Anda di halaman 1dari 11

10 | Freyti Mariyani E. T., Sanfia Tesabela M., H. Sukardi / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.

1 (2018) 10-9

HUBUNGAN TINGKAT KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI DENGAN


TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI BANGSAL RUMAH
SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
Freyti Mariyani Emanuela Tumanduka,*, Sanfia Tesabela Messakha,b , H. Sukardib
a,b
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana
b
Kepala Bidang Keperawatan Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainudin Surakarta Jawa
Tengah
Alamat : Jln. R. A. Kartini No. 11A Salatiga. Jawa Tengah, Indonesia
Email : 462013067@student.uksw.edu

Abstrak
Gangguan jiwa merupakan pola perilaku yang secara klinis berkaitan dengan gejala penderitaan
atau disability di dalam satu atau lebih fungsi kehidupan manusia. Depresi merupakan salah satu
gangguan jiwa yang memiliki prevalensi tertinggi hampir 17% dibandingkan gangguan jiwa yang lain.
Gangguan yang timbul membuat kemampuan dalam melakukan aktivitas menurun, contohnya
kemampuan dalam melakukan perawatan diri: mandi, berpakaian, makan, dan eliminasi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kemampuan perawatan diri dengan tingkat depresi pada
pasien depresi di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainudin Surakarta Jawa
Tengah. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan deskriptif korelasi dan teknik
pengambilan sampel dengan purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
kuisioner, wawancara dan observasi yang kemudian di analisa menggunakan uji Pearson. Hasil yang
diperoleh nilai koefisien korelasi pearson sebesar 0,617 yang artinya menunjukan bahwa arah korelasi
positif dengan kekuatan kuat, kemudian nilai sig 0.000 maka yang H0 ditolak dan H1 diterima yang
artinya bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat kemampuan perawatan diri dengan tingkat
depresi pada pasien depresi di bangsal Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat kemampuan perawatan diri dengan tingkat depresi pada pasien depresi di
bangsal Rumah Sakit Jiwa Daerah dimana semakin tinggi tingkat depresi yang dialami maka semakin
tinggi tingkat ketergantungan dalam melakukan perawatan diri.
Kata kunci : Depresi, perawatan diri, kemandirian

Abstract
Mental disorder is a pattern of behavior clinically associated with distress or disability which may
interfere with one or more functions of human life. Mental health is one of the most serious health
issues. Depression is one of the mental disorders that have the highest prevalence of almost 17%
compared to other mental disorders. Disorders that arise make the ability to perform activities
decreased, one of which is the ability to perform self-care: bathing, dressing, eating, and elimination.
This study aims to determine the relationship level of self-care capabilities with depression levels of
depressed patients in the inpatient room of Mental Hospital Surakarta Region. The methodology used
is quantitative with descriptive correlation and sampling technique is purposive sampling. Data is
collected through questioner, interview and observation which then analyzed using pearson test.
Results obtained Pearson correlation coefficient value of 0.617 which show the direction of positive
correlation with strong power, then sig value. (2-tailed) 0.000 (due to sig <0.05) therefore H0 is
rejected and H1 is accepted which means that there is a significant relationship between the level of
self-care ability with depression levels in depressed patients in the Surakarta Area Mental Hospital.
There is a significant relationship between the level of self-care ability with depression levels in
depressed patients in the Surakarta Area Mental Hospital which means that the higher level of
depression experienced the higher the level of dependence in self-care.

Keywords :: Depression, self-care, independence


Freyti Mariyani E. T., Sanfia Tesabela M., H. Sukardi / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.1 (2018) 10-20| 11

Depresi merupakan gangguan mental yang


PENDAHULUAN
ditandai dengan munculnya gejala penurunan
Gangguan jiwa adalah suatu sindrom atau
mood, kehilangan minat terhadap sesuatu,
pola perilaku yang secara klinis bermakna
perasaan bersalah, gangguan tidur atau nafsu
yang berhubungan dengan distres atau
makan, kehilangan energi, dan penurunan
penderitaan dan menimbulkan gangguan pada
konsentrasi (WHO, 2010). Menurut DSM IV
satu atau lebih fungsi kehidupan manusia
TR gangguan depresif mayor adalah satu atau
(Keliat, 2011). Menurut World Health
lebih episode depresif berat tanpa adanya
Organization (2012) secara global saat ini
riwayat episode manik, campuran, atau
sekitar 450 juta orang mengalami gangguan
hipomanik. Lamanya episode depresif mayor
jiwa, diantaranya 150 juta menderita depresi,
yang dialami sekurang-kurangnya 2 minggu
90 juta mengalami gangguan penggunaan zat
dan mengalami kehilangan minat dalam
dan alkohol, 38 juta mengalami epilepsi, 25
melakukan aktivitas. Gejala dari episode
juta mengalami skizofrenia, serta hampir 1 juta
depresif mayor minimal terdapat 4 simtom dari
melakukan bunuh diri setiap tahun. Kemudian
kriteria tersebut yaitu perubahan nafsu makan
menurut Yosep (2013) gangguan jiwa yang
dan berat badan perubahan tidur dan aktifitas,
mencapai 13% dari penyakit secara
pengurangan energi, perasaan bersalah,
keseluruhan, kemungkinan akan berkembang
masalah dalam berpikir dan dalam membuat
menjadi 25% di tahun 2030. Berdasarkan data
keputusan, dan pikiran yang berulang tentang
Riskesdas (2013) Indonesia mengalami
kematian atau bunuh diri. Orang yang
peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa,
mengalami depresi umumnya mengalami
dimana prevalensi gangguan jiwa berat
gangguan yang meliputi keadaan emosi,
mencapai 1,7 per mil dan Provinsi Jawa
motivasi, fungsional, dan tingkah laku serta
Tengah tercatat ada 1.091 kasus yang
kognisis bercirikan ketidakpercayaan yang
mengalami gangguan jiwa.
berlebihan (Namora, 2009).
Depresi masih menjadi salah satu gangguan
Gangguan yang timbul membuat
jiwa dengan jumlah penderita yang signifikan
kemampuan dalam melakukan aktivitas
di dunia terdapat sekitar 35 juta orang terkena
menurun, salah satunya adalah kemampuan
depresi, termasuk di Indonesia. Prevalensi
dalam melakukan perawatan diri. Perawatan
depresi pada populasi dunia adalah 3-8 %
diri adalah salah satu kemampuan dasar
dengan 50% kasus terjadi pada usia produktif
manusia untuk memenuhi kebutuhan guna
yaitu 20-50 tahun. World Health Organization
memepertahankan kehidupan, kesehatan dan
menyatakan bahwa depresi berada pada urutan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi
keempat penyakit di dunia dan diperkirakan
kesehatannya. Kemandirian perawatan diri
akan menjadi masalah kesehatan nomor dua
adalah kemampuan diri untuk mengurus atau
dari berbagai macam penyakit pada tahun
menolong diri sendiri dalam kehidupan sehari-
2020 (Depkes RI, 2007). Menurut Kaplan
hari sehingga tidak tergantung dengan orang
(2007), depresi memiliki prevalensi paling
lain (Ramawati, 2011). Menurut Craven
tinggi (hampir 17%) di dunia dibandingkan
(2007), salah satu perawatan diri yang penting
gangguan jiwa lainnya. Data dari Riset
adalah personal hygiene, dimana ini
Kesehatan Dasar (2013), Indonesia memiliki
merupakan kemampuan seseorang dalam
prevalensi gangguan mental emosional yang
melakukan perawatan diri yang terdiri dari
ditunjukan dengan gejala-gejala depresi dan
makan, mandi, eliminasi, dan kebersihan
kecemasan antara lain sebesar 6% untuk usia
pakaian tanpa dibantu orang lain. Jika
15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang.
seseorang memiliki gangguan dalam
Gangguan jiwa di Jawa Tengah sebanyak
melakukan perawatan diri maka akan beresiko
0,23 % untuk usia 15 tahun keatas dari jumlah
untuk mengalami defisit perawatan diri.
penduduk 24.089.433 orang atau sekitar
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan
55.406 orang di provinsi Jawa Tengah
dimana seseorang mengalami hambatan atau
mengalami gangguan jiwa berat, dan lebih dari
gangguan dalam kemampuan untuk melakukan
1 juta orang di Jawa Tengah mengalami
atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri,
gangguan mental emosional dengan gejala
seperti mandi, berpakaian, makan, dan
depresi dan kecemasan (Riskesdas, 2013).
12 | Freyti Mariyani E. T., Sanfia Tesabela M., H. Sukardi / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.1 (2018) 10-20
eliminasi untuk diri sendiri (Wilkinson, 2007). (Sugiyono, 2013). Jumlah populasi yang
Penelitian Fidora (2010) menyatakan diambil sebanyak 53 pasien rawat inap RS.
gangguan mental yang dialami dapat Jiwa Surakarta dengan diagnosa depresi.
mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
Teknik Pengumpulan Data
melakukan kegiatan sehari-hari seperti Teknik pengumpulan data yang digunakan
kemampuan untuk merawat diri: mandi,
dalam penelitian ini adalah dengan
berpakaian, merapikan rambut dan sebagainya,
menggunakan kuisioner, wawancara dan
atau berkurangnya kemampuan dan kemauan observasi (Sastroasmoro, 2011). Instrumen
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya seperti
penelitian yang digunakan untuk menentukan
tidak mau makan, minum, buang air besar dan
tingkat depresi yaitu kuisioner Zung Self-
buang air kecil serta diam dengan sedikit rating Depression Scale berupa kuisioner yang
gerakan.
berisi 20 pertanyaan dimana terdiri dari 10
Pada umumnya pasien dengan gangguan
pertanyaan positif dan 10 pertanyaan negatif
depresi lebih banyak dirawat di rumah sakit yang meliputi gejala afektif, gejala psikologis
yaitu sebanyak 15% dan 10% pada perawatan
dan gejala fisik yang berhubungan dengan
primer (Ismail, 2010). Peningkatan jumlah
depresi (Sixtine, 2015). Hasil yang didapat
orang yang mengalami gangguan jiwa setiap akan dikelompokkan menjadi minimal
tahunnya menyebabkan perhatian terhadap
depression (25-49 poin), mild depression (50-
orang dengan gangguan jiwa harus
59 poin), moderate depression (60-69 poin),
ditingkatkan tidak terkecuali di rumah sakit severe depression (<70 poin). Kemudian
jiwa. Hal ini mengarahkan penelitian kepada
instrumen penelitian yang digunakan untuk
pasien yang mengalami gangguan jiwa dengan
melihat tingkat kemampuan pasien dalam
depresi yang berada di Rumah Sakit Jiwa melalukan perawatan diri adalah dengan
Daerah Surakarta.
menggunakan lembar observasi Nanda yang
Merujuk pada penjelasan diatas,
meliputi aktivitas mandi, berpakaian, makan,
kemandirian dalam melakukan perawatan diri dan eliminasi. Tingkat kemampuan perawatan
akan menjadi tantangan yang berat saat
diri dibagi menjadi beberapa kategori yaitu
seorang yang menderita depresi. Gangguan
mandiri penuh, perlu alat bantu, semi mandiri,
mental yang dihadapi tentu akan sangat ketergantungan sedang, dan ketergantungan
berpengaruh pada semua aspek kehidupan
berat (2008).
seseorang. Berdasarkan kenyataan ini, maka
penelitian terkait perilaku perawatan diri pada Analisa Data
pasien depresi akan menjadi sesuatu yang Analisa data yang dilakukan adalah analisis
signifikan untuk berbagai pihak yang terlibat univariat dan bivariat. Analisis Univariat
dalam layanan perawatan pasien depresi. bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik
setiap variabel penelitian dengan
TUJUAN PENELITIAN menggunakan tabel distribusi frekuensi yang
Tujuan penelitian ini adalah untuk disajikan dalam bentuk frekuensi jumlah dan
mengetahui hubungan tingkat kemampuan presentase (Notoatmodjo, 2010). Data yang
perawatan diri dengan tingkat depresi pada disajikan meliputi tingkat depresi dan tingkat
pasien depresi di ruang rawat inap Rumah kemampuan dalam perawatan diri. Selanjutnya,
Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainudin Surakarta analisis bivariat digunakan untuk menyatakan
Jawa Tengah. analisis terhadap dua variabel yaitu satu
METODE PENELITIAN variabel independent dan satu variabel
dependent (Sastroasmoro, 2011). Analisa ini
Tipe penelitian dilakukan untuk mengukur perbedaan setiap
Penelitian ini merupakan penelitian tingkat depresi dengan tingkat kemampuan
kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan perawatan diri pada setiap pada pasien depresi
adalah deskriptif korelasi. di ruang rawat inap dengan menggunakan
Populasi dan sampel SPSS dengan uji pearson dengan tingkat
Dalam penelitian ini partisipan penelitian kemaknaan sig (α= 0,05) bila hasil yang
menggunakan teknik purposive sampling diperoleh sig (α= < 0,05 maka Ho ditolak
Freyti Mariyani E. T., Sanfia Tesabela M., H. Sukardi / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.1 (2018) 10-20| 13

