Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kematian ibu di Indonesia masih jauh dari tujuan dalam Millenium Development
Goals (MDGs)yaitu tujuan yang ke lima. Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah juga
sudah maksimal, akan tetapi angka kematian ibu di Indonesia masih jauh dari target MDGs yang
diharapkan yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup. Oleh karena itu berbagai upaya tetap harus
dilanjutkan dan dilaksanakan. yang menjadi penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia
merupakan tanggung jawab bersama, sehingga perlunya peran tenaga kesehatan masyarakat
dalam meningkatkan kembali pemberdayaan masyarakat yang sudah luntur dimasyarakat,
optimalisasi kegiatan posyandu dalam peningkatan pengetahuan, cepat tanggap dalam
mengambil keputusan, dan memudahkan akses pelayanan kesehatan. Dan kepemimpinan
kesehatan masyarakat juga merupakan suatu peran yang harus dikembangkan oleh tenaga
kesehatan masyarakat
Perbaikan kesehatan ibu telah menjadi prioritas utama dari pemerintah, berbagai upaya
telah dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan kesehatan ibu. Kemajuan suatu negara,
pada hakikatnya tidak terlepas dari kualitas kesehatan ibu dan anak, karena dari kesehatan
seorang ibu yang baik maka akan terlahir generasi penerus bangsa yang bertanggung jawab.
Akan tetapi, sampai saat ini masih diwarnai oleh rawannya derajat kesehatan ibu dan anak,
terutama pada kelompok yang paling rawan yaitu ibu hamil, bersalin dan nifas, serta bayi baru
lahir, yang menyebabkan masih tingginya angka kematian ibu (AKI), angka lahir mati, dan
angka kematian bayi beru lahir.
Saat ini status kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan,
ditandai dengan masih tingginya angka kematian ibu (AKI), dan angka kematian bayi (AKB).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 didapatkan data angka
kematian ibu (AKI) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup, data tersebut menunjukkan
penurunan dan lebih baik jika dibandingkan dengan angka kematian ibu (AKI) tahun 2002 yaitu
307 per 100.000 kelahiran hidup. Walaupun masih jauh jika dilihat dari target MDGs untuk AKI
tahun 2015 adalah sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup. Akan tetapi hasil dari SDKI 2012
angka kematian ibu mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi dan jauh berada di
atas AKI negara ASEAN lainnya. Berdasarkan hasil laporan MDGs hasil Suvei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012 menunjukkan angka kematian ibu sebesar 359/
100.000 Kelahiran Hidup. Menurut profil kesehatan Indonesia Tahun 2015 Angka Kematian Ibu
di Indonesia sebesar 305/ 100.000 kelahiran hidup (Hasil Survei Penduduk Antar Sensus).

Angka kematian bayi dan anak hasil SDKI 2012 lebih rendah dari hasil SDKI 2007.
Untuk periode lima tahun sebelum survei, angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32
kematian per 1.000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per 1.000 kelahiran
hidup. Sedangkan target MDGs angka kematian bayi pada tahun 2015 sebesar 23 per 1.000
kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan negara lain, angka kematian bayi di Indonesia masih
tergolong tinggi, seperti Singapura yaitu 3 per 1.000 kelahiran hidup, Brunei Darussalam yaitu 8
per 1.000 kelahiran hidup dan Malaysia yaitu 10 per 1.000 kelahiran hidup. banyak faktor yang
mempengaruhi dalam upaya penurunan angka kematian ibu di Indonesia, yaitu pendidikan,
pengetahuan, sosial budaya, sosial ekonomi, geografis, lingkungan, dan aksebilitas ibu pada
fasilitas kesehatan. Oleh karena itu diperlukan kerjasama yang bersinergis secara lintas program
dan lintas sektor dalam upaya mensejahterakan kesehatan ibu, bayi dan anak di Indonesia.

Lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan
(HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. Kematian ibu di Indonesia masih didominasi
oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan
infeksi. Namun proporsinya telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi cenderung mengalami
penurunan sedangkan HDK proporsinya semakin meningkat. Lebih dari 25% kematian ibu di
Indonesia pada tahun 2013 disebabkan oleh HDK.
1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan


bahwa terjadinya peningkatan angka kematian ibu mempunyai banyak faktor penyebab. Angka
kematian ibu di Indonesia pada tahun 2012 mengalami peningkatan dengan perbadingan
359/100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2015 angka kematian ibu mengalami penurunan
mencapai 305/100.000, tetapi angka ini masih dibilang jauh dari target MDGs yang menargetkan
102/100.000 angka kelahiran hidup. Oleh karena itu berbagai upaya yang dapat menurunkan
angka kematian ibu harus dilaksanakan. keterlibatan petugas kesehatan , pemahaman masyarakat
tentang persalinan dan kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan, optimalisasi kegiatan
posyandu dalam peningkatan pengetahuan, cepat tanggap dalam mengambil keputusan, dan
memudahkan akses pelayanan kesehatan.

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kematian ibu pada saat melahirkan
selama 5 tahun di RS H Adam Malik Medan

1.4. Manfaat Penelitian


1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman terkait hubungan penurunan
sebaran kematian ibu pada saat melahirkan selama 5 tahun di RS H Adam Malik Medan.
2. Hasil penelitian ini diharapkan menambah informasi mengenai sebaran angka kematian
ibu pada saat melahirkan selama 5 tahun di RS H Adam Malik Medan .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kematian ibu didefinisikan sebagai kematian yang terjadi pada saat hamil, sewaktu
melahirkan, atau selama masa nifas yakni 42 hari setelah melahirkan, tidak melihat durasi
maupun letak kehamilan, oleh sebab apapun yang berkaitan maupun diperparah dengan adanya
kehamilan tersebut atau tindakan yang dilakukan, namun bukan dari sebab-sebab terkait
kecelakaan. Sementara untuk kepentingan pengukuran AKI, pengertian kematian ibu yang
digunakan adalah kematian yang terjadi pada masa hamil, melahirkan, atau dalam 42 hari setelah
melahirkan, tanpa melihat penyebab kematiannya.
WHO mendefinisikan kematian maternal adalah kematian seorang wanita saat masa
hamil atau dalam 42 hari setelah terminasi kehamilan, terlepas dari durasi dan lokasi kehamilan,
dari setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperburuk oleh kehamilan atau
pengelolaannya, tetapi bukan dari sebab-sebab kebetulan atau insidental (WHO, 2007).

2.2 Klasifikasi

Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung. Kematian ibu
langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan, atau masa nifas, dan segala
intervensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung
adalah merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu
kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS, dan
penyakit kardiovaskular (Prawirohardjo, 2008). Klasifikasi kematian ibu ada tiga, yaitu
kematian ibu langsung, kematian ibu tidak langsung, dan kematian nonmaternal. Kematian ibu
langsung mencakup kematian ibu akibat penyulit obstetri pada kehamilan, persalinan, atau masa
nifas, dan akibat dari intervensi, kelalaian, kesalahan terapi, atau rangkaian kejadian yang
disebabkan oleh faktor-faktor tersebut. Contohnya adalah kematian ibu akibat perdarahan karena
ruptur uteri. Kematian ibu tidak langsung mencakup kematian ibu yang tidak secara langsung
disebabkan oleh kausa obstetri, melainkan akibat penyakit yang sudah ada sebelumnya, atau
suatu penyakit yang timbul saat hamil, melahirkan, atau masa nifas, tetapi diperberat oleh
adaptasi fisiologis ibu terhadap kehamilannya. Contohnya adalah kematian ibu akibat penyulit
stenosis mitral. Kematian nonmaternal adalah kematian ibu yang terjadi akibat kecelakaan atau
kausa insidental yang tidak berkaitan dengan kehamilan. Contohnya adalah kematian akibat
kecelakaan lalu lintas (Cunningham, 2005).

2.3 Penyebab kematian ibu


Penyebab kematian ibu dapat dibedakan menjadi dua kategori, yakni: 1) Penyebab
langsung Penyebab langsung adalah penyebab obstetri dari kematian ibu. Penyebab langsung
didefinisikan sebagai apabila kematian disebabkan oleh komplikasi dalam masa kehamilan,
proses persalinan, atau masa nifas dan oleh karena intervensi, kelalaian, kesalahan dalam
pengelolaan, maupun oleh suatu sebab yang ditimbulkan salah satu faktor tersebut.12,13 Lima
penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), partus
lama atau macet, infeksi.
Menurut Mochtar (1998), penyebab kematian maternal dapat dikelompokkan menjadi:

a. Sebab Obstetri Langsung


Sebab obstetri langsung adalah kematian ibu karena akibat langsung dari penyakit
penyulit pada kehamilan, persalinan, dan nifas; misalnya karena infeksi, eklampsi, perdarahan,
emboli air ketuban, trauma anastesi, trauma operasi, dan sebagainya.

b. Sebab Obstetri Tidak Langsung


Sebab obstetri tidak langsung adalah kematian ibu akibat penyakit yang timbul selama
kehamilan, persalinan, dan nifas. Misalnya anemia, penyakit kardiovaskular, serebrovaskular,
hepatitis infeksiosa, penyakit ginjal, dan sebagainya. Termasuk juga penyakit yang sudah ada
dan bertambah berat selama kehamilan.
c. Sebab Bukan Obstetri
Sebab bukan obstetri adalah kematian ibu hamil, bersalin, dan nifas akibat kejadian-
kejadian yang tidak ada hubungannya dengan proses reproduksi dan penanganannya. Misalnya
karena kecelakaan, kebakaran, tenggelam, bunuh diri, dan sebagainya.

d. Sebab Tidak Jelas


Sebab tidak jelas adalah kematian ibu yang tidak dapat digolongkan pada salah satu yang
tersebut di atas. Dari penyebab-penyebab di atas, dapat pula dibagi dalam dua golongan, yaitu:
1) Kematian yang dapat dicegah disebut juga preventable maternal death atau avoidable factors,
adalah kematian ibu yang seharusnya dapat dicegah jika penderita mendapat pertolongan atau
datang pada saat yang tepat sehingga dapat ditolong secara profesional dengan fasilitas dan
sarana yang cukup.
2) Kematian yang tidak dapat dicegah atau unpreventable maternal death, adalah kematian ibu
yang tidak dapat dihindari walaupun telah dilakukan segala daya upaya yang baik.
Penyebab kematian ibu terbanyak adalah perdarahan, eklampsia atau tekanan darah tinggi saat
kehamilan, infeksi, partus lama, komplikasi aborsi

2.4 Ukuran Kematian Maternal


Jumlah kematian maternal pada dasarnya ditentukan oleh dua faktor, yaitu: risiko kematian yang
berhubungan dengan kehamilan atau persalinan itu sendiri, dan jumlah kehamilan atau persalinan
yang dialami oleh wanita usia reproduktif (WHO, 2007).

Tabel 2.1 Ukuran statistic kematian maternal


Maternal Mortality Ratio Jumlah kematian ibu selama satu
periode per 100.000 kelahiran hidup
selama periode yang sama.
Maternal Mortality Rate Jumlah kematian ibu dalam satu
periode per 100.000 wanita usia
reproduksi selama periode yang sama.
Adult Lifetime Risk of Maternal Kemungkinan kematian karena
Mortality penyebab maternal selama usia
reproduksi seorang wanita.

2.5 Status Kematian Maternal

Meningkatkan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development Goals
(MDGs). Di bawah MDGs, negara-negara berkomitmen untuk menurunkan angka kematian ibu
hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990-2015. Sejak tahun 1990, kematian ibu di seluruh
dunia telah turun 47%. Berdasarkan data Maternal Mortality 2005 yang dikeluarkan oleh WHO,
UNICEF, UNFPA and The World Bank (2007), diestimasi terjadi 536.000 kematian maternal di
dunia setiap tahunnya. Antara tahun 1990 dan 2010, rasio kematian ibu sedunia menurun hanya
3,1% per tahun. Ini jauh dari penurunan tahunan 5,5% yang dibutuhkan untuk mencapai MDGs
(WHO, 2012).
AKI menurun dari 390 pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2007, namun perlu kerja keras dan perhatian khusus untuk mencapai target MDG sebesar
102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (BAPPENAS, 2010). Dengan kata lain,
kematian ibu masih tinggi. Sekitar 800 wanita di seluruh dunia setiap hari meninggal karena
kehamilan atau persalinan. Pada tahun 2010, 287.000 wanita meninggal selama dan setelah
kehamilan dan persalinan. Hampir semua kematian terjadi di negara berkembang, dan sebagian
besar dapat dicegah. Tingginya jumlah kematian ibu di beberapa wilayah di dunia mencerminkan
ketidakadilan dalam akses terhadap pelayanan kesehatan, dan menyoroti kesenjangan antara
kaya dan miskin. Hampir semua kematian ibu (99%) terjadi di negara berkembang. Lebih dari
separuh kematian ini terjadi di sub-Sahara Afrika dan sepertiga terjadi di Asia Selatan (WHO,
2012).
Rasio kematian ibu di negara berkembang adalah 240 per 100.000 kelahiran, sedangkan
di negara maju 16 per 100.000 kelahiran. Ada perbedaan besar dalam suatu negara, antara
masyarakat berpenghasilan tinggi dan rendah, serta perbedaan antara orang yang tinggal di
daerah pedesaan dan perkotaan (WHO, 2012).
Di negara berkembang jumlah rata-rata wanita hamil lebih banyak daripada di negara maju, dan
lifetime risk karena kehamilan yang juga lebih tinggi. Risiko kematian ibu tertinggi adalah
remaja perempuan di bawah 15 tahun,. 1 dalam 3.800 di negara maju, dibandingkan 1 dalam 150
di negara berkembang. Komplikasi pada kehamilan dan persalinan merupakan penyebab utama
kematian di kalangan remaja perempuan (WHO, 2012).

2.6 Faktor yang mempengaruhi kematian maternal


Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian ibu adalah sebagi berikut (Mochtar, 1998) :

• Faktor Umum
Perkawinan, kehamilan, dan persalinan di luar kurun waktu reproduksi yang sehat,
terutama pada usia muda. Risiko kematian pada kelompok umur di bawah 20 tahun dan pada
kelompok di atas 35 tahun adalah tiga kali lebih tinggi dari kelompok umur reproduksi sehat,
yaitu 20-34 tahun.

• Faktor Paritas
Ibu dengan riwayat hamil dan bersalin lebih dari enam kali (grandemultipara) berisiko
delapan kali lebih tinggi mengalami kematian.

• Faktor Perawatan Antenatal


Kesadaran ibu hamil untuk memeriksakan kandungannya masih rendah. Hal ini
menyebabkan faktor risiko yang sebenarnya dapat dicegah menjadi meningkat atau
memperburuk keadaan ibu.

• Faktor Penolong
Sekitar 70-80% persalinan masih ditolong oleh dukun beranak. Setelah persalinan
terlantar dan tidak dapat maju dengan disertai komplikasi kemudian dikirim ke fasilitas
kebidanan yang memadai.

• Faktor Sarana dan Fasilitas


Sarana dan fasilitas rumah sakit, penyediaan darah dan obat-obatan yang murah masih
ada yang belum terjangkau oleh masyarakat.
• Faktor Sistem Rujukan
Agar pelayanan kebidanan mudah dicapai, pemerintah telah menetapkan seorang ahli
kebidanan di setiap ibu kota kabupaten, namun belum sempurna.

• Faktor Lainnya
Yaitu faktor sosial ekonomi, kepercayaan, budaya. Pendidikan, ketidaktahuan, dan
sebagainya. Faktor-faktor berpengaruh terhadap akses Yankes ibu dan reproduksi adalah sebagai
berikut:
o Geografi
o Ekonomi keluarga
o Health seeking care behaviour
o SDM kesehatan
o Ketersediaan obat & alat kesehatan
o Kebijakan Pemda

Terjadinya kematian ibu terkait dengan faktor penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung. Faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh
perdarahan, eklampsia, dan infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung penyebab kematian ibu
karena masih banyaknya kasus 3 Terlambat dan 4 Terlalu, yang terkait dengan faktor akses,
sosial budaya, pendidikan, dan ekonomi. Kasus 3 Terlambat meliputi:
• Terlambat mengenali tanda bahaya persalinan dan mengambil keputusan

• Terlambat dirujuk

• Terlambat ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan

2.7. Kebijakan Penurunan Kematian Maternal


Berbagai upaya global untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir telah
dimulai sejak Konferensi Internasional tentang kematian ibu di Nairobi, Kenya pada tahun 1987
yang melahirkan Safemotherhood Initiative. Pada tahun 1990 , diselenggarakan World Summit
for Children di New York, USA yang diantaranya menghasilkan kesepakatan untuk menurunkan
angka kematian ibu menjadi separuhnya pada tahun 2000. Pada International Conference on
Population and Development (ICPD) 1994 di Kairo, Mesir dihasilkan kesepakatan mengenai hak
reproduksi. Pada tahun 1999, dicanangkan suatu strategi Making Pregnancy Safer (MPS) sebagai
bagian dari program Safemotherhood (Zulfayanti, 2012). Pesan-pesan kunci MPS adalah setiap
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetri dan neonatal
mendapat pelayanan yang adekuat, setiap perempuan usia subur mempunyai akses terhadap
pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran
(Pusianawati, 2012). Visi dari MPS adalah semua perempuan di Indonesia dapat menjalani
kehamilan dan persalinan dengan aman dan bayi dilahirkan hidup dan sehat. Dan misi MPS
adalah menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir melalui pemantapan sistem
kesehatan untuk menjamin akses terhadap intervensi yang cost effective berdasarkan bukti ilmiah
yang berkualitas; memberdayakan perempuan, keluarga dan masyarakat; mempromosikan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang lestari sebagai suatu prioritas dalam program
pembangunan nasional. Adapun tujuan MPS adalah menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan
bayi baru lahir di Indonesia (Pusianawati, 2012).
Di Indonesia juga telah dibuat berbagai program kesehatan reproduksi yang diadaptasi
dari berbagai kebijakan internasional. Pendidikan dan Penelitian Bidan di Desa (1990-1996) dan
Akselerasi Penurunan AKI (1996), dijalankan sebagai kebijakan Menteri Kesehatan untuk
mempercepat pengurangan AKI, untuk melatih dan menyebarkan sejumlah bidan desa untuk
memberikan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) berbasis desa. Tujuannya adalah
meningkatkan akses perempuan terhadap petugas yang terampil. Gerakan Sayang Ibu (1996)
bertujuan memobilisasi masyarakat dan pelayanan kesehatan untuk mengatasi tiga keterlambatan
dalam keadaan darurat obstetri dan neonatal (terlambat membuat keputusan, terlambat merujuk,
terlambat mendapat penanganan di fasilitas kesehatan). Gerakan ini meningkatkan akses ibu
hamil untuk mendapatkan perawatan, dan rujukan dari obstetri dan neonatal. Sejak tahun 2000,
pemerintah juga telah menggulirkan Paket Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE) dan Paket
Kesehatan Reproduksi Komprehensif (PKRK) dengan dua tambahan program, yaitu Kesehatan
Pascamenopause dan Onkologi Reproduksi. PKRE sendiri terdiri dari empat program, yaitu:
1. Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir (KIBBL)

2. Keluarga Berencana (KB)

3. Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)

4. Pencegahan Penyakit Menular Seksual


Strategi operasional yang dilakukan Kementerian Kesehatan dalam penurunan angka kematian
ibu adalah sebagai berikut (Kemkes, 2011).
1. Pengguatan puskesmas dan jaringannya

2. Penguatan manajemen program dan sistem rujukannya

3. Meningkatkan peran serta masyarakat kerjasama dan kemitraan

4. Kegiatan akselerasi/inovasi

5. Jaminan persalinan

6. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)


Secara umum, upaya-upaya tersebut belum menunjukkan hasil yang memuaskan karena
masalah kesehatan reproduksi sangat kompleks. Tidak hanya berasal dari masalah kesehatannya
saja, tetapi merupakan gabungan masalah sosial, ekonomi, budaya, lingkungan, pendidikan,
pemerintahan, dan faktor lainnya (Zulfayanti, 2012).

2.8. Upaya Pencapaian MDGs di Indonesia


Di Indonesia, pelaksanaan dan pelaporan pencapaian MDGs dikoordinasi oleh Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Beberapa upaya dilakukan oleh pemerintah
dalam percepatan pencapaian MDGs diantaranya dengan penyusunan Peta Jalan Percepatan
Pencapaian MDGs di seluruh Indonesia. Pemerintah provinsi menyiapkan Rencana Aksi Daerah
Percepatan Pencapaian MDGs. Upaya lainnya yaitu dengan menguatkan mekanisme perluasan
inisiatif Corporate Social Responsibility (CSR) dan meningkatkan kerja sama terkait konversi
utang dengan negara-negara kreditor. Namun, masih diperlukan upaya keras untuk mencapai
target menurunkan angka kematian ibu dari 390 pada tahun 1991 menjadi 102 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2015 (Zulfayanti, 2012).
Peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan berkualitas untuk ibu dan anak.,
terutama selama dan segera setelah melahirkan merupakan hal yang mendesak untuk segera
dipenuhi. Untuk itu pemerintah menggulirkan beberapa kebijakan yang mendukung upaya ini,
seperti program Jaminan untuk Persalinan (JAMPERSAL). Dengan program ini diharapkan
pertolongan persalinan seluruhnya dapat ditangani di fasilitas kesehatan oleh tenaga terlatih
(Zulfayanti, 2012).
Pemerintah juga perlu meningkatkan sistem pemantauan untuk mencapai tujuan MDG kelima.
Peningkatan sistem pendataan terutama aspek manajemen dan aliran informasi, terutama data
dasar infrastruktur kesehatan, serta koordinasi antara instansi terkait dengan masyarakat juga
perlu ditingkatkan untuk menghindari data yang tumpang tindih dan kegiatan yang tidak tepat
sasaran, sehingga peningkatan kesehatan ibu dapat dicapai dengan efektif dan efisien
(Zulfayanti, 2012).
Dalam rangka percepatan penurunan AKI guna mencapai target MDGs tahun 2015,
Direktorat Bina Kesehatan Ibu telah merumuskan skenario percepatan penurunan AKI sebagai
berikut (Kemkes, 2011):
• Target MDG 5 akan tercapai apabila 50% kematian ibu per provinsi dapat dicegah/dikurangi.

• Kunjungan antenatal pertama (K1) sedapat mungkin dilakukan pada trimester pertama, guna
mendorong peningkatan cakupan kunjungan antenatal empat kali (K4).

• Bidan Di Desa sedapat mungkin tinggal di desa, guna memberikan kontribusi positif untuk
pertolongan persalinan serta pencegahan dan penanganan komplikasi maternal.
• Persalinan harus ditolong tenaga kesehatan dan sedapat mungkin dilakukan di fasilitas
kesehatan.

• Pelayanan KB harus ditingkatkan guna mengurangi faktor risiko 4 Terlalu.

• Pemberdayaan keluarga dam masyarakat dalam kesehatan reproduksi responsif gender harus
ditingkatkan untuk meningkatkan health care seeking behaviour
DAFTAR PUSTAKA

1. BKKBN. Survei Demografi dan Ke sehatan Indonesia, Laporan Pendahuluan. Kementrian


Kesehatan, Jakarta, 2012

2. Rikesdas. Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan, Jakarta, 2013

3. Pramono. Penurunan AKI Belum Sesuai Target MDGs. Gemari Edisi 113/ Tahun XI/ Juni,
2010, Jakarta, 2013

4. Sulaeman. Pemberdayaan Ma syarakat di Bidang Kesehatan Teori dan Implementasi. Gajah


Mada University Press, Yogyakarta, 2012

5. Pranata, Pratiwi dan Sugeng. Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan, Gambaran


Peran Kader Posyandu dalam Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi di Kota Manado
dan Palangkaraya. Buletin Penelitian Sistem Ke sehatan Vol. 14 No.2 April 2011. Kementrian
Kesehatan, Jakarta, 2011

6. Mardikanto dan Soebianto. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik.


Alfabeta, Bandung, 2013

7. Saptono. Jalan Terjal Menurunkan Angka Kematian Ibu, Laporan Penelitian No. 1/2013.
INFID, Jakarta, 2013

8. Ridwan. Peran Keilmuan Kesehatan Masyarakat Dalam Pembangunan Kependudukan Pasca


MDGs 2015, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, FKM Universitas Jember, Jember, 2013
9. Saputra. Efektivitas Kebijakan Dae rah Dalam Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, volume 7 No. 12, Juli 2013. Universitas Indonesia,
Jakarta, 2013

10. Helmizar. Evaluasi Kebijakan Jaminan Persalinan dalam Penurunan Angka Kematian Ibu
dan Bayi di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat 9 (2) (2014). Unnes, Semarang, 2014

11. Aulia. Polemik Kebijakan Integrasi Jaminan Kesehatan Daerah ke Sistim Jaminan Kesehatan
Nasional. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas volume 8, No.2. FKM Andalas, Universitas
Andalas, 2014
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian bersifat retrospektif untuk mengetahui Sebaran angka
kematian ibu melahirkan selama 5 tahun di RS H Adam Malik Medan.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di RS H Adam Malik Medan dan Penelitian dilakukan pada
November 2019.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah pasien yang bersalin di RS H Adam Malik Medan .

3.4 Kriteria Inklusi Dan Eksklusi Penelitian

3.4.1 Kriteria Inklusi


Kriteria Inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pasien yang mengalami kematian saat sebelum persalinan
2. Pasien yang mengalami kematian saat persalinan
3. Pasien yang mengalami kematian setelah persalinan

3.4.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria ekslusi untuk sampel yang ditetapkan pada penelitian ini 
 adalah sebagai berikut :

1. Rekam Medis tidak lengkap


2. Pasien yang mengalami kematian saat sebelum persalinan, saat persalinan, dan setelah
persalinan diluar RS yang di jadikan tempat penelitian
3.5 Identifikasi variabel
Variabel Bebas : Angka kematian ibu
Variabel Tergantung : Usia , penyulit persalinan

3.6 Definisi operasional


Definisi Alat Ukur Hasil Skala
Operasional
Usia Usia penderita Rekam Medis a .20 – 35 Interval
yang tercatat b. >35
pada status
rekam medis
Penyulit Penyulit Rekam Medis a.dijumpai Ordinal
persalinan persalinan yang penyulit persalinan
tercatat pada b. tidak dijumpai
status rekam penyulit persalinan
medis dalam
kategori
IMT Indeks masa Rekam Medis 1. <18,5 Ordinal
2. 18,5-24,9
tubuh, merupakan
3. 25-29,9
pembagian berat 4. ≥ 30
badan dengan
kuadrat tinggi
badan
Paritas Banyaknya anak Rekam Medis 1. Primipara Ordinal
2. Sekundipara
yang telah
3. Multipara
dilahirkan oleh 4. Grandemultipara
wanita
3.7 Cara kerja dan teknik pengumpulan data
1. Setelah mendapat persetujuan dari komisi etik untuk melakukan penelitian, penelitian
dimulai dengan mengumpulkan rekam medik pasien .
2. Penentuan ibu hamil yang tercatat di rekam medik
3. Memulai memasukkan sampel dengan menghubungkan kriteria inklusi dan eksklusi
4. Kemudian perbandingan akan dihitung menggunakan software SPSS.

3.8 Kerangka Kerja

Sampel penelitian

Pengumpulan identitas pasien


dan data sekunder dari rekam
medik

Penilaian kondisi ibu pada saat


sebelum persalinan, saat
persalinan, dan setelah persalinan

3.9 Analisa Data


Data akan dianalisa secara deskriptif untuk melihat distribusi frekuensi variabel yang
diteliti.

Anda mungkin juga menyukai