Perubahan fisiologis yang terjadi pada sistem perkemihan yaitu meliputi ginjal, ureter, vesika
urinaria dan uretra. Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh dan
bertambah berat sejak lahir hingga dewasa awal. Jumlah nefron yang berfungsi mulai menurun
berlanjut sepanjang hidup yaitu sekitar 25% penurunan massa ginjal di usia 80 tahun. Glomeruli
yang tersisa mengalami berbagai perubahan yang lebih besar seperti peningkatan ukuran,
berkurangnya lobulasi, dan membran yang menebal. Pada usia 40 tahun, aliran darah ginjal
secara bertahap berkurang, khususnya di korteks, pada tingkat 10% per dekade. Priyoto (2015)
mengatakan aliran darah ginjal menurun sampai 50 % fungsi tubulus berkurang akibat kurangnya
kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria (biasanya 1+), BUN
(Blood Urea Nitrogen) meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat. Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa penurunan fungsi ginjal secara
bertahap adalah perubahan terkait usia yang normal dan dikaitkan dengan kondisi patologis yang
umum seperti hipertensi. Otot-otot kandung kemih juga menjadi lemah, kapasitas menurun
sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah
dikosongkan pada lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin. Pembesaran prostat +75 %
dialami oleh pria berusia diatas 65 tahun (Priyoto, 2015).
Perubahan pada sistem saraf dan sistem pengaturan lainnya memengaruhi fungsi urin. Sebagai
contoh, impuls motorik dalam urinasi kontrol sumsum tulang belakang, Ketika kandung kemih
terisi, reseptor sensorik di dinding kandung kemih mengirim sinyal ke sumsum tulang belakang
sakral. Pada orang dewasa kandung kemih dapat menyimpan 350 hingga 450 ml urin sebelum
orang tersebut mengalami ketidaknyamanan. Dengan bertambahnya usia, hipertrofi otot kandung
kemih dan penebalan dinding kandung kemih mengganggu kemampuan kandung kemih dengan
membatasi jumlah urin yang dapat disimpan yaitu sekitar 200 hingga 300 ml. Perubahan terkait
usia yang melibatkan hilangnya otot polos di uretra dan relaksasi otot-otot dasar panggul
mengurangi resistensi uretra dan mengurangi otot sfingter. Selain itu sistem renal dipengaruhi
oleh perubahan hormon, khususnya yang terjadi pada wanita menopause. Sebagai contoh,
berkurangnya estrogen menyebabkan hilangnya kekuatan dan kolagen dalam jaringan urogenital
dan berdampak pada uretra, yang merupakan predisposisi masalah kebocoran urin. Penurunan
estrogen yang terkait dengan menopause dapat meningkatkan prevalensi inkontinensia.
Tabel 1. Perubahan struktur dan fungsi pada penuaan sistem renal dan urinaria
Tabel 2 Perubahan normal pada sistem renal dan urinaria akibat penuaan
Bandiyah, S. (2009). Lanjut usia dan keperawatan gerontik. Yogjakarta: Nuha Medika.
Miller, C.A. (2012). Nursing For Wellness In Older Adults Sixth Edition. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins
Priyoto. (2015). Nursing Intervention Classification (NIC) dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta:
Salemba Medika
Stanley, M. & Beare, P. G. (2006). Buku ajar keperawatan gerontik. (edisi 2). Alih bahasa oleh
Nety Juniarti & Sari Kurnianingsih; editor bahasa indonesia oleh Eny Meiliya & Monica
Ester. Jakarta: EGC.