berarti ada hubungan tingkat depresi dengan diri dibagi menjadi beberapa kategori yaitu
tingkat kemampuan perawatan diri pada setiap mandiri total, perlu alat bantu, semi mandiri,
pada pasien depresi di bangsal Rumah Sakit dan ketergantungan sebagian dan
Jiwa Daerah Surakarta. ketergantungan total.
Lokasi, waktu, dan durasi pengumpulan Tabel.2 Distribusi Responden Menurut Kemampuan
data Perawatan Diri
Lokasi: Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Tingkat Ma BerSec Ma Eli
Kemampuan ndi pakara kan min
Waktu : Minggu terakhir di bulan April dan Perawatan aian
um asi
dua minggu pertama di bulan Mei Diri um
Durasi pengumpulan data : 3 Minggu n % n % n % n % n %
Mandiri penuh 0 0 0 0 0 0 2 3 0 0
HASIL DAN PEMBAHASAN 1 9
Hasil ,
Hasil yang di dapatkan melalui analisa 6
Membutuhkan 2 3 2 3 2 4 3 5 2 3
univariat menggambarkan tingkat depresi
peralatan atau 1 9 1 9 2 1 0 6 0 7
pasien dan kemampuan perawatan diri yaitu
alat bantu , , , , ,
mandi, berpakaian, makan, eliminasi dan 6 6 5 6 7
kemampuan perawatan diri secara umum. Membutuhkan 3 6 3 5 2 5 2 3 3 5
Hasil yang telah dilakukan pada responden pertolongan 2 0 1 8 8 2 , 0 6
sebanyak 53 orang adalah sebagai berikut: orang lain , , , 8 ,
1) Tingkat depresi untuk bantuan, 4 5 8 6
pengawasan,
Data tingkat depresi responden diukur
pendidikan
dengan instrumen Zung Self-rating Depression Membutuhkan 0 0 1 1 3 5 0 0 3 5
Scale berupa kuisioner yang berisi 20 pertolongan , , ,
pertanyaan dengan kategori: minimal orang lain dan 9 7 7
depression (25-49), mild depression (50-59), peralatan atau
moderate depression (60-69), dan severe alat bantu
depression (>70). Tingkat depresi responden Ketergantunga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
dapat dilihat pada tabel berikut: n, tidak dapat
berpartisipasi
Tabel. 1 Distribusi responden menurut tingkat depresi
dalam aktivitas
Tingkat Depresi Jumlah Persen Jumlah 5 1 5 1 5 1 5 1 5 1
Mild depression 19 35,8 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0
Moderate depression 30 56,6 0 0 0 0 0
Severe depression 4 7,6
Total 53 100
Untuk kemampuan mandi, responden
Berdasarkan kategori responden dapat paling banyak masuk dalam kategori
diketahui bahwa dari 53 responden terbagi membutuhkan pertolongan orang lain untuk
dalam beberapa tingkat depresi dan sebagian bantuan, pengawasan, pendidikan sebanyak
besar adalah moderate depression yang 60,4%, diikuti dengan responden yang
berjumlah 56,6%, kemudian diikuti dengan membutuhkan peralatan atau alat bantu
mild depression yang berjumlah 35,8%, dan sebanyak 39,6%.
severe depression sebanyak 7,6 %. Untuk kemampuan berpakaian, responden
2) Tingkat kemampuan perawatan diri paling banyak masuk dalam kategori
Tingkat kemampuan pasien dalam membutuhkan pertolongan orang lain untuk
melakukan perawatan diri diukur bantuan, pengawasan, pendidikan sebanyak
menggunakan lembar observasi Nanda yang 58,5%, kemudian diikuti dengan responden
meliputi aktivitas mandi, berpakaian, makan, yang membutuhkan peralatan atau alat bantu
dan eliminasi dan kemampuan perawatan diri sebanyak 39,6% dan 1,9% responden yang
secara umum. Tingkat kemampuan perawatan membutuhkan pertolongan orang lain dan
peralatan atau alat bantu.
14 | Freyti Mariyani E. T., Sanfia Tesabela M., H. Sukardi / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.1 (2018) 10-20
Untuk kemampuan makan, responden Membutuhkan peralatan atau alat bantu
paling banyak masuk dalam kategori
Membutuhkan pertolongan orang lain untuk
membutuhkan pertolongan orang lain untuk bantuan, pengawasan, pendidikan
bantuan, pengawasan, pendidikan sebanyak Membutuhkan pertolongan orang lain dan
peralatan atau alat bantu
52,8%, kemudian diikuti dengan responden
yang membutuhkan peralatan atau alat bantu 40
sebanyak 41,5% dan 5,7% responden yang
membutuhkan pertolongan orang lain dan 20
14 5 7 23 3 1
peralatan atau alat bantu. 0
Untuk kemampuan eliminasi, responden Mild depression Moderate Severe
depression depression
paling banyak masuk dalam kategori
membutuhkan peralatan atau alat bantu Grafik.3.2 Distribusi Responden Tabel Silang menurut
sebanyak 56,6% kemudian responden yang Kemampuan Perawatan Diri Berpakaian * Tingkat
memiliki tingkat kemandirian penuh sebanyak depresi pada pasien depresi di RSJD Surakarta
39,6% dan 3,8% responden yang
membutuhkan pertolongan orang lain untuk Membutuhkan peralatan atau alat bantu
bantuan, pengawasan, pendidikan. Membutuhkan pertolongan orang lain untuk
Untuk distribusi tingkat kemampuan bantuan, pengawasan, pendidikan
Membutuhkan pertolongan orang lain dan
perawatan diri secara umum paling banyak peralatan atau alat bantu
adalah responden yang membutuhkan
pertolongan orang lain untuk bantuan,
40
pengawasan, pendidikan sebanyak 56,6%,
kemudian responden yang membutuhkan 20
16 3 6 24 1 3
peralatan atau alat bantu sebanyak 37,7% dan 0
5,7% responden membutuhkan pertolongan Mild depression Moderate Severe
orang lain dan peralatan atau alat bantu. depression depression

