Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH TEKNOLOGI FARMASI

SEDIAAN TABLET

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengantar Farmasi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan
limpahan rahmat dan hidayah-Nya Alhamdulillah hirabbil alamin penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini. Tak lupa sholawat serta salam penyusun curah
limpahkan kepada baginda Rasulullah saw, yang telah memberikan warna Illahiyah
dalam hidup kehidupan manusia di dunia ini.
Banyak rintangan dalam menulis makalah ini, tetapi dengan bantuan dan
dukungan kerabat, penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan
dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
penyusun harapkan sebagai masukan dan perbaikan.
Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna baik bagi penyusun maupun
semua yang membaca makalah ini. Amin

Garut, Desember 2015

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...............................................................................................1


B. Rumusan Masalah ..........................................................................................1
C. Tujuan dan Mamfaat ...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN UMUM

A. Pengertian Teknologi Farmasi ....................................................................... 3


B. Ruang Lingkup
1. Farmakokinetik ......................................................................................... 3
a. Absorbsi ....................................................................................... 3
b. Distribusi ...................................................................................... 4
c. Metabolisme ................................................................................. 4
d. ekskresi ........................................................................................ 4
2. .Farmasetika Dasar ................................................................................... 4
3. Biofarmasetika ......................................................................................... 4
C. Posisi teknologi Farmasi ................................................................................ 5
1. Pembagian bentuk sediaan farmasi .......................................................... 5
2. Tabel cara-cara pemberian obat ............................................................... 7
3. Tabel penggunaan bentuk sediaan ........................................................... 8

BAB III PEMBAHASAN KHUSUS

A. Pengertian Tablet ........................................................................................... 10


1. Tablet (menurut FI III) ............................................................................. 10
2. Tablet (menurut FI IV)............................................................................. 10
3. Tablet (menurut IMO).............................................................................. 10
B. Bentuk-bentuk dan Ukuran Sediaan Tablet ................................................... 10
1. Bentuk-bentuk Tablet............................................................................... 10
2. Ukuran-ukuran Tablet .............................................................................. 11

ii
3. Macam-macam Sediaan Obat Tablet ....................................................... 11
C. Komponen Tablet........................................................................................... 16
1. Zat Aktif ................................................................................................... 16
2. Eksipien atau Bahan Tambahan ............................................................... 16
3. Ajuvan ...................................................................................................... 17
D. Keuntungan dan Kerugian Sediaan tablet ...................................................... 17
1. Keuntungan sediaan tablet ...................................................................... 17
2. Kerugian sediaan tablet ........................................................................... 18
E. Indikasi dan kontraindikasi sediaan tablet ..................................................... 18
F. Metode pembuaatan tablet ............................................................................. 19
1. Metode granulasi basah............................................................................ 19
2. Metode granulasi kering .......................................................................... 20
3. Metode kempa langsung .......................................................................... 20
G. Kerusakan Pada Pembuatan Sediaan Tablet .................................................. 22
H. Syarat-syarat Tablet ....................................................................................... 23

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................... 24
B. Saran .............................................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teknologi farmasi berkembang dengan pesat seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan. Maka diperlukan lebih banyak lagi
studi teknik pembuatan sediaan obat. Diharapkan dengan studi ini akan didapatkan suatu
produk yang lebih baik dan lebih efisien.
Tablet merupakan suatu sediaan farmasetis yang sangat digemari oleh masyarakat karena
penggunaannya yang praktis. Keunggulan tablet meliputi :
1. tablet merupakan bentuk sediaan yang kompak dan mudah digunakan,
2. merupakan bentuk sediaan oral dengan ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan
yang paling rendah,
3. memberikan stabilitas obat dalam sediaan yang baik.
Pada umumnya dalam pembuatan tablet terdapat zat tambahan. Zat tambahan yang
digunakan dapat berfungsi sebagai bahan pengisi, bahan pengikat, bahan penghancur, dan bahan
pelicin (Anonim, 1979).
Salah satu bahan tambahan yang memegang peranan penting dalam tablet adalah bahan
pengikat. Bahan pengikat adalah bahan yang mempunyai sifat adhesive yang digunakan
untuk mengikat serbuk-serbuk menjadi granul yang memungkinkan untuk dikempa menjadi
tablet yang kompak. Zat pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering tetapi lebih efektif
ditambahkan dalam bentuklarutan (Anonim, 1995)
Amilum mempunyai berbagai macam fungsi dalam pembuatan tablet yaitu sebagai bahan
pengisi, bahan pengikat dan bahan penghancur. Amilum mempunyai dua kandungan
utama yaitu amilosa dan amilopektin.
Amprotab dapat digunakan sebagai bahan pengikat dalam tablet parasetamol. Amprotab
adalah amilum pro tablet, yaitu merupakan suatu amilum yang dikhususkan untuk
penggunaan dalam pembuatan tablet. Pemeriannya berupa serbuk sangat halus, putih.
Kelarutannya praktis tidak larut dalam air dingin dan etanol (Anonim, 1979).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Teknologi Farmasi ?
2. Apa yang dipelajari pada Teknologi Farmasi ?
3. Apa pengertian ?

1
4. Apa saja bagian-bagian semi solid ?
5. Apa pengertian tablet ?
6. Apa saja aspek-aspek dalam tablet ?
7. Bagaimana memahami cara pembuatan tablet ?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Mengetahui langkah-langkah cara pembuatan sediaan tablet yang baik dan tepat.
2. Dapat memahami langkah-langkah dalam pembuatan sediaan tablet.
3. Memahami dan mengembangkan tentang teknologi farmasi.
4. Memahami dan mengembangkan tentang sediaan semi solid.
5. Memahami dan mengembangkan tentang sediaan tablet.
6. Mendapat pengetahuan tentang teknologi farmasi khususnya dalam sediaan tablet.
7. Untuk menambah wawasan dan keterampilan.

BAB II

PEMBAHASAN UMUM

A. Pengertian Teknologi Farmasi


Teknologi farmasi merupakan seni yang membahas tentang teknik dan prosedur
pembuatan sediaan farmasi dalam skala industri farmasi termasuk prinsip kerja serta
perawatan / pemeliharaan alat-alat produksi dan penunjangnya sesuai ketentuan Cara
Pembuatan Obat yang Baik( CPOB).

2
B. Ruang Lingkup
1. Farmakokinetik
Farmakokinetik merupakan sebuah proses atau perjalanan suatu obat di dalam tubuh
organisme berupa absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan ekskresi.
Farmakokinetik adalah cabang ilmu dari farmakologi yang mempelajari tentang
perjalanan obat mulai sejak diminum hingga keluar melalui organ ekskresi di tubuh
manusia. Umumnya sejumlah fase yang dilalui ketika obat masuk ke dalam tubuh dan
memulai kontak dengan organ tubuh terbagi menjadi Proses aliran tersebut di mulai
dari :
a. Absorpsi
Absorpsi merupakan proses penyerapan zat aktif obat oleh tubuh. Proses absorpsi
ini sangat penting dalam menentukan efek obat. Hanya zat aktif yang berada
dalam keadaan larut yang dapat diabsorpsi oleh tubuh.
b. Distribusi
Distribusi adalah Proses penyaluran atau penyebaraan obat melalui pembuluh
darah. Setelah berada di dalam pembuluh darah obat akan di sebarkan ke seluruh
tubuh bersama aliran darah. Selanjutnya obat akan memasuki orga-organ tubuh.
Pada tahap inilah obat mencapai tempat kerjanya dan dapat memberikan efek
yang diharapkan.
c. Metabolisme
Metabolisme adalah Proses detoksifikasi obat oleh tubuh. Di dalam tubuh obat
dianggap sebagai benda asing karena secara normal kandungan senyawa obat
tidak terdapat di dalam tubuh.
d. Ekskresi

3
Ekskresi merupakan proses pengeluaran obat dari tubuh organisme terutama
dilakukan oleh ginjal melalui urine. Selain organ ginjal obat diekskresikan lewat
kulit (keringat), pernapasan (udara), kelenjar payudara (air susu), mata (air mata),
dan saluran pencernaan (feses). Obat akan dikeluarkan dalam bentuk metabolit
(bentuk asalnya).
2. Farmasetika Dasar
Farmasetika adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat—
meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obat-obatan;
seni peracikan obat; serta pembuatan sediaan farmasi—menjadi bentuk tertentu
hingga siap digunakan sebagai obat; serta perkembangan obat yang meliputi ilmu dan
teknologi pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang dapat digunakan dan diberikan
kepada pasien.
Ilmu resep adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat-obatan
menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat.
3. Biofarmasetika
Biofarmasetika adalah ilmu yang mempelajari hubungan sifat fisikokimia
formulasi obat terhadap bioavailabilitas obat. Bioavailabilitas menyatakan kecepatan
dan jumlah obat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik. Biofarmasetik bertujuan
untuk mengatur pelepasan obat sedemikian rupa ke sirkulasi sistemik agar diperoleh
pengobatan yang optimal pada kondisi klinik tertentu.

4
C. Posisi Teknologi Farmasi
Teknologi farmasi memiliki posisi untuk menentukan bagaimana suatu bahan obat di
sediakan, apakah dalam bentuk Solid, Semi Solid dan Liquid.
1. Pembagian Bentuk Sediaan Farmasi
a. Bentuk sediaan solid
Bentuk sediaan solid merupakan BSO yang memiliki wujud padat, kering,
mengandung satu atau lebih zat aktif yang tercampur homogen. Bentuk sediaan
solid memiliki suatu keunggulan jika dibandingkan dengan bentuk sediaan liquid,
yaitu bahwa dengan keringnya bentuk sediaan tersebut, maka bentuk sediaan
tersebut lebih menjamin stabilitas kimia zat aktif di dalamnya, sedangkan
kelemahan dari bentuk sediaan ini adalah: pada penggunaan oral (telan),
pemberian bentuk sediaan ini pada beberapa pasien terasa cukup menyulitkan,
perlu disertai dengan cairan untuk dapat ditelan dengan baik.
 Serbuk
Serbuk, dalam dunia kefarmasian, ada yang berfungsi langsung sebagai
bentuk sediaan, ada yang berfungsi sebagai bahan penolong bagi bentuk
sediaan yang lain.
 Kapsul
Yang menjadi ciri khas dari sediaan solid ini ini adalah adanya cangkang
yang terbuat dari gelatin atau selulosa, yang digunakan untuk mewadahi
sejumlah serbuk zat aktif atau cairan obat dan untuk menutupi rasa dan bau
yang ditimbulkan oleh zat aktif
 Pil
Pil merupakan sediaan solid yang berbentuk bulat dengan berat sekitar 100-
500 mg, biasanya 300 mg, mengandung satu atau lebih zat aktif. Sediaan
padat bulat dengan masaa < 100 mg dikenal dengan istilah granul,
sedangkan yang lebih dari 500 mg dikenal dengan istilah boli (untuk hewan
ternak).
 Suppositoria
Suppositoria merupakan sediaan padat yang mengandung satu atau lebih
bahan obat yang larut ataupun terdispersi pada bahan pembawa,
dimaksudkan untuk pemakaian luar (pada rongga tubuh), berbentuk torpedo
(per anal), atau elips (per vaginal) atau batang (per urethral).

