Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH EPIMEMIOLOGI DAERAH TROPIS

Disusun Oleh ;

KELOMPOK 4

FARADILA MAKATITA P07172317


LENA JUSTIFIA KILIKILY P07172317
SUHARNA LANUSU P07172317
WA RAHMINI MARAFA P07172317

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
ANALIS KESEHATAN
2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul penyakit campak yang menular di daerah tropis . Makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas Epidemiologi. Makalah ini berisi tentang penjelasan
mengenai penyakit campak.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Rahwan


Ahmad,S.KM.,M.Kes.Selaku dosen epidemiologi daerah tropis dan teman-teman yang
telah membantu serta memberikan dukungan dalam penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat untuk setiap pembaca dan menjadi panduan
untuk belajar. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu penyusun menerima kritikan dan saran pembaca untuk perbaikkan makalah ini.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulis

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian

B.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan tantangan besar bagi dunia, sehingga
masalahkesehatan termuat dalam 10 masalah yang dihadapi dunia di abad 21 ini.
Lebihspesifiknya mengenai ancaman pandemi dan penyakit menular. Di Indonesia
sendiribanyak factor yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, diantaranya
masalahperilaku kesehatan, lingkungan, genetik dan pelayanan kesehatan.
.Perilaku kesehatan bila mengacu pada penelitian Hendrik L. Blum diAmerika
Serikat memiliki urutan kedua faktor yang mempengaruhi status kesehatanmasyarakat
setelah faktor lingkungan. Di Indonesia justru factor perilakukesehatanlah yang diduga
menjadi factor utama masalah kesehatan yang merupakanakibat dari masih rendahnya
pengetahuan kesehatan dan faktor kemiskinan. Kondisitersebut mungkin terkait tingkat
pendidikan yang mempengaruhi pengetahuanmasyarakat untuk berperilaku sehat.
Karena terbentuknya perilaku diawali denganpengetahuan tentang objek yang
kemudian menimbulkan respon terhadap objek tersebut.
Perilaku kesehatan sangat mempengaruhi perilaku hidup bersih dan sehatyang
sedang menjadi prioritas utama pemerintah. Masih banyak masyarakatIndonesia yang
belum sadar bahkan belum peduli terhadap kondisi kesehatanlingkungan dan diri
sendiri. Akibatnya banyak masalah kesehatan yang bermunculan.Apalagi di daerah-
daerah terpencil yang belum terjangkau oleh petugas kesehatan.Lingkungan yang tidak
teratur dan minimnya tenaga kesehatan dapat memicu terjadinya penyebaran penyakit
yang mewabah atau di sebut kejadian luar biasa.Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa
dijelaskan sebagai timbulnya ataumeningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang
bermakna secara epidemiologispada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.Kriteria
tentang Kejadian Luar Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No.451/91, tentang
Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa.Menurut aturan itu,
suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
 Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
 Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun
waktuberturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
 Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkandengan
periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).Jumlahpenderita baru dalam
satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebihbila dibandingkan dengan
angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pneumonia
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru ( alveoli )
biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis
batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam. Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA (P2ISPA) semua
bentuk pneumonia baik pneumoniamaupun bronchopneumonia disebut pneumonia
(Depkes RI, 2002).
Pneumonia merupakan penyakit batuk pilek disertai napas sesak atau napascepat.
Napas sesak ditandai dengan dinding dada bawah tertarik ke dalam, sedangkannapas
cepat diketahui dengan menghitung tarikan napas dalam satu menit. Untuk balita umur
2 tahun sampai 5 tahun tarikan napasnya 40 kali atau lebih dalam satumenit, balita
umur 2 bulan sampai 2 tahun tarikan napasnya 50 kali atau lebih permenit, dan umur
kurang dari 2 bulan tarikan napasnya 60 kali atau lebih per menit(Depkes, 1991).

