Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH POSISI MIRING UNTUK MENGURANGI

LUKA TEKAN PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN PERSYARAFAN

1
Nuh Huda

Abstract: Prevention of pressure ulcer is an important matter that must done by a


nurse, especially in patients with neurological disorders with decreased ability to
mobilize / parese. Evidence Based Nursing Practice (EBNP) became one of the
methods used in this study, conducted on 20 patients with parese, with the level of
muscle strength is less than 3, for 3 weeks, in the Stroke Unite of Cipto
Mangunkusumo Hospital Jakarta. The application of this methode was by setting of
30 degrees in a tilted position to prevent first grade of pressure wound. The
incidences of pressure ulcer were avaluated every day on the bone bumps. And the
results were 19 patients do not got pressure wound, while one person got first grade.

Keywords: setting 30-degree lateral position, pressure ulcer, immobilization

Latar Belakang mengganggu pergerakan (aktivitas)


(Smeltzer & Bare, 2005).
Parese merupakan manisfestasi Salah satu dampak imobilisasi
dari penyakit yang disebabkan oleh adalah dekubitus. Dampak lain dapat
gangguan persyarafan (Wilkinson, timbul rasa marah, benci pada diri
1999). Parase yang terjadi memberikan sendiri dan perasaan tidak berguna
gambaran bahwa adanya kelainan atau karena akan selalu bergantung pada
lesi sepanjang traktus piramidalis. Lesi orang lain. Untuk mengatasi
ini dapat disebabkan oleh berkurangnya ketidakmampuan pasien tersebut, maka
suplai darah, kerusakan jaringan oleh diperlukan penatalaksanaan berupa
trauma atau infeksi, ataupun penekanan pemberian asuhan keperawatan dan
langsung dan tidak langsung oleh massa program rehabilitasi guna meningkatkan
hematoma, abses, dan tumor. Hal kemampuan pasien minimal merawat
tersebut selanjutnya akan diri sendiri dan mencegah komplikasi
mengakibatkan adanya gangguan pada akibat imobilisasi tersebut.
tractus kortikospinalis yang Pasien dengan gangguan
bertanggung jawab pada otot-otot persyarafan seringkali disertai dengan
anggota gerak atas dan bawah. Sehingga adanya penurunan kemampuan dalam
seseorang akan mengalami penurunan mobilisasi (parese). Suryadi (2004)
kemampuan dalam mobilisasi, dimana membuktikan bahwa imobilisasi
seseorang tidak dapat bergerak secara menjadi faktor yang signifikan
aktif/bebas karena kondisi yang menyebabkan luka tekan (Sari, 2007).
Sesuai dengan asal katanya, luka tekan
Pengaruh Posisi Miring Untuk Mengurangi Luka Tekan Pada Pasien Dengan Gangguan Persyarafan
(Nuh Huda)

adalah luka akibat adanya tekanan. Hasil Penelitian


Tekanan merupakan faktor penyebab
yang paling utama akan terbentuknya Pelaksanaan pemberian posisi
luka tekan. Mekanisme timbulnya luka miring 30 derajat tersebut, pasien
tekan ini berawal dari adanya tekanan dilakukan perubahan posisi secara
yang intensif, lama, dan berkurangnya berkala setiap 2 jam. Yaitu mulai jam
toleransi jaringan (Bryant, 2000). 08,00 – 10.00 wib pasien di miringkan
Kemampuan tubuh dalam mentoleransi kearah kanan, kemudian jam 10.00-
tekanan tersebut dapat dipengaruhi oleh 12.00 wib pasien di terlentangkan, dan
berkurangnya massa otot, terjadinya jam 12.00-14.00 wib pasien di
penurunan fungsi tubuh, dan kondisi miringkan kearah kiri, dan seterusnya
pembuluh darah yang mendistribusikan seperti itu . Observasi dilakukan setiap
kebutuhan nutrisi dan oksigen ke hari yaitu dengan melakukan
jaringan tersebut. Pencegahan luka pemeriksaan dan penilaian terhadap
tekan sebaiknya lebih berfokus pada terjadinya luka tekan yang dialami pada
upaya mencegah tekanan yang pasien tersebut. Observasi pada setiap
berlebihan dan terus menerus disamping pasien dilakukan sampai 6 hari
memperbaiki faktor-faktor resiko perawatan. Daerah yang diobservasi
lainnya. Perawat spesialis mempunyai adalah terutama daerah tulang-tulang
peran yang sangat penting dalam upaya yang menonjol yaitu daerah belakang
mencegah terjadinya luka tersebut. kepala, sacrum, iskium, koksik, tumit
Salah satu hal yang bisa dilakukan dan trokanter. Kondisi yang diobservasi
adalah dengan pengaturan posisi yang mencakup perabaan kulit yang hangat,
benar dan baik, Salah satu posisi yang adanya perubahan konsistensi jaringan
bisa diterapkan adalah dengan lebih keras atau lunak, adanya
pengaturan posisi lateral 30 derajat. perubahan sensasi dan adanya kulit yang
Posisi ini diharapkan dapat mengurangi berwarna merah (Braden, 2001). Dari 20
resiko terjadinya luka pada pasien yang pasien yang di observasi tersebut
mengalami penurunan kemampuan didapatkan hasil sebagai berikut : 1)
gerak tersebut. Tujuan penelitian ini Jenis kelamin laki-laki 15 orang dan 5
adalah untuk mengetahui pengaruh perempuan, 2). Usia antara
posisi miring dalam pencegahan luka 45 tahun sampai 75 tahun 3).
tekan pada pasien stroke yang Hemiparese kanan 12 orang dan
mengalami kelemahan. hemiparese kiri 8 orang. 4). Kekuatan
otot yang lemah antara 0-3.
Bahan dan Metode Penelitian Sebelum dilakukan pemberian
posisi lateral 30 derajat, sebelumnya
Metode penelitian adalah pasien di lakukan observasi pada
prospektif cohort, besar sampel daerah-daerah yang beresiko terkena
sebanyak 20 responden, yang diambil luka dekubitus, dengan menggunakan
secara purposive sampling, di unit skala braden, dari observasi ini
stroke RS. Cipto Mangunkusumo didapatkan hasil bahwa 20 pasien yang
Jakarta. Dengan kriteria pasien diobservasi beresiko mengalami luka
mengalami parese ekstremitas, tekan dengan rentang nilai skala 8- 16.
gangguan gerak, kekuatan otot kurang Pada skala braden bila didapatkan
3. Analisa data menggunakan Chi rentang skor nilai > 18, maka pasien
square dengan tingkat kepercayaan tidak beresiko mengalami luka tekan,
95%. tetapi bila skor nilai ≤18, maka pasien