5
b. Bentuk Sediaan Liquid
Bentuk sediaan liquid merupakan sediaan dengan wujud cair, mengandung
satu atau lebih zat aktif yang terlarut atau terdispersi stabil dalam medium, yang
homogen pada saat diaplikasikan. Bentuk sediaan liquid dalam konsistensi
cairnya, memiliki keunggulan terhadap bentuk sediaan solid dalam hal kemudahan
pemberian obat terkait sifat kemudahan mengalir dari sediaan liquid ini.
 Larutan
Larutan merupakan sediaan liquid yang mengandung satu atau lebih zat
aktif (solute) yang terlarut dalam medium/pelarut/solvent yang sesuai.
Medium/pelarut/solvent yang universal adalah air. Namun demikian, ada
berbagai jenis solvent lain yang digunakan, antara lain minyak dan etanol.
 Emulsi
Emulsi dan suspensi tergolong dalam sistem dispersi, yang artinya bahwa
bahan tidak larut dalam medium, namun hanya tersebar merata dalam
medium.
 Suspensi
Suspensi merupakan sediaan yang merupakan sistem dispersi dari partikel
zat aktif solid yang memiliki kelarutan yang rendah pada medium. Yang
diharapkan dari suatu sediaan suspensi adalah bahwa sistem terdistribusi
homogen saat digunakan.
c. Bentuk Sediaan Semisolid
Bentuk sediaan semisolid memiliki konsistensi dan wujud antara solid dan
liquid, dapat mengandung zat aktif yang larut atau terdispersi dalam pembawa
(basis). Bentuk sediaan semisolid biasanya digunakan secara topical, yaitu
diaplikasikan pada permukaan kulit atau sleput mukosa. Namun demikian
sediaan topical tidak harus semisolid.
 Salep
Salep merupakan sediaan semi solid yang mengandung satu atau lebih zat
aktif yang larut atau terdispersi dalam basis salep yang sesuai.
 Cream
Cream merupakan sediaan semisolid yang menggunakan basis emulsi,
dapat bertipe A/M ataupun M/A, dapat mengandung zat aktif (obat) atau
tidak mengandung zat aktif (kosmetika).

6
 Pasta
Pasta merupakan sediaan semisolid yang mengandung banyak partikel solid
yang terdispersi dalam basis. Pasta dapat digunakan sebagai agen
pembersih gigi (pasta gigi, yang mengandung bahan abrasif) ataupun
sebagai bahan intermediet pembuatan salep, sebelum dicampurkan dengan
basis yang lain (contoh: pembuatan pasta ZnO dengan minyak mineral pada
peracikan Zinc Oxide ointment, sesaat sebelum disatukan dengan white
ointment dengan metode levigasi).
2. Tabel Cara-cara Pemberian Obat
Istilah Tempat

Oral Mulut

Sublingual Di bawah lidah

Parenteral Lain dari sistem saluran cerna (suntikan)

Intravena Vena

Intaarterial Arteri

Intrakardiak Jantung

Intraspinal Tulang punggung

Intraosseus Tulang

Intraartikular Sendi

Intrasinovial Daerah cairan sendi

Intrakutan Kulit

Subkutan Di bawah kulit

Intramuskular Otot

Topikal Permukaan kulit

Transdermal Permukaan kulit

Konjungtival Selaput mata

7
Intraokular Mata

Intranasal Hidung

Aural Telinga

Intrarespiratori Paru-paru

Rektal Rektum

Vaginal Vagina

Ureiral Uretra

3. Tabel Penggunaan Bentuk Sediaan


Cara Pemberian Bentuk Sediaan Utama

Oral Tablet

Kapsul

Larutan

Sirup

Elixir

Suspensi

Magma

Jel

Serbuk

Sublingual Tablet

Trokhisi dan tablet hisap

Parenteral Larutan

Suspensi

Epikutan/ Transdermal Salep

8
Krim

Pasta

Plester

Serbuk

Aerosol

Lotio

Tempelan transdermal, cakram, larutan dan


solutio

Konjungvital Salep

Intraokular/Intraural Larutan

Suspensi

Intranasal Larutan

Semprot

Inhalar

Salep

Intrarespiratori Aerosol

Rektal Larutan-larutan

Salep-salep

Supossitoria

Vaginal Larutan-larutan

Salep-salep

Busa-busa emulsi

Tablet-tablet

Sisipan, supositoria, spon

9
Uretral Larutan-larutan, supositoria

10
BAB III

PEMBAHASAN KHUSUS

A. Pengertian Tablet
1. Tablet (Menurut FI III)
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung
pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau
lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai
zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok.
2. Tablet (Menurut FI IV)
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet
kempa.Tablet merupakan bentuk sediaan farmasi yang paling banyak tantangannya didalam
mendesain dan membuatnya. Misalnya kesukaran untuk memperoleh bioavailabilitas penuh
dan dapat dipercaya dari obat yang sukar dibasahi dan melarutkannya lambat, begitu juga
kesukaran untuk mendapatkan kekompakan kahesi yang baik dari zat amorf atau gumpalan.
Namun demikian, walaupun obat tersebut baik kempanya, melarutnya, dan tidak mempunyai
masalah bioavailabilitas, mendesain dan memproduksi obat itu masih penuh tantangan, sebab
masih banyak tujuan bersaing dari bentuk sediaan ini.
3. Tablet (Menurut IMO)
Tablet adalah sediaan padat ,dibuat secara kempa cetak,berbentuk rata atau cembung
rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan
tambahan.

B. Bentuk – bentuk & Ukuran Sediaan Tablet


1. Bentuk – bentuk Tablet
a. Bentuk silinder
b. Bentuk kubus
c. Bentuk cakram
d. Bentuk bundar
e. Bentuk batang
f. Bentuk telur/peluru
g. Bentuk pipih/sirkuler

11
h. Bentuk oval
i. Bentuk cincin
j. Bentuk segitiga,segi empat,segi lima, banyak segi, segiempat panjang, bentuk hati

2. Ukuran – ukuran Tablet


a. Menurut R. Voigt
 Garis tengah pada umumnya 15-17 mm
 bobot tablet pada umunya 0,1 g-1g
b. Menurut Lachma
 Tablet oral biasanya berukuran 3/16-1/2 inci.
 Berat tablet berkisar antara 120-700 mg ≥ 800 mg.
 Diameternya 1/4-7/6 inci.
c. Menurut Dom Martin
 1/8-1 1/5 inci.
d. Menurut FI III
Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari
1/3 kali tebal tablet.
3. Macam-macam Sediaan Obat Tablet
Berdasarkan prinsip pembuatan, tablet terdiri atas :
1. Tablet Kempa
Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk
atau granul menggunakan pons atau cetakan baja.
2. Tablet Cetak
Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah pada
lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan Krista yang
terbentuk selama pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan yang diberikan.
Berdasarkan tujuan penggunaan, tablet terdiri atas :
1. Tablet Kempa Tujuan Saluran Pencernaan
a. Tablet Konvensional Biasa
Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal yang biasanya
terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan eksipien seperti :
 Pengisi (memberi bentuk) : laktosa

12
 Pengikat (memberi adhesivitas atau kelekatan saat bertemu saluran cerna) :
amylum gelatin, tragakan
 desintegrator (mempermudah hancurnya tablet)
b. Tablet Kempa Multi atau Kempa Ganda
Adalah tablet konvensional yang dikompresi lebih dari satu siklus kompresi
tunggal sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas dua atau lebih lapisan. Disebut
juga sebagai tablet berlapis. Keuntungannya dapat memisahkan zat aktif yang
inkompatibel (tidak tersatukan).
c. Tablet Lepas Lambat
Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet tersebut
melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian disusul
dengan dosis pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif
dalam darah cukup untuk beberapa waktu tertentu (misal tablet lepas lambat 6
jam, 12 jam, dsb).
d. Tablet Lepas Tunda (Tablet Salut Enterik)
Adalah tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap
cairan lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus yang pelepasan zat
aktifnya terkendali pada waktu-waktu tertentu.
e. Tablet Salut Gula
Adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula baik
berwarna maupun tidak. Tujuannya untuk melindungi zat aktif terhadap
lingkungan udara (O2, kelembaban), menutup rasa dan bau tidak enak,
menaikkan penampilan tablet.
f. Tablet Salut Film
Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, berwarna atau tidak dari bahan
polimer yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna.
Penyalutan tidak perlu berkali-kali.
g. Tablet Effervesen
Tablet kempa jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena mengeluarkan
CO2. Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum..
h. Tabel Kunyah
Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus dikunyah
sebelum ditelan.

13
2. Tablet Kempa Digunakan dalam Rongga Mulut
a. Tablet Bukal
Tablet kempa biasa berbentuk oval yang ditempatkan diantara gusi dan pipi.
Biasanya keras dan berisis hormon. Bekerja sistemik, tererosi atau terdisolusi di
tempat tersebut dalam waktu yang lama (secara perlahan).
b. Tablet Sublingual
Tablet kempa berbentuk pipih yang diletakkan di bawah lidah, berisi
nitrogliserin. Biasanya untuk obat penyempitan pembuluh darah ke jantung
(angina pectoris) sehingga harus cepat terlarut agar dapat segera memberi efek
terapi. Diabsorbsi oleh selaput lendir di bawah lidah.
c. Tablet Hisap atau Lozenges
Tablet yang mengandung zat aktif dan zat-zat penawar rasa dan bau,
dimaksudkan untuk disolusi lambat dalam mulut untuk tujuan lokal pada selaput
lendir mulut.
d. Dental Cones (Kerucut Gigi)
Yaitu suatu bentuk tablet yang cukup kecil, dirancang untuk ditempatkan di
dalam akar gigi yang kosong setelah pencabutan gigi. Tujuannya biasanya untuk
mencegah berkembangbiaknya bakteri di tempat yang kosong tadi dengan
menggunakan suatu senyawa anti bakteri yang dilepaskan secara perlahan-lahan,
atau untuk mengurangi pendarahan dengan melepaskan suatu astringen atau
koagulan.
3. Tablet ovula
a. Tablet Rektal
Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara rektal (dubur)
yang tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik.
b. Tablet Vaginal
Tablet kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan dalam vagina yang
di dalamnya terjadi disolusi dan melepaskan zat aktifnya. Biasanya mengandung
antiseptik, astringen. Digunakan untuk infeksi lokal dalam vagina dan mungkin
juga untuk pemberian steroid dalam pengobatan sistemik.
c. Tablet Kempa untuk Implantasi
Tablet implantasi atau pelet dibuat berdasarkan teknik aseptik, mesin tablet harus
steril. Dimaksudkan untuk implantasi subkutan (untuk KB, mencegah
kehamilan).

