Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai tipe dan luasnya
(Smeltzer, S & Bare, 2011). Sedangkan menurut (Price dan Wilson, 2005) fraktur adalah
patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Fraktur distal fibula
adalah terputusnya hubungan tulang fibula bagian distal. Walaupun peran fibula dalam
pergerakan ektremitas bawah sangat sedikit, tetapi terjadinya fraktur pada fibula tetap
menimbulkan adanya gangguan aktifitas fungsional tungkai dan kaki. Fraktur distal fibula
adalah terputusnya hubungan tulang fibula bagian distal juga tulang tibia atau sebagai
komponen maleolus patah pada pergelangan kaki. Dalam lembar tugas mandiri ini akan
dibahas mengenai penatalaksanaan fraktur, indikasi pemasangan bidai dan kruk, non weight
bearing, serta pertolongan pertama fraktur.
Penatalaksanaan
Menurut (Mansjoer, 2000) dan Muttaqin (2008) konsep dasar yang harus dipertimbangkan
pada waktu menangani fraktur yaitu : rekognisi, reduksi, retensi, dan rehabilitasi.
Pembidaian
Pembidaian merupakan suatu alat imobilisasi eksternal yang bersifat kaku dan bidai
dipasang dengan menyesuaikan kontur tubuh namun tidak dianjurkan pada fraktur terbuka
(Asikin, Nasir M, Podding, 2016). Sedangkan menurut (Risnanto, 2014) bidai merupakan
suatu alat yang di gunakan dalam melakukan imobilisasi pada fraktur atau tulang yang
patah. Tujuan Pembidaian yaitu sebagai sarana imobilisasi dan fiksasi eksternal yang
berfungsi mencegah terjadinya kecacatan, dan mengurangi rasa nyeri (Asikin, Nasir M,
Podding, 2016). Bidai digunakan betujuan sebagai proteksi luka guna meminimalisir
keparahan pada luka, mengurangi rasa sakit, dan sebagai penopang bagian badan yang
terluka.
Prinsip pembidaian
- Bahan pada bidai merupakan bahan yang tidak mudah patah dan tidak lentur.
- Panjang bidai minimal mampu melewati dua sendi.
- Pemasangan bidai tidak boleh dipasang diatas luka atau fraktur.
Jenis pembidaian
a. Rigid splints- Rigid splints diproduksi melalui perusahan material dan dapat
digunakan pada sisi samping, depan, atau belakang pada ekstremitas yang terkena
cidera). Terdapat beberapa tipe yang termasuk dalam rigid splints yakni padded
board splints yang merupakan potongan kayu dengan ukuran 12” x 3” dengan sudut
membuat dan dilapisi ½” busa guna kenyamanan pasien dan lapisi dengan kain vinil
supaya tahan lama dan mudah dibersihkan, molded plastic atau aluminum maleable
(SAM) splints, dan folded cardboard splints.
b. Soft splints merupakan bidai yang tergolong fleksibel dan mudah digunakan pada
sekitar bagian tubuh yang cidera. Adapun jenis soft splints yang termasuk
didalamnya adalah vacuum splints, air splints.
c. Traction Splints - Bidai traksi dapat memberikan tarikan secara konstan pada tulang
yang patah. Tipe traksi yang biasa digunakan adalah sagar dan hare traction splint.
Kruk
Kruk merupakan tongkat/alat bantu berjalan untuk orang yang memiliki keterbatasan
fisik karena cacat atau cedera, biasanya digunakan secara berpasangan untuk
mengatur keseimbangan tubuh saat berjalan. Kruk biasanya terdiri dari dua jenis yaitu kruk
ketiak (Axillary Crutch) dan kruk lengan bawah (Forearm Crutch).
Indikasi penggunaan kruk
Weight bearing adalah pembebanan berat badan pada kaki yang mengalami cedera. Early
weight bearing direkomendasikan karena dapat mempercepat union dan meningkatkan
kekuatan tulang. Terdapat lima tingkatan weight bearing:
Weight bearing bersifat individual. Bergantung dari jenis fraktur, implant yang digunakan,
cedera yang menyertai, penyakit penyerta yang dimiliki klien, dan kerjasama klien.
Pertolongan pertama pada fraktur
Pertolongan pertama pada fraktur menurut (Lukman dan Ningsih, N, 2013) yakni dengan
melakukan imobilisasi pada bagian tubuh yang terjadi dengan pembidaian. Sebelum
dilakukan pembidaian, bagian tubuh yang terkena fraktur harus disangga untuk mencegah
adanya gerakan rotasi maupun angulasi. Gerakan pada fragmen tulang dapat menimbulkan
nyeri, sehingga perlu dilakukan imobilisasi dengan menggunakan bidai yang kencang dan
tetap memperhatikan nadi perifer. Pakaian yang menutupi bagian tubuh yang mengalami
fraktur terlebih dahulu dibuka atau bisa disobek dengan gunting. Pada daerah luka yang
terbuka dapat ditutup dengan menggunakan kain yang bersih demi mencegah kontaminasi
pada jaringan, serta tidak diperbolehkan untuk melakukan reduksi fraktur.
Penatalaksanaan kedaruratan
Bila dicurigai ada fraktur, penting untuk mengimobilisasi bagian tubuh segera sebelum
pasien dipindahkan. Bila pasien yang mengalami cedera harus dipindahkan dari kendaraan
sebelum dapat dilakukan pembidaian Extremitas harus disangga diatas dan dibawah tempat
patah untuk mencegah gerakan rotasi maupun angulasi. Gerakan fragmen patahan tulang
dapat menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan lunak dan perdarahan lebih lanjut.
Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan dapat dikurangi dengan menghindari
gerakan fragmen tulang dan sendi sekitar fraktur. Pembidaian yang memadai sangat penting
untuk mencegah kerusakan jaringan lunak oleh fragmen tulang.
Daerah yang cedera diimobilisasi dengan memasang bidai sementara dengan bantalan yang
memadai, yang kemudian dibebat dengan kencang. Imobilisasi tulang panjang ekstremitas
bawah dapat juga dilakukan dengan membebat kedua tungkai bersama, dengan ekstremitas
yang sehat bertindak sebagai bidai bagi ektremitas yang cedera. (Smeltzer, S & Bare,
2011).
Bibliography