OLEH:
RAHMAWATI (20181880019)
2019/202
1|Page
HALAMAN PERSETUJUAN
Hari :
Tanggal :
Dosen Tutor
2|Page
DAFTAR ISI
3|Page
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 SKENARIO
Ny. A, 55 th, datang ke poli dalam RSSK Sepanjang dengan keluhan nyeri
lutut sebelah kiri. Keluhan dirasakan sudah sebulan ini, dan memberat
seminggu terakhir ini. Nyeri dirasakan lebih berat terutamajika penderita
habis beraktivitas dan berkurang jika penderita beristirahat. Jika penderita
bangun tidur, kadang terasa kaku, tapi keluhan ini dirasakan tidak lama,
sekitar 10 menitan. Akhir-akhir ini penderita juga merasakan Bbnya
bertambah. Dan juga jika penderita sedang menaiki tangga, terkadang
terdengar bunyi “krek” di lutut kiri tersebut.
Riwayat DM disangkal
Riwayat Hipertensi disangkal
Riwayat trauma disangkal
DIAGNOSIS FISIK:
Keadaan umumcukup, compos mentis, BB kg, TB kg, BMI
TD 120/80, Nadi 110 x/menit, RR 20 x/menit, temperature 36,8
Thorax : rh-/- whz -/-
Abdomen : supel, meteorismus-, H/L ttb
Extremitas : Status lokalis: genu tumor/rubor/dolor/functio lessa
D/S : -/-/-/-
Krepitus genu -/+
Edema -/-
LABORATORIUM:
Hb 13,5 g/dl
PCV 35.000
Leukosit 5.000/mL
4|Page
Trombosit 200.00/mL
Radiologis:
Xphoto genu sinistra: tidak didapatkan penyempitan ruang sendi genu.
Didapatkan osteofit marginal.
d. Mahasiswa dapat mengerti fisiologi dari sendi terasa kaku ketika bangun
tidur
5|Page
m. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi dari pengaruh peningkatan
nadi dengan keluhan pasien
6|Page
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
ANATOMI GENU
REGIO GENU
Bila dilakukan flexio pada articulatio genu, maka akan tampak cekungan di
bagian posterior regio genu, yaitu fossa poplitea. Dibagian inferior fossa poplitea
terlihat kedua capita m. Gastrocnemius membentuk tonjolan. (Drake, 2012)
7|Page
Sumber gambar (Netter, 2015)
SENDI GENU
Sendi genu adalah sendi synovialis terbesar pada tubuh manusia. Pada
dasarnya sendi genu adalah sendi ginglymus/ engsel yang fungsinya terutama flexi
dan ekstensi. Sendi genu terdiri dari :
Persendian di antara femur dan tibia, untuk menopang berat tubuh, dan
Persendian di antara patella dan femur.
FACIES ARTICULARIS
8|Page
MENISCI
Membrana synovialis sendi genu melekat pada tepi-tepi facies articularis dan
pada tepi-tepi luar bagian superior dan inferior menisci. Ke arah anterior, membrana
synovialis dipisahkan dari ligamentum patellae oleh bantalan lemak corpus
adiposum infrapatellare.
9|Page
Membrana fibrosum sendi genu luas dan sebagian terbentuk dan diperkuat
oleh perpanjangan tendo musculi yang mengelilinginya. Pada umumnya,
membrana fibrosum menutupi cavitas articularis dan area intercondylaris :
LIGAMENTUM
10 | P a g e
11 | P a g e
FOSSA POPLITEA
12 | P a g e
2.2 Histologi
Sendi adalah area tempat melekatnya antara tulang satu dan lainnya serta
dikuatkan dengan jaringan ikat lain. (Mescher, 2014) Dengan adanya sendi pada
perlekatan tulang sehingga memungkinkan terjadinya beberapa pergerakan. Pada
tubuh manusia terdapat dua jenis sendi yang dibedakan berdasarkan kemampuan
dalam pergerakannya. Sinatrosis merupakan sendi yang memiliki pergeakan yang
lebih sedikit sedangkan Diatrosis merupakan jenis sendi yang memungkinkan
gerakan bebas tulang-tulangyang terkai, seperti sendi jari, lutut, dan siku (Mescher,
2014).
13 | P a g e
Gambar : Histologi regio genu, sumber (Mescher, 2014)
a. Kapsul Sendi
b. Rongga Sendi
Rongga sendi adalah suatu ruang tertutup yang terdapat di antara
kartilago sendi yang berisi banyak sekali cairan sinovial yang kental dan
bening sebagai pelumas dan penahan goncangan, ruangan ini dikeliling oleh
membran sinovial
c. Tulang Rawan Sendi
14 | P a g e
tulang rawan (kartilago) hyalin berisi sabut kolagen, kondrosit, kondroblast
, dan asam hyaluronat (Mescher, 2014)Serat kolagen tulang rawan sendir
terususn melengkung dengn puncaknya dekat permukaan terpapar dan tidak
seperti tulang rawan hyalin lainnya. Dengan adanya kolagen ini membantu
menyebarkan tekanan yang ada pada sendi itu. Tulan rawan sendi lentur dan
efesien menyerap tekanan mekanik intermiten yang dialami sendi itu
(Amindariati, 2016). Pada tulang rawan (kartilago) hyalin berisi sabut
kolagen, kondrosit, kondroblast , dan asam hyaluronat
(Amindariati, 2016)
d. Membrana Sinovial
15 | P a g e
2.3 Fisiologi
masa mendatang
16 | P a g e
menurunkan ambang pengaktifan nosiseptor. obat golongan aspirin
menghambat pembentukan prostaglandin, yang ikut berperan menentukan sifat
analgesik (penghilang nyeri) obat ini
Impuls nyeri yang berasal dari mosiseptor disalurkan ke SSP melalui salah
satu dari dua jenis serat aferen. Sinyal yang berasal dari nosiseptor yang
berespons terhadap kerusakan mekanis seperti terpotomg atau kerusakan suhu
seperti terbakar disalurkan melalui serat A-delta halus bermielin dengan
kecepatan hingga 30 m/dtk (jalur nyeri cepat). Impuls dari nosiseptor
polimodal yang berespons terhadap bahan yang dulepaskan ke CES dari
jaringan yang rusak disalurkan oleh serat C halus tak bermielin dengan
kecepatan yang lebih rendah yaitu 12 m/dtk atau kurang (jalur nyeri lambat).
Ingatlah kapan jari tangan anda terakhir kali terpotong atau terbakar. Anda
akan merasakan sentakan tajam nyeri pada awal yang segera diikuti oleh nyeri
yang lebih difus. Nyeri biasanya pertama kali dirasakan sebagai sensasi
tertusuk tajam yang singkat yang mudah diktahui lokasinya ; ini adalah nyeri
cepat yang berasal dari nosiseptor mekanis atau panas spesifik. Perasaan ini
diikuti oleh sensasi pegal tumpul yang lokalisasinya tidak jelas dan menetap
lebih lama disertai rasa ridak nyaman ; ini adalah nyeri lambat yang diaktifkan
oleh bahan-bahan kimia, terutama bradikinin, suatu bahan yang normalnya
inaktif dan menjadi aktif oleh enzim-enzim yang dikeluarkan ke dalam CES
dan jaringan yang rusak. Bradikinin dan senyawa-senyawa terkait tidak saja
memicu nyeri dengan merangsang nosiseptor polimodal, tetapi juga berperan
dalam respons peradangan terhadap cedera jaringan. Nyeri yang perlahan dan
menusuk ini bertahan dalam jangka waktu yang lama karena menetapnya
bahan-bahan kimia yang dilepaskan ini setelah terhentinya rangsangan
mekanis atau suhu penyebab kerusakan jaringan. Menariknya, reseptor perifer
serat C aferen diaktifkan oleh kapsaisin, bahan dalam cabai yang
menimbulkan rasa pedas. (Selain mengikat reseptor nyeri, kapsaisin berikatan
dengan reseptor suhu-karena itu, timbul rasa panas ketika kita makan cabai
pedas). Ironisnya, aplikasi local kapsaisin malah dapat mengurangi nyeri
17 | P a g e
klinis, kemungkinan besar dengan merangsang secara berlebihan dan merusak
nosiseptor yang berikatan dengannya.
Banyak struktur berperan dalam pemrosesan nyeri. Serat nyeri aferen primer,
jalur nyeri asendens di korda spinalis, dan daerah-daerah otak terlibat pada
persepsi nyeri. Serat-serat nyeri aferen promer bersinaps dengan antarneuron
ordo-kedua spesifik di tanduk dorsal korda spinalis. Sebagai respons terhadap
potensial aksi yang dipicu oleh rangsangan, serat-serat nyeri aferen
mengeluarkan neurotransmitter yang memengaruhi neuron-neuron berikutnya.
Dua neurotransmitter yang paling banyak diketahui adalah substansi P dan
glutamate. Substansi P yang unik bagi serat nyeri, mengaktifkan jakur-jalur
asendens yang menyalurkan sinyal nosiseptif ke tingkat lebih tinggi untuk
pemrosesan lebih lanjut. Jalur-jalur nyeri asendens memiliki tujuan berbeda-
beda di korteks, thalamus, dan formasio retikularis. Daerah pemrosesan
somatosensorik di korteks menentukan lokasi nyeri, sementara daerah-daerah
korteks lain ikut serta dalam komponen sadar pengalaman nyeri lainnya,
misalnya refleksi tentang kejadian. Nyeri tetap dapat dirasakan tanpa adanya
korteks, mungkin di tingkat thalamus. Formasio retikularis meningkatkan
derajat kewaspadaan yang berkaitan dengan rangsangan yang merusak.
18 | P a g e
ca2+ ke dalam sel tanduk dorsal. Jalur ini tidak terlibat dalam tranmisi pesan
nyeri. ca2+ memicu sistem caraka kedua yang membuat sel tanduk dorsal lebih
peka dari pada biasanya. Hipereksitabilitas ini ikut berperan meningkatkan
sensitivitas daerah yang cedera terhadap pajanan rangsangan nyeri berikutnya
atau bahkan rangsangan tak- nyeri biasa, misalnya sentuhan ringan.
Bayangkanlah betapa peka kulit Anda yang mengalami luka bakar, bahkan
terhadap kain baju Anda. Mekanisme lain juga berperan menyebabkan
supersensitivita suatu daerah yang cedera. Sebagai contoh, responsivitas
reseptor perifer pendeteksi nyeri dapat ditingkatkan sehingga reseptor tersebut
bereaksi lebih kuat terhadap rangsangan berikutnya. Kepekaan yang
berlebihan ini mungkin bertujuan untuk mengurangi aktivitas yang dapat
semakin merusak atau mengganggu penyembuhan daerah yang cedera.
Hipersensitivitas ini biasanya mereda setelah cedera sembuh. Nyeri kronik,
yang persisten dan kadang- kadang sangat mengganggu,kadang terjadi tanpa
kerusakan jaringan. Berbeda dengan nyeri akut yang menyertai cedera jaringan
perifer, yang berfungsi sebagai mekanisme protektif normal untuk memberi
tahu tubuh akan kerusakan yang terjadi atau akan terjadi, keadaan nyeri kronik
abnormal terjadi akibat hipersensitivitas berkepanjangan di dalam jalur- jalur
tranmisi nyeri di saraf perifer atau
19 | P a g e
kronik kadang- kadang digolongkan sebagai nyeri neuropatik. Pada populasi
global, 15- 20 % orang dewasa menderita kelainan ini.