14
4. Tablet Cetak untuk Penggunaan Lain
a. Tablet Triturat untuk Dispensing
Adalah tablet yang dihaluskan dulu atau disiapkan untuk penggunaan tertentu.
Tablet kempa atau cetak berbentuk kecil umumnya silindris digunakan untuk
memberikan jumlah zat aktif terukur yang tepat untuk peracikan obat (FI IV).
Digunakan sebagai tablet sublingual atau dilepaskan di atas lidah dan ditelan
dengan air minum.
b. Tablet Hipodermik
Tablet cetak atau kempa yang dibuat dari bahan mudah larut atau melarut
sempurna dalam air. Umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi steril
dalam ampul dengan menambahkan pelarut steril (FI IV)
c. Tablet Dispending
Tablet yang digunakan oleh apoteker dalam meracik bentuk sediaan padat atau
cair. Dimaksudkan untuk ditambahkan ke dalam air dengan volume tertentu,
oleh ahli farmasi atau konsumen, untuk mendapatkan suatu larutan obat dengan
konsentrasi tertentu.
5. Berdasarkan Distribusi Obat Dalam Tubuh
a. Bekerja lokal. Misal : tablet hisap untuk pengobatan pada rongga mulut; ovula
untuk pengobatan pada infekldi di vagina.

b. Bekerja sistemik : per oral.


 Yang bekerja short-acting (jangka pendek) : dalam satu hari memerlukan
beberapa kali menelan obat
 Yang bekerja long-acting (jangka panjang) : dalam satu hari cukup menelan
satu tablet.
Tablet jangka panjang dapat dibedakan menjadi :
 Delayed Action Tablet (DAT)
Dalam tablet ini terjadi penundaan pelepasan zat aktif karena pembuatannya
adalah sebagai berikut : sebelum dicetak, granul dibagi dalam beberapa
kelompok. Kelompok pertama tidak diapa-apakan, kelompok kedua disalut
dengan bahan penyalut yang akan pecah setelah beberapa saat, kelompok
ketiga disalut dengan bahan penyalut yang pecah lebih lama dari kelompok
kedua, dst. Granul-granul dari semua kelompok dicampurkan dan baru
dicetak.

15
 Repeat Action Tablet (RAT)
Granul-granul dari kelompok yang paling lama pecahnya dicetak dahulu
menjadi tablet inti (core tablet). Kemudian granul-granul yang kurang lama
pecahnya dimampatkan di sekeliling kelompok pertama sehingga terbentuk
tablet baru.
6. Berdasarkan Jenis Bahan Penyalut
Tujuan penyalutan tablet :
udara, kelembaban, atau cahaya.
a. Menutupi rasa dan bau yang tidak enak.
b. Membuat penampilan lebih baik dan menarik.
c. Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna.
Misal : tablet enterik yang pecah di usus
Macam-macam tablet salut :
a. Tablet salut biasa/salut gula (dragee)
Adalah disalut dengan gula dari suspensi dalam air mengandung serbuk yang
tidak larut seperti pati, kalsium karbonat, talk atau titanium dioksida yang
disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin.
Tahapan pembuatan salut gula :
1. Penyalutan dasar (subcoating). Jika tablet mengandung zat yang
higroskopis, tablet dilapisis dulu dengan salut penutup (sealing coat) agar
air dari sirop salut-dasar tidak masuk ke dalam tablet.
2. Melicinkan (smooting) Proses pembasahan berganti-ganti dengan sirop
pelicin dan pengeringan dari salut dasar tablet menjadi bulat dan licin.
3. Pewarnaan (coloring) Memberi zat warna yang dicampurkan pada sirop
pelicin.
4. Penyelesaian (finishing) adalah proses pengeringan salut sirop
5. Pengilapan (polishing) merupakan tahap akhir, digunakan lapisan tipis lilin
yang licin.
b. Tablet salut selaput (film-coated tablet) Disalut dengan
hidroksipropilmetilslulosa, metilselulosa, hidroksipropilselulosa, Na-CMC, dan
campuran selulosa asetat ftalat dengan PEG.
c. Tablet salut kempa adalah tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa
granulat yang terdiri atas laktosa, kalsium fosfat, dan zat lain yang cocok. Mula-

16
mula dibuat tablet inti, kemudian dicetak kembali bersama granulat kelompok
lain sehingga terbentuk tablet berlapis (multi layer tablet).
d. Tablet salut enterik (enteric-coated tablet)/tablet lepas tunda. Jika obat dapat
rusak atau menjadi tidak aktif akibat cairan lambung atau dapat mengiritasi
mukosa lambung, maka diperlukan penyalut enterik yang bertujuan untuk
menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung.
e. Tablet lepas lambat (sustained-release tablet)/tablet dengan efek diperanjang.
Tablet yang dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tetap tersedia
selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan.
C. Komponen Tablet

1. Zat aktif
Zat Aktif Obat adalah unsur dalam obat yang memiliki khasiat menyembuhkan penyakit.
Beberapa obat dapat mengandung beberapa zat aktif obat.

