Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

ditemukan di daerah tropis seluruh dunia. Filariasis atau penyakit kaki gajah

adalah suatu infeksi sistemik yang disebabkan oleh cacing filarial yang hidup

dalam saluran dan kelenjar getah bening manusia dan ditularkan oleh nyamuk.

Penyakit ini dapat menyebabkan kecacatan, stigma sosial, hambatan

psikososial dan penurunan produktivitas kerja penderita, keluarga dan

masyarakat sehingga menimbulkan kerugian ekonomi yang besar (Widianto,

2013).

Hubungan Antara Dukungan..., Sofia Monic Nurani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Menurut Sudomo (2008) dikutip dalam Widianto (2013) penyakit

filariasis merupakan penyakit yang saat ini masih menjadi masalah dunia

karena prevalensinya yang terus meningkat. Saat ini, filariasis telah tersebar di

73 negara dimana sekitar 120 juta orang terinfeksi dan 40 juta diantaranya

mengalami kecacatan. Filariasis terutama menginfeksi penduduk di negara-

negara tropis maupun sub tropis. Di Asia Tenggara diperkirakan 700 juta

penduduk beresiko terkena penyakit ini dan terdapat 40 juta penduduk

Indonesia telah terinfeksi filariasis.

Secara keseluruhan jumlah kasus filariasis di Indonesia sampai dengan

tahun 2009 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Penyakit filariasis

tersebar luas hampir di seluruh provinsi dan diperkirakan sekitar 5000 daerah

merupakan kantong filariasis di Indonesia. Hasil survey tahun 2009 dilaporkan

sebanyak 1553 Desa di 647 Puskesmas yang tersebar di 386 Kabupaten/Kota

dari 26 Provinsi sebagai lokasi endemis filariasis. Provinsi Jawa Tengah

merupakan salah satu daerah endemis filariasis. Jumlah kasus filariasis yang

ditemukan dari tahun ke tahun semakin bertambah. Secara kumulatif, jumlah

kasus Filariasis pada tahun 2012 sebanyak 565 penderita. Pada tahun 2012

terdapat 10 kasus baru, lebih sedikit dibanding tahun 2011 (141 kasus) yang

ditemukan di 8 kabupaten/kota. Salah satu daerah yang dinyatakan sebagai

daerah endemis Filariasis yaitu Kota Pekalongan (Dinkes Provinsi Jawa

Tengah, 2012).

Provinsi Jawa Tengah terdiri dari 38 kota, salah satunya yaitu Kota

Pekalongan dengan jumlah penderita filariasis terbanyak di Provinsi Jawa

Hubungan Antara Dukungan..., Sofia Monic Nurani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Tengah. Kota Pekalongan terdiri dari 49 kecamatan dengan jumlah warga

yang terdeteksi menderita filariasis pada tahun 2011 sebanyak 736 orang atau

30%, tahun 2012 sebanyak 376 orang atau 23,7% dan tahun 2013 sebanyak

370 orang atau 20,1% (Dinkes Kota Pekalongan, 2013).

Tingginya angka kejadian filariasis di Kota Pekalongan akan

menimbulkan dampak bagi penderita filariasis, keluarga dan masyarakat.

Dampak yang timbul pada penderita filariasis yaitu pada aspek fisik penderita

akan mengalami kecacatan, pada aspek mental penderita filariasis akan

mengalami perasaan malu serta depresi, pada aspek ekonomi penderita

filariasis cenderung kehilangan pekerjaan dan mengalami kemiskinan dan

pada aspek sosial yaitu penderita dikucilkan dan diabaikan oleh masyarakat.

Dampak yang timbul pada keluarga yaitu keluarga menjadi panik, segera

mencari pertolongan ke dukun, takut tertular penyakit filariasis, merasa takut

diasingkan oleh masyarakat dan keluarga akan mengalami masalah ekonomi.

Dampak yang timbul pada masyarakat yaitu merasa jijik terhadap penderita,

menjauhi penderita filariasis dan keluarganya, dan merasa terganggu dengan

adanya penderita filariasis. Perilaku masyarakat cenderung mengucilkan dan

isolasi sosial kepada penderita sehingga menyebabkan stress dan depresi pada

penderita filariasis (Stuart, 2006).