29
Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2015

mengalami resiko terjadi luka tekan. pembuktian berdasarkan kaidah ilmiah


Kemudian observasi ini dilakukan penelitian yang dirangkai menjadi satu
setiap hari (brown, 2004). dan kemudian diaplikasikan dalam
Semua pasien tersebut diberikan tatanan nyata. EBNP yang telah
posisi lateral 30 derajat yang disanggah dilakukan adalah memberikan posisi
dengan bantal, kemudian dilakukan miring 30 derajat untuk mencegah
perubahan posisi dari miring kanan, terjadinya luka tekan pada psien yang
terlentang dan miring kiri setiap 2 jam. mengalami hemiparese.
Kemudian dilakukan observasi setiap Berdasarkan data dari 20 pasien
hari. Hasil yang didapatkan pada hari ke yang dilakukan posisi miring 30 derajat,
1, didapatkan bahwa 20 pasien beresiko 19 orang bebas dari resiko terjadinya
terjadi luka tekan dengan skala braden luka tekan, sedangkan 1 orang luka
skor nilai yang didapatkan adalah 17 tekan Gr I. Dari data tersebut masih
orang skor 10, 2 orang skor 12 dan 1 terdapat 1 orang yang mengalami
orang skor 15. Pada observasi hari ke 5 kejadian luka tekan yang terdapat di
didapatkan data bahwa 15 pasien skala daerah sakrum yang ditandai dengan
braden skor 18, 3 orang skor 16 dan 2 kulit tampak intak, tampak kemerahan
orang skor 17. dan hangat dnegan perabaan. Penyebab
Observasi hari ke 10 didapatkan dari hal ini karena faktor toileting yang
data bahwa 19 orang nilai skala braden kurang bagus yang ditandai selalu
dengan skor >18, 1 orang skor 15 dan terdapat rembesan pada pampers saat
mengalami luka tekan grade 1, yaitu di observasi pagi hari. Hal inilah yang
daerah sakrum, yang tampak terjadi memicu terjadinya iritasi pada daerah
kemerahan dan luka grade 1, ditandai lokal tersebut sehingga menimbulkan
dengan kemerahan, terdapat intak dan kerusakan pada daerah tersebut. Salah
hangat pada lokasi sakrum. Hal tersebut satu aspek penting dalam pelayananan
terjadi pada pasien ini karena kurangnya keperawatan adalah menjaga dan
upaya melakukan kebersihan toileting mempertahankan kulit pasien agar
pada daerah punggung, hal ini terbukti senantiasa terjaga dan utuh. Intervensi
pada saat dilakukan observasi pada pagi dalam perawatan kulit pasien akan
hari selalu didapatkan adanya rembesan menjadi salah satu indikator dalam
air kencing di pempers dan banyaknya kualitas pelayanan keperawatan yang
keringat yang ada ditubuh pasien, diberikan. Kerusakan integritas kulit
sehingga memudahkan terjadinya iritasi dapat disebabkan karena trauma pada
pada pasien tersebut yang kemudian kulit, tertekannya kulit dalam waktu
terjadi luka tekan. yang lama, sehingga menyebabkan lesi
primer yang dapat memperburuk dengan
Pembahasan cepat menjadi lesi sekunder, seperti pada
luka tekan atau dekubitus. Akibat dari
Evidence based nursing practice kerusakan integritas kulit tersebut, akan
(EBNP) dapat membantu seorang membutuhkan asuhan keperawatan yang
perawat dalam mengimplementasikan lebih luas (Potter dan Perry, 2005).
hasil penelitian sekaligus melakukan
penelitian lanjutan atau penelitian ulang Defflor, T Vanderwee (2006)
yang didasarkan pada keilmuan mengatakan bahwa luka tekan
penelitian keperawatan yang dapat merupakan suatu jaringan nekrosis pada
dipertanggung jawabkan secara ilmiah. area yang terlokalisasi dan cenderung
EBNP merupakan salah satu metode untuk terus menekan jika jaringan lunak