B. Penyebab Pneumonia
Sebagian besar penyebab Pneumonia adalah mikroorganisme (virus, bakteri).Dan
sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin,atau
sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi lambung ke dalamsaluran
pernapasan (aspirasi).
Berbagai penyebab Pneumonia tersebut dikelompokkan berdasarkan golongan
umur, berat ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya(komplikasi).
Mikroorganisme tersering sebagai penyebab Pneumonia adalah virus,terutama
Respiratory Syncial Virus (RSV) yang mencapai 40%. Sedangkan golonganbakteri yang ikut
berperan terutama Streptococcus pneumoniae dan Haemophilusinfluenzae type b
(Hib).
Awalnya, mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet), kemudianterjadi
penyebaran mikroorganisme dari saluran napas bagian atas ke jaringan(parenkim) paru
dan sebagian kecil karena penyebaran melalui aliran darah(Setiowulan, 2000).
Sedangkan dari sudut pandang sosial penyebab pneumonia menurut DepkesRI
(2004) antara lain:
a. Status gizi bayi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk
anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi
jugadidefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan
antarakebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status gizi merupakan
pengukuranyang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit
(Beck.2000 : 1).
Klasifikasi status gizi pada bayi berdasarkan Kartu Menuju Sehatadalah:
1. Gizi Lebih
2. Gizi Baik
3. Gizi kurang
4. Gizi buruk
b. Riwayat persalinan
Riwayat persalinan yang mempengaruhi terjadinya pneumonia adalah
ketuban pecah dini dan persalinan preterm (Setiowulan.2000).
c. Kondisi sosial ekonomi orang tua
Kemampuan orang tua dalam menyediakan lingkungan tumbuh yangsehat
pada bayi juga sangat mempengaruhi terhadap terjadinya pneumonia.Klasifikasi
kesejahteraan keluarga adalah :
1) Keluarga sejahtera yaitu keluarga yang dibentuk berdasarkanperkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritualdan material yang layak, bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa,memiliki hubungan yang serasi, selaras. dan
seimbang antar anggota,serta antara keluarga dengan masyarakat
dan lingkungannya.
2) Keluarga sejahtera I yaitu keluarga yang kondisi ekonominya barubisa
memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belummampu memenuhi
kebutuhan sosial psikologisnya.
3) Keluarga pra sejahtera yaitu keluarga yang belum dapat memenuhikebutuhan
dasarnya, belum mampu melaksanakan ibadah berdasarkanagamanya masing-
masing, memenuhi kebutuhan makan minimal duakali sehari, pakaian yang
berbeda untuk di rumah, bekerja, sekolah,dan bepergian, memiliki rumah yang
bagian lantainya bukan daritanah, dan belum mampu untuk berobat di sarana
kesehatan modern(BKKBN, 2002).
d. Lingkungan tumbuh bayi
Lingkunngan tumbuh bayi yang mempengaruhi terhadap terjadinya
pneumonia adalah kondisi sirkulasi udara dirumah, adanya pencemaran udara
disekitar rumah dan lingkungan perumahan yang padat (www.infokes.com, 2006).
e. Konsumsi ASI
Jumlah konsumsi ASI bayi akan sangat mempengaruhi imunitas bayi,bayi
yang diberi ASI secara eksklusif akan memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik
dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI secara eksklusif.

C. Klasifikasi Pneumonia
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi pneumonia sebagaiberikut:
a. Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dindingdada kedalam (
chest indrawing ).
b. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat
c. Bukan pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertaidemam,
tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.Rinofaringitis, faringitis
dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia(Rasmailah, 2004).

D. Tanda dan Gejala Klinis Pneumonia


Tanda-tanda Pneumonia sangat bervariasi, tergantung golongan umur,
mikroorganisme penyebab, kekebalan tubuh (imunologis) dan berat ringannyapenyakit.
Pada umumnya, diawali dengan panas, batuk, pilek, suara serak,
nyeritenggorokan. Selanjutnya panas makin tinggi, batuk makin hebat, pernapasan
cepat (takipnea), tarikan otot rusuk (retraksi), sesak napas dan penderita menjadi
kebiruan(sianosis). Adakalanya disertai tanda lain seperti nyeri kepala, nyeri perut
danmuntah (pada anak di atas 5 tahun).
Pada bayi (usia di bawah 1 tahun) tanda-tanda pnemonia tidak spesifik,
tidak selalu ditemukan demam dan batuk.Selain tanda-tanda di atas, WHO telah
menggunakan penghitungan frekuensinapas per menit berdasarkan golongan umur sebagai
salah satu pedoman untuk memudahkan diagnosa Pneumonia, terutama di institusi
pelayanan kesehatan dasar(Setiowulan, 2000).
.Tabel 2.1. Pedoman Perhitungan Frekuensi Napas (WHO)
Umur Anak Napas Anak Takipnea ( Napas Cepat )
0 – 2 Bulan 30 – 50 per menit Sama atau > 60 x per menit
2 – 12 Bulan 25 -30 per menit Sama atau > 50 x per menit

E. Cara Penularan Penyakit Pneumonia


Pada umumnya penyakit pneumonia ditularkan melalui percikan ludah,kontak
langsung lewat mulut atau kontak tidak langsung melalui peralatan yangterkontaminasi
oleh Discharge saluran pernafasan (Chin, 2000). Menurut Himawanyang dikutip oleh
Putri (2006), cara penyebaran infeksi penyakit pneumonia ada dua,yaitu :
a. Melalui Aerosol (mikroorganisme yang melayang di udara) yang keluar padasaat
batuk dan bersin.
b. Melalui kontak langsung dari benda yang telah tercemar mikroorganismepenyebab (
hand to hand transmission ).
Dari beberapa penelitian klinik, laboratorium dan penelitian lapangan,diperoleh
kesimpulan bahwa sebenarnya kontak hand to hand merupakan modus terbesar bila
dibandingkan dengan cara penularanaerosol.

