Ards Resma
Ards Resma
KEPERAWATAN KRITIS
TENTANG ACUTE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME
Dosen Pembimbing:
Ns. Lisavina Juwita S.Kep, M.Kep
Oleh Kelompok : 4
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah tentang “ Acute
Respiratory Distress Syndrome” ini dapat terselesaikan. Makalah ini diajukan
guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kritis . Saya mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini
dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
diberi suplemen oksigen dan pulmonary arterial wedge pressure (PAWP) kurang
dari 18 mmHg.
ARDS sering terjadi dalam kombinasi dengan cidera organ multiple dan
mungkin menjadi bagian dari gagal organ multiple. Prevalensi ARDS
diperkirakan tidak kurang dari 150.000 kasus pertahun. Sampai adanya
mekanisme laporan pendukung efektif berdasarkan definisi konsisten, insiden
yang benar tentang ARDS masih belum diketahui. Laju mortalitas tergantung
pada etiologi dan sangat berfariasi. ARDS adalah penyebab utama laju mortalitas
di antara pasien trauma dan sepsis, pada laju kematian menyeluruh kurang lebih
50% – 70%. Perbedaan sindrom klinis tentang berbagai etiologi tampak sebagai
manifestasi patogenesis umum tanpa menghiraukan factor penyebab.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Acut Respiratory Distress syndrome?
2. Bagaimana memahami konsep dari ARDS?
3. Bagaimana ASKEP dari ARDS?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i dapat meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan
serta untuk pegangan dalam memberikan bimbingan dan asuhan
keperawatan pada klien dengan ARDS serta Untuk memenuhi tugas mata
kuliah keperawatan gawat darurat.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa/i mampu memahami dan menjelaskan dan tentang ARDS
b. Agar mahasiswa memahami konsep dari ARDS
c. Agar mahasiswa mampu membuat Asuhan Keperawatan pada penderita
ARDS
d. Agar mahasiswa mampu mengaplikasikan nya di dalam kehidupan.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Definisi
Gagal nafas akut /ARDS adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk
mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida
(PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau
perfusi (Susan Martin T, 1997) .Gagal nafas akut/ARDS adalah kegagalan sistem
pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam
jumlah yangdapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan (RS Jantung
“Harapan Kita”, 2001)
Gagal nafas akut/ARDS terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap
karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsioksigen
dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan
tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan
karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth,
2001). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ARDS ( Gagal nafas Akut
) merupakan ketidakmampuan atau kegagalan sitem pernapasan oksigen dalam
darah sehingga pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru - paru
tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan karbondioksida
dalam sel –sel tubuh.sehingga tegangan oksigen berkurang dan akan peningkatan
karbondioksida akan menjadi lebih besar.
2.3 Etiologi
1. Depresi Sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat
pernafasan yang menngendalikan pernapasan, terletak dibawah batang
otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal
2. Kelainan neurologis primer
Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat
pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus
ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf
seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan
9
4. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas.
Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan
perdarahan dari hidung dan mulut dapat mnegarah pada obstruksi jalan
nafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan
fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas.
Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas.
Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar.
2.4 Patofisiologi
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik
dimana masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal nafas akut
adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunyanormal secara struktural
maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas
kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis
10
3. Fase Fibrotik/Recovery.
Jika pasien bertahan sampai 3 minggu, paru akan mengalami remodeling
dan fibrosis.Fungsi paru berangsurangsur membaik dalam waktu 6 – 12
bulan, dan sangat bervariasiantar individu, tergantung keparahan
cederanya.
Perubahan patofisiologi berikut ini mengakibatkan sindrom klinis yang
dikenal sebagaiARDS (Philip etal, 1995):
a. Sebagai konsekuensi dari serangan pencetus, complement cascade menjadi
aktif yangselanjutnya meningkatkan permeabilitas dinding kapiler.
b. Cairan, lekosit, granular, eritrosit, makrofag, sel debris, dan protein bocor
kedalam ruanginterstisiel antar kapiler dan alveoli dan pada akhirnya
kedalam ruang alveolar.
c. Karena terdapat cairan dan debris dalam interstisium dan alveoli maka
area permukaan untuk pertukaran oksigen dan CO2 menurun sehingga
mengakibatkan rendahnyan rasio ventilasi- perfusi dan hipoksemia.
d. Terjadi hiperventilasi kompensasi dari alveoli fungsional, sehingga
mengakibatkanhipokapnea dan alkalosis respiratorik.
e. Sel-sel yang normalnya melaisi alveoli menjadi rusak dan diganti oleh sel-
sel yang tidak menghasilkan surfaktan ,dengan demikian meningkatkan
tekanan pembukaan alveolar.ARDS biasanya terjadi pada individu yang
sudah pernah mengalami trauma fisik,meskipun dapat juga terjadi pada
individu yang terlihat sangat sehat segera sebelum awitan,misalnya awitan
mendadak seperti infeksi akut. Biasanya terdapat periode laten sekitar 18-
24 jam dari waktu cedera paru sampai berkembang menjadi gejala. Durasi
sindrom dapat dapat beragam dari beberapa hari sampai beberapa minggu.
Pasien yang tampak sehat akan pulih dari ARDS. Sedangkan secara
mendadak relaps kedalam penyakit pulmonary akut akibat
serangansekunder seperti pneumotorak atau infeksi berat (Yasmin Asih.
Hal 125). Sebenarnya sistim vaskuler paru sanggup menampung
penambahan volume darah sampai 3 kalinormalnya, namun pada tekanan
12
4. Terapi Farmakologi
6. Pencegahan Infeksi
Perhatian penting terhadap sekresi pada saluran pernapasan bagian atas
dan bawah serta pencegahan infeksi melalui tehnik penghisapan yang telah
di lakukan di rumah sakit.
7. Dukungan nutrisi
Malnutrisi relative merupakan masalah umum pada pasien dengan
masaalah kritis. Nutrisi parenteral total atau pemberian makanan melalui
selang dapat memperbaiki malnutrisi dan memmungkinkan pasien untuk
menghindari gagal napas sehubungan dengan nutrisi buruk pada otot
inspirasi.
2.9 Faktor resiko untuk sindrom gawat nafas akut (ARDS)
1. Cidera paru tidak langsung
a. Syok dengan berbagai etiologic.
b. Sepsis
c. Hipotermia
d. Hipertermia
e. Overdosis obat
f. Koagulasi intravaskuler diseminata (dissemated intravascular
coagulation, DIC)
g. Tranfusi multipel
h. Bypass jantung-paru
i. Eklamsia
j. Luka bakar
k. Pankreastitis
l. Trauma nontoraks berat
2. Cidera paru langsung
a. Infeksi paru
b. Inhalasi toksik
c. Aspirasi (cairan lambung, hamper tenggelam)
d. Pneumonia
17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ARDS
3.1. Pengkajian
1. Identitas pasien
Kaji nama, umur, jenis kelamin , status perkawinan, agama dan
suku.
2. Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta bantuan
pelayanan kesehatan adalah adanya gejala neurologis yaitu :
a. Distres pernafasan akut ; takipnea, dispnea , pernafsan
menggunakan otot aksesoris pernafasan dan sianosis sentral.
b. Batuk kering dan demam yang terjadi lebih dari beberapa jam
sampai seharian.
3. Riwayat Keluhan Utama
P : Nyeri
Q : Terus menurus
R : seluruh persendian, dada, dan perut
S : 4 (0-5)
T : saat beraktivitas
4. Riwayat kesehatan sekarang
Kaji apakah klien sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat penyakit
yang sama ketika kline masuk rumah sakit.
