1. Salbutamol
selektif pada reseptor β2 yang biasa digunakan sebagai terapi asma akut dan
mempunyai onset cepat atau biasanya disebut sebagai Short Acting β2-
sifat inert (Qureshi et al., 2005). Efek pro-inflamasi diberikan oleh adanya
2. Terbutalin
dengan salbutamol, dan profil efek samping yang mirip dengan yang dari
salbutamol pada dosis setara yang juga termasuk SABA (Cathomas et al.,
2006). Terbutalin ada dalam dua bentuk stereoisometric tetapi hanya (-)-
obat ini diserap dalam saluran nafas. Sisanya ditelan dan diserap di saluran
3. Formoterol
tersedia dalam bentuk campuran rasemat dimana yang bekerja aktif adalah
15 menit (Shapiro et al., 2002). Inhalasi formoterol sangat cepat di absorbsi dengan OOA cepat
dalam 3 menit dan DOA panajang seperti salbutamol yaitu 12 jam. Banyak
melalui urin dalam bentuk obat utuh. Obat ini memiliki t1/2 eliminasi setelah
Xanthine Derivate
1. Pentoxifilline
2. Teofiline
Mekanisme kerja teofillin menghambat enzim nukleotida siklik
fosfodiesterase (PDE). PDE mengkatalisis pemecahan AMP siklik menjadi 5’AMP dan GMP siklik
menjadi 5’-GMP. Penghambatan PDE menyebabkan
sinyal melalui jalur ini. Teofilin merupakan suatu antagonis kompetitif pada
memperkuat mediator yang diinduksi secara imunologis dari sel must paru-paru
(Goodman & Gilman, 2007). Teofilin merupakan perangsang SSP yang kuat,
3. Aminofiline
siklik AMP intrasel meningkat. Hal ini akan merelaksasi otot polos bronkus dan
mencegah pelepasan mediator alergi seperti histamin dan leukotrin dari sel mast.
Selain itu metil ksantin juga menghambat bronkokonstriksi yang disebabkan oleh
Indikasi obat ini adalah obstruksi jalan napas reversibel, asma akut berat,
saluran cerna, sakit kepala, insomnia, aritmia dan konvulsi terutama bila diberikan
intravena cepat (Anonim, 2000). Serta memiliki efek pada sistem saraf pusat dan
samping yang tidak diinginkan, karena itu teofilin digolongkan sebagai obat ketiga
untuk terapi asma. Selain itu, teofilin juga dapat berinteraksi dengan banyak obat