PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik
dan radiasi. Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus
listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam.
Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk luka lainnya
karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang tetap
berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama.
Luka bakar inhalasi merupakan faktor yang secara nyata memiliki kolerasi
dengan angka kematian. Pada kebakaran dalam ruangan tertutup atau bilamana
luka bakar mengenai daerah wajah dan leher dapat menimbulkan kerusakan
mukosa jalan napas akibat gas, asap atau uap panas yang terhisap. Trauma
inhalasi disebabkan oleh jenis bahan kimia terbakar (tracheobronchitis) dari saluran
pernapasan. Bila cedera ini terjadi pada pasien dengan luka bakar kulit yang parah, kematian
sangat tinggi antara 48% sampai 86%.
Edema yang terjadi dapat menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas.
Keracunan asap yang disebabkan oleh termodegradasi material alamiah dan
materi yang diproduksi. Termodegradasi menyebabkan terbentuknya gas toksik
seperti hydrogen sianida, nitrogen oksida, hidrogen klorida, akreolin dan partikel -
partikel tersuspensi. Efek akut dari bahan kimia ini menimbulkan iritasi dan
bronkokonstriksi pada saluran napas. Obstruksi jalan napas akan menjadi lebih hebat
akibat adanya tracheal bronchitis dan edema.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar
adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ektoderm sedangkan
lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang
merupakan suatu lapisan jaringan ikat.
1) Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari
epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, langerhans dan
merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling
tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 %
dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai
yang terdalam):
a. Stratum Korneum
b. Stratum Lusidum
Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki
dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
c. Stratum Granulosum
2
Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah dan
sitoplasma terisi oleh granula keratohialin yang mengandung protein
kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.
d. Stratum Spinosum
2) Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang
paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
a. Lapisan papiler
3
Tipis mengandung jaringan ikat longgar.
b. Lapisan retikuler
Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan
serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya
dan tampak mempunyai banyak keriput.
3) Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit
secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-
beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi
menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.
Fungsi Subkutis Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar,
isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock
absorber.
4
2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI RESPIRASI
Anatomi pernafasan agar udara bisa mencapai paru-paru adalah hidung, laring,
trakhea, bronkhus dan bronkhiolus. Fungsi masing-masing bagian ini sebagai
berikut:
1) Hidung
Bulu-bulu hidung berguna untuk menyaring udara yang masuk, debu dengan diameter
> 5 mikron akan tertangkap, selaput lendir hidung berguna untuk
menangkap debu dengan diameter lebih besar, kemudian melekat pada
dinding rongga hidung. Anyaman vena (Plexus venosus) berguna untuk
menyamakan kondisi udara yang akan masuk paru dengan kondisi udara
yang ada di dalam paru. Konka (tonjolan dari tulang rawan hidung) untuk
memperluas permukaan, agar proses penyaringan, pelembaban berjalan
dalam suatu bidang yang luas, sehingga proses diatas menjadi lebih efisien.
2) Pharing
5
3) Trakea
Dikelilingi tulang rawan berbentuk tapal kuda (otot polos dan bergaris)
sehingga bisa mengembang dan menyempit. Trakea bercabang menjadi 2 bronkus
utama.
4) Bronkus
5) Paru
Terdiri dari paru kanan dan kiri, yang kanan terdiri dari 3 lobus, kiri 2 lobus.
Dibungkus oleh selaput yang disebut pleura visceralis sebelah dalam dan
pleura parietalis sebelah luar yang menempel pada rongga dada. Diantara
kedua pleura terdapat kavum interpleura yang berisi cairan. Di dalam
saluran napas selain terdapat lendir, juga bulu-bulu getar / silia yang berguna
untuk menggerakkan lendir dan kotoran ke atas.
6
7
2.3 DEFINISI LUKA BAKAR
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan
benda-benda yang menghasilkan panas (api secara langsung maupun tidak
langsung, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia, air
panas, dll) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat atau basa kuat).
2.4 EPIDEMIOLOGI
Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat setiap
tahunnya. Dari kelompok ini, 200.000 pasien memerlukan penanganan rawat jalan
dan 100.000 pasien dirawat di rumah sakit. Sekitar 12.000 meninggal setiap
tahunnya. Anak kecil dan orang tua merupakan populasi yang beresiko tinggi untuk
mengalami luka bakar. Laki-laki dalam usia kerja juga lebih sering menderita luka
bakar. Di rumah sakit anak di Inggris, selama satu tahun terdapat sekitar 50.000 pasien luka
bakar dimana 6400 diantaranya masuk ke perawatan khusus luka bakar.
Antara tahun 1997-2002 terdapat 17.237 anak di bawah usia 5 tahun mendapat
perawatan di gawat darurat di 100 rumah sakit di Amerika. Rumah Sakit Cipto Mangun
Kusumo Jakarta pada tahun 1998 di laporkan 107 kasus luka bakar yang dirawat,
dengan angka kematian 37,38% sedangkan di Rumah Sakit Dr. Sutomo Surabaya
pada tahun 2000 dirawat 106 kasus luka bakar, kematian 26, 41 %. Studi North-West
England menemukan angka rata-rata yang datang ke rumah sakit dengan trauma inhalasi
akibat luka bakar adalah 0,29 per 1000 populasi tiap tahun. Perbandingan antara
laki-laki dan perempuan yaitu 2:1. Referensi lain menyebutkan bahwa kurang lebih
sepertiga (20-35%) pasien luka bakar yang datang ke Pusat Luka Bakar adalah dengan
trauma inhalasi.
Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung maupun
tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada
kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik
maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis besar,
penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi:
8
1) Paparan api
a. Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka,
dan menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat
membakar pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh.
b. Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda
panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang
mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat
rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak.
2) Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan
semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan
ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan
berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya
menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit
sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan
keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang
menandai permukaan cairan.
3) Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator
mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang
tinggi dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi
inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas
distal di paru.
4) Gas panas
Inhalasi gas panas menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian
atas dan oklusi jalan nafas akibat edema.
5) Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh.
Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang
menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan
luka bakar tambahan.
6) Zat kimia (asam atau basa)
9
7) Radiasi
8) Sengatan sinar matahari (Sunburn)
Derajat II A (dangkal)
10
Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dermis.
Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari
terbentuk sikatrik yang minimal.
Derajat II B (dalam)
Warna kulit bisa terlihat putih pucat atau kehitaman dan kaku, kulit
rusak, tampak jaringan lemak, permukaan kulit kering, tidak ada
bulla, tidak nyeri, edema.
Luka bakar derajat III meliputi seluruh lapisan kulit dan mungkin
subkutis, atau organ yang lebih dalam. Tidak ada lagi elemen epitel
hidup yang tersisa yang memungkinkan penyembuhan dari dasar
luka, biasanya diikuti dengan terbentuknya eskar yang merupakan
jaringan nekrosis akibat denaturasi protein jaringan kulit.
11
2) Berdasarkan luas luka bakar (persentase permukaan kulit yang terbakar)
Pada dewasa digunakan ‘rumus 9’, yaitu luas kepala dan leher, dada,
punggung, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas
kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki
kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini
membantu menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang
dewasa.
12
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan
kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil.
Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda,
dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak.
13
3) Berdasarkan berat luka bakar
Adalah tingkat kerusakan tubuh yang terjadi akibat luka bakar. Ditentukan
oleh derajat, luas, lokasi luka bakar dan umur penderita.
14
Luka bakar derajat II, 15-25% pada dewasa
Luka bakar pada tangan muka, mata, telinga, kaki & perineum
Luka bakar inhalasi adalah luka bakar yang disebabkan oleh terhirupnya gas
yang panas, cairan panas atau produk berbahaya dari proses pembakaran yang
tidak sempurna. Luka bakar ini penyebab kematian terbesar pada pasien luka
bakar.
15
1) Gas Iritan
2) Gas Asfiksian
Karbon dioksida, gas dari bahan bakar (metana, etana, propane, asetilana),
gas-gas ini mengikat udara dan oksigen sehingga menyebabkan asfiksia.
Luka bakar inhalasi terjadi melalui kombinasi dari kerusakan epitel jalan nafas
oleh panas dan zat kimia, atau akibat intoksikasi sistemik dari hasil pembakaran
itu sendiri. Hasil dari pembakaran tidak hanya terdiri dari udara saja, tetapi
merupakan campuran dari udara, partikel padat yang terurai di udara (melalui
16
suatu efek iritasi dan sitotoksikasi). Aerosol dari cairan yang bersifat iritasi dan
sitotoksikasi serta gas toksik dimana gabungan tersebut bekerja sistemik.
Gas yang larut air bereaksi secara kimiwa pada saluran nafas atas, sedangkan
gas yang kurang larut air pada saluran nafas bawah. Adapun gas yang kurang larut
air masuk melewati barier kapiler dari alveolus dan menghasilkan efek toksik
yang bersifat sistemik. Kerusakan langsung dari sel-sel epitel menyebabkan
kegagalan fungsi dari apparatus mukosiliar dimana akan merangsang terjadinya
suatu reaksi inflamasi akut yang melepaskan makrofag serta aktivitas neutrofil
pada daerag tersebut. Selanjutnya akan dibebaskan oksigen radikal, protease
jaringan, sitokin, dan konstriktor otot polos (tromboksan A2, C3A, C5A).
