Oleh:
Khairunnisa
Elvira Miranda
Anisa Irfaningsih
Fauzan Azim
Pembimbing:
SMF ORTHOPAEDIC
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DELI SERDANG
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
“Fraktur Tibial Plateau” penulis dapat memahami lebih dalam teori-teori yang
dr. Rico Alexander, Sp.OT yang telah membimbing penulis dalam telaah jurnal
ini.
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun dari
semua pihak yang membaca telaah jurnal ini. Harapan penulis semoga telaah
jurnal ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Penulis
PENDAHULUAN
Fraktur atau patah tulang adalah hilangnya kontinuitas tulang (diskontinuitas) yang bersifat total
atau parsal. Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana fraktur terjadi, penting diketahui keadaan
fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur
Terdapat jenis fraktur yang secara klinis dibedakan menjadi fraktur tertutup dan fraktur terbuka.
Fraktur tertutup adalah keadaan fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar,
sedangkan fraktur terbuka adalah keadaan fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar
melalui luka pada kulit dan jaringan lunak baik dari dalam (from within) atau dari luar (from
without).
Fraktur tibia plateau terjadi pada 1% kasus dari semua fraktur dan 8% kasus terjadi pada pasien
berusia lanjut. Fraktur yag terjadi pada pasien tua merupakan hasil dari trauma dengan energi rendah.
Fraktur pada medial plateau terjadi pada 23% kasus fraktur plateau, sedangkan fraktur lateral plateau
terjadi pada 70% kasus, dan kombinasi antara keduanya terjadi pada 31% kasus.
LANDASAN TEORI
Tibia terdiri dari : akhir proksimal disebut sebagai plateau (terbagi menjadi medial yang
berbentuk konkaf dan lateral yang berbentuk konvex), tubercle, eminence (medial dan lateral),
batang/shaft, dan akhir distal disebut sebagai pilon (sendi dan medial maleolus)3. Tibial plateau
merupakan penopang massa tubuh bagian proksimal dari tibia dan melakukan artikulasi dengan
Sebuah os longum, mempunyai corpus, ujung proximal dan ujung distal, berada di sisi medial
dan anterior dari crus. Pada posisi berdiri, tibia meneruskan gaya berat badan menuju ke pedis. Ujung
proximal lebar, mengadakan persendian dengan os femur membentuk articulatio genu, membentuk
condylus medialis dan condylus lateralis tibiae, facies proximalis membentuk facies articularis
Facies articularis ini dibagi menjadi dua bagian, dari anterior ke posterior, oleh fossa
intercondyloidea anterior mempunyai bentuk yang lebih besar daripada fossa intercondyloidea
tuberculum intercondylare laterale. Eminentia epicondylaris bervariasi dalam bentuk dan sering juga
absen.
Facies articularis dari condylus medialis berbentuk oval, sedangkan facies articularis condylus
lateralis hampir bundar. Condylus lateralis lebih menonjol daripada condylus medialis. Pada facies
inferior dari permukaan dorsalnya terdapat facies articularis, berbentuk lingkaran, dinamakan facies
articularis fibularis, mengadakan persendian dengan capitulum fibulae. Di sebelah inferior dari
Corpus tibiae mempunyai tiga buah permukaan, yaitu (1) facies medialis, (2) facies lateralis
dan (3) facies posterior. Mempunyai tiga buah tepi, yaitu (1) margo anterior, (2) margo medialis dan
(3) margo interosseus. Fossa medialis datar, agak konveks, ditutupi langsung kulit dan dapat
dipalpasi secara keseluruhan. Facies lateralis konkaf, ditempati oleh banyak otot. Bagian distalnya
menjadi konveks, berputar ke arah ventral, melanjutkan diri menjadi bagian ventral ujung distal tibia.
Facies posterior berada di antara margo medialis dan margo interosseus. Pada sepertiga bagian
proximal terdapat linea poplitea, suatu garis yang oblique dari facies articularis menuju ke margo
medialis.
Margo anterior disebut crista anterior, sangat menonjol, di bagian proximal mulai dari tepi
lateral tuberositas tibiae, dan di bagian distal menjadi tepi anterior dari malleolus medialis. Margo
medialis, mulai dari bagian dorsal condylus medialis sampai ke bagian posterior malleolus medialis.