3) Hubungan tingkat depresi dengan tingkat Grafik.3.3 Distribusi Responden Tabel Silang menurut
kemampuan perawatan diri Kemampuan Perawatan Diri Makan * Tingkat depresi
pada pasien depresi di RSJD Surakarta
Grafik.3 Distribusi Responden Tabel Silang menurut
Kemampuan Perawatan Diri * Tingkat depresi pada Mandiri penuh
pasien depresi di RSJD Surakarta
Membutuhkan peralatan atau alat bantu
Membutuhkan peralatan atau alat bantu
Membutuhkan pertolongan orang lain untuk
Membutuhkan pertolongan orang lain bantuan, pengawasan, pendidikan
untuk bantuan, pengawasan, pendidikan

25 50
20 15 4 6 24 2 2
23 0
15 Mild depression Moderate Severe
10 14 depression depression

5 5 7 4 Grafik.3.4 Distribusi Responden Tabel Silang menurut


0
Mild depression Moderate Severe
Kemampuan Perawatan Diri Eliminasi * Tingkat
depression depression depresi pada pasien depresi di RSJD Surakarta

Grafik.3.1 Distribusi Responden Tabel Silang menurut


Kemampuan Perawatan Diri Mandi * Tingkat depresi
pada pasien depresi di RSJD Surakarta
Freyti Mariyani E. T., Sanfia Tesabela M., H. Sukardi / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.1 (2018) 10-20| 15

