2 Pembahasan
perubahan terhadap ciri-ciri fisik ikan kembung (Rastrelliger sp) antara lain warna,
a. Warna
konsumen terhadap suatu produk. Pembuatan ikan pindang pada praktikum yang
dimana mula-mula warna kulit dan daging ikan kembung cerah cemerlang berubah
menjadi putih pucat dan kecoklatan. Sebanding dengan penelitian Suparno, et al.,
(1980) bahwa hasil pengujian organoleptik terhadap proses pemindangan air garam
pada tahap pemanasan antara 30 menit dan 60 menit terjadi penurunan sifat warna
ikan akan menjadi gelap. Sebab warna merupakan salah satu sifat organoleptik,
(1962) ketika daging dimasak terdapat ion karboksilat yang terdenaturasi dengan
air, senyawa ini yang bertanggung jawab dalam pembentukan warna coklat ketika
daging dimasak.
b. Aroma
kelayakan suatu produk pangan sehingga dapat diterima atau tidak oleh konsumen.
Pada praktikum pembuatan ikan pindang ini aroma sebelum pengolahan yaitu
masih berbau ikan segar, setelah pemindangan beraroma tajam khas ikan pindang.
Sedangkan pada penelitian ikan pindang air garam yang dilakukan Pandit (2016),
menghasilkan aroma hampir seperti ikan rebus biasa. Aroma yang hanya seperti
ikan rebus biasa diduga karena ikan pindang tidak mengalami proses penyimpanan.
(aroma) ikan pindang tersebut, maka dari itu aroma ikan pindang menjadi tengik.
c. Tekstur
Tekstur juga merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk
mengetahui apakah produk pangan dapat diterima oleh konsumen. Pada praktikum
pembuatan ikan pindang ini tekstur sebelum pemasakan daging ikan masih padat
dan dinding perut kuat, setelah proses pemasakan selama 20 menit tekstur daging
ikan menjadi empuk dan lunak. Sebanding dengan penelitian Ako, et al., (2016),
(tekstur) yaitu teksturnya kompak dan agak padat, hal ini disebabkan karena adanya
penambahan garam pada proses pembuatan ikan pindang. Sesuai dengan hasil
Afrianto dan Liviawaty (1991) yang melaporkan bahwa garam yang digunakan
dalam proses pemindangan berfungsi menurunkan kadar cairan didalam tubuh ikan
diperoleh hasil bahwa pembuatan ikan asin yang dilakukan dengan penambahan
garam terjadi perubahan terhadap ciri-ciri fisik ikan kembung (Rastrelliger sp)
sebelum dan setelah pengoahan antara lain warna, aroma, dan tekstur.
a. Warna
Warna pada ikan asin menjadi hal yang penting untuk menarik konsumen.
Pembuatan ikan asin pada pada praktikum yang telah dilakukan terjadi perubahan
warna, dimana mula-mula sebelum dikeringkan daging ikan berwarna putih setelah
ikan dikeringkan daging ikan berwarna kecoklatan hal ini disebabkan pengeringan
dilakukan Fajri, et al., (2014) dimana ikan kembung diberi perlakuan penggaraman
25% memiliki warna merah kecoklatan. Menurut Rinto, et al., (2009) bahwa
penggarman berulang akan menyebabkan ikan asin menjadi lebih putih karena
b. Aroma
Aroma juga menjadi salah satu parameter penting yang dapat menyebabkan
ketertarikan konsumen terhadap suatu produk. Pada praktikum ini aroma yang
dihasilkan yaitu aroma khas ikan asin, penyebabnya diduga karena proses oksidasi
garam menghasilkan aroma khas pula. Menurut Rahayu, et al., (1992) dalam
apabila prosesnya belum berlanjut, maka akan menghasilkan aroma yang justru
produk oleh konsumen. Pada praktikum dihasilkan tekstur daging ikan sebelum
penambahan garam dihasilkan tekstur daging ikan yang kaku dan lebih keras atau
padat, sebanding dengan penelitian yang dilakukan Thariq, et al., (2014) dimana
ikan kembung yang diberikan konsentrasi garam 40% terlihat lebih keras dan padat,
hal ini diakibatkan karena garam akan menarik keluar air dari dalam daging ikan
karena proses osmosis. Menurut Sofiyanto (2001) bahwa penggunaan garam yang
bersifat hidroskopis pada ikan asin menyebabkan tekstur ikan menjadi kompak dan
padat.