Depresi merupakan gangguan kejiwaan yang paling umum di derita

penderita filariasis. Depresi adalah suatu kondisi terganggunya aktivitas

kehidupan selama dua minggu atau lebih yang berhubungan dengan alam

perasaan yang sedih, diikuti dengan gejala penyertanya, termasuk gangguan

Hubungan Antara Dukungan..., Sofia Monic Nurani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
pola tidur, gangguan nafsu makan, gangguan psikomotor, gangguan

konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta keinginan

bunuh diri (Videbeck, 2008). Penelitian WHO pada tahun 2000

memperlihatkan bahwa depresi merupakan kontributor ke empat dari beban

penyakit global (global burden of disease). Tahun 2020 diperkirakan depresi

akan menanjak menempati ranking ke dua dari beban penyakit global yang

menyerang semua umur, baik laki-laki maupun perempuan. Tahun 2030

diperkirakan depresi akan menjadi penyebab utama bagi gangguan kesehatan

(Fadilah, 2011). Menurut Sobur (2003) penyebab depresi adalah trauma fisik

seperti penyakit infeksi, pembedahan, kecelakaan, persalinan, serta faktor

psikis seperti kehilangan kasih sayang atau harga diri. Beberapa penelitian

juga menunjukkan bahwa gangguan mental yang dialami oleh sebagian besar

penderita filariasis adalah depresi.

Penelitian yang dilakukan oleh Suliswati (2005) mendapatkan hasil

bahwa penderita filariasis merasa sedih dan kecewa pada diri sendiri saat

mendapatkan diagnosa filariasis. Perasaan sedih dan kecewa tersebut

merupakan respon terhadap depresi yang sedang dialami yang ditunjukkan

dengan sikap putus asa, menarik diri dan kesedihan yang mendalam. Hasil

dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa penyebab depresi pada penderita

filariasis yaitu penderita mendapat hinaan secara fisik oleh masyarakat,

penderita merasa bahwa dirinya aneh bagi masyarakat, dan adanya stigma

yang negatif dari masyarakat. Masyarakat beranggapan bahwa penyakit

tersebut merupakan penyakit menular yang berbahaya, penyakit keturunan,

Hubungan Antara Dukungan..., Sofia Monic Nurani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
sehingga masyarakat merasa jijik dan takut pada penderita (Depkes, 2006).

Tingginya jumlah pasien filariasis yang mengalami depresi merupakan akibat

adanya penolakan sosial masyarakat dan juga penderita yang tidak bisa

menerima keadaan cacat tubuhnya sehingga penderita mengalami kecemasan,

keputusasaan dan perasaan depresi.

Dampak depresi sangat besar pada penderita filariasis, menurut Depkes

(2006), maka diperlukan suatu penatalaksanaan untuk mengatasinya. Salah

satunya yaitu berupa dukungan keluarga. Menurut Friedman (2003), dukungan

keluarga mempunyai peran penting dalam proses pengobatan, karena keluarga

bisa memberikan dorongan baik dari segi fisik maupun segi psikologis untuk

penderita.

Keluarga merupakan unit yang paling kecil dan paling dekat dengan

penderita filariasis, yang mampu memberikan perawatan, sehingga peran

keluarga sangat dibutuhkan dalam memberikan dukungan dalam menjalani

pengobatan dan perawatan. Penelitian yang dilakukan oleh Prastiwi (2010)

menunjukkan hasil bahwa keluarga memberikan dukungan yang tinggi kepada

penderita yaitu sebesar 44,1%. Dukungan keluarga berdampak terhadap

kesehatan dan kesejahteraan individu, yang berhubungan dengan menurunnya

mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit, meningkatnya fungsi kognitif dan

kesehatan emosi individu.

Berdasarkan studi pendahuluan pada Bulan November 2013 di

Puskesmas Pekalongan Selatan pada 5 orang penderita filariasis dengan

metode wawancara didapatkan bahwa 4 dari 5 penderita filariasis mengatakan

Hubungan Antara Dukungan..., Sofia Monic Nurani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
perasaan sedih karena menderita filariasis, sehingga kurang bersemangat

dalam beraktivitas terutama bersosialisasi dengan masyarakat, mengeluhkan

mudah lelah ketika sedikit saja melakukan aktivitas dan mengatakan sulit tidur

di malam hari. Peneliti juga menanyakan persepsi penderita filariasis

mengenai dukungan keluarga, di dapatkan hasil yaitu keluarganya sudah tidak

perhatian lagi, keluarganya tidak mau memeluk seperti dulu sebelum

menderita filariasis, keluarganya merasa jijik dan keluarga jarang mau

mendengarkan curahan hati klien.

B. Rumusan Masalah

Peneliti mendapatkan fenomena bahwa jumlah penderita filariasis di

Kota Pekalongan masih tetap tinggi dan sebagaimana yang telah

dikemukakan sebelumnya bahwa penyakit filariasis akan berdampak pada

status mental penderita terutama depresi serta selama ini belum ada program

untuk peningkatan kesehatan psikologis untuk penderita filariasis. Alasan

tersebut yang menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Hubungan antara dukungan keluarga dengan depresi pada penderita filariasis

di kota pekalongan”.

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

antara dukungan keluarga dengan depresi pada penderita filariasis di kota

pekalongan.

Hubungan Antara Dukungan..., Sofia Monic Nurani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui masing-masing karakteristik responden

2) Untuk mendeskripsikan dukungan keluarga pada penderita filariasis

3) Untuk mendeskripsikan depresi pada penderita filariasis

4) Untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan

depresi pada penderita filariasis

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

Manfaat bagi peneliti adalah untuk menambah pengetahuan dan

wawasan mengenai hubungan antara dukungan keluarga dengan depresi

pada penderita filariasis di Kota Pekalongan.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Manfaat yang bisa diperoleh bagi institusi pendidikan adalah

sebagai tambahan referensi dalam pengembangan penelitian mengenai

depresi pada penderita filariasis dan sebagai pedoman intervensi bagi

keperawatan keluarga berupa pemberian dukungan keluarga.

c. Bagi Instasi Pelayanan Kesehatan

Hubungan Antara Dukungan..., Sofia Monic Nurani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Manfaat yang bisa diperoleh bagi instansi kesehatan adalah data

dan hasil yang diperoleh dapat dijadikan sumber informasi dan masukan

untuk mengoptimalkan program kesehatan dan pembuatan kebijakan

dalam penatalaksanaan depresi pada penderita filariasis, khususnya di

tatanan komunitas. Selama ini penderita filariasis di komunitas jarang

mendapatkan intervensi dari Dinas Kesehatan maupun Puskesmas,

khusunya dalam menangani munculnya masalah psikososial karena

penyakit filariasis. Misalnya sebagai program pencegahan melalui deteksi

dini depresi dan pengobatan segera sebelum mengalami depresi.

d. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi kepada

masyarakat sehingga mau memberikan dukungan bagi penderita filariasis

dan berperan aktif dalam proses kesembuhan penderita filariasis

E. Keaslian Penelitian

Penelitian terdahulu yang mendukung penelitian sekarang yaitu

penelitian yang dilakukan oleh Mongi (2012) yang bertujuan untuk

mengetahui gambaran persepsi penderita tentang penyakit filariasis dan

dukungan keluarga pada penderita filariasis di Kota Manado. Penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional.

Hubungan Antara Dukungan..., Sofia Monic Nurani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Hasil penelitian Mongi tersebut yaitu sebagian besar penderita filariasis

memiliki persepsi yang baik terhadap penyakit filariasis dan sebagian besar

penderita filariasis memiliki persepsi yang baik tentang dukungan keluarga.

Perbedaan penelitian yang diakukan oleh Mongi dengan penelitian

sekarang yaitu yang pertama pada judul. Judul penelitian sekarang yaitu

“Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Depresi Pada Penderita

Filariasis Di Kota Pekalongan”. Perbedaan kedua yaitu pada variabel

penelitian. Berdasarkan judul dapat dilihat variabel penelitian sekarang yaitu

dukungan keluarga dan depresi. Perbedaan selanjutnya yaitu tempat penelitian

yang akan dilakukan di Kota Pekalongan.

Penelitian kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Siagian pada

tahun 2009. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan stigma dan

depresi terhadap kualitas hidup penderita filariasis di poliklinik kulit dan

kelamin RSUP DR Sardjito Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian

cross sectional dengan menggunakan analisa data chi square dan metode

regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

yang signifikan antara stigma dan kualitas hidup penderita filariasis dan ada

hubungan yang signifikan antara depresi dan kualitas hidup penderita

filariasis. Perbedaan dengan penelitian yang sekarang yaitu pada variabel

independen. Penelitian terdahulu menggunakan stigma dan depresi, sedangkan

penelitian sekarang menggunakan variabel independen yaitu dukungan

keluarga. Perbedaan selanjutnya yaitu pada variabel dependen. Penelitian

terdahulu menggunakan kualitas hidup, sedangkan penelitian sekarang

Hubungan Antara Dukungan..., Sofia Monic Nurani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
menggunakan depresi sebagai variabel dependen. Perbedaan selanjutnya yaitu

pada teknik sampling. Penelitian terdahulu menggunakan consequtive

sampling, sedangkan penelitian sekarang menggunakan purposive sampling.

Hubungan Antara Dukungan..., Sofia Monic Nurani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Hubungan Antara Dukungan..., Sofia Monic Nurani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Anda mungkin juga menyukai