Membutuhkan peralatan atau alat bantu Surakarta. Nilai koefisien korelasi pearson
sebesar 0,617 yang artinya menunjukan bahwa
Membutuhkan pertolongan orang lain untuk arah korelasi positif dengan kekuatan kuat.
bantuan, pengawasan, pendidikan
Pembahasan
4) Tingkat Depresi Pada Pasien Di Rumah
50
Sakit Jiwa Daerah Surakarta
13 6 7 23 1 3 Penelitian ini dilakukan kepada 53 pasien
0
Mild depression Moderate Severe rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah
depression depression Surakarta dimana tingkat depresi
dikelompokkan menjadi empat yaitu tingkat
Grafik.3.1 Distribusi Responden Tabel Silang menurut
depresi minimal, rendah,sedang dan tinggi.
Kemampuan Perawatan Diri Secara Umum* Tingkat
depresi pada pasien depresi di RSJD Surakarta Pada tabel.1 di temukan bahwa tingkat
depresi yang paling banyak masuk dalam
Berdasarkan grafik di atas, dari 53 kategori moderate depression sebanyak 30
responden yang terbagi dalam 3 tingkat responden (56,6%). Tingkat depresi yang
depresi, paling banyak responden masuk
paling banyak ditangani oleh rumah sakit jiwa
dalam kategori moderate depression yaitu sendiri berada pada kategori moderate
sebanyak 56,6% responden. Pada tingkat depression. Penelitian terdahulu Sri Mariati
depresi ini 43,4% reponden membutuhkan
dkk (2015) di RSJ Kalimantan Barat dan
pertolongan orang lain untuk bantuan, Noorratri (2013) di RSJ Surakarta juga
pengawasan, pendidikan dalam perawatan diri mengungkap data serupa bahwa jumlah pasien
mandi dan berpakaian sedangkan untuk
dengan tingkat depresi sedang lebih banyak,
perawatan diri makan dan eliminasi terdapat masing-masing 60% dan 81.25%.
45,3% responden. Kemudian 13,2% lainnya Jumlah responden dengan tingkat depresi
hanya membutuhkan peralatan atau alat bantu
sedang lebih banyak dibandingkan dengan
dalam perawatan diri mandi dan berpakaian tingkat depresi yang lain dikarenakan pada
sedangkan untuk perawatan diri makan dan tingkat ini responden yang berada di ruang
eliminasi terdapat 11,3% reponden.
inap merupakan pasien yang sedang dalam
Tabel. 4 Analisis hubungan dengan uji pearson masa perawatan dan telah diberikan treatment
Tingkat seperti rehabilitasi (terapi musik, spiritual, dan
Depresi olahraga), terapi aktivitas kelompok dan
farmakologi, hal ini sesuai dengan yang
Mandi Korelasi ,522** dikemukakan oleh Lukluiyyati (2009),
Sig ,000 dimana terapi psikotrapi dapat digunakan
N 53 sebagai pilihan utama pada pasien yang
Berpakaian Korelasi ,567** mengalami depresi ringan atau sedang yang
Sig ,000 diberikan baik secara individu, kelompok atau
N 53 berpasangan bertujuan untuk menunda
Makan Korelasi ,738** terjadinya relapse selama menjalani terapi
Sig ,000 lanjutan pada depresi ringan sampai sedang.
N 53
Penelitian ini menemukan bahwa pemberian
Eliminasi Korelasi ,667**
terapi yang rutin dilakukan seperti rehabilitasi
Sig ,000
N 53
masih kurang efektif dilakukan karena
Secara Umum Korelasi ,617** pemberian terapi tidak sesuai dengan diagnosa
Sig ,000 sehingga mempengaruhi tingkat depresi pasien.
N 53 Sesuai dengan penelitian Desty (2012) bahwa
Hasil Uji Pearson diperoleh nilai sig kurang terapi yang dilakukan secara umum dan
dari α (< 0,05) maka H0 ditolak dan H1 bersamaan kepada seluruh pasien yang ada di
diterima yang berarti ada hubungan antara Ruang Rehabilitasi, sehingga pasien masih
tingkat kemampuan perawatan diri dengan belum bisa mengontrol gangguan yang diderita,
tingkat depresi pada pasien depresi di RSJD tetapi setelah dilakukan terapi yang sesuai
16 | Freyti Mariyani E. T., Sanfia Tesabela M., H. Sukardi / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.1 (2018) 10-20
dengan diagnosa terjadi peningkatan dalam mereka tidak semestinya dimana terdapat
mengendalikan gangguan yang dimiliki. responden yang tidak menggunakan baju saat
Lingkungan juga memiliki peran penting beraktivitas maupun beristirahat,
dalam proses penyembuhan pasien dengan menggunakan baju terbalik dan selain itu
depresi. Oki (2013) menyatakan semakin terdapat juga responden yang merasa nyaman
rendah tingkat penyesuaian diri dan dukungan dengan menggunakan baju berlapis-lapis dan
sosial maka semakin tinggi stres ketergantungan pada perawat dalam mengganti
lingkungannya. Melihat dari lingkungan pakaian dalam hal ini sendiri juga masih
responden di rumah sakit jiwa masih kurang membutuhkan bantuan dari perawat. Hasil
ideal dalam penyembuhan pasien depresi, penelitian kemampuan makan, 52,8%
dimana sebanyak 59,7% responden hampir responden berada pada kategori membutuhkan
selalu merasa gelisah dan tidak dapat tenang, pertolongan orang lain untuk bantuan,
sehingga memperlambat proses penyembuhan. pengawasan, pendidikan. Sesuai dengan
Maka dari itu, dalam proses penyembuhan observasi yang dilakukan saat makan,
seharusnya menciptakan lingkungan yang responden tidak dapat berperilaku makan
dapat membuat responden merasa akrab selayaknya orang normal dimana pada saat
dengan lingkungan yang diharapkan dan makan responden berantakan, selain itu
membuat pasien merasa senang dan nyaman perilaku tidak mencuci tangan sebelum makan
juga tidak merasa takut dengan lingkungannya. dan terkadang makan tidak pada tempatnya
Sesuai dengan Yosep (2009) bahwa terdapat seperti dilantai atau dikursi, selanjutnya yang
pengaruh yang kuat antara terapi lingkungan ditunjukan oleh beberapa responden yaitu
yang dimodifikasi dengan kemampuan mencuci tempat makan tidak menggunakan
adaptasi pada pasien selama masa perawatan sabun hanya mencucinya dengan air bersih
menyebabkan waktu perawatan menjadi saja sehingga perawat masih mengarahkan
berkurang. Lingkungan akan berpengaruh mereka untuk berperilaku makan yang baik
dalam proses penyambuhan untuk menurunkan dan benar. Hasil penelitian kemampuan
tingkat depresi mulai dari tingkat yang berat, eliminasi, 56,6% responden berada pada
sedang sampai ke ringan. kategori membutuhkan pertolongan orang lain
5) Tingkat Kemampuan Perawatan Diri Pada untuk bantuan, pengawasan, pendidikan.
Sesuai dengan observasi yang dilakukan saat
Pasien Depresi
eliminasi, responden masih memerlukan
Kemampuan responden dalam memenuhi
perawatan diri meliputi aktivitas mandi, pengawasan seperti menyiram toilet dan
membersihkan diri sehabis eliminasi.
berpakaian, makan, dan eliminasi dan
Dari hasil penelitian secara umum, tingkat
kemampuan perawatan diri secara umum pada
pasien depresi antara lain: kemampuan perawatan diri pasien depresi
paling banyak masuk dalam kategori
Hasil penelitian kemampuan mandi, 56.6%
membutuhkan pertolongan orang lain untuk
responden berada pada kategori membutuhkan
pertolongan orang lain untuk bantuan, bantuan, pengawasan, pendidikan yaitu
sebanyak 56,6%. Banyaknya jumlah
pengawasan, pendidikan. Sesuai dengan
responden yang memiliki tingkat kemampuan
observasi yang dilakukan saat mandi,
responden tidak menggunakan sabun namun perawatan diri dengan kategori ini dipengaruhi
oleh gangguan jiwa yang dialami. Pasien yang
hanya air saja. Selain itu, keinginan untuk
mengalami gangguan jiwa biasanya akan
mandi juga masih rendah dilihat dari frekuensi
mandi dimana beberapa responden hanya mengalami perubahan proses berfikir yang
mengakibatkan kemunduran dalam menjalani
mandi satu kali dalam sehari. Maka dari itu
kehidupan sehari-hari (Hanwari, 2011).
masih perlu perhatian dari perawat. Hasil
penelitian kemampuan berpakaian, 58,5% Dimana ditandai dengan hilangnnya motivasi
dan tanggung jawab. Dalam hal ini dapat
responden berada pada kategori membutuhkan
mengakibatkan gangguan dalam memenuhi
pertolongan orang lain untuk bantuan,
pengawasan, pendidikan. Sesuai dengan kebutuhan sehari-hari sehingga berdampak
kepada kemandirian klien, dan menyebabkan
observasi yang dilakukan saat berpakaian,
responden menujukan bahwa cara berpakaian
Freyti Mariyani E. T., Sanfia Tesabela M., H. Sukardi / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.1 (2018) 10-20| 17

