FINGERTIP INJURY
Penyusun:
Muhammad Syaifudin 17710116
Pembimbing:
dr. R. Muh. David Djayanegara, Sp.OT
SMF BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
RSUD IBNU SINA KABUPATEN GRESIK
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat dan
rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas referat “Fingertip Injury”
sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian di bidang Ilmu Bedah dalam
menyelesaikan Pendidikan dokter muda di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya.
Referat ini dibuat selain tugas, juga semoga dapat membantu teman sejawat
yang ingin mengetahui tentang “Fingertip Injury” dan juga membantu penulis
dalam mempelajari lebih dalam tentang “Fingertip Injury”.
Selain itu penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
2. Direktur RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik, atas kesempatan yang
diberikan sehingga saya dapat menimba ilmu dirumah sakit ini.
3. dr. Rochmad Yasin, Sp.U selaku Kepala Bagian Ilmu Bedah di RSUD Ibnu
Sina Kabupaten Gresik.
4. dr. R. Muh. David Djayanegara, Sp.OT selaku dokter pembimbing saya dan
teman-teman saya.
5. Kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan moril, materil,
maupun spiritual.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, maka dari
itu penulis mengharap kritik dan saran yang membangun. Semoga referat ini dapat
bermanfaat untuk dokter muda yang melaksanakan kepaniteraan klinik pada
khususnya, serta masyarakat pada umumnya, Aamiin.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul...................................................................................... i
iii
2.16. Mekanisme cedera ................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
masing komponen secara individu dan bagaimana saling keterkaitan antara jari satu
Fingertip terdiri dari elemen kerangka (phalanx distal, tendon, dan struktur
ligamen), kompleks kuku atau perionikium (matriks germinal dan steril, plat kuku,
selubung, dan lipatan kulit), jaringan jaringan ikat berserat dengan jaringan
subkutan, jaringan pembuluh darah, jaringan pembuluh darah , saraf dengan organ
Phalanx distal memiliki kepala atau "tonjolan," diafisis atau poros, dan
dasar dengan permukaan artikular (Gambar 1.1). Korteks dorsal diafisis distal dan
tonjolan mendukung lempeng kuku dan matriks kuku yang mendasarinya. Kepala
dari phalanx distal adalah terminasi yang diperbesar dari phalanx dengan
untuk melubangi kulit dan subkutis dengan kuat untuk manipulasi objek agar tetap
aman. Bantalan kuku melekat dengan kuat ke arah ekspansi phalanx. Selain itu,
matriks kuku melekat dengan kuat pada aspek proksimal phalanx distal melalui
serat ekspansif dari ligamen kolateral radialis dan ulnar yang berfungsi untuk
1
Tendon terminal (dari jari telunjuk, tengah, cincin, dan kecil) dan tendon
ekstensor pollicis longus (dari ibu jari) memiliki insersi terminal ke dasar dorsal
phalanx distal agak sempit dari proksimal ke phisis (Penyisipan hanya proksimal
dari phisis memungkinkan “fraktur Seymour” terjadi di ujung jari yang belum
juga, cedera pada tendon, penyisipan tendon, atau fraktur melalui bagian dasar volar
dari phalanx distal dapat menyebabkan hilangnya fleksi sendi jari distal
interphalangeal (DIP).
Gambar 1 : Anatomi kerangka ujung jari dan sendi interphalangeal distal. Phalanx
distal memiliki proses ungual kasar dan membesar (UP) yang
disisipkan oleh ligamentum interoseus lateral (LIL) radial dan ulnar
pada distal dan berasal dari ligamen kolateral lateral proksimal dan
ekspansi lateral tendon ekstensor dan fleksor. LIL mendukung alas
kuku dan membantu melindungi struktur neurovaskular fingertip
(sumber kepustakaan 1)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
merupakan struktur paling penting dari ujung jari (fingertip) dalam hal estetika.
paronikium, eponikium, lipatan kuku, dan hyponychium. Plat kuku itu sendiri
adalah struktur tiga lapisan keras, kertinaceous yang dibentuk oleh kontribusi dari
berbagai komponen [2, 3]. Komponen perionikial dapat dianggap generatif atau
formatif dari plat kuku, atau membantu plat kuku sebagai struktur yang
disebut sebagai matriks germinal, apa yang sering disebut matriks "germinal" atau
Matriks intermediet terdiri dari matriks pada aspek proksimal dari lempeng
kuku yang melekat pada permukaan dalam lempeng kuku dan meluas ke arah
lunula. Matrik intermediet ini juga sebagai zona utama dari keratinisasi dan
pembentukan lempeng kuku. Lunula, atau jarak distal dari zona ini, sebagai
ventral yang lebih merah muda, sering disebut sebagai matriks steril.
3
Warna matriks germinal dianggap sangat berbeda karena cahaya tersebar
oleh inti yang lebih besar dari sel-sel yang sangat sintetik dari matriks intermediet
hanya bagian distal yang terlihat dari bawah lipatan eponikial. Matriks intermediet
diperkirakan menghasilkan 20% lebih lempeng kuku berasal dari matriks ventral,
Gambar 2 :
dari 1 mm dari serat terminal dari tendon terminal phalanx distal. Pada lunula,
matriks distal atau ventral dimulai, disebut juga sebagai matriks "steril", atau secata
terminology disebut sebagai nail bed epithelium (NBE). Dikatakan bahwa lapisan
ini dapat berkontribusi sekitar 20% dari lempeng kuku karena lempeng kuku
menjadi lebih tebal tumbuh keluar secara distal di atas matriks ventral / NBE.
Matriks germinal lebih tebal dan memiliki pola menempel pada lempeng kuku,
sedangkan NBE menjadi punggung yang menempel secara distal dan lebih tipis.
4
NBE menghasilkan lapisan keratin tipis yang bergerak secara distal bersama
memiliki lapisan granular ke epitel, tetapi matriks germinal lebih tebal dan dengan
5
Stabilitas lutut tercipta berkat kompleks stabilisasi pasif (ligament kolateral,
ligamen cruciate, meniscus, dan joint capsule) dan kompleks stabilisasi aktif
Gambar 2.1. Anatomi sendi lutut dilihat dari lateral, medial, dan potongan sagittal.
terletak pada tendon quadriceps dua pertiga proximal dari patella terbenam dan
berartikulasi dengan permukaan anterior dari condyles femoral dan dibagi secara
6
membujur menjadi facet lateral dan
Gambar 2.2 Tampak anterior lutut kanan1 tulang yang tidak memiliki
antara stabilitator statis dan dinamis. Pada mekanisme ini, patella menjadi tuas
untuk ekstensi lutut dengan cara memperkuat daya quadriceps yang berfungsi pada
mekanisme ekstensor lutut. Fungsi krusial patella pada mekanisme ekstensor adalah
untuk menjaga posisi kontraksi. Pada saat fleksi, patella terletak pada lekukan
femoral trochlea dan berperan sebagai penghubung otot quadriceps dan proximal
tibia. Pada fleksi 450 sampai 600, bagian proximal pada patella, bagian yang
Patella juga memiliki peran penting pada ketahanan fleksi lutut. Patella akan
fleksi lutut khususnya saat menuruni tangga atau berjalan turun. Hal ini disebut
7
sebagai Patella Femoral Joint Reaction (PFJR). Unutk melakukan fungsi ini,
patella harus menahan kekuatan yang besar yaitu sebesar 3200N yang setara dengan
menyembuhkan faktur pada patella dan melalui 100.000 siklus fleksi dan ekstensi
Gambar 2.3. (a,b) Fraktur dengan sedikit dan tanpa perpindahan tempat, dapat diterapi secara
konservatif. (c,d) Fraktur kominutif, patellectomy dapat dipertimbangkan sebagai pilihan terakhir.2
Fraktur pada patella memiliki prevalensi 1% dari seluruh cedera skeletal dan
sering terjadi pada rentang usia 20-50 tahun. Studi epidemiologi menunjukkan
bahwa insidensi pada laki-laki dua kali lebih besar dari pada perempuan. Fraktur
patella sebagian besar terjadi akibat cedera langsung. Pola fraktur yang terbentuk
Close fracture merupakan jenis fraktur yang paling sering terjadi, namun
sebanyak 7% dari kasus berupa open fracture. Penyebab terjadinya open fracture
patella adalah cedera dengan kecepatan tinggi. Kondisi ini dapat menyebabkan
kerusakan parah pada jaringan disekitarnya ditambah lagi kondisi fraktur kominutif
dan terjadi ruptur pada tendon dan otot pada mekanisme ekstensor. Menurut
catatan, 80% kasus open fracture patella biasanya disertai dengan cedera lainnya
8
seperti fraktur femur atau acetabulum, dislokasi traumatik sendi panggul, dan
lalulintas 78,3%, kecelakaan kerja 13,7%, dan insiden lainnya 11,4%. Fraktur
Fraktur patella dapat terjadi akibat direct force yang menghancurkan tulang
atau akibat indirect force berupa suatu traksi kuat yang dapat menarik tulang. Direct
injury biasanya berupa benturan keras pada dashboard mobil yang dapat
menyebabkan retakan bahkan fraktur kominutif tanpa cedera berat pada otot
transversal.2
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologis. Pasien dengan cedera langsung pada
area lutut anterior dan tidak dapat menggerakkan sendi lutut secara aktif dapat
palpasi dirasakan defect antara fragmen fraktur dan local hematoma. Pasien yang
retinaculum medial dan lateral. Pada kasus dengan riwayat cedera pada dashboard
mobil, dengan cedera langsung ke lutut anterior atau proximal tibia, diperlukan
pemeriksaan sendi lutut dan sendi panggul. Evaluasi dari soft tissue juga merupakan
9
hal yang penting untuk menentukan terapi yang akan dilakukan pada pasien
kedepannya.3
Fraktur vertikal
bagian samping patella. Fraktur kominutif biasanya terjadi pada pasien dengan
cedera multiple. Fraktur ini biasanya disertai dengan kerusakan jaringan yang
parah.3
10
Gambar 2.5. Klasifikasi fraktur patella berdasarkan AO/ASIF
secara konservatif. Kasus ini harus dipastikan dengan fleksi 600 untuk memastikan
bahwa fraktur bersifat stabil dan tidak ada kecenderungan untuk terdislokasi.
Bahkan fraktur kominutif dapat diberikan perlakuan yang sama jika memenuhi
11
Resiko terapi konservatif yaitu kehilangan fungsi ekstensi maksimal yang
disebabkan oleh non-union dari fragmen tulang dan kekakuan dari lutut yang
Sebelum dilakukan
pembedahan, perencanaan
menentukan perkiraan
pemasangan implant.
Gambar 2.6. Non-displaced fracture pada proximal
patella.
Sehingga operator dapat
pasien berada pada posisi supine. Antibiotik profilaksis harus diinjeksikan minimal
30 menit sebelum dilakukan insisi pada kulit. Cara pembedahan dapat dilakukan
kosmetik, memberikan akses yang baik kepada patella dan struktur ligamen pada
exposure terbaik terhadap patella dan juga tidak menggangu proses implantasi TKA
selanjutnya.3
12
2.9. Terapi operatif
13
screw, ditambahkan cerclage
sirkuler menggunakan
dipertimbangkan karena
menjanjikan kesempatan
Pada beberapa kasus, fraktur pada patella terdiri dari fragmen utama dan
fragmen kominutif pada bagian kutub bawah patella. Pada kondisi ini,
reduksi dan fiksasi yang stabil sulit untuk didapatkan, maka partial
pada pemendekan jarak antara patella dan tuberositas tibia yang berakibat
permukaan articular.3
d. Patellectomy
14
patellectomy sangat merugikan. Studi oleh Kaufer et al. melaporkan bahwa
patellectomy. Ditambah lagi, daya traksi antara otot quadriceps dan tendon
akan berakibat pada persistent anterior knee pain, area gerak yang terbatas,
osteomyelitis yang parah, atau pola patahan kominutif yang parah. Bahkan
pada fraktur kominutif yang parah, segala upaya unutk rekonstruksi harus
Gambar 2.9. Beberapa fraktur pada patella dan gambaran cara penanganan operatif
15
2.10. Open fracture
Terapi untuk open fracture pada patella memiliki algoritma yang sama
seperti patah tulang terbuka umumnya. Kasus ini membutuhkan intervensi sesegera
pasien, terapi yang dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahapan yang dilakukan
adalah debridement, irigasi, pemberian antibiotik yang sesuai, dan dilakukan fiksasi
fikasi external bergantung pada kerusakan jaringan disekitarnya. Segala upaya yang
Literatur mengenai outcome fraktur patella baik secara klinis dan radiologis
sedikit yang diketahui mengenai outcome fungsional, kualitas hidup dan fungsi
2.12. Komplikasi
16
dan rehabilitasi yang tidak sesuai menjadi alasan utama hal ini terjadi.
b. Loss of reduction
kesalahan pengaturan
diselamatkan lagi.3
17
d. Delayed or non-union
Insidensi non-union atau delayed union pada fraktur patella berkisar antara
2.7 sampai 12,5%. Prinsip terapi pada non-union berdasar pada situasi klinis
dengan ekstensi penuh dan rotasi internal pada tungkai bawah dan tidak
yang berlebih atau seorang altet, biasanya akan membutuhkan revisi melalui
pembedahan.3
e. Patellafemoral osteoarthritis
8.5%. Cedera awal yang mengenai cartilage dapat berujung pada perubahan
muda.3
18
2.13. Dislokasi patella
dilakukan pada dislokasi yang pertama kali dan memiliki prognosis yang baik pada
cedera MPFL yang berat dengan kebutuhan fisiologis yang tinggi. Untuk kembali
pada bidang olahraga, dibutuhkan range of motion yang penuh, tidak ada rasa nyeri,
dan kekuatan otot yang simetris. Latihan dirumah dan perubahan pola hidup
Dislokasi patella merupakan cedera lutut yang umum dijumpai pada remaja
yang aktif. Dislokasi ini dapat menyebabkan nyeri pada lutut anterior, perasaan
tidak seimbang, dan terbatasnya aktivitas fisik yang signifikan. Dalam jangka
waktu lama, dislokasi patella dapat berujung pada cartilage deteoration, dan
19
meningkatkan resiko berkembangnya patellofemoral osteoarthritis sebanyak 3.4.
Pada sebagian besar kasus, patella terdislokasi ke lateral. Dislokasi yang berulang
mengacu pada episode dislokasi yang terjadi akibat cedera. Di sisi lain, habitual
dislocation merupakan suatu kondisi dimana patella mengalami dislokasi saat fleksi
2.14. Epidemiologi
patella sering terjadi pada wanita dengan usia 10 sampai 17 tahun. Insidensinya
yaitu 104 dalam 100,000 orang pada wanita dan 29 dari 100,000 orang pada usia
10 sampai 17 tahun.4
20
Persentase dislokasi berulang bervariasi antara 15-80%. Resiko cedera
predisposisi lainnya untuk dislokasi berulang yaitu usia muda, skeletal immaturity,
2.15. Etiologi
Lebih dari 70% terjadinya dislokasi patella yang pertama kali disebabkan
karena olahraga dan sangat jarang terjadi saat melakukan aktivitas sehari-hari atau
saat mengalami cidera langsung. Patella akan cenderung mengalami dislokasi saat
menerima stess valgus pada posisi ekstensi terminal seperti terutama saat femur
berotasi kedalam terhadap tibia dengan kaki menapak di tanah. Patella berartikulasi
dengan permukaan anterior trochlear groove dan condilus femoral yang mana
dibentuk oleh konfigurasi tulang yang statis pada sendi patellofemoral, tahanan
passive dari non-contractile structure, dan stabilisasi aktif oleh kontraksi otot.4
21
quadriceps saat sendi lutut ekstensi dalam posisi valgus dan eksternal rotasi.
Keadaan ini biasanya terjadi dalam bidang olahraga terutama saat pemain berlari
kencang dan melakukan gerakan menghindar ke salah satu sisi. Patella akan
akan robek. Faktor predisposisinya adalah variasi anatomi yaitu genu valgum,
torsio tibia, patella alta, intercondylar groove yang dangkal, dan juga
robekan dan perasaan seperti tempurung lutut yang lepas dari persendiannya, jika
terjadi saat berlari, pasien akan langsung terjatuh. Tidak jarang patella akan
langsung kembali ke tempatnya secara spontan, namun, jika tidak kembali secara
spontan, maka akan terlihat suatu deformitas berupa patella yang tidak di tempat
seharusnya yaitu berada pada lateral dari tempat yang seharusnya. Jika ini terjadi,
maka tidak ada gerakan pasif atau aktif yang dapat dilakukan pada sendi lutut. Jika
dislokasi kembali secara spontan, lutut mungkin membengkak dan mungkin akan
ada bekas memar serta akan terasa nyeri pada area medial sendi. Jika ditemukan
cairan pada sendi, aspirasi akan menunjukkan adanya darah. Jika ditemukan
Pada dislokasi yang recurrent, gejala dan tanda lebih sulit dikenali, meskipun tetap
terasa tidak nyaman. Setelah kembali secara spontan, persendian akan terlihat
22
2.18. Diagnosis dan prognosis
Gambar 2.11. (a) Dislokasi pada patella dextra. Patella dextra terdislokasi ke lateral. (b,c) X-ray
posisi anteroposterior dan lateral pada dislokasi traumatik pada patella
Lebih dari 90% dari dislokasi patella terjadi setelah mengalami daya fleksi
dan valgus pada lutut. Pada saat pasien mengalami dislokasi patella, pasien akan
merasakan sensasi “slippage” dari patella, nyeri lutut berat, dan persendian yang
bengkak akibat hemarthrosis. Dislokasi patella akan semakin parah dengan adanya
mechanical locking yang dapat memperparah nyeri lutut anterior. Secara kronis,
pasien mungkin merasakan perasaan tidak nyaman yang berulang, nyeri lutut
persisten, sendi yang tidak berfungsi, dan hilangnya kepercayaan diri untuk
memulai kegiatan fisik sebelumnya. Aktivitas yang melibatkan pivot pada lutut
akan terbatas. Pada anamnesa, perlu diketahui mekanisme cedera, adanya riwayat
krepitasi. Adanya nyeri pada medial retinacular menjadi penanda adanya cedera
susunan rotasi serta angulasi dari tungkai bawah. Evaluasi dinamis dapat dilakukan
dengan meminta pasien melakukan jongkok dengan satu kaki. Q-angle, dibentuk
oleh vector dari tendon quadriceps dan patella, q-angle merupakan indikator
23
orientasi tertariknya patella oleh quadriceps. Meningkatnya Q-angle, menunjukkan
karena Q-angle ekstensi dapat menjadi false low karena adanya kelemahan pada
yang menghadap kedalam dan atau tibia vara. Adanya J sign merupakan deviasi
lateral dari patella saat ekstensi terminal, dan bila tanda ini positif menandakan
adanya pergerakan abnormal dari patella. Posisi patella yang tinggi pada patella
alta dapat dilihat saat lutut difleksikan lebih dari 70 derajat. Asimetri juga dapat
dievaluasi pada proses ini. Test apprehension juga dapat digunakan untuk
yang mengalami dislokasi harus segera di mobilisasi dengan batas fleksi sampai 20
derajat saja untuk 3 sampai 6 minggu dengan weigh bearing yang terbatas dengan
atau tanpa tongkat bantu berjalan sehingga rupture MPFL dapat membaik. Durasi
24
immobilisasi yang lebih pendek meningkatkan resiko insidensi dislokasi berulang,
namun durasi immobilisasi yang terlalu lama akan membuat quadriceps melemah,
nyeri dan bengkak yang terkontrol. Cryotherapy efektif unutk menghilangkan nyeri
dan bengkak antara 40 jam sampai 3-4 minggu post-injury. Pemijatan, ultrasound,
Stimulasi elektrik pada otot yang dikombinasikan dengan kontraksi isometric dapat
bermanfaat untuk mencegah atropi otot. ROM dapat ditingkatkan dengan teknik
bersepeda. Pada pasien ini, biasanya ditemukan kekauan pada hip anterior, hal ini
dapat diatasi dengan “figure of four” pada posisi prone. Latihan kekuatan dapat
kontrol dari otot-otot spesifik. Latihan kekuatan herus melibatkan otot gluteal,
untuk membantu menstabilkan patella yang berakibat pada berubahnya gait pasien.
Latihan gait harus dilatih juga sejak awal program terapi. Pasien harus berlatih
menapak, berjongkok, dan melompat. Edukasi terhadap pasien merupakan hal yang
cara latihan dirumah, dan perubahan gaya hidup dalam kehidupannya untuk
25
mengekstensikan kakinya jika terjadi dislokasi berulang untuk mengurangi rasa
Jika terjadi avulsi pada ligament patellofemoral medial dari femur, ligament ini
dijahit lansgung. Jika terjadi fraktur, maka fragment patahan harus dikeluarkan,
pada sendi lutut dalam kondisi ekstensi. Brace dapat digunakan setelahnya agar
sendi lutut dapat digerakkan. Latihan otot quadriceps juga dapat disarankan.2
2.21. Komplikasi
26
BAB III
RINGKASAN
Fraktur patella dapat terjadi akibat adanya direct force, cidera langsung
terhadap tulang patella ataupun indirect force, akibat kontraksi atau dampak traksi
kuat yang berdampak pada patahnya patella dengan bentuk patahan tranverse,
kasus fraktur dengan fragmen patahan yang stabil, kecuali patahan osteochondral.
dengan berbagai Teknik seperti pemasangan screw, k-wires, dan modified tension
band. Open frakture pada patella diperlakukan sesuai dengan algoritma open
antiobiotik dan pemasangan fiksasi yang stabil. Komplikasi yang dapat terjadi pada
fraktur patella adalah Loss of motion, loss of reduction, infeksi, delayed atau non-
patellectomy.
Dislokasi patella terjadi akibat kontraksi yang kuat dan tiba-tiba dari otot
quadriceps saat sendi lutut ekstensi dalam posisi valgus dan eksternal rotasi.
pada sendi lutut. Dislokasi patella dapat diterapi secara konservatif dan melalui
pembedahan. Terapi konservatif biasanya dilakukan pada sebagian besar kasus dan
bertujuan untuk mengimmobilisasi sendi lutut selama 3-6 minggu agar dapat
27
Tindakan pembedahan dilakukan pada pasien dengan recurrent patella instability,
yang dapat terjadi akibat dislokasi patella adalah recurrent patellar dislocation.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Fox, et al. 2012. The Basic Science Of The Patella : Structure, Composition,
and Function. The hournal of Knee Surgery.
2. Solomon, Loui et al. 2010. Apley’s System Of Orthopaedics and Fractures Ed.
9th. United Kingdom : Hodder Arnold.
3. Gwinner, Clemens et al. 2016. Current concepts review : fractures of patella.
GMS Interdisciplinary Plastic and Reconstructive Surgery DGPW 2016, Vol. 5
4. Gao, Chan, Aaron Yang. 2018. Patellar Dislocations: Review of Current
Literature and Return to Play Potential. Current Physical Medicine and
Rehabilitation Reports (2018) 6:161–170
29