Anda di halaman 1dari 4

Hubungan Bidang Pertahanan Indonesia - Amerika

Pertahanan sosial memegang peranan penting dalam membentuk masyarakat demokratis. Indonesia
pada saat sekarang dipandang sebagai negara yang demokratis dan negara yang penduduknya sebagian
besar adalah memeluk agama Islam. Sehingga dari tahun 1976 sampai dengan 1996 Indonesia dicatat
sebagai salah satu ASEAN miracle. Yang terpenting dalam pembangunan di Indonesia adalah
menumbuhkan cultural democracy untuk meningkatkan political democracy. Namun pada saat sekarang
ini, partai politik dan juga parlemen di Indonesia tidak memiliki political democracy. Hal disebabkan
makin maraknya korupsi yang dilakukan oleh parlemen.

Untuk itu perlu adanya kebijakan one roof atau one door policy. Wacana supremasi militer terhadap sipil
dan sipil terhadap militer dalam tubuh Departemen Pertahanan tidak menjadi persoalan yang perlu
dikhawatirkan. Namun yang perlu dikhawatirkan adalah peran LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)
dalam membantu rekonsiliasi tersebut. Apabila LSM Indonesia sudah self financing dan tidak tergantung
oleh donor, maka political democracy dan accountability democracy akan tercipta.

Departemen Pertahanan dalam melaksanakan fungsinya untuk mempertahankan kedaulatan negara


tidak bekerja sendiri. Departemen Pertahanan bekerjasama dengan departemen lain untuk
meningkatkan Pertahanan Indonesia di bidang tertentu, misalnya dengan Deprtemen ESDM (Energi
Sumber Daya Mineral), Departemen Pendidikan Nasional, dan Departemen pekerjaan Umum. Don Eirich
menegaskan tiga masalah strategik peningkatan hubungan Indonesia dan Amerika dalam bidang
Pertahanan yaitu internal stability dan civil security, counter terrorism dan maritime security. Don juga
menjelaskan bahwa Amerika mendorong Indonesia untuk melaksanakan kebijakannya dan Amerika
membantu Indonesia dalam bidang manajemen dan governance. Pemerintah George Bush menjanjikan
dana sebesar 175 juta US$ untuk bidang pendidikan, khususnya basic education.
Kusnanto Anggoro, peneliti CSIS, menjelaskan peran DPR dalam memahami peraturan perundang-
undangan yang terkait dengan masalah militer. kurangnya pemahaman anggota DPR dalam memahami
secara substansi kebijakan yang terkait dengan Pertahanan dan Pertahanan, sehingga hal ini akan
berimbas pada lahirnya kebijakan yang bias dan cenderung militeristis atau sebaliknya.

Pertahanan dan Pertahanan, militer yang terlibat dalam pembuatan kebijakan Pertahanan dan
Pertahanan, kemungkinan tidak adanya wakil dari militer. Namun keterlibatan militer dalam tubuh DPR
pada saat sekarang ini masih ada dengan adanya beberapa indikasi berikut ini yaitu anggota DPR yang
konservatif yang anti politik, adanya pandangan bahwa sipil itu inferior dan adanya pemikiran yang tidak
rasional tentang penduduk sipil. Dengan demikian perlu diantisipasi agar produk hukum dari DPR
tentang Pertahanan dan Pertahanan agar tidak military heavy atau sebaliknya yang menyebabkan
timbulnya anti militer Indonesia.

Sedangkan reformasi Pertahanan di Indonesia dapat dilakukan dengan melihat sistem nilai yang ada
dalam Pertahanan dan Pertahanan, kelembagaan Pertahanan dan Pertahanan serta pengembangan
Departemen Pertahanan dan Pertahanan. Kesimpulannya adalah perlu adanya peningkatan pendidikan
bagi Dephankan untuk dapat melaksanakan reformasi di kalangan militer.

Military heavy bergeser dimulai pada tahun 2000 dengan adanya perintah pada tanggal 20 April 2000
yang menyatakan bahwa militer tidak lagi terlibat dalam urusan politik. Kebijakan ini diperkuat dengan
tertbitnya Tap MPR No 7 tahun 2000 yaitu militer tidak memiliki peran politik dalam pemerintahan di
Indonesia. Dan Undang-undang TNI tahun 2004 juga menegaskan bahwa militer mengenal adanya
supremasi sipil. Walaupun sudah ada kebijakan yang mengenal adanya supremasi sipil, namun
masalahnya militer masih tetap tidak percaya dengan sipil, dan sipil tidak percaya pada mereka sendiri
serta kendala budget. Untuk mengatasi hal tersebut, maka sipil harus self confident dan pemerintah
harus dapat menyediakan dana untuk melaksanakan reformasi Pertahanan dan Pertahanan.
erjasama di Bidang Perdagangan, Investasi dan Pariwisata

AS merupakan mitra dagang keempat terbesar Indonesia sesudah Jepang, Cina dan Singapura dengan
nilai perdagangan mencapai 23 milyar USD pada tahun 2010. Nilai perdagangan ini meningkat 31.96%
dibanding tahun 2009 yang mencapai 17.93 milyar USD dengan surplus untuk Indonesia sebesar 4.86
milyar USD atau naik 29.3% dibanding tahun 2009 yang mencapai 3.76 milyar USD. Nilai ekspor
Indonesia ke AS pada tahun 2010 berjumlah 14.26 milyar USD atau meningkat 31,49 % dibanding tahun
2009 yang mencapai 10.85 milyar USD. Komoditi ekspor utama Indonesia ke AS antara lain seperti getah
karet, getah perca, barang elektronik, barang hasil industri pakaian, mebel, sampai perkakas.

Di bidang investasi, pada tahun 2010 realisasi investasi AS di Indonesia mencapai US$ 930,8 juta,
meningkat 542,7% dibandingkan tahun 2009 yang berjumlah US$ 171,5 juta. Dengan jumlah tersebut, AS
merupakan investor terbesar ke-tiga di Indonesia setelah Singapura dan Inggris. Untuk periode Januari –
Maret 2011, nilai investasi AS di Indonesia mencapai 359,1 juta USD atau urutan kedua terbesar setelah
Singapura.

Untuk mengembangkan hubungan perdagangan dan investasi RI-AS, terdapat forum”Trade Investment
Council” (TIC) tingkat Menteri guna membahas dan menyelesaikan berbagai isu perdagangan dan
investasi kedua negara. TIC terdiri dari empat Working Group, yaitu WG on Industrial and Agricultural
Products, WG on Illegal Logging and Asociated Trade, WG on Intellectual Property Rights, dan WG on
Investment.

Sementara itu dalam rangka menjamin investasi AS di Indonesia, pada tanggal 14 April 2010 di
Washington, D.C. telah ditandatangani persetujuan Investment Support Agreement-Overseas Private
Investment Corporation (ISA-OPIC) RI – AS oleh Kepala BKPM dan Acting President OPIC. Perjanjian ISA-
OPIC ini telah diratifikasi melalui Peraturan Presiden RI nomor 48 tahun 2010 tanggal 19 Juli 2010 dan
diharapkan dapat meningkatkan minat investor AS menanamkan modal di Indonesia.
Di bidang pariwisata, pada tahun 2010 jumlah wisatawan AS yang berkunjung ke Indonesia khususnya
dari 19 pintu masuk utama, mencapai 171.528 atau naik 5,68% dibandingkan tahun 2009 yang
berjumlah 162.302 orang.

Anda mungkin juga menyukai