Luka bakar pada saluran nafas atas dapat menyebabkan ancaman hidup
melalui obstroksi jalan nafas sesaat setelah trauma. Jika proses ini
ditangani secara benar, edema saluran nafas dapat hilang tanpa sekuele
beberapa hari.
2) Trauma pada saluran nafas bawah dan parenkim paru ( trauma subglotis)
17
Luka bakar ini dapat menyebabkan lebih banyak perubahan signifikan
dalam fungsi paru dan lebih sulit ditangani. Trauma subglotis merupakan
trauma kimia yang disebabkan akibat inhalasi hasil-hasil pembakaran yang
bersifat toksik pada luka bakar. Asap memiliki kapasitas membawa panas
yang rendah, sehingga jarang didapatkan trauma termal langsung pada
jalan nafas bagian bawah dan parenkim paru, trauma ini terjadi apabila
seseorang terpapar uap yang sangat panas.
3) Toksisitas sistemik
18
2) Adanya riwayat terkurung dalam kepungan api
3) Perubahan suara
4) Stridor
8) Sesak nafas
Bila ditemukan salah satu dari keadaan diatas, sangat mungkin telah terjadi
trauma inhalasi yang memerlukan penanganan dan terapi definitif, termasuk
pembebasan jalan nafas. Trauma inhalasi merupakan indikasi untuk merujuk ke
pusat luka bakar.
1) Laboratorium
Analisa gas darah
Untuk mengukur kadar karboksihemoglobin, keseimbangan asam basa
dan kadar sianida. Sianida dihasilkan dari kebakaran rumah tangga dan
biasanyan terjadi peningkatan kadar laktat plasma.
Elektrolit
Untuk memonitor abnormalitas elektrolit sebagai hasil dari resusitasi
cairan dalam jumlah besar.
Darah lengkap
19
Hemokonsentrasi akibat kehilangan caiaran biasanya terjadi sesaat
setelah trauma. Hematrokrit yang menurun secara progresif akibat
pemulihan volume intravascular. Anemia berat biasanya terjadi akibat
hipoksia atau ketidakseimbangan hemodinamik. Peningkatan leukosit
untuk melihat adanya infeksi.
2) Foto thorak
Biasanya normal dalam 3-5 hari, gambarn yang dapat muncul sesudahnya
termasuk atelektasis, edema paru dan ARDS.
3) Bronkoskopi fiberoptik
Keduanya dapat digunakan sebagai alat diagnositik maupun terapeutik.
Pada bronkoskopi biasanya didapatkan gambaran jelaga, eritema, sputum
dengan arang, daerah warna merah muda sampai hitam karena nekrosis,
ulserasi, mukopurulen. Bronkoskopi serial berguna untuk menghilangkan
debris dan sel-sel nekrotik pada kasus-kasus paru atau jika suction dan
ventilasi tekanan positif tidak cukup memadai.
20
2.12 PENATALAKSANAAN
1) Life saving
2) Pengobatan sistemik
3) Pengobatan lokal
Tahap penanganan :
1. Tempat kejadian
d. Pendinginan
e. Indikasi perawatan
21
Anak (luka bakar > 10%) dan Dewasa luka bakar > 15%
Airway
Breathing
Circulation
22
Pengukuran tekanan darah dan nadi untuk mengetahui stabilitas
hemodinamik. Untuk mencegah syok hipovolemik diperlukan
resusitasi cairan intravena. Pada pasien dengan luka bakar inhalasi
biasanyan dalam 24 jam pertama digunakan cairan kristaloid 40-75%
lebih banyak dibandingkan pasien yang hanya luka bakar saja.
Disability
Exposure
b. Resustasi cairan
Dasar pemberian yaitu lama kejadian dan luas luka bakar pakai
formula.
23
– Hari II 50% Hari I
Contoh :
60 x 20 x 1 cc =1200 cc.
– Nacl 0,9 %
60 x 20 x 1cc = 1200 cc
– Glucosa 5% = 2000 cc
– Total = 4400 cc
Hari I
c. Debridemant luka
24
Debridemant kalau perlu di ruang operasi & narkose
Isap bulae
Perawatan Terbuka
Perawatan Tertutup
d. Pemasangan kateter
25
e. Medikamentosa (Antibiotik, Anti Tetanus, Analgetik )
Analgetik
Pada luka bakar yang tidak luas bisa diberikan analgetik oral,
misalnya paracetamol atau NSAID. Tetapi pada luka bakar yang
luas pemberian analgetik melalui intravena.
Kortikosteroid
Antibiotik
Anti Tetanus
26
Escharectomi
Nekrotomi
Skin graft
g. Rehabilitasi sendi
2) Infeksi /sepsis
3) Pneumonia pneumostatis
a. Terutama anak-anak
c. Prognosa buruk.
5) Keloid
27
6) Kontraktur cegah dari awal dengan cara:
b. Fisioterapi
c. Release kontraktur
2.14 PROGNOSIS
Prognosis tergantung :
1) Berat ringan luka bakar
2) Umur
Prognosis jelek pada umur < 2 tahun dan > 60 tahun. Pada umur < 2 tahun
risiko infeksi tinggi karena imunologis belum berkembang. Sedangkan
pada umur 60 tahun risiko untuk kelainan pembuluh darah jantung, DM
dan obstruksi menahun ti nggi.
3) Lokasi luka bakar
5) Pada trauma inhalasi ringan biasanya self limited dalam 48-72 jam. Berat
ringannya trauma langsung pada parenkim paru tergantung pada luas dan
lamanya paparan serta jenis inhalan yang diproduksi secara bersamaan.
28
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Seorang laki-laki usia 17 tahun datang ke IGD RSI Siti Rahmah dengan
luka bakar pada wajah dan dada sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit.
29
Evaluasi setelah intubasi :
Stridor (-)
Kesan : Airway bebas
2) Breathing :
Inspeksi :
Nafas spontan, RR : 28 x/menit
Gerakan dinding dada saat bernafas simetris
Luka bakar di dada
Palpasi : Nyeri tekan pada dada (-)
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikular +/+, wheezing +/+
Kesan : takipnea
Tindakan : O2 3 liter
Evaluasi :
Inspeksi :
Nafas spontan, RR : 24 x/menit
Gerakan dinding dada saat bernafas simetris
Luka bakar di dada
Palpasi : Nyeri tekan pada dada (-)
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikular +/+, wheezing +/+
Kesan : sesak napas berkurang
3) Circulation :
Tekanan darah 100/70 mmHg
Saturasi oksigen 94%
Nadi 96x/menit, regular
Akral hangat
CRT < 2 detik
Evaluasi :
30
Tekanan darah 100/70 mmHg
Saturasi oksigen 99%
Nadi 96x/menit, regular
Akral hangat
CRT < 2 detik
4) Dissability : GCS : E4 M5 V6 = 15, Kesadaran : CMC
5) Ekposure : luka bakar di wajah, leher, dada dan lengan atas tangan
kanan
Nama : Tn. B
Umur : 17 tahun
Alamat : Siteba
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
2) Anamnesis
Keluhan Utama:
Luka bakar pada wajah dan dada sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit.
31
- Pasien kemudian dibawa ke IGD RSI Siti Rahmah
3) Pemeriksaan Fisik
Status generalis:
- Kepala
Mata : Konjungtiva Anemis: (-/-) Sklera Ikterik (-/-)
Telinga : Dalam batas normal
Hidung : bulu hidung terbakar
Mulut : Dalam batas normal
Wajah : luka bakar (+)
- Leher : luka bakar (+)
- Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat.
Palpasi : Iktus kordis teraba satu jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Redup
Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 murni reguler, Bising (-)
- Paru :
32
Inspeksi :
Nafas spontan, RR : 20 x/menit
Gerakan dinding dada saat bernafas simetris
Luka bakar di dada
- Abdomen
Inspeksi : Tidak ada distensi, tidak ada massa maupun
jaringan parut
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Tympani
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba
- Ekstremitas : Refilling kapiler baik, akral hangat, luka bakar (+)
di lengan atas tangan kanan
Status Lokalis :
Kepala : 3 ½ %
Luka bakar di wajah, eritema, tampak basah, bulla (+), edema, nyeri
Leher : 1 %
Luka bakar di leher bagian depan, eritema, tampak basah, bulla (+), nyeri
Dada :13%
Luka bakar di dada, eritema, tampak basah, bulla (-), edema, nyeri
Ekstremitas atas tangan kanan : 2%
Luka bakar di lengan atas , eritema, tampak basah, bulla (-), edema, nyeri
33
3.5 Pemeriksaan Penunjang
- Analisa gas darah
- Darah lengkap + elektrolit
3.6 Penatalaksanaan
1) Perbaiki keadaan umum
2) Resusitasi cairan
3) Berikan O2 3 liter
4) Berikan analgetik, kortikosteroid, antibiotik dan antitetanus
5) Debridement luka
3.7 Prognosis
Quo ad vitam : dubia
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad fungtionam : dubia ad bonam
34
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh
dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api secara langsung maupun tidak
langsung, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia, air, dll)
atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat). Ada beberapa etiologi
dari luka bakar. Kedalaman luka bakar dideskripsikan dalam derajat luka bakar,
yaitu luka bakar derajat I, II, atau III. Terapi pembedahan pada luka bakar terdiri
Eksisi dini dan Skin grafting. Prognosis dan penanganan luka bakar terutama
tergantung pada dalam dan luasnya permukaan luka bakar, dan penanganan sejak
awal hingga penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia dan
keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan penyembuhan.
35
DAFTAR PUSTAKA
36