Margo interosseus mempunyai bentuk yang lebih tegas daripada margo medialis, tempat melekat
membrana interossea. Di bagian proximal mulai pada condylus lateralis sampai di apex incisura
Ujung distal tibia membentuk malleolus medialis. Malleolus medialis mempunyai facies
superior, anterior, posterior, medial, lateral dan inferior. Pada facies posterior terdapat sulcus
malleolaris, dilalui oleh tendo m.tibialis posterior dan m.flexor digitorum longus. Pada permukaan
lateral terdapat incisura fibularis yang membentuk persendian dengan ujung distal fibula. Facies
articularis inferior pada ujung distal tibia membentuk persendian dengan facies anterior corpus tali.
Fraktur adalah hilangnya kontuinitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang
Fraktur tibia plateau merupakan fraktur akibat kompresi bagian atas tibia terhadap femur,
sehingga terjadi kerusakan pada satu sisi. Fraktur tibia plateau terjadi karena condylus lateralis
femoris terdorong kearah tibia, dan ligamenta cruciatum dan medialis sering kali robek.4
2.3 Epidemiologi
Fraktur tibia plateau terjadi pada 1% kasus dari semua fraktur dan 8% kasus terjadi pada pasien
berusia lanjut. Fraktur yag terjadi pada pasien tua merupakan hasil dari trauma dengan energi rendah.
Fraktur pada medial plateau terjadi pada 23% kasus fraktur plateau, sedangkan fraktur lateral
plateau terjadi pada 70% kasus, dan kombinasi antara keduanya terjadi pada 31% kasus.5
Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, kita harus
mengetahui keadaan fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah.
Tulang kortikal mempunyai struktur yang dapat menahan kompresi dan tekanan memutar
(shearing). Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan
Trauma langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan
terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan
Trauma tidak langsung. Disebut trauma tidak langsung apabila trauma dihantarkan ke
daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat
utuh.
Mekanisme yang paling umum menyebabkan fraktur tibial plateau adalah kekuatan valgus
dengan pembebanan aksial. Trauma bisa langsung atau terkait dengan jatuh dari ketinggian,
Proksimal tibia lebih sering terkena kekuatan valgus karena lutut mempunya nilai normal 5
sampai 7 derajat valgus dan juga karena lebih sering terkena dari arah lateral. Kekuatan valgus
mengakibatkan kerusakan lateral tibial plateau dari benturan dengan lateral femoral condyle.
Kombinasi dari kompresi valgus dan axial menghasilkan depresi pada sisi lateral, split depression,
atau yang jarang, lateral split atau total fraktur dari lateral condyle.
Pada pasien usia muda yang mempunyai kondisi tulang yang bagus biasanya mengalami split
fractures dengan sedikit depresi dan pada pasien usia tua dengan tulang yang osteoporosis
mempunyai komponen kompresi yang lebih besar dengan sedikit fragmen terbelah dan menonjol.
Biasanya pada konfigurasi fraktur lateral, paling tidak ada komponen kecil dari split fracture dan
depresi pada batas luar dari fraktur. Hal yang juga terjadi tapi jarang, cedera dengan kekuatan varus
1. Tipe 1 : Split atau cleavage fracture – fraktur terpisah murni mempunyai satu garis
fraktur yang membuat fraktur marginal melewati lateral plateau. Fraktur ini sangat
jarang dari pada tipe 2 karena jenis ini biasanya diikuti dengan beberapa tingkat dari
marginal depression sejalan dengan garis terpisah pada fraktur. Tipe ini biasanya
fraktur lateral tibial plateau. Telah diketahui bahwa fraktur tipe 3 lebih banyak
daripada tipe 2 dan Hohl menemukan bahwa insidensi hampir sama dengan tipe 2.
Ukuran dari fragmen yang terpisah relatif dan banyaknya depresi bervariasi dari
fraktur yang sedikit bergeser, sampai fraktur keseluruhan seluruh sisi lateral dari sendi
3. Tipe 3 :Local Compression atau pure central depression–fraktur kompresi lokal pada
sisi lateral. Walaupun diimplikasikan bahwa tipe fraktur ini tidak mempunyai fragmen
yang terpisah, hanya depresi lokal, biasanya ada fragmen kecil yang terpisah melalui
korteks lateral. Tetapi fragmen ini cukup kecil dan hanya sedikit bergeser ,tidak
memberikan celah yang mudah untuk bisa mengakses depresi fragmen yang ada.
