Tugas 1 Anabat - Maudy Handayani - 03021181520027 - Kelas A Indralaya
Tugas 1 Anabat - Maudy Handayani - 03021181520027 - Kelas A Indralaya
ANALISIS BATUBARA
Oleh
Maudy Handayani
(03021181520027)
Saat ini harga bahan bakar terus meningkat naik dan untuk ketersediaan
bahan bakar fosil juga terbatas, maka banyak perusahaan berusaha untuk
menekan pemakaian bahan bakar tanpa mengganggu proses produksinya. Ada
beberapa cara yang dilakukan diantaranya adalah menaikkan efisiensi baik
tenaga kerja maupun mesin-mesin pembangkitnya, semisal untuk mesin boiler.
Untuk mendapatkan efisiensi yang optimal sangat dipengaruhi oleh proses
pembakaran yang sempurna. Proses pembakaran yang sempurna itu juga
dipengaruhi oleh kualitas bahan bakar yang digunakan baik atau tidak serta
perlakuan terhadap batubara saat dimasukkan dalam proses pembakaran.
Pada umumnya bahan bakar komersial mengandung sejumlah ash yang
menjadi pertimbangan dalam desain dan operasi yang spesifik. Ash akan
menurunkan nilai kalor bahan bakar dan membuat fuel storage menjadi berat,
maka diperlukan peralatan yang besar untuk mengumpulkan, memindahkan dan
membuang ash. Peralatan tersebut mengindikasikan biaya yang juga
dibutuhkan dan secara langsung berhubungan dengan ash dalam batubara.
Peristiwa penumpukan ash pada dinding boiler ini disebut dengan
slagging. Walaupun dalam porsi yang kecil,slagging dapat menjadi besar
pengaruhnya terhadap kerja boiler. Selain slagging, akibat dari ash adalah
terbentuknya Fouling. Terbentuknya fouling disebabkan oleh pembentukan
sulfat alkali, terutama CaSO4 dan Na2SO4, yang dimana kandungan tersebut
ikut terbawa bersama dengan fly ash. Jenis depositnya biasanya sangat
berhubungan dengan penggunaan batubara dan air yang dibawanya.
Ash dapat dilepaskan dalam bentuk leburan atau dalam keadaan plastis.
Akibatnya akan berpengaruh pada dinding furnace dan permukaan panas
lainnya. Akumulasi dari endapan ash pada dinding furnace akan mempengaruhi
perindahan panas, menurunkan absorbsi panas, menunda pendinginan flue
gasdan meningkatkan temperature keluar furnace.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh ash fusion temperature (AFT) dan mineral matter
yang terkandung dalam batubara terhadap potensi timbulnya slagging &
fouling pada boiler?
2. Bagaimana pengaruh slagging & fouling terhadap performa furnace?
3. Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk :
Mengetahui kualitas batubara yang melalui analisis proksimat yang
terdiri atas: kandungan zat terbang (volatile matter), karbon padat (fixed
Carbon), kadar air (moisture), kandungan abu (ash analysis) dan nilai
kalor (calorific value) & analisisi ultimasi yang terdiri atas : Sulfur (S),
Karbon (C), Nitrogen (N2), Hidrogen (H2) dan Oksigen (O2).
2. Mengetahui pengaruh ash dari batubara campuran terhadap potensi
timbulnya slagging & fouling pada boiler.
3. Menghitung Performa Boiler saat timbul slagging dan setelah slagging
dibersihkan melalui proses sootblowing.
4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat :
1. Memberikan kontribusi yang berarti dalam pengetahuan tentang potensi
terbentuknya slagging & fouling pada boiler, sehingga selanjutnya dapat
digunakan untuk pemilihan jenis batubara yang tepat pada pembangkit
tenaga.
2. Mendukung program pemerintah yang saat ini sedang menggalakkan
penggunaan batubara untuk keperluan operasi PLTU Percepatan di
beberapa daerah.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Boiler
Boiler adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan uap panas (steam)
pada suhu dan tekanan tertentu. Steam tersebut digunakan untuk mengalirkan
panas menuju suatu proses. Sistem kerja pada boiler terdiri dari: sistem air
umpan, sistem steam, dan juga sistem bahan bakar. Pada sistem air
umpan menyediakan air untuk proses pada boiler secara otomatis sesuai dengan
kebutuhan steam yang diinginkan. Pada sistem steam memiliki fungsi yaitu
untuk mengumpulkan serta mengontrol produksi steam yang terjadi didalam
boiler. Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Untuk
keseluruhan sistem, tekanan steam diatur menggunakan valve dan diatur oleh
sensor tekanan. Pada sistem bahan bakar pada boiler adalah peralatan yang
digunakan untuk menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan panas yang
dibutuhkan pada proses boiler. Peralatan yang digunakan pada sistem bahan
bakar bergantung dari jenis bahan bakar yang digunakan pada sistem.