klien harus bergantung kepada orang lain (Rini dapat berperilaku makan selayaknya orang
2016). normal dilihat dari cara makan yang
6) Hubungan Tingkat Depresi Dan Tingkat berantakan, tidak mencuci tangan sebelum
makan, makan tidak pada tempatnya seperti
Kemampuan Perawatan Diri
Gangguan depresif merupakan gangguan dilantai dan tidak membersihkan peralatan
makan dengan sabun. Berbeda dengan pada
medik serius menyangkut kerja otak, bukan
tingkat mild depression, responden kategori ini
sekedar perasaan murung atau sedih dalam
beberapa hari. Gangguan ini menetap selama memiliki cara makan yang lebih baik, namun
mereka masih memiliki kekurangan dalam
beberapa waktu dan mengganggu fungsi
perilaku makan contohnya hanya berantakan
keseharian seseorang (Muchid, 2007). Salah
satu faktor yang mempengaruhi kemampuan atau tidak mencuci tangan. Sehingga pasien
pada tingkat depresi moderate depression
dalam melakukan aktivitas sehari-hari adalah
membutuhkan perhatian dan pengawasan yang
fungsi psikologi karena jika terjadi gangguan
pada fungsi ini khususnya terjadi gangguan lebih dibandingkan dengan pasien yang berada
pada tingkat depresi mild depression.
interpersonal dapat mengakibatkan disfungsi
Pada tingkat kemampuan perawatan diri
dalam penampilan peran dan dapat
mempengaruhi dalam pemenuhan aktifitas eliminasi juga memiliki hubungan yang kuat
dengan tingkat depresi, dimana eliminasi
sehari-hari (Hardywinoto, 2007).
merupakan aktivitas yang paling sering
Grafik.3 menunjukkan bahwa jumlah
tertinggi responden yaitu 56,6% responden dilakukan oleh responden. Terdapat perbedaan
perilaku antara responden yang memiliki
masuk dalam kategori moderatly depression
tingkat depresi dengan kategori moderate
dan memiliki tingkat kemampuan perawatan
diri: mandi, berpakaian, makan, eliminasi dan depression dan mild depression. Responden
dengan kategori moderate depression masih
secara umum pada kategori membutuhkan
memerlukan pengawasan untuk menyiram
pertolongan orang lain untuk bantuan,
pengawasan dan pendidikan. Menurut Lubis toilet dan membersihkan diri sehabis eliminasi
sedangkan 28.3% responden kategori mild
(2009), kategori moderate Depression yaitu
depression menunjukan kemandirian penuh
mood yang rendah berlangsung terus dan
individu mengalami gejala fisik juga walaupun dalam melakukan aktivitas eliminasi.
Kemudian pada tingkat kemampuan
berbeda-beda tiap individu. Hasil uji Pearson
perawatan diri mandi dan berpakaian memiliki
menunjukkan hubungan yang signifikan antara
tingkat depresi dengan tingkat kemampuan hubungan yang relatif sedang dengan tingkat
depresi. Hal ini dikarenakan aktivitas kegiatan
perawatan diri pada pasien di RSJ Surakarta.
mandi dan berpakaian memiliki tingkat
Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa
semakin tinggi tingkat depresi responden maka frekuensi yang minim, seperti hanya sekali
dalam sehari. Tingkat depresi juga
semakin tinggi tingkat ketergantungan untuk
mempengaruhi perilaku perawatan diri mandi
melakukan perawatan diri yang meliputi
mandi, berpakaian, makan, eliminasi dan dan berpakaian, dimana pada tingkat depresi
kategori moderate depression masih
secara menyeluruh; dan sebaliknya semakin
membutuhkan bantuan dan pengawasan orang
ringan tingkat depresi maka semakin rendah
tingkat ketergantungan untuk perawatan diri lain dikarenakan keinginan mandi yang masih
sangat kurang dibandingkan dengan tingkat
dengan kata lain mandiri. Hasil penelitian ini
depresi pada kategori mild depression. Pada
sesuai dengan penelitian Nauli (2014) yang
mengemukakan bahwa responden yang kategori ini responden memiliki keinginan
mandi yang baik hanya saja perilaku mandi
mengalami depresi berat memiliki tingkat
masih kurang baik dimana mereka terkadang
kemandirian sangat tergantung sedangkan
responden dengan tingkat depresi sedang mandi tidak menggunakan sabun namun
mereka hanya menggunakan air saja.
memiliki tingkat kemandirian tergantung.
Tingkat depresi memiliki pengaruh yang
Hubungan yang paling kuat ditunjukkan
adalah antara tingkat depresi dengan tingkat kuat terhadap tingkat kemampuan perawatan
diri secara umum. Hal ini dilihat dari
kemampuan perawatan diri makan. Pada
kemampuan responden yang mengalami
tingkat moderate depression, responden tidak
18 | Freyti Mariyani E. T., Sanfia Tesabela M., H. Sukardi / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.1 (2018) 10-20
kesulitan dalam melakukan aktifitas sehari- tergolong dalam kategori moderate depression
hari. Tingkat kemampuan perawatan diri atau tingkat depresi sedang.
secara umum memiliki perbedaan sesuai 2. Jumlah responden yang membutuhkan
dengan tingkat depresi dimana dalam kategori pertolongan orang lain untuk bantuan,
Moderate depression dan severe depression pengawasan, pendidikan pada tingkat
kemampuan perawatan diri: mandi 32
responden membutuhkan bantuan, pengawasan,
responden (60,4%) , berpakaian 31 responden
pendidikan dan alat bantu dalam memenuhi (58,5%) dan makan 28 responden (52,8%)
perawatan diri secara umum, sedangkan kemudian tingkat kemampuan perawatan diri:
tingkat depresi kategori mild depression dari eliminasi responden yang membutuhkan
35,8% hanya 11,3% responden yang peralatan atau alat bantu sebanyak 30
membutuhkan pertolongan orang lain untuk responden (56,6%). Secara umum tingkat
bantuan, pengawasan, pendidikan, selebihnya kemampuan perawatan diri responden
hanya memerlukan alat bantu karena terbanyak adalah responden yang
responden dapat memenuhi perawatan dirinya membutuhkan pertolongan orang lain untuk
secara umum dengan mandiri tanpa bantuan bantuan, pengawasan, pendidikan, sebanyak
orang lain. Maka dari itu perawatan diri secara 56,6%.
3. Hasil Uji Pearson diperoleh nilai sig 0.000
umum dipengaruhi oleh tingkatan depresi yang
maka H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya
dialami oleh responden. bahwa ada hubungan antara tingkat kemampuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat perawatan diri dengan tingkat depresi pada
kemampuan perawatan diri adalah praktik pasien depresi di RSJD Surakarta. Nilai
sosial, pilihan pribadi, citra tubuh, status sosial koefisien korelasi pearson sebesar 0,617 yang
ekonomi, kepercayaan dan motivasi kesehatan, artinya menunjukan bahwa arah korelasi positif
variabel budaya, dan kondisi fisik dan mental. dengan kekuatan kuat.
Pasien yang memiliki gangguan mental akan Maka dari itu perhatian terhadap kesehatan
tidak memiliki energi untuk melakukan jiwa harus ditingkatkan terkhususnya depresi
hygiene (Potter, 2009). Keterbatasan dimana dari tahun ketahun angka kejadian
perawatan diri biasanya diakibatkan karena depresi semakin meningkat selain itu dalam
stressor yang cukup berat dan sulit ditangani bidang keperawatan penelitian ini juga dapat
sehingga tidak ada keinginan mengurus atau menjadi masukan kepada proses perawatan
merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, pasien dengan gangguan kesehatan jiwa
berpakaian, berhias, makan, maupun eliminasi. depresi. Bagi bidang pendidikan keperawatan
Sesuai dengan Nuning (2009), kehidupan penelitian ini bisa dijadikan sumber untuk
sehari-hari yang beraturan, menjaga penelitian yang berkaitan mengenai depresi.
kebersihan tubuh, makanan yang sehat, banyak Kekurangan dari penelitian ini adalah
menghirup udara segar, olahraga, istirahat penelitian ini tidak memandang segala aspek
cukup, merupakan syarat utama dan perlu kehidupan seperti aspek dukungan keluarga
mendapat perhatian. Menurut Ausril (2008) ataupun motivasi sehingga penelitian
depresi menempati urutan ketiga pengaruhnya selanjutnya bisa menggunakan aspek
terhadap disabilitas fisik. Disabilitas fisik yang dukungan keluarga dan motivasi pada pasien
dimaksud meliputi gangguan penglihatan, depresi dalam pemenuhan perawatan diri.
gangguan pendengaran, gangguan mobilisasi,
DAFTAR PUSTAKA
kesulitan berpakaian, berjalan terganggu,
Craven, F.R, & Hirnle, J.C. Fundamentals of
kesulitan toileting, kesulitan mandi, kesulitan
nursing: Human health andfunction.(5 th
merapikan diri, pola tidur terganggu, ed). Philadelphia: Lippincott William &
kelemahan otot ekstremitas bawah, dan Wilkins; 2007.
kelemahan otot ekstremitas atas.
Departemen Kesehatan RI. Pharmaceutical
KESIMPULAN care untuk penderita depresi [Internet].
Dari penelitian yang dilakukan dapat 2007. [diakses pada 29 November 2016].
disimpulkan bahwa : Dari
1. Dari 53 responden penelitian yang merupakan http://www.binfar.depkes.go.id/bmsimage
pasien Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
s/13615 17835.
dengan depresi, 30 responden atau 56.6%
Freyti Mariyani E. T., Sanfia Tesabela M., H. Sukardi / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.1 (2018) 10-20| 19