2.4 Biokimia
Glukosa dan glikosamin memasuki tubuh, yang prosesnya dibagi menjadi dua :
20 | P a g e
• GlucNAc-6-P = Asetilglukosamin-6-fosfat
• GlucNAc-1-P = Asetilglukosamin-1-fosfat
• UDP = Uridin
• GluN = Glukosamin
• GFAT = Glutamin : fruktosa-6-fosfat-amidotransferase
Info :
o Proteoglikan : komponen penting dari kartilago artikuler o
Glukosamin : meningkatkan sintesi proteoglikan sehingga
menghambat kerusakan tulang rawan yang disebabkan oleh
osteoartritis. Membantu menjaga keseimbangan antara proses
katabolik dan anabolik tulang rawan
o Tidak semua enzim pro akan hal ini. Ada beberapa enzim yang
malah merusak. Diantaranya :
21 | P a g e
2.5 OSTEOARTHRITIS
2.5.1 Etiologi
Faktor Risiko
1. Osteoarthritis
Faktor Intrinsik Faktor Ekstrinsik
Usia (jarang pada usia < 40, sering Obesitas
pada usia > 70 tahun )
Jenis kelamin ( perempuan lebih sering Trauma
terkena OA lutut, sementara laki – laki
sering terkena OA panggul)
Suku bangsa / Ras Faktor Pekerjaan, aktivitas fisik, dan
olahraga yang sering dilakukan
Gangguan pertumbuhan
Herediter
22 | P a g e
- Riwayat bedah lutut atau trauma Trauma pada sendi merupakan faktor risiko
berkembangnya penyakit OA. Hal ini dikarenakan kemungkinan adanya kerusakan
pada mayor ligamen, tulang pada sekitar sendi tersebut. Trauma merupakan faktor
risiko pada OA lutut karena kerusakannya bisa menyebabkan perubahan pada
meniskus, atau ketidakseimbangan pada anterior ligamen krusial dan ligamen
kolateral.
- Aktivitas berat yang berlangsung lama Penggunaan sendi dalam aktivitas berat
yang berlangsung lama menjadi faktor risiko berkembangnya penyakit OA.
Pekerjaan seperti kuli angkut barang, memanjat menyebabkan peningkatan OA
lutut, hal ini biasanya terjadi pada laki-laki. Selain itu kebiasaan yang membungkuk
terlalu lama seperti petani, atau tukang cuci meningkatkan risiko terjadinya OA
panggul. Altet olahraga wanita ataupun lelaki menunjukkan faktor risiko besar
terjadinya OA lutut dan panggul. (Maharani, 2013)
2. Reumatid Arthritis
No. Penyebab
1 Riwayat keluarga
2 Jenis kelamin
3 Hormon
4 Umur
5 Lingkungan
6 Merokok
7 Bakteri / virus
23 | P a g e
rheumatoid arthritis Th1 lebih dominan sehingga estrogen dan progesteron
memiliki efek yang berlawanan terhadap perkembangan rheumatoid arthritis.
d. Umur.
RA umumnya mulai berkembang pada saat usia 40 – 60 tahun. Tetapi pada anak
kecil bisa juga terjadi yang biasa disebut dengan Juvenile rheumatoid arthritis.
e. Lingkungan.
Perubahan iklim dapat memperburuk gejala pada RA.
f. Merokok.
Kebiasaan merokok dapat memicu peningkatan terkena RA dan kekambuhan pada
RA. Karena merokok dapat memperlabat proses bekerjanya obat untuk RA.
3. Gout Arthritis
a. Usia
Pada umumnya serangan gout arthritis yang terjadi pada laki-laki untuk pertama
kalinya pada usia 40-69 tahun, sedangkan pada wanita serangan gout arthritis
terjadi pada usia lebih tua dari pada laki-laki, biasanya terjadi pada saat menopause.
