjelaskan bahwa hal itu merupakan hak dari pasien dan keluarga. Rumah sakit
menghormati hak tersebut.
2) Menjelaskan konsekuensi dari keputusan menghentikan pengobatan.
3) DPJP menjelaskan tanggung jawab pasien dan keluarga berkaitan dengan
keputusan tersebut.
4) Menjelaskan alternatif pelayanan dan pengobatan yang tersedia. Selengkapnya
dapat dilihat pada SPO Penolakan Tindakan Kedokteran dan Perawatan
(terlampir).

10
d. Standar tentang penolakan pelayanan resusitasi atau menolak atau
memberhentikan pengobatan bantuan hidup dasar
Permintaan untuk menolak resusitasi (Do Not Attempt Resuscitation/DNAR) dapat
dilakukan oleh pasien dewasa yang kompeten mengambil keputusan setelah
mendapatkan penjelasan atau setelah berdiskusi dengan DPJP. Bagi pasien yang
dinyatakan tidak kompeten maka keputusan dapat diambil oleh keluarga terdekat atau
wali sah yang ditunjuk oleh pengadilan.
Kasus-kasus yang dapat menjadi bahan diskusi antara dokter dengan pasien atau
walinya tentang DNAR adalah :
1) Kasus-kasus di mana angka harapan keberhasilan pengobatan rendah atau
resusitasi hanya menunda proses kematian yang alami
2) Pasien tidak sadar secara permanen
3) Pasien berada pada kondisi terminal
4) Ada kelainan atau disfungsi kronik di mana lebih banyak kerugian dibanding
keuntungan jika resusitasi dilakukan
(Selengkapnya lihat Panduan DNAR)

e. Standar partisipasi pasien dalam assesmen dan manajemen nyeri


1) Setiap pasien harus dilakukan assesmen tentang nyeri
2) Pasien atau keluarga didorong untuk melaporkan rasa nyeri yang dirasakan pasien
kepada DPJP atau perawat penanggung jawab pasien (Selengkapnya lihat
Panduan Manajemen Nyeri)

DOKUMENTASI
a. Informasi tentang hak dan kewajiban pasien tercantum dalam general consent rawat
inap maupun rawat jalan yang disediakan di bagian registrasi rawat jalan dan rawat
inap (admission). Apabila pasien sudah mengerti tentang penjelasan yang diberikan
maka general consent ditandatangani oleh kedua belah pihak. Informasi tentang hak
dan kewajiban pasien juga disediakan dalam bentuk leaflet dan dalam lembaran yang
digantung di masing-masing ruang perawatan.
b. Penjelasan tentang kondisi medis serta rencana perawatan/pengobatan untuk pasien
rawat inap ditulis dalam Plan Of Care rawat inap dan Clinical Pathway. Bukti bahwa
penjelasan sudah diberikan dicantumkan dalam form edukasi terintegrasi A dan B.

11
c. Apabila pasien menolak dilakukan pengobatan/tindakan tertentu maka ditulis Surat
penolakan tindakan yang ditandatangani oleh kedua belah pihak. Hal ini juga
didokumentasikan di form SOAP terintegrasi.
d. Apabila pasien atau wali meminta untuk tidak dilakukan resusitasi (menolak
resusitasi/DNAR) maka setelah diberikan penjelasan atau berdiskusi dengan dokter
maka ditulis dalam informed consent DNAR yang ditandatangani kedua belah pihak.
e. Asessmen nyeri ditulis dalam form pengkajian awal pasien dan dikaji
perkembangannya sesuai periode waktu dalam manajemen nyeri. Perkembangan nyeri
tersebut didokumentasikan dalam form SOAP Terintegrasi.

12
BAB IV

PENUTUP

Dengan ditetapkannya Panduan Komunikasi Efektif untuk Mendorong Keterlibatan


Pasien dan Keluarga dalam Proses Pelayanan ini maka setiap petugas RSU Permata Hati agar
melaksanakan ketentuan tentang Panduan ini dengan sebaik-baiknya.

Petunjuk pelaksanaan ini berlaku sejak tanggal ditwetapkan dan apabila ada kekeliruan
akan diadakan perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

13

Anda mungkin juga menyukai