2. Eksipien/bahan tambahan
a. Bahan pengisi (diluent)
Berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah dicetak atau dibuat.Bahan
pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit atau sulit dikempa. Contoh : laktosa,
pati, kalsium fosfat, dibase, selulosa mikrokristal.
b. Bahan pengikat (binder)
Berfungsi memberikan gaya adhesi pada massa serbuk sewaktu sewaktu granulasi dan
menambah daya kohesi pada bahan pengisi. Contoh : gom akasia, gelatin, sukrosa,
povidon, metilselulosa,CMC, selulosa mikrokristal, pasta pati terhidrolisis.
c. Bahan penghancur/pengembang (disintegrant)
Berfungsi membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Contoh : pati, asam alginat,
selulosa mikrokristal.
d. Glidan
Yaitu bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalir serbuk. Umumnya
digunakan dalam kempa langsung tanpa proses granulasi.Contoh : silika pirogenik
koloidal.
e. Bahan pelicin (lubrikan)
Berfungsi mengurangi gesekan selama pengempaan tablet dan juga berguna untuk
mencegah massa tablet melekat pada cetakan.Contoh : senyawa asam stearat dengan
logam (contoh:Mstearat),asam stearat, talk, minyak nabati terhidrogenasi.

17
f. Bahan penyalut (coating agent)
3. Ajuvan
a. Bahan pewarna (coloring agent)
Berfungsi meningkatkan nilai estetika atau untuk identitas produk.
b. Bahan pengaroma (flavour)
Berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat yang tidak enak.
D. Keuntungan Dan Kerugian Sediaan Tablet
1. Keuntungan Sediaan Tablet
a. Tablet dipasaran mudah diberikan dalam dosis yang tepat jika diinginkan dosis
dapat dibagi rata dan akan memberikan efek yang akurat.
b. Tablet tidak mengandung alcohol
c. Tablet dapat dibuat dalam berbagai dosis.
d. Sifat alamiah dari tablet yaitu tidak dapat dipisahkan, kualitas bagus dan dapat
dibawa kemana-mana, bentuknya kompak, fleksibel dan mudah pemberiannya.
e. Secara umum, bentuk pengobatan dangan menggunakan tablet lebih disukai
karena bersih, praktis dan efisien
f. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan
yang terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta
variabilitas kandungan yang paling lemah.
g. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah.
h. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal
ditenggorokan, terutama bila tersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya
tablet tidak segera terjadi
i. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti pelepasan
diusus atau produk lepas lambat.
j. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk diproduksi
secara besar-besaran.
k. Tablet oral mungkin mudah digunakan untuk pengobatan tersendiri dengan
bantuan segelas air.
l. Untuk anak-anak dan orang-orang secara kejiwaan, tidak mungkin menelan
tablet, maka tablet tersebut dapat ditambahkan penghancur, dan pembasah
dengan air lebih dahulu untuk pengolahannya.

18
m. Dapat dibuat tablet kunyah dengan bahan mentol dan gliserin yang dapat larut
dan rasa yang enak, dimana dapat diminum, atau memisah dimulut
n. Konsentrasi yang bervariasi.

2. Kerugian Sediaan Tablet


a. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak
sadar/pingsan);
b. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
 Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat amorfnya,
flokulasi, atau rendahnya berat jenis;
 Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup besar
atau tinggi, absorbs optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau kombinasi dari
sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi (harus diformulasi sedemikian rupa).
 Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi, atau zat
aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban udara, memerlukan
menkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan kapsul menjadi lebih baik
dari pada tablet.
E. Indikasi Dan Kontraindikasi Sediaan Tablet
1. Indikasi: Cara peroral dapat dipakai pada pasien yang tidak mengalami mual-
mual,muntah,semi koma, pasien yang tidak akan menjalani pengisapan cairan lambung
serta pada pasien yang tidak mengalami gangguan menelan
2. Kontraindikasi: Cara peroral tidak dapat dipakai pada pasien yang mengalami
mual2,muntah,semi koma, pasien yangakan menjalani pengisapan cairan lambung serta
pada pasien yang mengalami gangguan menelan.

19
F. Cara Pembuatan Tablet

1. Metode granulasi basah

Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi
partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat
sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan
apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit
dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari
metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan pengikat teretentu
sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian masa basah tersebut
digranulasi.

Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat
sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur
yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat
juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan
terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting dimana
jembatan cair yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat
bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan
kapiler paling penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan
pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan
pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka massa
dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau oscillating
granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaan meningkat dan
proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan granul diayak kembali
ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang dugunakan dan ukuran tablet yang
akan dibuat.
Keuntungan metode granulasi basah :
1. Memperoleh aliran yang baik
2. Meningkatkan kompresibilitas
3. Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai
4. Mengontrol pelepasan
5. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses
6. Distribusi keseragaman kandungan

20
7. Meningkatkan kecepatan disolusi

Kekurangan Metode Granulasi Basah :


1. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi
2. Biaya cukup tinggi
3. Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara
ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air.
2. Metode granulasi Kering
Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien
dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya
dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula
(granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan
bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik,
digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa
langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban.

Pada proses ini komponen–komponen tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu
ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh massa yang
disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak
dan diaduk untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari campuran
awal bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang. Dalam
jumlah besar granulasi kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang disebut
roller compactor yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller
compactor memakai dua penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan
yang lainnya, dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini
mampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara
penggiling.
Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :
 Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi.
 Zat aktif susah mengalir .
 Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab .

21
Keuntungan cara granulasi kering adalah:
 Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin pengaduk
berat dan pengeringan yang memakan waktu.
 Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab.
 Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat.
Kekurangan cara granulasi kering adalah:
• Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug .
• Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam .
• Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi
silang .
3. Metode Kempa Langsung
Metode Kempa Langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran
zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini
merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya
dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak
tahan terhadap panas dan lembab. Ada beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr
dan KCl yang mungkin langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktik tidak mudah
untuk langsung dikempa, selain itu zat aktif tunggal yang langsung dikempa untuk
dijadikan tablet kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air (cairan tubuh). secara
umum sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah; alirannya baik,
kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu menciptakan adhesifitas dan
kohesifitas dalam massa tablet.
Keuntungan metode kempa langsung yaitu :
• Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit
• Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit, maka waktu
yang diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih singkat, tenaga dan mesin yang
dipergunakan juga lebih sedikit.
• Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan lembab
• Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses granul, tetapi
langsung menjadi partikel. tablet kempa langsung berisi partikel halus, sehingga tidak
• melalui proses dari granul ke partikel halus terlebih dahulu.

22
G. Kerusakan Pada Pembuatan Sediaan Tablet
Masalah-masalah yang dapat muncul selama proses pencetakan tablet secara umum, seperti :
1. Capping: pemisahan sebagian atau keseluruhan bagian atas/bawah tablet dari badan
tablet
2. Laminasi: pemisahan tablet menjadi dua bagian atau lebih
3. Chipping: keadaan dimana bagian bawah tablet terpotong
4. Cracking: keadaan dimana tablet pecah, lebih sering di bagian atas-tengah
5. Picking: perpidahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan
punch
6. Sticking: keadaan dimana granul menempel pada dinding die (ada adhesi)
7. Mottling: keadaan dimana distribusi zat warna pada permukaan tablet tidak merata

23
H. Syarat – Syarat Tablet
1. Keseragaman Bobot
Timbang 20 tablet, dihitung bobot rata rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak
boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata rata lebih besar dari harga
yang ditetapkan kolom A dan tidak boleh 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari
bobot rata rata lebih dari harga dalam kolom B. Jika perlu dapat digunakan 10 tablet dan
tidak ada 1 tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata rata yang ditetapkan
dalam kolom A dan B.
2. Kekerasan
Ambil 20 tablet ukur kekerasan menggunakan alat ukur kekerasan. Hitung rata rata dan
SD nya. Persyaratan ukuran yang didapat per tablet minimal 4 kg/cm2, maksimal 10
kg/cm2.
3. Keseragaman Ukuran
Menggunakan 20 tablet, ukur diameter dan ketebalanya menggunakan jangka sorong.
Hitung rata – rata dan SD nya. Persyaratan kecuali dinyatakan lain, diameter tidak lebih
dari 3 kali dan tidak kurang dari 4/3 kali tebal tablet. Tebal tablet pada umumnya tidak
lebih besar dari 50% diameter.
4. Waktu Hancur
a. Tablet biasa
• Media : air (36-380 C) sebanyak 1 liter.
• Yang diuji : 5 tablet
• Syarat :
o Tablet tidak bersalut : tidak lebih dari 15 menit
o Tablet salut gula dan salut selaput : tidak lebih dari 60 menit.
b. Tablet salut enterik
• Pelarut HCl 0,06 N sebanyak ±250 mL (3jam pertama)
• Larutan dapar pH 6,8 (36-380 C) (1 jam selanjutnya)
c. Tablet bukal
Syarat : tidak lebih dari 4 jam.
5. Keregasan Tablet
Yaitu persen bobot yang hilang setelah tablet diguncang.

24
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dengan penerapan teknologi di bidang farmasi ini maka beberapa manfaat yang
diperoleh dapat dirasakan oleh para produsen obat farmasi, para pedagang obat dan
pengecer, para ahli farmasi, apoteker, penyelenggara pelayanan kesehatan, para dokter dan
para pasien. Dengan penggunaan teknologi di bidang farmasi ini akan bermanfaat yang lebih
luas yaitu meningkatkan kesehatan masyarakat yang lebih tinggi lagi.
Selain itu teknologi farmasi juga dapat mempermudah produksi obat , dapat menghemat
waktu produksi , dapat mempercepat produksi ,dan menghemat biaya produksi salah satunya
sediaan tablet.
Macam – macam sediaan tablet
 Tablet kempa
 Tablet cetak
 Tablet ovula
 Tablet cetak untuk penggunaan lain
 Tablet lebih banyak di gunakan dan di kenal oleh masyarakat karena lebih mudah di
dapatkan .
Keuntungan tablet
 Tablet dapat di berikan dalam dosis yang lebih tepat
 Lebih mudah untuk membagi dosis dengan efek yang akurat
 Kekurangan tablet
 Formulasi lebih rumit
 Ada beberapa masyarakat yangg tidak bisa menelan tablet
 Tablet dapat di buat dengan cara :
 Metode granulasi basah
 Metode granulasi kering
 Metode kempa langsung

B. Saran

25
DAFTAR PUSTAKA

Syamsuni. 2012. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Ansel. 1989. Pengantar bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta : Universitas
Indonesia Press

Siregar, Charles. 2007. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-Dasar Praktis. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Maul.( http://blogilmuresep-maulida.blogspot.co.id/2012/11/tablet_10.html) Diunggah pada


: 11 Oktober 2012

Firman. (http://sidfirman82.blogspot.co.id/2015/07/makalah-preformulasi-sediaan-
padat.html) Diunggah Pada : 07 Januari 2015

