Anda di halaman 1dari 3

KEPERAWATAN ANAK II

ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)


Oleh : Triana Ferdianingsih (1806270192)
Mahasiswa Program S1 Ekstensi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 2019
Email : trianaferdianingsih@gmail.com

KASUS
Neonatus dengan berat 2000 gram lahir normal pervaginam tanggal 1 September 2019.
Tampak tanda- tanda distress pada bayi setelah dilahirkan seperti sianosis, hipotermia, dan
letargi. Tanda-tanda vital ketika lahir sebagai berikut: HR: 190x/menit, TD: 30/20 mmHg,
suhu 35,7°C, frekuensi napas: 50x/menit dengan peningkatan usaha napas, Apgar score 8/9.
Bayi tersebut mendapatkan perawatan bayi baru lahir pada umumnya, termasuk profilaksis
untuk mata dan suntikan Vit.K. Bayi prematur tersebut kemudian dirawat dalam inkubator
dan menerima oksigen via nasal kanul. Tanda-tanda vital saat ini frekuensi napas 44x/menit,
TD: 50/30 mmHg, HR: 180x/menit, suhu 38,7°C.

Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan istilah lain untuk bayi prematur hingga
tahun 1961. Istilah ini mulai diubah dikarenakan tidak seluruh bayi dengan berat badan lahir
rendah lahir secara prematur. Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi, bayi BBLR dapat terjadi pada bayi
kurang bulan (kurang dari 37 minggu usia kehamilan) atau pada usia cukup bulan
(intrauterine growth retriction) (Hockenberry, 2013). Bayi prematur adalah bayi yang
dilahirkan sebelum selesainya kehamilan 37 minggu (WHO, 2016). Indonesia merupakan
salah satu negara yang terus menekan angka kematian bayi dalam MDG’s tahun 2015 yaitu
dengan menurunkan dari 34 per 1000 menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup. Akan tetapi
angka kematian bayi di Indonesia belum mengalami penurunan secara signifikan sehingga
dilanjutkan dengan MDG’s tahun 2015- 2030 dengan diawali pembuatan Rencana Strategis
Kementerian Indonesia tahun 2015-2019. Isi dari Renstra tersebut juga membahas target dari
angka kematian bayi terjadi penurunan dari 15 per 1000 menjadi 13 per 1000 kelahiran hidup
(Kementerian Kesehatan, 2015).
Penyebab utama berat badan lahir rendah adalah kelahiran prematur (lahir sebelum
usia kehamilan 37 minggu). Berkaitan dengan hal tersebut, bayi dapat dikelompokkan
berdasarkan berat lahirnya, sebagai berikut:
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR), yaitu berat lahir < 2500 gram.
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), yaitu berat lahir < 1500 gram.
3. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR), yaitu berat lahir < 1000 gram (Bowden,
2010).

Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati, 2010), yaitu:

1. Faktor ibu
a. Penyakit: Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih. Menderita penyakit seperti
malaria, infeksi menular seksual, hipertensi, HIV/AIDS, TORCH (Toxoplasma,
Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus), danpenyakit jantung.
b. Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
c. Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun.
d. Berat badan sebelum hamil rendah, malnutrisi
e. Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
f. Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
g. Keadaan sosial ekonomi: Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal
ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
h. Penambahan berat badan yang tidak adekuat selama kehamilan
i. Aktivitas fisik yang berlebihan

2. Faktor janin
Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, kehamilan Multiple atau ganda, infeksi janin
kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin,. Penyebab lain dari berat lahir
rendah adalah pembatasan pertumbuhan intrauterin (IUGR). Ini terjadi ketika bayi tidak
tumbuh dengan baik selama kehamilan karena masalah dengan plasenta, kesehatan ibu,
atau kondisi bayi. Seorang bayi dapat memiliki IUGR dan dilahirkan secara penuh (37
hingga 41 minggu). Bayi dengan IUGR yang lahir saat aterm mungkin secara fisik sudah
matang tetapi mungkin lemah.
3. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh: hidroamnion, plasenta previa, solutio plasenta, sindrom
tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
4. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi,
serta terpapar zat beracun.

Sesuai teori, kasus diatas merupakan termasuk dalam klasifikasi bayi berat lahir rendah
(BBLR) dimana neonatus tersebut lahir pervaginam dengan berat badan 2000 gram. Namun,
faktor penyebabnya belum diketahui secara pasti. Pada kasus tidak disebutkan usia gestasi
maupun riwayat kehamilan atau riwayat kesehatan dari ibunya sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Bowden, V.R. (2010). Children And Their Families: The Continuum Of Care 2nd Ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

Hockenberry, M. J., Wilson, D. (2013). Wong’s Essential of Pediatric Nursing 9th Ed. Saint
Louis: Elsevier Mosby.
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 –
2019. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Modul Keperawatan Anak. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Proverawati, A., Ismawati, C. (2010). Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai