Disusun oleh:
Sanjaya Santoso
Cynthia Nathania S
Fajar Gemilang Purna Yudha
Nathalia Tiara Mulia Kartika
Nazila Tsalisati Hadaita
Penguji :
dr. Farid Agung Rahmadi, Msi.Med, Sp.A
Abstrak
Latar Belakang: Sinar matahari dapat digunakan secara efisien untuk pengobatan
ikterik neonatal. Sinar matahari, yang meliputi sebagian besar spektrum cahaya
termasuk rentang penyerapan bilirubin, sangat berlimpah di Timur Tengah.
Keuntungan tersebut mendorong penelitian ini untuk menyelidiki efisiensi sinar
matahari dalam mengisomerasi bilirubin. Penelitian ini dapat mengenalkan
sumber fototerapi yang praktis untuk tatalaksana bayi hiperbilirubin di tempat
yang belum tersedia peralatan fototerapi.
Hasil : Data menunjukkan pada saat intensitas cahaya sebanding, unit fototerapi
sama efektifnya dengan sinar matahari. Namun, untuk perawatan ikterik neonatal,
unit fototerapi biasanya dioperasikan pada jarak 50 cm ( dimana intensitasnya 6
kali lebih rendah dibandingkan sinar matahari). Saat jarak ini diujikan, hanya 16
% bilirubin yang mengalami isomerasi pada 5 menit awal pemaparan. Sebaliknya,
sekitar 65 % bilirubin dapat di isomerasi saat unit fototerapi diletakkan pada jarak
17 cm dan ketika larutan bilirubin dipaparkan pada sinar matahari dengan jangka
waktu yang sama.Perubahan musim dan waktu pada intensitas cahaya matahari
mempengaruhi konsentrasi bilirubin secara signifikan.
Kesimpulan : Data menunjukkan bahwa sinar matahari hampir 6,5 kali lebih
efektif dibandingkan unit fotometri ketika dioperasikan pada geometri lingkungan
setelah mempertimbangkan efisiensi isomerisasi dan area pemaparan. Terlebih
lagi sinar matahari tetap lebih efektif saat musim dingin, ketika intensitasnya
rendah. Jadi, sinar matahari dapat dianggap sebagai sumber fototerapi alternatif
untuk penatalaksanaan ikterik neonatal, khususnya di daerah di mana unit
fototerapi konvensional tidak tersedia.
Pendahuluan
Blue Light (450-500 nm) telah berhasil digunakan pada bayi hiperbilirubin
untuk mengurangi konsentrasi bilirubin plasma ke tingkat yang aman dengan
meningkatkan fotooksidasi bilirubin (6-9). Turunan bilirubin terfotooksidasi
kurang lipofilik akibatnya lebih mudah diekskresikan sebagai isomer bilirubin
tanpa memerlukan proses konjugasi, sehingga mengurangi konsentrasi bilirubin
dalam darah pasien. Saat ini, sumber cahaya buatan digunakan untuk fototerapi
pada bayi yang mengalami hiperbilirubin. Sumbernya, lampu halogen fototerapi
165 -180 W, memancarkan cahaya yang spektrumnya dekat dengan cahaya
matahari, tetapi hampir tanpa UVB ( UV yang dipancarkan seluruhnya kurang
dari 320 nm pada jarak 50 cm adalah 1.76X108 W/cm-2).Efisiensi unit ini bagus
dan menjadi populer di sebagian besar bangsal anak. Sinar matahari adalah
sumber cahaya alami dengan spektrum yang luas. Tersedia hampir sepanjang
tahun, khususnya di Timur Tengah, dan mencakup kisaran panjang gelombang
isomerasi bilirubin. Sejauh ini, sejumlah penelitian telah dilakukan untuk
mengetahui efisiensi sinar matahari dalam mengurangi bilirubin tetapi penelitian
ini lebih fokus dalam mempelajari sifat produk sampingan fotooksidasi (7-9).
Metode
Bahan kimia
B. Intervention or Indicator
E. Valid
Data yang didapat cukup akurat dan melalui banyak pertimbangan,
seperti intensitas cahaya yang disamakan, perbedaan waktu penyinaran,
perbedaan musim yang dapat menjadi bias juga sudah diteliti.
F. Important
Kejadian jaundice pada neonates cukup tinggi, sehingga penelitian
ini sangat penting dikarenakan tidak semua daerah memiliki fasilitas
fototerapi, sedangkan cahaya matahari dapat diperoleh semua lapisan
masyarakat dan dimanapun tempatnya, sehingga dapat dipertimbangkan
sebagai salah satu alternatif.
G. Applicable
Diperlukan penelitian tambahan untuk pengaplikasian pada subjek
manusia untuk menilai efektifitas cahaya matahari dalam mengobati
neonatus dengan jaundice.