26

Anda mungkin juga menyukai

  • Daun Singkong
    Daun Singkong
    Dokumen12 halaman
    Daun Singkong
    S.A.U channel moto vlog
    Belum ada peringkat
  • Resume - Wulan S
    Resume - Wulan S
    Dokumen3 halaman
    Resume - Wulan S
    S.A.U channel moto vlog
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan Ke 3
    Pertemuan Ke 3
    Dokumen26 halaman
    Pertemuan Ke 3
    S.A.U channel moto vlog
    Belum ada peringkat
  • Informasi Obat
    Informasi Obat
    Dokumen27 halaman
    Informasi Obat
    S.A.U channel moto vlog
    Belum ada peringkat
  • PX Hematologi
    PX Hematologi
    Dokumen32 halaman
    PX Hematologi
    S.A.U channel moto vlog
    Belum ada peringkat
  • PX Cairan Mani
    PX Cairan Mani
    Dokumen21 halaman
    PX Cairan Mani
    S.A.U channel moto vlog
    Belum ada peringkat
  • EMULSI] Cara Membuat Emulsi
    EMULSI] Cara Membuat Emulsi
    Dokumen69 halaman
    EMULSI] Cara Membuat Emulsi
    S.A.U channel moto vlog
    Belum ada peringkat
  • DISLIPIDEMIA
    DISLIPIDEMIA
    Dokumen38 halaman
    DISLIPIDEMIA
    S.A.U channel moto vlog
    Belum ada peringkat
  • PX Kimia Darah
    PX Kimia Darah
    Dokumen10 halaman
    PX Kimia Darah
    S.A.U channel moto vlog
    Belum ada peringkat
  • PX Hematologi
    PX Hematologi
    Dokumen32 halaman
    PX Hematologi
    S.A.U channel moto vlog
    Belum ada peringkat
  • Pemeriksaan Parasitologi Kel 6
    Pemeriksaan Parasitologi Kel 6
    Dokumen15 halaman
    Pemeriksaan Parasitologi Kel 6
    S.A.U channel moto vlog
    Belum ada peringkat
  • Penyakit - Ginjal Kelompok 4
    Penyakit - Ginjal Kelompok 4
    Dokumen26 halaman
    Penyakit - Ginjal Kelompok 4
    S.A.U channel moto vlog
    Belum ada peringkat
  • Konsep Dasar Patient Safety
    Konsep Dasar Patient Safety
    Dokumen17 halaman
    Konsep Dasar Patient Safety
    S.A.U channel moto vlog
    Belum ada peringkat
  • PX Batu Ginjal
    PX Batu Ginjal
    Dokumen15 halaman
    PX Batu Ginjal
    S.A.U channel moto vlog
    Belum ada peringkat
  • Farmakokinetik Rev 1
    Farmakokinetik Rev 1
    Dokumen6 halaman
    Farmakokinetik Rev 1
    S.A.U channel moto vlog
    Belum ada peringkat
  • BIOETIKA
    BIOETIKA
    Dokumen37 halaman
    BIOETIKA
    S.A.U channel moto vlog
    Belum ada peringkat
  • Osteoporosis
    Osteoporosis
    Dokumen44 halaman
    Osteoporosis
    S.A.U channel moto vlog
    Belum ada peringkat
  • Materi Hipertensi (06-04-2021)
    Materi Hipertensi (06-04-2021)
    Dokumen57 halaman
    Materi Hipertensi (06-04-2021)
    S.A.U channel moto vlog
    Belum ada peringkat
  • Resume IO
    Resume IO
    Dokumen2 halaman
    Resume IO
    S.A.U channel moto vlog
    Belum ada peringkat
  • Anfar Kel.6
    Anfar Kel.6
    Dokumen18 halaman
    Anfar Kel.6
    S.A.U channel moto vlog
    Belum ada peringkat
  • MEDICATION ERROR
    MEDICATION ERROR
    Dokumen6 halaman
    MEDICATION ERROR
    Norma Yanti
    Belum ada peringkat
  • Penyakit Ginjal Kel.4
    Penyakit Ginjal Kel.4
    Dokumen3 halaman
    Penyakit Ginjal Kel.4
    S.A.U channel moto vlog
    Belum ada peringkat
  • PPK Ko Lorek Tal
    PPK Ko Lorek Tal
    Dokumen76 halaman
    PPK Ko Lorek Tal
    Heru Nugroho
    Belum ada peringkat
  • PENENTUAN MERKU-WPS Office
    PENENTUAN MERKU-WPS Office
    Dokumen15 halaman
    PENENTUAN MERKU-WPS Office
    S.A.U channel moto vlog
    Belum ada peringkat
  • Penyakit - Ginjal Kelompok 4
    Penyakit - Ginjal Kelompok 4
    Dokumen26 halaman
    Penyakit - Ginjal Kelompok 4
    S.A.U channel moto vlog
    Belum ada peringkat
  • PX Urine
    PX Urine
    Dokumen21 halaman
    PX Urine
    S.A.U channel moto vlog
    Belum ada peringkat
  • Permendiknas No17 thn2010
    Permendiknas No17 thn2010
    Dokumen3 halaman
    Permendiknas No17 thn2010
    S.A.U channel moto vlog
    Belum ada peringkat
  • PLAGIAT
    PLAGIAT
    Dokumen3 halaman
    PLAGIAT
    S.A.U channel moto vlog
    Belum ada peringkat
  • Kel 3
    Kel 3
    Dokumen11 halaman
    Kel 3
    S.A.U channel moto vlog
    Belum ada peringkat
  • Penyakit Ginjal Kel.4
    Penyakit Ginjal Kel.4
    Dokumen3 halaman
    Penyakit Ginjal Kel.4
    S.A.U channel moto vlog
    Belum ada peringkat