Wanita memiliki hormon estrogen, hormon inilah yang dapat membantu proses
pengeluaran asam urat melalui urin sehingga asam urat didalam darah dapat
terkontrol.
b. Jenis kelamin
Laki-laki memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi dari pada wanita, sebab wanita
memiliki hormon ektrogen.
c. Konsumsi purin yang berlebih
Konsumsi purin yang berlebih dapat meningkatkan kadar asam urat di dalam darah,
serta mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi purin.
d. Konsumsi alkohol
e. Penyakit dan obat-obatan (Maharani, 2013)
2.5.2 Patofisiologi
Osteoarthritis ialah suatu penyakit sendi yang ditandai oleh adanya kelainan pada
tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang di dekatnya. Tulang rawan (kartilago)
24 | P a g e
adalah bagian dari sendi yang melapisi ujung dari tulang, untuk memudahkan
pergerakan dari sendi. Kelainan pada kartilago akan berakibat tulang bergesekan
satu sama lain, sehingga timbul gejala kekakuan, nyeri dan pembatasan gerakan
pada sendi (Nur, 2009)
Tulang rawan (kartilago) sendi dibentuk oleh sel kondrosit dan matriks
ekstraseluler, yang terutama terdiri dari air (65%-80%), proteoglikan, dan jaringan
kolagen. Kondrosit berfungsi mensintesis jaringan lunak kolagen tipe II untuk
penguat sendi dan proteoglikan untuk membuat jaringan tersebut elastis, serta
memelihara matriks tulang rawan sehingga fungsi bantalan rawan sendi tetap
terjaga dengan baik. Kartilago tidak memiliki pembuluh darah sehingga proses
perbaikan pada kartilago berbeda dengan jaringan-jaringan lain. Di kartilago, tahap
perbaikannya sangat terbatas mengingat kurangnya vaskularisasi dan respon
inflamasi sebelumnya . (Nur, 2009)
Kartilago yang mengalami degenerasi yang disebabkan oleh rusaknya kondrosit
dan merupakan reaksi terjadi pembentukan tulang di daerah tepi serta subkondrium
sendi. Kartilago tersebut menjadi lunak dengan seiring pertambahan usia dan terjadi
penyempitan rongga sendi yang menyebabkan pergesekan antar tulang kemudian
terjadi cedera mekanis. Cedera mekanis ini akan mengakibatkan tulang yang yang
bergesekan mengalami erosi yang akan menimbulkan sklerosis atau penebalan
pengerasan tulang. (Kowalak, 2011)
Erosi kartilago menghasilakan serpihan kartilago yang akan mengiritasi lapisan
synovial yang kemudian menjadi jaringan fibrous dan membatasi pergerakan sendi.
Cairan synovial dapat terdorong merembes ke keluar memasuki defek pada tulang
sehingga terbentuk kista. (Kowalak, 2011)
2.5.3 Patogenesis
OA terbentuk pada 2 keadaan :
1. Sifat biomaterial kartilago sendi dan tulang subkondral normal, tetapi
terjadi beban berlebihan terhadap sendi, sehingga jaringan rusak.
2. Beban yang ada secara fisiologis normal, tetapi sifat bahan kartilago atau
tulang kurang baik.
25 | P a g e
2.5.4 Diagnosis & Penatalaksanaan
Manifestasi Klinis:
• Kaku sendi
Saat bangun tidur pagi hari atau setelah inaktivitas. Berlangsung <30 menit
Penegakan diagnosis:
1. Anamnesis:
• Nyeri berangsur-angsur
• Tidak adanya inflamasi (kaku sendi <30 menit)
• Nyeri sendi saat beraktivitas
2. Pemeriksaan Fisik:
• Tentukan BMI
26 | P a g e
• Adakah kelemahan/ atrofi otot?
• Gaya berjalan/ pincang?
• Lingkup gerak sendi (ROM)
• Nyeri tekan sendi
3. Pemeriksaan Radiologis:
Gambaran sendi yang mengarah pada OA:
27 | P a g e
- Krepitus pada gerak aktif
- Nyeri tekan pada tepi tulang
- Pembesaran tulang
- tidak teraba hangat sinovium sendi yang terkena, sesuai OA
- LED < 40 mm/jam
- RF < 1:40
2. Sekunder
2.1 Metabolik
2.2 Trauma
2.3 Kelainan Anatomi / Struktur Sendi
2.4 Inflamasi
28 | P a g e
TATALAKSANA
Osteoathritis
Tujuan penatalaksanaan pada OA untuk mengurangi tanda dan gejala OA,
meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan kebebasan dalam pergerakan sendi,
serta memperlambat progresi osteoartritis. Spektrum terapi yang diberikan meliputi
fisioterapi, pertolongan ortopedi, farmakoterapi, pembedahan, rehabilitasi.
a. Terapi konservatif
Terapi konservatif yang bisa dilakukan meliputi edukasi kepada pasien, pengaturan
gaya hidup, apabila pasien termasuk obesitas harus mengurangi berat badan, jika
memungkinkan tetap berolah raga (pilihan olah raga yang ringan seperti bersepeda,
berenang).
b. Fisioterapi Fisioterapi untuk pasien OA termasuk traksi, stretching, akupuntur,
transverse friction (tehnik pemijatan khusus untuk penderita OA), latihan stimulasi
otot, elektroterapi.
c. Pertolongan ortopedi Pertolongan ortopedi kadang-kadang penting dilakukan
seperti sepatu yang bagian dalam dan luar didesain khusus pasien OA, ortosis juga
digunakan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi sendi (Altman R,
2013)
d. Farmakoterapi
- Analgesik / anti-inflammatory agents. COX-2 memiliki efek anti inflamasi
spesifik. Keamanan dan kemanjuran dari obat anti inflamasi harus selalu dievaluasi
agar tidak menyebabkan toksisitas. Contoh: Ibuprofen : untuk efek antiinflamasi
dibutuhkan dosis 1200-2400mg sehari. Naproksen : dosis untuk terapi penyakit
sendi adalah 2x250375mg sehari. Bila perlu diberikan 2x500mg sehari. -
Glucocorticoids Injeksi glukokortikoid intra artikular dapat menghilangkan efusi
sendi akibat inflamasi. Contoh: Injeksi triamsinolon asetonid 40mg/ml suspensi
hexacetonide 10 mg atau 40 mg. - Asam hialuronat - Kondroitin sulfat - Injeksi
steroid seharusnya digunakan pada pasien dengan diabetes yang telah
hiperglikemia. Setelah injeksi kortikosteroid dibandingkan dengan plasebo, asam
hialuronat, lavage (pencucian sendi), injeksi kortikosteroid dipercaya secara
signifikan dapat menurunkan nyeri sekitar 2-3 minggu setelah penyuntikan.
e. Pembedahan
- Artroskopi merupakan prosedur minimal operasi dan menyebabkan rata infeksi
yang rendah (dibawah 0,1%). Pasien dimasukkan ke dalam kelompok 1 debridemen
artroskopi, kelompok 2 lavage artroskopi, kelompok 3 merupakan kelompok
plasebo hanya dengan incisi kulit. Setelah 24 bulan melakukan prosedur tersebut
didapatkan hasil yang signifikan pada kelompok 3 dari pada kelompok 1 dan 2.
- Khondroplasti : menghilangkan fragmen kartilago. Prosedur ini digunakan untuk
mengurangi gejala osteofit pada kerusakan meniskus.
29 | P a g e
- Autologous chondrocyte transplatation (ACT)
- Autologous osteochondral transplantation (OCT)
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa, buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira
30 | P a g e
kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah
mereka mengucapkan: “Inna lillahi wa innaa ilaihi raaji’un”. Mereka itulah yang
mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari rabbnya, dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Al-Baqarah 155-157)
“Apabila seorang hamba sakit atau sedang melakukan safar, Allah akan
menuliskan baginya pahala seperti saat ia lakukan ibadah di masa sehat dan
bermukim”. (HR. Bukhari)
“Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya. Pasti akan
hapuskan kesalahannya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya”. (HR. Al-
31 | P a g e
“Makan dan minumlah kalian, namun jangan berlebih-lebihan (boros) karena Allah
tidak mencintai orang-orang yang berlebih-lebihan”. (Al-A’raf 31)
“Dan jika Allah, menimpakan suatu bencana kepadamu, tidak ada yang dapat
menghilangkannya selain Dia , dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu,
maka Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu” (Al-An’am 17)”
32 | P a g e
BAB 3
FINAL CONCEPT MAP
Basic Science
Anatomi: articultio genu
Histologi: kartilago hialin
dan hormon prostaglandin
Fisiologi: Nyeri
Biokimia: Kondro sit dan
biosintesis glikosamin
33 | P a g e
OSTEOARTRITIS
Treatment:
Prognosis
1.)Tahap I (Terapi non farmakologis )
Pasien yang menderita
2.) Tahap II (Terapi farmakologis )
Osteoartritis tidak dapat
pulih seperti semula 3.) Tahap III (Indikasi tindakan lanjut )
karena jaringan perbaikan
sering tidak sekuat
kartilago hialin. Sehingga
hanya bisa mengurangi
sign symptoms yang
dirasakan pasien dengan
obat anti nyeri.
34 | P a g e
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada kasus, pasien merupakan seorang wanita dan juga mengalami obesitas.
Hormon estrogen pada wanita mempengaruhi mekanisme pembentukan
remodelling bone. Lalu, obesitas menyebabkan keluhan pasien adanya nyeri
dan kaku pada lutut.
Dengan adanya nyeri lutut kiri, bunyi “krek” , ditemukan krepitus genu, dimana
genu tumor/rubor/dolor/functio lessa -/-/-/- serta didapatkan osteofit marginal.
Pada stadium akhir dari penyakit, tulang rawan sendi telah rusak seluruhnya,
sehingga tulang subchondral yang tebal dan padat kini berartikulasi dengan
permukaan tulang “denuded” dari sendi lawan. Remodeling tulang disertai
35 | P a g e
dengan kerusakan tulang sendi rawan mengubah bentuk sendi dan dapat
mengakibatkan shortening dan ketidakstabilan tungkai yang terlibat.
Pada sebagian besar sendi sinovial, pertumbuhan osteofit diikuti dengan
perubahan tulang rawan sendi serta tulang subchondral dan metafiseal.
Permukaan yang keras, fibrous, dan kartilaginis ini biasanya muncul di tepi-
tepi sendi. Osteofit marginal biasanya muncul pada permukaan tulang rawan,
tapi dapat muncul juga di sepanjang insersi kapsul sendi (osteofit kapsuler).
Tonjolan tulang intraartikuler yang menonjol dari permukaan sendi yang
mengalami degenerasi disebut osteofit sentral.Sebagian besar osteofit marginal
memiliki pernukaan kartilaginis yang menyerupai tulang rawan sendi yang
normal dan dapat tampak sebagai perluasan dari permukaan sendi. Pada sendi
superfisial, osteofit ini dapat diraba, nyeri jika ditekan, membatasi ruang gerak,
dan terasa sakit jika sendi digerakkan.
Tiap sendi memiliki pola karakter yang khas akan pembentukan osteofit di
sendi panggul, osteoarthritis biasanya membentuk cincin di sekitar tepi
acetabulum dan tulang rawan femur. Penonjolan osteofit sepanjang tepi inferior
dari permukaan artikuler os humerus biasanya terjadi pada pasien dengan
penyakit degenartif sendi glenohumeral. Osteofit merupakan respon terhadap
proses degerasi tulang rawan sendi dan remodelling tulang sudkhondral,
termasuk pelepasan sitokini anabolik yang menstimulasi proliferasi dan
pembentukan sel tulang dan matrik kartilageneus.
36 | P a g e
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Diagnosa skenario
Berdasarkan skenario tersebut, dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang, pasien terdiagnosa osteoartritis.
37 | P a g e
DAFTAR PUSAKA
Altman R, A. B., 2013. Development of criteria for the clasification and repoting of osteo
arthritis of the knee. s.l.:s.n.
Netter, F., 2015. Atlas of human Anatomy. 6 ed. Singapore: Elsevier Inc.
Nur, M., 2009. Pengaruh Peningkatan Kualitas Hidup Penderita Osteoarthritis Terhadap
Perkembangan Industri Olahraga.
Rosani & Isbagio H., 2016. Gangguan Muskuloskeletal. Makassar: Salemba Medika.
38 | P a g e