F. Hasil Analisis Pneumonia di Suku Baduy

1. Hasil Penyelidiakn dan Penanganan Suspek KLB Pneumonia


Berdasarkan Laporan Verifikasi Rumor Suspek KLB Pneumonia di
SukuBaduy Dalam Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak tanggal 15-16
Maret 2012, yang dilakukan atas kerjasama Kementrian Kesehatan Jakarta,
DinasKesehatan Provinsi Banten, Dinas Kesehetan Kabupaten Lebak dan PuskesmasCisimet
maka diperoleh beberapa data, antara lain:

a. Distribusi Penyakit Hasil Penyelidikan KLB


Dalam penyelidikan dan penanganan KLB pneumonia di Baduy-Dalam
danBaduy-Luar dilakukan pengobatan penderita secara total covered, hal
inidimaksudkan untuk mengetahui jenis penyakit yang beredar di
lingkunganmasyarakat Baduy.Penggalian informasi untuk mencari factor-faktor
esensial yang berpengaruhpada perjalanan penyakit ini dilakukan melalui
pendekatan tidak langsung.Komunikasi dengan masyarakat Baduy-Dalam
cukup baik dengan menggunakanbahasa Indonesia. Pengamatan lingkungan
tempat tinggal juga dilakukan untuk mendukung analisis perjalanan
penyakit yang menyerang masyarakat Baduy-Dalam.Jumlah masyarakat Baduy
yang mengalami keluhan penyakit sebanyak 99 penderitadengan jenis penyakit yang
bervariasi. Keluhan yang terbanyak adalah batuk bukanpneumonia sebanyak 64
penderita sedangkan masyarakat yang mengalamipneumonia sebanyak 21 penderita
dengan rincian pneumonia ringan 14 danpneumonia berat 7 penderita.Untuk melihat
distribusi masyarakat Baduy yang mengalami keluhan dapatdilihat pada
gambar di bawah ini

b. Proporsi Penderita Penyakit Pneumonia


Pengelompokan penderita pneumonia di masyarakat Baduy terbagi
menjadi 4(empat) macam, yaitu pneumonia dan Helminthialis (5%), Pneumona
dan Tonsilitis(10%), pneumonia (52%) dan pneumonia berat (33%). Gambaran
tersebut dapatdilihat pada gambar di bawah ini
c. Distribusi Penderita Pneumonia menurut Waktu
Berdasarkan hasil penyelidikan di lapangan, waktu timbulnya gejala
pertama(onset time) setiap penderita sangat sulit ditentukan hal ini dikarenakan
semuapenderita pneumonia yang ditemukan mempunyai riwayat pertama kali
keluhansekitar 1 (satu) bulan sebelumnya. Sehingga variable waktu yan dapat
digambarkanadalah kisaran waktu berdasarkan penemuan kasus. Seperti
terlihat pada gambar dibawah ini.

d. Distribusi Penderita Pneumonia menurut Tempat


Sebaran kasus pneumonia yang ditemukan pada saat penyelidikan dilapangan,
kasus lebih banyak ditemukan di Kampung Cibeo dengan jumlah
kasus 19penderita dan 4 penderita meninggal sedangkan di Kampung Cisadane
hanya menemukan 2 penderita dan 1 penderita meninggal.

Sedangkan angka kematian kasus pneumonia paling tinggi terdapat di


KampungCisadane (50%) dibandingkan dengan Kampung Cibeo (21,1%).