5. Riwayat kesehatan dahulu
Kaji apakah kline pernah menderita riwayat penyakit yang
sama sebelumnya
6. Riwayat pemakaian obat-obatan
19
Pengkajian primer
1. Airway : Mengenali adanya sumbatan jalan napas
a. Peningkatan sekresi pernapasan
b. Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
c. Jalan napas adanya sputum, secret, lendir, darah, dan benda asing,
d. Jalan napas bersih atau tidak
2. Breathing
a. Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu,
retraksi.
b. Frekuensi pernapasan : cepat
c. Sesak napas atau tidak
d. Kedalaman Pernapasan
e. Retraksi atau tarikan dinding dada atau tidak
f. Reflek batuk ada atau tidak
g. Penggunaan otot Bantu pernapasan
h. Penggunaan alat Bantu pernapasan ada atau tidak
i. Irama pernapasan : teratur atau tidak
j. Bunyi napas Normal atau tidak
3. Circulation
a. Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
b. Sakit kepala
c. Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental,
mengantuk
d. Papiledema
e. Penurunan haluaran urine
4. Disability
a. Keadaan umum : GCS, kesadaran, nyeri atau tidak
b. adanya trauma atau tidak pada thorax
c. Riwayat penyakit dahulu / sekarang
d. Riwayat pengobatan
20
e. Obat-obatan / Drugs
Pemeriksaan fisik
1. Mata
a. Konjungtiva pucat (karena anemia)
b. Konjungtiva sianosis (karena hipoksia)
c. Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau
endokarditis)
2. Kulit
a. Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
b. Sianosis secara umum (hipoksemia)
c. Penurunan turgor (dehidrasi)
d. Edema
e. Edema periorbital
3. Jari dan kuku
a. Sianosis
b. Clubbing finger
4. Mulut dan bibir
a. Membrane mukosa sianosis
b. Bernafas dengan mengerutkan mulut
5. Hidung
a. Pernapasan dengan cuping hidung
6. Vena leher : Adanya distensi/bendungan
7. Dada
a. Retraksi otot bantu pernafasan (karena peningkatan aktivitas
pernafasan, dispnea, atau obstruksi jalan pernafasan)
b. Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dengan kanan
c. Tactil fremitus, thrill, (getaran pada dada karena udara/suara melewati
saluran /rongga pernafasan)
d. Suara nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
21
status oksigen
1. Catat gerakan
dada, amati
24
kesimetrisan,
penggunaan
otot tambahan,
retraksi otot
supraclavicular
dan intercostals
2. Monitor suara
nafas seperti
dengkur
3. Auskultasi
suara nafas,
catat area
penurunan/tidak
adanya ventilasi
dan suara
tambahan
4. Auskultasi
suara paru
setelah tindakan
untuk
mengetahui
hasilnya.
oksigenasi
Terapi oksigen
1. Siapkan
peralatan
oksigen dan
berikan melalui
sistem
humidifier
2. Berikan
oksigen
tambahan
seperti yang
diperintahkan
3. Monitor aliran
oksigen
4. Gangggua Setelah dilakukan tindakan 1. Airway 1.Kaji pola nafas
n ventilasi keperawatan 3x24 jam management
pasien
spontan diharapkan 2. Respiratory
2.Berikan bantuan
b.d 1. Irama pernapasan Monitoring
kelelahan diprtahankan pada ventilasi melalui
otot nafas 3 ditingkatkan ke 5
ventilator
2. Keseimbangan
3.Monitor set
ventilasi dan
perfusi ventilator secara
dipertahankan pada
rutin
3 ditingkatkan ke 5
4.Monitor
efektivitas
ventilator pada
pasien
27
5.Posisikan pasien
nyaman
6.Lakukan suction
secara rutin
Respiratory
monitoring
1.Monitor
frekuensi, ritme,
kedalaman
pernafasan
2.Catat pergerakan
dada,
kesimetrisan,
penggunaan otot
nafas tambahan,
retraksi otot
intercosta
3.Monitorpernafasa
28
n hidung
4.Monitor pola
nafas : bradipneu,
takipneu,
hipoventilasi
5.Palpasi ekspansi
paru
6.Auskultasi suara
pernafasan
7.Monitor
kemampuan
pasien batuk
efektif
8. Monitor hasil
rontgen
29
BAB IV
ANALISA JURNAL
Posisi lateral kiri elevasi kepala 30 derajat terhadap nilai tekanan parsial
Problem: pengaruh posisi lateral kiri dengan elevasi kepala 30 derajat terhadap
nilai tekanan parsial oksigen (pO2) pada pasien dengan ventilasi mekanik di ruang
Intervention: Jenis penelitian adalah Pra Eksperimen dengan one group pretes
RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal tanggal 8 Mei sampai 5 Juni 2013.
Data univariat disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, sedangkan data bivariat
pretest (sebelum intervensi) sebesar 177 mmHg (SD ± 30,848), dimana nilai
tertinggi pO2 sebesar 228 mmHg dan nilai terendah pO2 adalah 119 mmHg. Hasil
ini diperoleh melalui pemeriksaan analisa gas darah yang diambil pada posisi
pasien terlentang (supine) dengan elevasi kepala 30 derajat, yang ditujukan untuk
parsial oksigen (pO2) setelah dilakukan intervensi berada pada rentang 132–269
(p<0,05), artinya ada perbedaan yang bermakna antara nilai pO2 sebelum dan
sesudah dilakukan posisi lateral kiri dengan elevasi kepala 30 derajat pada pasien
Outcome: derajat dapat meningkatkan tekanan parsial oksigen (pO2) pada pasien
yang terpasang
ventilasi mekanik. Namun, kondisi penyulit seperti tumor otak dan perdarahan
dapat menurunkan tekanan parsial oksigen (pO2) meskipun telah diberi posisi
sesak nafas yang mengakibatkan pasien kekurangan oksigen sehingga tidal volume
pasien menurun, perlu di lakukan tindakan suction untuk mengeluarkan lendir
tindakan suction di berikan pada pasien yang mengalami sekret yang banyak,
tindakan suction waktunya berbeda beda tergantung jumlah lendir yang di alami oleh
pasien, pada pasien dengan SOL mengalami kesadaran yang menurun sehingga perlu
di lakukan tindakan suction lebih sering.
Di mana menurut penelitian Wiyoto (2010), apabila tindakan suction tidak di
lakukan pada pasien dengan gangguan bersihan jalan nafas maka pasien tersebut akan
mengalami kekurangan suplai O2 (hipoksemia), dan apabila suplai O2 tidak terpenuhi
dalam waktu 4 menit maka dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen.
Outcome: Terdapat pengaruh perubahan tidal volume pasien yang di lakukan
tindakan suction sebelum dan sesudah tindakan yaitu terjadinya penurunan pada
tidal volume pasien Sebelum tindakan tidal volume 382 sedangkan sesudah
tindakan 286 Lama waktu kembali tidal volume normal sekitar 16 detik, lama
waktu tidal volume normal tergantung kapasitas paru seseorang dan keadaan baik
buruknya kondisi paru masing-masing indivdu.
32
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
ARDS adalah Penyakit akut dan progressive dari kegagalan pernafasan
disebabkanterhambatnya proses difusi oksigen dari alveolar ke kapiler (a-c block)
yang disebabkan olehkarena terdapatnya edema yang terdiri dari cairan koloid
protein baik interseluler maupunintra alveolar. Penyebabnya bisa penyakit
apapun, yang secara langsung ataupun tidak langsung melukai paru-paru seperti:
Pneumoni virus, bakteri, fungal; contusio paru, aspirasicairan lambung, inhalasi
asap berlebih, inhalasi toksin, menghisap O2 konsentrasi tinggidalam waktu lama,
Sepsis, Shock, Luka bakar hebat, Tenggelam,dsb. Gejala biasanyamuncul dalam
waktu 24-48 jam setelah terjadinya penyakit atau cedera. SGPA(sindromgawat
pernafasan akut) seringkali terjadi bersamaan dengan kegagalan organ lainnya,
sepertihati atau ginjal.
B. Saran
a. Menghindari faktor resiko yang dapat menyebabkan ARDS.
b. Apabila gejala ARDS mulai muncul sesegera mungkin bawalah ke rumah
sakit terdekatuntuk mendapat pertolongan lebih lanjut agar tidak terjadi
komplikasi pada hati dan ginjal.
33
DAFTAR PUSTAKA