LTM 2
Richa Fitriana
NIM : 1806270091
Kasus Pemicu 2
Seorang perempuan berusia 36 tahun dirawat dengan keluhan utama nyeri pada
pergelangan kaki kanan dengan skor 7 (skala 10). Pasien menceritakan bahwa saat terjadi
cedera, dia sedang berjalan dan tanpa disadari kaki pasien terperosok ke dalam lubang,
pasien memutar pergelangan kakinya dan merasakan sakit. Pasien tidak dapat berjalan ke
rumah dan menelepon suaminya agar segera datang menjemputnya. Pasien mengatakan
samapi saat ini belum mampu menopang berat badan pada pergelangan kakinya sejak
cedera.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tinggi badan 160 cm dan berat badan 60 kg, tidak ada
mati rasa atau kesemutan, dan rasa sakit berkurang dengan kompres es di pergelangan
kaki. Pada inspeksi, tampak pembengkakan dan memar di pergelangan kaki lateral, tidak
tampak luka terbuka atau lecet. Pada palpasi, terdapat nyeri tekan mulai 6 cm di atas
malleolus. Pasien tampak ragu-ragu melakukan pergerakan sendi pada pergelangan kaki,
tetapi mampu menggerakkan seluruh jari-jari kakinya. Pemeriksaan radilogi
menunjukkan farktur pada fibula distal ankle kanan. Pasien telah dipasang bidai, diminta
untuk nonweight bearing dan diberi kruk, menggerakan jari-jari kakinya sesering
mungkin, kompres es selama 20 menit beberapa kali sehari dan meninggikan kaki
melebihi level jantung.
A. Pengkajian Pada Pasien dengan Gangguan Muskuloskeletal
1. Aktivitas/ istirahat
Kelemahan
Kelelahan
Kiprah dan/ atau masalah mobilitasi
Kelemahan umum
Pembatasan atau hilangnya fungsi bagian yang terkena/ mengalami
gangguan — bisa terjadi segera, karena fraktur, atau berkembang sekunder
akibat pembengkakan jaringan, nyeri
Kelemahan ekstremitas yang terkena dampak/ terganggu
Defisit rentang gerak sendi (Range Of Motion, ROM)
Jika dikaitkan sesuai dengan kasus terdapat data: Pasien tidak dapat
berjalan ke rumah dan menelepon suaminya agar segera datang menjemputnya.
Pasien mengatakan sampai saat ini belum mampu menopang berat badan pada
pergelangan kakinya sejak cedera menunjukkan terjadinya kelemahan
ekstremitas yang terganggu sehingga defisit rentang gerak sendi (ROM).
3. Eliminasi
Hematuria
Sedimen dalam urin
Perubahan output — gagal ginjal akut (GGA) dengan mayor kerusakan otot
rangka
Pada kasus tidak didapatkan data yang menunjukan adanya masalah
eliminasi yang timbul pada pasien
4. Neurosensory
Kehilangan atau gangguan gerak atau sensasi
Kejang otot memburuk dari waktu ke waktu
Mati rasa atau kesemutan (parestesia)
Kelainan muskuloskeletal lokal — angulasi abnormal,
perubahan postur, pemendekan anggota badan, rotasi, atau krepitasi
Kejang otot
Kelemahan atau hilangnya fungsi yang tampak
Memberi jalan atau runtuh, mengunci sendi, dislokasi
Agitasi — mungkin terkait dengan rasa sakit, kecemasan, atau trauma
lainnya
6. Keamanan
Keadaan insiden mungkin tidak mendukung jenis cedera yang terjadi —
dapat menunjukkan kekerasan
Penggunaan alkohol atau obat-obatan lain
Laserasi kulit
Avulsi jaringan
Berdarah
Perubahan warna kulit
Pembengkakan lokal — dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba
Ketidaksesuaian dalam kekuatan ekstremitas
Adanya faktor risiko untuk jatuh — usia, osteoporosis, demensia, radang
sendi, kondisi kronis lainnya; fraktur yang tidak dikenali yang terjadi
sebelumnya
Jika dikaitkan sesuai dengan kasus terdapat data: Pasien tampak ragu-
ragu melakukan pergerakan sendi pada pergelangan kaki, tetapi mampu
menggerakkan seluruh jari-jari kakinya; Pasien mengatakan samapi saat ini
belum mampu menopang berat badan pada pergelangan kakinya sejak cedera
yang menunjukkan ketidaksesuaian dalam kekuatan ekstremitas. Namun
pada kasus tidak tampak luka terbuka atau lecet.
7. Pemeriksaan penunjang
B. Analisa Data
DO:
Pada inspeksi, tampak
pembengkakan dan memar di
pergelangan kaki lateral, tidak
tampak luka terbuka atau lecet.
Pada palpasi, terdapat nyeri tekan
mulai 6 cm di atas malleolus.
Pasien tampak ragu-ragu
melakukan pergerakan sendi pada
pergelangan kaki, tetapi mampu
menggerakkan seluruh jari-jari
kakinya.
Pemeriksaan radilogi menunjukkan
farktur pada fibula distal ankle
kanan.
Pasien telah dipasang bidai,
diminta untuk nonweight bearing
dan diberi kruk
3 DS: Ketidak tahuan Kesiapan
Pasien mengatakan ingin mandi tapi untuk strategi untuk
bingung masih terasa nyeri dan sulit perawatan diri Perawatan
bergerak Diri yang
Pasien mengatakan sampai saat ini ditingkatkan
belum mampu menopang berat
badan pada pergelangan kakinya
sejak cedera.
Pasien mengatakan tidak mampu
berjalan
DO:
Pasien tampak ragu-ragu
melakukan pergerakan sendi pada
pergelangan kaki, tetapi mampu
menggerakkan seluruh jari-jari
kakinya
Pasien telah dipasang bidai,
diminta untuk nonweight bearing
dan diberi kruk
C. Diagnosa Keperawatan
Dari analisa data terhadap kasus tersebut, sehingga diagnosa keperawatan yang
dapat diambil menurut doenges (2016) dan SDKI (2016), yaitu:
1. Nyeri Akut b.d Agen fisik (Edema, cedera jaringan lunak, alat traksi/ imobilitas)
2. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Rasa sakit atau tidak nyaman; Pembatasan
gerakan yang ditentukan — imobilisasi ekstremitas
3. Kesiapan untuk Perawatan Diri yang ditingkatkan
Sedangkan menurut teori dalam Doenges (2016) dan SDKI (2016), ada beberapa
diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada system gangguan
musculoskeletal namun tidak diangkat oleh kelompok kerana tidak ada data focus
(data subjektif maupun data objektif yang ditunjukkan oleh pasien sesuai kasus
diatas), antara lain:
1. Gangguan integritas jaringan (karena dalam kasus tidak terjadi adanya Jaringan
yang rusak / hancur (mis., Lecet, laserasi, luka tusuk, sayatan bedah)
2. Resiko Gangguan pertukaran gas
3. Risiko disfungsi neurovaskular perifer
4. Resiko Infeksi
5. Pengetahuan yang kurang [Kebutuhan Belajar] tentang kondisi, prognosis,
perawatan, perawatan diri, dan kepulangankebutuhan
Referensi:
Doenges, Marilynn E., Moorhouse, Mary F., Murr, Alice C. (2010). Nursing Care Plans:
Guidelines for Individualizing Client Care Across the Life Span. 8th Ed. Philadelphia:
F. A. Davis Company.