e. Distribusi Penderita Pneumonia menurut Orang


Berdasarkan kelompok umur, penderita pneumonia paling banyak
menyerangkelompok Balita yaitu 38% dan juga ditemukan penderita pneumonia
pada kelompok bayi sebesar 19%. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pola
penularan penyakitberada dilingkungan tempat tinggal dan kondisi rumah
tinggal. Sebaran kasustersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
BAB IV
A. KESIMPULAN
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru(alveoli)
biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai olehgejala klinis
batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikandinding dada
bagian bawah ke dalam. Sebagian besar penyebab Pneumonia adalah mikroorganisme (virus,
bakteri). Sedangkan dari sudut pandang sosial penyebabpneumonia antara lain:
konsumsi ASI, lingkungan tumbuh bayi, kondisi sosialekonomi orang tua, riwayat
persalinan, dan status gizi bayi Pneumonia diklasifikasikan menjadi pneumonia berat,
pneumonia, dan bukanpneumonia. Pada umumnya pneumonia termasuk kedalam
penyakit menular yang ditularkan melalui udara. Sumber penularan adalah penderita
pneumonia yangmenyebarkan kuman ke udara pada saat batuk atau bersin dalam
bentuk droplet.Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman penyebab
pneumonia kedalamsaluran pernapasan yaitu bersama udara yang dihirup, di
samping itu terdapat jugacara penularan langsung yaitu melalui percikan droplet yang
dikeluarkan olehpenderita saat batuk, bersin dan berbicara kepada orang di sekitar
penderita,transmisi langsung dapat juga melalui ciuman, memegang dan
menggunakan bendayang telah terkena sekresi saluran pernapasan penderita.
Mengenai rumor KLB Pneumonia yang terjadi di Suku Baduy Dalam DesaKanekes
Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, berdasarkan hasilverifikasi rumor yang
telah dilakukan atas kerjasama Kementrian Kesehatan, DinasKesehatan Provinsi
Banten, Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, dan Puskesmas Cisimeut bahwa
keadaan ini dinyatakan sebagai KLB pneumonia karena kasus mengelompok secara
kluster dan adanya kasus kematian yang signifikan di walayah Baduy Dalam, khususnya
kampong Cibeo dan Kampung Cisadane (Baduy Luar).Jumlah total masyarakat Baduy yang
mengalami keluhan sakit adalah sebanyak 99penderita dengan diagnosis Batuk, pilek,
pneumonia, gastritis, myalgia dll.Sedangkan gambaran klinis penderita yang
menunjukan gejala klinis penyakitPneumonia, adalah sebanyak 21 penderita dan 5
meninggal (CFR=23%) . Proporsikasus menurut kelompok umur paling tinggi
menyerang kelompok usia Balita (1-4tahun) yaitu 38% dengan angka kematian (CFR)
sebesar 50%. Distribusi KLBpneumonia ini lebih banyak menyerang pada Kampung Cibeo
yaitu 19 kasus dan 4meninggal (CFR=21,1%) sedangkan Kampung Cisadane kasusnya 2 dan
1meninggal (CFR=50%) Peningkatan Kasus pneumonia di masyarakat
Baduycenderung dipengaruhi oleh faktor resiko yang sangat signifikan, tetapi masih
adapotensi-potensi yang dijadikan peluang untuk peningkatan status kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Beck, Mary. 2000.Ilmu Gizi dan Diet. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica
Beritasatu, 2012.http://www.beritasatu.com/features/75173-pneumonia-pembunuh-balita-
nomor-satu.html.Diakses 10 Oktober 2012, pukul 20.00 WIB
BKKBN, 2002.Buku Saku Pelayanan Kontrasepsi IUD. Sumatera Utara.
DepkesR.I., (2002) Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita, Ditjen PPM-
PLP.Jakarta.
Depkes R.I., 1999, Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010,
Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Indonesia, Kementrian Kesehatan, Sekretariat Jenderal, 2012. Profil Data
KesehatanTahun 2011. Jakarta : Kementerian Kesehatan
Institutional Repository, USU. 2011.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17591/4/Chapter%20II.pdf .
diakses 20 Oktober 2012 pukul 21.45 WIB
Mansjoer, Arif. Suprohaita. Wardhani, Wahyu Ika. Setiowulan, Wiwiek. 2000.Kapita
Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : Media Aesculapius.
Rasmailah.2004. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan
Penanggulangannya.Fakultas Kesehatan Masyrakat Universitas Sumatera
Utara.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17591/4/Chapter%20II.pdf .
Yulianti, Iin, 2010.http://iyinrisa.blogspot.com/2010/12/kejadian-luar-biasa-klb.html diakses
14 Oktober 2012 pukul 21.30 WIB
Dinas Kesehatan Provinsi Banten. 2012.Laporan Verifikasi Rumor Suspek KlbPneumonia Di
Suku Baduy Dalam Desa Kanekes Kec. Leuwidamar
Kab. Lebak.http://www.dinkes.bantenprov.go.id/berita-147-verifikasi-rumor-suspek-
klb-pneumonia-di-suku-baduy-dalam--desa-kanekes-kec.-leuwidamar-kab.-lebak--
.html. Diakses 05 Oktober 2012 pukul 20.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai