Anda di halaman 1dari 7

LEMBAR TUGAS MANDIRI 2

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III


Penatalaksanaan Fraktur Fibula Distal Ankle
(Indikasi pemasangan bidai dan kruk, Non weight Bearing, Pertolongan Pertama
Fraktur)

Oleh : Indah Mulyani (1806269985)


Mahasiswa Program Studi S1 Ekstensi Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
*Email: ndamuly279@gmail.com
3 Oktober 2019

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai tipe dan luasnya
(Smeltzer, S & Bare, 2011). Sedangkan menurut (Price dan Wilson, 2005) fraktur adalah
patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Fraktur distal fibula
adalah terputusnya hubungan tulang fibula bagian distal. Walaupun peran fibula dalam
pergerakan ektremitas bawah sangat sedikit, tetapi terjadinya fraktur pada fibula tetap
menimbulkan adanya gangguan aktifitas fungsional tungkai dan kaki. Fraktur distal fibula
adalah terputusnya hubungan tulang fibula bagian distal juga tulang tibia atau sebagai
komponen maleolus patah pada pergelangan kaki. Dalam lembar tugas mandiri ini akan
dibahas mengenai penatalaksanaan fraktur, indikasi pemasangan bidai dan kruk, non weight
bearing, serta pertolongan pertama fraktur.

Penatalaksanaan

Menurut (Mansjoer, 2000) dan Muttaqin (2008) konsep dasar yang harus dipertimbangkan
pada waktu menangani fraktur yaitu : rekognisi, reduksi, retensi, dan rehabilitasi.

1. Rekognisi (Pengenalan) Riwayat kecelakaan, derajat keparahan, untuk menentukan


diagnosa dan tindakan selanjutnya. Kelainan bentuk yang nyata dapat menentukan
diskontinuitas integritas rangka.
2. Reduksi (manipulasi/ reposisi) Reduksi adalah usaha dan tindakan untuk
memanipulasi fragmen fragmen tulang yang patah kembali seperti letak asalnya.
Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara
optimal. Reduksi fraktur dapat dilakukan dengan reduksi tertutup, traksi, atau
reduksi terbuka. Reduksi fraktur dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah
jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan
perdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi semakin sulit bila
cedera sudah mulai mengalami penyembuhan (Mansjoer, 2000).
3. Retensi (Immobilisasi) Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang
sehingga kembali seperti semula secara optimal. Setelah fraktur direduksi, fragmen
tulang harus diimobilisasi, atau di pertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar
sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau
interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu,
pin, dan teknik gips, atau fiksator eksterna. Implan logam dapat di gunakan untuk
fiksasi intrerna yang berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur.
Fiksasi eksterna adalah alat yang diletakkan diluar kulit untuk menstabilisasikan
fragmen tulang dengan memasukkan dua atau tiga pin metal perkutaneus menembus
tulang pada bagian proksimal dan distal dari tempat fraktur dan pin tersebut
dihubungkan satu sama lain dengan menggunakan eksternal bars. Teknik ini
terutama atau kebanyakan digunakan untuk fraktur pada tulang tibia, tetapi juga
dapat dilakukan pada tulang femur, humerus dan pelvis (Mansjoer, 2000).
4. Rehabilitasi Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin untuk
menghindari atropi atau kontraktur. Bila keadaan memungkinkan, segera dimulai
melakukan latihan-latihan untuk mempertahankan kekuatan anggota tubuh dan
mobilisasi (Mansjoer, 2000).

Pembidaian

Pembidaian merupakan suatu alat imobilisasi eksternal yang bersifat kaku dan bidai
dipasang dengan menyesuaikan kontur tubuh namun tidak dianjurkan pada fraktur terbuka
(Asikin, Nasir M, Podding, 2016). Sedangkan menurut (Risnanto, 2014) bidai merupakan
suatu alat yang di gunakan dalam melakukan imobilisasi pada fraktur atau tulang yang
patah. Tujuan Pembidaian yaitu sebagai sarana imobilisasi dan fiksasi eksternal yang
berfungsi mencegah terjadinya kecacatan, dan mengurangi rasa nyeri (Asikin, Nasir M,
Podding, 2016). Bidai digunakan betujuan sebagai proteksi luka guna meminimalisir
keparahan pada luka, mengurangi rasa sakit, dan sebagai penopang bagian badan yang
terluka.

Prinsip pembidaian

- Bahan pada bidai merupakan bahan yang tidak mudah patah dan tidak lentur.
- Panjang bidai minimal mampu melewati dua sendi.
- Pemasangan bidai tidak boleh dipasang diatas luka atau fraktur.

Jenis pembidaian

Tipe dasar dari pembidaian meliputi:

a. Rigid splints- Rigid splints diproduksi melalui perusahan material dan dapat
digunakan pada sisi samping, depan, atau belakang pada ekstremitas yang terkena
cidera). Terdapat beberapa tipe yang termasuk dalam rigid splints yakni padded
board splints yang merupakan potongan kayu dengan ukuran 12” x 3” dengan sudut
membuat dan dilapisi ½” busa guna kenyamanan pasien dan lapisi dengan kain vinil
supaya tahan lama dan mudah dibersihkan, molded plastic atau aluminum maleable
(SAM) splints, dan folded cardboard splints.
b. Soft splints merupakan bidai yang tergolong fleksibel dan mudah digunakan pada
sekitar bagian tubuh yang cidera. Adapun jenis soft splints yang termasuk
didalamnya adalah vacuum splints, air splints.
c. Traction Splints - Bidai traksi dapat memberikan tarikan secara konstan pada tulang
yang patah. Tipe traksi yang biasa digunakan adalah sagar dan hare traction splint.

Kruk

Kruk merupakan tongkat/alat bantu berjalan untuk orang yang memiliki keterbatasan
fisik karena cacat atau cedera, biasanya digunakan secara berpasangan untuk
mengatur keseimbangan tubuh saat berjalan. Kruk biasanya terdiri dari dua jenis yaitu kruk
ketiak (Axillary Crutch) dan kruk lengan bawah (Forearm Crutch).
Indikasi penggunaan kruk

- Pasca amputasi kaki


- Hemiparase
- Paraparese
- Fraktur pada ekstremitas bawah
- Terpasang gips
- Pasca pemasangan gips
Non Weight Bearing

Weight bearing adalah pembebanan berat badan pada kaki yang mengalami cedera. Early
weight bearing direkomendasikan karena dapat mempercepat union dan meningkatkan
kekuatan tulang. Terdapat lima tingkatan weight bearing:

1. Non weight bearing


Tidak memberi beban apapun. Kaki sama sekali tidak boleh menyentuh lantai.
2. Touch down weight bearing/ toe touch weight bearing
Ketika duduk atau berdiri, kaki yang cedara boleh menyentuh lantai tapi hanya
untuk keseimbangan
3. Partial weight bearing
Beban dapat ditingkatkan perlahan dari 30-50% berat badan.
4. Weight bearing as tolerated/ weight bearing to tolerance
Beban ditingkatkan 50-100%. Klien mengatur sendiri bebannya sesuai dengan rasa
sakit yang dialami.
5. Full weight bearing
Tidak ada limitasi. Dapat membawa 100% berat tubuh.

Weight bearing bersifat individual. Bergantung dari jenis fraktur, implant yang digunakan,
cedera yang menyertai, penyakit penyerta yang dimiliki klien, dan kerjasama klien.
Pertolongan pertama pada fraktur

Pertolongan pertama pada fraktur menurut (Lukman dan Ningsih, N, 2013) yakni dengan
melakukan imobilisasi pada bagian tubuh yang terjadi dengan pembidaian. Sebelum
dilakukan pembidaian, bagian tubuh yang terkena fraktur harus disangga untuk mencegah
adanya gerakan rotasi maupun angulasi. Gerakan pada fragmen tulang dapat menimbulkan
nyeri, sehingga perlu dilakukan imobilisasi dengan menggunakan bidai yang kencang dan
tetap memperhatikan nadi perifer. Pakaian yang menutupi bagian tubuh yang mengalami
fraktur terlebih dahulu dibuka atau bisa disobek dengan gunting. Pada daerah luka yang
terbuka dapat ditutup dengan menggunakan kain yang bersih demi mencegah kontaminasi
pada jaringan, serta tidak diperbolehkan untuk melakukan reduksi fraktur.

Pertolongan pertama yang dapat dilakukan adalah mengontrol perdarahan dengan


meletakkan beberapa bantalan disekitar luka, atau diatas dan di bawah luka serta gunakan
kain atau dressing yang bersih. Tindakan selanjutnya yang dilakukan adalah
mengimobilisasi bagian yang cedera yakni dengan mempertahankan dan mengimobilisasi
daerah luka. Tindakan berikutnya yakni membuat pasien nyaman dengan memposisikan
bagian cedera diatas bantalan seperti bantal, selimut, handuk, dan lain-lain pada daerah
sekitar luka dan pada lekukan tubuh terdekat pada daerah cedera. Prinsip yang perlu
diperhatikan dalam melakukan penatalaksanaan fraktur meliputi mempertahankan respirasi,
mengatasi kejadian syok, mempertahankan tulang dari pergerakan, mencegah fraktur yang
lebih lanjut, menggunakan peralatan seperti bidai dan sling atau penyangga untuk
mencegah pergerakan pada daerah cidera, mendapatkan pengobatan medis apabila dicurigai
atau terbukti mengalami patah tulang.

Penatalaksanaan kedaruratan

Bila dicurigai ada fraktur, penting untuk mengimobilisasi bagian tubuh segera sebelum
pasien dipindahkan. Bila pasien yang mengalami cedera harus dipindahkan dari kendaraan
sebelum dapat dilakukan pembidaian Extremitas harus disangga diatas dan dibawah tempat
patah untuk mencegah gerakan rotasi maupun angulasi. Gerakan fragmen patahan tulang
dapat menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan lunak dan perdarahan lebih lanjut.

Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan dapat dikurangi dengan menghindari
gerakan fragmen tulang dan sendi sekitar fraktur. Pembidaian yang memadai sangat penting
untuk mencegah kerusakan jaringan lunak oleh fragmen tulang.

Daerah yang cedera diimobilisasi dengan memasang bidai sementara dengan bantalan yang
memadai, yang kemudian dibebat dengan kencang. Imobilisasi tulang panjang ekstremitas
bawah dapat juga dilakukan dengan membebat kedua tungkai bersama, dengan ekstremitas
yang sehat bertindak sebagai bidai bagi ektremitas yang cedera. (Smeltzer, S & Bare,
2011).

Bibliography

Asikin, Nasir M, Podding. (2016). Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Muskuloskeletal.


Jakarta: Erlangga.
Lukman dan Ningsih, N. (2013). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Mansjoer. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius.
Price dan Wilson. (2005). Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Risnanto. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Muskuloskeletal.
Yogyakarta: Deepublish.
Smeltzer, S & Bare. (2011). Brunner & Suddarths Textbook of Medical Surgical Nursing.
Philadelphia: Lippincott.

Anda mungkin juga menyukai