Anda di halaman 1dari 5

Model pelaksanaan konservasi Elang Bondol (Haliastur indus) dengan tipe

6 kandang
Perkandangan berfungsi untuk menyediakan ruang hidup bagi satwa,
melindungi satwa dari panas matahari, dingin, angin dan hujan,
melindungi satwa dari bahaya dan gangguan luar serta untuk memulihkan
keadaan satwa sehingga mempermudah pengelolaan.
1. Kandang Sanctuary
Kandang sanctuary ditujukan untuk memelihara elang yang tidak dapat
dilepasliarkan ke alam akibat sakit atau ketidaksempurnaan tubuhnya. Di
Pulau Kotok Besar terdapat 3 kandang sanctuary yang terdiri dari dua
kandang elang bondol dan satu kandang elang-laut perut-putih.

Gambar 1. kandang Sanctuary


Di dalam kandang sanctuary masing-masing terdapat batang tenggeran,
kolam pakan dan air bersih, serta batang pohon yang diatur seperti pohon.
Fungsi lain dari kandang sanctuary adalah untuk pendekatan pendidikan
lingkungan dan memberikan informasi serta pengetahuan kepada
masyarakat mengenai burung elang.

2. Kandang Karantina
Kandang karantina untuk menampung elang yang baru masuk agar dapat
beradaptasi dengan lingkungan barunya. Kandang ini juga ditujukan
untuk elang yang menderita penyakit agar penyakitnya tidak menular
serta mendapat perawatan dari pengelola.

Gambar 2. Kandang karantina


Ukuran kandang juga mencukupi kondisi ideal berdasarkan Minimum
Standards for Wildlife Rehabilitation (Miller 2012) yaitu 3,0m x 2,4m x
2,4m.
3. Kandang Isolasi
Kandang Isolasi untuk merawat elang yang sakit, pengamatan perilaku
juga melatih elang menunjukkan perilaku alami seperti terbang dan
mengambil pakan ditempat yang lebih luas. Ukuran tiap kandang berbeda
karena tidak ada ukuran khusus dari pengelola untuk membuat kandang
dengan ukuran yang sama.

Gambar 3. Kandang isolasi


Semua material kandang terbuat dari jaring dengan kerangka bambu dan
pagar bambu. Di dalam kandang isolasi masing-masing berisi satu ekor
elang. Di dalam kandang terdapat batang tenggeran, kolam pakan dan air
bersih. Berdasarkan Minimum Standards for Wildlife Rehabilitation
(Miller 2012) ukuran kandang minimum untuk aktivitas terbatas yaitu
3,0m x 2,4m x 2,4m. Pengelola masih bisa untuk mengamati bobot dan
perilaku elang, menyediakan keadaan yang sesuai dengan habitat, dan
elang masih bisa untuk berjalan dan terbang jarak pendek. Di dalam
kandang ini interaksi dengan manusia dikurangi.
4. Kandang Sosialisasi
Kandang sosialisasi berguna untuk menggabungkan beberapa individu
elang untuk saling melakukan interaksi sosial dan mempersiapkan elang
yang siap dilepas ke habitat alaminya sehingga diharapkan ketika nantinya
dilepaskan ke alam, individu mampu bertahan hidup. Kandang sosialisasi
juga dilengkapi batang tenggeran serta kolam pakan dan air tawar.

Gambar 4. Kandang sosialisasi


Ukuran minimal dari Minimum Standards for Wildlife Rehabilitation
(Miller 2012) yaitu 30,5m x 6,1m x 4,9m.
5. Kandang Pre-Release
Kandang Pre-Release adalah kandang yang dibuat untuk elang agar bisa
beradaptasi sebelum bisa dilepasliarkan. Kandang Pre-release juga
merupakan sarana pelatihan untuk elang agar bisa mengambil pakan
alami di laut.

Gambar 5. Kandang Pre-Release


Didalam kandang pengelola membuat keramba untuk ikan agar pakan
elang terus tersedia dan elang bisa langsung menyambar. Kandang ini
dilengkapi batang tenggeran dan baskom untuk air minum tawar.
6. Kandang Pemindahan
Kandang ini adalah kandang cadangan saat pengelola hendak membangun
atau memperbaiki kandang yang lama dan elang dipindahkan sementara
ke kandang ini. Kandang ini terbuat dari jaring dan bamboo.

Gambar 6. Kandang Prmindahan

Deskripsi Burung- Burung Sumatera yang dilindungi


1. Burung Sikatan Aceh (Cyornis ruckii)

Burung Sikatan Aceh disebut juga sebagai burung kipas biru. Dalam bahasa Inggris
dinamai sebagai Rueck’s Blue-flycatcher atau Rueck’s Niltava.. Burung endemik pulau
Sumatera bagian timur laut. Burung langka ini hanya diketahui dari dua spesimen yang
ditemuka pada tahun 1917 dan 1918 yang ditemukan di Sumatera Utara. Sejak saat itu,
Sikatan Aceh tidak sekalipun pernah terlihat kembali.

2. Burung Paok Schneider (Pitta schneideri)

Nama ilmiah burung Paok Schneider adalah (Pitta schneideri dan dikenal dengan sebutan
Schneider’s Pitta dalam bahasa Inggris. Burung endemik Sumatera dan langka dengan
persebaran di pegunungan Bukit Barisan. Populasinya diperkirakan antara 2500 hingga
10.000 ekor burung dewasa.

3. Burung Paok Topi-hitam (Pitta venusta)

Burung yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Graceful Pitta di Indoensia dinamai Paok
Topi-hitam. Burung endemik Sumatera yang langka dan terancam punah.

4. Burung Luntur Sumatera

Burung Luntur Sumatera juga termasuk jenis burung kicauan endemik dari
pulau Sumatera yang memiliki suara kicauan yang khas. Suaranya juga terdengar
serak dan juga suaranya sudah terdengar cukup keras, akan tetapi jenis burung ini
cukup sulit untuk kita jumpai. Habitat burung Luntur Sumatera yaitu di hutan hujan
tropis pegunungan, kurang lebih pada ketinggiannya dari 1000 sampai dengan 2500
meter diatas permukaan laut. Burung Luntur Sumatera kerap berada di ranting yang
datar serta di tempat yang teduh. Selanjutnya burung tersebut akan bersiul dengan
suaranya yang serak khas.

5. Burung Beo Nias Sumatera Utara

Burung Beo Nias memiliki nama latin Gracula religiosa robusta atau Gracula
robusta, hidup secara berkelompok atau berpasangan ini hanya bisa ditemui di Pulau Nias
dan sekitarnya, seperti Pulau Babi, Pulau Simo, Pulau Tuangku dan Pulau Bangkaru.
Biasanya burung Beo Nias membuat sarang mereka di batang pohon tinggi yang berdiri tegak
dengan melubanginya. Bersama kelompoknya, Burung Beo Nias ini sangat suka tinggal di
alam terbuka. Beo nias ini dilindungi oleh negara berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pertanian No. 421/Kpts/Um/8/1970. Ia mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar
dibandingkan dengan jenis burung beo lainnya. Bagi orang awam yang tidak mengerti
tentang burung beo, mungkin melihat burung Beo Nias ini tidak ada bedanya dengan burung
beo lainnya, namun bagi Anda penggemar mereka tentu akan mudah membedakannya karena
tubuh burung Beo Nias terlihat lebih besar dan lebih gagah.

6. Burung Tokhtor Sumatera

Burung langka sumatera Burung Tokhtor Sumatera memiliki nama latin carpococcyx
viridis adalah burung endemik pulau Sumatera yang termasuk di dalam 18 burung sangat
langka di indonesia. Burung tokhtor sumatera telah terdaftar sebagai salah satu satwa yang
langka yaitu status konservasi dengan keterancaman sangat tinggi. Jumlah populasinya
diperkirakan tak sampai mencapai 300 ekor. Burung tokhtor sumatera dulu sudah dianggap
telah punah karena sejak terdiskripsikan pada tahun 1916 tak pernah ditemukan lagi.
Kemudian pada November tahun 1997 seekor tokhtor sumatera sukses difoto untuk pertama
kalinya oleh Andjar Rafiastanto.

Anda mungkin juga menyukai