2. Batubara
Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik,
utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses
pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hydrogen dan
oksigen.Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika
dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.Analisis
unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus
dan C240H90O4NS untuk antrasit.
Gambar 3. Slagging
Slagging dan fouling adalah fenomena menempel dan menumpuknya abu
batu bara yang melebur pada pipa penghantar panas (heat exchanger tube)
ataupun dinding boiler. Kedua hal ini sangat serius karena dapat memberikan
dampak yang besar pada operasional boiler, seperti masalah penghantaran
panas, penurunan efisiensi boiler, tersumbatnya pipa, serta kerusakan pipa
akibat terlepasnya clinker. Keseluruhan masalah yang timbul tadi sering pula
disebut dengan clinker trouble.
Gambar 4. Fouling
b. Moisture Content
Kandungan moisture mempengaruhi jumlah pemakaian udara
primernya, pada batubara dengan kandungan moisture tinggi akan
membutuhkan udara primer lebih banyak guna mengeringkan batubara tersebut
pada suhu keluar mill tetap.
c. Volatile Matter
Kandungan volatile matter mempengaruhi kesempurnaan pembakaran
dan intensitas nyala api. Kesempurnaan pembakaran ditentukan oleh :
Fixed Carbon
Fuel Ratio = ---------------------
Volatile Matter
Semakin tinggi fuel ratio maka carbon yang tidak terbakar semakin banyak.
c. Ash Content dan Komposisi
Kandungan abu akan terbawa bersama gas pembakaran melalui ruang
bakar dan daerah konveksi dalam bentuk abu terbang atau abu dasar. Sekitar
20% dalam bentuk abu dasar dan 80% dalam bentuk abu terbang. Semakin tinggi
kandungan abu dan tergantung komposisinya mempengaruhi tingkat pengotoran
(fouling), keausan dan korosi peralatan yang dilalui.
d. Sulfur Content
Kandungan sulfur berpengaruh terhadap tingkat korosi sisi dingin yang
terjadi pada elemen pemanas udara, terutama apabila suhu kerja lebih rendah
dari letak embun sulfur, disamping berpengaruh terhadap efektifitas
penangkapan abu pada peralatan electrostatic precipator.
f. Coal Size
Ukuran butir batubara dibatasi pada rentang butir halus dan butir kasar.
Butir paling halus untuk ukuran <3mm, sedang ukuran paling kasar 50mm. butir
paling halus dibatasi dustness dan tingkat kemudahan diterbangkan angin
sehingga mengotori lingkungan. Tingkat dustness dan kemudahan beterbangan
masih ditentukan pula oleh kandungan moisture batubara.
PEMBAHASAN
Terbentuknya slagging dan fouling adalah dua hal yang saling berkaitan,
sebab terjadinya slagging dan fouling berawal dari reaksi saat pembakaran
batubara. Pada setiap pembakaran batubara selalu menghasilkan abu, baik abu
dasar (bottom ash) maupun abu terbang (fly ash), bottom ash membentuk slagging
sedangkan fly ash membentuk fouling.
Gas CO yang terbentuk dapat bereaksi dengan oksigen membentuk gas CO2 sesuai
reaksi :
2CO + O2 2CO2
Gas CO2 yang terbentuk dapat pula bereaksi dengan karbon membentuk gas CO
CO2 + C 2CO
Dan reaksi pembentukan uap air :
2H + ½ O2 H2O
C + H2O CO + H2
Setelah ada nyala api, pembakaran batubara dimulai dari penguapan air, diikuti
penyalaan zat terbang. Selain unsur hydrogen dan karbon unsur-unsur lain yang
terdapat di dalam batubara juga mengalami oksidasi, misalnya unsur sulfur (S) dan
Nitrogen.
S + O2 SO2(g)
2SO2(g) + ½ O2 2SO3(g).
2 N + O2 2NO(g)
2NO + O2 2NO2(g)
Adanya uap air di udara terbuka akan bereaksi dengan gas-gas hasil pembakaran
membentuk asam sulfat atau asam nitrat yang merupakan sumber terjadinya korosi
dan hujan asam. Reaksi-reaksi yang mungkin terlibat dalam pembentukan asam ini
adalah :
Dan akan sangat mungkin ferro sulfat teroksidasi membentuk ferri sulfat :
Sesuai persamaan reaksi di atas, maka terlihat bahwa terdapat gas SO3 yang sangat
mudah bereaksi dengan H2O membentuk H2SO4 (asam sulfat), pada jaringan alat
yang terdiri dari Fe (besi) akan bereaksi dengan H2SO4 membentuk FeSO4, FeSO4
ini bereaksi dengan uap (O2) yang menghasilkan 2Fe2(SO4)3 yang dapat menempel
di dinding, kemudian abu akan lengket sangat kuat oleh adanya Fe2(SO4)3 pada
dinding atau pipa-pipa sebagai korosi yang diawali oleh slagging atau fouling .
Indeks slagging dan tipe slagging untuk batubara bituminous dan batubara lignit
dapat dihitung dan kemudian dikelompokkan atas tipe low, medium,high dan severe
(tabel 2.)
Penentuan Index Fouling. Fouling adalah endapan yang terjadi
disuperheater atau reheater. Endapan ini sulit dibersihkan dari susunan pipa yang
rapat. Fouling ini merupakan sumber terjadinya korosi dan menghambat aliran gas.
Endapan fouling biasanya bersifat lengket, sehingga dengan terbentuknya endapan
alkali, partikel abu terbang akan muda melekat di permukaannya. Selain itu
endapan alkali ini juga bersifat dapat pengabsorb gas sulfur oksida dari aliran gas,
akibatnya dinding pipa akan muda terkorosi. Nilai indeks fouling memberikan
gambaran kecenderungan abu batubara untuk mengakibatkan terjadinya fouling dan
korosi di permukaan konveksi. Seperti halnya indeks slagging, indeks fouling juga
dapat dihitung dari data komposisi abunya.
Indeks Fouling (Rf ) = Nisbah basa/asam x kadar alkali total (Na2O) batubara
Indeks fouling dan tipe fouling untuk batubara bituminous dan batubara lignit
dapat dihitung dan kemudian dikelompokkan atas tipe low, medium,high dan severe
(tabel 3.)
Peristiwa fouling terjadi terutama karena tingginya kadar alkali di dalam abu
batubara. Garam-garam natrium dan kalium, akan tervolatisasi selama pembakaran,
kemudian terkondensasi pada partikel abu terbang dan boiler membentuk lapisan
yang lengket. Benturan partikel-partikel tersebut dapat membentuk endapan pada
dinding dan selanjutnya membentuk sinter. Akhirnya menjadi keras dan menempel
dengan sangat kuat. Harga fouling index sampai 0,5 masih dalam toleransi yang
dibolehkan.
Pada dasarnya, semakin rendah kadar alkali didalam abu batubara, semakin
rendah pula kecenderungan untuk terjadinya fouling. Kandungan alkali pada abu
batubara biasanya dinyatakan sebagai Na2O . Abu batubara dengan alkali lebih
rendah dari 0.1% dianggap sebagai non fouling, bila kandungan alkalinya antara 0.1
– 0.4% biasanya dapat menimbulkan tumbuhnya fouling tetapi masih bisa
dikendalikan dengan soot-blowing secara berkala, abu batubara dengan kandungan
alkali di atas 0.5% cenderung membentuk fouling dan menghasilkan sinter sehingga
sulit dihilangkan.
KESIMPULAN
Tabel 1.
Parameter empirik untuk perkiraan sifat abu
Tabel 2.
Indeks
Indeks Indeks
Slagging Tipe Tipe Tipe
Slagging Slagging
Rs- Slagging Slagging Slagging
Rs-lignitik Rviskositas
bituminous
Indeks Indeks
Tipe Tipe
fouling fouling
fouling fouling
Rf-bituminous Rf-lignitik
<0.2 Low <0.30 Low
0.2 – 0.5 Medium 0.30 – 0.45 Medium
0.5 – 1.0 High 0.45 – 0.60 High
>1.0 Severe >0.60 Severe
Sumber : Pengantar dan Preparasi Batubara (Arief S. Sudarsono)