Biasanya fraktur ini mengenai pasien dengan usia yang lebih tua.
4. Tipe 4 : Medial condyle fracture – seluruh condyle terpisah sebagai satu fragmen atau
bisa juga mempunyai komponen depresi dari sendi yang kominusi. Garis fraktur
biasanya melalui daerah intercondylar tetapi bisa juga melalui sisi lateral condyle
yang berlawanan. Beberapa bagian dari lateral condyle tidak fraktur. Tipe cedera ini
compartment syndrome, peroneal nerve palsy, cedera vaskular dan dislokasi dari pada
sendi lutut.
5. Tipe 5 :bicondylar fracture – tipe ini pertama kali dideskripsikan oleh Schatzker
sebagai fraktur dimana kedua sisi medial dan lateral dari tibial plateau terdapat
fraktur. Ciri yang membedakan adalah daerah metaphysis dan diaphysis tetap utuh
bicondylar, shaft terpisah dari condyle ( tidak ada permukaan artikular yang utuh atau
permukaan sendi. Berdasarkan definisi ini ekstensi distal dari tipe fraktur ini lebih
Anamnesis
Anamnesis merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mengevaluasi pasien dengan
fraktur. Pada anamnesis didapatkan adanya keluhan nyeri, bengkak, ataupun deformitas. Keluhan
lain yang dipaparkan oleh pasien adalah tidak mampu untuk menggerakkan lutut secara seluruhan
ataupun sebagian. Anmnesis penting untuk mengetahui apakah pasien mengalami trauma dengan
dengan kendaraan sementara berjalan merupakan contoh mekanisme trauma dengan energi tinggi.
Anamnesis lainnya yang pertu ditanyakan adalah factor-faktor komorbid dari pasien yang
akan berpengaruh pada terapi ataupun prognosis. Pasien dengan penyakit penyerta seperti penyakit
arteri koroner, emfisema, perokok, ataupun diabetes tidak terkontrol memiliki resiko besar untuk
Pemeriksaan Fisis
1. Look (Inspeksi)
2. Feel (Palpasi)
- Krepitasi.
- Nyeri sumbu.
3. Move (Gerakan)
- Gerakan yang tidak normal yaitu gerakan yang terjadi tidak pada sendinya.
4. Pemeriksan trauma di tempat lain seperti kepala, thorak, abdomen, tractus urinarius
dan pelvis.
berupa pulsus arteri, warna kulit, temperatur kulit, pengembalian darah ke kapiler
(Capillary refil test), sensasi motorik dan sensorik. Pada fraktur tibial plateau, perlu
adductor hiatus dan distal dari soleus serta pemeriksaan nervus peroneal.
6. Pada fraktur tibial plateau, hemarthrosis sering terjadi yaitu berupa edem, nyeri pada
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan standar untuk trauma pada lutut adalah foto Xray dengan posisi anteroposterior
(AP), lateral, dan dua oblik. Foto X-ray digunakan untuk mengidentifikasi garis fraktur dan
pergeseran yang terjadi tetapi tingkat kominusi atau depresi dataran mungkin tidak terlihat jelas.
Foto tekanan (dibawah anestesi) kadang-kadang bermanfaat untuk menilai tingkat ketidakstabilan
sendi. Bila kondilus lateral remuk, ligamen medial sering utuh, tetapi bila kondilus medial remuk,
Gambar 2. Ini adalah X-Ray dari fraktur tibial plateau. Pasien adalah wanita usia 55 tahun yang
jatuh dengan lutut terlebih dahulu ketika berkebun. Pasien dibawa ke UGD dengan nyeri dan
CT-scan potongan sagital meningkatkan akurasi diagnosis dari fraktur tibial plateau dan
diindikasikan pada kasus dengan depresi artikular. Magnetic resonance imaging (MRI)
digunakan untuk mengevaluasi trauma ataupun sebagai alternative dari CT-scan atau
arthroscopy. MRI dapat mengevaluasi tulang serta komponen jaringan lunak dari lokasi trauma.