Desty Emilyani. Peningkatan Kemampuan Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar


Mengendalikan Halusinasi Pada Pasien Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 4.
Skizofrenia Dengan Terapi Aktivitas Jakarta: Sagung Seto; 2011.
Kelompok Menggunakan Pendekatan
Sixtine Agustiana Fahmi. Tingkat Kecemasan
Health Belief Model Di Rumah Sakit Jiwa Dan Depresi Pada Penderita Geographic
Propinsi NTB. 2012
Tongue (Studi Epidemiologi Pada
Fidora I. Faktor-faktor kinerja yang Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi
berhubungan dengan pelaksanaan standar Universitas Jember) Jawa Tengah:
operasional (SOP) sindromdefisit Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi
perawatan diri pasien oleh perawat Universitas Jember; 2015.
pelaksana di RSJ Prof.Dr.HB.Sa’anin
Sri Mariati, Marlenywati, Indah Budiastutik.
Padang pada tahun 2010. Padang : Jurnal Hubungan Antara Asupan Energi, Asupan
FK Unand; 2010.
Protein Dan Tingkat Depresi Dengan
Ismail R. I, Siste K. Gangguan Depresi, Dalam Status Gizi Pasien Gangguan Jiwa (Studi
Elvira,Silvia D., Hadisukanto, Gitayanti, di Rumah Sakit Jiwa Propinsi Kalimantan
Buku Ajar Psikiatri, Jakarta: Fakultas Barat) Peminatan Gizi Kesehatan
Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Pontianak
Kaplan, Sadock. Sinopsis Psikiatri: Ilmu
Pengetahuan Psikiatri Klinis. (Jilid 1). Vol 2, No 3. Pontianak: Universitas
Muhammadiyah Pontianak; 2015.
Jakarta: Bina Rupa Aksara; 2007.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan
Keliat, Budu Anna. Keperawatan Kesehatan
Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC; 2011. (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta; 2013.
Lukluiyyati N R. Pola Pengobatan Pasien
Depresi Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Wilkinson, Judith M. Nursing Diagnosis
Handbook with NIC Interventions and
Rm. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah
NOC Outcomes. 8th Ed. Upper Saddle
Tahun 2009. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta; 2009. River, New Jersey: Prentice Hall Health;
2008.
Namora Lumongga Lubis. Depresi, Tinjauan
Psikologis. Jakarta: Kencana; 2009. Wilkinson. Diagnosa Keperawatan. Jakarta:
EGC; 2007.
Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010. World Health Organization. Depression
[Internet]. 2010. [diaskes pada 28
Oki Tri Handono, Khoiruddin Bashori. November 2016]. dari
Hubungan Antara Penyesuaian Diri Dan http://library.who.edu.au/~sthomas/papers
Dukungan Sosial Terhadap Stres /perseff.html.
Lingkungan Pada Santri Baru Oki Tri
Handono, Khoiruddin Bashori. Empathy, World Health Organization. Health education:
Theoretical concepts, effective strategies
Jurnal Fakultas Psikologi Vol. 1, No 2,
Desember 2013 Issn : 2303-114x. and core competencies. Cairo : WHO
Regional Office for the Eastern
Ramawati, Dian. Faktor-Faktor Yang Mediterranean Publishers [Internet]. 2012.
Berhubungan Dengan Kemampuan [diaskses pada 29 November 2016]. Dari
Perawatan Diri Anak Tunagrahita Di www.emro.who.int.
Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Jawa
Tengah: FIK UI; 2011. Yosep I. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT
Refika Aditama; 2013.
Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas). (2013).
Yosep, Iyus. Keperawatan Jiwa, edisi revisi.,
Badan Penelitian dan Pengembangan
Bandung: PT. Refika Aditama; 2009.
Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.
Hawari, Dadang. Manajemen Stres, Cemas
dan Depresi. Jakarta: FKUI; 2011.
20 | Freyti Mariyani E. T., Sanfia Tesabela M., H. Sukardi / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9 No.1 (2018) 10-20
Rini, A. S. Activity Of Daily Living (Adl) pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Untuk Meningkatkan Kemampuan Rawat Tembilahan Hulu. Jurnal Keperawatan
Diri Pada Pasien Skizofrenia Tipe Soedirman, 9(2), 86-93. 2014.
Paranoid. Jurnal Dinamika
Potter P A, Perry A G. Fundamental of
Penelitian, 16(2), 202-220. 2016.
Nursing: Concept, Process, and Practice.
Hardywinoto, Setiabudhi. Panduan 7th Ed. Singapore: Elsevier, Inc; 2009.
Gerontologi. Jakarta: Pustaka Utama;
Nuning. Carring & Communicating. Jakarta:
2007.
EGC; 2009.
Lubis, Namora Lumongga. Depresi Tinjauan
Ausril R. Pengaruh umur, depresi dan
Psikologis. Jakarta: Kencana Prenada demensia terhadap disabilitas fungsional
Media Group; 2009.
lansia (adaptasi model sistem neuman).
Nauli F A. Yuliatri E, Savita, R. Hubungan 2008. [Internet] [diakses pada 25 Mei
Tingkat Depresi dengan Tingkat 2017] dari http://ina-ppni.or.id/index.php.
Kemandirian dalam Aktifitas Sehari-hari

Anda mungkin juga menyukai