30
Pengaruh Posisi Miring Untuk Mengurangi Luka Tekan Pada Pasien Dengan Gangguan Persyarafan
(Nuh Huda)

tertekan dalam jangka waktu yang lama. ditempatkan memanjang diantara kedua
Dengan demikian dapat disimpulkan kaki.
bahwa luka tekan adalah lesi iskemik Maklebust dalam ”rule of 30”
kulit dan jaringan lunak dibawahnya dimana posisi kepala tempat tidur
yang terlokalisasi dan cenderung untuk ditinggikan sampai dengan 30 derajat
meluas jika diberi tekanan yang dapat dan posisi badan pasien dimiringkan
merusak aliran darah dan limfe dalam sebesar 30 derajat dapat disanggah
jangka waktu yang lama, tekanan yang dengan bantal. Posisi ini terbukti
diberikan akan mengganggu suplai menjaga pasien terbebas dari penekanan
darah kedaerah yang tertekan sehingga pada area trokanter dan sakral (NPUAP,
menimbulkan kematian jaringan. Faktor 1996). Aplikasi dari posisi miring 30
lain yang dapat mengakibatkan luka derajat ini cukup dapat dilakukan oleh
tekan adalah hemiparese. Kerusakan perawat, mengingat tidak diperlukan
saraf yang dapat menyebabkan parese energi yang besar untuk memiringkan
mungkin di dalam otak atau batang otak pasien. Pemberian posisi yang benar
(pusat sistem saraf) atau mungkin di sangatlah penting dengan sasaran utama
luar batang otak (sistem saraf perifer). pemeliharaan integritas kulit yang dapat
Lebih sering penyebab kerusakan pada mengurangi tekanan, membantu
otak adalah : stroke, tumor, truma kesejajaran tubuh yang baik, dan
(disebabkan jatuh atau pukulan), mencegah neuropati kompresif
multiple sclerosis (penyakit yang (Smeltzer & Bare, 2002). Pengaturan
merusak bungkus pelindung yang posisi bukan semata-mata merubah
menutupi sel saraf), serebral palsy posisi pasien berbeda dari posisi
(keadaan yang disebabkan injuri pada sebelumnya, melainkan membutuhkan
otak yang terjadi sesaat setelah lahir), teknik-teknik tertentu agar tidak
gangguan metabolik (gangguan dalam menimbulkan masalah luka tekan yang
penghambatan kemampuan tubuh untuk baru.
mempertahankannya). EBN yang telah dilakukan dapat
Berdasarkan evidenced based disimpulkan bahwa pemberian posisi
yang telah dikemukakan sebelumnya, miring 30 derajat pada pasien yang
terbukti bahwa luka tekan dapat mengalami kelemahan anggota gerak
dicegah. Salah satu rekomendasi yang dapat mencegah resiko terjadinya luka
ditawarkan yakni pengaturan posisi. tekan
Saat ini telah dikembangkan bentuk Penelitian dilakukan oleh
pengaturan posisi yang dikenal sebagai Tarihoran E, (2010). Yang berjudul
posisi miring 30 derajat. (Bryant, 2000 pengaruh posisi miring 30 derajat
dalam Young, 2004) menjelaskan terhadap kejadian luka tekan grade I
tentang bagaimana mengatur posisi pada pasien stroke di RS Siloam
miring 30 derajat pada pasien guna Jakarta. Dengan metode quasy
mencegah terjadinya luka tekan. eskperimen, pada 33 responden yang
Prosedur yang dilakukan, pasien terbagi dalam 2 group yaitu kelompok
ditempatkan persis ditengah tempat control 16 responden dan kelompok
tidur, dengan menggunakan bantal intervensi 17 responden. Gambaran
untuk menyanggah kepala dan leher, karakteristik dari 33 responden
selanjutnya tempatkan satu bantal pada penelitian dimana rata-rata usia
sudut antara bokong dan matras, dengan responden adalah 65 tahun, dengan usia
cara miringkan panggul setinggi 30 paling muda adalah 45 dan yang tertua
derajat. Bantal yang berikutnya 85 tahun. Intervensi yang dilakukan

31
Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April 2012

adalah dengan posisi miring kearah mencegah terjadinya luka tekan Gr I


yang mengalami hemiplegic adalah 1 pada pasien yang mengalami
jam kemudian terlentang 2 jam dan imobilisasi.
miring kearah yang sehat 2 jam. Penelitian lain dilakukan oleh
Didapatkan hasil bahwa Vanderwee (2006) tentang
pemberian posisi miring 30 derajat Effectiveness of turning with unequal
untuk mencegah kejadian luka tekan, time intervals on the incidence of
ditemukan bahwa terdapat 6 (37.5%) pressure ulcer lesions K. Vanderwee
responden pada kelompok kontrol (2006). Dengan menggunakan studi
mengalami luka tekan. Sedangkan pada eksperimen pada 235 responden yang
kelompok intervensi terdapat 1 (5.9%) terbagi dalam 2 group, yaitu 122
responden terjadi luka tekan. Hasil uji responden sebagai kelompok
statistik diperoleh nilai p= 0.039, eksperimen dan 113 responden sebagai
disimpulkan bahwa ada hubungan yang kelompok control, penelitian ini
signifikan antara pengaturan posisi dilakukan pada tahun 2003 – 2005.
dengan kejadian luka tekan. Diperoleh Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pula nilai OR= 9.600, artinya responden 16,4 % pada kelompok eksperimen
yang tidak diberi perlakuan posisi mengalami luka tekan (gr 2-4).
miring 30 derajat mempunyai peluang Sedangkan 21,2 % terjadi luka tekan
9.6 kali untuk terjadi luka tekan pada kelompok control. Juga disebutkan
dibanding dengan responden yang bahwa tidak ada perbedaan yang
diberi perlakuan posisi miring 30 signifikan secara statistic antara reposisi
derajat. Pada kelompok intervensi 2 jam miring kanan, 4 jam terlentang
ditemukan satu orang responden yang dan 2 jam miring kiri dengan perubahan
mengalami luka tekan grade I (Non posisi secara bergantian setiap 4 jam.
Blanchable Erythema) pada area
sakrum di daerah kuadran kanan atas. Simpulan
Sedangkan pada kelompok control ada 6
responden yang mengalami luka tekan Luka tekan menjadi hal yang
grade I (Non Blanchable Erythema) harus diwaspadai terutama pada pasien
masing-masing dengan lokasinya: yang mengalami kelemahan gerak.
trokanter kanan, trokanter kiri + siku Pemberian posisi miring/lateral 30
kiri, Trokanter kiri + tumit kiri, tumit derajat yang dilakukan secara continue
kiri, trokanter kanan + siku kanan, dan benar akan memberikan dampak
sakrum kuadran kanan atas. yang bagus terhadap pasien yang
Penelitian yang dilakukan oleh mengalami kelemahan anggota gerak
Young,T (2004) tentang perbandingan yaitu mencegah dan mengurangi adanya
posisi miring 30 derajat dengan miring luka tekan.
90 derajat pada 46 pasien. Intervensi
yang dilakukan adalah dengan Saran
memberikan posisi miring pada 23
pasien dengan posisi miring 30 derajat Diharapkan perawat seharusnya
dan 23 pasien lainnya dengan posisi mampu memberikan asuhan
miring 90 derajat. Yang dilakukan untuk keperawatan yang professional
mencegah luka tekan Gr I (non diantaranya adalah melakukan
blancakble Erythema). Hasil dari pencegahan luka tekan dengan tekhnik
penelitian ini adalah bahwa posisi posisi lateral/miring 30 derajat, dan
miring 30 derajat lebih efektif

32
Pengaruh Posisi Miring Untuk Mengurangi Luka Tekan Pada Pasien Dengan Gangguan Persyarafan
(Nuh Huda)

dilakukan perubahan posisi setiap 1-2 ulcer prevention and repositioning.


jam pada posisi yang sehat dan 15-30 Retrieved from http:// www.ahrq
menit pada posisi yang mengalami .gov/qual/nursehdbk/pdf. March 5,
kelemahan/parese. 2010.
Sari, Y. (2007). Luka Tekan: Penyebab
dan Pencegahan. Retrieved from
DAFTAR PUSTAKA www.ppni.com February 4, 2010
Smeltzer Bare. (2005). Medical Surgical
Young. (2004). The 30 ° tilt position vs Nursing. Philadelpia:Sounder.
the 90 ° lateral and supine positions Tarihoran, E. (2010). pengaruh posisi
in reducing the incidence of non miring 30 derajat terhadap kejadian
blanching erythema in a hospital luka tekan grade I pada pasien stroke
inpatient population. Journal of di RS Siloam Jakarta. thesis: FKUI
tissue viability. Volume: 14 (tidak dipublikasikan).
Number: 3 Retrieved from NPUAP (National Pressure Ulcer
http://www. ebscohost.com/uph.edu Advisory Panel. (1996). Quick
on February 2, 2010 reference guide. Retrieved from
Brown. (2004). The Braden scale: A www.npuap.org/guidelines on
review of the research evidence. February 2, 2010.
Retrievedfromhttp://journals.www. NPUAP-EPUAP (National Pressure
com/orthopaedicnursing/Abstract/2 Ulcer Advisory Panel-European
004 on March 1, 2010. Pressure Ulcer Advisory Panel).
Bryant, R. (2000). Acute and chronic (2009). Quick reference Guide
wound: Nursing management. Washington DC.
Mosby: St. Louis.
Braden, B. (2001). Protocols by levels Vanderwee, K., Grypdonck., Bacquer,
of the risks: Braden scale. Deefloor, T. (2006). Effectiveness
Retrieved from http:// of turning with unequal time
www.bradenscale.com/ulcers on intervals on the incidence of
March 13, 2010. pressure ulcer lesions. Journal of
Defloor, T., Vanderwee, K., Wilborn, D., advanced nursing Volume: 57 Page
Dassen, T. (2006). Pressure 59-68. Retrieved from
http://www.ebscohost.com/uph.edu
on February 5, 2010.

1 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan


STIKES Hang Tuah Surabaya

33

Anda mungkin juga menyukai