Namun, tidak ada indikasi yang jelas untuk penggunaan MRI pada fraktur tibial plateau.
Gambar 3. CT-scan Posisi AP, sagital, serta arthtroscopy menunjukkan fraktur kompres
lateral.
Non-operatif
- Pembebanan berat badan dengan menggunakan hinge fracture brace
- Fisioterapi ( static contraction, relax passive movement, free active movement, resisted
active movement, assisted active movement )11
Indikasi terapi non-operatif
- Nondisplaced atau minimally displaced fracture
- Depressed fracture
- Fraktur pada orang tua
- Osteoporosis
Operatif
- Fiksasi Internal
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 14
- Fiksasi eksternal ( Ilizarov fixator, Hybrid fixator)
Indikasi terapi operatif :
1. Indikasi absolut
- Fraktur tibial plateau terbuka
- Fraktur dengan sindrom kompartemen
- Fraktur dengan cedera vascular
2. Indikasi relatif :
- Displaced bicondylar fracture
- Displaced medial condylar fracture
- Fraktur lateral tibia plateau dengan sendi yang tidak stabil12
Komplikasi pada fraktur tibial plateau dapat dibagi menjadi dua yaitu dini dan lanjut.
Komplikasi dini
dan resiko munculnya sindrom kompartemen. Kaki dan ujung kaki harus diperiksa
Kerusakan dari nervus peroneal. Hal ini umum terjadi pada trauma di aspek lateral
dimana nervus peroneal berjalan dari proksimal ke bagian atas dari fibula dan lateral
Komplikasi lanjut
Kekakuan sendi. Pada fraktur komunitif berat dan setelah operasi yang kompleks,
terdapat banyak resiko timbulnya kekakuan lutut. Resiko ini dicegah dengan (1)
menghindari imobilisasi gips yang lama dan (2) mendorong dilakukannya gerakan
secepat mungkin.
Deformitas. Deformitas varus atau valgus yang tersisa amat sering ditemukan baik
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 15
karena reduksi fraktur tak sempurna ataupun karena meskipun telah direduksi dengan
yang moderat dapat member fungsi yang baik, meskipun pembebanan berlebihan pada
jangka panjang yang lazim dari terapi konservatif. Lansinger, dkk (1986) dalam tindak
lanjut pada serangkaian kasus besar yang dipantau selama 20 tahun, melaporkan hasil yang
sangat baik atau baik apda 90% pasien bila tidak ada ketidakstabilan ligamentum atau depresi
nyata. Sekalipun penampilan sinar-X menunjukkan osteoarthritis, lutut mungkin tidak terasa
nyeri. Tetapi, jika timbul osteoarthritis yang nyeri dan kondilus lateral terdepresi, operasi
Malunion atau non-union. Hal in sering terjadi pada Schatzker VI dimana terjadi fraktur
infeksi.8
Insidensi arthritis post trauma dihubungkan dengan usia pasien, lokasi dari pergeseran, dan
reduksi.
Fraktur karena energy tinggi yang diterapi dengan fiksasi eksternal hanya memiliki insidensi
DAFTAR PUSTAKA
Elseiver.
3. Apley, A. Graham (1995). Dalam; Buku Ajar Orthopedic dan fraktur sistem apley.
4. Price, Sylvia. & Wilson, Lorraine. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
5. Frassica, Frank dkk. The 5-Minute Orthopedic Consult 2nd edition. Lippuncolt
6. Chairuddin, Rasjad Prof, MD, PhD.Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. 2003. Makasar.
7. Karunakar MA, Egol KA, Peindl R, et al. Split depression tibial plateau fractures: a
Wilkins. 2006
experience 1968-1975.
10. Dirchsl Douglas, dkk. Staged Management of Tibial Plateau. American Journal of
Orthopaedic. 2007
11. Egol KA, Kenneth JK, dan Joseph DZ. Handbook of fracture. 5th edition. Wolters
12. Vidyadhara S, MBBS, et.al. Tibial Plateau Fractures. Medscape. 2018 July.
https://emedicine.medscape.com/article/1249872-treatment )